Latar Belakang Permasalahan LATAR BELAKANG

Hotel “Resort” Di Gunungkidul 9 Climbing Gathering 2005 yang diikuti oleh 250 pemanjat dari 6 negara. 6 Beberapa komunitas pecinta alam, seperti MAPALA Mahasiswa Pecinta Alam dan FTPI Forum Pemanjat Tebing Indonesia, secara bergantian melakukan diklat maupun latihan memanjat. Kunjungan wisata ke Pantai Siung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan minat wisatawan terhadap Pantai Siung cukup besar. Berikut grafik peningkatan kunjungan wisatawan ke Pantai Siung. Tabel 1.5. Jumlah Kunjungan Wisata ke Pantai Siung Tahun Jumlah Kunjungan Peningkatan Penurunan Persentase 2005 3.649 2006 2.935 - 714 - 19,56 2007 5.293 + 2.358 80,34 2008 5.085 - 208 - 3,93 2009 8.658 + 3.573 73,26 2010 15.998 + 7.340 84,77 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul Melihat tabel di atas, penambahan akomodasi berupa hotel resor sangat dibutuhkan di Pantai Siung Gunungkidul.

1.1.2. Latar Belakang Permasalahan

Gunungkidul merupakan daerah perbukitan batu gamping limestone dan bentang alam karst yang tandus dan kekurangan air permukaan. Kabupaten Gunungkidul ditetapkan sebagai kawasan karst atau kawasan perbukitan batu gamping yang harus dikelola dengan baik agar sesuai dengan daya dukung lingkungannya yang mengoptimalkan pemanfaatan potensi karst yang 6 http:www.yogyes.comidyogyakarta-tourism-objectbeachsiung , 10 Maret 2011 Hotel “Resort” Di Gunungkidul 10 berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pembangunan berkelanjutan sendiri dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dengan adanya kesadaran bahwa keterbatasan sumber daya alam yang ada harus dijaga. Penetapan Kabupaten Gunungkidul sebagai kawasan karst menyebabkan Kabupaten Gunungkidul identik dengan kesan “kering”. Kondisi alam yang gersang menyebabkan keberadaan sumber air yang sangat terbatas bahkan beberapa telaga yang menjadi sumber air penduduk sekitarnya mulai kering. Hal ini menjadi permasalahan yang harus dapat diselesaikan mengingat bahwa hotel merupakan salah satu bangunan yang tingkat kebutuhan penggunaan airnya sangat tinggi. Rancangan yang “eco-friendly” dengan mengoptimalkan pemanfaatan air dalam bangunan dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi kondisi wilayah Gunungkidul yang terbatas sumber air dan panas karena adanya pengaruh dari global warming yang sedang terjadi. Ada berbagai cara yang dilakukan dari pendekatan ekologi pada perncangan arsitektur, tetapi pada umumnya mempunyai inti yang sama , antara lain : Ken Yeang 2006, mendefinisikannya sebagai: Ecological design, is bioclimatic design, design with the climate of the locality, and low energy design. Ken Yeang, menekankan pada : integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro, kondisi tapak, program bangunan, konsep design dan sistem yang tanggap pada iklim, penggunan energi yang rendah, diawali dengan upaya perancangan secara pasif dengan mempertimbangkan bentuk, konfigurasi, façade, orientasi bangunan, vegetasi, ventilasi alami, warna. Integrasi tersebut dapat tercapai dengan mulus dan ramah, melalui 3 tingkatan; yaitu yang pertama integrasi fisik dengan karakter fisik ekologi setempat, meliputi keadaan tanah, topografi, air tanah, vegetasi, iklim dan sebagainya. Kedua, integrasi sistim-sistim dengan proses alam, meliputi: cara penggunaan air, pengolahan dan pembuangan limbah cair, sistim pembuangan dari bangunan dan pelepasan panas dari bangunan Hotel “Resort” Di Gunungkidul 11 dan sebagainya. Yang ketiga adalah integrasi penggunaan sumber daya yang mencakup penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan. 7 Rancangan yang “eco-friendly” merupakan rancangan yang menggunakan pendekatan secara ekologi dan secara berkelanjutan. Istilah ekologi secara luas berarti kehidupan manusia dengan lingkungannya baik dengan makhluk hidup maupun benda mati. Ekologi sendiri merupakan ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara sesama makhluk hidup serta antara makhluk hidup dengan lingkungannya, aliran energi dan interaksi dengan sekitarnya. Ekologi arsitektur atau eko-arsitektur merupakan pembangunan secara holistis berhubungan dengan sistem keseluruhan, yang memanfaatkan pengalaman manusia, sebagai proses dan kerja sama antara manusia dan alam sekitarnya atau pembangunan rumah atau tempat tinggal sebagai kebutuhan kehidupan manusia dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan alamnya. Arsitektur yang sadar lingkungan adalah bidang keilmuan yang mempengaruhi usaha terhadap kelanjutan, keselaran ekologi, dan kegiatan manusia yaitu yang menyangkut masalah : - Pemeliharaan dan perawatan biosfer - Mendaur ulang sumber bahan baku alam - Mentransformasikan energi secukupnya secara ekonomis. Perlunya lebih banyak promosi bagi arsitektur berkelanjutan adalah sebuah keharusan, mengingat kondisi bumi yang semakin menurun dengan adanya degradasi kualitas atmosfer bumi yang memberi dampak pada pemanasan global. Semakin banyak arsitek dan konsultan arsitektur yang menggunakan prinsip desain yang berkelanjutan, semakin banyak pula bangunan yang tanggap lingkungan dan meminimalkan dampak lingkungan akibat pembangunan. Dorongan untuk lebih banyak menggunakan prinsip arsitektur berkelanjutan antara lain dengan mendorong pula pihak-pihak lain untuk berkaitan dengan pembangunan seperti developer, pemerintah dan lain-lain. Mereka juga perlu untuk didorong lebih perhatian kepada keberlanjutan dalam pembangunan ini dengan tidak hanya mengeksploitasi lahan untuk mendapatkan keuntungan 7 http:www.scribd.comdoc57360442Sustainability-Design-Ecological-Design , Kamis 18 Agustus 2001, 19.32 WIB Hotel “Resort” Di Gunungkidul 12 sebanyak-banyaknya tanpa kontribusi bagi lingkungan atau memperhatikan dampak lingkungan yang dapat terjadi.

1.2. RUMUSAN PERMASALAHAN

Bagaimana mewujudkan sebuah rancangan Hotel “Resort” di Pantai Siung, Gunungkidul, yang memanfaatkan air secara optimal dengan pendekatan “eco-friendly”?

1.3. TUJUAN

Terwujudnya konsep rancangan Hotel Resor di Siung Kabupaten Gunungkidul sebagai area peristirahatan wisatawan yang berkunjung ke Gunungkidul sehingga mampu mewadahi kebutuhan wisatawan. Beberapa tujuan lain yang diinginkan adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui cara memaksimalkan sumber air baik dari sumber air tanah maupun dari air hujan. 2. Mengetahui cara pengolahan air supaya dapat dimanfaatkan secara optimal di daerah Gunungkidul yang wilayahnya memiliki keterbatasan dalam ketersediaan air.

1.4. SASARAN

Beberapa tahapan yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut. • Studi mengenai arsitektur ekologis dan arsitektur berkelanjutan sebagai salah satu pendekatan “eco-friendly” pada perencanaan dan perancangan Hotel Resor di Gunungkidul. • Studi mengenai pemanfaatan air secara optimal dalam perencanaan dan perancangan Hotel Resor di Gunungkidul sebagai tempat peristirahatan wisatawan.