EKOFEMINISME DAN GERAKAN PEREMPUAN DI BANDUNG
DI BANDUNG
ECOFEMINSME AND WOMEN’S MOVEMENT IN BANDUNG
Aquarini Priyatna Mega Subekti
Departemen Susastra dan Kajian Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, UNPAD
Indriyani Rachman
Faculty of Environmental Engineering, Kitakyushu University e-mail: [email protected], [email protected], [email protected]
Naskah Diterima: 2 Mei 2017
Naskah Direvisi: 25 Juli 2017
Naskah Disetujui: 21 November 2017
Abstrak
Dengan menggunakan perspektif ekofeminisme, tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan kegiatan dan aktivisme gerakan perempuan di Bandung yang fokus pada persoalan lingkungan. Subjek penelitian adalah tiga perempuan yang terlibat aktif dalam komunitas lokal di Bandung dalam kapasitasnya sebagai ibu rumah tangga. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dari hasil wawancara dan observasi langsung. Hasilnya didapatkan bahwa alih-alih menempatkan tiga perempuan itu sebagai objek, kapasitasnya sebagai ibu rumah tangga memicu mereka untuk berperan sebagai subjek yang sadar lingkungan. Ketiganya menunjukkan bahwa pengalaman domestik/feminin sebagai ibu dan istri membuat mereka bergerak untuk mengatasi dan memperbaiki lingkungan yang ada di sekitar mereka. Meskipun acapkali dianggap sebagai sesuatu yang sederhana dan bersifat lokal, kegiatan dan aktivisme yang mereka lakukan bersama komunitasnya dapat dikategorikan sebagai sebuah gerakan ekofeminisme. Tidak saja karena posisi dan status mereka sebagai ibu rumah tangga akan tetapi juga karena kegiatan dan aktivisme itu mampu berdampak pada kelestarian lingkungan.
Kata kunci: ekofeminisme, gerakan perempuan, lingkungan.
Abstract
By using ecofeminism perspective, this paper aims to describe the activity and activism of women's movement in Bandung that focuses on environmental issues. The subjects of this research are three women who pioneered environmental movements in urban communities in Bandung in their capacity as housewives. This research uses qualitative methods that produce descriptive data from interviews and direct observation. The results of research reveals that despite positioning themselves as objects, their status as housewives and their domestic/feminine roles have enabled them to act as environmentally conscious subjects. Though often regarded as simple and local, their activities and activism can be categorized as an eco-feminist movement. Not only because of their position and their status as housewives but also because of the activities and activism have obviously a direct positive impact on environmental sustainability and improvement, particularly in the area where they live.
Keywords : ecofeminism, w omen’smovement, environment.
440 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 439 - 454
A. PENDAHULUAN
Terminologi “ekofeminisme” diaju- kan pertama kali oleh Francoise D’Eaubonne melalui esainya La feminisme ou la mort – Feminisme atau Kematian
(Eaubonne, 1974). Sebagai terminologi yang mengawinkan konsep ekologi dan feminisme, ekofeminisme oleh Warren, sebagaimana dibahas Lorentzen dan Eaton(2002), diibaratkan sebuah filosofi yang memayungi atau menghubungkan keberagaman pendekatan feminisme dan lingkungan. Keterhubungan feminisme dan lingkungan ini tidak terlepas dari adanya kesamaan situasi dan posisi perempuan dan alam yang selalu ditindas oleh kekuatan patriarkal (Mies & Shiva, 2014).
Ekofeminisme lebih berkembang di Benua Amerika dan menjadi sebuah pergerakan baru pada tahun 1974. Seperti disebutkan oleh Lafortune (1997), eks- ploitasi terhadap alam dan perempuan menjadi dua isu mengkhawatirkan yang mendorong lahir dan berkembangnya gerakan ekofeminis di Amerika. Tak berbeda jauh dengan apa yang disuarakan D’Eaubonne, gerakan itu setidaknya mampu menyuarakan tentang ketidak- adilan dalam konsep hubungan antar sesama manusia maupun antara manusia dengan alam, yang disebabkan oleh kekuatan laki-laki, sistem hirarki, kekuatan dominasi dan ketidakpekaan manusia terhadap hidup atau lingkungan yang berkelanjutan.
Sebagai sebuah gerakan sosial, ekofeminisme berkembang pesat pada tahun 1980-1990-an. Ditandai dengan dilangsungkannya konferensi pertama mengenai “The Women and Life Earth: Ecofeminisme in the Eighties ” pada tahun 1980 di Amhrest, Hungaria(Lorentzen & Eaton, 2002). Keduanya juga mencatat bahwa penyelenggaraan konferensi inilah yang kemudian menginspirasi muncul dan berkembangnya aksi dan organisasi- organisasi ekofeminis di berbagai tempat di dunia.
Ekofeminisme sebenarnya menekan- kan pada gagasan bahwa semua makhluk
hidup adalah bagian dari kesatuan sistem kehidupan yang tidak menciptakan pembedaan dan pemisahan tubuh secara sosial seperti yang ada dalam sistem patriarki. Sistem pembedaan seperti itulah yang berujung pada munculnya pihak yang mendominasi dan yang didominasi. Dalam hal ini, para ekofeminis melihat bahwa perempuan dan alamlah yang menjadi pihak yang didominasi.
Pegiat ekofeminis umumnya meru- pakan kaum perempuan yang memang telah memiliki kesadaran akan posisi strategis dan politis mereka terkait dengan keterhubungan dengan alam. Banyak pihak yang menganggap keterikatan perempuan dengan alam lebih kuat daripada laki-laki. Bahkan Lorentzen dan Eaton (2002:2) dengan lugas mengatakan“The fact that women are most adversely affected by environmental problems makes them better qualified as experts on such conditions and therefore places them in a position of epistemological priviledge; that is, women have more knowledge about earth systems than men”. Dalam hal ini, perempuan berada dalam posisi istimewa untuk mendorong menciptakan sebuah paradig- ma intelektual dan praktis mengenai ekologi.
Selain itu, peran perempuan yang secara biologi s dapat “melahirkan” dianggap memiliki kesamaan dengan alam. Di beberapa kebudayaan seperti Indonesia misalnya, acuan terhadap alam hampir selalu bersifat feminin. Priyatna dan Subekti (2017: iv) mencatat dalam bahasa Indonesia bahkan bumi sering menyebut sebagai “Ibu Pertiwi”. Peran sebagai seorang ibu seperti itulah yang membuat perempuan akrab dengan kegiatan mera- wat, mengasuh atau menjaga lingkungan seperti yang mereka lakukan pada anaknya. Setidaknya kegiatan seperti itu jugalah yang dibutuhkan oleh alam yang sekali lagi dalam perspektif ekofeminis telah begitu lama dieksploitasi secara masif, menjadi objek yang dikuasai dan didominasi.
Ekofeminisme…(Aquarini Priyatna, Mega Subekti, Indrayani Rachman) 441 Dalam
perspektif ekofeminis, kultural terkait dengan cara pandang perempuan dengan segala kekhasan dan perempuan di masing-masing budaya pengetahuannya dituntut hadir dalam terhadap sistem patriarkal. Tak heran jika mengelola alam dan sumber-sumber pendekatan dan persoalan yang diper- kehidupan. Keterlibatan perempuan dalam juangkan perempuan pegiat ekofeminsme gerakan ekofeminis merupakan sesuatu di berbagai budaya pun akan bervariasi dan yang penting bukan saja karena persoalan kontekstual bergantung dari situasi politis, kekhasan mereka sebagai perempuan tapi ideologis serta kulturalnya masing-masing. juga karena keterlibatan mereka berperan
perempuan dalam untuk membongkar persoalan sistem pengelolaan lingkungan seperti dalam gender dalam pengelolaan lingkungan. konsep ekofeminisme setidaknya juga Seperti dikatakan Warren (2000:2), terlihat
Keterlibatan
aktivitas beberapa ekofeminisme sering (tapi tidak eksklusif) perempuan yang kami temui di Kota berfokus pada perempuan, “So, in order to Bandung. Meskipun (mungkin) sebagian unpack specific gender features of human dari mereka secara sadar akan menolak systems of domination, ecofeminists often disebut sebagai ekofeminis, para pegiat (but not exclusively) focus on women”. lingkungan di ibu kota Jawa Barat ini Ada keterhubungan yang kuat antara dapat dianggap sebagai perempuan yang women-other human dengan others-natur, memiliki kepedulian tinggi terhadap yang diterminologikan oleh Warren lingkungan atau setidaknya telah memiliki sebagai interconection. Dalam hal ini, kesadaran tentang peran strategis mereka perempuan merupakan pihak yang lebih sebagai perempuan dalam persoalan banyak menderita, berisiko dirugikan lingkungan. Beberapa di antaranya bahkan daripada kelompok manusia lainnya.
melalui
telah diakui secara profesional oleh Persoalan perempuan dalam konteks komunitas dan anggota masyarakat lain ekofeminisme merupakan hal yang sebagai figur penting yang mampu kompleks, “multi-faceted, multi-located” menggerakkan kesadaran masyarakat. karena berhubungan dengan perspektif Paling tidak di lingkungan tempat gender yang acap kali berkelindanan tinggalnya untuk peka dan mampu terlibat dengan hal-hal yang bersifat politis, secara partisipatif terhadap persoalan ideologis, atau bahkan kultural. Seperti lingkungan di Kota Bandung pada diungkapkan Hobgood-Oster, 2006:2, umumnya. “Ecofeminist positions reflect varied
Menjadi seorang perempuan pegiat political stances that may be, and usually lingkungan di Kota Bandung relatif tidak are, transformed through time and place. mudah. Kuatnya akar budaya patriarkal In other words, the political activisms and yang ada dalam sistem sosial masyarakat alliances stemming from ecofeminism telah mengharuskan mereka untuk mampu modify in relationship to the perceived membagi waktu antara berkegiatan di justice issues being confronted in differing dalam dan di luar rumah dengan sama cultural
and historical settings. ” baiknya. Terlebih bagi mereka yang Kompleksitas persoalan lingkungan dan berstatus sebagai seorang istri sekaligus perempuan dalam perspektif ekofeminis ibu. Tuntutan untuk tetap berada di rumah merupakan objek kajian yang potensial dan menuntaskan pekerjaan domestik menjadi terbuka untuk dibicarakan dalam berbagai lebih besar sekaligus penting dilakukan aspek.
untuk menunjukkan eksistensi mereka Dalam hal ini, aspek ruang dan sebagai figur ibu atau pun istri yang “baik” waktu juga yang menyebabkan kajian dalam perspektif patriarkal. ekofeminisme tidak pernah bersifat statis,
Dalam hal ini, negosiasi menjadi hal ia selalu membuka ruang untuk terus yang penting dilakukan, bukan saja pada berubah. Ditambah lagi dengan persoalan persoalan pembagian waktu antara menjadi
442 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 439 - 454 ibu yang mengurusi pekerjaan domestik di
in which we live and why things are rumah dan menjadi pegiat lingkungan di
the way they are”. masyarakat tapi juga pada persoalan
Terkait dengan pengumpulan data, bagaimana memosisikan diri sebagai dilakukan melalui teknik observasi seorang ibu, istri, pegiat lingkungan dalam lapangan dan wawancara langsung ruang dan waktu yang hampir bersamaan. terhadap tiga perempuan yang menjadi Lalu bagaimana perempuan-perempuan sumber lisan/informan dalam penelitian lokal tersebut dapat menjalankan aktivitas ini. Observasi lapangan dan wawancara mereka sebagai pegiat lingkungan lokal langsung dilakukan pada periode bulan dan seperti apa gerakan mereka sehingga Januari sampai Februari 2017 mengenai dapat dikatakan sebagai gerakan perem- kegiatan dan “aktivisme” mereka sebagai puan ekofeminis? Analisis dalam tulisan ibu rumah tangga sekaligus aktivis ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan (lingkungan). Data yang didapatkan dari itu.
observasi dan wawancara itulah yang Ruang lingkup penelitian ini kemudian diolah secara sistematis, meliputi
penggambaran keterlibatan dianalisis, dan diinterpretasikan untuk perempuan-perempuan tersebut dalam keperluan menjawab identifikasi masalah komunitas lokal yang ada di Bandung. yang diajukan dalam penelitian ini. Untuk itu, setidaknya ada tiga hal yang
Tiga perempuan yang dijadikan menjadi fokus utama yang dianalisis dalam sumber data acuan primer dalam penelitian penelitian ini. Yang pertama adalah ini, dalam komunitas dan lingkungan strategi yang mereka lakukan agar dapat tempat tinggalnya telah dianggap sebagai terlibat secara aktif dalam urusan publik figur penting yang telah mempelopori sembari tetap menyelesaikan tanggung gerakan dan terlaksananya kegiatan jawab mereka sebagai ibu rumah tangga. masyarakat di bidang lingkungan. Bersama Selanjutnya
adalah pemaparan isu komunitas masing-masing, mereka juga lingkungan yang menjadi salah satu alasan dianggap telah mampu menggerakkan atau keterlibatan mereka dalam komunitas dan (setidaknya) mampu menularkan semangat yang terakhir adalah mengungkapkan untuk melibatkan anggota masyarakat lain dampak dari kegiatan dan aktivisme agar terlibat atau bahkan berpartisipasi mereka bersama komunitasnya masing- secara aktif dalam persoalan lingkungan di masing.
daerah tempat tinggal masing-masing. Selain aspek kegiatan dan aktivisme
dalam komunitas, pemilihan mereka Penelitian ini menggunakan metode sebagai informan yang dilakukan dalam kualitatif dengan menekankan pada penelitian ini juga mempertimbangkan pendekatan deskriptif analitik. Penelitian status sosial mereka sebagai seorang kualitatif sendiri dilakukan dengan tujuan perempuan yang telah menikah dan untuk menghasilkan data deskriptif melalui masing-masing telah memiliki anak. kata-kata lisan ataupun tertulis dan tingkah laku yang diamati dari orang yang diteliti.
B. METODE PENELITIAN
C. HASIL DAN BAHASAN
Menurut Hancock dkk. (2009: 7), Pada bagian ini, fokus pembahasan penelitian kualitatif berkaitan dengan memang akan terpusat pada data yang usaha untuk memaparkan fenomena sosial didapatkan melalui hasil wawancara dan di masyarakat. Dia menyebutkan:
observasi langsung pada tiga perempuan “Qualitative research is concerned yang menjadi sumber lisan/informan
with developing explanations of social utama. Perempuan pertama bernama Tini phenomena. That is to say, it aims to Martini Tapran (48 tahun) yang tinggal di help us to understand the social world Kecamatan Sumur, Kota Bandung. Ibu dua
anak ini adalah pendiri komunitas GSSI
Ekofeminisme…(Aquarini Priyatna, Mega Subekti, Indrayani Rachman) 443 (Generasi Semangat Selalu Ikhlas). Secara melakukan pekerjaan di luar rumah, maka
umum, bersama komunitasnya Tini istri atau ibu sebaliknya pada persoalan memfokuskan diri pada gerakan sosial di domestik. Kota Bandung. Keaktifan Tini bersama
Bagi ketiga perempuan yang komunitasnya membuat namanya cukup diwawancarai Tini Martini Tapran dikenal sebagai aktivis perempuan di Kota (selanjutnya disebut Tini), Isti Khairani Bandung.
(selajutnya disebut Isti), dan Dedah Selanjutnya ada Isti Khairani (37 Zubaedah (selanjutnya disebut Dedah), tahun) yang tinggal di daerah Cisitu Indah, persoalan pembagian tugas seperti itu Dago yang menjadi pendiri dari komunitas merupakan sesuatu hal yang lumrah dan Bumi Inspirasi. Komunitas ini fokus pada sangat kultural di masyarakat sosial kegiatan edukasi mengenai persoalan Bandung yang menganut sistem patriarkal. lingkungan terutama sampah dan edukasi Namun
pada praktiknya, finansial. Bersama Bumi Inspirasi, Isti ikut pembagian seperti itu tidak dianggap mengkampanyekan dan mengedukasikan sebagai penghalang bagi mereka untuk program Bank Sampah. Yang terakhir tetap menjadi perempuan yang memiliki adalah Dedah Zubaedah (40 tahun) kesibukan dan aktif dalam berkegiatan di seorang kader penggerak PKK RW 19 luar rumah. Meskipun sebenarnya, Sadang Serang, Coblong yang memiliki 3 keterlibatan mereka sebagai ibu dan istri orang anak. Tak berbeda dengan Tini dan dalam kegiatan di luar rumah harus Isti, meskipun (hanya) berafiliasi dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan komunitas lokal PKK tingkat RW, Dedah dan dukungan suami serta anggota pun secara aktif terlibat dalam kegiatan keluarga lain. Persetujuan dan dukungan pemberdayaan perempuan dan lingkungan suami serta anggota keluarga lain bagi di daerah tempat tinggalnya.
ternyata
ketiga perempuan itu merupakan sesuatu Selain karena status mereka sebagai yang penting didapatkan, agar nantinya ibu rumah tangga yang mampu terlibat tugas yang diemban dalam ruang publik itu secara aktif dalam urusan domestik dapat mereka jalankan sepenuh hati. maupun
Meskipun berisiko untuk mengu- perempuan itu dilakukan atas keberhasilan rangi kuantitas waktu untuk mengerjakan mereka dalam menjalankan program dan tugas domestik di rumah, pada kenya- aktivisme dalam hal lingkungan. Mengenai taannya mereka mampu menjalankan dua profil ketiga perempuan tersebut bersama kegiatan tersebut sekaligus. Memang dengan
bersama dalam praktiknya, bukan perkara mudah komunitasnya akan dipaparkan lebih lanjut dijalankan, terkadang ada perasaan pada subbab berikutnya.
aktivitas
mereka
bersalah muncul dalam diri mereka karena di satu sisi telah mengurangi kuantitas
1. Berafiliasi dalam Sebuah Komunitas:
family time . Namun di sisi lain, muncul
Sebuah Strategi Ideologis, Politis
juga rasa puas dan bangga karena di tengah
kesibukan mereka sebagai istri dan ibu di Menjadi seorang istri dan ibu dalam keluarga mereka tetap dapat berkontribusi perspektif budaya patriarkal seolah positif. Tentu saja rasa puas dan bangga itu mewajibkan perempuan untuk berada di juga didapatkan setelah melihat respons rumah dan bertanggung jawab pada positif dari masyarakat terhadap apa yang persoalan domestik. Dalam struktur telah mereka lakukan. Kesemua itu, keluarga patriarkal bahkan secara kaku perlahan membuat rasa bersalah mereka membuat
dan Kultural
antara setidaknya berkurang atau bahkan hilang istri/suami atau ayah/ibu. Jika suami atau sama sekali. Apalagi jika anggota keluarga ayah bertanggung jawab pada persoalan yang
pembagian
tugas
secara terang-terangan publik yang membuat mereka terbiasa mendukung atau memahami konsekuensi
lain
444 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 439 - 454 dari aktivitas yang dilakukan istri atau ibu yang dibentuk sekitar tahun 2010
mereka di luar rumah dan bahkan juga ikut sebenarnya tidak murni berasal dari anak terlibat di dalamnya.
perempuannya, Aghnie Hasya Rif. Pada Risiko untuk berkurangnya kuantitas saat itu bernama GSSI (Garage Sale family time atau persoalan mengenai Sekolah Ibu) yang muncul sebagai sebuah potensi kegagalan mereka menjalankan gerakan kecil untuk mengumpulkan dana pekerjaan domestik sambil tetap bisa untuk membantu teman sekolah anaknya beraktivitas di luar rumah telah memaksa yang tidak mampu membeli buku, Tini, Isti, dan Dedah untuk mampu dibentuk bersama empat rekan Aghnie bersiasat dengan baik. Salah satunya yang lain; Fitri, Arisa, Rika dan Afni. Pada adalah dengan berafiliasi dalam sebuah saat itu GSSI hanya fokus untuk menjual komunitas. Jika Tini dan Isti mengawali barang-barang rumah tangga yang tidak kegiatan sosialnya dengan membentuk digunakan lagi dan keuntungan itulah yang komunitas yang mereka beri nama GGSI dimanfaatkan untuk membantu teman- dan Bumi Inspirasi maka Dedah secara teman Aghni. sadar melibatkan diri dalam kegiatan PKK
Selanjutnya, kegiatan GSSI Aghnie yang ada di lingkungan RW tempat dia pun berkembang lebih luas. Tidak lagi tinggal. Bagi ketiga perempuan itu, sekedar mengumpulkan kemudian menjual bergabung dalam sebuah komunitas barang-barang sumbangan donatur yang merupakan sebuah strategi cerdas karena semakin hari semakin besar jumlahnya dan nyatanya mereka bisa membagi peran dan menyalurkannya tapi juga pada layanan tanggung jawab sosial bersama anggota pendidikan alternatif dan pelatihan komunitas yang lain. Meskipun menjadi keterampilan anak. Memang pada saat itu, co-founder dan figur penting dalam pendidikan anak menjadi perhatian khusus komunitas masing-masing, pembagian komunitas ini seperti yang tertera pada peran dan tanggung jawab seperti itu misi
yakni menyediakan tentunya membuat pekerjaan mereka di lingkungan yang kondusif sehingga anak luar rumah menjadi relatif lebih ringan memiliki kesempatan untuk mengem- sehingga
mereka
tidak terlalu membebani bangkan seluruh potensinya yang meliputi tanggung jawab mereka sebagai seorang aspek moral, nilai-nilai agama, sosial, ibu rumah tangga. Selanjutnya, subbab ini emosional dan kemandirian, kemampuan akan dibagi menjadi tiga bagian yang berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan masing-masing
difokuskan
pada seni.
pembahasan yang komprehensif mengenai Tak berhenti pada pendidikan anak, komunitas, tempat berafiliasinya ketiga komunitas GSSI versi Aghnie kemudian perempuan yang
dijadikan sumber menyasar para orang tua murid, terutama lisan/informan dalam penelitian ini dan ibu-ibu yang kebetulan anak mereka kegiatan yang mereka lakukan bersama bersekolah di tempat Tini mengajar. komunitas masing-masing.
Memang sebagian besar anak yang bersekolah di tempat Tini mengajar berasal
a. Semangat GGSI Menyebarkan
golongan ekonomi rendah. Oleh GSSI, Good Practice ibu-ibu
dikumpulkan dan Membentuk
tersebut
sebuah komunitas kemudian diberi bekal keterampilan untuk menjadi salah satu strategi politis dan mengkreasikan produk-produk kerajinan ideologis bagi Tini. Bukan sekedar untuk yang nantinya bisa dijual. Secara ekonomi, menyebarkan semangat “berbaginya” “kelas” itu memang sengaja dibentuk agar sebagai seorang perempuan kepada para ibu mempunyai penghasilan tambahan masyarakat di sekitarnya tapi juga untuk biaya sekolah anak-anaknya. Selain semangat ideologisnya tentang lingkungan. itu, secara khusus para ibu itu juga diberi Ide dasar membentuk komunitas GSSI edukasi melalui kelas parenting tentang
Ekofeminisme…(Aquarini Priyatna, Mega Subekti, Indrayani Rachman) 445 cara mendidik anak agar nantinya anak menciptakan masyarakat yang bahagia
mereka mampu berkembang menjadi dengan lingkungan dan saling berinteraksi. generasi unggul. Berbagai kegiatan yang Hal yang sama juga berlaku pada misinya memang khusus diadakan untuk ibu-ibu yang menurut Tini dapat dibagi dalam tiga seperti belajar kerajinan yang bahannya poin penting yakni, mendorong terciptanya didapatkan dari hasil sampah dan barang lingkungan yang bersih dan sehat, bekas yang mereka kumpulkan. Hasil melibatkan
pemuda sebagai agen produknya pun dijual di garage sale yang pembangunan serta menumbuhkan budaya dikelola GSSI.
literasi di masyarakat. Perluasan cakupan Hal kecil yang dikembangkan visi dan misi itu yang menjadi landasan anaknya itu ternyata menjadi inspirasi dan pergerakan GSSI sebagai sebuah komu- motivasi tersendiri bagi Tini untuk terjun nitas yang bergerak dalam bidang sosial. lebih dalam lagi pada kegiatan sosial
Dia mengakui bahwa bersama lainnya, tentu saja tetap berada di bawah GSSI, pergerakannya sebagai aktivis payung GSSI. Fokus dan kesibukan relatif lebih mudah dilakukan. Masyarakat Aghnie pada kegiatan sekolah yang pun akan lebih mudah untuk mengenal membuat kuantitas waktunya untuk aktivitas yang dia lakukan bersama GSSI. mengelola kegiatan GSSI membuat Tini Sebagai warga Bandung, Tini berharap tergerak untuk mengambil alih dan agar dirinya dan GSSI dapat terus menjalankan GSSI sepenuhnya. Sejak berkontribusi
bagi kemajuan dan dipegang oleh Tini, kegiatan GSSI pun kehidupan yang lebih baik bagi warga semakin berkembang lebih luas lagi tidak Bandung. hanya fokus pada persoalan pendidikan pada anak dan ibu tapi juga pada persoalan
b. Komunitas Bumi Inspirasi dan
sosial yang sifatnya lebih umum dan ruang
Kampanye Edukasi Lingkungan
lingkup wilayah yang lebih luas lagi, tidak Berafiliasi dengan komunitas seperti hanya persoalan sosial yang ada di sekitar yang dilakukan Tini dengan GSSI, juga tempat tinggalnya saja. Posisi dan peran dilakukan oleh informan kedua dalam sebagai perempuan dewasa (ibu rumah penelitian ini. Adalah Isti seorang ibu yang tangga dan istri) diyakini membuat bersama teman-temannya mendirikan perspektif Tini sebagai penerus kegiatan Bumi Inspirasi. Mereka terdiri atas GSSI Aghnie terkait dengan persoalan perempuan-perempuan yang memiliki sosial menjadi lebih sensitif dan “impian” yang sama yakni agar “Rumah” berkembang. Tini mampu melihat berbagai bisa menjadi tempat untuk berbagi persoalan sosial dari perspektifnya sebagai inspirasi kepada seluruh masyarakat. ibu rumah tangga yang banyak bergelut Impian itu yang kemudian diejawantahkan pada urusan domestik.
dalam wujud mendirikan komunitas yang Berkembang dan lebih bervariasinya memiliki visi untuk mewujudkan Keluarga ruang lingkup kegiatan yang dilakukan Indonesia Cerdas Financial, Ramah Tini dan GSSI tersebut berimplikasi Lingkungan, dan Ahlak Islami. membuat kepanjangan GSSI berubah, dari
Sebagai sebuah komunitas yang yang sebelumnya Garage Sale Sekolah Ibu bersifat lokal (khusus Bandung), Bumi menjadi Generasi Semangat Selalu Ikhlas. Inspirasi memiliki misi yang memang Sebagai sebuah komunitas, perubahan secara umum ditujukan untuk peningkatan kepanjangan GSSI itu tentunya disertai kualitas hidup keluarga Indonesia. Untuk dengan perluasan cakupan visi dan misi itu, Bumi Inspirasi berupaya meningkatkan komunitas dari yang sebelum hanya peran ibu agar bisa menjadi seorang berfokus
pada layanan pendidikan manajer keuangan keluarga yang baik, dan alternatif dan pelatihan keterampilan peran anak dalam membantu mewujudkan praktis menjadi lebih luas yakni tujuan keuangan keluarga, menjadikan
446 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 439 - 454 Gaya Hidup Keluarga Ramah Lingkungan mengenai persoalan lingkungan tapi juga
sebagai lifestyle yang bergengsi di kesadaran finansial keluarga, tidak saja masyarakat, meningkatkan akhlak Ibu dan pada masyarakat di sekitar tempat Anak sesuai Al-Quran dan yang terakhir tinggalnya tapi juga pada masyarakat yang adalah meningkatkan peran remaja sebagai ruang lingkupnya lebih luas lagi. Tak Agent of Change (agen pembawa heran jika akhirnya Isti bersama komunitas perubahan) yang senantiasa akan berbagi Bumi Inspirasi bisa menjalin kerja sama dan menularkan virus Gaya Hidup Cerdas dengan organisasi, institusi, ataupun Finansial dan Ramah Lingkungan kepada komunitas lain seperti di antaranya Institut masyarakat.
Ibu Profesional (IIP) Bandung, Lembaga Isti mengatakan bahwa dirinya Pengembangan Teknologi Tepat (LPTT), banyak belajar dari ibunya yang juga bisa PD Kebersihan Kota Bandung, BPLHD dikategorikan sebagai seorang aktivis Provinsi Jawa Barat, Greenation, Green lingkungan
dalam Citarum dan masih banyak lagi. komunitas Ibu Cisitu Indah Peduli (ICIP). Kolaborasi kerja sama itu membuka Meskipun ruang lingkup kegiatannya peluang untuk memperluas cakupan hanya di lingkungan tempat tinggal (RW wilayah dan warga yang bisa disasar Isti
yang
bergerak
04 Cisitu Dago, Kota Bandung) komunitas bersama komunitasnya. ibunya aktif dalam kegiatan sosial
Tak hanya melakukan kegiatan bermasyarakat seperti subsidi silang nyata di lapangan, komunitas Bumi pemberian susu untuk balita, sunatan Inspirasi juga aktif memberikan edukasi massal, penggalangan dana untuk anak melalui internet dan jaringan media sosial. sekolah, penyediaan sembako murah. Salah satunya bisa diakses melalui laman Secara umum, sasaran kegiatan komunitas http://www.bumiinspirasi.or.id . Laman ini ibunya itu memang terlihat lebih secara aktif menampilkan kegiatan- difokuskan untuk menyasar pada persoalan kegiatan yang dilakukan Bumi Inspirasi. ekonomi keluarga yang biasanya dialami Tujuannya agar Isti dan komunitas Bumi ibu-ibu rumah tangga di lingkungan tempat Inspirasi dapat terus berkampanye secara tinggalnya.
sehat, setidaknya memengaruhi pembaca Terkait dengan pergerakan komu- laman untuk melakukan perubahan positif nitas, Isti mengakui banyak hambatan, di untuk masyarakat. antaranya adalah persaingan dengan pengepul sampah di Cisitu serta masih
c. PKK sebagai Ruang Aktualisasi Diri
kuatnya budaya atau gaya hidup praktis Jika Tini dan Isti secara sadar anggota masyarakat. Masih banyak warga memutuskan untuk membuat komunitas yang belum memiliki kesadaran akan sebagai bagian dari perjuangan mereka bahaya penggunaan sampah plastik atau untuk menyebarkan kepedulian mereka pun stereofom bagi lingkungan. Oleh sebab pada lingkungan di sekitar tempat tinggal itu, kegiatan di komunitas Bumi Inspirasi mereka maka Dedah dengan sadar dan juga
untuk sukarela memutuskan untuk bergabung setidaknya mampu mengenalkan dan dalam
sebenarnya
difokuskan
komunitas PKK membiasakan budaya atau gaya hidup (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga). keluarga yang ramah dan sadar lingkungan Keterlibatannya pada komunitas yang serta menanamkan bahwa gaya hidup beranggotakan kaum perempuan yang seperti itu merupakan gaya hidup yang sudah menikah itu diakuinya telah membe- bergengsi.
sebuah
kesempatan untuk dapat Komunitas Bumi Inspirasi yang berinteraksi dengan masyarakat sosial dan dibentuk bersama teman-temannya itu membuatnya dapat mengaktualisasikan diri membuat Isti menjadi lebih leluasa untuk sebagai seorang ibu maupun istri di ruang menyebarkan aktivismenya, tidak saja publik.
rikannya
Ekofeminisme…(Aquarini Priyatna, Mega Subekti, Indrayani Rachman) 447 PKK sendiri merupakan komunitas merasa bersyukur, karena ternyata “kuasa”
yang awalnya dibentuk pemerintahan Orde yang didapatkan sebagai ketua sekaligus Baru sebagai wadah bagi perempuan untuk istri “pejabat RW” membuatnya lebih terlibat dalam pembangunan daerah. Pada leluasa untuk mengontrol dan menentukan saat itu, kegiatan PKK mencakup semua kebijakan yang tepat bahkan menjadi suri program pemerintah yang dikhususkan teladan yang menularkan good practice untuk kaum perempuan. Akan tetapi pada kepada masyarakat. praktiknya PKK lebih sering melakukan
Terlepas dari hal itu, sekali lagi kegiatan-kegiatan yang bisa dikategorikan Dedah menegaskan bahwa kegiatan yang bersifat sangat domestik, seperti membuat dilakukannya bersama anggota tim PKK karangan bunga, jahit-menjahit, masak- dijalankan sepenuh hati, karena ia memasak, mengikuti penataran-penataran menyukai kegiatan yang membuatnya indoktrinasi ideologi negara, dan siap dapat berinteraksi dengan orang lain. membantu
pemerintah Buktinya, banyak kegiatan yang telah memerlukannya (Wieringa, 34: 2010). Tak dilakukan Dedah bersama tim penggerak heran jika akhirnya tak sedikit orang yang PKK lainnya terutama yang berhubungan mencibir PKK sebagai salah satu program dengan peningkatan kualitas hidup pemerintah yang turut melegitimasi anggotanya melalui program mereka mulai “kewajiban” perempuan Indonesia dalam dari bidang lingkungan hidup, seperti urusan
setiap
saat
seolah pembuatan bank sampah tingkat RW memegang kontrol dan berusaha mengatur sampai pada urusan kesehatan melalui peran kaum perempuan. Namun, tak Posyandu. Program-program itu menurut sedikit pula yang menganggap PKK Dedah, cukup efektif untuk menumbuhkan sebagai wadah bagi para perempuan dan membangkitkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk setidaknya belajar agar peduli pada kebersihan dan berorganisasi dan terlibat secara aktif kelestarian lingkungannya minimal di dalam ruang publik.
domestik.
Negara
tingkat keluarga. Hal itulah yang nantinya Dedah sendiri mengatakan bahwa akan berimplikasi pada peningkatan aktivitas yang telah dilakukannya bersama kualitas hidup anggota masyarakatnya. anggota tim PKK lainnya setidaknya telah
sebuah komunitas membuat dirinya bangga dan puas karena seperti yang dilakukan Tini dan Isti atau ternyata di tengah kesibukannya sebagai bergabung dengan komunitas yang telah ibu rumah tangga, dia tetap mampu ada sebelumnya seperti yang dilakukan berkontribusi dan berdedikasi kepada Dedah dirasa sangat memudahkan mereka warga. Keterlibatan Dedah di PKK telah untuk bergerak. Setidaknya, berada dalam dimulai sejak tahun 2008. Pada waktu itu jejaring komunitas membuat mereka suaminya menjabat sebagai sekretaris RW nyaman dan lebih leluasa untuk
Membentuk
19 di Kelurahan Sadang Serang, menjalankan kegiatan sesuai dengan Kecamatan Coblong sehingga mau tidak ideologi dan misi pribadi tentang mau sebagai istri, Dedah harus juga lingkungan
masing-masing. Bersama melibatkan diri dalam struktur organisasi komunitas, mereka juga seolah memiliki pemerintahan desa. Begitu pula ketika kuasa dan legalitas lebih untuk dapat suaminya diangkat menjadi ketua RW, merangkul warga lain agar terlibat secara otomatis Dedah pun harus bersama-sama
menjalankan kegiatan mengemban tugas sebagai ketua PKK RW terkait lingkungan yang digagas oleh
19. Dalam struktur organisasi PKK, komunitas. Seperti diakui Tini sendiri jabatan ketua biasanya otomatis diemban dalam Priyatna dan Subekti (2017: 30), oleh istri dari ketua RW, Lurah, Camat, “kegiatan menjaga lingkungan adalah kerja dan seterusnya. Meski pun keterlibatannya kolaborasi bukan kerja individu”. di PKK terkesan sangat politis, Dedah Berafiliasi dengan
komunitas juga
448 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 439 - 454 menciptakan rasa aman secara psikologis lagi jika dia berposisi sebagai ibu rumah
sebagai perempuan, serta memudahkan tangga terbiasa mengurus sampah yang mereka untuk membangun relasi dan dihasilkan dari aktivitas domestik di berkolaborasi dengan institusi atau rumah. Keterkaitan seperti inilah yang lembaga lain seperti yang diakui Tini. membuat perempuan dianggap sebagai Bersama GSSI, dirinya dapat bekerja sama sosok yang paling bertanggung jawab dengan institusi maupun komunitas lain terhadap jumlah sampah domestik yang yang memiliki visi yang sama tentang dihasilkan di rumah. lingkungan.
Dari pengamatan dan wawancara Sekali lagi, membentuk sebuah langsung yang dilakukan di lapangan, komunitas seperti yang dilakukan Tini dan terlihat ada kesamaan terkait dengan Isti atau pun bergabung dengan komunitas kegiatan lingkungan yang dilakukan Tini, yang sudah ada seperti Dedah merupakan Isti dan Dedah bersama komunitas masing- pilihan strategi yang terasa cukup politis masing, yakni kegiatan pengelolaan dan kultural. Seperti pada kasus Tini dan sampah. Faktor keterkaitan posisi dan Isti, keterlibatan mereka dapat dianggap status mereka sebagai ibu rumah tangga sebagai sesuatu yang ideologis. Dengan yang setiap hari berurusan dengan sampah semangat yang gigih mereka berusaha ditengarai menjadi salah satu alasan kuat untuk dapat selalu menyebarkan good yang membuat urusan itu menjadi isu practice mereka bersama komunitas penting yang harus dicari solusinya. masing-masing pada masyarakat. Terkait
pengelolaan sampah dengan persoalan gender, pilihan mereka memang telah menjadi perhatian Pemkot untuk berafiliasi itu telah membuka Bandung sejak lama. Telah banyak peluang untuk dapat dengan leluasa program yang telah mereka luncurkan mengaktualisasikan diri mereka sebagai terkait dengan permasalahan sampah. ibu atau istri di ruang publik. Ruang yang Yang paling nyaring terdengar salah dalam
Program
sering satunya adalah Bandung Green and Clean diasosiasikan sebagai ruangnya laki-laki. yang telah diluncurkan sejak tahun 2009 Bergabung dengan komunitas juga (Tempo.co,
budaya
patriarkal
2010). Program yang membuka kesempatan bagi mereka untuk menitikberatkan
pada permasalahan berinteraksi dan berorganisasi dalam ruang penghijauan dan kebersihan terutama sosial ataupun sekedar interaksi dengan sampah bertujuan pada perubahan sikap sesama (perempuan lain) yang memiliki masyarakat
Bandung dalam kesamaan
Kota
visi tentang lingkungan menangani persoalan lingkungan hidup. sekalipun. Selain itu berafiliasi dengan
Seperti diakui oleh Isti, kegiatan komunitas juga sekiranya memudahkan komunitasnya dalam pengelolaan sampah mereka untuk bergerak lebih nyaman dan dengan program Bank Sampah Bumi fleksibel sebagai aktivis atau pegiat Inspirasi
merupakan salah satu lingkungan dan berbagi ruang dengan pengembangan dari program Pemerintah perempuan lain pada konteks lokal.
Kota Bandung yang mewajibkan RW-RW di Kota Bandung untuk memiliki dan
2. Pengalaman Domestik dan Perhatian
mengelola bank sampah secara mandiri.
Tapi sebelumnya, dalam diri Isti sendiri Dalam tradisi patriarki, pekerjaan memang telah muncul kesadaran dan domestik selalu dikaitkan dengan urusan kepedulian akan persoalan sampah di perempuan.
tentang Persoalan Sampah
memasak, lingkungannya. Terlebih volume sampah mengurus anak dan rumah, mencuci, yang tiap hari dihasilkan oleh warga berbelanja, dan lain sebagainya. Tanggung ternyata sudah tak mampu lagi ditampung jawab pada urusan domestik di rumah di tempat penampungan sampah sementara seperti itu membuat perempuan, terlebih tingkat RW. Selain itu Isti juga melihat
Mulai
dari
Ekofeminisme…(Aquarini Priyatna, Mega Subekti, Indrayani Rachman) 449 masih rendahnya kesadaran masyarakat sehingga bisa dimanfaatkan menjadi pupuk
tentang pemanfaatan dan pengelolaan kompos. sampah yang sebenarnya dapat disulap
Terkait dengan kegiatan yang menjadi benda yang mempunyai nilai dikelola Tini dan OH DarLing, seperti ekonomis. Bagi Isti, komunitas Bumi diakui Tini, telah dilakukan pendekatan Inspirasi, terutama program Bank Sampah kepada masyarakat yang mengacu pada yang didirikan bersama dua rekannya tiga program. Yang pertama adalah diharapkan mampu menemukan solusi dari kegiatan bank sampah yang secara rutin beragam persoalan sampah yang ada di dibuka tiap hari Kamis. Warga yang lingkungan tempat tinggalnya.
menyerahkan sampahnya dianggap sebagai Tak berbeda jauh dengan Bumi nasabah yang kemudian diberikan buku Inspirasi, salah satu kegiatan penting Tini tabungan. Pada buku tabungan itulah data dan
adalah jumlah sampah yang mereka kumpulkan pengelolaan sampah dan pengedukasian tertera sesuai dengan jenis sampah, berat masyarakat tentang pengelolaan sampah. dan harga perkilonya. Semakin banyak Bagaimana memisahkan sampah yang sampah yang dikumpulkan maka semakin dihasilkan dari tiap rumah seperti plastik, besar juga jumlah tabungan yang bisa kertas, botol dan memanfaatkannya mereka ambil sewaktu-waktu. Sistem menjadi benda yang mempunyai nilai pengelolaan yang mirip dengan bank ekonomis. Keterlibatan Tini dan GSSI konvensional pada umumnya. Sistem yang pada urusan sampah memang tidak dikelola Tini dan OH DarLing ini juga terlepas dari peran yang diembannya memiliki kemiripan dengan apa yang sebagai pendamping pengembangan desa. dilakukan Isti dan Dedah. Peran itu diberikan oleh Badan Pengelola
komunitas
GSSI-nya
adalah PasGeBer Lingkungan Hidup Kota Bandung karena (Pasukan Gerakan Bersih) yang diperun- rekam jejak Tini yang telah teruji sebagai tukkan secara khusus untuk memfasilitasi pegiat perempuan bersama GSSI.
Selanjutnya
ketertarikan anak-anak pada program OH Melalui program Kawasan Bebas DarLing. Oleh OH DarLing anak-anak Sampah yang menjadi program kerja tidak hanya dilibatkan sebagai “penonton”, BPLH, Tini dan GSSI berusaha tapi juga menjadi pegiat lingkungan cilik menggandeng masyarakat setempat untuk dengan membuat jadwal piket tetap untuk bergerak aktif membangun “kampung melakukan gerakan pungut sampah. hijau”. Cibunut, Bagus Rangin, dan Maleer Program yang ketiga adalah pengolahan menjadi kawasan kerja Tini dan GSSI. sampah menjadi benda yang bernilai Masing-masing kawasan menurut Tini ekonomis berupa kerajinan tangan seperti memiliki persoalan dan pendekatan yang tas dan gaun. Kerajinan itulah yang berbeda-beda mengenai sampah. Jika di kemudian
ditawarkan kepada para Cibunut, Tini berhasil menginisiasi pengunjung yang datang untuk melihat warganya untuk membuat Bank Sampah aktivitas pengelolaan sampah yang bersama komunitas baru yang dibentuknya dilakukan oleh warga. bersama warga Cibunut yang diberi nama
Seperti Isti, Dedah dan tim PKK OH DarLing (Orang Hebat Sadar RW 19 juga mengelola bank sampah yang Lingkungan), maka di Maleer Tini berhasil mereka namakan “Binangkit”. Bank menyebarkan good practice-nya kepada sampah itu dikelola bersama masyarakat ibu-ibu PKK setempat untuk belajar yang didominasi oleh ibu-ibu dan mengelola
secara selanjutnya sampah yang sudah dipisahkan sederhana.
sampah
sendiri
kawasan tersebut diserahkan ke pengepul Hijau Bagusrangin, persoalan sampah difokuskan Lestari. Selain itu dirinya juga memberikan pada proses pengelolaan sampah untuk edukasi tidak hanya pada anggota timnya bisa diolah dalam mesin komposter tapi juga ibu-ibu rumah tangga di RW 19
Sedangkan
di
450 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 439 - 454 untuk menyediakan minimal tiga tempat tergerak untuk melakukan kegiatan serupa
sampah di rumah masing-masing. Tiga bersama komunitas masing-masing. tempat sampah itu dimaksudkan untuk Sebagai ibu rumah tangga mereka memisahkan jenis sampah agar nantinya mempunyai perspektif yang sama tentang memudahkan untuk diolah kembali. Cara bagaimana cara untuk memanfaatkan dan ini juga, menurut Dedah dinilai cukup mengelola sampah yang diproduksi di efektif untuk mengedukasi anak-anak tingkat rumah tangga. Perspektif yang bahkan yang masih balita untuk mulai sedikit banyak membuat masyarakat belajar memilah sampah sejak dini.
terutama ibu-ibu dapat ikut terlibat dalam Kegiatan terkait lingkungan yang program pengelolan sampah. Baik Tini, dilakukan Tini, Isti, maupun Dedah Isti dan Dedah percaya, jika para ibu di tersebut memang tidak terlepas dari masing-masing keluarga sudah terlibat kepentingan mereka sebagai perempuan akan lebih mudah untuk mengajak anggota yang dalam berbagai mitos sering keluarga lainnya untuk terlibat dalam hal dianggap sebagai pihak yang memproduksi yang sama. sampah terbesar. Memang secara historis dan kultural konstruksi masyarakat di
3. Perempuan-Perempuan Penggerak
Indonesia, khususnya
menempatkan perempuan sebagai pihak Seperti yang telah diungkapkan di yang paling bertanggung jawab dalam subbab sebelumnya, masing-masing dari urusan domestik yang sekali lagi tiga perempuan yang diwawancarai dimitoskan sebagai ruang yang terkait memegang peranan tertinggi dalam dengan proses produksi sampah rumah struktur organisasi di komunitasnya tangga. Atas dasar itu pula sekiranya masing-masing. Peran seperti itu membuat kegiatan-kegiatan tentang lingkungan yang mereka punya kuasa untuk menentukan dilakukan oleh ketiga perempuan itu arah kebijakan komunitas yang tentunya menyasar ibu-ibu rumah tangga dan juga berimplikasi pada bergeraknya anggota anak-anak. Dalam hal ini, anak-anak harus yang berada di bawahnya. Mereka juga diberikan edukasi sejak dini agar ke dapat dengan leluasa mengajak orang- depannya diharapkan mereka dapat orang yang memiliki kepentingan yang tumbuh menjadi generasi yang sadar sama untuk terlibat secara aktif dalam lingkungan.
setiap kegiatan. Tak salah jika figur ketiga Menginisiasi pendirian bank sampah perempuan yang dijadikan informan dalam menjadi salah satu strategi yang dirasa penelitian ini dianggap sebagai perempuan sesuai dan kontekstual dengan situasi dan luar biasa. keadaan sosial masyarakat di tempat-
Alih-alih menjadi objek, peran aktif tempat Tini, Isti, dan Dedah memfokuskan mereka sebagai istri dan ibu rumah tangga kegiatan mereka. Nilai ekonomi yang dalam ruang domestik justru malah didapatkan dari kegiatan menabung membuka kesadaran mereka untuk dapat sampah dirasa cukup berhasil dalam berbuat sesuatu yang kontributif kepada menggerakkan (terutama) ibu-ibu rumah masyarakat terkait dengan lingkungan. tangga dan anak-anak untuk merasa Seperti yang dialami oleh Isti, salah satu bertanggung jawab dengan jumlah dan pendiri
Inspirasi. Sebelum jenis produksi sampah yang dihasilkan di mendirikan Bumi Inspirasi, Isti merupakan rumah mereka masing-masing.
Bumi
salah satu karyawati mapan disebuah Selain karena memang sampah di perusahaan besar. Niatannya untuk Bandung telah menjadi persoalan bersama, berhenti salah satunya karena ingin fokus kedekatan ibu rumah tangga seperti Tini, mengurus anak yang mulai beranjak besar. Isti dan Dedah terhadap persoalan sampah Tak lagi bekerja di kantor membuat Isti telah membuat ketiga perempuan itu memiliki lebih banyak waktu untuk
Ekofeminisme…(Aquarini Priyatna, Mega Subekti, Indrayani Rachman)
451 keluarga dan orang-orang terdekatnya dan
kembali akrab dengan urusan rumah tangga yang bersifat domestik. Dari situlah Isti kemudian tersadar bahwa ada persoalan sampah di lingkungan tempat tinggalnya dan akhirnya tergerak untuk mengajak tetangga dan ibu rumah tangga lain untuk mencari solusinya.
Isti menyadari bahwa kegiatan bank sampah tidak mungkin dapat berjalan sendiri tanpa didukung oleh masyarakat sekitarnya. Dalam berbagai kesempatan, dia selalu berupaya merangkul remaja- remaja di lingkungannya untuk terlibat menjadi pengurus bank sampah. Meski tidak digaji, tak kurang dari 15 remaja mulai dari tingkat SMP sampai pada mereka yang sudah bekerja berhasil diajak untuk mengelola bank sampah secara mandiri. Setelah berhasil diajak, tak lupa para
remaja itu
diberi pelatihan
pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola sampah hingga akhirnya diharapkan mereka dapat menularkan informasi dan pengetahuan yang mereka dapatkan kepada orang-orang terdekat.
Seperti diakui Isti, gerakan yang dikampanyekan komunitasnya memang fokus menyasar ibu dan anak. Seorang ibu, dalam
struktur keluarga
patriarkal
memegang peran penting dalam urusan domestik. Mereka biasanya bertanggung jawab dalam urusan sampah rumah tangga. Selain itu, seorang ibu dianggap memiliki akses yang lebih besar untuk menularkan semangat menjaga kebersihan kepada anggota keluarga yang lain termasuk anak dibandingkan dengan ayah. Jika produksi sampah dari tiap rumah dapat ditekan dan dikontrol, maka volume sampah di ling- kungannya pun dapat ditekan sedemikian rupa. Sedangkan edukasi pada anak diharapkan dapat menumbuhkembangkan sikap atau karakter peduli lingkungan sejak dini sehingga mereka mampu menjadi agen cilik yang dapat menularkan karakter berwawasan lingkungan mereka pada orang-orang terdekatnya.
Proses edukasi yang menyasar ibu dan anak seperti dilakukan Isti juga
diterapkan Tini dalam komunitasnya. Hal itu juga terlihat melalui misi komunitasnya GSSI yakni mendorong terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat, melibatkan
pemuda
sebagai agen pembangunan dan menumbuhkan budaya literasi. Misi tersebut mulai dieja- wantahkan dengan membentuk kelompok bermain (Kober GSSI) yang pada mulanya didedikasikannya untuk anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya sendiri. Kegiatan Kober GSSI pun banyak diisi dengan kegiatan pembelajaran yang disisipkan edukasi tentang lingkungan. Konsistensinya mengelola GSS dan Kober membuat Pemkot Bandung memilihnya untuk menjadi pendamping pengembangan Desa Cibunut yang sebelumnya dikenal masyarakat sebagai kawasan “beling” karena tingginya kasus premanisme dan kenakalan remaja di sana.