9
Etika |
Maret 2015
Opini
DASAR-DASAR KEMERDEKAAN DAN PEMBATASAN KEMERDEKAAN PERS
Bagir Manan
Ketua Dewan Pers
1. Pembukaan
Sebelum memasuki substansi, perlu klarifikasi beberapa hal:
Pertama; sebutan “kemerdekaan pers”, bukan “kebebasan pers”. Dalam
tulisan maupun pembicaraan, dua sebutan tersebut dipergunakan
silih berganti interchangeable. Kemerdekaan tidak lain dari
kebebasan. Begitu pula sebaliknya. Sebutan “kemerdekaan pers” yang
bersandingan dengan sebutan “freedom of press”, lebih lazim dikenal
publik daripada sebutan “kebebasan pers”, apalagi kalau sebutan itu
disandingkan dengan “libert y of the press” atau “press liberty”. Selain
itu, secara normatif, UU No. 40 Tahun 1999 menggunakan sebutan
“kemerdekaan pers”.
D a l a m k h a z a n a h b a h a s a Indonesia, tidak pernah dibedakan
antara sebutan kemerdekaan dan kebebasan, kecuali kalau dikaitkan
dengan bahasa asing: kemerdekaan, b ersanding dengan f re edom,
kebebasan, bersanding dengan liberty Perancis: liberté.
John Locke Two Treatises of Civil Government menggunakan
ungkapan “liberty” libert y and e qual it y. Semb oyan revolusi
Perancis menggunakan sebutan: “liberté, egalité, fraternite” kebebasan,
persamaan, persaudaraan. Ada juga “keruwetan” lain, yaitu
membedakan antara: “equalit y” equalit y before the law: Dicey
dengan “egality”. Dalam bahasa Indonesia sama-
sama diterjemahkan: “persamaan”. Seandainya saya kompeten dalam
hal ini, tidak, sebutan “equalit y” b ertalian dengan “p erlakuan”
perlakuan yang sama, misalnya: “persamaan di depan hukum”
equality before the law. Sedangkan “egalit y” atau “egalité”, bertalian
dengan “sikap” duduk sama rendah berdiri sama tinggi.
Kedua; sebutan “pers”. Sebutan ini berasal dari bahasa Belanda
“pers”. Dalam bahasa Inggris disebut “press” freedom of press. Secara
harfiah, artinya—antara lain: mesin cetak atau alat percetakan. Disebut
pers karena sebagai media yang dicetak. Kita mengenal sebutan
“pers delict” delik pers. Pada saat ini sebutan pers tidak lagi terbatas pada
media yang dicetak, melainkan semua media informasi publik yang
memenuhi syarat-syarat jurnalistik, c.q. Kode Etik Jurnalistik dan
berbagai standar jurnalistik yang diatur secara hukum atau “manual
practises of press”. Sekarang, sebutan “media” makin mengedepan. Buku-
buku baru di bidang pers, lebih tertarik menggunakan sebutan
“media” Media Law, Ethics and Media, Privacy and Media, dan lain-
lain. Ada juga buku-buku yang tetap menggunakan sebutan pers atau
press When the Press Fails, Attacks on the Press. Pada saat ini, di Indonesia,
lebih jamak menggunakan sebutan “media sosial”, bukan “pers sosial”.
Selain alasan normatif UU No. 40 Tahun 1999, penggunaan sebutan
“pers” telah menjadi bahasa yang sangat dikenal publik, sedangkan
penggunaan sebutan “media” masih dapat menimbulkan kerancuan
seperti “media tanaman”.
2. Dasar-dasar kemerdekaan
pers.
A d a d u a d a s a r u t a m a kemerdekaan pers. Pertama; paham
demokrasi atau paham kedaulatan rakyat. Salah satu esensi atau
ukuran kehadiran demokrasi adalah “kebebasan” libert y. Kebebasan
akan melahirkan kemerdekaan freedom, termasuk kemerdekaan
pers. Tanpa kemerdekaan pers, tidak akan ada demokrasi atau
hanya demokrasi semu verkapte democrat ie, shadow democrac y.
D a l a m t at a n a n y a n g t i d a k demokratis, seperti feodalisme atau
otoritarianisme atau bentuk-bantuk lain yang tidak demokratis, tidak
akan ada kebebasan publik. Pers atau media akan berfungsi sebagai
sarana kepentingan kekuasaan atau sekurang-kurangnya tidak menjadi
sarana kepentingan publik. Sebagai alat kekuasaan, pers atau media
adalah sekedar alat propaganda kekuasaan, bukan media publik.
Kedua; paham hak asasi. Dalam
10
Etika |
Maret 2015
Opini
PENGURUS DEWAN PERS PERIODE 2013-2016:
Ketua: Bagir Manan
Wakil Ketua: Margiono
Anggota: Anthonius Jimmy Silalahi, I Made Ray Karuna Wijaya, Imam Wahyudi,
Muhammad Ridlo ‘Eisy, Nezar Patria, Ninok Leksono, Yosep Adi Prasetyo
Sekretaris Kepala Sekretariat: Lumongga Sihombing
REDAKSI ETIKA:
Penanggung Jawab: Bagir Manan
Redaksi: Herutjahjo, Chelsia, Samsuri, Lumongga Sihombing,
Ismanto, Dedi M Kholik, Wawan Agus Prasetyo, Reza Andreas foto.
Surat dan Tanggapan Dikirim ke Alamat Redaksi:
Gedung Dewan Pers, Lantai 7-8, Jl. Ke bo n Si ri h 34, Ja k a r t a 10110. Tel. 021 3521488, 3504877, 3504874 - 75, Faks. 021 3452030
Surel: sekretariatdewanpers.or.id Twitter: dewanpers
Laman: www.dewanpers.or.id www.presscouncil.or.id
ETIKA dalam format pdf dapat diunduh dari website Dewan Pers: www.dewanpers.or.id
p e r ke mb a n g a n , p a h a m h a k asasi senantiasa dilekatkan pada
demokrasi. Hak asasi merupakan salah satu unsur kehadiran
demokrasi. Hak atas kebebasan liberté, hak atas persamaan egalité,
dan hak atas peri kehidupan yang harmonis dan tenteram fraternité,
adalah hak asasi yang sekalig us merupakan dasar demokrasi. Namun
secara doktriner, paham hak asasi dan paham demokrasi bersumber
dari ajaran yang berbeda. Demokrasi bertalian dengan pemegang dan
tata cara mengelola kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
– from the people, by the people, for the people. Hak asasi bertalian
dengan syarat-syarat eksistensi manusia individual atau bersama.
Seperti diajarkan oleh John Locke, dasar asasi eksistensi manusia adalah
kebebasan men are created free, begitu disebut dalam Declaration
of Independence Amerika, 1776. Kebebasan memerlukan persamaan.
Bung Hat ta D emok rasi Kita m e nye b u t k a n , b u k a n l a h a d a
kebebasan tanpa persamaan egalité, sepe r t i pe rsamaan kesemp atan
equal opportunity, persamaan di depan hukum equality before the
law. Dalam kaitan dengan hak asasi, pers sekaligus merupakan hak asasi
pers sebagai hak asasi, dan pers sebagai sarana mew ujudkan hak
asasi. Sebagai hak asasi, pers adalah subyek hak-hak asasi, seperti hak
berpendapat, termasuk hak berbeda pendapat the right to disent, hak
ekspresi. Sebagai sarana, pers adalah penyalur hak asasi publik atau
individu.
3. Aneka ragam sumber hak