Pengaruh Sediaan Insektisida dari Ranting Aglaia odorata Lour. (Meliaceae) terhadap Interaksi antara Helicoverpa armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) dan Parasitoidnya, Eriborus argenteopilosus (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae)

PENGARUH SEDIAAN INSEKTTSTDA DARE RANTING Aglaia

odorata LOUR. (MELIACEAE) TERHADAP INTERAKSI
ANTARA Helicove~aarmigera ( ~ N E R (LEPIDOPTERA:
)
NOCTUIDAE) DAN PARASITOIDNYA, Eriborus

argenteopilosus (CAMERON) (HYMXNOPTERA:
ICHNEUMONIDAE)

OLEH:
SAPDI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK

fL


SAPDI. Pengaruh Sediaan Insektisida dari Ranting Aglaia odorata Lour.
(Meliaceae) terhadap Interaksi antara Helicoverpa armigera (Hubner)
(Lepidoptera: Noctuidae) dan Parasitoidnya, Eriborus argenfeopilosus (Cameron)
(Hymenoptera: Ichneumonidae).
Dibimbing oleh DJOKO PRIJONO dan
DAMAYANTI BUCHORI.
Pengujian aktivitas ekstrak metanol ranting Aglaia odorata dan fraksi aktifhya
dilakukan di laboratorium untuk mengetahui toksisitasnya terhadap larva
Helicoverpa armigera dan kompatibilitasnya dengan parasitoid Eriborus
argenteopilosus. Pengujian toksisitas eksh-ak terhadap larva H. armlgera dan
imago betina E. argenteopiiosus dilakukan dengan metode residu pada daun dan
metode kontak, sedangkan pengaruhnya terhadap parasitisasi larva H. armigeru,
enkapsulasi parasitoid pradewasa dalam tubuh inangnya, jumlah sel darah larva H.
armzgera, mortalitas larva terparasit, serta perkembangan clan kebugaran imago
parasitoid diuji dengan metode residu pada daun pada konsentrasi subfetal (LCz5,
Lc50, dan LC~O).
Hasil penetitian menunjukkan bahwa ekstrak ranting A. odorafa dan
rokaglamida memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap larva
armigera
melalui makanan, tetapi efek kontaknya sangat rendah. LCro ektrak A. odorata

dan rokaglamida terhadap larva instar 2 H. armigera melalui makanan adalah 84,9
ppm dan 2,11 ppm. Perlakuan ekstrak pada konsentrasi 80 - 450 ppm melalui
makanan juga memperpanjang lama perkernbangan larva H. armigera yang
bertahan hidup dari instar 2 ke instar 5 selama 1,65 - 3 3 9 hari dibandingkan
kontrol. Selain itu, ekstrak A. odorafapada konsentrasi 10.000 ppm (30 kali LCg5
terhadap inang melalui makanan) relatif tidak toksik secara kontak terhadap
imago betina E. argenteopilosus.
Perlakuan ekstrak ranting A. odorafa pada konsentrasi 50,2 - I27,7 pprn tidak
mempengaruhi tingkat parasitisasi larva H. armigera oleh E. argenteopilosus.
Sebaliknya, perlakuan ekstrak pada konsentrasi 84,9 ppm (LC50) dapat
menurunkan tingkat enkapsulasi parasitoid pradewasa dalam tubuh inangnya dari
8,7% menjadi 3,0%, bahkan perlakuan ekstrak pada konsentrasi 127,7 ppm (LC70)
mampu meniadakan enkapsulasi tersebut. Selain itu, perlakuan ekstrak tersebut
hingga LCT0juga dapat menurunkart jumlah total sel darah larva H. armigera.
Kombinasi perlakuan ekstrak ranting A. odorata pada konsentrasi 127,7 ppm
dengan pemarasitan E. argenteopilosus dapat meningkatkan mortalitas larva
terparasit tiga kali lebih tinggi dibandingkan kontrol. Di samping itu, perlakuan
ekstrak tersebut tidak mempengaruhi lama perkembangan d m kebugaran imago
parasitoid E. argenteopilosus. Dengan demikian, pemaduan kedua komponen
pengendalian tersebut memiliki peluang yang baik untuk dikembangkan dalam

upaya penerapan pengendalian harna H. armigera secara terpadu.

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang bejudul:
Pengaruh Sediaan Insektisida dari Ranting Aglaia odorata Lour.
(Meliaceae) terhadap Interaksi antara Helicoverpa armzgera (Hiibner)
(Lepidoptera: Noctuidae) dan Parasitoidnya, Eriborus argenteopzlosus
(Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae)
adalah bedipublikasikan.

merupakan hasil

karya

saya

sendiri

pemah


Semua surnber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jelas clan dapat diperiksa kebenarannya.

SAPDI
Nrp. 99192

dan belum

PENGARUH SEDIAAN TNSEKTTSTDA DART RANTING Aglaia

odorata LOUR. (MELIACEAE) TERHADAP INTERAKSI
ANTARA Helicoverpa armigera ( ~ B N E R (LEPIDOPTERA:
)
NOCTUIDAE) DAN PARASITOIDNYA, Eriborus

argenteopilosus (CAMERON) (HYMENOPTERA:
ICHNEUMONIDAE)

OLEH:

SAPDI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Entomolo~itopatologi

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: Pengaruh Sediaan Insektisida dari Ranting Aglaia odorata

Lour. (Meliaceae) terhadap Interaksi antara Helicoverpa
armigera

(Hubner)


Parasitoidnya,

(Lepidoptera:

Eriborus

Noctuidae)

argenteopilosus

dan

(Cameron)

(Hymenoptera:Ichneumonidae)
Nama Mahasiswa

: SAPDI

Nomor Pokok


: 99192

Program Studi

: Entomologi/Fitopatologi

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. ~a&avantiBuchori, M.Sc.
fQwgota

MA~SC.
Ir. ~ i o k ~riionb,
o
Ketua

Mengetahui,


2. Ketua Program Studi

gram Pascasarjana

da Manuwoto, M Sc.

Tanggal Lulus : 3 1 Januari 2002

Penulis dilahirkan di Desa Tanjung Pura, Kabupaten Aceh Tengah pada
tanggal 15 November 1964, sebagai anak keenam dari sepuluh bersaudara dari
pasangan almarhum Muhammad Kasah dan almarhumah Siti Ara.
Penulis menamatkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pada SMA Negeri I
Takengon, Aceh Tengah pa& tahun 1984.

Pada tahun yang sama, penulis

melanjutkan pendidikan pada Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala
(Unsyiah), Banda Aceh. Penulis memilih Jurusan Hama clan Penyakit Turnbuhan
(HPT) dengan spesialisasi Ilmu Hama Tumbuhan, dan berhasil meraih gelar
Sarjana Pertanian pada tahun 1990.

Sejak pertengahan tahun 1990, penulis menjadi Asisten Dosen pada
Jurusan HPT, Fakultas Pertanian Unsyiah, khususnya &lam
Entomologi Umum.

mata ajaran

Selanjutnya pada tanggal 1 Maret 1993, penulis diangkat

menjadi Staf Pengajar tetap pada fakultas dan jurusan yang sama sampai
sekarang.
Penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan

S2

tahun

1999 pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan Program Studi
Entomologi/Fitopatologi. Pada jenjang ini penulis mendapat bantuan biaya dari

Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,

Departemen Pendidikan Nasional.

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu
Wata'ala, atas rahrnat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan penulisan tesis ini.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi
pembimbing yang terdiri dari Ir. Doko Prijono, MAgrSc. sebagai ketua dan Dr.
Ir. Damayanti Buchori, M.Sc. sebagai anggota, atas bimbingan dan pengarahan
yang telah diberikan mulai penyusunan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian

d m penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disarnpaikan kepada Ditjen
Dikti, Rektor IPB, Direktur Program Pascasarjana IPB dan seluruh Staf Pengajar
Program Studi Entomologi/Fitopatologi,yang telah memberi kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Entomologi/Fitopatologi.
Teriring do'a buat Ayah dan Ibunda yang tidak sempat menyaksikan karya
ini, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya buat isteri dan putri
tercinta, serta seluruh anggota keluarga yang selalu mendo'akan penulis dalarn
penyelesaian studi. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Agus
Sudrajat, M. Yusuf, Endang, Danar Dono, Sudarmo, Edy Syahputra, dan Erwin
yang telah banyak membantu baik tenaga maupun pengarahan dan pengolahan

data. Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari yang
Maha Kuasa.
Bogor, Januari 2002
Penulis

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ...........................................................................................

...

Vlll

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

X

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xi

I. PENDAHULUAN UMUM ........................................................................

1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................

1

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................

4

1.3 Daftar Pustaka ......................................................................................

4

I1. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

7

2.1 Sejarah Perkembangan Pemakaian InsekSisida Botani .........................

7

2.2 Potensi Aglaia odorata Sebagai Surnber Insektisida Botani ................

10

2.3 Helicoverpa annigera ..........................................................................

14

2.4 Eriborus argenreopilosus.....................................................................

17

2.5 Pengaruh Insektisida Botani Terhadap Interaksi Inang Parasitoid.......

20

2.6 Daftar Pustaka .....................................................................................

22

111. KOMPATIBILITAS EKSTRAK RANTING Aglaian odorata LOUR .
(MELIACEAE) DENGAN PARASITOID Eriborus argenteopilosus
(CAMERON) (HYMENOPTERA: ICHNEUMANIDAE) PADA

.....................
INANG Helicoverpa armigera ( ~ N E R NOCTUIDAE)
:
3.1 Abstrak .................................................................................................
3.2 Pendahuluan .........................................................................................

3.3 Bahan dan Metode ................................................................................

3.3.1 Perbanyakan Tanaman Brokoli ...................................................
3.3.2 Pemeliharaan Serangga Uji .........................................................
3.3.3 Ekstraksi Ranting A . odorata ......................................................

..

3.3.4 Metode Uji Hayati .......................................................................
3.4 Hasil dan Pembahasan.........................................................................

3.4.1 Pengaruh Ekstrak Ranting A. odorafa dan Rokaglamida
terhadap Mortalitas Larva H . armigera.......................................

28

3.4.2Pengaruh Ekstrak Ranting A . odwata terhadap Imago Betina E.
argenteopilosus ...........................................................................
3.4.3 Pengaruh Ekstrak Ranting A . odorata terhadap Parasitisasi
Larva H. armigera oleh E. argenteopilosus ................................
3.4.4 Pengaruh Ekstrak Ranting A . odorata terhadap Enkapsulasi
Telur dan Larva E. argenteopilosus dalarn Tubuh Larva H.
armigera ......................................................................................
3.4.5 Pengaruh Ekstrak Ranting A . odorata terhadap Jumlah Total
Sel Darah Larva H. armigera ......................................................
3.5 Kesimpulan...........................................................................................
3.6 Daftar Pustaka ......................................................................................

IV KEBUGARAN PARASITOID Eriborus argenfeopidosus(CAMERON)
(HYMENOPTERA: ICHNEUh4ANIDAE) YANG BERKEMBANG
PADA INANG Helieoverpa armigera ( m N E R : NOCTUIDAE)

Y A N G DIBERl PERLAKUAN EKSTRAK RANTING Aglaian odorata
LOUR . (MELIACEAE) ............................................................................
4.1 Abstrak .................................................................................................
4.2 Pendahuluan .........................................................................................
4.3 Bahan dan Metode ................................................................................
3.3.1 Perbanyakan Tanaman dan Pemekiharaan Serangga Uji .............
..

3.3.2 Metode Uj1 Hayati .......................................................................
4.4 Hasil dan Pembahasan .........................................................................
4.4.1 Pengaruh Ekstrak Ranting A . odorata terhadap Perkembangan
dan Lama Hidup E. argenteopidosus ...........................................
4.4.2 Pengaruh Ekstrak Ranting A . odorata terhadap Reproduksi
Parasitoid E. argenteopilosus ......................................................
4.4.3 Pengaruh Ekstrak Ranting A . odorata terhadap Karakter
Morfologi Parasitoid E. argenfeopilosus.....................................
4.5 Kesimpulan...........................................................................................
4.6 Daftar Pustaka .....................................................................................
V PEMBAHASAN UMUM ...........................................................................

VI KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................
6.1 Kesimpulan...........................................................................................
6.2 Saran .....................................................................................................
LAMPIRAN ..................................................................................................

DAFTAR TABEI,
Halaman
Parameter regresi probit hubungan konsentrasi ekstrak ranting A.
odorata dengan tingkat mortalitas larva H. armigera ............................
Pengaruh ekstrak ranting A. odorata terhadap lama perkembangan
larva H. armigera dari instar 2 hingga instar 5 ......................................
Pengaruh rokaglamida terhadap lama perkembangan larva H. armigera
dari instar 2 hingga instar 5 ....................................................................
Pengaruh ekstrak ranting A. odorata terhadap mortalitas imago betina
E. Argenfeopilosus...................................................................................
Pengaruh ekstrak A. odorata terhadap parasitisasi larva H. armigera
oleh E. argenteopilosus ...........................................................................
Pengaruh ekstrak A. odorata terhadap enkapsulasi telur dan larva E.
argenteopilosus dalam tubuh H. armigera..............................................
Pengaruh ekstrak ranting A. odorata terhadap jumlah total sel darah
larva H. annigera ....................................................................................
Pengaruh ekstrak ranting A. odorata terhadap lama perkembangan
pradewasa E. argenteopilosus ...............................................................
Pengaruh ekstrak ranting A. odorata terhadap lama hidup imago E.
argenteopilosus .....................................................................................
Pengaruh ekstrak ranting A. odorata terhadap mortalitas larva H.
armigera terparasit .................................................................................
Pengaruh ekstrak ranting A. odorafaterhadap kapasitas reproduksi
imago E. argenteopiIosus .......................................................................
Pengaruh ekstrak ranting A. odorata terhadap kapasitas reproduksi
imago E. argenfeopilosus .....................................................................
Pengaruh ekstrak ranting A. odorata terhztdap karakter morfrologi
imago E. argenteopilosus .....................................................................

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Senyawa turunan rokaglamida yang diisolasi dari A. odorata beserta
toksisitasnya terhadap Spodoptera littoralis (Nugroho & Proksch
1999a, 1999b; Nugroho et al. 1999) .......................................................

12

Senyawa turunan non rokaglamida yang diisolasi dari A. odorata
(Nugroho & Proksch 1999a, 1999b; Nugroho et al. 1999) . . . . . . . . . . . . . .

13

3.1

Skema prosedur ekstraksi ranting A. odorata dan fraksinasi ekstrak .....

35

3.2

Mortalitas kumulatif l a v a H. armigera yang diberi makan daun
berperlakuan ekstrak ranting A. odorata selama 7 2 jam ........................

41

3.3

Persentase superparasitisasi E. argenteopilosus pada larva H. armigera

41

4.1

Perkembangan jurntah telur yang diletakkan imago betina E.
argenteopilosus yang muncul dari larva H. nrmigera yang diberi
perlakuan ekstrak ranting A. odorata .....................................................

64

2.1

2.2

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Foto AgIaia odorata: (a) pohon, (b) daun dan ranting .......... . . ....... . . . ....... . .

82

2

Foto Helicoverpa armigera: (a) telur, ( b )larva, (c) pupa, (d) imago.........

82

3

Foto Eriborus argenteopilosus: (a) telur normal, (b) telur terenkapsulasi,
(c) larva normal, (d) larva terenkapsulasi, (e) pupa, (f) imago betina, (g)
imago jantan ....... . .......... . . ......... . . ......... . . ......... . . ......... . . ........ . . ......... . ........ . . .

82

I. PENDAHULUAN UMUM
1.1 Latar Belakang
Untuk menunjang penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) terhadap
Helicoverpa armigera (Hiibner) (Lepidoptera: Noctuidae) diperlukan sarana

pengendalian yang efektif terhadap hama tersebut tetapi aman terhadap musuh
alaminya.

Salah satu alternatif yang layak mendapat perhatian ialah bahan

insektisida dari tumbuhan (insektisida botani) karena insektisida golongan ini
secara urnum relatif aman terhadap musuh alami (Schmutterer 1997; Hedin &
Hollingworth 1997).
Insektisida botani umumnya lebih bersifat sebagai racun perut sehingga
peluang bahan tersebut membunuh musuh alami secara kontak cukup kecil, di
samping tingkat persistensinya yang singkat sehingga tidak dikhawatirkan
rneninggalkan residu pada hasil panen (Prijono 1999).

Misalnya, ekstrak biji

srikaya (Annona squamosa) relatif aman terhadap imago parasitoid Diadegma
semiclausurn (Hellen) (Hymenoptera: Ichneumonidae) (Buchori et al. 1999),

ekstrak

biji

Aglaia

hannsiana

kompatibel

dengan

parasitoid

Eriborus

argenteopilosus (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae) (Danar Dono et ad.

1998) dan ekstrak ranting Aglaia odorata dapat menumdcan enkapsulasi telur dan
larva E. argenteopilosus pada inang Crocidolomia pavonana

(F.) (Sin.

Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae) (Sudarmo 2001). Dengan

cukup amannya bahan insektisida tersebut terhadap musuh alami, diharapkan
populasi hama residu dapat ditekan lebih lanjut oleh musuh alami ta& (Prijono
1999).

2
Meskipun banyak laporan yang menunjukkan bahwa insektisida botani
relatif aman terhadap musuh alami, sebagian senyawa sekunder yang berasal dari
tumbuhan dapat berdampak negatif terhadap musuh alami. Campbell & Duffey
(1979) melaporkan bahwa a-tomatin
perkembangan

parasitoid

Hyposoter

memiliki dampak negatif terhadap
exigua

(Viereck)

(Hymenoptera:

Ichneumonidae). Selain itu, nikotin juga berdampak negatif terhadap parasitoid
Cotesia congregata (Barhosa et al. 1991). OIeh sebab itu, dalam pengembangan

insektisida botani perlu dilakukan pengujian terhadap musuh alami terrnasuk
parasitoid, yang hasilnya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penerapan
insektisida tersebut &lam PHT Phalimi et al. 1999).
Hasil penelitian selama dasawarsa terakhir menunjukkan bahwa tanaman
genus Aglaia merupakan sumber insektisida botani yang potensial (Satasook et al.
1994; Nugroho et al. 1997a, 1997b). Satasook et al. (1994) melaporkan bahwa
ekstrak metanol daun 16 spesies Aglaia (dari 26 spesies yang diuji) bersifat
insektisida terhadap larva Peridrorna saucia (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae).
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa dari sembilan spesies Aglaia yang diuji
terhadap berbagai jenis larva Lepidoptera, tujuh di antaranya memiliki aktivitas
menghambat pertumbuhan dan A. odorata merupakan yang paling aktif (Isman
1995).
Dari tanaman A. odorata telah berhasil diisolasi d m diidentifikasi
sebanyak 15 jenis senyawa aktif yang semuanya merupakan turunan dari senyawa
benzofuran rokaglarnida (Nugroho & Proksch 1999). Baru-baru ini, Sudarrno
(2001) melaporkan bahwa ekstrak ranting A. odorata memiliki aktivitas
insektisida yang kuat terhadap larva C. pavonana dengan LC50 0,08%. Dari hasil

3

penelitian lain dilaporkan bahwa perlakuan ekstrak etanol ranting A. odorata
melalui makanan pada konsentrasi 0,5% mengakibatkan kematian larva instar 2 C.
pavonana sebesar 98,7% (Prijono e6 al. 2001).

Senyawa rokaglamida (golongan benzofinan) telah diidentifikasi sebagai
senyawa insektisida utama dalarn daun dan ranting A. odorata (Ishibashi et ai.
1993). Senyawa tersebut memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap larva
Spodoptera litura (F.) (Lepidoptera: Noctuidae) (EC5o

dengan azadirachtin (ECso

=

=

0,33 ppm) dan setara

0,24 ppm) (Isman et al. 1997). Beberapa senyawa

turunan benzofuran seperti rokaglamida dan didesmetilrokaglamidajuga memiliki
toksisitas yang kuat terhadap larva S. liftoralis dengan LC50 masing-masing 0,9
ppm dan 0,8 ppm, yang sebanding dengan LC50 azadirachtin (0,9 ppm).
Meskipun aktivitas insektisida A. odorata terhadap berbagai jenis hama
sasaran telah banyak diketahui, pengaruhnya terhadap interaksi larva H. armigera
dan parasitoidnya, Erihorus argenteopilosus, belum pernah dilaporkan. Pengujian
ini dlanggap penting karena larva H. armzgera merupakan hama polifag yang
dapat menimbulkan kerusakan yang cukup besar pada berbagai jenis tanaman,
terutama kapas dan tomat (Kalshoven 1981).

La Daha et at. (1998) melaporkan

bahwa E. argenteopilosus merupakan parasitoid yang paling dominan ditemukan
memarasit larva H. armigera pada tomat.

Selain itu, tingkat enkapsulasi

parasitoid pradewasa dalam tubuh inang tersebut sangat rendah, yaitu

4,03Oh

(Anindhita 2000), sehingga sangat berpotensi untuk diberdayakan dalam
pengendalian hama tersebut.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji: 1) pengaruh ekstrak A. odorata
terhadap mortalitas larva H. arrnigera, 2) toksisitas kontak ekstrak A. odorata
terhadap imago betina E. argenteopilosus, 3) penganrh ekstrak A. odorata
terhadap tingkat parasitisasi larva H. armigera oleh E. argenteopilosus, 4)
pengaruh ekstrak

A. odorata terhadap tingkat enkapsulasi telur dan larva

parasitoid dalam tubuh larva H. armigera, 5) pengaruh ekstrak A. odorata
terhadap jumlah total sel darah larva H. armigera, 6) pengaruh ekstrak A. odoruta
terhadap mortalitas larva H. armigera terparasit, dan 7 ) pengaruh ekstrak A.
odorata

terhadap

lama

perkembangan

dan

kebugaran

parasitoid

E.

argenteopilosus.

Hasil penelitian ini &harapkan &pat memberikan informasi tentang
aktivitas insektisida ekstrak ranting A. odorata dan senyawa aktifnya terhadap
larva H. armigera serta kompabilitasnya dengan parasitoid E. argenteopilosus.
1.3 Daftar Pustaka

Anindhita K. 2000. Oviposisi, enkapsulasi dan keberhasilan hidup parasitoid
Erzborus argenteopilosus (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae) pa&
inang Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae), Spodoptera
iitura (Fabr.) dan Helieoverpa armigera (Hiibn.) (Lepidoptera: Noctuidae)
(skripsi). Bogor: Jurusan HPT Faperta IPB.
Barbosa P. Gross P & K e m ~ e J.
r 1991. Influence of ~ l a nallelochemicals
t
on the
tobacco homworm and its parasitoid, Cotesia congregata. Ecology 72:
1567-1575.
Suchori D, Prijono D, Krisnawati R, Istiaji B, Fahrizal A. 1999. Pengaruh ekstrak
srikaya (Anona squamosa) pada dosis subletal terhadap kesesuaian
PZutelZa xylostella (L) bagi perkembangan Diadegma semiclausum Hellen.
Panduan Seminar dan Kumpulan Abstrak Seminar Nasional Peranan
Entomologi dalarn Pengendalian Hama yang Ramah Lingkungan dan
Ekonomis. Bogor 16 Februari 1999.

Campbell BC, Duffey SS. 1979. Tomatine and parasitic wasps: potential
incompatibility of plant antibiosis with biological control. Science 205:
700-702.
Dhalimi A, Sitepu J, Soetopo D. 1999. Status dan perkembangan penelitian
pestisida nabati. Di dalam: Soetopo, D. et al., editor. Prosiding Forum
Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida Nabati; Bogor, 9 - 10 Nop
1999. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanarnan Perkebunan.
hlm 33-46.
Danar Dono, Prijono D, Manuwoto S, Buchori D. 1998. Pengaruh ekstrak biji
Aglaia harmsiana Perkins (Meliaceae) terhadap interaksi antara
Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae) clan parasitoidnya,
Eriborus argenteopilosus (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae). Sul
HPT 1:38-46.
Hedin PA, Hollingworth RM. 1997. New applications for phytochemical pestcontrol agents. Di dalam: Hedin PA, Hollingworth RM, Masler EP,
Miyamoto J, Thomson DG, editor. Phytochemicals for pest control.
Washington DC: ACS. hlrn 1-12.
Ishibashi F, Satasook C, Isman ME, Towers GHN. 1993. Insecticidal 1 Hcyclopentatetmhydro[b]benzofiuans fkom AgEaia odorata. Phytochemistry
32:307-3 10.
Isman MB. 1995. Leads and prospects for the development of new botanical
insecticides. Rev Pestic Toxic01 3: 1-20.
Isrnan MB, Gunning PJ, Spollen KM. 1997. Tropical timber species as sources
of botanical insecticides. Di dalam: Hedin PA, Hollingworth RM, Masler
EP, Miyamoto J, Thomson DG, editor. Phytochemicals for pest control.
Washington DC: ACS. hlm 27-37.
Kalshoven LGE. 1981. The pests of crops in Indonesia. van der Laan PA,
penerjemah. Jakarta: PT Ichtiar Baru - Van Hoeve. Terjemahan dari: De
plagen van de cultuurgewassen in Indonesie.
La Daha, Rauf A, Sosromarsono S, Kartosuwondo U, Manuwoto S. 1998. Ekologi
Helieoverpa armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) di pertanaman
tomat. Bul HPT lO(2): 10-16.
Nugroho BW, Proksch P. 1999. Insektisida botani dari tanaman Aglaia odorata
(Meliaceae). Di dalam: Soetopo, D. et al., editor. Prosiding Forum
Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida Nabati; Bogor, 9 - 10 Nop
1999. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan.
hlrn 96-102.

Nugroho BW, Edrada RA, Giissregen B, Wry V, Witte L, Proksch P. 1997a. New
insecticidal rocaglamide derivatives from Aglaia duperreuna (Meliaceae).
Phytochemistry 44: 1455-1461.
Nugroho BW, Giissregen B, Wry V, Witte L, Bringmann G, Proksch P. 199%.
New insecticidal rocaglamide derivatives from AgZaia eliptica and AgZaia
harmsiana (Meliaceae). Phytochemistry 45: 1579-1585.
Prijono D. 1999. Prospek dan strategi pemanfaatan insektisida alami dalam PHT.
Di dalam: Nugroho BW, Dadang & P~ijonoD, editor. Bahan Pelatihan
Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami, Bogor 9-13 Agustus
1999. Bogor: Pusat Kajian PHT IPB. hlm 1-7.
Prijono D, Simanjuntak P, Nugroho BW, Sudarrno, Puspitasari S. 2001.
Insecticidal activity of extracts of Aglaia spp. (Meliaceae) against the
cabbage cluster caterpillar, Crocidolorniu binotalis (Lepidoptera:
Pyralidae). J Perlind Tan Ind 7(2):70-78.
Satasook C, lsrnan ME3, Ishibashi F, Medbury S, Wiriyachitra P, Towers GHN.
1994.
Insecticidal bioactivity of crude extracts of Aglaia species
(Meliaceae). Biochem System Ecol22: 12 1-127.
Schmutterer H, editor. 1995. The neem tree Azadirachta indica A. Juss. and
other meliaceous plants: sources of unique natural products for integrated
pest management, medicine, industry and other purposes. Weinheim:
VCH.
Schmutterer H. 1997. Side-effects of neem (Azadirachta indica) products on
insect pathogens and natural enemies of spider mites and insects. J Appl
Entomol 121: 121-128.
Sudarmo. 2001. Pengaruh ekstrak AgZaia odorata Lour. (Meliaceae) dan
senyawa aktifnya terhadap Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera:
Noctuidae) dan parasitoidnya, Eriborus argenteopilosus (Cameron)
(Hymenoptera: Ichneumonidae) (tesis). Bogor: Program Pascasarjana
LPB.

2.1 Sejarah Perkembangan Pemakaian Insektisida Botani
Sejak ribuan tahun yang lalu orang telah mengetahui bahwa tumbuhan
mengandung senyawa-senyawa yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kesehatan dan menyembuhkan berbagai jenis penyakit.

Selain itu beberapa

spesies tumbuhan tertentu menunjukkan ketahanan yang lebih tinggi terhadap
serangan

serangga

dibandingkan

spesies

turnbuhan

lainnya

(Hedin

&

Hollingworth 1997).
Sebelum insektisida sintetik banyak digunakan, ada tiga jenis insektisida

dari tumbuhan (insektisida botani) yang telah diproduksi secara komersial dan
digunakan secara luas untuk mengendalikan hama di berbagai bagian dunia, yaitu
sediaan berbahan &if

piretrin dari bunga Chrysanthemum cinerariaefoliurn

(piretnun), nikotin dari daun Nicorina spp. (tembakau dan kerabatnya), dan
rotenon dari akar Derris spp. (tuba dan kerabatnya) (Prijono 1999). Dengan
perkembangan iKmu kimia modern, banyak senyawa &if

yang berasal dari

tumbuhan telah dapat diisolasi dan diidentifikasi serta penelitian secara tersistem
tentang produk alami yang melindungi tanaman dari serangan hama telah intensif
dilakukan (Hedin & Hollingworth 1997).
Sejak awal tahun 1950-an, tumbuhan dari famili Meliaceae mendapat
perhatian yang sangat besar dari para peneliti karena tumbuhan famili tersebut
diketahui memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber insektisida
botani (Jacobson 1989). Famili Meliaceae terdiri dari sedikitnya 30 genus yang
mencakup 270 spesies yang persebarannya meliputi daerah tropik hingga sub-

8

tropik (Pannell 1992). Sekarang diketahui bahwa tidak kurang dari 50 spesies
Meliaceae memiliki aktivitas insektisida, attractant, repellent, antifeedant,
penghambat perkembangan, atau menekan reproduksi serangga (Mikolajczak et
al. 1989; Isman et al. 1995; Schmutterer 1995).
Mimba (Azadirachta indica) merupakan anggota Meliaceae yang paling
banyak diteliti.

Pada saat ini di beberapa negara seperti India dan Amerika

Serikat telah tersedia beberapa produk insektisida komersial dari biji mimba
(Schmutterer 1995).

Tanarnan ini memiliki bahan aktif utama azadirakhtin

(golongan limonoid) yang memiliki aktivitas insektisida, antifeedant, penghambat
perkembangan dan penekanan reproduksi serangga. Sediaan mimba telah diuji
dan dilaporkan aktif terhadap sedikitnya 400 spesies serangga yang meliputi ordo

Lepidoptera,
Homoptera,

Diptera,

Orthoptera,

Blattodea, Dermaptera,

Hemiptera,

Coleoptera,

Siphonaptera,

Isoptera,

Phthiraptera, dan Phasmida (Schmutterer & Singh 1995).

Hymenoptera,
Thysanoptera,

Sediaan insektisida

mimba terutama efektif terhadap serangga pemakan daun seperti ordo Orthoptera,
larva Lepidoptera, dan Coleoptera. Lebih jauh Isman et al. (1995) melaporkan
bahwa terdapat 14 genus dari famili Meliaceae yang telah diketahui memiliki
aktivitas

insektisida

yaitu

Aglaia,

Azadirachta,

Cedrela,

Chickrassia,

Chisocheron, Oysoxylum, Khaya, Lansium, Melia, Saudoricum, Swzetenia, Toona,
Trichilia, dan Turraea.
Di antara spesies Mcliaceae yang telah dilaporkan bersifat insektisida,
senyawa triterpenoid (lirnonoid) umumnya merupakan senyawa yang bertanggung
jawab terhadap bioaktivitas tersebut, sedangkan pada marga Aglaia, senyawa

9

insektisida utama termasuk golongan benzofuran (Isman et al. 1995; Nugroho &
Proksch 1999a, 1999b).
Marga Agfaia merupakan anggota farnili Meliaceae setelah mimba yang
banyak diteliti sifat insektisidanya dalam beberapa tahun terakhir ini (Champagne
et a/. 1989; Ishibashi e b al. 1993; Janprasert et al. 1993; Hartati & Prijono 1994;

Prijono et al. 1995). Hasil pengujian sifat insektisida 19 spesies Aglaia yang
terdapat di Indo-Malaysia, Cina Selatan dan Kepulauan Pasifik menunjukkan
bahwa

spesies-spesies Agla~a tersebut

mempunyai

aktivitas

penghambat

perturnbuhan yang kuat terhadap larva P. saucia (Satasook et al. 1994).
Salah satu spesies Aglaza yang berpotensi sebagai surnber insektisida
botani adalah A. odorata.

Tanaman ini telah terbukti memiliki aktivitas

insektisida yang baik dan tingkat aktivitasnya setara dengan senyawa azadirakhtin
dari tanaman mimba (Koui er al. 1997; Nugroho & Proksch 1999a). Ekstrak
beberapa bagian tanarnan tersebut (terutarna dari dam, ranting, dan bunga)
mengandung senyawa aktif rokaglamida (golongan benzofuran) dan beberapa
senyawa turunannya yang terbukti efektif sebagai antifeedant, penghambat
perkembangan, dan insektisida (Janprasert et al. 1993; Koul et al. 1997; Nugroho
& Proksch 1999a, 1999b).

Di Indonesia A. odorata memililu potensi untuk dikembangkan sebagai
sumber insektisida. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa selain aktivitas
insektisidanya yang sebanding dengan mimba, ketersediaan tanarnan A. odorata
melimpah di lapangan karena dapat tumbuh dengan baik pada kisaran kondisi
lingkungan yang luas (Nugroho 1999; Prijono 1999).

2.2 Potensi Aglaia odorata Sebagai Sumber Iosektisida Botani
A. odorata dikenal sebagai tanaman culan yang persebarannya sangat luas

dan dapat tumbuh pa& kisaran kondisi lingkungan yang beragam (Pannell 1992).

Tanaman ini diperkirakan berasal dari Cina, tetapi sudah lama dibudidayakan di
Indonesia dan telah beradaptasi dengan iklim tropik. Tanaman ini dikenal dengan
nama pacar cina atau kemuning cina (Indonesia), culan atau cacar cino
(Jawa/Sunda), bhangcar cena (Madura) (Suryowinoto 1997).
Tanaman A. odorata berbentuk perdu dengan tinggi 2

-

5 m, tetapi ada

juga yang berupa pohon dengan tinggi mencapai 10 m dan biasanya ditanam
sebagai peneduh atau tanaman hias.

Daun berbentuk bulat telur terbalik

mernanjang, kaki daun meruncing (panjang 1,5

-

11 cm, lebar 1 - 7 cm), anak

daun 3 - 9 helai, tangkai d a m utama menyempit. Bunga berkelamin satu dalam

malai yang rapat, bunga jantan dan betina bentuknya sama dengan panjang 2 - 2,5
mm dan berwarna kuning. Bunga tanaman ini sering digunakan sebagai pewangi
pakaian dan penambah aroma minuman teh (Pannel 1992; Suryowinoto 1997).
Dalarn sepuluh tahun terakhir ini para peneliti yang bekerja di bidang
pengembangan insektisida botani memberikan perhatian yang serius terhadap sifat
insektisida A. odorata.

Untuk pertama kali Chiu (1985) melaporkan bahwa

ekstrak aseton daun dan ranting A. odorafa bersifat sebagai anfrfeedant dan
penghambat perkembangan Pieris rapae (L.) (Lepidoptera: Pieridae), Spodoptera
litura (F.) (Lepidoptera: Noctuidae), dan Mythimna separa ( L . ) (Lepidoptera:

Pieridae).

Champagne et al. (1989) juga melaporkan bahwa toksisitas (LC5o)

elctrak metanol daun A. odorata melalui makanan buatan terhadap larva instar 1
Peridroma saucza tiga kali lebih rendah, namun daya menghambat pertumbuhan

(ECjo) satu setengah kali lebih tinggi dibanding ekstrak metanol daun Azudirachta
indica.

Penelitian lain menunjukkan ekstrak metanol daun A. odorata pada

konsentrasi 0,2% dalam makanan buatan mampu menghambat perkembangan
larva P. saucia (Satasook ef al. 1994). Ekstrak ranting A. odorutu juga memiliki
aktivitas yang kuat terhadap larva C. pavonana. H a i l pengujian ekstrak ranting
tanaman tersebut pada konsentrasi 0,25

- 0,50%

dapat mematikan larva instar 2 C.

pavonana lebih dari 95% (Prijono et al. 1999; Sudarmo et al. 1999; Prijono et al.

2001).
Janprasert et al. (1993) telah berhasil mengisolasi senyawa aktif dari
ekstrak metanol ranting A. odorata dan diidentifikasi sebagai rokaglamida. Selain
itu, rokaglamida dan tiga senyawa turunannya juga telah berhasil diisolasi dari
daun A. odorutu yaitu desmetilrokaglamida, meti1 rokaglat, dan rokaglaol
(Ishibashi ef al. 1993).
Sampai sekarang, dari tanaman A. odorata (terutama dari daun, bunga,
ranting dan kulit batang) telah berhrtsil diisolasi sebanyak 15 jenis senyawa aktif
yang semuanya merupakan senyawa turunan rokaglamida [I-151 (Gambar 2.1)
(Nugroho & Proksch 1999a, 1999b; Nugroho et al. 1999). Kelimabelas senyawa
tersebut tidak selalu ditemukan pada bagian tertentu tanaman. Selain itu beberapa
senyawa lainnya seperti turunan benzopiran, aminopirolidin odorin dan odorinol,
siringaresinol dan beberapa turunan flavonoid (Gambar 2.2) juga telah berhasil
diisolasi dari tanaman A. odorata, tetapi tidak memiliki aktivitas insektisida.
Rokaglamida

mempunyai

aktivitas

insektisida

clan

penghambat

pertumbuhan terhadap larva P. saucia, S. litura, dan S. litforalis (Satasook et al.
1992; Ishibashi et al. 1993; Janprasert et aL 1993; Nugroho & Proksch 1999a).

Senyawa Turunan Rokaglamids [ I - 151

RI

R2

R3

Percobaan
makan
LCso ECso
( P P ~(wm)
)

kb
b, d, kb, r
kb, r
b, r
kb
kb, r
b
kb
bg, d
kb
kb, r

b
d
kb
bg, d, r
a

b: bunga; d: daun, kb: kulit batang; r: ranting

Gambar 2.1 Senyawa iumnan rokaglamida yang diisolasi dari A. odorafa beserta
toksisitasnya terhadap Spodoptera littoralis (Nugroho & Proksch
1999a, 1999b; Nugroho et al. 1999)

Aglain 1
IH-3a, H-431

Odorin

3',3-Dihydrox 4',5,7trimetroxyftivon

Odorinol

3'-Hydroxy-3',5,7tnmetroxyflavon

Syringaresinol

3',3-Dihydroxy-4',4',5,7trimetroxyflavon

Gambar 2.2 Senyawa turunan non rokaglamida yang diisolasi dari A. odorata
(Nugroho & Proksch 1999b; Nugroho et al. 1999)

14

Senyawa tersebut menghambat perkembangan larva P. Saucia dengan EC5o = 1,37
ppm, mematikan larva instar 4 secara topikal dengan LC50 = 0,32 pg per larva dan
secara oral dengan L I C =
~ ~0,34 pg per larva.

LC50

senyawa tersebut terhadap

larva instar 3 S. litura melalui makanan adalah 4,8 ppm (Janprasert et a/. 1993).

2.3 Helicoverpa armigera
H. armigera memakan berbagai spesies tanaman dari genus dan famili

yang berbeda.

Tanaman inang serangga ini antara lain tomat, kubis, brokoli,

buncis, kacang panjang, dan jagung (Kalshoven 1981). Lebih jauh Zalucki et al.
(1986) melaporkan bahwa H. armigera merupakan salah satu hama yang paling
banyak merugikan di banyak bagian belahan bumi. Hama ini dapat menyerang 60
spesies tanaman yang tergolong dalam 47 famili.

Serangga ini juga dapat

dijumpai pada 93 jenis tumbuhan liar yang tidak dibudidayakan (Gu & Walter
1999).
Di Indonesia serangga hama ini dapat dijumpai dari dataran rendah

hingga ketinggian 2000

m di atas permukaan laut dan salah satu tanaman

budidaya yang sering mengalami kerusakan berat oleh H. armigera adalah tomat
(Kalshoven 1981). La Daha et al. (1998) melaporkan bahwa pada tamman tomat,
ngengat hama ini mulai rnenginvasi pertanaman pada minggu ketiga setelah
tanam. Populasi telur tertinggi (kerapatan 3,l butir per 4 tanaman) dijumpai pada
saat tanaman berumur 40 - 50 hari setelah tanam. Periode ini merupakan puncak
populasi bunga mekar tanaman tomat. Puncak populasi larva (5,3 ekor larva per
4 tanaman) tejadi pada saat tanaman berumur 64 hari setelah tanam. Selain itu
pengamatan lapangan menunjukkan adanya preferensi makan di antara berbagai

15

instar larva H. armigera. Larva instar 1 dan 2 lebih sering ditemukan makan pada
daun atau kadang-kadang pada kuncup bunga. Hal ini berbeda dengan instar 3
sampai 5 yang lebih menyukai makan pada buah tomat. S e l m a hidupnya seekor
larva H. armigera mampu menyerang sekitar 6 - 8 buah tomat.
Dalam berbagai tulisan, genus Helicoverpa sering dsinonimkan dengan
Heliothis.

Akan tetapi, dengan analisis filogenetik dan morfolog~dibuktikan

bahwa Helicoverpa merupakan suatu kelompok di antara kompleks Heliothis yang
memiliki karakter yang unik (Mitter e# al. 1993). Sampai saat ini larva beberapa
spesies Helicoverpa belurn dapat dibedakan dengan jelas.
Pada umumnya telur Helicoverpa spp. berbentuk bulat dengan diameter
sekitar 0,5 rnm, berwarna bening pada s a t diletakkan, selanjutnya menjadi
kekuningan dan akhirnya berbintik hitam ketika akan menetas (Zalucki et al.
1986; Setiawati 1991). Di Lembang, pada kondisi laboratorium dengan suhu
18" - 28 OC, penetasan telur H. armigera terjadi 10-18 hari setelah diletakkan
(Setiawati 1991). Telur diletakkan dalam jumlah besar pada permukaan atas
tanaman inang dan kadang-kadang dijumpai tertutup benang sutera yang
dihasilkan betina. Seekor imago betina dapat meletakkan telur sekitar 1000 butir
(Kalshoven 1981).
Pada tanaman jagung, larva instar 1 bergerak ke bawah dan menggerek ke
&lam bagian buah. Selanjutnya larva-larva tersebut bergerak lebih jauh ke bawah
dan memakan biji-biji muda. Larva bersifat kanibal sehingga jarang ditemukan
dua atau lebih individu pada bagian tanaman yang sama (Zalucki et al. 1986).
Stadium larva H. armigera bervariasi, antara lain dipengaruhi oleh jenis tanaman
inang dan suhu. Larva yang dipelihara pada kacang buncis segar terdiri dari 5

16

instar (Setiawati 1991). Selain itu,

Singh (1999) melaporkan bahwa larva H.

armigera mernbutuhkan instar tambahan dan periode perkembangan lebih lama

pa& rnakanan buatan dari bahan jagung daripada bahan buncis dan kedelai.
Berhubungan dengan suhu, Zalucki et al. (1986) melaporkan bahwa di Australia
dengan suhu 16 - 18 "C, perkembangan U. armigera dari telur hingga dewasa
mernbutuhkan waktu 73 hari, tetapi pada musim panas dengan suhu 28 "C hanya
dibutuhkan waktu 34 hari.

Di Lernbang, pada suhu 18

-

26 "C, lama

perkernbangan H. armigera dari telur hingga ngengat rnati adalah 52

-

82 hari

(Setiawati 1991).
Larva yang telah sempuma pertumbuhannya akan meninggalkan bagian
tanaman dan membentuk pupa di dalam tanah.

Pupa yang baru terbentuk

berwama kekuningan, kemudian berangsur-angsur berubah rnenjadi kuning
kecoklatan, akhimya berwama coklat tua menjelang imago keluar. Lama stadium
pupa bervariasi antara 15 dan 21 hari Pupa betina dapat dibedakan dengan pupa
jantan berdasarkan celah pada ruas terakhir abdomen. Pada pupa betina celah ini
berbentuk segitiga, sedangkan pada pupa jantan bentuknya rnembulat (Setiwati
1991).

Imago umurnnya rnuncul dari pupa dan aktif malam hari (Zalucki et al.
(1986). Setiawati (1991) melaporkan bahwa lama hidup imago U. armigera di

Iaboratorium dengan suhu 18 - 26

O C

berkisar antara 11

-

14 hari. Imago betina

meletakkm telur satu per satu pada berbagai bagian tanaman seperti daun, buah

dan batang (Zalucki el al. 1986). Seekor imago betina mampu meletakkan telur
rata-rata 4 16 butir (Setiawati 1991).

Dalam perkembangan populasi H. armigera di lapangan, terutama fase
telur dan larva, selalu berhubungan dengan berbagai jenis parasitoid.

Studi

parasitoid Helicoverpa spp. telah banyak dilakukan di berbagai negara (Zalucki ef
al. 1986; La Daha et al. 1998). La Daha et al. (1998) melaporkan bahwa pada

tanarnan tomat di Cisaiua, Bogor ditemukan dua jenis parasitoid telur yaitu
Trzchogramma chilonis dan Trichogrammatoidea armigera, sedangkan pada larva

selain parasitoid E. argenteopilosus dan Diadegma

sp. juga

ditemukan

Argyrophylan sp. (Diptera: Tachinidae)

Danar Dono (1998) melaporkan bahwa berdasarkan hasil identifikasi yang
dilakukan oleh International Institute of Entomology (IIE), London, parasitoid
larva yang selama ini dikenal dengan nama Inareolata sp. (Othman 1982; Hadi
1985) sebenarnya adalah Eriboms argenteopiloszds (Cameron) (Hymenoptera:
Ichneumonidae). Parasitoid tersebut wnumnya menyerang larva H. armigera dan
Spodopfera spp. (Lepidoptera: Noctuidae) (Kalshoven 1981; La Daha et al. 1998).

Selain itu, parasitoid tersebut juga ditemukan memarasit C. pavonana (Shepard &
Barrion 1998).
Telur E. argenteopilosus berbentuk hymenoptenform seperti kacang
buncis, berwarna putih dengan ukuran sekitar 0,79 x 0,15 mm (Othman 1982;
Hadi 1985). Othrnan (1982) melaporkan bahwa pada inang C. pavonana dengm

suhu rata-rata 26 "C dan kelembaban nisbi 50%, stadium telur berkisar antara 2 3 hari, stadium larva terdiri atas 5 instar dengan lama perkembangan sekitar 9

hari. Larva instar awal berwarna keputihan, kepala clan mas abdomen terakhir

18

dapat dibedakan dengan jelas. Larva instar terakhir keluar dari tubuh inangnya
untuk membentuk pupa setelah inangnya berada di dalam tanah, mematikan inang
dan membentuk kokon di sekitamya.

Kadang-kadang larva parasitoid tidak

masuk ke dalam tanah, melainkan membuat kokon dari kulit inangnya. Pada awal
pembentukannya, pupa berwarna merah muda dan akhirnya menjadi kecoklatan
atau kehitaman. Lama stadium pupa 6 hari.
Pada inang C. pavonana, telur E. argenteopilosus panjangnya 0,18
rnm dan lebarnya 0,04

-

-

0,52

O,11 mrn. Lama stadium larva tergantung pitda umur

larva inang, yaitu berkisar antara 7 - 13 hari pada inang yang berumur 2 - 5 hari
saat diparasit dengan rata-rata 9,3 hari (Othrnan 1982). Stadium prapupa rata-rata
1,2 hari dan lama stadium pupa 5,2 hari dengan rata-rata mortalitas pupa
mencapai 11.4% (Hadi 1985). Pupa berwarna coklat tua dengan ukuran 7 x 2 mrn
sampai 9 x 3 mm (Othrnan 1982).
Imago jantan parasitoid keluar 1 - 3 hari lebih awal daripada imago betina.
Persentase kemunculan imago parasitoid rata-rata 2,3 1% dengan nisbah kelamin
imago jantan dan betina 1,16 : 1,lO. Kopulasi terjadi sesaat setelah imago betina
keluar dari pupa dengan lama kopulasi rata-rata 4,3 menit (Hadi 1985). Ukuran
tubuh imago betina umumnya lebih besar danpada imago jantan. Imago jantan
memiliki panjang tub& 5,5

-

8,5 rnm dengan rentang sayap 9

sedangkan imago betina panjang tubuhnya 7

-

-

12 mm,

8 mm dan rentang sayap 11 - 13

mm. Rata-rata lama hidup imago jantan 6,7 hari, sedangkan yang betina 13,3 hari
(Othman 1982). Imago betina mampu menghasilkan telur 317 - 453 butir dengan
kemampuan meletakkan telur dalam inang berkisar 299
butir tersisa dalam indung telur (Hadi 1985).

-

430 butir dan 17 - 73

Tingkat parasitisasi oleh E. argenteopilosus pada berbagai jenis larva
inang seperti S. litura, C. pavonana dim H. armigera umumnya tinggi, lebih dari
70%.

Akan tetapi, keberhasilan parasitoid berkernbang menjadi imago pada

masing-masing inang tersebut sangat berbeda. Kelangsungan hidup parasitoid
pada larva inang C. pavonana seringkali sangat rendah karena tejadinya
enkapsulasi telur dan larva parasitoid yang dapat mencapai 60% atau lebih
(Anindhita 2000).

Bahkan dari h a i l penelitian sebelumnya terlihat bahwa

enkapsulasi telur clan larva parasitoid tersebut mencapai 96,396 (Danar Dono et al.
1998). Pada kondisi laboratorium, enkapsulasi telur dan atau larva parasitoid E.
argenteopilosus oleh larva C. binoralis yang berumur 3 - 5 hari mencapai 69,6 -

81,7% (Sahara 1999; Sahari 1999). Pada larva inang S. lirura dan H. armigera
tingkat enkapsulasi telur dan larva parasitoid tersebut sangat rendah, masingmasing 5,8% clan 4,0% (Anindhlta 2000).
Proses enkapsulasi merupakan reaksi larva inang sebagai salah satu sistem
pertahanan tubuh terhadap benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuhnya.
Enkapsulasi merupakan sistem pertahanan seluler yang dilakukan inang dalam
rnerespon adanya benda asing yang berdiameter lebih besar dari 10 pm. Proses
ini melibatkan sel-sel darah inang terutama granulosit dan plasmatosit, dengan
membentuk lapisan-lapisan yang membungkus atau mengelilingi organisme asing,
misalnya telur atau larva parasitoid (Ratner & Vinson 1983; Pech & Strand
1995).

Pada larva C. pavonana instar 4 enkapsulasi terjadi 3 jam setelah

pemarasitan, sedangkan pada instar 2 dan 3 terjadi masing-masing 12 clan 18 jam
setelah pemarasitan.

Enkapsulasi paling lambat pada instar 1 yang biasanya

20

terjadi dalam 24 jam setelah telur parasitoid diletakkan (Chapman 1982; Sahari
1999).
Beberapa larva Hymenoptera parasitoid mampu rnenghmdari proses
enkapsulasi karena gerakan larva yang aktif (Chapman 1982). Danar Dono et al.
(1998) melaporkan bahwa perlakuan ekstrak biji A. harmsiana atau fraksinya
terhadap larva C. pavonana pada LC25 cenderung memiliki pengaruh yang
menguntungkan terhadap parasitoid E. argenteopilosus.

Hal ini disebabkan

tejadinya penurunan jumlah total sel darah larva inang yang dapat menurunkan
kemampuannya mengenkapsulasi telur atau larva parasitoid. Lebih jauh Sudiumo
(2001) melaporkan bahwa perlakuan ekstrak ranting A. odorata pada LC70
melalui makanan terhadap larva C. pavonana dapat menurunkan enkapsulasi telur
dan larva parasitoid sekitar 70% dibandingkan kontrol.
2.5 Pengaruh Insektisidn Botani Terhadap Interaksi Inang-Parasitoid

Dan beberapa hasil penelitian diketahui bahwa aplikasi insektisida botani,
selain berpengaruh terhadap hama sasaran ternyata juga berpengaruh terhadap
parasitoidnya.

Pengaruh ini sangat beragam tergantung pada jenis insektisida,

konsentrasi dan cara perlakuannya, jenis serangga, fase perkembangan dan urnur
serangga, serta faktor lingkungan (Danar Dono et al. 1998; Buchori et al. 1999;
Sudarmo 200 1).
Insektisida botani dapat memperpanjang lama perkembangan larva
parasitoid, menekan sintasan, mengubah nisbah kelamin imago parasitoid,
memperkecil ukuran tubuh parasitoid, memperpendek lama hidup dan menekan
kapasitas reproduksi parasitoid, serta rnempengaruhi tingkat serangan parasitoid

21

dan pertahanan herbivora terhadap serangan parasitoidnya (Campbell & Duffey
1979; Barbosa et al. 1991; Bentz & Neal 1995). Campbell & Duffey (1979)
melaporkan bahwa parasitoid Hyposoter

exigua (Viereck) (Hymenoptera:

Braconidae) yang berkembang di dalam tubuh inangnya, HeZiothis zea (Bodd.)
(Lepidoptera: Noctuidae), yang diberi makanan yang mengandung a-tomatin,
periode perkembangannya lebih lama, kelangsungan hidupnya lebih rendah,
ukuran tubuhnya lebih kecil dan lama hidup imagonya lebih pendek.
Selain pengaruh negatif, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
insektisida botani tertentu relatif kurang toksik, bahkan berpengaruh positif
terhadap karakter biologi parasitoid (Bentz & Neal 1995; Schmutterer 1997).
Ekstrak biji mimba 2% yang diaplikasikan pada kelompok telur inang S. litura
tidak bersifat repellent terhadap peletakan telur parasitoid Telenomus remus
(Hymenoptera: Braconidae) clan ti&&

mempengaruhi kemunculan imago

parasitoid, tetapi lama hidupnya lebih singkat daripada kontrol.

Sebaliknya

penyemprotan ekstrak mimba pada kelompok telur inang setelah peletakan telur
parasitoid meningkatkan keperidian dan memperpanjang lama hidup imago
parasitoid yang muncul dari telur i m g berperIakuan tersebut (Schmutterer 1997).
Pada penelitian sebelumnya, Bentz & Neal (1995) melaporkan bahwa imago
parasitoid Encarsia formosa Gahan (Hymenoptera: Aphelinidae), yang memarasit
Bemisia argentifodli (Bellow & Perring) (Hornoptera: AIeuredidae), lebih banyak

yang mati akibat penyemprotan M-Pede (sabun) dibandingkan penyemprotan
ekstrak Nicotiana gossei Domain atau Margosan-0 (bahan aktif azadirakhtin) bila
parasitoid diinokulasikan pada tanaman perlakuan 1 jam setelah aplikasi. Pada 24

jam setelah aplikasi, tingkat parasitisasi lebih tinggi pada tanaman yang diberi
periakuan ekstrak N. gossei atau Margosan-0 daripada M-Pede.
Selain mimba, marga Aglaia merupakan surnber insektisida botani yang
potensial yang beberapa tahun terakhir ini mendapat perhatian para peneliti.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan AgZaia bersifat kompatibel
dengan musuh alami, khususnya parasitoid. Danar Dono st al. (1998) melaporkan
bahwa perlakuan ekstrak biji A. harmsiana atau fraksinya pada LCz5cendefung
memiliki pengaruh yang menguntungkan terhadap parasitoid E. arfenfeopilosus.
Hal ini terjadi aktbat adanya penekanan terhadap mekanisme pertahanan seluler
yang memperbesar peluang keberhasilan parasito

Dokumen yang terkait

Pengaruh ekstrak aglaia odorata Lour. (Meliaceae) dan senyawa aktifnya terhadap Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae) dan parasitoidnya, Eriborus argenteopilosus (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae)

0 9 173

Keefektifan ekstrak ranting Aglaia odorata Lour. (Meliaceae) terhadap hama Crocidolomju pavonana (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) pada tanaman brokoli

0 18 86

Perancangan Proses Ekstraksi Bahan Aktif Insektisida Botani dari Aglaia odorata Lour

1 72 282

Fitotoksisitas Rokaglamida dan Ekstrak Ranting Aglaia odorata (Meliaceae) terhadap Tanaman Brokoli dan Kedelai

0 5 10

Populasi Parasitoid Eriborus argenteopilosus (Cameron) (Hymcnoptera: Ichncumonidae) dan Pengaruh Residu Insektisida Oiafentiuron dan Emamektin Benzoat terhadap Efisiensi Parasitisme

0 4 18

Pengaruh Sediaan Insektisida dari Ranting Aglaia odorata Lour (Meliaceae) terhadap Interaksi antara Helicoverpa armigera dan Parasitoidnya, Eriborus argenteopilosus

0 3 94

Kajian pelepasan populasi Trichogrammatidae untuk pengendalian helicoverpa armigera (Hubner) dan dampaknya terhadap komunitas artropoda pada pertanaman kedelai

0 11 72

Pengaruh ekstrak aglaia odorata Lour. (Meliaceae) dan senyawa aktifnya terhadap Crocidolomia binotalis Zeller dan parasitoidnya, Eriborus argenteopilosus

0 9 163

Keefektifan ekstrak ranting Aglaia odorata Lour. (Meliaceae) terhadap hama Crocidolomju pavonana (F ) (Lepidoptera Pyralidae) pada tanaman brokoli

0 5 76

Selektivitas Formulasi Insektisida Ekstrak Daun Dan Ranting Aglaia Odorata (Meliaceae).

0 1 2