Hubungan Antara Persepsi Tentang Seks Dan Perilaku Seksual Remaja Di SMA Negeri 3 Medan
LAPORAN PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG SEKS DAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 3 MEDAN
Martina Evlyn R.H.*, Dewi Elizadiaani Suza**
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang seks dan
perilaku seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan besar sampel 10% dari jumlah siswa di SMA Negeri 3 Medan sehingga diperoleh hasilnya 150 responden. Metode sampling penelitian ini adalah cluster sampling. Kuesioner mengkaji data demografi responden, persepsi dan perilakuyamh terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan seksual remaja.
Hasil penelitian ini dianalisa berdasarkan uji statistik menggunakan korelasi Spearman. Dari hasil analisa diperoleh bahwa hubungan antara persepsi tentang seks dan pengetahuan seksual remaja dengan nilai korelasi Spearman (ρ) sebesar 0.196, dan taraf signifikansi (p) sebesar 0.016, hubungan antara persepsi tentang seks dengan sikap seksual remaja diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (ρ) sebesar 0.77, dari analisa statistik juga diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0.349, hubungan antara persepsi tentang seks dan tindakan seksual remaja diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (ρ) sebesar -0.14, dari analisa statistik juga diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0.868. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan atau tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan persepsi tentang seks dan perilaku seksual remaja, dipandang perlu meneliti faktor lain seperti faktor sosial, budaya dan spiritual.
Kata kunci: persepsi, perilaku, remaja, seksual
PENDAHULUAN
Penduduk dunia saat ini berjumlah 6.3 miliar jiwa dan dari jumlah tersebut penduduk remaja sekitar satu miliar (Gemari, 2003). Sementara populasi remaja Indonesia tahun 2000 pada kelompok usia 15-24 tahun ada sekitar 43.3 juta jiwa. Bahkan tahun 2003 meningkat lagi menjadi
Penulis adalah * Mahasiswa Program Profesi Keperawatan PSIK FK USU ** Staf Pengajar Keperawatan Anak PSIK FK USU
29% dari jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 210 juta jiwa (Ma’shum & Wahyurini, 2004)
Remaja merupakan bagian penduduk yang berskala kecil, namun memiliki sumbangan teramat besar. Penting memahami masa remaja karena remaja adalah masa depan setiap masyarakat.
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
48
Universitas Sumatera Utara
Masa remaja adalah masa transisi dalam
rentang
kehidupan
manusia,
menghubungkan masa kanak-kanak dan
masa dewasa (Santrock, 1996) yang
merupakan gejala sosial yang bersifat
sementara (Soekanto, 1990).
Pandangan bahwa seks adalah tabu
membuat remaja enggan berdiskusi tentang
kesehatan reproduksinya dengan orang
lain. Yang lebih memprihatinkan, mereka
justru merasa paling tidak nyaman bila
harus membahas seksualitas dengan
anggota keluarganya sendiri. Kurangnya
informasi tentang seks membuat remaja
berusaha mencari akses dan melakukan
eksplorasi sendiri.
Informasi yang salah tentang seks
dapat mengakibatkan pengetahuan dan
persepsi seseorang mengenai seluk-beluk
seks itu sendiri menjadi salah. Hal ini
menjadi salah satu indikator meningkatnya
perilaku seks bebas di kalangan remaja saat
ini. Pengetahuan yang setengah-setengah
justru lebih berbahaya dibandingkan tidak
tahu sama sekali, kendati dalam hal ini
ketidaktahuan bukan berarti tidak
berbahaya (Selamiharja & Yudana, 1997).
Banyak remaja yang melakukan melakukan
aktivitas seks tanpa informasi yang akurat
tentang kesehatan reproduksi.
Kurangnya informasi tentang ini
dapat menyebabkan resiko kehamilan yang
tidak direncanakan dan tidak diinginkan
serta meningkatnya penyakit menular
seksual (PMS). Beberapa studi
menunjukkan bahwa pendidikan seks dapat
membantu penundaan hubungan seks yang
pertama kali pada remaja. Penelitian
terhadap remaja Rusia tentang
pengetahuan AIDS menemukan bahwa
diantara 370 siswa SMU hanya 25% siswa
perempuan dan 35% siswa laki-laki yang
tahu bahwa kondom hanya digunakan
sekali saja, 28% siswa tahu bahwa kondom
dapat dicuci dan digunakan beberapa kali.
Hasil survei di Chile, diantara 948 siswa
sekolah umum diperoleh 57% laki-laki dan
59% perempuan percaya bahwa kondom
dapat digunakan beberapa kali, 67% tidak
tahu bahwa waktu subur dan tidak subur
dalam siklus menstruasi perempuan
(Barnett, 1992).
Untuk menyeimbangkan ketim-
pangan antara persepsi dengan perilaku
remaja akan masalah seksual ini,
diperlukan pendidikan seks terutama
melalui jalur formal sekolah dengan
pengetahuan seks yang akurat (Kompas,
2002). Mengingat remaja adalah aset
negara yang tidak ternilai harganya, sudah
selayaknya perlu diprioritaskan masalah
yang berkaitan dengan kehidupan seks
remaja yang belakangan ini semakin
mengkhawatirkan.
Hal yang penting di sini, apa yang
dipikirkan seseorang, itu jugalah yang akan
dialami orang tersebut dan cara seseorang
mempersepsi sesuatu akan menentukan
sikap dan tindakannya terhadap objek
persepsinya
(Satiadarma,
2001).
Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian
ini penting untuk mengetahui bagaimana
hubungan antara persepsi tentang seks dan
perilaku seksual remaja di Medan.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi, yang bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi remaja tentang seks, perilaku seksual remaja serta mengidentifikasi hubungan antara persepsi remaja tentang seks dan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster sampling dengan memilih salah satu SMA yang ada di Medan yaitu SMA Negeri 3 Medan. Cara penetapan jumlah sampel menggunakan ketentuan Arikunto (2002) yaitu 10% dari jumlah siswa SMA Negeri 3 Medan, sehingga diperoleh 150 orang responden.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang terdiri
49 Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
Universitas Sumatera Utara
atas 4 bagian yakni kuesioner data demografi dan kuesioner persepsi remaja terhadap seks. Kuesioner ini menggunakan skala likert yang berisi pernyataan untuk mengidentifikasi pengetahuan remaja terhadap seks, dan kuesioner berisi pernyataan untuk mengidentifikasi sikap remaja terhadap seks.
Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah melalui proses administratif izin penelitian dari intitusi pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan KASUBDIS Program dan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Medan.
Pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi, yang presentasenya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi., standard deviasi meliputi data demografi, persepsi, pengetahuan, sikap, dan tindakan seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan.
Ada tidaknya hubungan antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual remaja yang terdiri dari hubungan antara persepsi tentang seks dan pengetahuan seksual, hubungan persepsi tentang seks dan sikap seksual dan hubungan persepsi tentang seks dan tindakan (praktek) seksual, diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi Spearman (ρ).
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden Data pada Tabel 1 menunjukkan
responden berusia adalah 15-16 tahun (66%), dengan rata-rata usia 15,9 tahun (SD 0.92). Responden yang berjenis kelamin laki-laki ada sebanyak 50%, dan perempuan sebanyak 50%. Sebagian besar responden beragama Islam yaitu 125 orang (83.3%), suku Batak (34,7%), suku Jawa (35.3%), responden yang bersuku Melayu ada sebanyak 14 orang (9.3%), suku Aceh sebanyak 7 orang (4.7%), suku Sunda sebanyak (2.7%) yaitu 4 orang (lihat Tabel 1).
Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden
Karakteristik
Usia 14 tahun 15 tahun 16 tahun 17 tahun 18 tahun
(mean=15.9; SD= 0.92
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Agama Islam Kristen
Protestan Kristen
Katholik Budha
Suku Batak Jawa Melayu Sunda Aceh dan lain-lain
Frekuensi
8 49 50 41 2
75 75
125 19 5 1
52 53 14 4 7 20
Persentasi (%)
5.3 32.7 33.3 27.3 1.3
50 50
83.3 12.7 3.3 0.7
34.7 35.3 9.3 2.7 4.7 13.3
2. Persepsi Remaja tentang Seks Secara umum semua responden
memiliki persepsi yang positif terhadap seks sebanyak 96.7% dan 3.3% memiliki persepsi yang negatif. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan nilai rata-rata total skor persepsi adalah 29.93 (SD 4.45) dengan nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 39 dan nilai terendah adalah 12.
Dari pernyataan persepsi, siswa sebanyak 33.4% sependapat dengan pernyataan berciuman merupakan hal yang wajar, dan 40.6% responden setuju dengan berenang di kolam yang tercemar sperma dapat menyebabkan kehamilan (lihat Tabel 2).
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
50
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentasi sebanyak 13.3% aborsi merupakan hal yang
persepsi remaja tentang Seks
legal (lihat Tabel 3).
Pernyataan Persepsi
Tingkat Persepsi
STS TS T T S SS n(%) n(%) n(%) n (%) N(%)
1. Berciuman
57 70 0 17 6
menyebabkan (38) (46.7) (0) (11.3) (4)
kehamilan
2. Berciuman
48 52 0 40 10
merupakan hal (32) (34.7) (0) (26.7) (6.7)
yang wajar
3. Mimpi basah hal 4 8 0 65 73
yang normal
(2.7) (5.3) (0) (43.3) (48.7)
4. Berenang
38 51 0 44 17
mengakibatkan (25.3) (34) (0) (29.3) (11.3)
kehamilan
5. Hubungan seks 79 61 0 6 4
hal yang wajar (52.7) (40.7) (0) (4) (2.7)
6. Pil KB
26 56 0 52 16
mencegah
(17.3) (37.3) (0) (34.7) (10.7)
kehamilan dan
HIV/AIDS
7. Resiko hamil
42 54 1 38 15
selama
(28) (36) (0.7) (25.3) (10)
menstruasi
8. Aborsi
72 57 1 11 9
merupakan jalan (48) (38) (0.7) (7.3). (6)
keluar
9. Penyakit
39 76 1 31 3
Menular Seksual (26) (50.7) (0.7) (20.7) (2)
ditularkan
melalui kursi
yang di duduki
penderita
10.Berkhayal
14 51 1 62 22
berhubungan (9.3) (34) (0.7) (41.3) (14.7)
seks merupakan
perilaku seksual
3. Pengetahuan Remaja tentang Seks Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 150 responden, ada 53.3% memiliki pengetahuan yang baik dan 46.7% memiliki pengetahuan sedang, dari asil penelitian diperoleh bahwa tidak ada responden yang berpengetahuan buruk tentang seks. Dari 10 pernyataan pengetahuan remaja tentang seks, 28% responden membenarkan pernyataan wanita hamil ketika menstruasi, 92.7% percaya bahwa penyakit menular seksual dapat diminimalisasi dengan kondom, dan
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentasi pengetahuan seksual remaja di SMA
Pernyataan Pengetahuan
1. Setiap bulan wanita menstruasi
2. Seks menunjukkan jenis kelamin dan perilaku seksual
3. Wanita hamil ketika menstrusi
4. AIDS ditularkan melalui peralatan makanan
5. Kuman HIV merupakan bakteri
6. AIDS ditularkan melalui hubungan seks saja
7. Penyakit Menular Seksual diminimalisasi dengan kondom
8. Pubertas ditandai dengan menstruasi dan mimpi basah
9. Gejolak seksual hal yang normal
10. Aborsi merupakan hal yang ilegal
Tingkat Pengetahuan
Benar n (%) 137 (91.3)
Salah n (%) 13 (8.7)
125 (83.3) 25 (16.7)
42 (28) 108 (72) 74 (43.3) 76 (50.7)
126 (84) 42 (26)
24 (16) 108 (72)
139 (92.7) 11 (7.3)
146 (96.7) 5 (3.3)
133 (88.7) 17 (11.3) 130 (86.7) 20 (13.3)
4. Sikap Remaja tentang Seks Dari hasil penelitian diperoleh
responden yang bersikap positip terhadap seksual sebanyak 88.7%, dan yang bersikap negatip terhadap seksual sebanyak 11.3%. Hal ini terlihat dari rata-rata total skor sikap adalah 4.19 (SD 30.95) dengan nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 38 dan nilai terendah adalah 21. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 21.4% bertentangan dengan pernyataan bahwa pendidikan seks tidak menyalahi aturan agama dan sebanyak 46.7% menyatakan seks adalah tabu dan sulit dibicarakan di rumah dan 56% tidak sependapat dengan
51 Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
Universitas Sumatera Utara
pernyataan hubungan seks wajar asal tidak membuat hamil (lihat Tabel 4)
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentasi sikap remaja tentang seksual
Pernyataan Sikap
1. Pendidikan seks tidak menyalahi aturan agama
2. Seks adalah tabu
3. Gejolak seks wajar tapi bukan bebas melakukannya
4. Kondom tidak menyebabkan kehamilan
5. Pendidikan seks dilakukan sejak dini
6. Hubungan seks wajar asal tidak membuat hamil
7. Khayalan seks seharusnya dapat didindari
8. Majalah, situs, film porno membuat gejolak seks tak menentu
9. Kehamilan pada remaja merupakan sesuatu yang memalukan
10. Penyakit menular seksual adalah penyakit kotor
SS n (%)
50 (14.7)
25 (16.7)
23 (15.3)
34 (22.7)
85 (56.7)
2 (1.3)
92 (61.3)
70 (46.7)
100 (66.7)
51 (34)
Tingkat Sikap S TS
n (%) N (%) 68 10
(45.3) (6.7)
45 (30) 29 (19.3)
35 (23.3)
52 (34.7)
95 12 (63.3) (8)
62 2 (41.3) (1.3)
12 52 (8) (34.7)
51 7 (34) (4.7)
73 7 (48.7) (4.7)
40 7 (26.7) (4.7)
73 14 (48.7) (9.3)
STS n (%)
22 (14.7)
45 (30) 46 (30.7)
9 (6) 1 (0.7) 84 (56) 0
0
3 (2)
12 (8)
5. Tindakan (Praktek) Seksual Remaja Hasil penelitian menunjukkan
responden yang memiliki tindakan positif terhadap seksual 99.3%, dan yang memiliki tindakan negatif terhadap seksual sebanyak 0.7%. Hal ini terlihat dari rata-rata total
skor tindakan adalah 36.5 (SD 3.32) dengan nilai tertinggi yang diperoleh responden 21 dan nilai terendah 40. Diketahui 10.7% sering mengakhayalkan film porno setelah menontonnya, 2.7% dengan tingkat terusmenerus dan 0.7% pernah melakukan hubungan seksual (lihat Tabel 5).
Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentasi tindakan (praktek) seksual remaja
Pernyataan Tindakan
1. Menonton film porno
2. Buka situs dan majalah porno
3. Berganti-ganti pacar
4. Berciuman mouth to mouth
5. Menghayalkan film porno
6. Berkhyal melakukan hubungan seks
7. Melakukan hubungan seks
8. Memakai alat kontrasepsi
9. Menderita penyakit menular seksual
10. Aborsi
Tingkat Tindakan
TP KK S n (%) n (%) n (%)
74 66 6 (49.3) (44) (5.3)
84 59 6 (56) (39.3) (4) 79 47 20 (52.7) (31.3) (13.3) 104 23 16 (69.3) (15.3) (10.7)
92 (61.3)
81 (54)
39 (26) 53 (35.3)
12 (8) 12 (8)
149 (99.3)
150 (100) 150 (100)
1 (0.7)
0
0
0 0 0
150 (100)
0
0
TM n (%)
2 (1.3)
1 (0.7)
4 (2.7)
7 (4.7)
7 (4.7)
4 (7.4)
0
0
0
0
6. Hubungan antara Persepsi tentang Seks
dengan Perilaku Seksual Remaja Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa
persepsi tentang seks memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan dengan nilai korelasi Spearman (ρ) sebesar 0.196. Dari hasil analisa statististik juga diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0.016, (α0.05) yang berarti bahwa hubungan tidak signifikan antara persepsi tentang seks dengan sikap seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan.
8. Hubungan antara Persepsi tentang Seks dan Tindakan Seksual Remaja Dari Tabel 6 hasil penelitian
menunjukkan persepsi tentang seks tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap tindakan (praktik) seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan dengan nilai korelasi Spearman (ρ) sebesar -0.14. Dari analisa statistik juga diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0.868, (α>0.05) yang berarti bahwa hubungan tidak signifikan antara persepsi tentang seks dengan tindakan (praktek) seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan.
Tabel 6. Hubungan antara persepsi seksual dengan perilaku seksual remaja
Persepsi Koefisien Korelasi Signifikansi
Pengetahuan Sikap Tindakan
.196* 0.16
.077 -.014 .349 .868
Correlations * Correlation is significant at the .05 level (2-tailed).
PEMBAHASAN
1. Persepsi Remaja tentang Seks Dari hasil penelitian 96.7% memiliki
persepsi yang positif. Pernyataan yang memiliki persentase yang paling tinggi yang menyatakan tidak sependapat dengan pernyataan hubungan seks merupakan hal
wajar sebanyak 93.4%. Ini sesuai dengan
hasil penelitian glorianet (2000) bahwa 99%
responden tidak setuju apabila perempuan
berhubungan seks sebelum menikah, dan
dari hasil penelitian sebanyak 13.3% remaja
sependapat dengan pernyataan bahwa
aborsi merupakan jalan keluar bagi
unwanted
pregnancy.
Sementara
International Federation of Medical Students
Associations menyatakan bahwa aborsi
bukan merupakan salah satu metode
kontrasepsi (Maddock, 1998). Pangkahila
(2002) melaporkan bahwa 60% aborsi yang
terjadi di Indonesia dilakukan oleh remaja,
angka aborsi di kalangan remaja saat ini
cenderung meningkat seiring dengan
meningkatnya kehamilan yang terjadi pada
remaja (Junaedi, 2004). Angka yang
sedemikian tinggi merupakan perubahan
persepsi remaja terhadap masalah seks
(Pangkahila, 2002). Sesungguhnya persepsi
menggambarkan kecenderungan yang wajar
yang terdapat pada diri individu, jika
persepsi seseorang terhadap suatu objek
adalah persepsi yang benar maka
tindakannya terhadap hal tersebut
merupakan tindakan yang benar. Persepsi
yang keliru dapat menyebabkan perilaku
yang keliru pula sehingga untuk
membentuk persepsi yang positip
membutuhkan informasi yang akurat
(Satiadarma, 2001).
2. Hubungan antara Persepsi tentang
Seks dan Perilaku Seksual Remaja Menurut Blom (1908) perilaku
dibagi ke dalam 3 domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2003) begitu juga halnya dengan perilaku seksual. Perilaku seksual dibagi dalam 3 domain yaitu pengetahuan seksual, sikap remaja terhadap seks, tindakan (praktik) seksual remaja. Oleh karena itu peneliti menganalisa satu persatu korelasi persepsi dengan domain perilaku tersebut dengan korelasi Spearman yaitu hubungan antara persepsi tentang seks dan pengetahuan seksual remaja dengan nilai korelasi Spearman (ρ) sebesar
53 Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
Universitas Sumatera Utara
0.196, dengan nilai signifikasi (p) sebesar 0.016 yang berarti terdapat hubungan antara persepsi tentang seks dengan sikap seksual remaja.
Peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini ditolak yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual, karena hubungan antara persepsi tentang seks dan pengetahuan seks remaja sangat rendah dan hampir dapat diabaikan sedangkan hubungan antara persepsi tentang seks dengan sikap seksual remaja serta hubungan antara persepsi tentang seks dengan tindakan tidak memiliki hubungan secara signifikan.
Data ini tidak relevan dengan pendapat Satiadarma (2001) yang menyatakan bahwa persepsi mempengaruhi sikap dan pembentukan label, serta atribut seseorang. Jika label dan atribut sifatnya positip maka individu tersebut akan menyandang hal-hal yang positip yang lambat laun akan berkembang secara positip pula dalam diri mereka. Namun jika label dan atribut tersebut sifatnya negatip maka hal-hal negatip pun secara bertahap akan tumbuh subur untuk menjadi bagian dari perkembangan kepribadian mereka, bila individu mempersepsikan bahwa sesuatu itu positip maka ia akan bersikap positip kepada objek tersebut dan jika individu tersebut memiliki sikap yang positip maka perilakunya akan positip juga. Demikian halnya dengan remaja yang memiliki persepsi yang negatip tentang seks akan membentuk perilaku yang negatip pula. Namun pendapat ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 3 Medan. Pangkahila (2002) juga menyatakan adanya perubahan persepsi remaja tentang seksualitas seiring dengan terjadinya perubahan perilaku seksual di kalangan remaja yang dapat dipandang sebagai perubahan pandangan remaja pada nilai-nilai sosial dan nilai-nilai moral.
Tidak terdapatnya hubungan antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan,
kemungkinan dapat disebabkan oleh
adanya berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
Seperti
yang
dikemukakan Pangkahila (2002) bahwa
perubahan persepsi dan perilaku seksual
dilihat dari perubahan pandangan remaja
terhadap nilai sosial dan moral. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Kozier, Glenora,
Berman dan Synder (2004) yang
menyatakan bahwa seksualitas dipengaruhi
oleh aspek biologi, psikologi, sosial,
kultural, aspek spiritual dan Schultze, Price,
Gwin (2001) melaporkan seksualitas juga
dipengaruhi oleh aspek moral.
Walaupun meningkatnya angka
aborsi dan kehamilan yang tidak
diinginkan, masyarakat Indonesia
khususnya remaja Indonesia masih terikat
pada budaya timur dan kepercayaan kepada
Tuhan yang kuat yang dapat menuntun
mereka menjauhi perilaku seksual yang
bebas. Pengaruh budaya terhadap
perubahan perilaku seksual ini membuat
sistem sanksi atau denda bila terjadi
hubungan seks di luar pernikahan
(BKKBN, 2001). Remaja yang memegang
nilai agama yang tinggi dan memiliki
lingkungan keluarga yang kuat akan agama
akan mudah menjalaninya karena menurut
Subrata (2005) hubungan seks di kalangan
remaja yang belum menikah tidak
dibenarkan oleh ajaran agama. Untuk itu
perlu diadakan penelitian mengenai hal
yang mempengaruhi seksualitas seperti
hubungan antara religius (kepercayaan)
dengan perilaku seksual.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian dilakukan terhadap 150 respoden siwa-siswi SMA Negeri 3 Medan menggambarkan bahwa 96.7% memiliki persepsi yang positip tentang seks, 3.3% memiliki persepsi yang negatip tentang seks, 51.3% memiliki pengetahuan yang baik terhadap seks, 48.7% memiliki pengetahuan yang sedang terhadap seks, 88.7% bersikap positip terhadap seksual,
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
54
Universitas Sumatera Utara
11.3% bersikap negatip terhadap seksual, 99.3% memiliki tindakan yang positip terhadap seksual dan 0.7% memiliki tindakan yang negatif terhadap seks.
Berdasarkan analisa statistik diperoleh bahwa hubungan antara persepsi tentang seks dan pengetahuan seksual remaja dengan nilai korelasi Spearman (ρ) sebesar 0.196, dengan nilai signifikansi 0.016, hubungan antara persepsi tentang seks dengan sikap seksual remaja diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (ρ) sebesar 0.77 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.349, hubungan antara persepsi tentang seks dan tindakan seksual remaja diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (ρ) sebesar -0.14 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.868. Dengan ini peneliti mengambil kesimpulan bahwa hipotesa dalam penelitian ini ditolak yaitu tidak ada hubungan yang signifikan atau tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan.
DAFTAR PUSTAKA
Abraham & Kumar. (1999). International Family Planning Perspectives. Journal of Sexual Experiences and their Correlates among college student in Mumbay City, India. A Publication of Alan Guttamacher Institute, vol. 25 numbers 3.
Barnett, B. (1992). Need for family life education in Zaire. Journal of Health Science. Dibuka pada website www.fhi.org/en/RH/Wetwork/17_3/n tl1734.htm pada tanggal 3 Maret 2005.
Darulnuman. (2004). Perkembangan
Remaja. Dibuka pada website
www.darulnuman.com pada tanggal
31 Oktober 2004.
Fishbein, M. (1967). Reading in Attitude
Theory and Measurement. USA: John
Wiley and Sons Inc.
Kozier, B., Erb, G., Blais, K., Wilkinson, J.
(1995). Fundamental of Nursing;
Concept, Process and Practice. Menlo
Park: Addison-Wesley.
Kozier, Glenora, Berman, Synder. (2004).
Fundamental of Nursing; Concept,
Process and Practice (seventh
edition). New Jersey: Pearson
Education Inc.
Niven. (2002). Health Pschology: An
Intoduction for Nurses and other
Health Care Profesinalis (second
edition).
London:
Pearson
Profesional Limited.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Purwanto. (1999). Pengantar Perilaku
Manusia untuk Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Roediger III, Rushtin, Capaldi, et al.
(1987). Psychology (second edition).
USA: Little Brown & Company.
Suarakarya. (2004). Remaja paling Rentan
Abaikan Kesehatan Reproduksi.
Dibuka
pada
website
www.suarakarya.com pada tanggal 4
November 2004.
Winghood. (2003). Resiko Film porno bagi
Kehidupan Seks Remaja.
55 Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
Universitas Sumatera Utara
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG SEKS DAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 3 MEDAN
Martina Evlyn R.H.*, Dewi Elizadiaani Suza**
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang seks dan
perilaku seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan besar sampel 10% dari jumlah siswa di SMA Negeri 3 Medan sehingga diperoleh hasilnya 150 responden. Metode sampling penelitian ini adalah cluster sampling. Kuesioner mengkaji data demografi responden, persepsi dan perilakuyamh terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan seksual remaja.
Hasil penelitian ini dianalisa berdasarkan uji statistik menggunakan korelasi Spearman. Dari hasil analisa diperoleh bahwa hubungan antara persepsi tentang seks dan pengetahuan seksual remaja dengan nilai korelasi Spearman (ρ) sebesar 0.196, dan taraf signifikansi (p) sebesar 0.016, hubungan antara persepsi tentang seks dengan sikap seksual remaja diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (ρ) sebesar 0.77, dari analisa statistik juga diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0.349, hubungan antara persepsi tentang seks dan tindakan seksual remaja diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (ρ) sebesar -0.14, dari analisa statistik juga diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0.868. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan atau tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan persepsi tentang seks dan perilaku seksual remaja, dipandang perlu meneliti faktor lain seperti faktor sosial, budaya dan spiritual.
Kata kunci: persepsi, perilaku, remaja, seksual
PENDAHULUAN
Penduduk dunia saat ini berjumlah 6.3 miliar jiwa dan dari jumlah tersebut penduduk remaja sekitar satu miliar (Gemari, 2003). Sementara populasi remaja Indonesia tahun 2000 pada kelompok usia 15-24 tahun ada sekitar 43.3 juta jiwa. Bahkan tahun 2003 meningkat lagi menjadi
Penulis adalah * Mahasiswa Program Profesi Keperawatan PSIK FK USU ** Staf Pengajar Keperawatan Anak PSIK FK USU
29% dari jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 210 juta jiwa (Ma’shum & Wahyurini, 2004)
Remaja merupakan bagian penduduk yang berskala kecil, namun memiliki sumbangan teramat besar. Penting memahami masa remaja karena remaja adalah masa depan setiap masyarakat.
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
48
Universitas Sumatera Utara
Masa remaja adalah masa transisi dalam
rentang
kehidupan
manusia,
menghubungkan masa kanak-kanak dan
masa dewasa (Santrock, 1996) yang
merupakan gejala sosial yang bersifat
sementara (Soekanto, 1990).
Pandangan bahwa seks adalah tabu
membuat remaja enggan berdiskusi tentang
kesehatan reproduksinya dengan orang
lain. Yang lebih memprihatinkan, mereka
justru merasa paling tidak nyaman bila
harus membahas seksualitas dengan
anggota keluarganya sendiri. Kurangnya
informasi tentang seks membuat remaja
berusaha mencari akses dan melakukan
eksplorasi sendiri.
Informasi yang salah tentang seks
dapat mengakibatkan pengetahuan dan
persepsi seseorang mengenai seluk-beluk
seks itu sendiri menjadi salah. Hal ini
menjadi salah satu indikator meningkatnya
perilaku seks bebas di kalangan remaja saat
ini. Pengetahuan yang setengah-setengah
justru lebih berbahaya dibandingkan tidak
tahu sama sekali, kendati dalam hal ini
ketidaktahuan bukan berarti tidak
berbahaya (Selamiharja & Yudana, 1997).
Banyak remaja yang melakukan melakukan
aktivitas seks tanpa informasi yang akurat
tentang kesehatan reproduksi.
Kurangnya informasi tentang ini
dapat menyebabkan resiko kehamilan yang
tidak direncanakan dan tidak diinginkan
serta meningkatnya penyakit menular
seksual (PMS). Beberapa studi
menunjukkan bahwa pendidikan seks dapat
membantu penundaan hubungan seks yang
pertama kali pada remaja. Penelitian
terhadap remaja Rusia tentang
pengetahuan AIDS menemukan bahwa
diantara 370 siswa SMU hanya 25% siswa
perempuan dan 35% siswa laki-laki yang
tahu bahwa kondom hanya digunakan
sekali saja, 28% siswa tahu bahwa kondom
dapat dicuci dan digunakan beberapa kali.
Hasil survei di Chile, diantara 948 siswa
sekolah umum diperoleh 57% laki-laki dan
59% perempuan percaya bahwa kondom
dapat digunakan beberapa kali, 67% tidak
tahu bahwa waktu subur dan tidak subur
dalam siklus menstruasi perempuan
(Barnett, 1992).
Untuk menyeimbangkan ketim-
pangan antara persepsi dengan perilaku
remaja akan masalah seksual ini,
diperlukan pendidikan seks terutama
melalui jalur formal sekolah dengan
pengetahuan seks yang akurat (Kompas,
2002). Mengingat remaja adalah aset
negara yang tidak ternilai harganya, sudah
selayaknya perlu diprioritaskan masalah
yang berkaitan dengan kehidupan seks
remaja yang belakangan ini semakin
mengkhawatirkan.
Hal yang penting di sini, apa yang
dipikirkan seseorang, itu jugalah yang akan
dialami orang tersebut dan cara seseorang
mempersepsi sesuatu akan menentukan
sikap dan tindakannya terhadap objek
persepsinya
(Satiadarma,
2001).
Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian
ini penting untuk mengetahui bagaimana
hubungan antara persepsi tentang seks dan
perilaku seksual remaja di Medan.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi, yang bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi remaja tentang seks, perilaku seksual remaja serta mengidentifikasi hubungan antara persepsi remaja tentang seks dan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster sampling dengan memilih salah satu SMA yang ada di Medan yaitu SMA Negeri 3 Medan. Cara penetapan jumlah sampel menggunakan ketentuan Arikunto (2002) yaitu 10% dari jumlah siswa SMA Negeri 3 Medan, sehingga diperoleh 150 orang responden.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang terdiri
49 Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
Universitas Sumatera Utara
atas 4 bagian yakni kuesioner data demografi dan kuesioner persepsi remaja terhadap seks. Kuesioner ini menggunakan skala likert yang berisi pernyataan untuk mengidentifikasi pengetahuan remaja terhadap seks, dan kuesioner berisi pernyataan untuk mengidentifikasi sikap remaja terhadap seks.
Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah melalui proses administratif izin penelitian dari intitusi pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan KASUBDIS Program dan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Medan.
Pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi, yang presentasenya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi., standard deviasi meliputi data demografi, persepsi, pengetahuan, sikap, dan tindakan seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan.
Ada tidaknya hubungan antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual remaja yang terdiri dari hubungan antara persepsi tentang seks dan pengetahuan seksual, hubungan persepsi tentang seks dan sikap seksual dan hubungan persepsi tentang seks dan tindakan (praktek) seksual, diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi Spearman (ρ).
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden Data pada Tabel 1 menunjukkan
responden berusia adalah 15-16 tahun (66%), dengan rata-rata usia 15,9 tahun (SD 0.92). Responden yang berjenis kelamin laki-laki ada sebanyak 50%, dan perempuan sebanyak 50%. Sebagian besar responden beragama Islam yaitu 125 orang (83.3%), suku Batak (34,7%), suku Jawa (35.3%), responden yang bersuku Melayu ada sebanyak 14 orang (9.3%), suku Aceh sebanyak 7 orang (4.7%), suku Sunda sebanyak (2.7%) yaitu 4 orang (lihat Tabel 1).
Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden
Karakteristik
Usia 14 tahun 15 tahun 16 tahun 17 tahun 18 tahun
(mean=15.9; SD= 0.92
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Agama Islam Kristen
Protestan Kristen
Katholik Budha
Suku Batak Jawa Melayu Sunda Aceh dan lain-lain
Frekuensi
8 49 50 41 2
75 75
125 19 5 1
52 53 14 4 7 20
Persentasi (%)
5.3 32.7 33.3 27.3 1.3
50 50
83.3 12.7 3.3 0.7
34.7 35.3 9.3 2.7 4.7 13.3
2. Persepsi Remaja tentang Seks Secara umum semua responden
memiliki persepsi yang positif terhadap seks sebanyak 96.7% dan 3.3% memiliki persepsi yang negatif. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan nilai rata-rata total skor persepsi adalah 29.93 (SD 4.45) dengan nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 39 dan nilai terendah adalah 12.
Dari pernyataan persepsi, siswa sebanyak 33.4% sependapat dengan pernyataan berciuman merupakan hal yang wajar, dan 40.6% responden setuju dengan berenang di kolam yang tercemar sperma dapat menyebabkan kehamilan (lihat Tabel 2).
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
50
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentasi sebanyak 13.3% aborsi merupakan hal yang
persepsi remaja tentang Seks
legal (lihat Tabel 3).
Pernyataan Persepsi
Tingkat Persepsi
STS TS T T S SS n(%) n(%) n(%) n (%) N(%)
1. Berciuman
57 70 0 17 6
menyebabkan (38) (46.7) (0) (11.3) (4)
kehamilan
2. Berciuman
48 52 0 40 10
merupakan hal (32) (34.7) (0) (26.7) (6.7)
yang wajar
3. Mimpi basah hal 4 8 0 65 73
yang normal
(2.7) (5.3) (0) (43.3) (48.7)
4. Berenang
38 51 0 44 17
mengakibatkan (25.3) (34) (0) (29.3) (11.3)
kehamilan
5. Hubungan seks 79 61 0 6 4
hal yang wajar (52.7) (40.7) (0) (4) (2.7)
6. Pil KB
26 56 0 52 16
mencegah
(17.3) (37.3) (0) (34.7) (10.7)
kehamilan dan
HIV/AIDS
7. Resiko hamil
42 54 1 38 15
selama
(28) (36) (0.7) (25.3) (10)
menstruasi
8. Aborsi
72 57 1 11 9
merupakan jalan (48) (38) (0.7) (7.3). (6)
keluar
9. Penyakit
39 76 1 31 3
Menular Seksual (26) (50.7) (0.7) (20.7) (2)
ditularkan
melalui kursi
yang di duduki
penderita
10.Berkhayal
14 51 1 62 22
berhubungan (9.3) (34) (0.7) (41.3) (14.7)
seks merupakan
perilaku seksual
3. Pengetahuan Remaja tentang Seks Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 150 responden, ada 53.3% memiliki pengetahuan yang baik dan 46.7% memiliki pengetahuan sedang, dari asil penelitian diperoleh bahwa tidak ada responden yang berpengetahuan buruk tentang seks. Dari 10 pernyataan pengetahuan remaja tentang seks, 28% responden membenarkan pernyataan wanita hamil ketika menstruasi, 92.7% percaya bahwa penyakit menular seksual dapat diminimalisasi dengan kondom, dan
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentasi pengetahuan seksual remaja di SMA
Pernyataan Pengetahuan
1. Setiap bulan wanita menstruasi
2. Seks menunjukkan jenis kelamin dan perilaku seksual
3. Wanita hamil ketika menstrusi
4. AIDS ditularkan melalui peralatan makanan
5. Kuman HIV merupakan bakteri
6. AIDS ditularkan melalui hubungan seks saja
7. Penyakit Menular Seksual diminimalisasi dengan kondom
8. Pubertas ditandai dengan menstruasi dan mimpi basah
9. Gejolak seksual hal yang normal
10. Aborsi merupakan hal yang ilegal
Tingkat Pengetahuan
Benar n (%) 137 (91.3)
Salah n (%) 13 (8.7)
125 (83.3) 25 (16.7)
42 (28) 108 (72) 74 (43.3) 76 (50.7)
126 (84) 42 (26)
24 (16) 108 (72)
139 (92.7) 11 (7.3)
146 (96.7) 5 (3.3)
133 (88.7) 17 (11.3) 130 (86.7) 20 (13.3)
4. Sikap Remaja tentang Seks Dari hasil penelitian diperoleh
responden yang bersikap positip terhadap seksual sebanyak 88.7%, dan yang bersikap negatip terhadap seksual sebanyak 11.3%. Hal ini terlihat dari rata-rata total skor sikap adalah 4.19 (SD 30.95) dengan nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 38 dan nilai terendah adalah 21. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 21.4% bertentangan dengan pernyataan bahwa pendidikan seks tidak menyalahi aturan agama dan sebanyak 46.7% menyatakan seks adalah tabu dan sulit dibicarakan di rumah dan 56% tidak sependapat dengan
51 Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
Universitas Sumatera Utara
pernyataan hubungan seks wajar asal tidak membuat hamil (lihat Tabel 4)
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentasi sikap remaja tentang seksual
Pernyataan Sikap
1. Pendidikan seks tidak menyalahi aturan agama
2. Seks adalah tabu
3. Gejolak seks wajar tapi bukan bebas melakukannya
4. Kondom tidak menyebabkan kehamilan
5. Pendidikan seks dilakukan sejak dini
6. Hubungan seks wajar asal tidak membuat hamil
7. Khayalan seks seharusnya dapat didindari
8. Majalah, situs, film porno membuat gejolak seks tak menentu
9. Kehamilan pada remaja merupakan sesuatu yang memalukan
10. Penyakit menular seksual adalah penyakit kotor
SS n (%)
50 (14.7)
25 (16.7)
23 (15.3)
34 (22.7)
85 (56.7)
2 (1.3)
92 (61.3)
70 (46.7)
100 (66.7)
51 (34)
Tingkat Sikap S TS
n (%) N (%) 68 10
(45.3) (6.7)
45 (30) 29 (19.3)
35 (23.3)
52 (34.7)
95 12 (63.3) (8)
62 2 (41.3) (1.3)
12 52 (8) (34.7)
51 7 (34) (4.7)
73 7 (48.7) (4.7)
40 7 (26.7) (4.7)
73 14 (48.7) (9.3)
STS n (%)
22 (14.7)
45 (30) 46 (30.7)
9 (6) 1 (0.7) 84 (56) 0
0
3 (2)
12 (8)
5. Tindakan (Praktek) Seksual Remaja Hasil penelitian menunjukkan
responden yang memiliki tindakan positif terhadap seksual 99.3%, dan yang memiliki tindakan negatif terhadap seksual sebanyak 0.7%. Hal ini terlihat dari rata-rata total
skor tindakan adalah 36.5 (SD 3.32) dengan nilai tertinggi yang diperoleh responden 21 dan nilai terendah 40. Diketahui 10.7% sering mengakhayalkan film porno setelah menontonnya, 2.7% dengan tingkat terusmenerus dan 0.7% pernah melakukan hubungan seksual (lihat Tabel 5).
Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentasi tindakan (praktek) seksual remaja
Pernyataan Tindakan
1. Menonton film porno
2. Buka situs dan majalah porno
3. Berganti-ganti pacar
4. Berciuman mouth to mouth
5. Menghayalkan film porno
6. Berkhyal melakukan hubungan seks
7. Melakukan hubungan seks
8. Memakai alat kontrasepsi
9. Menderita penyakit menular seksual
10. Aborsi
Tingkat Tindakan
TP KK S n (%) n (%) n (%)
74 66 6 (49.3) (44) (5.3)
84 59 6 (56) (39.3) (4) 79 47 20 (52.7) (31.3) (13.3) 104 23 16 (69.3) (15.3) (10.7)
92 (61.3)
81 (54)
39 (26) 53 (35.3)
12 (8) 12 (8)
149 (99.3)
150 (100) 150 (100)
1 (0.7)
0
0
0 0 0
150 (100)
0
0
TM n (%)
2 (1.3)
1 (0.7)
4 (2.7)
7 (4.7)
7 (4.7)
4 (7.4)
0
0
0
0
6. Hubungan antara Persepsi tentang Seks
dengan Perilaku Seksual Remaja Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa
persepsi tentang seks memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan dengan nilai korelasi Spearman (ρ) sebesar 0.196. Dari hasil analisa statististik juga diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0.016, (α0.05) yang berarti bahwa hubungan tidak signifikan antara persepsi tentang seks dengan sikap seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan.
8. Hubungan antara Persepsi tentang Seks dan Tindakan Seksual Remaja Dari Tabel 6 hasil penelitian
menunjukkan persepsi tentang seks tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap tindakan (praktik) seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan dengan nilai korelasi Spearman (ρ) sebesar -0.14. Dari analisa statistik juga diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0.868, (α>0.05) yang berarti bahwa hubungan tidak signifikan antara persepsi tentang seks dengan tindakan (praktek) seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan.
Tabel 6. Hubungan antara persepsi seksual dengan perilaku seksual remaja
Persepsi Koefisien Korelasi Signifikansi
Pengetahuan Sikap Tindakan
.196* 0.16
.077 -.014 .349 .868
Correlations * Correlation is significant at the .05 level (2-tailed).
PEMBAHASAN
1. Persepsi Remaja tentang Seks Dari hasil penelitian 96.7% memiliki
persepsi yang positif. Pernyataan yang memiliki persentase yang paling tinggi yang menyatakan tidak sependapat dengan pernyataan hubungan seks merupakan hal
wajar sebanyak 93.4%. Ini sesuai dengan
hasil penelitian glorianet (2000) bahwa 99%
responden tidak setuju apabila perempuan
berhubungan seks sebelum menikah, dan
dari hasil penelitian sebanyak 13.3% remaja
sependapat dengan pernyataan bahwa
aborsi merupakan jalan keluar bagi
unwanted
pregnancy.
Sementara
International Federation of Medical Students
Associations menyatakan bahwa aborsi
bukan merupakan salah satu metode
kontrasepsi (Maddock, 1998). Pangkahila
(2002) melaporkan bahwa 60% aborsi yang
terjadi di Indonesia dilakukan oleh remaja,
angka aborsi di kalangan remaja saat ini
cenderung meningkat seiring dengan
meningkatnya kehamilan yang terjadi pada
remaja (Junaedi, 2004). Angka yang
sedemikian tinggi merupakan perubahan
persepsi remaja terhadap masalah seks
(Pangkahila, 2002). Sesungguhnya persepsi
menggambarkan kecenderungan yang wajar
yang terdapat pada diri individu, jika
persepsi seseorang terhadap suatu objek
adalah persepsi yang benar maka
tindakannya terhadap hal tersebut
merupakan tindakan yang benar. Persepsi
yang keliru dapat menyebabkan perilaku
yang keliru pula sehingga untuk
membentuk persepsi yang positip
membutuhkan informasi yang akurat
(Satiadarma, 2001).
2. Hubungan antara Persepsi tentang
Seks dan Perilaku Seksual Remaja Menurut Blom (1908) perilaku
dibagi ke dalam 3 domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2003) begitu juga halnya dengan perilaku seksual. Perilaku seksual dibagi dalam 3 domain yaitu pengetahuan seksual, sikap remaja terhadap seks, tindakan (praktik) seksual remaja. Oleh karena itu peneliti menganalisa satu persatu korelasi persepsi dengan domain perilaku tersebut dengan korelasi Spearman yaitu hubungan antara persepsi tentang seks dan pengetahuan seksual remaja dengan nilai korelasi Spearman (ρ) sebesar
53 Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
Universitas Sumatera Utara
0.196, dengan nilai signifikasi (p) sebesar 0.016 yang berarti terdapat hubungan antara persepsi tentang seks dengan sikap seksual remaja.
Peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini ditolak yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual, karena hubungan antara persepsi tentang seks dan pengetahuan seks remaja sangat rendah dan hampir dapat diabaikan sedangkan hubungan antara persepsi tentang seks dengan sikap seksual remaja serta hubungan antara persepsi tentang seks dengan tindakan tidak memiliki hubungan secara signifikan.
Data ini tidak relevan dengan pendapat Satiadarma (2001) yang menyatakan bahwa persepsi mempengaruhi sikap dan pembentukan label, serta atribut seseorang. Jika label dan atribut sifatnya positip maka individu tersebut akan menyandang hal-hal yang positip yang lambat laun akan berkembang secara positip pula dalam diri mereka. Namun jika label dan atribut tersebut sifatnya negatip maka hal-hal negatip pun secara bertahap akan tumbuh subur untuk menjadi bagian dari perkembangan kepribadian mereka, bila individu mempersepsikan bahwa sesuatu itu positip maka ia akan bersikap positip kepada objek tersebut dan jika individu tersebut memiliki sikap yang positip maka perilakunya akan positip juga. Demikian halnya dengan remaja yang memiliki persepsi yang negatip tentang seks akan membentuk perilaku yang negatip pula. Namun pendapat ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 3 Medan. Pangkahila (2002) juga menyatakan adanya perubahan persepsi remaja tentang seksualitas seiring dengan terjadinya perubahan perilaku seksual di kalangan remaja yang dapat dipandang sebagai perubahan pandangan remaja pada nilai-nilai sosial dan nilai-nilai moral.
Tidak terdapatnya hubungan antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan,
kemungkinan dapat disebabkan oleh
adanya berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
Seperti
yang
dikemukakan Pangkahila (2002) bahwa
perubahan persepsi dan perilaku seksual
dilihat dari perubahan pandangan remaja
terhadap nilai sosial dan moral. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Kozier, Glenora,
Berman dan Synder (2004) yang
menyatakan bahwa seksualitas dipengaruhi
oleh aspek biologi, psikologi, sosial,
kultural, aspek spiritual dan Schultze, Price,
Gwin (2001) melaporkan seksualitas juga
dipengaruhi oleh aspek moral.
Walaupun meningkatnya angka
aborsi dan kehamilan yang tidak
diinginkan, masyarakat Indonesia
khususnya remaja Indonesia masih terikat
pada budaya timur dan kepercayaan kepada
Tuhan yang kuat yang dapat menuntun
mereka menjauhi perilaku seksual yang
bebas. Pengaruh budaya terhadap
perubahan perilaku seksual ini membuat
sistem sanksi atau denda bila terjadi
hubungan seks di luar pernikahan
(BKKBN, 2001). Remaja yang memegang
nilai agama yang tinggi dan memiliki
lingkungan keluarga yang kuat akan agama
akan mudah menjalaninya karena menurut
Subrata (2005) hubungan seks di kalangan
remaja yang belum menikah tidak
dibenarkan oleh ajaran agama. Untuk itu
perlu diadakan penelitian mengenai hal
yang mempengaruhi seksualitas seperti
hubungan antara religius (kepercayaan)
dengan perilaku seksual.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian dilakukan terhadap 150 respoden siwa-siswi SMA Negeri 3 Medan menggambarkan bahwa 96.7% memiliki persepsi yang positip tentang seks, 3.3% memiliki persepsi yang negatip tentang seks, 51.3% memiliki pengetahuan yang baik terhadap seks, 48.7% memiliki pengetahuan yang sedang terhadap seks, 88.7% bersikap positip terhadap seksual,
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
54
Universitas Sumatera Utara
11.3% bersikap negatip terhadap seksual, 99.3% memiliki tindakan yang positip terhadap seksual dan 0.7% memiliki tindakan yang negatif terhadap seks.
Berdasarkan analisa statistik diperoleh bahwa hubungan antara persepsi tentang seks dan pengetahuan seksual remaja dengan nilai korelasi Spearman (ρ) sebesar 0.196, dengan nilai signifikansi 0.016, hubungan antara persepsi tentang seks dengan sikap seksual remaja diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (ρ) sebesar 0.77 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.349, hubungan antara persepsi tentang seks dan tindakan seksual remaja diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (ρ) sebesar -0.14 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.868. Dengan ini peneliti mengambil kesimpulan bahwa hipotesa dalam penelitian ini ditolak yaitu tidak ada hubungan yang signifikan atau tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan.
DAFTAR PUSTAKA
Abraham & Kumar. (1999). International Family Planning Perspectives. Journal of Sexual Experiences and their Correlates among college student in Mumbay City, India. A Publication of Alan Guttamacher Institute, vol. 25 numbers 3.
Barnett, B. (1992). Need for family life education in Zaire. Journal of Health Science. Dibuka pada website www.fhi.org/en/RH/Wetwork/17_3/n tl1734.htm pada tanggal 3 Maret 2005.
Darulnuman. (2004). Perkembangan
Remaja. Dibuka pada website
www.darulnuman.com pada tanggal
31 Oktober 2004.
Fishbein, M. (1967). Reading in Attitude
Theory and Measurement. USA: John
Wiley and Sons Inc.
Kozier, B., Erb, G., Blais, K., Wilkinson, J.
(1995). Fundamental of Nursing;
Concept, Process and Practice. Menlo
Park: Addison-Wesley.
Kozier, Glenora, Berman, Synder. (2004).
Fundamental of Nursing; Concept,
Process and Practice (seventh
edition). New Jersey: Pearson
Education Inc.
Niven. (2002). Health Pschology: An
Intoduction for Nurses and other
Health Care Profesinalis (second
edition).
London:
Pearson
Profesional Limited.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Purwanto. (1999). Pengantar Perilaku
Manusia untuk Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Roediger III, Rushtin, Capaldi, et al.
(1987). Psychology (second edition).
USA: Little Brown & Company.
Suarakarya. (2004). Remaja paling Rentan
Abaikan Kesehatan Reproduksi.
Dibuka
pada
website
www.suarakarya.com pada tanggal 4
November 2004.
Winghood. (2003). Resiko Film porno bagi
Kehidupan Seks Remaja.
55 Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
Universitas Sumatera Utara