Hubungan Antara Jenis Informasi Seks, Jenis Saluran Komunikasi dan Persepsi Tentang Perilaku Seksual Pra Nikah pada Remaja ( Kasus Sebuah SMU di Bogor)

HUBUNGAN ANTARA JENIS INFORMASI SEKS,
JENIS SALlJRAN KOMUNIKASI DAN PERSEPSI
TENTANG PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH
PADA REMAJA
(Kasus Sebuah SMU di Bogor)

OLEM :
1111,MA OKTAVIANA

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
HILMA OKTAVIANA. Hubungan Antara Jenis Informasi Seks, Jenis Saluran
Komunikasi dan Persepsi Tentang Perilaku Seksual Pra Nikah pada Remaja (Kasus
Sebuah SMU di Bogor). Dibimbing oleh MUSA HUBEIS, NURMALA K.
PANJAITAN dan KRISHNARINI MATINDAS.
Perkembangan teknologi komunikasi dan iklim kebebasan pers telah
memunculkan banyak media (media cetak, audio, visual dan audiovisual) yang
menyampaikan berbagai jenis informasi seks. Di sisi lain, keingintahuan remaja

terhadap informasi seks cukup tinggi serta meningkatnya permasalahan hubungan
seksual pra nikah pada remaja.
Dengan berbagai jenis infomasi seks tersebut, remaja mampu menafsirkannya
menjadi makna baru, yang disebut dengan persepsi. Persepsi juga merupakan dasar
pembentukan perilaku. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
antara lain : Jenis informasi seks yang diperoleh remaja dari berbagai jenis saluran
komunikasi; Persepsi tentang perilaku seksual pra nikah, dan Hubungan antara
karakteristik remaja, jenis informasi seks dari ketiga jenis saluran komunikasi dengan
persepsi tentang perilaku seksual pra nikah. Persepsi yang diarnati ada tujuh, yaitu
persepsi tentang konsep seks, persepsi tentang perilaku seks, persepsi tentang alasan
melakukan hubungan seks, persepsi tentang terjadinya kehamilan, persepsi tentang
aborsi dan alasannya, persepsi tentang hubungan seksual pra nikah dan persepsi
tentang alasan remaja melakukan hubungan seksual pra nikah.
Penelitian survei ini dilakukan dengan alat bantu kuesioner. Lokasi penelitian
dipilih secara sengaja, yaitu di sebuah SMU di Bogor. Penentuan responden
dilakukan secara acak distratifikasi (stratijied random sampling) berdasarkan tingkat
pendidikan dan jurusan, yaitu kelas I, I1 dan I11 IPA dan IPS, yaitu sebanyak 120
orang. Pengolahan data menggunakan tabel fi-ekuensi untuk deskripsi jenis informasi
seks dari ketiga jenis saluran komunikasi, persepsi tentang perilaku seksual pra nikah.
Analisa Spearman digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara karakteristik

remaja dengan jenis informasi seks dan informasi seks. Khi Kuadrat untuk menguji
hubungan antara karakteristik dan jenis informasi seks dari ketiga jenis saluran
komunikasi dengan persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata media cetak menjadi saluran
komunikasi utama remaja untuk memperoleh ketiga jenis informasi seks (kehidupan
seks, sistem biologis dan reproduksi dan penyakit kelamin) daripada saluran
komunikasi lainnya.
Faktor karakteristik yang berpengaruh pada terpaan jenis informasi seks dari
ketiga jenis saluran komunikasi adalah tingkat sosialisasi di dalam sekolah, tingkat
sosialisasi di luar sekolah, jenis kelamin serta jenis saluran komunikasinya (media
cetak dan komunikasi interpersonal).
Faktor karakteristik, yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan dan umur dan
tingkat sosialisasi di dalam sekolah berpengaruh terhadap pembentukan persepsi

perilaku seks. Sedangkan persepsi tentang konsep seks berhubungan dengan tingkat
pendidikan remaja.
Saluran komunikasi berpengaruh terhadap pembentukan persepsi remaja tentang
perilaku seksual pra nikah.. Melalui komunikasi interpersonal, di mana seseorang
terbuka untuk bertanya dan memperoleh jawaban langsung serta memperkuat
keakuratan persepsi, banyak berpengaruh terhadap pembentukan persepsi tentang

konsep seks, persepsi tentang perilaku seks dan persepsi tentang hubungan seksual
pra nikah. Sedangkan dari media audiovisual, persepsi yang terbentuk adalah
persepsi tentang perilaku seks dan persepsi tentang alasan remaja melakukan
hubungan seksual pra nikah. Melalui media yang menampilkan garnbar hidup serta
visualisasi yang menarik tersebut, menghasilkan persepsi yang mengarah kepada
perilaku atau aktivitas seks. Dan dari media cetak persepsi yang terbentuk adalah
tentang alasan melakukan hubungan seksual pra nikah. Media cetak maupun media
audiovisual ternyata banyak mengeksplorasi tulisan, gambar, cerita ataupun adegan
yang menunjukkan bahwa hubungan seks yang dilakukan remaja adalah karena nafsu
yang menggebu, rasa ingin tahu, kedua pihak menginginkan dan dampak lingkungan
(sosial dan media massa). Narnun dari ketiga jenis saluran komunikasi tersebut,
saluran komunikasi interpersonal ternyata lebih efektif dan berpengaruh daripada
kedua saluran komunikasi lainnya pada persepsi remaja tentang perilaku sesual pra
nikah.
Berdasarkan hasil penelitian di atas pemberian materi informasi seks atau
kesehatan reproduksi remaja sangat penting untuk membentuk persepsi yang benar
tentang seks. Selain itu, perlu diupayakan metode diskusi dengan teman-teman
sebaya (peer group) dengan dipandu pendidik. Terakhir, penelitian ini masih perlu
dilanjutkan untuk mengetahui lebih mendalam tentang dampak dari saluran
komunikasi dengan penelitian yang bersifat kualitatif.


HUBUNGAN ANTARA JENIS INFORMASI SEKS,
JENIS SALURAN KOMUNIKASI DAN PERSEPSI
TENTANG PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH
PADA REMAJA
(Kasus Sebuah SMU di Bogor)

HILMA OKTAVIANA

Tesis
sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis
Nama


NRP
Program Studi

: Hubungan

Antara Jenis Informasi Seks, Jenis Saluran
Komunikasi dan Persepsi Tentang Perilaku Seksual Pra Nikah
pada Remaja ( Kasus Sebuah SMU di Bogor)
: Hilma Oktaviana
: 98353
: Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Mengetahui,
1. Komisi Pembimbing

Z

Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis, MS. Dipl. Ing, DEA.
Ketua


Dr. Nurmala K. Pan-iaitan. MS. DEA.
Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

J

Dr. Ir. Hi. Aida Vitavala S. Hubeis
Tanggal Lulus : 22 Januari 2002

Dra. Krishnarini ~ a t i n d a s MS.
,
Anggota

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa yang berjudul :
"Hubungan Antara Jenis Informasi 'Seks, Jenis Saluran Komunikasi dan

Persepsi Tentang Perilaku Seksual Pra Nikah pada Remaja (Kasus Sebuah
SMU di Bogor)".
adalah benar hasil karya sendiri dan belum pernah di publikasikan. Semua sumber
data dan informasi telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 5 Juni 2002

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sibolga pada tanggal 5 Oktober 1972 sebagai anak ketujuh
dari sembilan bersaudara dari pasangan Mara Kumpulan Sibuea (dm) dan Nurjannah
Tarnbunan (dm). Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara, lulus pada tahun 1996.
Tahun 1997-1998 penulis bekerja sebagai tenaga pengajar pada Sekolah
Menengah Pertama Medan Labuhan, Medan. Tahun 1998 penulis mengikuti Program
Pascasarjana IPB Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.
Tahun 1999 pernah bekerja sebagai tenaga pengajar honorer pada Fakultas Ilmu
Komunikasi, Universitas Pembangunan Nasional 'Veteran' Jakarta. Tahun 200 1
mengikuti proyek Nutrisi Programme - kerjasarna Yayasan Zaitun dengan WFP
(World Food Programme) di Bogor. Selain itu, sampai saat ini penulis bekerja
weeline) pada PT Surindo, Jakarta sebagai tenaga Research Executive (RE)


PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahrnat, rezeki
serta kesehatan, sehingga tesis berjudul : Hubungan Antara Jenis Informasi Seks,
Jenis Saluran Komunikasi dan Persepsi Tentang Perilaku Seksual Pra Nikah pada
Remaja (Kasus Sebuah SMU di Bogor), dapat diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan sampaikan atas arahan, bimbingan serta bantuan
dari Tim Komisi Pembimbing, yang terdiri dari : Bapak Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis
MS, Dipl. Ing, DEA (Ketua), Ibu Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS, DEA dan Ibu Dra.
Krishnarini Matindas MS. (anggota), sehingga penelitian ini bisa diselesaikan.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Direktur Pascasarjana dan Ketua
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan serta seluruh staf
pengajar yang telah berbagi ilmu selama menjalani pendidikan di Institut Pertanian
Bogor.
Ungkapan serupa juga disampaikan kepada Kepala Sekolah, Wakil Sekolah serta
Guru-guru SMU tempat penelitian yang banyak sekali membantu, memberikan
masukan, kesempatan dan waktu dalam pengumpulan data di lapangan. Juga kepada
adik-adik SMU yang sangat banyak membantu penulis di tengah aktivitas belajarmengajar, ujian dan waktu-waktu bermain.
Secara khusus rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda dan

Ibunda, juga kepada Etek yang selalu memberi dukungan dan untaian do'a. Selain itu
juga kepada Abang Zul Azrni Sibuea dan seluruh keluarga. Semoga Allah SWT
berkenan memberikan balasan yang lebih baik kepada semua pihak yang telah
membantu.
Semoga tesis ini bermanfaat sebagai informasi dan bahan kajian bagi penelitianpenelitian di masa yang akan datang.

Penulis

.

V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ..........................................................................................132
5.2. Saran....................................................................................................
134

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 135
LAMPIRAN .................................................................................................... 138

DAFTAR TABEL
Nomor


Halaman

Persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi ...................................
Persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga.. . . . . . . . . . . .......
Persentase responden berdasarkan lokasi tempat tinggal ........................ ..... .
Persentase responden berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu ... . . . . . ... ...... .........
Jumlah responden berdasarkan jenis informasi seks dan jenis saluran
. .
komumkasi....... . . . ......... .......... .......... . ........... ........... . ...................................
6. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin, jenis
informasi seks dan jenis saluran komunikasi. . ........... ....................................
7. Jumlah responden berdasarkan rata-rata jenis inf'ormasi seks dari media
cetak ............ ............. .................... ............. ..................... .. ... ............ ...........
8. Jumlah responden berdasarkan rata-rata jenis inf'ormasi seks dari media
audiovisual .... . . . . ......... . ........ .......... . ........... . ......... . .......... .,.. . .... .... . . . . . . . . . . .. ....
9. Jumlah responden berdasarkan rata-rata jenis informasi seks dari
komunikasi interpersonal..... ........... . .......... .. ......... ............ . . . . . ...... . . . . . ., ... ......
10. Jumlah responden berdasarkan terpaan informasi seks .................................
11. Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi tentang konsep seks

12. Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi tentang perilaku
seks... . . .. ..................................... ........... ........... . .......... ........................... . ... .
13. Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi tentang alas an
melakukan hubungan seksual.... . . . ....... . . ......... ......, . . . , ................................
14. Jumlah d m persentase responden berdasarkan persepsi tentang terjadinya
kehamilan....................................................................................................
15. Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi tentang aborsi . .. . .....
16. Jumlah dan persentase responden berdasarkan alasan tidak menyetujui
aborsi ... . ............................ .................... ........... .......... . . ............................. . .
17. Jumlah dan persentase responden berdasarkan alas an menyetujui aborsi......
18. Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi tentang hubungan
seksual pra nikah ...................................... . ................................................
19. Jumlah dan persentase responden berdasarkan berdasarkan alasan tidak
menyetujui hubungan seksual pra nikah ............... ............ .. ......... ...... .........
20. Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi tentang alasan
remaja melakukan hubungan seksual pra nikah ... ....................................., , . .
21. Nilai korelasi antara karakteristik responden dengan jenis informasi seks
. .
dan jenis saluran komumkasi................... . .......... ........... . ..............................
22. Nilai korelasi antara karakteristik responden dengan informasi seks dari
berbagai saluran komunikasi ..... . . . ....... .. . . ......... . ....... . .., . ......................, . . ... .
23. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin d m persepsi
tentang konsep seks ........ .................................................................., . . ......
24. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan
persepsi tentang konsep seks ............... . ........... ............................................

1.
2.
3.
4.
5.

,

25. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan persepsi tentang
konsep seks .................................................................................................
26. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di dalam
sekolah dan persepsi tentang konsep seks ....................................................
27. Jumlah dan persentase responden berdasarkantingkat sosialisasi di luar
sekolah dan persepsi tentang konsep seks ....................................................
28. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga
dan persepsi tentang konsep seks.................................................................
29. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan persepsi
tentang perilaku seks .................................................................................
30. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan
persepsi tentang perilaku seks......................................................................
3 1. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan persepsi tentang
perilaku seks .............................................................................................
32. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di dalam
sekolah dan persepsi tentang perilaku seks...................................................
33. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di luar
sekolah dan persepsi tentang perilaku seks...................................................
34. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga
dan persepsi tentang perilaku seks ...............................................................
35. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan persepsi
tentang alasan melakukan hubungan seksual ...............................................
36. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan
persepsi tentang alasan melakukan hubungan seksual...................................
37. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan persepsi tentang
alasan melakukan hubungan seksual ............................................................
38. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di dalm
sekolah dan persepsi tentang alasan melakukan hubungan seksual................
39. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di luar
sekolah dan persepsi tentang alasan melakukan hubungan seksual................
40. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga
dan persepsi tentang alasan melakukan hubungan seksual ............................
41. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan persepsi
tentang terjadinya kehamilan ......................................................................
42. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan
persepsi tentang terjadinya kehamilan ..........................................................
43. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan persepsi tentang
. .
teqadlnya kehamilan ....................................................................................
44. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di dalam
sekolah dan persepsi tentang terjadinya kehamilan .......................................
45. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di luar
sekolah dan persepsi tentang terjadjnya kehamilan ......................................
46. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga
persepsi tentang terjadinya kehamilan ........................................................

xii

47. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan persepsi
tentang aborsi dan alasannya........................................................................
48. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan
persepsi tentang aborsi dan alasannya ..........................................................
49. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan persepsi tentang
aborsi dan alasannya ....................................................................................
50. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di dalam
sekolah dan persepsi tentang aborsi dan alasannya .......................................
5 1. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di luar
sekolah dan persepsi tentang aborsi dan alasannya .......................................
52. Jumlah dan persentase responden berdasarkantingkat pendapatan keluarga
dan persepsi tentang aborsi dan alasannya....................................................
53. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan persepsi
tentang hubungan seksual pra nikah ............................................................
54. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan
persepsi tentang hubungan seksual pra nikah ..............................................
55. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan persepsi tentang
hubungan seksual pra nikah .........................................................................
56. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di dalam
sekolah dan persepsi tentang hubungan seksual pra nikah ...........................
57. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di luar
sekolah dan persepsi tentang hubungan seksual pra nikah ...........................
58. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga
dan persepsi tentang hubungan seksual pra nikah ........................................
59. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan persepsi
tentang alasan remaja yang melakukan hubungan seksual pra nikah .............
60. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan
persepsi tentang alasan remaja yang melakukan hubungan seksual pra
nikah ...........................................................................................................
61. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan persepsi tentang
alasan remaja yang melakukan hubungan seksual pra nikah ..........................
62. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di dalam
sekolah dan persepsi tentang alasan remaja yang melakukan hubungan
seksual pra nikah .........................................................................................
63. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di luar
sekolah dan persepsi tentang alasan remaja yang melakukan hubungan
seksual pra nikah .........................................................................................
64. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga
dan persepsi tentang alasan remaja yang melakukan hubungan seksual pra
nikah ...........................................................................................................
65. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis inforrnasi seks, jenis
saluran komunikasi, tingkat terpaan terhadap saluran komunikasi dan
persepsi tentang konsep seks .......................................................................

xiii

66. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis informasi seks, jenis
saluran komunikasi, tingkat terpaan terhadap saluran komunikasi dan
persepsi tentang perilaku seks ......................................................................
67. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis informasi seks, jenis
saluran komunikasi, tingkat terpaan terhadap saluran komunikasi dan
persepsi tentang alas an melakukan hubungan seksual..................................
68. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis informasi seks, jenis
saluran komunikasi, tingkat terpaan terhadap saluran komunikasi dan
persepsi tentang terjadinya kehamilan ..........................................................
69. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis informasi seks, jenis
saluran komunikasi, tingkat terpaan terhadap saluran komunikasi dan
persepsi tentang aborsi dan alasannya ..........................................................
70. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis informasi seks, jenis
saluran komunikasi, tingkat terpaan terhadap saluran komunikasi dan
persepsi tentang hubungan seksual pra nikah ...............................................
71. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis informasi seks, jenis
saluran komunikasi, tingkat terpaan terhadap saluran komunikasi dan
persepsi tentang alasan remaja melakukan hubungan seksual pra nikah .......

xiv

120

123

124

126

128

130

DAFTAR GAMBAR
1 . Alur proses pembentukan persepsi tentang seks .............................................
2. Kerangka pernikiran hubungan antara jenis inforrnasi seks dengan persepsi
remaja tentang perilaku seksual pra nikah ........... . .......... . .................... . . . . .. .....

25

26

DAFTAR LAMPIRAN
Jumlah murid SMU Negeri " X Tahun Ajaran 2002 ...................................... 138
Frekuensi penggunaan saluran komunikasi .................................................... 139
Hasil penghitungan uji reliabilitas ................................................................... 141
Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelarnin, jenis inforrnasi
seks dan jenis saluran komunikasi .................................................................. 143
5. Hasil uji Khi Kuadrat antara karakteritik dengan persepsi remaja tentang
perilaku seksual pra nikah ............................................................................ 144
6 . Hasil uji Khi Kuadrat antara jenis inforrnasi seks, jenis saluran komunikasi
dengan persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah ............................. 145

1.
2.
3.
4.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari aspek fisik
pembangunan ekonomi, sosial, politik dan budaya saja, tetapi juga aspek mental.
Perkembangan mental yang baik akan menghasilkan SDM unggul yang mampu
mengelola potensi dam yang dimiliki, menciptakan inovasi dan mampu
berkompetisi. Tantangan untuk menciptakan SDM unggul saat ini semakin besar,
mengingat kondisi ekonomi yang sulit dan permasalahan sosial yang semakin
kompleks, serta tuntutan globalisasi yang mendesak.
Remaja adalah aset bangsa yang kelak akan meneruskan perjuangan bangsa
dan membangun negara. Remaja yang sehat fisik dan mental akan menjadi modal
utama dalam pembangunan.

Masa remaja adalah masa transisi yang di dalam

perkembangannya banyak mengalami perubahan-perubahan, baik secara biologis,
psikologis maupun sosiologis. Permasalahan atau penyakit sosial pada usia remaja
juga semakin banyak, misal kenakalan remaja, penggunaan obat-obat narkotika, dan
termasuk perilaku seksual pra nikah.
Perkembangan

teknologi

komunikasi

yang

semakin

canggih

telah

memudahkan orang untuk memperoleh informasi terbaru dan terakhir. Berbagai
macam informasi yang berkaitan dengan teknologi, ilmu pengetahuan, berita-berita
mancanegara, hiburan dan mode, termasuk informasi tentang masalah seksual, fotofoto dan gambar-gambar erotis dapat diperoleh dengan mudah oleh khalayak umum.
Berbagai jenis media seperti media cetak, media audio, audio-visual sampai

2

perangkat multi media sekarang ini sudah banyak dijumpai di Indonesia, sehingga
orang yang mempunyai kemampuan untuk mengakses media seperti internet dan
multimedia dapat memperoleh lebih banyak informasi daripada orang yang tidak
punya kemampuan mengakses.
Kemudahan memperoleh informasi tersebut memberi

dampak pada

pergeseran dan perubahan nilai, norma dan gaya hidup suatu masyarakat yang telah
ada sebelumnya. Informasi memang dapat memberikan kontribusi yang tidak sedikit
pada ruang kognitif, afektif serta psikomotorik seseorang. Dalam hal ini, informasi
sering dijadikan bahan pertimbangan ketika menyikapi suatu hal, terutama dalam
mengambil keputusan. Hal yang serupa juga terjadi dengan informasi seks. Dengan
kata lain, globalisasi informasi menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari dan
keberlangsungannya tidak dapat diabaikan begitu saja. Untuk itu, perlu disadari
bahwa informasi seks sekarang ini belum memperoleh perhatian yang cukup besar
dan serius. Hal ini disebabkan masih adanya pandangan, khususnya para orang tua
yang beranggapan bahwa pembicaraan tentang seks merupakan ha1 yang tabu.
Padahal, di sisi lain ada media yang telah menyajikan informasi seks bebas dan
disukai oleh remaja, rnisalnya film Dawson Creek yang diperpanjang pemutarannya
di suatu stasiun televisi swasta (TPI), film Melrose Place (SCTV), Beverly Hills
(RCTI) dan berbagai serial telenovela, sinetron dan lain-lain yang menyajikan cerita

hidup bersama tanpa menikah, pergaulan bebas, hubungan seks sebelum menikah,
melahirkan anak dari hubungan yang tidak sah, perselingkuhan dan lain-lain. Selain
itu, dapat dikatakan bahwa kaum remaja adalah kelompok masyarakat yang paling
gandrung akan tontonan atau bacaan cabul, seperti yang banyak di jual di bursa buku

3
bekas yang terletak di Proyek Senen (Lesmana, 1995). Belum lagi media internet
yang terbuka dan bebas dalam memvisualisasikan masalah seksual.
Fenomena hubungan seksual sebelum menikah di kalangan remaja sekarang
ini menjadi permasalahan serius, karena hal ini berkaitan dengan kualitas kehidupan
dan moral generasi selanjutnya.

Menurut Khofifah, mantan Menteri Urusan

Pemberdayaan Perempuan, pada tahun 1999 remaja yang hamil di luar nikah
sebanyak satu juta orang. Jumlah tersebut adalah yang terdaftar, kemungkinan banyak
lagi yang belum terdaftar atau melakukan praktek aborsi. Sementara itu, dari hasil
pemantauan Boyke (1996) diperkirakan 6-20% siswa SMA dan mahasiswa di Jakarta
melakukan hubungan seksual pra nikah. Lebih mengejutkan lagi, 35% mahasiswa
dari satu Fakultas Kedokteran swasta menyetujui hubungan seksual pra nikah
(Permata, 1996). Selain itu hasil penelitian mahasiswa FISIP Universitas Indonesia
menunjukkan jumlah mahasiswa yang melakukan kegiatan petting dan hubungan
seks bersama pacarnya sekitar 17,5%, sementara dengan sahabatnya sendiri dilakukan
oleh 8 % (Yahya, 1988).
Hasil survey Rumah Gaul Yayasan Pelita Ilmu, dari 117 responden remaja
(13-20 tahun), 42% menyatakan pernah melakukan hubungan seksual, 52% di
antaranya masih aktif (Kompas, 1999). Hal serupa juga ditemukan Psikolog Anak
dan Perkembangan, Prof. Dr. Fauziah Aswin Hadis (1999), selama periode MeiDesember, dari 114 surat yang dijawab, 43% menyangkut hal-hal yang berkaitan
dengan masalah seks, mulai dari menonton film porno, khayalan tentang seks,
memegang alat kelamin (petting), homoseksualitas, masalah hubungan seks,
kehamilan sampai dengan pengguguran kandungan. Dari 43% tersebut, 29% berupa

pengakuan telah melakukan hubungan seks

dan hanya satu orang yang berani

menolak ajakan melakukan hubungan bersebadan.
Dari fenomena dan berbagai hasil penelitian tersebut, tak dapat dipungkiri
bahwa telah terjadi pergeseran nilai dan norma yang besar tentang seks dan perilaku
seksual pra nikah. Pada zaman dahulu, seks begitu tabu untuk dibicarakan, sekarang
menjadi begitu bebas diperoleh dan dibahas oleh masyarakat, terutama oleh para
remaja.

Dahulu orang merasa malu bila bergandengan tangan, berpelukan dan

berciuman di tempat umum, sekarang hal tersebut sudah terlihat wajar.
Menurut Fauziah, perubahan tersebut tidak dapat dipisahkan dari derasnya
informasi seks yang diterima (Republika, 2000). Informasi seks yang ada sebenarnya
merupakan bagian dari pengetahuan dan pengalaman remaja. Pengetahuan dan
pengalaman ini sangat penting dalam sosialisasi, perkembangan dan menjadi
kerangka acuan (norma) dalam menjalani kehidupan remaja yang semakin kompleks
dan sulit. Selanjutnya, dengan informasi seks yang diperoleh, remaja mampu
menafsirkan beberapa aspek tentang seks dan perilaku seksual pra nikah, yaitu
melalui proses persepsi.
Fenomena lain yang muncul sebagai dampak informasi seks adalah
menimbulkan rasa ingin tahu yang sangat besar, kecemasan, keinginan mencoba
karena dorongan seksual yang tidak bisa dikendalikan oleh para remaja (Kompas,
1997). Dalam ha1 ini, persepsi menjadi dasar atau motif pembentukan perilaku
seseorang (Tubbs and Moss, 1996). Selain itu, dengan melakukan persepsi dapat
mengurangi keragu-raguan. ( Heider dalam Littlejohn, 1992).

5

Dari uraian di atas, dapat diduga ada keterkaitan antara jenis informasi seks
yang diterima remaja dari berbagai saluran komunikasi dengan persepsinya tentang
perilaku seksual pra nikah. Dalam konteks ini, SMU yang menjadi lokasi penelitian
adalah salah satu lembaga pendidikan yang cukup terkenal, menempati peringkat
keempat dalam memperoleh NEM yang paling tinggi di kota Bogor dan dengan status
sosial ekonomi siswa-siswinya yang cukup beragam. Berdasarkan pengamatan
sementara, sejak kelas I para siswanya sudah biasa membentuk kelompok/grup.
Biasanya grup ini terbentuk berdasarkan kecocokan hobi, asal S M P dan teman jalan.
Dengan melihat kecenderungan tersebut, diduga peer group secara potensial dapat
menjadi

sumber informasi, termasuk informasi seks. Disamping itu, narnpaknya

sebagian darinya mereka mulai mempunyai teman dekat (pacar).
Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana jenis informasi seks yang diperoleh remaja ?
2. Bagaimana persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah ?

3. Bagaimana hubungan antara karakteristik remaja dengan jenis informasi seks

yang diperoleh remaja dari berbagai saluran komunikasi ?
4. Bagaimana hubungan antara karakteristik remaja dengan informasi seks yang

diperoleh rernaja dari berbagai saluran komunikasi ?
5. Bagaimana hubungan antara karakteristik remaja dengan persepsi remaja tentang

perilaku seksual pra nikah ?
6. Bagaimana hubungan antara jenis inforrnasi seks dari berbagai saluran

komunikasi dengan persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah ?

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :
1. Mengetahui jenis informasi seks yang diperoleh remaja .

2. Mengetahui persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah.
3. Mengetahui hubungan antara karakteristik remaja dengan jenis informasi seks

yang diperoleh dari berbagai saluran komunikasi..
4. Mengetahui hubungan antara karakteristik remaja dengan informasi seks yang

diperoleh dari berbagai saluran komunikasi.
5. Mengetahui hubungan antara karakteristik remaja dengan persepsi remaja tentang

perilaku seksual pra nikah ?
6. Mengetahui hubungan antara jenis informasi seks dari berbagai saluran

komunikasi dengan persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah.

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Remaja dan Perkembangannya

Remaja adalah generasi penerus yang nantinya akan melanjutkan kehidupan
dan pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu, perhatian yang besar hams
diberikan kepada remaja di masa pertumbuhannya, sehingga tersedia sumber daya
manusia berkualitas, baik secara fisik maupun mentallmoral.
Masa remaja dipandang sebagai masa dimana individu dalam proses
pertumbuhannya (terutama fisik) telah mencapai kematangan. Masa ini diawali
dengan apa yang disebut istilah pubertas. Kata "pubertas" berasal dari bahasa Latin,
yang berarti usia menjadi orang; suatu periode di mana anak dipersiapkan untuk
mampu menjadi individu yang dapat melaksanakan tugas biologis melanjutkan
keturunannya atau berkembang biak.

Selain itu, disertai pula dengan perubahan-

perubahan psikologis (Mappiare, 1982). Dari berbagai literatur yang ada,
pengelompokan usia remaja berbeda-beda. Dalarn ha1 ini diacu pada pendapat
Hurlock (1980) yang membagi masa remaja menjadi :
1. Pubertas atau preadolescence : usia 10-13114 tahun.
2, Masa remaja awal : usia 13/14-17 tahun
3. Masa remaja akhir : usia 17-21 tahun

Masa remaja awal yang berusia 13-17 tahun merupakan masa awal transisi,
sehingga secara psikologis banyak mengalami gejala-gejala negative phases, seperti
keinginan untuk menyendiri (desire for isolation), berkurang kemauan untuk bekerja
(disinclination to work), kurang koordinasi fungsi-fungsi tubuh (incoordination),

8
kejemuan (boredom), kegelisahan (restlessness), pertentangan sosial (social
antagonism), penantangan terhadap kewibawaan orang dewasa (resistance to
authority), kepekaan perasaan (heightened emotionality), kurang percaya diri (lack of
self confidence), mulai timbul minat pada lawan seks (preoccupation with sex),
kepekaan perasaan susila (excessive modesty) dan kesukaan berkhayal (day
dreaming) (Hurlock dalam Mappiare, 1982). Secara khusus, ciri-ciri yang dimiliki
remaja awal adalah sebagai berikut :
1. Ketidakstabilan perasaan dan emosi
2. Hal sikap dan moral, terutama menonjol menjelang akhir remaja awal (1 5-17).

Ada kecenderungan remaja mendekati lawan jenis dan menonjolkan sex appeal.
3. Hal kecerdasan dan kemampuan mental. Di sini remaja seringkali menolak hal-

hal yang tidak masuk akal. Penentangan pendapat sering terjadi dengan orang tua
atau orang dewasa lain, dengan alasan yang masuk akal dan remajapun cenderung
mengikuti pemikiran orang dewasa.
4. Hal status remaja awal sangat sulit ditentukan. Hal ini disebabkan ada anggapan

dari orang dewasa bahwasanya masih kanak-kanak.
5. Walhasil, remaja awal banyak menghadapi masalah. Di sini kemampuan berpikir

sehingga kurang mampu mengadakan
lebih dikuasai oleh emo~ion~tasnya,
konsensus dengan pendapat lain yang bertentangan dengan pendapatnya. Akibat
yang menonjol adalah pertentangan sosial. Selain itu remaja awal mengganggap
dirinya mampu mengatasi permasalahannya sendiri tanpa bantuan orang dewasa.
6. Masa remaja awal adalah masa yang kritis. Maksudnya, suatu keadaan remaja

yang dapat menghadapi masalahnya dengan baik, menjadi modal dasar dalam

9

menghadapi masalah-masalah selanjutnya, sampai ia dewasa.

Sebaliknya,

ketidakrnampuannya

ini

menghadapi

masalahnya

dalam

masa

akan

menjadikannya orang "dewasa" yang tidak mandiri.
Pada usia 15-17 tahun, kelompok sebaya (peer group) seringkali menjadi
kelompok rujukan, dimana mengembangkan moral, nilai-nilai, memperoleh rasa
aman, mempercayakan masalah-masalahnya dan membahas hal-hal yang tidak dapat
dibicarakan dengan orangtua maupun guru (Hurlock, 1980).
Pada usia rentang remaja akhir, yaitu usia 17-21 tahun, remaja sudah mulai
dihadapkan dengan berbagai macam informasi, permasalahan-pennasalahan di
sekitarnya, sehingga sudah mulai terbuka pikirannya yang menunjukkan gejala-gejala
positif, yaitu : (1) Stabilitas mulai timbul dan meningkat; (2) Citra diri dan sikap
pandangan yang lebih realistis; (3) Menghadapi masalahnya secara lebih matang; dan
(4) Perasaan menjadi lebih tenang.

Perkembangan Seksual Remaja
Masa pubertas ditandai dengan perubahan biologis yang meliputi perubahan
fisik dan kematangan alat seksual, yang tentunya juga dengan perkembangan
psikologis seperti telah diuraikan. Perkembangan psikologis remaja meliputi
terjadinya perubahan pola hubungan antara remaja pria dan wanita. Ketika masa
pubertas, remaja pria merasa tidak perduli dengan teman wanitanya, tetapi remaja
wanita sudah menunjukkan perhatiannya kepada teman pria.

Kemudian ketika

memasuki remaja awal, remaja pria dan wanita sudah menyenangi kehldupan
berkelompok, menyukai lawan jenisnya dan melakukan hubungan percintaan sampai

10
kepada kencan. Perkembangan kejiwaan pada masa ini adalah munculnya dorongan
seksual yang tercermin dalam ketertarikan terhadap lawan jenis (Mappiare, 1982).

2.2 Informasi Seks dan Dampaknya bagi Remaja

Pengertian informasi menurut kamus Bahasa Indonesia adalah pemberitahuan
atau keterangan (Chaniago, 1997). Schramm and Roberts (1977) menggambarkan
informasi sebagai sesuatu yang dapat mengurangi ketidakpastian dan membantu
mempersempit kemungkinan pilihan dalam suatu situasi. Kincaid and Schrarnrn
(1978) mengatakan bahwa informasi dapat membantu manusia dalam menyusun dan
menukar pendapat tentang kehidupan.
Menurut Fisher (1986), ada tiga konsep informasi, yaitu pertama, adalah
penggunaan istilah informasi non ilmiah, yang paling khas adalah untuk
menunjukkan fakta atau data yang diperoleh selarna tindak komunikasi. Penggunaan
yang kedua dari istilah informasi menunjukkan makna data. Penggunaan ketiga
istilah informasi berasal langsung dari teori-teori informasi, yaitu menganggap
informasi sebagai jumlah ketidakpastian yang dapat diukur. Dengan demikian, dapat
dipahami bahwa informasi yang diperoleh merupakan hasil dari tindakan komunikasi
(proses komunikasi), penafsiran dari komunikator dan pemilihan atas berbagai
informasi yang diterima.
Masa remaja ditandai dengan perkembangan psikoseksual, sehingga
diperlukan informasi berkaitan dengan seks. Berbicara tentang seks adalah
membicarakan (1) sistedproses kejadian manusia secara biologis, misalnya
terjadinya kehamilan; (2) aktivitas seksual, sehingga memungkinkan terjadinya

kehamilan; (3) karakteristik dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan (BKKBN,
1987). Menurut Tan (1985), seks bukan hanya berhubungan dengan reproduksi,
perbedaan anatomi dan reaksi fisik, namun sekaligus lebih dari itu. Dengan demikian
informasi seks adalah informasi yang dapat ditangkap indera penglihatan atau dan
pendengaran yang berkaitan dengan sistem biologis, reproduksi dan aspek-aspek
yang berkaitan dengan seks.
Derasnya arus informasi mengakibatkan buruknya perilaku seksual remaja,
karena tidak mampu mengelola dan menahan dorongan seksualnya. Menurut Fauziah
(Kompas, 2000), banyak remaja berpandangan bahwa jika menolak hubungan seks,
mereka akan ditinggalkan oleh pacarnya dan ketakutan ini, terutama pada perempuan.
Selain itu, dapat ditertawakan oleh teman bila menolak seks intim atau pandangan
bahwa tidak ada yang mau berpacaran dengan orang yang menolak hubungan intim.
Selain itu, hasil penelitian Sarwono dalam Aswati (1994) mengenai sikap remaja
terhadap hubungan seks pra nikah di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan
Medan adalah sebagai berikut :
1. Setuju hubungan seks (sebelum pernikahan), asalkan suka sama suka (17,02 %).
2. Setuju hubungan seks dengan syarat lain-lain (30,40 %).
3. 12 % dari responden pria dan 9 % dari responden wanita tidak menganggap perlu
kegadisan dalam malam perkawinan.
4. 17 % dari responden pria pernah ke Wanita Tuna Susila.
5. 48 % dari responden (pria dan wanita) pernah melakukan hubungan kelamin
dengan pacarnya.
Pada tahun 1971, The Commission on Obscenity and Pornography di Amerika
(Rahmat, 1996) mengadakan penelitian tentang efek pornografi pada khalayak, yang
menyatakan bahwa terpaan erotik-walaupun singkat, membangkitkan gairah seksual
pada kebanyakan pria dan wanita, disarnping itu juga menimbulkan reaksi-reaksi

emosional lainnya seperti resah, impulsif, agresi dan gelisah. Lesmana (1995) juga
memberi kesimpulan bahwa :
1. Banyak anggota masyarakat kita terangsang birahinya bila melihat atau membaca
buku-bukulgambar seks.
2. Adegan telanjang yang diperankan oleh wanita atau aktivitas seksual dapat
membangkitkan nafsu syahwat banyak pria, baik kaum muda maupun dewasa.
Sedangkan terhadap kaum wanita, efek materi tersebut dinilai kurang menonjol.
3. Kaum wanita, umurnnya lebih terangsang pada stimuli yang lebih kompleks
sifatnya, antara lain memperlihatkan romantic or love relationships yang tidak
usah mengandung unsur seks secara langsung.
Pendapat Nitibaskara dalam Kompas (1997), dari studi-studi yang ada di AS
menunjukkan bahwa setelah menyaksikan film erotik atau pornografi akan
menimbulkan perubahan suasana hati, menimbulkan agresivitas dan menurunnya
kesopanan. Selanjutnya, menurut Boyke dalam Kompas (1996) dikatakan bahwa
informasi yang tidak jelas, sepotong-potong seringkali menyebabkan remaja
terjerumus kepada perilaku hubungan seksual pra nikah dengan tanpa mengetahui
terjadinya proses kehamilan, ataupun penularan penyakit kelamin.
Menurut Tan dalam Rahmat (1996), bahan-bahan erotis dalam televisi, film,
buku, video, CD (Compact Disk) dan sebagainya yang disebut 'pornografi' diduga
oleh kebanyakan orang merangsang gairah seksual seseorang dan menimbulkan
perilaku seksual yang tidak wajar. Dari uraian tersebut, informasi seks yang bersifat
pornografi menyebabkan dampak negatif bagi para remaja.

2.3. Berbagai Saluran Komunikasi yang Menyampaikan Informasi Seks

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima
melalui channel (saluran). Daiam kesehariannya, informasi dapat diterima melalui

13

media maupun saluran interpersonal. Berdasarkan jenisnya, media dapat dibedakan
menjadi empat, yaitu media cetak, media audio, visual dan audiovisual.
2.3.1. Komunikasi Bermedia

Media cetak
Media cetak adalah media yang menampilkan informasi melalui lambanglambang yang tertulisltercetak, baik dalam bentuk tulisan atau ilustrasi. Menurut Jahi
(1988), media cetak memiliki sifat yang menguntungkan, diantaranya, sifat permanen
dari pesan-pesan yang telah dicetak, keleluasaan pembaca dalam mengontrol
keterdedahannya dan mudah di simpan dan diambil kembali. Dale dalam Hanafi
(1984) menyebutkran bahwa orang lebih banyak belajar dari pengalaman visual
(indra mata) dari pada indra lainnya. Sebagai ilustrasi, kelemahan yang dirniliki dari
media cetak adalah (1) Kurang tepat bila digunakan pada masyarakat yang memiliki
kemampuan baca rendah atau buta huruc (2) Kurang cepat mencapai sasarannya; (3).
Apabila tidak disiapkan secara seksama dan hati-hati, justru akan kehilangan maksud
dan tujuan.
Informasi-informasi seks dan persoalan-persoalan pornografi sudah ada sejak
lama, akan tetapi di Indonesia, keberadaannya tidak begitu diperhatikan. Pencabutan
UU Pers tentang pencabutan izin penerbitan justru menumbuhsuburkan media-media
cetak

yang menampilkan pornografi (Jurnal Media Watch, 1999) yang dikemas

dalam bentuk majalah, tabloid serta buku-buku stensilan, misalnya majalah Popular,
Kosmopolitan, La Jang, Liberti, Fakta Plus, Romansa, X File dan sebagainya. Bila
dilihat dari isi pesan yang disampaikan, hanya sedikit dari majalah yang ada yang
mempunyai misi untuk memberikan penerangan tentang seks.

Media Audio
Media audio atau radio adalah seperangkat media elektronik yang befingsi
sebagai media komunikasi dengan sinyal elektromagnetik. Dalam hal ini, ada dua
bagian utama yang membentuk bagian radio, yaitu pesawat pemancar dan pesawat
penerima.

Keuntungan yang dimiliki media radio antara lain adalah (1) Radio

mengatasi buta huruf, yaitu pendengarnya tidak perlu pandai menulis dan membaca;
(2) Radio bersifat personal, yaitu membawa pendengar ke dalam suasana akrab,
sehingga memudahkan tersalurnya komunikasi; (3) Radio dapat mengatasi hambatan
geografis; (4) Radio bersifat fleksibel, misalnya dapat menyampaikan ucapan selamat
ulang tahun, perkenalan dan sebagainya, serta dengan kelemahan : 1. Radio terbatas
waktunya; 2. Radio tidak rinci, karena itu bahan siarannya perlu dibatasi dan
dibicarakan secara langsung

tanpa bertele-tele; 3. Radio memerlukan perhatian

penuh dari pendengarnya, karena itu acara hams dibuat menarik, bervariasi dan tepat
waktu; 4. Siaran radio bersifat sekali lalu, karena itu acara perlu dibuat jelas, dan
sederhana; 5. Radio berlangsung dengan cepat, karena itu acaranya hams hangat dan
sesuai dengan kebutuhan pendengar.
Informasi yang ditawarkan radio cukup beragam, seperti musik, berita-berita
aktual atau berita ekonomi, sosial dan budaya, termasuk informasi seks yang sering
dikemas dalam bentuk tanya jawab atau dialog interaktif. Salah satunya adalah acara
yang disiarkan oleh radio 'Griya FM dengan tema Sex File, yaitu menceritakan
pengalaman-pengalaman seks seseorang secara mendetail. Jam siarannya pada pukul
22.00-24.00 WLB, hari Sabtu malam. Selain itu radio KISI pada hari Jum'at malam
juga menampilkan dialog-dialog yang berkaitan dengan masalah seks.

Media Visual
Media visual adalah media menampilkan suatu visualisasi, baik berupa
gambar maupun grafis. Pada saat ini internet dapat digolongkan menjadi media
visual, yang banyak menyediakan situs-situs tentang informasi seks.

Media Audiovisual
Televisi merupakan media massa yang menggabungkan unsur audio
(pendengaran) dan unsur visual (penglihatan). Televisi memiliki daya tarik, karena
menampilkan gerak dan warna yang sesuai dengan realita, sehingga televisi mampu
menarik perhatian khalayaknya. Selain televisi, VCD, video maupun layar lebar juga
merupak media audiovisual.
2.3.2. Komunikasi Interpersonal

Selain komunikasi melalui media, komunikasi interpersonal merupakan
bentuk saluran komunikasi untuk memperoleh inforrnasi seks. Menurut Effendy
(1992), komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang melibatkan dua orang atau
lebih dalam situasi interaksi atau dialogis, dimana masing-masing memerankan diri
sebagai penyampai pesan dan penerima pesan secara bergantian. Situasi yang sama
dengan komunikasi interpersonal adalah komunikasi tatap muka yang terdiri dari dua
orang atau lebih dan bisa juga dalam bentuk kelompok.
Komunikasi interpersonal secara umum, mempunyai karakteristik: (1)
Komunikasi terjadi dengan berhadapan langsung antara satu orang dengan orang
lainnya; (2) Penggunaan indera mutlak terjadi, sehingga satu sama lainnya saling
melihat, mendengar; (3) Isi komunikasi bersifat spontan, intensif dan dapat dilakukan
setiap saat (Abizar, 1988). Effendy (1993) menambahkan dengan adanya umpan

16
balik yang dapat diterima secara langsung, yaitu menyampaikan bentuk pertanyaan,
komunikator memperoleh j awabadumpan balik langsung. Secara umum, kualitas
hubungan yang terjadi lebih bersifat informal dan akrab.
Seorang anak tumbuh dan dibesarkan ditengah keluarganya. Pertumbuhan
dan perkembangan biologi dan psikologis terjadi ditengah keluarga. Oleh karena itu,
wajar apabila anak ingin memperoleh informasi seks dari ibu d k bapaknya, juga
anggota keluarga lainnya seperti kakak.
Selain itu, guru sebagai pendidik, juga memiliki peran untuk memberikan
informasi seks yang benar kepada remaja. Begitu juga para profesional (dokter,
psikolog, perawat dan sebagainya) merniliki kemampuan untuk memberikan
informasi seks yang benar. Akan tetapi, menurut Nitibaskara (Kompas 1997), teman
atau kelompok bermain (peer group) sering menjadi dewa penolong untuk mengakses
informasi seks dengan sarana yang bisa dipakai, bahkan untuk mempraktekkan
pengetahuan yang didapatkan (Kompas, 1997).

2.4.Persepsi dan Persepsi Sosial

Menurut Sarwono (1997), persepsi adalah proses pencarian informasi utuk
dipahami.

Alat untuk mencari informasi adalah indera, sedangkan alat untuk

memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.

Moderato dalam Rahmat (1985)

mendefinisikan persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut
Zanden (1984) persepsi merupakan proses dimana seseorang menghimpun dan
menafsirkan informasi. Dalam ha1 ini, persepsi dijadikan penengah antara seeorang

17
dan lingkungannya. Tanpa persepsi, seseorang akan hampa dari pengalamanpengalaman. Dengan demikian, kegiatan persepsi merupakan kegiatan yang tidak
terlepas dari kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, persepsi adalah proses komunikasi
dengan diri sendiri, yaitu dimulai dari menerima informasi, mengolahnya,
menyimpannya dan menghasilkannya. Dalam hal ini, persepsi menghasilkan makna
dan pengetahuan baru (Rahmat, 1994).
Menurut Zanden (1984), dengan persepsi seseorang dapat merasakan dunia di
sekitarnya dan memberi arti pada input sensory, yaitu dengan tidak secara langsung
memberi tanggapan kepada dunia kejadian, obyek dan orang. Untuk mengubah
stimulus dari luar menjadi sistem dalam diri seseorang, maka stimulus tersebut itu
perlu diberi arti. Morgan (196 1) berpendapat bahwa persepsi merupakan proses
penangkapan kualitas dari stimulus. Artinya bahwa individu mampu mengadakan
perbedaan antara stimulasi untuk disusun dalam suatu pengertian tersendiri. Proses
ini mengarah kepada proses psikologis, yaitu sebagai perantara dari proses
penginderaan dan tingkah laku.
Persepsi adalah proses yang terjadi secara bertahap (Seiler, 1992), yaitu
penyeleksian, pengorganisasian dan penafsiran. Dalam tahap penyeleksian terjadi
seleksi perhatian dan seleksi penyimpanan. Seleksi perhatian adalah pemusatan pada
rangsangan tertentu, sementara rangsangan yang lain ditutup atau ditekan. Seleksi
penyimpanan terjadi saat seseorang memproses, menyimpan dan memunculkan
informasi yang telah ada, kemudian diatur dan ditafsirkan. Tahap pengorganisasian
berupa pengumpulan informasi, dimana beberapa rangsangan atau informasi diterima.

18
Menurut Newcomb, et a1 (1978), ada dua fase dalam proses persepsi, yaitu
selekt