Dasar-dasar kemerdekaan 888 Buletin ETIKA Maret ok

9 Etika | Maret 2015 Opini DASAR-DASAR KEMERDEKAAN DAN PEMBATASAN KEMERDEKAAN PERS Bagir Manan Ketua Dewan Pers

1. Pembukaan

Sebelum memasuki substansi, perlu klarifikasi beberapa hal: Pertama; sebutan “kemerdekaan pers”, bukan “kebebasan pers”. Dalam tulisan maupun pembicaraan, dua sebutan tersebut dipergunakan silih berganti interchangeable. Kemerdekaan tidak lain dari kebebasan. Begitu pula sebaliknya. Sebutan “kemerdekaan pers” yang bersandingan dengan sebutan “freedom of press”, lebih lazim dikenal publik daripada sebutan “kebebasan pers”, apalagi kalau sebutan itu disandingkan dengan “libert y of the press” atau “press liberty”. Selain itu, secara normatif, UU No. 40 Tahun 1999 menggunakan sebutan “kemerdekaan pers”. D a l a m k h a z a n a h b a h a s a Indonesia, tidak pernah dibedakan antara sebutan kemerdekaan dan kebebasan, kecuali kalau dikaitkan dengan bahasa asing: kemerdekaan, b ersanding dengan f re edom, kebebasan, bersanding dengan liberty Perancis: liberté. John Locke Two Treatises of Civil Government menggunakan ungkapan “liberty” libert y and e qual it y. Semb oyan revolusi Perancis menggunakan sebutan: “liberté, egalité, fraternite” kebebasan, persamaan, persaudaraan. Ada juga “keruwetan” lain, yaitu membedakan antara: “equalit y” equalit y before the law: Dicey dengan “egality”. Dalam bahasa Indonesia sama- sama diterjemahkan: “persamaan”. Seandainya saya kompeten dalam hal ini, tidak, sebutan “equalit y” b ertalian dengan “p erlakuan” perlakuan yang sama, misalnya: “persamaan di depan hukum” equality before the law. Sedangkan “egalit y” atau “egalité”, bertalian dengan “sikap” duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Kedua; sebutan “pers”. Sebutan ini berasal dari bahasa Belanda “pers”. Dalam bahasa Inggris disebut “press” freedom of press. Secara harfiah, artinya—antara lain: mesin cetak atau alat percetakan. Disebut pers karena sebagai media yang dicetak. Kita mengenal sebutan “pers delict” delik pers. Pada saat ini sebutan pers tidak lagi terbatas pada media yang dicetak, melainkan semua media informasi publik yang memenuhi syarat-syarat jurnalistik, c.q. Kode Etik Jurnalistik dan berbagai standar jurnalistik yang diatur secara hukum atau “manual practises of press”. Sekarang, sebutan “media” makin mengedepan. Buku- buku baru di bidang pers, lebih tertarik menggunakan sebutan “media” Media Law, Ethics and Media, Privacy and Media, dan lain- lain. Ada juga buku-buku yang tetap menggunakan sebutan pers atau press When the Press Fails, Attacks on the Press. Pada saat ini, di Indonesia, lebih jamak menggunakan sebutan “media sosial”, bukan “pers sosial”. Selain alasan normatif UU No. 40 Tahun 1999, penggunaan sebutan “pers” telah menjadi bahasa yang sangat dikenal publik, sedangkan penggunaan sebutan “media” masih dapat menimbulkan kerancuan seperti “media tanaman”.

2. Dasar-dasar kemerdekaan

pers. A d a d u a d a s a r u t a m a kemerdekaan pers. Pertama; paham demokrasi atau paham kedaulatan rakyat. Salah satu esensi atau ukuran kehadiran demokrasi adalah “kebebasan” libert y. Kebebasan akan melahirkan kemerdekaan freedom, termasuk kemerdekaan pers. Tanpa kemerdekaan pers, tidak akan ada demokrasi atau hanya demokrasi semu verkapte democrat ie, shadow democrac y. D a l a m t at a n a n y a n g t i d a k demokratis, seperti feodalisme atau otoritarianisme atau bentuk-bantuk lain yang tidak demokratis, tidak akan ada kebebasan publik. Pers atau media akan berfungsi sebagai sarana kepentingan kekuasaan atau sekurang-kurangnya tidak menjadi sarana kepentingan publik. Sebagai alat kekuasaan, pers atau media adalah sekedar alat propaganda kekuasaan, bukan media publik. Kedua; paham hak asasi. Dalam 10 Etika | Maret 2015 Opini PENGURUS DEWAN PERS PERIODE 2013-2016:  Ketua: Bagir Manan  Wakil Ketua: Margiono  Anggota: Anthonius Jimmy Silalahi, I Made Ray Karuna Wijaya, Imam Wahyudi, Muhammad Ridlo ‘Eisy, Nezar Patria, Ninok Leksono, Yosep Adi Prasetyo  Sekretaris Kepala Sekretariat: Lumongga Sihombing REDAKSI ETIKA:  Penanggung Jawab: Bagir Manan  Redaksi: Herutjahjo, Chelsia, Samsuri, Lumongga Sihombing, Ismanto, Dedi M Kholik, Wawan Agus Prasetyo, Reza Andreas foto.  Surat dan Tanggapan Dikirim ke Alamat Redaksi: Gedung Dewan Pers, Lantai 7-8, Jl. Ke bo n Si ri h 34, Ja k a r t a 10110. Tel. 021 3521488, 3504877, 3504874 - 75, Faks. 021 3452030 Surel: sekretariatdewanpers.or.id Twitter: dewanpers Laman: www.dewanpers.or.id www.presscouncil.or.id ETIKA dalam format pdf dapat diunduh dari website Dewan Pers: www.dewanpers.or.id p e r ke mb a n g a n , p a h a m h a k asasi senantiasa dilekatkan pada demokrasi. Hak asasi merupakan salah satu unsur kehadiran demokrasi. Hak atas kebebasan liberté, hak atas persamaan egalité, dan hak atas peri kehidupan yang harmonis dan tenteram fraternité, adalah hak asasi yang sekalig us merupakan dasar demokrasi. Namun secara doktriner, paham hak asasi dan paham demokrasi bersumber dari ajaran yang berbeda. Demokrasi bertalian dengan pemegang dan tata cara mengelola kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat – from the people, by the people, for the people. Hak asasi bertalian dengan syarat-syarat eksistensi manusia individual atau bersama. Seperti diajarkan oleh John Locke, dasar asasi eksistensi manusia adalah kebebasan men are created free, begitu disebut dalam Declaration of Independence Amerika, 1776. Kebebasan memerlukan persamaan. Bung Hat ta D emok rasi Kita m e nye b u t k a n , b u k a n l a h a d a kebebasan tanpa persamaan egalité, sepe r t i pe rsamaan kesemp atan equal opportunity, persamaan di depan hukum equality before the law. Dalam kaitan dengan hak asasi, pers sekaligus merupakan hak asasi pers sebagai hak asasi, dan pers sebagai sarana mew ujudkan hak asasi. Sebagai hak asasi, pers adalah subyek hak-hak asasi, seperti hak berpendapat, termasuk hak berbeda pendapat the right to disent, hak ekspresi. Sebagai sarana, pers adalah penyalur hak asasi publik atau individu.

3. Aneka ragam sumber hak