Pedoman Gerakan Kerja Perempuan (2014)

PEDOMAN
GERAKAN PEKERJA
PEREMPUAN
SEHAT PRODUKTIF
(GP2SP)
Kerjasama antara:
Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Dalam Negeri RI
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Dan PA RI
Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia
Dewan Pimpinan Pusat Konfederasi Serikat Pekerja
Seluruh Indonesia

JAKARTA - TAHUN 2014

KAlA PENGANlAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga buku Pedoman
Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif ini selesai tersusun.
Pedoman ini disusun dengan tujuan meningkatkan produktifitas kerja

pekerja perempuan melalui perbaikan status gizi dan kesehatan.
Program penanggulangan anemia gizi (Anemia Gizi Besi) dan
permasalahan kesehatan pad a pekerja perempuan telah dilaksanakan
di berbagai provinsi. Namun demikian agar pelaksanaan kegiatan
berjalan lebih dinamis, perlu dilaksanakan suatu gerakan yang
berkesinambungan serta memacu perusahaan agar lebih proaktif
dalam upaya peningkatan status kesehatan dan gizi pekerja
perempuan .
"Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif" (GP2SP) ini
merupakan revitalisasi dari "Gerakan Pekerja Wanita Sehat
Produktif" (GPWSP) dan disusun oleh stakeholders terkait antara lain
Kemeterian Kesehatan RI, Kementerian Dalam Negeri RI, Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Kementerian Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Dewan Pengurus Nasional
Asosiasi Pengusaha Indonesia dan Dewan Pimpinan Pusat Konfederasi
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia. GP2SP ini diharapkan mampu
mningkatkan partisipasi pihak pemerintah dan perusahaan serta
menggali potensi yang ada di masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan dan gizi pekerja perempuan.
Buku Pedoman GP2SP ini, disusun untuk para pengusaha dan Tim

GP2SP sebagai pegangan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
terse but.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyelesaian pedoman ini baik secara langsung maupun tidak
langsung. Semoga buku Pedoman GP2SP ini dapat bermanfaat bagi

para pengelola di lapangan serta dapat meningkatkan derajat
kesehatan pekerja perempuan.

Jakarta, 24 Agust 2012
Direktur Jend ral Bina Gizi dan KIA
-...tKementeria
sehatan RI
,

Dr, dr. H. Siamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS
niセ@
195305231980031006


SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Dalam rangka menunjang keberhasilan pembangunan dan
mendukung pencapaian target Millenium Development Goals (MDG's)
yang telah disepakati dunia internasional. Pemerintah, dunia usaha
diharapkan dapat selalu meningkatkan produktivitas melalui upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas hingga
mampu meningkatkan kesejahteraan dan daya saing di era globalisasi.
Partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi bukan merupakan
fenomena yang baru di Indonesia. Jumlah pekerja perempuan setiap
tahun semakin meningkat. Namun, status kesehatan maupun gizi
pekerja perempuan pada umumnya belum mendapat perhatian yang
baik. Perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja serta
kodrat perempuan sebagai pekerja masih belum mendapat perhatian
sebagaimana yang kita harapkan. Selain itu upaya-upaya dalam
meningkatkan status kesehatan dan gizi pekerja perempuan di
perusahaan-perusahaan/tempat-tempat kerja juga masih dirasa kurang,
sehingga dapat berdampak terhadap daya tahan, kemampuan kerja
dan produktivitas kerja. Untuk meningkatkan produktivitas sangat
diperlukan pekerja yang sehat dan produktif.

Meningkatnya status kesehatan dan gizi pekerja perempuan memiliki
makna ganda, disatu pihak pembangunan nasional terpacu karena
meningkatnya produktivitas perempuan, di lain pihak akan diperoleh
generasi baru yang sehat dan berkualitas. Selama ini Program
Peningkatan Produktivitas Pekerja Perempuan melalui " Gerakan
Pekerja Wanita Sehat Produktif (GPWSP)" telah dicanangkan sejak
tahun 1997 oleh Wakil Presiden saat itu. Program tersebut sangat
strategis dan bermanfaat baik bagi dunia usaha maupun bagi pekerja
perempuan itu sendiri, namun saat ini program tersebut belum berjalan
seperti yang diharapkan. Oleh karena itu gerakan terse but perlu di
revitalisasi dan digalakkan kembali, sehingga diharapkan akan
mencapai dampak yang lebih besar dan lebih berdaya guna bagi
upaya peningkatan status kesehatan dan produktivitas pekerja
perempuan.

Dengan partisipasi pihak swasta dan dukungan dari berbagai pihak
terkait, "Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produkfif (GP2SP) " dapat
dilaksanakan secara terpadu, bertahap dan berkesinambungan dalam
perbaikan kesehatan pekerja perempuan di Indonesia.


dr. Na slah セ

Sp.A, MPH

SAMBUTAN
DIRJEN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN
KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSIVIIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
Penanggulangan Anemi Gizi (kekurangan zat besi) bagi pekerja
perempuan adalah merupakan salah satu upaya peningkatan
kesehatan dan daya tahan yang bersangkutan. Dengan tubuh yang
sehat pekerja perempuan akan dapat bekerja lebih produktif yang
merupakan syarat bagi kelangsungan perusahaan dan meningkatkan
kesejahteraan pekerja.
Agar harapan tersebut di atas dapat dicapai secara maksimal, maka
diperlukan buku "Pedoman Gerakan Pekerja Perempuan Sehat dan
Produktif, yang dapat dijadikan pegangan bagi para pelaksana baik
di tingkat Pusat maupun daerah.
Saya menyambut baik diterbitkannya pedoman ini, mudah-mudahan

dapat bermanfaat dan memperoleh hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Kepada tim yang telah berhasil menyusun buku pedoman
ini, saya sampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya.
Jakarta, Oktober 2012
Direktur Jenderal Pembinaan dan Pengawasan
Ketenaga Kerjaan

..

セ@

Drs. A. Mudji Handaya, M.5i
Nip. 195912131982031010

SAMBUTAN
DEPUTI BIDANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG
POLITIK, SOSIAL DAN HUKUM
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
PERLINDUNGAN ANAK
Pembinaan dan pemberian pelayanan yang sebaik-baiknya kepada

pekerja sangat bergantung atas kemauan baik dan kesungguhan
(Goodwill dan Commitment) pengusaha yang berhubungan langsung
dan ikut bertanggungjawab atas kesejahteraan perempuan pekerja
yang bekerja pad a unit usahanya.
Salah satu masalah yang secara reguler dihadapi oleh perempuan
bekerja terkait dengan pelaksanaan fungsi reproduksi mereka berupa
anemia atau kekurangan darah. Meskipun harga zat besi dan vitamin
yang diperlukan untuk menanggulangi masalah anemia tersebut tidak
mahat namun pelaksanaannya tergantung goodwill dan commitment
dari pengusaha terse but di atas. Dalam menunaikan misi advokasinya
Kementerian Pemberdayaan perempuan dan perlindungan Anak selalu
mendorong terciptanya dua syarat terse but.
Oleh karena itu kami menyambut baik diterbitkannya keputusan
bersama tentang Penaggulangan Anemi Gizi (Kekurangan Zat Besi)
bagi Perempuan Pekerja dan Buku Pedoman Gerakan Pekerja
Perempuan dan Produktif untuk memudahkan pelaksanaannya.
Kami berharap Pedoman ini dapat cepat sampai di tangan para
pengusaha dan lembaga terkait baik swasta maupun pemerintah dan
dapat segera dilaksanakan sehingga dapat bermanfaat bagi upaya
pembinaan perempuan pekerja yang sehat dan produktif.

Jakarta, 3 Oktober 2012
Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender
Bidang Politik, Sosial dan Hukum

Dr .Ida Suselo Wulan, MM

SAMBUTAN
KETUA UMUM DEWAN PENGURUS NASIONAL
ASOSIASI PENGUSAHA INDONESIA
Dalam rangka menunjang keberhasilan pembangunan nasional, perlu
diupayakan peningkatan kualitas tenaga kerja, baik dari segi
ketangguhan fisik maupun keterampilan kerja. Bersamaan itu dalam
rangka menghadapi era perdagangan bebas, dunia usaha harus dipacu
dalam melakukan efisiensi, memupuk produktivitas dan memenuhi
norma keselamatan dan kesehatan kerja.
APII\JDO sebagai wadah bagi para pengusaha dengan konsentrasi
kegiatan bidang sumberdaya manusia dan hubungan industrial,
senantiasa mendukung setiap upaya perbaikan derajat kesejahteraan
tenaga kerja pada umumnya dan tenaga kerja perempuan pada
khususnya, termasuk usaha penanggulangan anemia gizi, mengingat

jumlah tenaga kerja perempuan yang berpartisipasi aktif dalam
pembangunan nasional makin meningkat dan peran klh ususnya
sebagai ibu keluarga.
Berkaitan dengan hal tersebut DPN-APINDO menyambut baik
diterbitkannya buku "Pedoman Gerakan Pekerja Perempuan Sehat
Produktif". Penerbitan buku ini sudah barang tentu akan sangat
membantu dalam penyelenggaraan program di,lapangan. Sehubungan
itu APINDO sebagai penyalur aspirasi para pengusaha mengharapkan
agar pelaksanaannya di tingkat perusahaan dapat berlangsung secara
efektif dan efisien, sekian.
Jakarta, Oktober 2012
Dew Pengurus Nasional Asosiasi Pengusaha
In one ia

Ketua Umum

SAMBUTAN
KETUA UMUM DEWAN PIMPINAN PUSAT KONFEDERASI
SERIKAT PEKERJA SELURUH INDONESIA
PADA PROGRAM PENINGKATAN KESEHATAN DAN GIZI

PEKERJA PEREIVIPUAN
Upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan pekerja perempuan
merupakan hal yang amat penting dan mendasar, karena kegiatan
tersebut akan berdampak positif bagi peningkatan produktivitas
pekerja Indonesia, khususnya pekerja perempuan, yang jumlahnya
makin besar dan memegang peranan yang makin penting. Dalam
jangka panjang perbaikan anemia gizi pekerja perempuan akan
memberikan pula sumbangan bagi lahirnya anak-anak Indonesia yang
lebih sehat dan lebih cerdas, suatu generasi yang diharapkan memiliki
kualitas yang lebih baik dari generasi pendahulu.
Bagi Serikat Pekerja/Serikat Buruh, hal ini merupakan momentum
yang sangat strategis untuk dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja
khususnya perempuan, dimana peranan gizi bagi kesehatan tubuh
sangat menentukan tingkat produktivitas, baik dalam kondisi haid
maupun dalam kondisi hamil serta melahirkan.
Karena itu pada tempatnyalah saya menyambut gembira atas
diterbitkannya buku "Pedoman Gerakan Pekerja Perempuan Sehat
Produktif" dan bagi Tim penyusun buku, saya ucapkan terima kasih
dan semoga dapat bermanfaat bagi seluruh pekerja perempuan.


Jakarta, 24 September 2012
Dewan Pimpinan Pusat
Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia

Drs. H. jukur Sarto, MS
Ketua Umum

DAFTAR 151
Halaman
KATA PENGANTAR .........................................................................................
SAM BUTAN.......................................................................................................
DAFTAR 151........................................................................................................
BAB I

iii
xiii

PEI\lDAHULUAI\I .............................................................................
A. Latar Belakang .......................................................................
B. Tujuan.......................................................................................
C. Sasaran .....................................................................................
D. Pengertian ..............................................................................
E. Landasan Hukum .................................................................

4
4
5
7

BAB II

KEBIJAKAN DAN STRATEGI........................................................
A. Kebijakan .................................................................................
B. Strategi .....................................................................................

9
9
9

BABIII

PROGRAM GP2SP ..........................................................................
A. Peningkatan status gizi pekerja perempuan..............
B. Pemeriksaan Kesehatan Berkala .....................................
C. Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Pekerja Perempuan..............................................................
D. Peningkatan Pemberian ASI selama
Kerja di Tempat Kerja ..........................................................

11

BAB IV PENGORGANISASIAN, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
A. Organisasi................................................................................
B. Tugas dan Tanggung Jawab.............................................

11

27
29
31

35
35
35

BAB V

PELAKSANAAN KEGIATAN GP2SP ...........................................
A. Persia pan .................................................................................
B. Perencanaan...........................................................................
C. Penggerakan Pelaksanaan ................................................

39
39
42
45

BAB VI PEMBINAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI......................
A. Pembinaan ..............................................................................
B. Pemantauan ...........................................................................
C. Evaluasi ....................................................................................

47
47
48
50

BABVII PENUTUP..........................................................................................

51

DAFTAR SINGKATAN .....................................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
TIM PENYUSUN...............................................................................................

52
53
63
64

BABI
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Kesehatan memegang peranan penting, tanpa kesehatan tidak
mung kin seseorang dapat meningkatkan produktivitas. Slogan

Health is not everything but without health everything is
nothing merupakan cerminan pentingnya kesehatan dalam
pembangunan nasional utamanya dalam upaya meningkatkan
kualitas sumberdaya man usia. Dalam era globalisasi kualitas
sumberdaya manusia sangat menentukan, tanpa SDM yang
memadai tidak akan mung kin memenangkan persaingan . Oleh
karena itu kita perlu memantapkan dan meningkatkan
pembangunan dengan mewujudkan sumberdaya manusia yang
berkualitas. Untuk mewujudkannya diperlukan kesehatan dan
gizi yang optimal disamping pemenuhan hak-hak reproduksinya.
Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 165
menyatakan bahwa Pengelola tempat kerja wajib melakukan
segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan,
peningkatan, pengobatan, dan pemulihan bagi tenaga kerja.
Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat setiap
tahunnya. Data BPS tahun 2012 menunjukkan jumlah angkatan
kerja telah mencapai 120,4 juta jiwa, 108,3 juta jiwa diantaranya
telah bekerja dan 39,95 juta jiwa adalah pekerja perempuan.
Program pemenuhan gizi bagi pekerja, pemeriksaan kesehatan
pekerja perempuan, pelayanan kesehatan reproduksi pada pekerja
perempuan dan peningkatan pemberian ASI selama waktu kerja
di tempat kerja, selain merupakan program untuk peningkatan
produktivitas kerja, juga merupakan bagian dari kegiatan yang
diarahkan untuk mendukung target pencapaian Milenium
Oevelopmen Goals (MOG's) yang tel'ah disepakati dunia

International yakni terkait dengan target MDG's nomor 4 yaitu
penurunan angka kematian anak dan nomor 5 yakni penurunan
angka kematian ibu.
Derajat kesehatan dan status gizi bangsa Indonesia telah
menunjukkan perbaikan pada berbagai indikator dampak
kesehatan, seperti peningkatan umur harapan hidup, penurunan
angka kematian ibu, penurunan angka kematian bayi dan angka
kematian balita serta penurunan prevalensi gizi anak balita (SDKI,
2007, Susenas, 2007). I\lamun demikian, kita juga masih
dihadapkan pada masalah Kekurangan Energi Protein (KEP),
Kekurangan Energi Kronik (KEK), dan Anemi Gizi Besi yang
prevalensinya masih cukup tinggi serta mulai meningkatnya kasus
overweight. Pada pekerja perempuan masalah tersebut
memerlukan perhatian khusus karena masalah tersebut
berdampak pada penurunan intelektualitas dan produktivitas
yang akhirnya akan berdampak pada kualitas sumberdaya
manusia dan pembangunan nasional.
Saat ini pekerja perempuan, bekerja hampir di semua sektor.
Pekerja perempuan mempunyai peran ganda, selain menjadi
pekerja, juga mempunyai beban mengerjakan pekerjaan rumah
tangga dan bertanggungjawab terhadap kualitas anak sebagai
generasi penerus. Sesuai kodratnya, pekerja perempuan
mengalami haid, kehamilan, melahirkan dan menyusui bayi.
Kondisi ini memerlukan pemeliharaan dan perlindungan
kesehatan yang baik, agar generasi penerus terjamin
kesehatannya.
Pekerja perempuan di Indonesia dalam usia reproduksi
mempunyai permasalahan kesehatan. Hasil studi menunjukkan
bahwa prevalensi anemi'a pada Wanita Usia Subur (WUS) sebesar
26,4% (SKRT, 2001) selain itu hasil penelitian di beberapa industri
di Tangerang, Jakarta dan Depok memperlihatkan bahwa anemia
pada pekerja perempuan menunjukan besaran antara 24-42%.
Padahal pekerja perempuan yang menderita anemia, output
kerjanya rata-rata 5% lebih rendah serta kapasitas kerjanya per

kerjanya rata-rata 5% lebih rendah serta kapasitas kerjanya per
minggu rata -rata 6.5 jam lebih rendah dibandingkan dengan
yang tidak anemia (Scholz, dkk, 1997; Untoro dkk, 1998). Anemia
gizi besi juga mengakibatkan pekerja menjadi mudah sa kit, mudah
terjadi kecelakaan sehingga angka absensi meningkat dan
kemungkinan apabila hamil akan mempunyai risiko sa at
melahirkan serta melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah.
Permasalahan lainnya adalah tingkat pendidikan pekerja
perempuan masih rendah. Data BPS tahun 2012 menunjukkan
bahwa 37% berpendidikan SD ke bawah. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi.
Disamping lingkungan yang kurang menguntungkan dimana
biasanya tinggal di pemukiman yang kurang memperhatikan
sanitasi, memungkinkan pekerja tersebut mengalami penyakit
infeksi yang kronis seperti malaria,TBC, dan kecacingan.
Mengingat hal tersebut di atas, pemerintah sejak tahun 1996
telah menanggulanginya dengan menurunkan prevalensi anemia
gizi besi pada pekerja perempuan. Salah satu upayanya adalah
Kerjasama antara Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan
Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan (Binawas)
Departemen Tenaga Kerja dan Direktur Jenderal Pembinaan
Kesehatan Mayarakat Departemen Kesehatan telah menyepakati
upaya penanggulangan anemia gizi bagi pekerja Perempuan
dengan dikeluarkannya Keputusan Bersama Nomor Kep
22/BW/1996 dan Nomor 202/BM/DJ/BGM/II/1996 tanggal 13
Pebruari 1996 tentang "Penanggulangan Anemia Gizi (Kekurangan
Zat Besi) bagi Pekerja Perempuan"
Selain itu sejak tahun 1997 telah dicanangkan Gerakan Pekerja
Wanita Sehat Produktif (GPWSP). Gerakan ini lebih merupakan
suatu upaya yang berkesinambungan baik dari pemerintah,
masya ra kat maupun pengusaha u ntuk meng u paya kan
peningkatan kesehatan pekerja perempuan.
Beberapa waktu terakhir, gerakan tersebut sudah tidak berjalan

lagi. Oleh karena itu dipandang perlu untuk merevitalisasi atau
menggalakkan kembali gerakan ini. Demikian juga dengan
pedoman GPWSP yang telah ada sejak tahun 1997, perlu ditinjau
ulang mengingat makin banyaknya permasalahan kesehatan
pekerja perempuan dan banyaknya perubahan kebijakan di Pusat,
Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Berdasarkan hal tersebut diatas dipandang perlu adanya pedoman
GP2SP yang dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan Gerakan
Pekerja Perempuan Sehat Produktif di pusat, provinsi,
kabupaten/kota dan perusahaan.

B. TUJUAN

C.

1.

Tujuan Umum
Meningkatkan status kesehatan dan gizi pekerja perempuan
untuk mencapai produktivitas kerja yang maksimal.

2.

Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya GP2SP di tempat kerja
b. Mendorong tercapainya pemberdayaan di tempat kerja
dalam penyelengaraan GP2SP
c.
Mendorong pekerja untuk berperan aktif dalam
pelaksanaan GP2SP
d. Keterlibatan tim GP2SP dalam mendorong perusahaan
dan pekerja untuk melaksanakan GP2SP

SASARAN
1.
2.

Sasaran langsung adalah seluruh pekerja perempuan dan
pengusaha/Pengelolal Pengurus Perusahaan/tempat kerja.
Sasaran tidak langsung merupakan penggerak GP2SP yang
berda di setiap jenjang admininstratif dalam bentuk Tim
GP2SP, yang beranggotakan :
a. Pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota;
b. APINDO;
c.
Serikat Pekerja/Serikat Buruh serta organisasi

d.
e.
f.

D.

ketenagakerjaan lainnya;
BPJS Kesehatan;
BPJS Ketenagakerjaan;
Stakeholder terkait

PENGERTIAN
1.

Gerakan Pekerja Perempuan Sehat dan Produktif
(GP2SP) merupakan upaya dari pemerintah, masyarakat
maupun pengusaha untuk menggalang dan berperan serta
guna meningkatkan kepedulian dalam upaya memperbaiki
kesehatan dan status gizi pekerja Perempuan sehingga
dapat meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan
kualitas generasi penerus.

2.

ASI Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai
dengan bayi berumur 6 (enam) bulan dan dianjurkan
dilanjutkan sampai anak berusia 2 (dua) tahun dengan
pemberian makanan tambahan yang sesuai.

3.

Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi
penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah
hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum
terjadi anemia gizi besi, diawali lebih dulu dengan keadaan
kurang gizi besi (KGB). Apabila cadangan besi dalam hati
menu run tetapi belum parah, dan jumlah hemoglobin masih
normal, maka seseorang dikatakan mengalami kurang gizi
besi saja (tidak disertai anemia gizi besi). Keadaan kurang
gizi besi yang berlanjut dan semakin parah akan
mengakibatkan anemia gizi besi, dimana tubuh tidak lagi
mempunyai cukup zat besi untuk membentuk hemoglobin
yang diperlukan dalam sel-sel darah yang baru

4.

Tablet Tambah Darah (TTD) adalah suplemen zat gizi yang
mengandung minimal 60 mg besi elemental dan 0,25 mg
asam folat (sesuai rekomendasi WHO). TTD yang digunakan

dapat berupa TTD program, TTD Mandiri, TTD generik dan
TTD dengan merek dagang.

5.

Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental
dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau suatu
keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan
seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses
reproduksinya secara sehat dan aman.

6.

Produktivitas kerja merupakan suatu konsep yang
menunjukkan adanya kaitan output dengan input yang
dibutuhkan seorang pekerja kerja untuk menghasilkan
prod uk. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan melihat
jumlah output yang dihasilkan oleh setiap pekerja selama
sebulan. Seorang pekerja dapat dikatakan produktif apabila
ia mampu menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak
dibandingkan dengan pekerja lain dalam waktu yang sama.

7.

Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang
dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di
perusahaan maupun di luar perusahaah yang bersifat bebas,
terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna
memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan
kepentingan pekerja/buruh.

8.

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk
apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor
barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan
usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

9.

Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja,
atau sering dimasuki untuk keperluan suatu usaha dan di

mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Yang
termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan,
halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian
atau berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
10.

E.

Usia Produktif adalah usia ketika seseorang masih mampu
bekerja dan menghasilkan sesuatu, usia antara 15-64 tahun

LANDASAN HUKUM
1.

Undang-Undang No.1 Tahun 1970, tentang Keselamatan
Kerja

2.

Undang-Undang No.23 Tahun 2002, tentang Perlindungan
Anak

3.

Undang-Undang
Ketenagakerjaan

4.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan
Daerah

5.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan
PP l\Jo. 33 Tahun 2012, tentang Pemberian ASI Eksklusif

6.

Keputusan Bersama Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan
Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan (Binawas)
Departemen Tenaga Kerja dan Direktur Jenderal Pembinaan
Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Nomor Kep
22/BW/1996 dan Nomor 202/BM/DJ/BGM/II/1996 tanggal
13 februari 1996 tentang "Penanggulangan Anemia Gizi
(Kekurangan Zat Besi) bagi Pekerja Perempuan

7.

Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan

No.13 Tahun

2003 , tentang

Menteri Kesehatan No 48/Men .PP/XII/2008, Nomor
Per.27/Men/XII12008, Nomor 1177 IMenkes/PB/XII12008
tentang Peningkatan Pemberian ASI Selama Kerja di Tempat
Kerja .
8.

Permenkes No. 15 Tahun 2013, tentang Tata Cara Penyediaan
Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah AS!.

BAB II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A.

B.

KEBIJAKAN
1.

Mendorong pekerja untuk berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan dirinya sehingga produktif

2.

Mendorong pengusaha melaksanakan kewajiban dan
memberikan hak-hak pekerja dalam mewujudkan pekerja
perempuan yang sehat dan produktif

3.

Meningkatkan dukungan instansi terkait dan semua
pemangku kepentingan (Pemerintah, Pengusaha, Pekerja,
BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan, APINDO, Serikat
Pekerja/Serikat Buruh) dalam pelaksanaan GP2SP.

4.

Meningkatkan peran pemerintah pusat dan daerah dalam
pembinaan dan pengawasan pelaksanaan GP2SP.

STRATEGI
Untuk terlaksananya GP2SP di setiap tempat kerja perlu didukung
oleh Tim GP2SP selaku penggerak di setiap jenjang administratif.
Adapun strategi penggerakannya sebagai berikut:
,.

Mengintegrasikan GP2SP dalam program keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja;

2.

Meningkatkan komitmen pengusaha, pekerja dan
pemangku kepentingan dalam melaksanakan GP2SP

3.

GP2SP dilakukan secara berkesinambungan dengan
mengoptimalkan sumber day a yang ada

4.

Menjadikan gerakan bersama yang terpadu dan saling
menguntungkan

5.

Meningkatkan pemantauan, pembinaan dan evaluasi

BAB III
PROGRAM GP2SP
Program GP2SP diarahkan pada pemenuhan kecukupan gizi pekerja
perempuan, pemeriksaan kesehatan pekerja perempuan, pelayanan
kesehatan reproduksi pekerja perempuan dan peningkatan pemberian
ASI selama waktu kerja di tempat kerja.

A. PEMENUHAN KECUKUPAN GIZI PEKERJA PEREMPUAN
Pekerja perempuan merupakan kelompok sasaran yang rawan
terjadinya anemia gizi yang disebabkan oleh menstruasi, asupan
gizi yang rendah, tingkat pengetahuan gizi yang kurang dan lain
sebagainya. Kegiatan untuk pemenuhan kecukupan gizi pekerja
perempuan melalui:
1.

Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi pekerja perlu dilakukan, agar dapat
menentukan kebutuhan gizi yang sesuai serta pemberian
intervensi gizi bila diperlukan. Penilaian status gizi dapat
dilakukan melalui:
a.

Antropometri
Antropometri merupakan metode yang paling sering
digunakan dalam penilaian status gizi. Metode ini
menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB). Melalui kedua parameter tersebut, dapat
dilakukan penghitungan Indeks Masa Tubuh (lMT)
dengan rumus sebagai berikut :

IAff

]Mセ|G

BeratBadan /kg)
TinggiBada n(m)xTinggiBad an(m)

Dari penghitungan IMT, dilakukan penilaian status gizi
dengan klasifikasi sebagai berikut :
--

---

Mセ

セM



< 17.0

Gili Kurang

Sangat kurus

17.0 - 18.5

Gili Kurang

Kurus

18.5 - 25.0

Gili Baik

Normal

> 25.0 - 27.0

Gili Lebih

Gemuk

> 27.0

Gili Lebih

Sangat Gemuk

Sumber: PUGS, 2005

Pengukuran IMT merupakan cara yang sederhana untuk
menilai status gizi, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Cara ini hanya
dapat diterapkan pada orang dewasa berumur > '8
tahun
dan tidak dapat diterapkan pada perempuan hamil.
Agar status gizi pekerja perempuan di setiap
perusahaan/tempat kerja dapat terpantau, maka
budayakan pengukuran berat badan pekerja
perempuan secara rutin 1 (satu) bulan sekali.

Setelah diketahui klasifikasi status gizi pekerja
perempuan, intervensi yang tepat dapat diberikan
dengan pengaturan menu makanan.
b.

Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan metode untuk menilai
status gizi masyarakat, didasarkan atas perubahanperubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Penggunaan metode ini
umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical

survey). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara
cepat tanda-tanda kekurangan salah satu atau lebih zat
gizi, dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata,
rambut dan mukosa mulut atau pada organ-organ yang
dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

2.

c.

Pemeriksaan Biofisik
Pemeriksaan biofisik adalah metode penentuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya
jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu
seperti kejadian buta senja epidemik, cara yang
digunakan adalah tes adaptasi gelap.

d.

Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh, antara lain : darah,
urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti
hati dan otot. Pemeriksaan ini biasanya digunakan untuk
pengukuran status gizi mikro. Pada umumnya yang
dinilai adalah zat besi, vitamin, protein dan mineral.

Kebutuhan Gizi Pekerja Perempuan
Kebutuhan gizi pekerja perempuan yang dimaksud meliputi
kebutuhan gizi untuk sehari, selama bekerja (8 jam) dan
dalam keadaan khusus.

a.

Kebutuhan Gizi sehari Pekerja Perempuan
Perhitungan Kebutuhan gizi seorang pekerja dalam
keadaan lingkungan normal (suhu, tekanan udara,
kelembaban) dan tubuh dalam kondisi sehatl normal
maka kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh:
jenis aktivitas, usia, ukuran tubuh, jenis kelamin dan
kondisi khusus (hamil, menyusui, lembur dan sa kit) serta
faktor risiko lainnya di tempat kerja.

Kebutuhan gizi pekerja selama sehari dipenuhi oleh
pekerja selama di rumah dan di tempat kerja.
Sebelum mengatur menu makanan, terlebih dahulu
perlu diketahui status gizi pekerja, kemudian
memperhitungkan kebutuhan energi per hari dengan
mengacu pada lampiran.1.



Aktivitas
Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh
seorang pekerja dapat digunakan untuk
menentukan lamanya kemampuan melakukan
pekerjaan sesuai dengan kapasitas kerjanya.
Semakin berat beban kerja, sebaiknya semakin
pendek waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan
dan gangguan fisiologis yang berarti atau
sebaliknya. Pengelompokan aktivitas atau beban
kerja (ringan, sedang dan berat) berdasarkan
proporsi waktu kerja mengacu pada FAa/WHO
(1985) yang dimodifikasi (WNPG VIII, 2004)
sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel.1 Pengelompokan Aktivitas pada Perempuan dan Laki-Iaki

I
II

セ@

!

Ringan
• Laki-Iaki
• Perempuan
Sedang
• Laki-Iaki
• Perempuan
Berat
Laki-Iaki
• Perempuan



"

,

,',

,

I

-

-

-

-

75% dari waktu yang digunakan adalah
untuk duduk atau berdiri dan 25% untuk
kegiatan berdiri dan berp indah (moving)
25% waktu yang digunakan adalah untuk
duduk atau berdiri dan 75 % adalah untuk
kegiatan kerja khusus dalam bidang
pekerjaaannya.
40% dari waktu yang digunakan adalah
untuk duduk atau berdiri dan 60% untuk
kegiatan kerja khusu s dalam bidang
pekerjaannya.

Sumber: Prosiding WNPG VIII, 2004

,''''0' "
'

Ii

-

,

---=----- -

1.58
1.45
1.67
1.55

1,88
1.75

,
1

Contoh jenis aktivitas berdasarkan pengelompokan
beban kerja dapat diuraikan sebagai berikut:
Beban kerja ringan: aktivitas kantor tanpa
olahraga, aktivitas fisik yang tidak menguras
tenaga, duduk memotong kedua ujung batang
rokok (pada perempuan)
Beban kerja sedang: bekerja dimana harus naik
turun tangga, olahraga ringan, pekerjaan rumah
tangga, berdiri mengisikan batang korek api
ke dalam kotak (pada perempuan)
Beban kerja berat: pekerjaan lapangan,
pekerjaan kuli bangunan, driller, ngeprekl
memecah batu (pada perempuan), berdiri
mengangkat balok kayu



Usia
Dengan bertambahnya umur, kebutuhan zat gizi
seseorang relatif lebih rendah untuk tiap kilogram
be rat badannya.



Ukuran tubuh (tinggi dan berat badan)
Makin besar ukuran tubuh, semakin besar
kebutuhan gizinya. Kebutuhan zat gizi ditentukan
terutama oleh komponen lemak dari berat badan .



Jenis kelamin
Kebutuhan zat gizi antara laki-Iaki dan perempuan
dewasa berbeda, terutama disebabkan oleh
perbedaan komposisi tubuh (komponen lemak dan
non-Iemak) dan jenis aktivitasnya.



Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu:
Keadaan fisiologis; pada kondisi hamil dan
menyusui kebutuhan zat gizi meningkat dari
keadaan biasa akibat mening ik atnya
metabolisme, konsumsi makanan untuk
kebutuhan diri sendiri dan bayi yang dikandung

serta persiapan produksi ASI
Keadaan khusus; seperti pada pemulihan
kesehatan dan anemia maka kebutuhan zat gizi
lebih besar dari keadaan biasanya.
Keadaan lingkungan kerja; seperti suhu ekstrim,
tekanan udara, radiasi dan bahan kimia
meningkatkan kebutuhan zat gizi.
b.

Kebutuhan Gizi Pekerja Perempuan selama Bekerja
(8jam)
Setelah diketahui kebutuhan energi perhari, langkah
selanjutnya adalah menentukan kebutuhan energi
selama waktu kerja (8 jam) dengan asumsi keadaan
lingkungan dalam keadaan normal (suhu, tekanan udara,
kelembaban) dan tubuh dalam kondisi sehatlnormal,
kebutuhan energi dan protein pekerja perempuan
adalah sebagai berikut:
Tabel.2 Kebutuhan Energi dan Protein $elama
bekerja (8 jam)
Usia/jenis

Kebutuhan energi (kkal)

Kebutuhan protein (g)

pekerjaan

Perempuan

Perempuan

Ringan

720

20

Sedang

760

20

Berat

860

20

19-29 tahun

30-49 Tahun
Ringan

680

20

Sedang

720

20

Berat

820

20

Ringan

660

20

Sedang

700

20

Berat

800

20

50-64 tahun

Sumber; AKG 2004

c.

Kebutuhan Gizi Menurut Kondisi Khusus Pekerja
Perempuan
1) Pekerja Perempuan Selama Hamil
Pekerja perempuan yang hamil membutuhkan
tambahan energi untuk perkembangan janinnya.
Perempuan yang berstatus gizi baik dengan tingkat
aktivitas ringan-sedang membutuhkan kalori ekstra
sebesar:

180 kkallhari pada trimester I

300 kkallhari pada trimester 2 dan 3
2) Pekerja Perempuan Selama Menyusui
Seorang pekerja perempuan yang sedang menyusui
membutuhkan energi tambahan untuk produksi
ASI, energi yang perlu ditambahkan sebesar:

700 kkal/hari pada 6 bulan pertama

550 kkal/hari pada 6 bulan berikutnya
3)

Pekerja anemia gizi besi
Untuk pekerja anemia gizi besi diberikan suplemen
tablet besi dengan dosis 60 mg 2 kali seminggu
sampai anemia teratasi. Selain itu, pekerja
dianjurkan mengkonsumsi makanan bergizi
seimbang yang kaya zat besi seperti hati, daging,
ikan, ayam, telur dan sayuran hijau.
Khusus bagi pekerja perempuan, untuk mencegah
anemia dianjurkan pemberian tablet tambah darah
dengan dosis 60 mg per minggu selama 16 minggu
setiap tahun. Selama masa haid diberikan 60 mg
zat besi tiap hari.

4)

Pekerja lembur, shift kerja
Bagi pekerja yang lembur selama 3 jam atau lebih
perlu diberikan makanan dan minuman tam bahan,
berupa makanan selingan yang padat gizi. Hal ini

,
⦅MiセO@

': セGB@

·

" "
Nセ@

""

-

.

I

セB@

.
'

.,

_ I"

••

berlaku pula bagi pekerja shift malam, termasuk
pekerja perempuan yang bekerja antara pukul
23.00-07.00. contohnya: bubur kacang hijau, teh
manis dengan roti isi selai, tahu isi, dll

5)

3.

Lingkungan Kerja Yang Berisiko

Pada tempat kerja dengan suhu tinggi perlu
diperhatikan kebutuhan air dan elektrolit yang
dapat diperoleh dari garam dan sari buah.

Pekerja yang pekerjaannya menggunakan
bahan kimia membutuhkan tambahan zat gizi.

Pekerja yang berhubungan dengan bahan
radiasi perlu ditambahkan makanan dan
minuman yang mengandung Se dan Zn, seperti
banyak terkandung pada daging, hati, kacangkacangan. 

Penyediaan Makanan Bagi Pekerja Perempuan
Setelah  mengetahui kebutuhan energi (kalori)  sehari  dan 
selama  bekerja  (8  jam), perlu  dipikirkan  cara  memenuhi 
kebutuhan  tersebut  dalam  menu  pekerja  sehari­hari. 
Karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, serta zatzat  lain dalam tubuh perlu diperhatikan proporsinya agar 
seimbang (WNPG VIII, 2004), yaitu : 
• 
Karbohidrat (50­65% dari total energi) 
• 
Protein (10­20% dari total energi) 
• 
Lemak (20­30% dari total energi) 
Kebutuhan  energi  diterjemahkan  ke  dalam  porsi  bahan 
makanan  seperti  pada  Lampiran 2.  Pemberian  makanan 
utama  di tempat  kerja  dilakukan  sa at istirahat (4­5  jam 
setelah  kerja)  diselingi  pemberian  kudapan  (makanan 
selingan). 
Da la m  penyediaan  ma kanan  bag i  pekerja  perl u 
memperhatikan  langkah­Iangkah  sebagai  berikut: 

a.

Standar Porsi Makanan yang Memenuhi Kecukupan
Gizi Pekerja
Standar porsi makanan bagi pekerja menurut usia dan
kategori aktivitas fisik lihat lampiran.

b.

Perencanaan Menu Makanan bagi Pekerja selama
8ekerja
Perencanaan menu pekerja merupakan serangkaian
kegiatan menyusun hidangan dalam variasi yang serasi
untuk memenuhi kebutuhan gizi pekerja. Tujuan
perencanaan menu sebagai pedoman dalam kegiatan
pengolahan, mengaturvariasi dan kombinasi hidangan,
menyesuaikan biaya yang tersedia, serta menghemat
waktu dan tenaga.
Perencanaan menu dilakukan untuk beberapa hari atau
yang disebut siklus menu, misalnya 5 hari atau 10 hari.
Penyusunan menu berdasarkan siklus menu berfungsi
untuk:
1)

Variasi dan kombinasi bahan makanan dapat diatur,
sehingga:

Pekerja tidak bosan, karena terlalu sering
menghidangkan jenis makanan tertentu

Pada saat tertentu dapat dihidangkan makanan
kesukaan yang menjadi makanan favorit bagi
pekerja
Dapat menanamkan kebiasaan menyukai

berbagai macam-macam makanan. Kebiasaan
makan yang baik akan mengurangi resiko
terjadinya masalah gizi.

2)

Makanan yang disajikan dapat disusun sesuai
dengan kebutuhan gizi pekerja. (Misalnya pada
kondisi : Sakit, hamil atau menyusui)

3)

Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang

tersedia, sehingga :Mengurangi adanya kebocoran
dana dan dapat menghindari pembelian bahan
makanan yang terlalu banyak atau berlebihan

c.

4)

Waktu dan tenaga yang tersedia dapat digunakan
sebaik-baiknya

5)

Mengurangi beban mental, karena segala
sesuatunya telah diatur jauh hari sebelumnya.
Contoh menu makanan bagi pekerja selama bekerja
(8 jam) lihat lamiran 3.

Cara pengelolaan makanan
Dalam menyediakan makanan bagi pekerja ada
beberapa hal yang perlu di pertimbangkan dalam
menetapkan tatalaksana dan penyelenggaraan
makanan bagi pekerja diantaranya:
1) Kerjasama perusahaan dengan pekerja (swakelola)
Perusahaan menyediakan sarana (tenaga, dana,
peralatan, ruangan) dan pelaksanaan kegiatan
dibebankan pada tenaga kerja.
2)

Diborongkan kepada pihakjasa boga

Perusahaan hanya menyediakan ruang makan
dan meja kursi saja. Dan sarana lain disediakan
oleh jasa boga. Dengan demikian pihak
jasaboga mengirim makanan jadi dalam jumlah
besar.

Perusahaan menyediakan dapur, ruang makan
dan peralatannya. Pihak jasa boga
mempekerjakan pegawainya untuk pemaskan
makanan.

Perusahaan menyediakan dapur, ruang makan,
peralatan dan tenaga. Pihak jasa boga
memanfaatkan sarana yang ada dengan
ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan.

Untuk ketiga cara tersebut, harus ada surat

perjanjian resmi atas ketetapan yang telah
disepakati. Unsur pengawasan kuatintas dan
kualitas harus dari keduabelah pihak yang
bersepakat.
3)

4.

Dengan kafetarial kantin
Pedagang yang telah mendapat izin dari perusahaan
berkumpul disuatu tempat yang disediakan dan
pekerja dapat menukar kupon dengan makanan
yang dijajakan sesuai dengan keinginan.

Pencegahan dan penanggulangan Anemia Gizi Besi
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin
(Hb) dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk
setiap kelompok umur dan jenis kelamin (SE Menkes Nomor :
736a/Menkes/X1/1989), yaitu:








Anak Balita
Anak Usia Sekolah
Wanita Dewasa
Laki-Iaki dewasa
Ibu Hamil
Ibu menyusui >3 bulan

11 gram%
12 gram%
12 gram%
13 gram%
11 gram%
12 gram%

Penyakit gangguan gizi yang masih sering ditemukan di
Indonesia dan merupakan masalah gizi utama salah satunya
adalah anemia gizi besi (AGB). Anemia gizi tidak hanya .
disebabkan oleh kekurangan besi tapi juga bisa disebabkan
oleh kekurangan vitamin B12, tembaga, dan folat.
Masalah anemia gizi besi ini dihadapi pula oleh pekerja
perempuan, masalah ini akan berdampak terhadap kematian
ibu dan anak, rendahnya prestasi dan menurunnya
produktivitas kerja. Oleh karena itu, upaya penanggulangan
anemia defisiensi gizi bagi pekerja perempuan sangat
penting dan mendasar. Upaya tersebut akan memberikan

dampak positif bagi peningkatan produktivitas kerja. Dalam
jangka panjang, perbaikan anemia defisiensi gizi pekerja
perempuan akan memberikan sumbangan lahirnya anakanak Indonesia yang sehat dan cerdas. 
Beberapa kemungkinan yang  melatarbelakangi terjadinya 
anemia antara lain: 
a.   Kekurangan  konsumsi  akibat  kurangnya  daya  beli 
masyarakat untuk mengkonsumsi sumber sumber zat 
besi, terutama dalam bentuk besi­hem. 
•   Secara  alamiah, proses  penyerapan  besi  di  dalam 
tubuh sangat terbatas. Jika mengkonsumsi sumber 
zat besi dari protein nabati, yang bisa terserap hanya 
sekitar 1­2% saja, sedangkan jika berasal dari protein 
hewani, yang dapat terserap sekitar 10­20%, hal  ini 
dapat  dikaitkan  dengan  ketersediaan  biologik 
(bioavailability) sumber hewani yang  lebih tinggi 
daripada sumber protein nabati. 
•   Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah 
makanan yang  berasal  dari  hewani  (seperti  ikan, 
daging, hati, ayam, telur) 
•   Makanan nabati (dari tumbuh­tumbuhan) misalnya 
sayuran  hijau  tua,  walaupun  kaya  akan  zat  besi, 
namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik 
oleh  usus  akibat  ketersediaan  biologiknya 
(bioavailability) yang rendah. sumber besi dari nabati 
dapat  diperoleh  dari  serealia  tumbuk,  kacangkacangan, sayuran  hijau dan beberapa jenis buah. 
•   Pemenuhan  gizi  secara  seimbang  selain  dengan 
memperhatikan  jumlah  besi  yang  terkandung 
dalam  bahan  makanan  juga  perlu  diperhatikan 
kualitas besi di dalam makanan yang sering disebut 
sebagai ketersediaan biologik (biavailability). Oleh 
karena  itu, menu makanan di Indonesia sebaiknya 
terdiri  atas  nasi,daging/ayam/ikan,  kacangkacangan,  serta  sayuran  dan  buah­buahan. 

b.

Gangguan absorbsi
Gangguan absorbsi pada umumnya dapat terjadi ketika
terjadi penyakit-penyakit yang berkaitan dengan gastro
intestinal

c.

Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh
Perdarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan
anemia. Hal ini terjadi pada penderita:













d.

Kecacinga, Infeksi cacing tambang menyebabkan
perdarahan pada dinding usus, meskipun sedikit,
tetapi jika terjadi terus-menerusakan
mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi.
Malaria pada penderita Anemia Gizi Besi dapat
memperberat keadaan anemianya.
Haid dan atau persalinan. Kehilangan darah pada
waktu haid yang banyak dan atau persalinan berarti
mengeluarkan zat besi yang ada dalam darah .
Perdarahan hebat
Perdarahan akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Pecah pembuluh darah
Pendarahan kronik (menahun)
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum
Kanker atau polip di salur,an pencernaan
Tumor ginjal atau kandung kemih.

Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi

Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan
remaja, kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat
tajam.
Pada masa kehamilan, kebutuhan zat besi meningkat

karena zat besi diperlukanuntuk pertumbuhan janin
serta untuk kebutuhan ibu sendiri.



Kebutuhan tubuh akan zat besi juga akan
meningkat pada penderita penyakitmenahun
seperti TBC.

e.

Berkurangnya pembentukan/produksi sel darah merah
Zat gizi yang berperan dalam pembentukan Hb
diantaranya besi, protein, piridoksin (Vitamin B6), asam
folat dan vitamin B12 yang berperan sebagai katalisator
dalam sintesis hem di dalam molekul Hb, vitamin C
mempengaruhi absorbsi dan pelepasan besi dari
transferin ke dalam jaringan tubuh, dan vitamin E
mempengaruhi stabilitas membransel darah merah.
selain itu, pembentukan sel darah merah dapat
terhambat akibat adanya penyakit kronik.

f.

Faktor keturunan

g.

Meningkatnya penghancuran sel darah merah/sel darah
merah prematurt, yangdisebabkan karena :

Pembesaran limpa

Kerusakan mekanik pada sel darah merah

Reaksi autoimun terhadap sel darah merah, meliputi:
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal, Sferositosis
herediter, Elliptositosis herediter








Kekurangan G6PO
Penyakit sel sabit
Penyakit hemoglobin C
Penyakit hemoglobin S-C
Penyakit hemoglobin E
Thalasemia

Upaya penanggulangan anemia gizi bagi pekerja
perempuan dilakukan melalui pemberian tablet tambah
darah, obat cacing dan obat lainnya sesuai penyebabnya
a.

Tata Cara Pelayanan:
Selama masa haid diberikan TTO 60 mg tiap hari













dan dianjurkan minum 1 (satu) tablet selama 10
(sepuluh) hari.
Setiap calon pengantin wanita, dianjurkan
mengkonsumsi TTO sebelum pernikahan dengan
dosis seminggu sekali 1 (satu) tablet selama 16
minggu (SK Oirjen Pembinaan Kesehatan
Masyarakat Nomor: 1656/BM/OJ/BGM/XI/97 tentang
Penanggulangan Anemia Gizi untuk Calon
Pengantin Wan ita).
Wanita Usia Subur (WUS) dianjurkan minum TTO
secara rutin dengan dosis 1 (satu) tablet setiap
minggu.
Ibu Hamil dianjurkan minum TTO dengan dosis 1
(satu) tablet setiap hari minimal 90 hari selama masa
kehamilannya. Bila kadar Hb Ibu Hamil 12 9



%

B.

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA PEREMPUAN
Pemeriksaan kesehatan bagi pekerja disesuaikan dengan jenis
pajanan di tempat kerja. Pemeriksaan kesehatan ini berlaku bagi
semua pekerja di lingkungan perusahaan baik pekerja tetap
maupun kontrak yang meliputi:
1.

2.

Pemeriksaan Kesehatan Awal Bekerja
a)

Pemeriksaan Kesehatan Pra kerja
Sebagai karyawan baru, pemeriksaan kesehatan
dilakukan sebelum penempatan seorang calon pekerja
pada suatu pekerjaan yang spesifik

b)

Pra Penempatan
Pemeriksaan kesehatan pra penempatan dilakukan pada
seorang pekerja yang dipindahkan ke pekerjaan lain
dengan faktor risiko yang berbeda dengan sebelumnya.

Pemeriksaan Kesehatan Selama Bekerja
a)

Pemeriksan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala menurut
Permenakertrans Nomor 02/Men/1980 perlu dilakukan
sekurang-kurangnya sekali dalam setahun bagi pekerja
perempuan termasuk pemeriksaan Hb.

b)

Pemeriksaan Kesehatan Khusus

Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan apabila
ada suatu pajanan tertentu yang memerlukan
pengamatan lebih, misalnya pekerja ditempat
bising, debu/silica, suhu ekstrim dan bahan kimia.
OSHA menetapkan daftar bahan-bahan yang bila
terdapat di tempat kerja, maka pekerjanya mutlak
dilakukan pemeriksaan kesehatan khusus.



3.

Pekerja perempuan berusia 40 tahun ke atas perlu
mendapatkan pemeriksaan kesehatan khusus
terkait dengan risiko kesehatan pada perempuan,
seperti pemeriksaan Pap smear

Pemeriksaan Kesehatan Akhir 8ekerja
a)

Pemeriksaan Kesehatan Pasca penempatan
Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan setelah pekerja
selesai melaksanakan suatu tugas yang mengandung
unsur yang berisiko terhadap kesehatan dan beralih ke
tempat tugas yang lain.

b)

Pemeriksaan Kesehatan Setelah Pensiun
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa semua
aspek yang berhubungan dengan kesehatan pekerja
selama masa pengabdiannya

Pemeriksaan kesehatan pekerja perempuan yang perlu
dilaksanakan secara rutin adalah pemeriksaan Hb dan pemeriksaan
status gizi dengan pengukuran antropometri terutama
penimbangan berat badan. Pemeriksaan Hb dan pengukuran
antropometri bagi pekerja perempuan dapat dilakukan di
poliklinik perusahaan atau bekerjasama dengan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Pendanaan untuk pemeriksaan kesehatan
disediakan oleh perusahaan atau program BPJS Ketenagakerjaan,
BPJS Kesehatan dan Asuransi Kesehatan lainnya
1.

Penilaian status gizi dengan antropometri

Dilakukan penimbangan berat badan secara rutin setiap
bulan

Berdasarkan hasil pengukuran berat badan hitung
indeks masa tubuh pekerja perempuan, lakukan setiap
bulan
Nilai status gizi pekerja perempuan dengan

menggunakan klasifikasi IMT, lakukan setiap bulan

Penilaian status gizi dilakukan oleh petugas/kader yang
terlatih

2.

C.

Pelaksanaan Pemeriksaan Hb sebagai berikut:
a.

Untuk mengevaluasi hasil kegiatan program GP2SP,
dianj