Inspeksi Berkala

IV. Inspeksi Berkala

Untuk dapat menentukan umur layan bangunan yang mengalami korosi secara lebih akurat maka diperlukan data-data mengenai • Kondisi bangunan saat ini • Kecepatan korosi • Beban yang bekerja baik pada masa lalu maupun akan datang

Data-data diatas dapat diperoleh melalui proses inspeksi, khususnya bila inspeksi dapat dilakukan secara berkala. Inspeksi berkala perlu dilakukan mengingat masih terbatasnya tingkat akurasi prediksi umur beton berdasarkan perumusan yang ada. Inspeksi sebaiknya lebih sering dilakukan dengan makin meningkatnya umur struktur beton. Dari hasil inspeksi diharapkan diperoleh data yang lebih spesifik dan mewakili keadaan sesungguhnya dibandingkan data yang didapatkan dari literature.

Proses inspeksi untuk menentukan sisa umur layan bangunan dilakukan dengan melakukan langkah sebagai berikut: • Pengumpulan data-data tentang perencanaan dan pelaksanaan • Pengamatan visual • Pengetesan

o Non-destruktif  Mutu bahan

 Kecepatan korosi o Destruktif  Mutu bahan

 Kecepatan korosi

Pengumpulan data perencanaan bertujuan untuk mendapatkan parameter disain yang dipakai, misalnya beban rencana, mutu bahan rencana, dimensi dll. Sedangkan pengumpulan data pelaksanaan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada disain awal selama masa pelaksanaan dan juga untuk mengumpulkan hasil tes bahan yang dilakukan selama masa pelaksanaan. Pengamatan visual dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat kerusakan yang sudah terjadi dan mengklasifikasikannya. Berdasarkan hasil pengamatan visual, selanjutnya dapat ditentukan lokasi mana yang memerlukan pengetesan lebih lengkap. Pengetesan dilakukan agar diperoleh data parameter yang mempengaruhi sisa umur bangunan secara kuantitatif. Bila jumlah data yang diperoleh cukup banyak maka akan didapatkan pula parameter statistiknya, sehingga memungkinkan dilakukan prediksi umur bangunan dengan cara teori kemungkinan.

ISBN : 978-979-18342-2-3

Pengetesan non destruktif pada umumnya dapat dilakukan dalam jumlah yang cukup banyak karena biayanya relatif murah dan tidak akan mempengaruhi kekuatan struktur. Bila jumlah data cukup banyak maka akan didapat gambaran secara kuantatif dan lebih menyeluruh mengenai kondisi struktur bangunan. Namun demikian uji non-destruktif dianggap mempunyai beberapa kelemahan. Misalnya data dari hasil hammer test hanya dianggap dapat mewakili kondisi kekuatan beton di daerah permukaan, sementara hasil uji ultrasonic (UPV) sangat dipengaruhi keberadaan tulangan dalam beton. Oleh sebab itu uji non-destruktif sebaiknya dilengkapi dengan uji destruktif.

Uji destruktif dilakukan untuk memastikan agar data non-destruktif dapat diinterprestasikan secara lebih baik, yaitu dengan membuat korelasi antara hasil uji non-destruktif dengan destruktif (melakukan proses kalibrasi). Sebagai contoh, uji ultrasonic (UPV) dan hammer test sebaiknya dilengkapi dengan uji tekan hasil benda uji bor inti (cored-drill). Salah satu contoh hasil kalibrasi antara UPV dengan hasil uji tekan core-drilled disajikan pada Gambar 12 sedangkan hasil kalibrasi antara hammer tes dengan hasil uji tekan core-drilled dapat dilihat pada Gambar 13.

P a 310

y = 777.75 - 10.114x R= 0.88309

Kecepatan Rambat Gelombang (m/s)

Gambar 12. Hubungan Antara Hasil UPV dengan Hasil Uji Tekan

a)

y = -322.95 + 9.8888x R= 0.93985

Rebound Number

Gambar 13. Hubungan Antara Hasil Hammer Tes dengan Hasil Uji Tekan

Gambar 12 dan 13 menunjukkan ada korelasi yang cukup baik antara hasil uji destruktif dan non- destruktif. Dengan demikian penggunaan uji non-destruktif untuk keperluan inspeksi dapat dipertanggung- jawabkan secara teknis, asalkan didukung dengan hasil uji destruktif.

Gambar 14 menunjukkan hasil pengukuran tebal cover untuk pelat lantai bangunan gedung dengan memakai alat covermeter. Gambar 13 menunjukkan bahwa tebal cover yang terjadi telah melebihi tebal cover yang disyaratkan yaitu sekitar 20 mm. Dengan adanya kondisi ini maka tebal efektif penampang akan lebih kecil dari yang disyaratkan, sehingga kekuatan lentur penampang juga akan lebih kecil dari kuat lentur yang direncanakan. Namun demikian ketebalan cover yang melebihi dari yang direncanakan akan meningkatkan ketahanan beton terhadap bahaya korosi.

23 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2010

30 mean=36.3 mm;s =4.5 mm; cov=0.13

25 min=30 mm; max=45 mm

Tebal Cover (mm)

Gambar 14. Tebal Cover Beton

Kecepatan korosi dapat ditentukan baik dengan memakai uji non-destruktif maupun destruktif. Pada umumnya dilakukan uji memakai Half-Cell Potential untuk menentukan area mana yang mempunyai tingkat kemungkinan mengalami korosi yang lebih tinggi. Nilai potensial tulangan diukur dengan alat half cell potensial dengan elektroda standar, misalnya Cupri Sulfat (CuS04). Nilai tersebut bisa menunjukkan kondisi korosi baja yang terdapat di dalam beton. Aturan menginterpretasikan hasil pengukuran memakai cara ini disajikan pada Tabel 3. Salah satu contoh hasil pengukuran Hall-Cell Potensial dapat dilihat pada Gambar 15.

Tabel 3. Aturan Hasil Pengukuran Hall-Cell Potensial sesuai ASTM C 876-91 Nilai Potensial

Kondisi Tulangan

> -200 mV Kemungkinan tidak korosi > 90% -200 mV s/d -350 mV

Korosi tidak jelas

< -350 mV Kemungkinan korosi > 90%

Gambar 15. Hasil Pengukuran Half-Cell Potensial

Pengukuran Half Cell Potential yang dikombinasikan dengan pengamatan visual mengenai kondisi bangunan (misalnya adanya retak-retak, bercak-bercak korosi dll) dapat dipakai untuk menentukan lokasi mana yang memerlukan pengukuran korosi secara lebih akurat dengan pengukuran berdasarkan Teknik Polarisasi Linier (Linear Polarization Technique), seperti K. C. Clear’s 3LP dan Geocisa Gecor. Pengukuran ini kemudian dilanjutkan dengan pengambilan logam yang mengalami korosi pada lokasi tertentu dan dilakukan pengukuran kehilangan berat (Weight Loss Method) untuk mendapatkan data kecepatan korosi.

Apabila data-data mengenai kondisi struktur saat inspeksi yang meliputi mutu bahan, beban yang bekerja dan kecepatan korosi telah diperoleh, maka data-data ini selanjutnya akan dipakai sebagai data masukan (input) ke dalam perumusan untuk menentukan kelayakan struktur saat ini dan perkiraan umur struktur beberapa tahun kedepan. Mengingat masih adanya keterbatasan pada model yang dipakai untuk menentukan sisa umur layan bangunan beton pada saat ini, maka prediksi ini sebaiknya dibatasi tidak lebih dari 5-10 tahun kedepan.

ISBN : 978-979-18342-2-3