11
Lampu 3 warna dilengkapi dengan lampu warna merah dan atau hijau yang memancarkan cahaya berupa tanda panah.
2. Lampu 2 warna Berfungsi untuk mengatur kendaraan dan atau pejalan kaki. Terdiri dari warna
merah dan hijau. Dipasang dalam posisi vertikal urutannya dari atas ke bawah : merah, dan hijau dan horisontal urutannya dari kiri ke kanan : merah, dan hijau.
3. Lampu 1 warna Berfungsi untuk memberikan peringatan bahaya kepada pemakai jalan. Terdiri
dari warna kuning atau merah yamg dipasang dalam posisi vertikal atau horisontal.
2.3. Sinyal
Sinyal lalu lintas digunakan dengan alasan satu atau lebih Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 yaitu:
1. Untuk menghindari kemacetan sebuah simpang oleh arus lalu lintas yang berlawanan, sehingga kapasitas simpang dapat dipertahankan selama keadaan lalu
lintas puncak. 2. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas yang disebabkan tabrakan antara
kendaraan yang berlawanan arah. Pemasangan sinyal dengan alasan keselamatan lalu lintas umumnya diperlukan bila kecepatan kendaraan yang mendekati
simpang sangat tinggi dan atau jarak pandang terhadap gerakan-gerakan lalu lintas yang berlawanan tidak memadai yang disebabkan oleh bengunan-bangunan atau
tumbuh-tumbuhan yang dekat pada sudut-sudut simpang.
12
3. Untuk mempermudah menyebrangi jalan utama bagi kendaraan dan atau pejalan kaki dari jalan minor.
2.4. Waktu Sinyal
Dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, penentuan waktu sinyal untuk keadaan dengan kendali waktu tetap dilakukan berdasarkan metoda Webster 1996
untuk meminimumkan tundaan total pada suatu simpang, dengan waktu siklus optimum.
2.5. Perilaku Lalu Lintas
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, perilaku lalu lintas adalah ukuran kuantitas yang menerangkan kondisi operasional fasilitas dari lalu lintas.
Pengukuran kuantitas sendiri diartikan sebagai kemampuan maksimum yang dapat melintasi suatu penampang jalan dalam melayani lalu lintas ditinjau dari volume
kendaraaan kendaraan yang dapat ditampung oleh jalan tersebut pada kondisi tertentu. Perilaku lalu lintas pada simpang bersinyal meliputi : panjang antrian, rasio
kendaraan terhenti, tundaan.
2.5.1. Panjang antrian
Panjang antrian queue length merupakan jumlah kendaraan yang antri pada suatu pendekat. Pendekat sendiri adalah daerah suatu lengan persimpangan jalan
untuk kendaraan mengantri sebelum keluar melewati garis henti. Satuan panjang
13
antrian adalah satuan mobil penumpang smp. Manual Kapasitas Jalan Indonesia1997.
2.5.2. Rasio kendaraan terhenti
Rasio kendaraan terhenti adalah rasio kendaraan yang harus berhenti akibat sinyal merah sebelum melewati simpang atau rasio dari arus lalu lintas yang terpaksa
berhenti sebelum melewati garis henti akibat pengendalian sinyal. Manual Kapasitas Jalan Indonesia1997.
2.5.3. Tundaan
Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang dibutukan untuk melewati simpang apabila dibandingkan lintasan tanpa melalui suatu simpang. Tundaan terdiri
dari Tundaan Lalu lintas Delay of Traffic dan Tundaan Geometri Delayof Geometric. DT adalah waktu tunggu yang disebabkan oleh interaksi lalulintas
dengan gerakan lalulintas yang bertentangan. DG adalah disebabkan oleh perlambatan dan percepatan kendaraan yang membelok dipersimpangan dan atau
yang berhenti oleh lampu merah. Tundaan karena pertemuan junction, adalah area interaksi lalu lintas yang kompleks, maka sifatnya jumlah jalur, jenis permukaan,
tata letak geometri, perhentian bis, dan penyeberangan pejalan kaki, dan bentuk pengendalian lalu lintas rambu-rambu, pengaturan arusjalur, bundaran di
persimpangan, pengendalian pembelokan, pemisahan dengan ketinggian permukaan semuanya mempengaruhi jenis dan jumlah penundaan yang terdistribusi pada para
pemakai Manual Kapasitas Jalan Indonesia,1997.
14
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, tundaan lalu lintas simpang didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Kecepatan kendaraan dalam kota 40 kmjam. 2. Kecepatan kendaraan tak terhenti 10 kmjam.
3. Tingkat percepatan dan perlambatan 1,5 mdet2. 4. Kendaraan terhenti mengurangi kecepatan untuk menghindari tundaan
perlambatan, sehingga hanya menimbulkan tundaan percepatan.
2.6. Volume Lalu Lintas
Menurut Sukirman 1994, volume lalu lintas dinyatakan sebagai pengukur jumlah dari arus lalu lintas dan digunakan volume. Volume lalu lintas menunjukan
jumlah kendaraan yang melintasi suatu titik pengamatan dalam satu satuan waktu harijammenit. Volume lalu lintas yang tinggi membutuhkan leber perkerasan yang
lebih lebar, sehingga tercipta kenyamanan dan keamanan. Menurut Hobbs 1995, volume adalah sebuah peubah variable yang penting
pada teknik lalu lintas dan pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah pergerakan persatuan waktu pada lokasi tertentu. Jumlah
gerakan yang dihitung dapat meliputi tiap macam moda lalu lintas saja, seperti : pejalan kaki, mobil, bis, mobil barang, atau kelompokkelompok campuran moda.
Periode-periode waktu yang dipilih tergantung pada tujuan studi dan konsekuensinya,
15
tingkat ketepatan yang dipersyaratkan akan menentukan frekuensi, lama, dan pembagian arus tertentu.
2.7. Kapasitas