DIBALIK BAYANG BAYANG AMBANG BATAS

TUGAS AKHIR
“DIBALIK BAYANG-BAYANG AMBANG BATAS
(S ebuah Video Dokumenter Yang Mengangkat Usaha Pemerintah Dan
Pemulung Dalam Mengatasi Permasalahan TPA Putri Cempo
Yang S udah Di Ambang Batas)

OLEH :
Nama
N.I.M

: Agustian Tri Yuanto
: D1205505

Diajukan untuk melengkapi tugas–tugas dan memenuhi
syarat-syarat guna memperoleh gelar
S arjana S osial

PRGRAM S -1 NON-REGULER
FAKULTAS ILMU S OS IAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERS ITAS S EBELAS MARET
S URAKARTA

2009

i

PERS ETUJUAN

“DIBALIK BAYANG-BAYANG AMBANG BATAS
(S ebuah Video Dokumenter Yang Mengangkat Usaha Pemerintah Dan
Pemulung Dalam Mengatasi Permasalahan TPA Putri Cempo
Yang S udah Di Ambang Batas)

Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Di Hadapan Panitia Ujian Tugas Akhir
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas M aret
Surakarta

Surakarta,

Pembimbing I


Pembimbing II

Drs. Subagyo, SU
NIP. 130 814 592

Drs. Hamid Arifin, M .Si
NIP. 131 792 201
ii

PENGES AHAN
Karya Tugas Akhir berjudul ” DIBALIK BAYANG-BAYANG AMBANG
BATAS ” (S ebuah Video Dokumenter Yang Mengangkat Permasalahan
Tempat Pembuangan Akhir Putri Cempo Yang S udah Di Ambang Batas)

Telah disetujui dan disahkan oleh Panitia Skripsi/Tugas Akhir

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas M aret
Surakarta
Hari


:………………….

Tanggal :………………….
Tim Penguji:
DRS. PAWITO,Ph.D
NIP. 195408051985031002

Ketua:

NORA NAILUL AM AL,S.Sos,M LM Ed,Hons
NIP. 198104292005012002

....................................
Sekretaris:
....................................
Penguji I:

DRS. SUBAGYO,SU
NIP. 195209171980031001


....................................
Penguji II

DRS. HAM ID ARIFIN, M .SI
NIP. 196005171988031002

....................................
M engetahui
Dekan

Drs. Supriyadi SN, SU
NIP. 195301281981031001
iii

MOTTO

“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia
sudah tahan uji, ia akan menerima Mahkota kehidupan yang dijanjikan
Allah kepada barang siapa yang mengasihi Dia“


(Yakobus 1 : 12 )

Berserulah kepadaku pada waktu kesesakan,
Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.
(Mazmur 50 : 15 )

iv

PERS EMBAHAN

Karya sederhana ini ku persembahkan untuk:

 My parents
 My brother
 Angelica niken chrissanti

v

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus, yang dengan berkatNya telah
memberikan kekuatan sehingga p enulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas
akhir yang berjudul “DIBALIK BAYANG-BAYANG AMBANG BATAS”
(Sebuah Video Dokumenter Yang M engangkat Permasalahan TPA Putri Cempo
Yang Sudah Di Ambang Batas)
Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Jurusan Komunikasi
Universitas Sebelas M aret Surakarta.
Keberhasilan dalam menyelesaikan penyusunan Tugas akhir ini tidak
terlepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itulah,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Supriyadi, SN, SU selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas M aret Surakarta.
2. Ibu Dra. Prahastiwi Utari, M .Si selaku ketua Jurusan Ilmu komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas M aret Surakarta.
3. Bapak Drs. Hamid Arifin M si, selaku pembimbing I yang telah membantu dan
memberikan dukungan dalam mebimbing dalam menyelesaikan tugas akhir ini
4. Bapak Drs.Subagyo SU, selaku pembimbing II yang telah memberikan saran

dan masukan demi perbaikan tugas akhir ini.

vi

5. seluruh dosen dan staff administrasi jurusan ilmu komunkasi yang telah
membantu kelancaran studi penulis.
6. Bapak Ir.Gatot Sutanto.M si selaku Kasie kebersihan DKP Surakarta yang telah
bersedia mambantu penulis memberikan informasi untuk penelitian ini.
7. Bapak Jamal selaku ketua kelompok pemulung TPA Putri Cempo yang telah
bersedia mambantu penulis memberikan informasi untuk penelitian ini.
8. Bapak dan ibu atas ketulusan cinta, doa dan semangat dan kesabaran yang tak
kan pernah berujung.
9. Keluarga Sumanto
10. Nita, Dian, Bandoro, Fatur, M ita, Song-Song, Fajar anggun dan semua teman
seperjuangan, thakns for your support.
11. Studio biru, mas romy terima kasih atas pinjaman kameranya
12. Demikian pula penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapt penulis
sebutkan satu per satu yang telah berperan dalam penulisan skrispsi
iniM eskipun jauh dari sempurna, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi dunia pendidikan, bagi masyarakat, bagi penulis khusunya dan

pembaca pada umumnya.

Surakarta, 20 M ei 2009
Penulis,

Agustian Tri Yuanto

vii

DAFTAR IS I

Halaman
JUDUL ...........................................................................................................

i

PERSETUJUAN ............................................................................................

ii


PENGESAHAN .............................................................................................

iii

M OTTO .........................................................................................................

iv

PERSEM BAHAN ..........................................................................................

v

KATA PENGANTAR...................................................................................

vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................

viii


ABSTRAK .....................................................................................................

x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................

1

B. Rumusan M asalah ................................................................................

4

C. Visi, M isi Dan Tujuan Produksi ..........................................................

4

BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembangunan ......................................................................................


8

B. Perubahan Sosial Dan Difusi Inovas...................................................

10

BAB III DESKRIPSI LOKASI
A. Data Fisik...........................................................................................

14

B. Pertumbuhan Dan Perkembangan Tpa Putri Cempo.........................

14

C. Kondisi Sampah Di TPA Putri Cempo .............................................

16

viii

BAB IV TAHAPAN PEM BUATAN FILM DOKUM ENTER
A. Pengenalan Program Dokumenter ................................................

20

B. Tahapan Program Dokumenter ....................................................

21

1.Tahap Pra Produksi ...................................................................

23

2. Tahap Produksi.........................................................................

24

3. Pasca Produksi ..........................................................................

28

DAFTAR PUSTAKA
LAM PIRAN

ix

ABS TRACT

Agustian Tri Yuanto. (D1205505). “Dibalik Bayang-Bayang
Ambang Batas”(A Documentary Video Which Raise The
Problem Of TPA PUTRI CEMPO /Putri Cempo Junkyard,
which is nearly overloaded). A final project, communication
program, social and politics faculty, sebelas maret university,
2009.
The increase of human activties gives impact to increase of
dump volume. The increase amount of dump volume is handled by
DKP(Sanitation Dept), collected in the TPS (Temporary Junkyard),
and then brought to TPA Putri Cempo to be disposed or recycled.
The wide area of TPA Putri Cempo is abaout 17 hectares and has
been planned to be use for 20 years. Howe ever, the fact6 has
occured that its 15th the junkyard capcity and the dump disposal.
The thing raised in this documentary film is the efforts taken by
goverment and the trasmen to solve the problem of TPA putri
Cempo whisch is nearly overload.
The aim of this research is to increase and support the
goverment‟s and the trashment‟s efforts in solving the problem of
TPA Putri Cempo which is nearly overloaded. The background and
the motivation are also included. The research held in TPA Putri
Cempo. The data collecting methods are through documentation,
observation, and interview.
After a deeply research, it can be concluded that the
existance of TPA Putri Cempo is nearly reach its maximum capacity
limit and it needs immediate solving. So the goverment supposes to
find the effectives solutions so that the dump problem in surakarta
city can be solved. The mutual relationship among the DKP and the
thrasmen of TPA Putri cempo is a good beginning to solve the
junkyard problem. The close relationship built by the goverment and
the thrasmen becomes a good example for the people/society
whenever the dump mangement problem seems to be wider and
wider.

x

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MAS ALAH
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia.
Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah.
Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita
terhadap barang atau material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian
juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang
kita konsumsi, oleh karena itu pengelolaan sampah tidak bisa lepas juga
dari ‘pengelolaan’ gaya hidup masy arakat. Gaya hidup masyarakat
yang kurang berwawasan lingkungan merupakan penyebab utama dari
permasalahan sampah. Benturan yang dihadapi dalam pengelolaan
sampah adalah mental masyarakat yang belum peduli terhadap sampah.
ini memang proyek jangka panjang, mengubah mental tidak bisa
dilakukan dan dirasakan hasilnya dalam satu-dua bulan, bisa jadi
bertahun-tahun.
Peningkatan aktifitas manusia memberikan dampak terhadap
peningkatan volume sampah. Volume sampah yang meningkat di kelola
oleh pihak DKP, ditampung di TPS, diangkut lalu di buang di TPA
Putri cempo untuk di kelola dan diolah. Upaya pengelolaan sampah di
TPA Putri Cempo dengan cara Sanitary Landfill. Sistem Sanitary
Landfill adalah metode pembuangan akhir sampah dengan teknik

2

tertentu sehingga tidak menimbulkan pencemaran dan membahayakan
kesehatan. Teknik ini masih mengandalkan luas areal TPA yang mana
suatu saat masih menimbulkan masalah. Luas areal TPA inilah yang
menjadi permasalahan di TPA Putri Cempo. TPA Putri Cempo luasnya
17 hektare dan diperkirakan bisa digunakan untuk 20 tahun. Tetapi
kenyataannya baru berjalan 15 tahun, TPA tersebut sudah mencapai
ambang batas. Kondisi TPA yang sudah diambang batas disebabkan
karena volume sampah buangan tidak sebanding dengan luas lahan
TPA dan pengelolaanya.
Dalam usaha mengurangi volume sampah di TPA Putri Cempo, pihak
DKP juga tertolong dengan keberadaan sapi serta pemulung di TPA
Putri Cempo. Setidaknya 10% sampah bisa dikurangi karena
dikonsumsi oleh 1.187 sapi serta aktivitas 116 pemulung. Aktivitas
pemulung dalam mengais sampah di TPA sejak daerah ini menjadi
TPA sampah kota Solo dua puluh tahun silam. Para pemulung tersebut
berasal dari desa sekitar TPA, antara lain desa Kandangsari, Jatirejo,
Jengglong dan Sulurejo. M ereka bisa meraup rejeki antara Rp 10.000
sampai Rp 15.000 perhari. Pada beberapa tahun ini kelompok
pemulung mendapat bantuan sapi dari pemerintah, sapi-sapi tersebut
oleh para pemulung dilepas dan digembalakan di sekitar areal TPA.
Sapi-sapi tersebut telah dilatih mencari makan di TPA sehingga
sekarang ini

TPA

Putri

Cempo

juga telah menjadi ladang

penggembalaan. Sampah memang kotor, tetapi membawa rezeki jika

3

mau sedikit bekerja dan kreatif, bahkan bisa menjadi sandaran hidup.
Para pemulung bersedia membagi pengalaman ke daerah lain untuk
mendayagunakan sampah secara maksimal, termasuk cara beternak sapi
dengan pakan sampah.
Keberadaan sapi dan aktivitas pemulung di TPA tidak cukup banyak
membantu dalam mengurangi sampah yang sudah mulai menggunung.
Langkah cepat mencari investor adalah solusi yang diambil pemerintah,
mengingat kapasitas TPA Putri Cempo yang semakin turun. Jika tidak
segera diatasi, diperkirakan dalam tiga tahun mendatang Putri Cempo
tidak dapat

lagi menampung sampah-sampah yang dihasilkan

masyarakat Solo. M aksimal hanya mampu (menampung sampah)
sampai tiga tahun mendatang.
Perubahan dalam kehidupan masyarakat merupakan gejala
normal yang dapat berpengaruh pada bagian-bagian pada suatu tempat.
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat, sebagian besar disebabkan
karena keinginan untuk mengadakan pembangunan yang diartikan
sebagai proses dari pada menuju kehidupan yang lebih baik.
Perubahan menuju kehidupan yang lebih baik inilah yang sedang
diperjuangkan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Surakarta
dan kelompok pemulung yang ada di TPA Putri Cempo. Dengan
kondisi TPA yang sudah di ambang batas membuat Dinas Kebersihan
dan Pertamanan (DKP) Surakarta mencari solusi untuk menangani
permasalahan

dengan mengoptimalkan sistem daur ulang agar

4

permasalahan sampah tidak kian pelik. Berbagai cara telah ditempuh
tetapi masih belum ada cara yang efektif. M endatangkan investor
merupakan solusi yang efektif, tetapi dengan datangnya investor
keberadaan kelompok pemulung yang selama ini secara tidak langsung
ikut mengurangi volume sampah di TPA terancam kehilangan mata
pencahariannya. Dengan adanya permasalahan ini kelompok pemulung
menawari tanah seluas 7 hektar, meski demikian langkah ini belum
dapat diambil mengingat pengolahan sampah menjadi prioritas utama.
Segala kebijakan ada ditangan pemerintah untuk itu diharapkan
keputusan yang diambil merupakan solusi yang terbaik untuk
masyarakat secara umum dan khususnya bagi warga sekitar TPA Putri
Cempo. Perjuangan kedua pihak patut di jadikan sebuah contoh
terjalinnya suatu kerjasama yang baik antara pemerintah dan kelompok
pemulung dalam mengatasi permasalahan sampah

B. RUMUS AN MAS ALAH
Bagaimana permasalahan TPA Putri Cempo yang sudah di ambang
batas?

C. VIS I, MIS I DAN TUJUAN PRODUKS I
Untuk dapat memproduksi Dokumenter yang baik maka fakta
yang dipilih haruslah menarik dan informational. Dalam Dokumenter
dengan judul “Dibalik Bayang-Bayang Ambang Batas” akan fokus

5

pada permasalahan Tempat Pembuangan akhir Putri Cempo yang sudah
di ambang batas, termasuk di dalamnya latar belakang dan motivasinya,
dengan tehnik penyajian yang dikemas semenarik mungkin, untuk itu
tetap diperlukan visi dan misi yang jelas agar memiliki arah yang jelas
pula.
1. Visi
a. M enggali ide kreatif dengan mengkomunikasikan fakta dalam
berkarya dengan media audio-visual.
b. Terbentuknya rasa ketertarikan terhadap masalah-masalah sosial
yang muncul di tengah kehidupan masyarakat.
c. M eningkatkan kesadaran masyarakat dalam gaya hidup yang
sadar lingkungan
2. Misi
a. M enggali lebih dalam tentang masalah TPA Putri Cempo yang
sudah diambang batas.
b. M engangkat sistem pengelolaan sampah TPA Putri Cempo
yang sudah di ambang batas
3. Tujuan Produksi
a. Sebagai tugas untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana (S-1).
b. Praktek

Produksi

Dokumenter

M edia

Audio

Visual

dalam

format

1

BAB II
KAJIAN TEORI
A. PEMBANGUNAN
Peningkatan jumlah penduduk di Surakarta memberikan dampak
terhadap peningkatan volume sampah. Upaya mengurangi volume
sampah yang pernah dilakukan oleh Pemerintah Surakarta belum
menemukan solusi yang jelas. Karena itu Pemerintah Surakarta
menganggap perlu memiliki lokasi tempat pembuangan yang memadai
dan memenuhi persyaratan ambang batas lingkungan hidup.
Pemerintah

Surakarta yang menetapkan salah satu daerah di

wilayah kecamatan M ojosongo sebagai Tempat Pembuangan Akhir
sampah sudah memasuki masa overload. Hal ini membuat pemerintah
mencari solusi yang efektif agar permasalahan sampah di kota
Surakarta terpecahkan. Pemerintah mempunyai alternatif solusi untuk
permasalahan

sampah ini yaitu dengan perluasan lahan dan

mengundang investor dalam pengelolaan sampah. Untuk kepentingan
pembangunan maka solusi untuk mendatangkan investor dinilai solusi
yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini. Investor dinilai sangat
membantu dalam pembangunan oleh pememerintah.
Pembangunan sekarang ini telah menjadi slogan dan nampaknya
menjadi acara harian. Pembangunan telah diasumsikan sebagai status
seorang tokoh atau pemimpin dan menjadi tolok ukur bagi keberhasilan

2

atau kegagalan dari suatu pemerintahan. Pembangunan merupakan
hasil interaksi dari banyak faktor seperti perubahan, pertumbuhan,
kemajuan, dan modernisasi Dimana faktor-faktor tersebut hampir sama
dan saling mendukung. Faktor-faktor tersebut merupakan hasil
perencanaan yang disadari dan disengaja, dan hasil usaha yang
dilaksanakan akan mengansumsikan sifat-sifat karaketristik dari
pembangunan.
Pembangunan merupakan suatu proses yang bergerak dari
keadaan yang tidak memuaskan ke keadaan yang memuaskan, bersifat
dinamis dan tidak statis. Dapat juga diartikan pula sebagai suatu tujuan,
program, gerakan (aksi) dan proses.1 Timbulnya pembangunan
kebanyakan tumbuh dari partisipasi dan kepuasan rakyat. Dan unsur2

unsurnya adalah:

1. Rasa berpartisipasi aktif
2. Rasa bangga dalam mencari pemecahan terhadap masalah yang
dihadapi
3. Rasa berprestasi baik mental dan fisik
Kondisi TPA Putri Cempo yang butuh perhatian khusus dari
pemerintah memaksa pemerintah merencanakan pembangunan dan
inovasi dalam pengelolaan sampah di TPA Putri Cempo. Rencana
pemerintah untuk mendatangkan investor ditentang oleh penduduk

1

PRR Sinha, Komunikasi, Difus Inovasi Dan Pembangunan, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta,1984, hal
2

Ibid, hal.28

3

sekitar TPA yang setiap harinya bekerja sebagai pemulung di TPA.
Inovasi yang ditawarkan pemerintah diartikan merugikan penduduk
sekitar TPA yang selama ini menggantungkan hidupnya dengan
mengais sampah di TPA. Dengan adanya investor maka mereka tidak
bisa lagi mencari sampah di TPA karena sampah di TPA sudah menjadi
hak investor.

B. PERUBAHAN S OS IAL DAN DIFUS I INOVAS I
1. Perubahan S osial
Perubahan

sosial

merupakan

salah

satu

dampak

dari

pembangunan, dampak itu terjadi dalam perubahan struktur dan
fungsi suatu sosial. Perubahan sosial terdiri dari tiga aspek:

3

1. Kreasi dan pengembangan dari ide-ide baru
2.

M engkomunikasikan ide-ide baru kepada anggota-anggota
suatusistem sosial

3.

Perubahan-perubahan sebagai hasil atau akibat dari penerimaan
ataupun penolakan terahadap ide-ide baru tersebut

3

PRR Sinha, Komunikasi, Difus Inovasi Dan Pembangunan, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta,1984, hal 16

4

2. Difusi Inovasi
Difusi didefinisikan sebagai tipe khusus dari komunikasi yang
berkaitan dengan penyebaran ide-ide baru. Dalam difusi inovasi
terjadi heterophily yaitu tingkat dimana pasangan dari individuindividu yang berinteraksi berbeda dalam atribut-atribut tertentu.
Heterolphily adalah “ the mirror opposite” dari homophily, yaitu
tingkat dimana pasangan dari individu yang berinteraksi adalah
sama dalam atribut-atribut tertentu, seperti keyakinan, nilai-nilai,
pendidikan, dan status sosial. Suatu tingkat heterophily yang tinggi
dari sumber (komunikator) dan penerima (komunikan) kerap kali
muncul di dalam difusi inovasi. Hal ini disebabkan ide-ide baru itu
sering berasal dari orang-orang yang sangat berbeda dengan
penerimanya. Inilah yang justru mendatangkan problem-problem
yang unik dalam rangka mencapai komunikasi efektif.4 Dalam
model konseptual tentang difusi, suatu inovasi dikomunikasikan
melalui saluran-saluran tertentu secara terus menerus kepada
anggota-anggota suatu sistem sosial.
Paradigma proses innovation decision terdiri dari tiga unsur utama:
1.Antendents (unsur-unsur yang mendahului)
a. Ciri kepribadian seorang individu (misalnya sikapnya
terhadap perubahan)

4

Ibid, hal 16

5

b. Ciri-ciri sosial
c. Desakan akan perlunya diterimanya inovasi itu
2.Prosesnya sendiri (kognitif, afektif)
3.Konsekuensi-konsekuensinya (menerima atu menolak, yang
biasanyadiikuti oleh alternative yang terakhir.

Seorang individu mengalami proses

mental pertama-tama dari

kesadaranya terhadap keputusan yang diambil tentang mengadopsi
inovasi atau menolak inovasi. Proses yang demikian diperinci dalam 4
tahap: 5
1.Knowledge
Individu dihadapkan pada andanya inovasi dan mengusahakan
suatu pengertian mengenai bagaimana fungsinya.
2.Persuation
Individu mengambil sikap yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan terhadap inovasi tersebut
3.Decision
Individu melibatkan diri dalam aktifitas-aktifitas

yang

mengarah pada suatu pilihan atau mengadopsi atau menolak
inovasi

5

Ibid, hal 17

6

4.Confirmation
Individu berusaha memperkuat keputusan inovasi yang
dibuatnya, tapi bisa juga membatalkan keputusan yang
terdahulu jika didapatkan pada pesan-pesan yang bertentangan
tentang inovasi tersebut.

BAB IV
DES KRIPS I LOKAS I TPA PUTRI CEMPO

Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap
aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume
sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang atau material
yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat
tergantung dari jenis material yang kita konsumsi, oleh karena itu pengelolaan
sampah tidak bisa lepas juga dari ‘pengelolaan’ gaya hidup masyarakat. Gaya
hidup masyarakat yang kurang berwawasan lingkungan merupakan penyebab
utama dari permasalahan sampah. Benturan yang dihadapi dalam pengelolaan
sampah adalah mental masyarakat yang belum peduli terhadap sampah. ini
memang proyek jangka panjang, mengubah mental tidak bisa dilakukan dan
dirasakan hasilnya dalam satu-dua bulan, bisa jadi bertahun-tahun.
Peningkatan aktifitas manusia memberikan dampak terhadap peningkatan
volume sampah. Volume sampah yang meningkat di kelola oleh pihak DKP,
ditampung di TPS, diangkut lalu di buang di TPA Putri cempo untuk di kelola dan
diolah. Upaya pengelolaan sampah di TPA Putri Cempo dengan cara Sanitary
Landfill. Sistem Sanitary Landfill adalah metode pembuangan akhir sampah
dengan

teknik tertentu sehingga tidak menimbulkan

pencemaran

dan

membahayakan kesehatan. Teknik ini masih mengandalkan luas areal TPA yang
mana suatu saat masih menimbulkan masalah. Luas areal TPA inilah yang
menjadi permasalahan di TPA Putri Cempo. TPA Putri Cempo luasnya 17 hektare

dan diperkirakan bisa digunakan untuk 20 tahun. Tetapi kenyataannya baru
berjalan 15 tahun, TPA tersebut sudah mencapai ambang batas. Kondisi TPA
yang sudah diambang batas disebabkan karena volume sampah buangan tidak
sebanding dengan luas lahan TPA dan pengelolaanya.
Dalam usaha mengurangi volume sampah di TPA Putri Cempo, pihak
DKP juga tertolong dengan keberadaan sapi serta pemulung di TPA Putri Cempo.
Setidaknya 10% sampah bisa dikurangi karena dikonsumsi oleh 1.187 sapi serta
aktivitas 116 pemulung. Aktivitas pemulung dalam mengais sampah di TPA sejak
daerah ini menjadi TPA sampah kota Solo dua puluh tahun silam. Para pemulung
tersebut berasal dari desa sekitar TPA, antara lain desa Kandangsari, Jatirejo,
Jengglong dan Sulurejo. M ereka bisa meraup rejeki antara Rp 10.000 sampai Rp
15.000 perhari. Pada beberapa tahun ini kelompok pemulung mendapat bantuan
sapi dari pemerintah, sapi-sapi tersebut oleh para pemulung dilepas dan
digembalakan di sekitar areal TPA. Sapi-sapi tersebut telah dilatih mencari makan
di TPA sehingga sekarang ini TPA Putri Cempo juga telah menjadi ladang
penggembalaan. Sampah memang kotor, tetap i membawa rezeki jika mau sedikit
bekerja dan kreatif, bahkan bisa menjadi sandaran hidup. Para pemulung bersedia
membagi pengalaman ke daerah lain untuk mendayagunakan sampah secara
maksimal, termasuk cara beternak sapi dengan pakan sampah.
Keberadaan sapi dan aktivitas pemulung di TPA tidak cukup banyak
membantu dalam mengurangi sampah yang sudah mulai menggunung. Langkah
cepat mencari investor adalah solusi yang diambil pemerintah, mengingat
kapasitas TPA Putri Cempo yang semakin turun. Jika tidak segera diatasi,

diperkirakan dalam tiga tahun mendatang Putri Cempo tidak dapat lagi
menampung sampah-sampah yang dihasilkan masyarakat Solo. M aksimal hanya
mampu (menampung sampah) sampai tiga tahun mendatang.
Perubahan dalam kehidupan masyarakat merupakan gejala normal yang
dapat berpengaruh pada bagian-bagian pada suatu tempat. Perubahan yang terjadi
dalam

masyarakat,

sebagian

besar

disebabkan

karena keinginan untuk

mengadakan pembangunan yang diartikan sebagai proses dari pada menuju
kehidupan yang lebih baik.
Perubahan menuju kehidupan yang lebih baik inilah yang sedang
diperjuangkan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Surakarta dan
kelompok pemulung yang ada di TPA Putri Cempo. Dengan kondisi TPA yang
sudah di ambang batas membuat Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP)
Surakarta mencari solusi untuk menangani permasalahan dengan mengoptimalkan
sistem daur ulang agar permasalahan sampah tidak kian pelik. Berbagai cara telah
ditempuh tetapi masih belum ada cara yang efektif. M endatangkan investor
merupakan solusi yang efektif, tetapi dengan datangnya investor keberadaan
kelompok pemulung yang selama ini secara tidak langsung ikut mengurangi
volume sampah di TPA terancam kehilangan mata pencahariannya. Segala
kebijakan ada ditangan pemerintah untuk itu diharapkan keputusan yang diambil
merupakan solusi yang terbaik untuk masyarakat secara umum dan khususnya
bagi warga sekitar TPA Putri Cempo. Perjuangan kedua pihak patut di jadikan
sebuah contoh terjalinnya suatu kerjasama yang baik antara pemerintah dan
kelompok pemulung dalam mengatasi permasalahan sampah

1

BAB IV

TAHAPAN PEMBUATAN FILM DOKUMENTER

Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama
karya

Lumiere

bersaudara

yang

berkisah

tentang perjalanan

(travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh enam
tahun kemudian, kata „dokumenter‟ kembali digunakan oleh pembuat
film dan kritikus film asal Inggris John Grierson untuk Film M oana
(1962) karya Robert Flaherty. Grierson berpendapat dokumenter
merupakan cara kreatif merepresentasikan realitas.

1

Film dokumenter termasuk dalam kategori film non cerita, Pada
mulanya ada dua tipe film non cerita yaitu yang termasuk dalam film
dokumenter dan film faktual. Film faktual, umumnya menampilkan
fakta. Kamera sekedar merekam peristiwa. Film ini hadir dalam bentuk
film berita (newsreel) dan film dokumentasi. Film berita, titik beratnya
pada segi pemberitaan atau suatu kejadian aktual, sedangkan film

1

Heru Effendy, Mari Membuat Film, Panduan, Yogyakarta, 2002, hal 11

2

dokumentasi hanya merekam kejadian tanpa diolah lagi, misalnya
dokumentasi peristiwa perang atau upacara kemerdekaan. 2

John Ivens, pembuat film dokumenter terkenal dari Belanda,
menyebutkan bahwa kekuatan utama yang dimiliki film dokumenter
terletak pada rasa keontentikan, bahwa tidak ada definisi film
dokumenter yang lengkap tanpa mengaitkan faktor-faktor subyektif
pembuatnya. Dengan kata lain, film dokumenter bukan cerminan pasif
dari kenyataan, melainkan ada proses penafsiran atas kenyataan yang
dilakukan oleh si pembuat film dokumenter.

Film

dokumenter,

selain

mengandung

fakta,

ia

juga

mengandung subyektivitas pembuat. Subyektivitas dalam arti sikap
atau opini terhadap peristiwa. Jadi ketika faktor manusia berperanan,
persepsi tentang kenyataan kan sangat tergantung pada manusia
pembuat film dokumenter itu.3

Seorang pembuat film dokumenter lain yaitu DA. Peransi
mengatakan

bahwa

film

dokumenter yang baik adalah yang

mencerdaskan penonton. Sehingga kemudian film dokumenter menjadi
wahana

2

yang tepat

untuk mengungkap

realitas, menstimulasi

Marselli Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film, PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta, 1996, hal 13
3

Ibid

3

perubahan. Jadi yang terpenting adalah menunjukkan realitas kepada
masyarakat yang secara normal tidak terlihat realitas itu.4

Layaknya sebuah gambar atau foto, kontras adalah salah satu
hal menarik perhatian. Demikian pula dalam film dokumenter,
“kontras” diwujudkan dengan adanya pertentangan di dalam konteks
film itu. Apakah pertentangan dalam hal idealisme pendapat, dikotomi,
ataupun pertentangan dalam satu konteks film itu sendiri.

Dalam pembuatan film dokumenter, kejelian adalah hal yang
pokok. Sehingga diperlukan suatu pemikiran dan proses teknis yang
matang. Suatu produksi program film memerlukan tahapan proses
perencanaan, proses produksi, hingga hasil akhir produksi. Tahapan
tersebut sering dikenal dengan Standard Operation Procedure (SOP), yang
terdiri dari:

1. Pra Produksi (ide, perencanaan, persiapan)
2. Produksi (pelaksanaan)
3. Pasca Produksi (Penyelesaian dan Penay angan)

A. Pra Produksi

4

Ibid, hal 15

4

M erupakan tahap awal dari proses produksi, termasuk
didalamnya adalah penemuan ide, pengumpulan bahan berupa data-data
untuk mendukung fakta atau subyek yang dipilih. Tahap pra produksi
ini sangat penting karena merupakan landasan untuk melaksanakan
produksi dan harus dilakukan dengan dengan rinci dan telliti sehingga
akan membantu kelancaran proses produksi. Jika tahap ini telah
dilaksanakan secara rinci dan baik, sebagian dari produksi yang
direncanakan sudah beres.5 Kegiatan ini meliputi :

1. Memilih S ubyek Film Dokumenter (choosing a subject)

Ada beberapa kemungkinan yang menjadi dasar untuk memilih
subyek. Subyek film dokumenter bisa berhubungan dengan sejarah,
mitos atau legenda, sosial budaya, sosial ekonomi, atau yang lainnya.
Pertimbangan dipilihnya suatu subyek bukan hanya karena kebetulan
semata tetapi melalui proses panjang, melalui penelitian dan memiliki
dasar pemikiran yang kuat. Dalam sebuah film dokumenter, apa yang
disajikan mengandung subyektivitas pembuatnya, dalam arti sikap atau
opini pembuat film terhadap realita yang didokumentasikannya.

2. Riset (Research)

5

Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, Grasindo, Jakarta, 1997, hal
20

5

Riset (penelitian) adalah salah satu bagian terpenting sebelum
pembuatan film dokumenter. Riset digunakan untuk mendukung faktafakta tentang subyek yang telah dipilih. Riset dilakukan untuk
mendapatkan data-data yang bisa diperoleh melalui wawancara dengan
tokoh ahli, kepustakaan, media massa, internet, dokumen mapun
sumber lain.

M enurut Garin Nugroho, riset juga berhubungan dengan tema
film. Riset tema film berhubungan dengan penguasaan pada wacana
yang menyangkut disiplin ilmu dan kebutuhan mendiskripsikannya ke
bentuk visual. Pendampingan kepustakaan dan ahli lokal juga penting
dan harus dilakukan.

3. Mempersiapkan Detail Produksi

M empersiapkan detail berarti menyiap kan segala hal yang
diperlukan agar proses produksi dapat berjalan lancar. Persiapanpersiapan tersebut antara lain:

a. Data Teknis
b. Sinopsis atau tulisan ringkas mengenai garis besar cerita, meliputi
adegan adegan poko dan garis besar pengembangan cerita. 6

6

Marselli Sumarno, Opcit, hal 117

6

c. Treatment, dapat dijabarkan sebagai perlakuan tentang hal-hal yang
dijabarkan dalam sinopsis. Sebuah uraian mengenai segala urutan
kejadian yang akan tampak di layar TV atau Video. Uraian itu
bersifat naratif, tanpa menggunakan istilah teknis. 7
d. Naskah atau skenario, yaitu cerita dalam bentuk rangkaian sekuen
dan adegan-adegan yang siap digunakan untuk titik tolak produksi
film, tetapi belum terperinci.
e. Shooting Script adalah naskah versi siap produksi yang berisi sudut
pengambilan gambar atau angle dan bagian-bagian kegiatan secara
rinci dan spesifik.
f. Timetable Shooting atau penjadwalan Shooting yang berbentuk
Shooting Breakdown dan Shooting Schedule.

B. Produksi

Tahap ini merupakan kegiatan pengambilan gambar atau
shooting. Pengambilan gambar dilakukan berdasarkan shooting script
dan shooting breakdown dengan pengaturan jadwal seperti yang
tercantum dalam shooting schedule.

7

PCS. Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video, Grasindo,
Jakarta, 1993. hal 46

7

Beberapa istilah yang digunakan dalam pengambilan gambar
atau shooting antara lain :


Shot, adalah sebuah unit visual terkecil berupa potongan film yang
merupakan hasil satu perekaman.



8

Camera Angle, atau biasa disebut sudut pengambilan gambar,
adalah posisi kamera secara relatif terhadap subyek dan obyek.



Sequence, atau serangkaian shot-shot yang merupakan satu
kesatuan yang utuh.



Scene, atau adegan adalah salah satu shot atau lebih dari suatu
lokasi atau action yang sama.



Close Up (CU), atau pengambilan terdekat. Tembakan kamera pada
jarak yang sangat dekat dan memeperlihatkan hanya bagian kecil
subyek, misalnya wajah seseorang.9



Long Shot (LS), shot jarak jauh yang kepentingannya untuk
memeperlihatkan hubungan antara subyek-subyek dan lingkungan
maupun latar belakangnya.

8

Marselli Sumarno, Opcit, hal 116

9

Ibid, hal 112

8



Medium Shot (MS), shot yang diambil lebih dekat pada subyeknya
dibandingkan long shot. Bila obyeknya manusia, medium shot
menampilkan bagian tubuh dari pinggang ke atas.



10

Medium Long Shot (MLS), atau disebut juga knee shot. Bila
obyeknya manusia, maka yang tampak adalah dari kepala sampai
lutut, bagian latar belakang tampak rinci.



11

Composition, merupakan teknik menempatkan gambar pada layar
dengan proporsional.



Pan, menggerakkan kamera ke kanan dan ke kiri pada poros (as)
horisontalnya.12



Tilt, gerakan kamera menunduk dan mendongak pada poros
vertikalnya.



13

Tracking Shot, shot yang diambil dengan memindahkan kamera
mendekat ke subyek (track in) maupun menjauh dari subyek (track
out). Kamera bisa diletakkan diatas peralatan beroda karet yang
disebut dolly.14

10

Ibid, hal 115

11

Ibid

12

Ibid

13

Ibid, hal 117

14

Ibid

9



Follow, adalah gerakan kamera yang mengikuti kemana obyek
bergerak.

C. Pasca Produksi

Pasca produksi bisa dikatakan sebagai tahap akhir dari
keseluruhan proses produksi. Tahap ini dilaksanakan setelah semua
pengambilan gambar selesai. Tahap pasca produksi

ini meliputi

logging, editing, dan mixing.

Logging

merupakan

kegiatan pencatatan

timecode hasil

shooting, setelah logging, dilakukan penyusunan gambar sesuai
skenario atau shooting script melalui editing. Setelah editing selesai
dilakukan mixing gambar dengan suara. Suara dapat berupa atmosfir,
suara asli, background musik, atau narasi. Untuk lebih rinci, ketiga
tahapan ini akan diuraikan melalui data teknis yang terlampir.

10