Respons ayam boiler di daerah tropik terhadap kelebihan asupan energi dalam upaya menurunkan kandungan lemak abdominal
RESPONS AYAM BROILER Di DAERAH TROPIK
TERHADAP KELEBIHAN ASUPAN ENERGI
DALAMUPAYAMENURUNKANKANDUNGAN
LEMAK ABDOMINAL
oleh :
AHADIYAH YUNIZA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANiAN BOGOR
2002
ABSTRACT
AHADIYAH YUNIZA. Broiler's Response in the Tropics to the Excess of
Energy Intake in An Effort to Decrease the Deposition of Abdominal Fat .
Under the supervisions of JUJU WAHJU, MUHILAL, WIRANDA G. PILIANG,
SIT1 SUNDARI KISMONO, and A. ANSORI MATTJIK.
Broiler chickens raised in the tropic accumulate more body fat than
those raised in the temperate zone. The deposition of abdominal fat (AF)
during growth period is an indication of excess energy intake. The unbalance
between dietary energy and protein content in the tropic could cause an
excess of energy intake during growth period.
This research consisted of three experiments. Experiment I was
designed to study the growth of broiler chickens and AF's gain, by weighing
body weight and slaughtering 2 birds every week from 14 days until 56 days
old. Experiment II was designed to study the excess of energy intake above
the energy requirement for maintenance (ERM) that caused the deposition of
AF. In order to overcome the abdominal fat deposition the energy intake was
restricted with five dierent treatments i-e.: (A) ERM, (6)ERM + 30 kcal, (C)
ERM + 60 kcal, (D) ERM + 90 kcat, and (E) ERM + 120 kcal. The
determination of these energy intake were based on ERM which
recommended by Robbins and Sallew (1984). On experiment 111, 40 males
and 40 females broiler chickens were fed finisher diets providing 2800, 3000,
3200, 3400, and 3600 kcal MElkg, with the same protein content. Broilers'
response to these diets were recorded to study the quality of the carcass,
body composition, role of finisher diet, and the proper balance between
dietary energy and protein content.
In the tropic, broilers with strain Arbor Acres (AA) had a potency to
grow slower and to deposit AF faster than in the temperate zone. Broilers at
2 weeks old had deposited AF 0.97 O h of live weight. Energy intake during
growing period was not used for muscle growth maximally, but also used to
deposite AF.
The energy requirement for broiler strain AA during the finishing period
was 5378 kcalhirdll4 days. The increase of energy content in finisher diets
decreased feed consumption and protein intake, while the body weight gain
and the quantity of energy intake were not significant. The quality of the
carcass became lower indicated with the increase of AF weight (grams), AF
percentage, body fat percentage of live weight and gain of body fat (grams) ,
and the decrease of body protein and body protein percentage of live weight.
In the tropic, finisher diet could repair the quality of the carcass (i.e. :
decrease AF) by adjusting the proper balance between the dietary energy
and the protein content in the diet. In order to avoid the accumulation of AF
during finishing period, the protein and energy intake were suggested as
much as 444.44 glbirdll4 days and 5378 kcalhirdll4 days respectively.
ABSTRAK
AHADIYAH YUNIZA. Respons Ayam Broiler di Daerah Tropik terhadap
Kelebihan Asupan Energi dalam Upaya Menurunkan Kandungan Lemak
Abdominal.
Dibimbing oleh JUJU WAHJU, MUHILAL, WfRANDA
G.
PILIANG, SIT1 SUNDARI KISMONO, dan A. ANSORI MATTJIK.
Ayam broiler yang dipelihara di daerah tropik menimbun lemak tubuh
lebih besar daripada di daerah beriklim sedang.
Penimbunan lemak
abdominal (LA) pada masa pertumbuhan merupakan indikasi dari kelebihan
asupan energi. lmbangan kandungan energi metabolis dengan protein
ransum yang tidak tepat untuk pemeliharaan di daerah tropik dapat
menyebabkan kelebihan asupan energi pada rnasa pertumbuhan.
Penelitian ini terdiri atas tiga percobaan. Percobaan I dirancang untuk
dapat mempelajari pertumbuhan broiler dan pole pertambahan LA, dengan
cara menimbang berat badan dan memotong 2 ekor ayam setiap rninggu
mulai umur 14 hari sampai umur 56 hari. Percobaan 11 untuk mempelajari
besamya kelebihan asupan energi dari kebutuhan hidup pokok (HP) yang
menyebabkan terjadinya penimbunan LA, yaitu dengan cara membatasi
asupan energi yang diterima: (A) kebutuhan HP, (6) HP+30, (C) HP+60, ( 0 )
HP+90, dan (E) HP+120 kkal . Penentuan asupan energi ini didasarkan pada
kebutuhan energi untuk HP yang direkomendasikan Robbins dan Ballew
(1984). Pada Percobaan Itl, 40 ekor jantan dan 40 ekor betina diberi ransum
finisher (RF) yang menyediakan energi sebesar (Rt) 2800, (R2) 3000, (k)
3200, (&) 3400, atau (&) 3600 kkallkg, dengang kandungan protein yang
sama. Respon ayam terhadap ransurn tersebut diamati untuk mempelajari
kualitas karkas, komposisi kimia tubuh, peranan RF, dan imbangan
kandungan energi dengan protein yang tepat untuk RF di daerah tropik.
Broiler strain Arbor Acres (AA) mempunyai kernarnpuan tumbuh yang
lebih lambat dan menimbun LA lebih dini dibandingkan dengan
pemeliharaannya di daerah beriklim sedang. Pada umur 2 minggu, ayam
sudah menimbun LA sebesar 0.97 % dari berat hidup. Asupan energi yang
diterima ayarn selama periode grower tidak dimanfaatkan maksimal untuk
pertumbuhan jaringan otot, melainkan juga untuk membentuk kemak tubuh.
Kebutuhan energi broiler sfrain AA selama periode finisher adalah
sebesar 5378 kkallekor. Peningkatan kandungan energi dalam RF mengakibatkan konsumsi ransum dan asupan protein menurun, tetapi pertambahan berat badan dan jumlah asupan energi tidak berbeda nyata. Kualitas
karkas menjadi menurun yang diindikasikan dengan terjadinya peningkatan
berat LA, persentase LA, persentase temak tubuh dan pertambahan lemak
tubuh, dan juga diindikasikan dengan terjadinya penurunan pertambahan
protein tubuh dan persentase protein tubuh. Di daerah tropik , RF dapat
mernperbaiki kualitas karkas (yaitu : menurunkan LA) dengan cara membuat
imbangan yang tepat antara energi dengan protein ransum. Agar tidak
membentuk LA selama periode finisher, jumlah ransum yang dikonsumsi
harus rnampu mernberi asupan protein sebesar 444.44 glekorll4 hari untuk
mengirnbangi asupan energi sebesar 5378 kkalfekorll4 hari.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa d~sertasiyang berjudul :
RESPONS AYAM BROILER Dl DAERAH TROPIK
TERHADAP KELEBIHAN ASUPAN
ENERGI
DALAM UPAYA MENURUNKAN KANDUNGAN
LEMAK ABDOMINAL
adalah
benar
dipublikasikan.
merupakan hasil karya
saya
sendiri
dan belurn pernah
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Maret 2002
95 531 1 PTK
Judul Disertasi
:
Respons Ayam Broiler di Daerah Tropik terhadap
Kelebihan Asupan Energi dalam Upaya Menurunkan
Kandungan Lemak Abdominal
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
: Ahadiyah Yuniza
: PTK 95 531
Menyetujui
1. Komisi Pembirnbing
Prof. Dr. Muhilal
Anggota
Dr. Ir. M.M. Siti Sundari Kismono
Anggota
Prof. Dr. Ir. Wiranda G. Pilianq. MSc.
Anggota
Prof. Dr. Ir. A Ansori Mattiik. MSc.
Anggota
Pascasarjana IPB,
Tanggal Lulus : 11 Maret 2002
RESPONS AYAM BROILER Dl DAERAH TROPtK
TERHADAP KELEBIHAN ASUPAN ENERGI
DALAMUPAYAMENURUNKANKANDUNGAN
LEMAK ABDOMf NAL
oleh :
AHADIYAH YUNlZA
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi llmu Ternak
PROGRAM PASCASARdANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal
23 Juni 1963 dari
ibu
Hj. Zulkimar dan ayah H. Muhammad Ali Mansyur BA (almarhum), sebagai
anak kedua dari tujuh bersaudara.
Tahun
diselesaikan tahun
1977
Pendidikan Sekolah Dasar Delapan
pada
SD
Proyek
Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) #KIP Jakarta, dan Pendidikan Sekolah Menengah
Atas diselesaikan tahun I989 pada SMA PPSP IKlP Jakarta.
Pada tahun 1987 penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama di lnstitut Pertanian Bogor (IPB) melalui Proyek Perintis II.
Pada tahun 1982 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Peternakan
IPB dan berhasil lulus sebagai Sarjana Peternakan pada tahun 1985.
Penulis bertugas sebagai staf pengajar pada Fakultas Petemakan
Universitas Andalas Padang sejak 1987 sarnpai sekarang. Pada tahun 1988
melanjutkan pendidikan Program Magister Sains pada Program Pascasarjana IPB Kegiatan Pengumpulan Kridit (KPK) IPB -UNAND dan lulus tahun
1991. Kemudian melanjutkan pendtdikan Doktor pada Program Pascasar-
jana lnstitut Pertanian Bogor sejak bulan Agustus 1995, dengan biaya dari
Tim Manajemen Program Doktor. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Penulis rnenikah dengan Ir. Hery Bachrizal Tanjung MSi. pada tahun
9990,dan telah dikaruniai tiga orang anak, yaitu Khalid Saifullah Fil Aqsha,
Haris Sibghatullah Fil Quds, dan Fauzia Inayatultah Az-Zahra.
PRAKATA
Maha besar Allah dan Maha Mulia. Puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga penulisan
disertasi ini dapat diselesaikan. Disertasi ini berjudul Respons Ayam Broiler
di Daerah Tropik terhadap Kelebihan Asupan Energi dalam Upaya
Menurunkan
Kandungan
Lemak
Abdominal,
yang
pelaksanaan
penelitiannya berlangsung sejak bulan Mei 1999 di Fakultas Peternakan IPB
Darmaga Bogor.
Penelitian dan penulisan disertasi ini dapat
pengarahan serta
bimbingan dari
Tim
Komisi
diselesaikan atas
Pembimbing.
Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Juju Wahju sebagai ketua komisi yang telah banyak memberikan
perhatian, bimbingan, dan dorongan semangat.
Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Muhilal dan Ibu Prof. Dr. Ir. Wiranda G.
Piliang, MSc yang telah banyak memberikan dan memperluas wawasan
penulis dalam bidang ilmu nutrisi, Ibu Dr. Ir. M.M. Siti Sundari Kismono yang
memberi bimbingan terutarna dibidang ilmu temak unggas dengan penuh
perhatian, dan Bapak Dr. A. Ansori Mattjik yang telah banyak membimbing
dan mengarahkan penulis dalam menganalisis dan menginterpretasikandata
penelitian. Kesabaran, kearifan, ketelitian, kepakaran, dan perhatian bapak
dan ibu dalam membimbrng dan rnengarahkan, akan penulis jadikan
tauladan dalam menjalani karir sebagar pengajar dan peneliti.
Kepada Bapak Dr. Ir. Arifin Habibie dan Dr. Ir. Dulatip Natawihardja,
selaku penguji luar komisi, penulis mengucapkan terima kasih atas semua
pertanyaan, komentar, dan usulan yang telah diaajukan dalarn ujian terbuka.
f enulis telah memaharninya sebagai bentuk lain dari proses pembirnbingan
menuju kesempurnaan disertasi in!.
Suatu disertasi tidak mungkin dapat terlaksana tanpa dukungan
biayaldana yang memadaj.
Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan
terirna kasih kepada Tim Manajemen Program Doktor Ditjen Dihti, Lembaga
Penelitian UNAND dan Pernerintafi Daerah Tingkat I Sumatra Barat. Khusus
kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Zuhal Abdul Qadir yang telah
memberikan dukungan dana, penulis ucapkan terima kasih.
Penghargaan
Kandang
penulis
sampaikan
kepada
Ketua
Laboratoriuml
Percobaan Unggas Unit I3 dan Ketua Laboratorium Makanan
Ternak FAPET IPB beserta staf dan laborannya, yang telah memberikan
fasilitas dan bantuan selama penelitian. Kepada Bapak Jamhar yang
rnembantu penulis setiap hari di kandang percobaan, penulis sampaikan
terima kasih, dengan bantuan bapak pekerjaan di kandang terasa lebih
ringan.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Pengelola
Perpustakaan di lrngkungan IPB yang memberikan kemudahan dalam
mendapatkan rujukan,
dan
kepada
teman-teman
seprofesi,
terutama
Dr. Ir. Yosi Fenita MS, atas perhatian, bantuan, tenaga dan saran yang
dibertkan selama penelttian dan penulisan disertasi. Semoga Allah SVVT
membalas jasa dan budr balk beliau tersebut dan selalu memperoleh
kesehatan, kesuksesan dan rahmat Allah SVVT dalarn karir dan keluarga.
Kepada yang terhorrnat dan tercinta Ayahanda almarhum dan Ibunda,
penulis sampaikan terima kasih atas segala pengorbanan, dorongan,
doa
restu, perhatian dan kasjh sayang yang telah dicurahkan. Kepada Papa dan
Mama mertua , Nenek Ayek dan Bunda Elok penulis juga menyampaikan
terima kasih dan penghargaan. Ucapan terima kasih yang mendalam khusus
kepada suami tercinta Uda Hery dan anak-anak tersayang Bung, Dede, dan
Ezi, atas pengertian, pengorbanan, dorongan semangat, kesabaran dan
ketabahan yang diperlihatkan selama ini. Semoga anugrah yang kita peroleh
ini membawa manfaat dan berkah bagi kehidupan kita ke depan.
Akhimya, penulis berharap apa yang telah dicapai dalam disertasi ini
dapat dijadikan pandangan dan telaah untuk memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan.
Bogor, Maret 2002
Ahadjyah Yuniza
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................
ix
PENDAHULUAN .................................................................
I
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................
7
Energi ......................................................................
Nilai Energi dan Hubungannya dengan Kinerja Ayarn ....
Energi untuk Kebutuhan Hidup Pokok dan Produksi ......
Hubungan Suhu Lingkungan dengan Kebutuhan Energi
Lernak ......................................................................
Lemak dan Fungsi Lemak Bagi Tubuh ......................
Biosintesis Lipid ...................................................
Lemak Abdominal .................................................
Penimbunan Lemak dan Hubungannya dengan
Makanan .............................................................
MATERI DAN METODE PENELlTlAN ..................................
7
7
10
12
14
14
18
20
22
24
Tempat dan WaMu Penelitian .......................................
25
Materi dan Alat-alat Penelitian .......................................
25
Metode Penelitian .......................................................
Percobaan I ........................................................
Percobaan II ........................................................
Percobaan Ill .......................................................
29
29
30
33
HASlL DAN PEMBAHASAN ................................................
37
Percobaan I ...............................................................
38
Percobaan II ..............................................................
45
Percobaan III .............................................................
Respons Konsumsi dan Pertumbuhan ......................
Evaluasi Kualitas Karkas.........................................
Evaluasi Komposisi Kmia Tubuh ..............................
53
53
57
62
KESfMPULAN ....................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................
77
LAMPIRAN ........................................................................
81
DAFTAR TABEL
Halaman
Judul Tabel
7.
Kandungan Energi Metabolis dan Zat Gizi Bahan Makanan.
26
2.
Susunan Ransum Starfer, Grower dan Finisher ...............
27
3.
Kandungan Energi Metabolis dan Zat Gizi Ransurn Starter,
Grower, dan Finisher....................................................
27
Susunan dan Kandungan Ransum Perlakuan pada
Percobaan lii ............................................................
28
Rataan Suhu Minimum-maksimum Harian dan Kelembaban
Udara Relatif Harian Setiap Minggu Selarna Penelitian
37
6.
Data Berat Badan Ayam Broiler Umur 2 - 8 Minggu .........
39
7.
Kinerja Ayam Broiler pada Percobaan !I ........................
47
8.
Pertambahan Protein Tubuh (PPT), Lemak Tubuh (PLT),
dan Lemak Abdominal (PlA) selama Percobaan 11 (2 6
Minggu). ....................................................................
49
Rataan Konsumsi Ransum, Asupan Energi dan Protein,
Pertambahan Berat Badan (PBB) dan Konversi Ransum
Ayam Broiler pada Periode Finisher ..............................
55
Rataan Berat Karkas, Berat Lemak Abdominal, Persentase
Karkas. dan Persentase Lemak Abdominal dari Berat
HidupAyam Broiler pada Percobaan Ill ...........................
58
Rataan Persentase Lemak Tubuh dan Protein Tubuh dari
Berat Kering Ayam Broiler pada Akhir Periode Finisher ......
65
Rataan Pertambahan Lemak Tubuh (PLT), Pertambahan
Protein Tubuh (PPT), dan Pertambahan Lemak Abdominal
(PLA) selama Periode Finisher .....................................
67
4.
5.
9.
10.
11.
12.
-
13
Kebutuhan Protein Ayam Broiler di Daerah Tropik
sehubungan dengan Kandungan Energi dalam Ransum
Finisher ... ... . . . .. . ... ... ... ... ... .. . . .. ... ... . . . ... ... . . . .. . ... . .. . .. ... ..
72
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Nomor
Judul Gambar
1.
Grafik Pertumbuhan Ayam Broiler Umur 2 - 8 Minggu.......
40
2.
Rataan Berat Lernak Abdominal Ayarn Broiler pada Umur
2 8 Minggu ............................................................
41
Komposisi Kimia Tubuh Berdasarkan Berat Hidup Ayam
Broiler Umur 2 - 8 Minggu............................................
42
Perkembangan Proporsi Lemak Abdominal dari Berat
Hidup Broiler Umur 2 8 Minggu ..................................
43
Rataan Komposisi Tubuh Berdasarkan Berat Hidup Awal
dan Akbir Percobaan II ...............................................
48
Model Linier Hubungan Asupan Energi dengan PPT dan
P LA ........................................................................
51
Komposisi Komponen Kimia Tubuh Ayam Jantan
Berdasarkan Berat Hidup pada Awal dan Akhir Periode
Finisher .................................................................
62
Komposisi Komponen Kimia Tubuh Ayam Betina
Berdasarkan Berat Hidup pada Awal dan Akhir Periode
Finisher .................................................................
63
3.
4.
5.
6.
7.
8.
-
-
'
DAFTAR LAMPfRAN
Halaman
Nomor
Judul Lampiran
1.
Rataan Berat Lernak Abdominal dan Berat Komponen
Tubuh Ayam pada Percobaan I ... ... ..... ...... ... ... ... ... ... ..
82
2.
Rataan Pertumbuhan Ayam pada Percobaan II ... ... ... ... ..
83
3.
Uji Kehomogenan Berat Badan Awal Ayam yang
Digunakan pada Percobaan I1 ... ... ... ... ... ... ... ... ... . .. ...
84
4.
Rataan Berat Hidup dan Berat Lemak Abdominal Ayam
pada Percobaan II . .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... .... .....
85
5.
Hasil Analisis Komposisi Tubuh Ayam pada Percobaan 11.
86
6.
Rataan Pertambahan Lemak dan Protein Tubuh selama
Periode Grower ... ... ... ... ... ... .. . ... ... ... ... ...... ... ... ... .....
87
7.
Asupan Energi (kka~/kg.~~/hari)
Ayam pada Percobaan II.
88
8.
Analisis Regresi dari Hubungan Asupan Energi dengan
Pertambahan Protein Tubuh (PPT).. ... . ... ... ......... ... ... ...
92
Analisis Regresi dari Hubungan Asupan Energi dengan
Pertambahan Lemak Tubuh (PLT)... ... ... ... ... ... ... ... .. . ... .
93
Analisis Regresi dari Hubungan Asupan Energi dengan
Pertarnbahan Lemak Abdominal (PLA) ... .. .. ... ... ... . .. ... ..
94
11.
Analisis Ragam dari Konsumsi Ransum ... ... ... ... ... ... .....
95
12.
Analisis Ragam dari Asupan Protein ... ... ... ... ... . .. ... ... ....
36
13.
Analisis Ragam dari Konversi Ransum ... ... ... ... ... ... ... ...
97
14.
Analisis Ragam dari Pertambahan Berat Badan (PBB) ... .
98
1 5.
Anahis Ragam dari Asupan Energi ... ... ... ... ...... ... ...
99
9.
10.
Analisis Ragam dari Berat Karkas ..............................
Analisis Ragam dari Persentase Karkas ....................
Analisis Ragam dari Berat Lemak Abdominal ...............
Analisis Ragam dari Persentase Lernak Abdominal ......
Analisis Komposisi Tubuh Ayam Jantan Berdasarkan
Berat Kering Udara (BKU) pada Percobaan Ill ...............
Anal~sis Komposisi Tubuh Ayarn Betina Berdasarkan
Berat Kering Udara pada Percobaan ill ........................
Analisis Komposisi Tubuh Ayam jantan
Berdasarkan
Berat hidup dan Berat Kering pada Percobaan Ill ..........
Analisis Komposisi Tubuh Ayam betina Berdasarkan
Berat Hidup dan Berat Kering pada Percobaan 111 ..........
Pertambahan Lernak Tubuh dan Protein Tubuh Ayam
Jantan ..................................................................
Pertarnbahan Lemak Tubuh dan Protein Tubuh Ayam
Betina ...................................................................
Analisis Ragarn Persentase temak Tubuh dari Berat
Kering ....................................................................
Analisis Ragam Persentase Protein Tubuh dari Berat
Kering ....................................................................
Analisis Ragam Pertambahan Lemak Tubuh (glekor) .......
Anafisis Ragam Pertambahan Protein Tubuh (glekor).......
Analisis Ragam Pertambahan Lernak Abdominal (glekor).
Hubungan Asupan Protein dengan Pertambahan Lernak
Abdominal (PLA) ......................................................
PENDAHULUAN
Kontribusi usaha temak ayam broiler untuk memenuhi kebutuhan
protein hewani bagi masyarakat Indonesia terlihat semakin meningkat. Hal ini
tidak dapat dipungkiri, mengingat harga dag~ngayam broiler relatif lebih
murah bila dibandingkan dengan ternak lain, bahkan dengan ayam kampung
sekalipun.
Permasalahan pada produksi
lemak intermuskular (di antara otot),
ayam broiler ini adalah kandungan
abdominal (di rongga perut), dan
subkutannya (di bawah kulit) yang tinggi. Hal ini banyak dikeluhkan oleh
konsumen ayam broiler dan juga oleh penjual ayam potong. Konsumen yang
selalu menjaga berat badannya tetap langsing menghindari mengkonsumsi
ayam yang berlernak tinggi. Bagi penjual ayam potong (baik datam bentuk
karkas maupun potongan-potongan), tingginya kandungan lemak abdominal
merupakan suatu kerugian dan menyita waktu kerja.
Hal ini karena
penirnbunan lemak di daerah perut merupakan bagian yang terbuang dan
merupakan sumber kontaminasi pada waktu prosesing (Kubena et el.,, 1974),
dan mengakibatkan persentase karkas menjadi rendah (Griffiths dan Nairu,
1984).
Bagi produsen,
banyaknya lernak abdominal dan subkutan
merupakan pemborosan energi dan biaya untuk ransum.
Sebenarnya pada periode pertumbuhan, hanya sedikit sekafi energi
yang dikonversi menjadi lemak tubuh.
Menurut Scott et al. (1982), ayam
broiler sampai umur enam minggu hanya mengandung lemak tubuh sekitar
empat persen. Namun demikkan faktor genetis,
lingkungan dan fisiologis
(jenis kelamin dan umur) sangat mempengaruhi laju penimbunan lemak
tubuh. Faktor lingkungan yang berperan pada penimbunan Iemak adalah
temperatur kandang atau lingkungan dan nisbah energi dengan protein
ransum ( Gonzalez-a dan Pesti, 1993; Griffiths et at., 1978 dan Bartov et a/.,
1974).
Pada kenyataannya ayam broiler umur enam minggu yang dipelihara
pada daerah beriklim sedang dengan suhu 21 O C mengandung total lemak
tubuh sebanyak 17.9 O h dari berat hidup jantan dan 22.2 % dari berat hidup
betina (Leeson dan Summers, 1980). Angka ini jauh lebih besar dari total
lemak tubuh yang dinyatakan oleh Scott et at (1982). Leeson dan Summers
(1980) juga menemukan bahwa ayam broiler umur tujuh hari telah
h dari berat hidup, dan proporsi
mengandung lemak abdominal sebanyak 0.5 O
Iernak
abdominal ini
terus
meningkat
dengan
bertambahnya umur.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa pada periode pertumbuhan, broiler
komersial telah mengalami keiebihan asupan energi yang kemudian
dikonversi menjadi lemak tubuh.
Dari hasil percobaan Leeson dan Summers (1980) itu terlihat bahwa
pemeliharaan broiler di daerah beriklim sedang saja sudah menghasilkan
lemak tubuh yang besar, tentunya pemekiharaan di daerah tropik seperti
Indonesia ini akan menghasilkan lernak tubuh yang lebih besar fagi. Telah
diketahui bahwa temperatur,lingkungan yang tinggi akan rneningkatkan
jumlah lernak karkas (Kubena et at., 1972),dan juga lemak abdominal (Baziz
et a/.
, 1996).
Berbeda
dengan
hewan
mamalia,
pada
dasarnya
ayam
mengkonsumsi sejumlah ransum terutama untuk memenuhi kebutuhan
energinya, dengan demikian sebenamya ayam tidak akan mengalami
kelebihan asupan energi. Ayam akan mengalami kelebihan asupan energi
jika kandungan protein tidak berimbang dengan kandungan energi dalam
ransum.
Dengan keseimbangan asam amino, protein, mineral dan vitamin
yang tepat, ransum yang mengandung energi tinggi maupun rendah akan
menghasilkan broiler dengan bobot badan yang sama pada umur delapan
minggu (Scott el at.. 1982).
Dari kenyataan tersebut, timbul pertanyaan-pertanyaan berikut :
sebenamya bagaimana pola pertambahan lemak tubuh pada ayam broiler ?,
apakah
lemak
abdomimal
dan
subkutan
dibentuk
seiring
dengan
pertumbuhan atau dibentuk pada saat energi untuk pertumbuhan maksimum
Kalau demikian, berapa kelebihan energi dari kebutuhan
telah terpenuhf.
hidup pokok yang menyebabkan terjadinya penimbunan lemak abdominal,
atau dengan kata lain, berapa besar energi di atas kebutuhan hidup pokok
yang dibutuhkan ayarn agar tidak menimbun lemak abdominal ?. Jawabanjawaban
dari
pertanyaan tersebut
akan dapat
menjelaskan,
apakah
pengurangan asupan energi merupakan cara yang efektif untuk mengurangi
dan meniadakan lernak abdominal tanpa mengganggu pertumbuhan jaringan
otot yang norrnaf.
Untuk mernperoleh berat badan yang d~inginkanpasar, Scott ef
a/.
(1982) menyusun ransum finisher yang berbeda kandungan energi dan
proteinnya dari ransurn yang diberikan sebelumnya pada umur 2
- 6 minggu.
Ransurn ini diberrkan untuk mempersiapkan broier yang akan dipasarkan
sesuai dengan selera konsurnen. Untuk itu maka kandungan lernak karkas
harus ditingkatkan, yaitu dengan cara menurunkan kandungan protein sedikit
dibawah kebutuhan untuk laju pertumbuhan maksimum dan meningkatkan
energi dalam ransum sampai mendekati tingkat energi tertinggi (3400
kkallkg). Penurunan kandungan protein atau peningkatan kandungan energi
ini rnengakibatkan nisbah energi dengan protein semakin besar. NRC (1994)
juga merekomendasikan bahwa nisbah energi dengan protein untuk ransum
finisher lebih besar daripada ransum grower.
Keadaan ini akan menyebabkan ayam umur 6 - 8 minggu mernperoleh
asupan energi lebih banyak daripada yang digunakan untuk pertumbuhan.
Kelebihan energi ini akan dikonversi menjadi Iemak tubuh, sehingga
menghasilkan bobot akhir (body finish) yang diinginkan pasar.
Scott ef al..
(1982) juga rnengingatkan bahwa jika ransurn mengandung energi
terlalu
tinggi, maka broiler mendapai asupan energi sangat berlebihan dan rnenjadi
terlalu gemuk (berlemak).
Hal ini perlu diperhatikan
terutarna pada
pemeliharaan di daerah tropik, karena kebutuhan energi untuk hidup pokok
ayam lebih rendah dan laju pertumbuhan rebih fambat.
Permasalahan sekarang adalah, broiler yang dipelihara sampai umur
enam minggu dengan ransurn grower saja sudah mengandung lemak tubuh
yang cukup tinggi dan ini telah membuat konsumen khawatir. Pada kondisi
seperti ini apakah masih perlu adanya periode dan ransum finisher tersebut?.
Apakah benar bahwa periode dan ransum finisher dapat menghasilkan broiler
yang sesuai dengan selera konsumen?.
Pandangan dan penjelasan di atas menunjukkan bahwa penentuan
kandungan energi ransum yang berimbang dengan kandungan proteinnya
sangat diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan ayam broiler yang baik
(kandungan lemak tubuhnya tidak berlebihan).
Hal ini dirasakan penting
terutama untuk daerah beriWim tropik, seperti Indonesia.
Kebutuhan energi
untuk hidup pokok broiIer yang sarna di daerah tropik lebih rendah daripada
di daerah beriklim sedang,
oleh karena itu perlu adanya pengkajian-
pengkajian guna rnenghasilkan forrnulasi ransum yang dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan,
efisien,
dan menghasilkan karkas
yang berkualitas baik. Salah satu syarat karkas yang baik menurut Mountney
(1966) adalah karkas yang perlemakan dibawah kulitnya merata dan tidak
mengandung lemak abdominal .
Mengingat informasi-informasi tersebut di atas belurn cukup, maka
untuk menghasilkan produk daging atau karkas ayam broiler yang baik di
daerah tropik, dilakukan penelitian ini yang berjudu1 Respon Ayarn Broiler di
Daerah
Tropik
Terhadap
Kelebihan
Asupan
Energi
dafam
Upaya
Menurunkan Kandungan Lemak Abdominal . Tujuan penefitian ini adalah
untuk :
1. Mempelajari pofa perturnbuhan dan pertambahan lernak abdominal ayarn
broiler di daerah tropik
2. Mempelajari kelebihan asupan energi dari kebutuhan hidup pokok pada
pernbentukan lemak tubuh dan lemak abdominaf selama periode grower.
3. Mempelajari hubungan kandungan energi metabolis ransum finisher
dengan kinerja ayam broiler di daerah tropik.
4. Mengevaluasi kualitas karkas dan komposisi kimia tubuh ayam broiler.
5. Mempelajari peranan ransurn tinisherdalam mernperbaiki kualitas karkas.
6. Menentukan kandungan protein yang tepat untuk ransum finisher
sehubungan dengan kandungan energinya pada pemeliharaan ayam
broiler di daerah tropik.
Energi
Nilai Enerai dan Hubunaannva denaan Kineria Avam
Di dalam tubuh, semua bentuk energi d~ubahke dalam bentuk panas,
dengan demikian energi yang erat hubungannya dengan proses-proses
tubuh dinyatakan dalam unit panas atau kalori. Wahju (1 978) mengemukakan
bahwa energi yang terdapat dalam bahan makanan tidak seluruhnya dapat
digunakan oleh tubuh. Untuk setiap bahan makanan minimal ada empat nilai
energi yaitu : energi bruto, energi dapat dicema, energi metabolis dan energi
netto. Nifai energi metabolis dari bahan makanan merupakan yang paling
banyak digunakan dan mempunyai aplikasi yang praktis dalarn ilmu makanan
temak unggas, karena pengukuran energi ini tersedia untuk semua tujuan,
termasuk untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, penggemukan dan
produksi telur (Wahju, 1978). Untuk sefanjutnya, semua kata energi yang
dimaksud dalam tulisan ini adalah energi metabolis.
Dalam menyusun ransum,
energi dan
protein
yang
perlu
diperhatikan keseimbangan
djkandung ransum.
Sibbald et al.
(1961)
melaporkan bahwa bila asupan energi bertambah sampai jumtah tertentu,
maka pengaruhnya terhadap pertambahan berat badan menurun, namun
pertambahan berat badan akan naik jika asupan protein ditingkatkan.
Keadaan ini
menunjukkan bahwa
ada
keragaman hubungan antara
pertambahan berat badan dengan nisbah energi dengan protein ransum.
Nisbah energi dengan protein ransum ini perlu diperhatikan karena
sangat berkaitan dengan konsumsi ransum.
Kandungan energi dalam
ransum menentukan banyaknya ransum yang dikonsumsi oleh ayam, seperti
yang dinyatakan oleh Scott et al. (1982),bahwa ransum dengan kandungan
energi yang tinggi akan cenderung rendah konsurnsinya dan sebaliknya pada
ransurn dengan kandungan energi rendah, konsumsinya cenderung lebih
tinggi. Jika ransurn ditingkatkan kandungan energinya maka konsumsi
ransum akan menurun, akibatnya asupan protein juga menurun. Penurunan
asupan protein akan mengganggu perturnbuhan, oleh karena itu jika energi
dalam ransum ditingkatkan rnaka protein juga pertu ditingkatkan.
Hal yang sama ditemukan oleh Leeson
penelitiannya mengenai respon
et a/.
(1996) pada
broiler terhadap energi ransum.
Mereka
mendapatkan bahwa dengan ransum isoprotein yang berbeda kandungan
energinya ( yaitu 3300, 3100, 2900 dan 2700
kkallkg) , temyata
menghasilkan asupan energi yang sama tetapi asupan protein sangat
berbeda.
Oleh karena itu mereka menyimpulkan bahwa broiler masih
memiliki kemampuan yang
baik
untuk mengontrol konsumsi ransum
berdasarkan keinginan untuk menormalkan asupan energinya.
Penelitian-penelitian terbaru memperlihatkan bahwa ayam broiler tidak
mengkonsumsi ransum berdasarkan kapasitas fisik secara normat, metainkan
berdasarkan kemampuannya yang luar biasa dalam mengontrol asupan
energi pada saat diberikan ransum yang berbeda kandungan energinya.
Ayam broiler dapat mengatur konsumsi ransumnya sebagai respon terhadap
kebutuhan energi
( Leeson et
a/.,1996). Dari hasil penelitian tersebut
diketahui bahwa, dengan meningkatnya kandungan energi ransum maka
konsumsi ransurn menurun secara linier, sehingga menyebabkan protein
yang dikonsumsi menjadi berkurang dan mengakibatkan laju pertumbuhan
rnenjadi lembat , sedangkan lemak abdominal yang terbentuk meningkat.
Energi dan protein ransum yang direkomendasikan Scott et at. (1982)
untuk ayam broiler adalah 3200 kkal MElkg dan 22% protein untuk periode
grower (2
-
6 minggu).
Jumlah konsumsi ransum tersebut selarna 2
-6
minggu adalah sekitar 2.4 kilogram per ekw atau 85.7 gram per ekor per hari
untuk jantan dan I.82 kilogram per ekor atau 65 gram per ekor per hari pada
broiler betina.
Pada periode finisher energi yang dibutuhkan adalah 3200
kkal MElkg dengan protein 20 persen.
Jumlah konsumsi ransurn sebesar
144.29 gram per ekor per hari untuk jantan dan 129.29gram per ekor per hari
untuk betina. Jumlah energi yang dibutuhkan oleh setiap ternak dipengaruhi
oleh beberapa faktor sepertj spesies, berat badan, umur, jenis kelamin,
tingkat pertumbuhan, produksi, aktivitas hewan, suhu lingkungan, cekaman
panas dan jumlah bulu yang menutupi tubuh (Card, 1961 : Hafez dan Dyer,
1969).
Enersri untuk Kebutuhan HiduD Pokok dan Produksl
Sebagian besar dari seluruh energi yang dibutuhkan ayam digunakan
untuk mempertahankan hidup, apakah hewan tersebut ada dalam periode
pertumbuhan ataupun dalam periode produksi telur (Wahju, 3978). Menurut
Maynard dan Loosli (1962). kebutuhan energi untuk mempertahankan
proses-proses tubuh itu disebut kebutuhan energi untuk hidup pokok. Jika
kebutuhan ini tidak dipenuhi maka jaringan tubuh sendiri akan dipecah untuk
mempertahankan proses-proses tubuh tetap berlangsung sehingga temak
akan kehiiangan berat tubuh serta terjadi akibat-akibat lain.
Energi untuk kebutuhan hidup pokok meliputi kebutuhan untuk
metabolisme basal, untulc aktivitas normal dan untuk menjaga suhu tubuh.
Energi yang dibutuhkan untuk hidup pokok harus dipenuhi sebelum anak
ayam
dapat
mempergunakan
setiap
energi
untuk
pertumbuhan.
Dihubungkan dengan nilai-nilai energi makanan, kebutuhan energi untuk
hidup pokok merupakan energi netfo untuk hidup pokok (net energi for
maintenance). Energi netto untuk hidup pokok umumnya ditentukan dengan
mengukur panas hewan percobaan yang berstatus gizi baik, dipuasakan, ada
dalam keadaan termonetral dan beristirahat. Produksi panas hewan yang
berada dalarn kondisi yang seperti itu disebut "Basal Metabolic Rate" (BMR)
atau rnetabolisme basal. Nilai BMR ini merupakan perkiraan kebutuhan
energi nefto untuk hidup pokok (Kleiber, 1961 : Sutardi, 1980).
Pada umumnya, metabolisme basal untuk tiap individu yang sejenis
adalah konstan. Beberapa faktor seperti ukuran tubuh, umur, jenis kelamin,
suhu fingkungan, jenis bahan makanan yang masuk tubuh, aktivitas fisik,
berbagai obat-obatan dan keadaan sakit mempengaruhi metaboiisme basal
(Wirahadikusurnah, 1985).
Cara lain untuk rnenentukan kebutuhan energi untuk hidup pokok
adalah melalui percobaan rnakanan (feeding trial). DaIam metode ini
pertambahan berat badan (termasuk pertambahan lemak dan protein tubuh)
dan jurnlah energi yang dikonsurnsi selarna percobaan rnerupakan faktorfaktor utama. Robbins dan Ballew (3984) melakukan metode tersebut pada
ayam broiler dan Leghorn putih.
Percobaan ini dilakukan dengan cara
rnelakukan pembatasan pernberian ransurn selama waktu tertentu untuk
mengetahui penganlhnya terhadap pertambahan berat badan, pertambahan
protein dan lemak tubuh, dengan demikian dapat diperoleh hubungan antara
asupan energi (X) dengan pertambahan energi tubuh ( Y ) yang dinyatakan
dalam persamaan regresi linier Y = a + bX. Berdasarkan persamaan regresi
tersebut maka kebutuhan energi untuk hidup pokok dapat diketahui, yaitu
dengan menghitung asupan energi (X) pada saat tidak terjadi pertambahan
energi tubuh (Y = 0).
Berdasarkan
penelitian tersebut,
mernperoleh perkiraan
umur 8
Robbins
dan
Ballew
(1984)
kebutuhan energi untuk hidup pokok pada broiler
- 22 hari sebesar 153 kkali kg 75/hari dan pada umur 28 - 42 hari
sebesar 133 kkalkg '=/hari. Tillrnan et
energi untuk
a/. (1 986) menyatakan bahwa jumlah
kebutuhan hidup pokok pada unggas dengan berat satu
kilogram dan pertambahan berat tubuhnya 27 gram per hari adalah 120 kkal
per hari.
Kebutuhan enegi untuk hidup pokok merupakan ha\ penting untuk
diperhatikan. Jika kebutuhan untuk hidup pokok telah dipenuhi maka energi
yang dikonsumsi ternak dapat digunakan untuk berproduksi, dalarn ha1 ini
untuk perturnbuhan (Kleiber, 1961). Kebutuhan energi untuk produksi (net
energy for production) bentuknya bermacam-macam seperti energi netto
untuk pertumbuhan (net energy for gain), energi netto untuk produksi telur
atau
jenis-jenis produksi temak lainnya (Sutardi, 1980), oleh karena itu
kebutuhan energi untuk perturnbuhan disebut juga kebutuhan energi di atas
kebutuhan hidup pokok.
Hubunaan Suhu Linakunaan denaan Kebutuhan Enera
Ayam termasuk hewan homeoterm, yaitu hewan yang dapat menjaga
suhu tubuhnya agar tetap konstan. Hewanhewan homeoterrn secara terus
rnenerus memproduksi panas yang dapat dilepaskan kepada lingkungannya.
Kecepatan hilangnya panas ini tergantung pada perbedaan suhu tubuh
dengan suhu lingkungannya (Sturkie. 1976). Pada keadaan suhu lingkungan
rendah, maka untuk menjaga suhu tubuh tetap konstan, hewan akan
meningkatkan panas reaksinya sehingga keperluan hidup pokok meningkat.
Sebaliknya, jika
suhu berangsur-angsur naik maka hewan berusaha
mempercepal pengeluaran panas dari tubuhnya.
Perbedaan suhu tubuh
dengan suhu lingkungan akan mernpengaruhi kebutuhan energi untuk hidup
pokok.
Saat suhu Iingkungan tidak berpengaruh terhadap produksi panas
atau metabolisrne energi hewan disebut kisaran suhu termonetral. Jika suhu
tingkungan lebih tinggi atau lebih rendah dari suhu termonetral, maka
kebutuhan energi
untuk hidup pokok akan berubah (menurun atau
rneningkat). Menurut Sutardi (1980) kisaran suhu termonetral untuk ayam
adalah 16
- 26 OC, sedangkan Baziz ef a/.(1996) menyatakan bahwa suhu
lingkungan termonetral untuk ayam adalah 21 - 23 OC.
Suhu lingkungan mempengaruhi banyaknya ransum yang dikonsumsi.
Menurut Scott ef a/.( I982). konsumsi akan menurun dengan meningkatnya
suhu Iingkungan.
Oleh karena itu pada suhu yang tinggi, kadar protein
ransum perlu ditingkatkan.
bahwa
unggas yang
Howlider dan Rose (1987) juga menemukan
dipetihara
pada
suhu
lingkungan tinggi
akan
menurunkan konsumsi ransumnya, agar produksi panas metaboliknya
berkurang dan suhu tubuh konstan.
Hal ini menyebabkan pertumbuhan
ayam rnenjadi lebiti lambat dan berkurang kira-kira 1.5 O
h per derajat selsius
diatas 2I0C, sedangkan Hurwitz ef
a/. (1980) rneiaporkan terjadinya
penurunan efjsiensi ransum pada ayam yang
dipeliham pada suhu
lingkungan di atas 2g°C.
Suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap kandungan lemak tubuh.
Howlider dan Rose (1987) menemukan adanya peningkatan 0.8 % pada
h pada lernak abdominal per derajat selsius
kandungan lemak tubuh dan 1,6 O
kenaikan suhu lingkungan.
peningkatan
temak
Baziz et
abdominal,
a/.
(1996) rnendapatkan adanya
subkutan
dan
intermuskuter
pada
pemeliharaan dalam kondisi suhu lingkungan panas.
Dari hasil--basil penelitian tersebut, terlihat ada fenomena yang
berlawanan antara pertumbuhan dan penimbunan lemak.
suhu
lingkungan mengakibatkan pertumbuhan akan
penimbunan lemak semakin meningkat.
Meningkatnya
menurun tetapi,
Hal ini menarik
untuk diamati,
karena ha1 yang sebaliknya terjadi pada mamalia jika dipelihara pada suhu
tinggi (Baziz ef at., 1996).
Pada mamalia, suhu lingkungan yang tinggi tidak
hanya menurunkan pertumbuhan, tetapi juga menurunkan kandungan lemak
tubuh.
Lemak
Lemak dan Funasi Lernak Baqi Tubuh
Lemak atau lipid dalam daging terdapat dalam bentuk gliserida dan
senyawa
kompleks fosfolipid.
Adanya
lemak
tersebut
perbedaan rasa (flavor) dan aroma daging (Winarno, 1995).
menyebabkan
Lebih lanjut
dijelaskan bahwa peranan lemak dalam mempengaruhi rasa daging dapat
terjadi
melalui dua cara yaitu pertama,
menghasilkan senyawa
karbonil yang
menentukan rasa daging;
oksidasi asam
memiliki potensi
lemak yang
nyata dalam
kedua, temak juga rnungkin bekerja sebagai
tempat penyimpanan senyawa-senyawa yang ber aroma kuat, yang rnudah
dibebaskan bila dipanaskan.
Menurut Montgomery et a/.(1993), lernak (lipid) yang terdapat dalam
tubuh diklasifikasikan kedatam lima kelompok yaitu
asam lemak, ester
gliserit, sfingolipid, derivat sterol dan terpen. Asarn lemak merupakan sumber
energi utama bagi tubuh dan dari asam lernak ini dibentuk komplekskompleks iipid. Ester gliseril merupakan senyawa pengangkut metabolik dan
bentuk dari penyimpanan asam lemak.
membran.
Sfingofipid merupakan komponen
Sterol sangat penting dari segi kesehatan, sedangkan terpen
yang merupakan derivat-derivat isopren terdapat dalam jumlah kecil, tetapi
mempunyai fungsi metabolik yang sangat penting dan terpisah.
Asam lemak merupakan senyawa yang disajikan dalarn bentuk rumus
kimiawi sebagai R - COOH, dengan R merupakan rantai alkil yang tersusun
dari
atom-atom
karbon dan
hidrogen (Montgomery
et
a/.,
1993)
-
Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap, asarn lemak dikelompokkan ke
dalam asam lemak jenuh
(saturated) dan tidak jenuh (unsaturated). Asam
lemak jenuh rnempunyai rurnus umum CnHzn02 (Maynard dan Loosli, 1962).
Asam lemak tidak jenuh mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap. Asam
lemak yang mempunyai satu ikatan tidak jenuh disebut asam lemak
monoenoat atau asam lemak tidak jenuh tunggal, sedang yang rnengandung
dua atau lebih ikatan tidak jenuh disebut polienoat atau asam lemak tidak
jenuh ganda (Montgomery et
a/.,1993).
Distribusi asam Iemak yang merupakan unsur pokok lemak hewan dan
nabati sangat beragam. Lemak tanaman dan lemak ikan mengandung lebih
banyak
asam lemak polienoat dibandingkan lemak hewan, khususnya
linoleat.
Pada ayam, komposisi asam temak monoenoat jauh lebih besar
daripada asam lemak
jenuhnya, yaitu 47
-
51 % dalam bentuk oleat
sedangkan asam lemak jenuh hanya 28 - 31 O h (Mountney, 1966).
Maynard dan Loosli (1962) rnengutip pernyataan Terroine, bahwa
lemak tubuh dibedakan kedalarn dua kelompok yaitu unsur tetap
(Constant
elemen) dan unsur yang berubah-ubah (variable elemen). Perbedaan ini
didasarkan pada kenyataan bahwa selama konsumsi makanan tidak cukup,
"variable elemeni' dirnanfaatkan untuk menyediakan energi bagi prosesproses dalam tubuh, sementara
"Constant elemenf' tetap utuh untuk
melindungi struktur-struktur esensil dalam tubuh.
terdiri dari fosfolipid dan sterol,
Unsur tetap ini terutama
dan merupakan bagian esensil dari sel.
Unsur yang berubah-ubah merupakan kelompok yang lebih besar dan
mewakili atau menggambarkan lemak yang telah disimpan (ditimbun)
sebagai cadangan energi. Timbunan lemak ini terutama mengandung
trigliserida dari asam palmilat, stearat, dan oleat.
Selain untuk cadangan energi, lemak tubuh juga penting untuk
melindungi jaringan dan organ-organ tubuh. Sekurang-kurangnya tubuh
mengandung empat persen lemak untuk mefindungi jaringan dan organ
tubuh. Griminger (1976) menyatakan bahwa pada unggas yang dipuasakan
bahkan sampai mati, tertihat masih mengandung lemak tubuh sekitar empat
persen.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak sernua lemak tubuh digunakan
sebagai cadangan energi, melainkan juga untuk melindungi jaringan dan
organ tubuh. Lernak yang terakhir ini dipertahankan di dalarn tubuh.
Trigliserida adalah bentuk lemak yang paling efisien untuk menyimpan
kalor. Berbeda dengan glikogen, trigliserida bersifat nonhidrat (tidak banyak
membutuhkan tempat), dan kurang teroksidasi dengan hasil 9 kkallg.
Trigliserida banyak terdapat dalam sel-sel lemak. Adiposa (jaringan lemak)
terdapat sebagai jaringan bebas dalam berbagai bagian tubuh atau
terdispersi dalam urat daging dan tenunan pengikat. Beberspa trigliserida
juga berada dalam bentuk butir-butir lipid yang kecil pada jaringan bukan
lemak (non adiposa) seperti hati dan urat daging, yang mungkin akan segera
digunakan untuk metabolisme energi (Linder, q992).
Linder (I
992) juga menjelaskan peranan fosfolipid kolesterol, dan
asam Iemak dalam tubuh. Fosfolipid dan kolesterol mempunyai fungsi pokok
dalam pembentukan semua membran set (interior & eksterior). Adanya asam
lemak polienoat (poIyunsaturated fafy acid) pada fosfolipid membran penting
untuk struktur mernbran sel dan sebagai substrat untuk pembentukan
prostaglandin, ieukotrien dan tromboksan yang esensial untuk fungsi tubuh
normal.
Kolesterol juga merupakan substrat untuk pembentukan asam
empedu, hormon-hormon steroid dan vitamin
D3. Asam arakidonat berfungsi
untuk pembentukan prostaglandin, leukotrin dan tmmboksan. Secara umum
asam lemak polienoat djbutuhkan dalam esterifikasi kofesterol plasma.
Lemak tubuh merupakan unsur yang sangat beragam di antara unsurunsur utama penyusun tubuh. Keragaman ini ditentukan oleh spesies, jenis
kelamin, umur, kandungan nutrisi, dan suhu lingkungan. Leeson dan
Summers (1980)mendapatkan bahwa Iemak tubuh anak ayam jantan dan
betina umur sehari berturut-turut 14.6
menjadi 17.9 O h pada jantan dan 22.2
Oh,
O?
pada betina, selanjutnya pada umur
delapan minggu (56 hari) mencapai 21.1
betina.
dan 9.2 %. Setelah umur 42 hari
O
h
pada jantan dan 23.3 % pada
Dari data tersebut terlihat bahwa dengan meningkatnya umur,
Dapat terlihat pula
kandungan lemak tubuh semakin meningkat.
bahwa
ayam betina lebih cepat menimbun lemak dibandingkan ayam jantan.
Biosintesis L i ~ i d
Jaringan hewan mempunyai kernampuan terbatas untuk menyimpan
energi &lam
bentuk karbohidrat (glikogen).
Dalarn ha1 ini sebagian dari
polisakarida dirombak melalui proses glikolisis menjadi asetil koenzim A,
yang merupakan zat antara untuk biosintesis asam lemak dan trigliserida.
Senyawa lipid ini mempunyai kandungan energi yang lebih tinggi daripada
karbohidrat dan dapat disimpan sebagai cadangan energi yang besar di
dalam jaringan lemak (Wirahadikusumah, 1985).
Biosintesis asam lemak dari asetil KoA terjadi dihampir semua bagian
tubuh bewan, terutama didalam jaringan hati, jaringan lemak, dan kelenjar
susu disamping ginjal, otak, dan paru-paru. Kofaktor yang diperfukan
mencakup NADPH, ATP, ~ n ' ' . biotin dan HC03 (sebagai sumber COz). Asetil
KoA rnerupakan substrat antara
(infermedier)dan palmitat bebas adalah
produk akhir. Stfat-sifat ini sangat bertentangan dengan sifat-sifat p oksidasi.
Biosintesis ini terjadi didalam sitoplasma, sedangkan oksidasi asam lemak
berlangsung di dalam mitokondria (Ganong, 1995;Wirahadikusumah, 1985).
Secara keseluruhan, biosintesis
tahap utarna yaitu
asarn lernak terbagi menjadi tiga
(1) pernbentukan malonil KoA dari asetil KoA. (2)
pemanjangan rantai asam lernak sampai terbentuknya asarn palmitat secara
kontinu dengan tiap kali penambahan malonil KoA dan pelepasan Co2, dan
(3) pemanjangan rantai asam palmitat secara bertahap tergantung pada
keadaan dan komposisi faktor penunjang reaksi di dalam sel. Asam palmitat
sebagai hasil akhir yang norrnaI dalam biosintesis dengan enzim kompleks
asam lemak sintetase, merupakan senyawa sumber untuk biosintesis asam
lemak jenuh dan tidak jenuh yang berantai lebih panjang. Tempat untuk
pemanjangan rantai asam lemak di dalam sel adalah sitoplasrna, mikrosom,
dan mitokondria (Wirahadikusumah, f 985).
Trigliserida yang merupakan lipid cadangan, disintesis secara aktif di
dalam jaringan sei hewan dan tumbuhan tinggi terutama di dalam sel lemak
(adiposa) dan set hati. Sebagai senyawa pemuta untuk biosintesis trigliserida
adalah
L-gliserol-3-fosfat
dan senyawa koenzim-A asif asarn lemak.
Pengaturan biosintesis asam lemak de novo dikendalikan melalui dua tipe
mekanisme yaitu pengendalian jangka panjang dan pengendalian jangka
pendek.
Pengendalian jangka
panjang melibatkan perubahan dalam
banyaknya enzim biosintetik asarn lemak di dalam sel.
Enzim-enzim yang
terlibat dalam sintesis asam lemak de novo adalah asil KO A karboksilase,
kompleks asam lemak sintase, sitrat liase, glukose dehidrogenase 6-fosfat,
dan enzim rnalat. Produksi enzim-enzim ini dirangsang didalam hati pada
waktu diberi makan glukosa. Enzim-enzim ini mempunyai waktu paruh yang
relatif pendek, sehingga kandungannya dalam sel tergantung pada cepatnya
laju sintesis mereka.
Pada tipe ini, sel akan mempunyai sejumlah besar
enzim-enzim tersebut hanya bila tersedia karbohidrat dan ATP.
Karena
pengendalian ini memerlukan produksi enzim, maka kerja pengendalian
jangka panjang relatif lambat, memerlukan beberapa jam untuk dapat bekerja
sampai tuntas.
Pengendalian tipe kedua, yaitu pengendalian jangka pendek, yang
bekerja adalah enzim asetil KoA karboksilase.
Pengendalian ini meliputi
modulasi aktifitas asetil KoA karboksilase. Sitrat rnengaktifkan enzim dengan
cara memecahnya.
Karena mekanisme ini melibatkan modulasi aktifitas
enzim yang telah ada, pengaruhnya nampak dengan sangat cepat, yakni
hanya dalam beberapa menit (Montgomery et a/.,
1993).
Lemak Abdominal
Lemak abdominal merupakan salah satu komponen lemak tubuh.
Menurut Kubena eta!. (39741, lemak abdominal adalah lemak yang berada di
sekeliling gizzard, organ reproduksi dan lemak yang terdapat diantara otot
abdominal, usus dan sekitar Woaka. Penimbunan lemak pada daerah perut
ini merupakan produk limbah dalam industri ayam pedaging.
Holsheimer dan
Veerkamp
(t992),
rnenyatakan
bahwa
lemak
abdominal merupakan masalah sehubungan dengan prosesing. Karkas
broiler kira-kira mengandung 2,5% lemak abdominal dari berat hidup pada
umur potong enam rninggu; sedangkan menurut Leeson dan Summers
(1980), berkisar antara 1.4
- 2.6
persen dari berat hidup pada ayam broiler
jantan dan 3.2 - 4.8 persen pada ayam betina.
Kandungan lemak abdominal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
spesies, kandungan nutrisi dan suhu lingkungan.
abdominal ayam betina cenderung
Persentase lemak
lebih tinggi dari ayam jantan, dan
persentasenya cenderung meningkat dengan bertambahnya umur (Kubena
et at., 1974). Sudarman (1987) menyatakan bahwa galur Arbor Acres
memiliki persentase lemak abdominal lebih tinggi daripada galur Lohman.
Ayam galur gemuk dan galur kurus, hasil seleksi tujuh generasi terhadap
nisbah lemak abdominal dan berat bada
TERHADAP KELEBIHAN ASUPAN ENERGI
DALAMUPAYAMENURUNKANKANDUNGAN
LEMAK ABDOMINAL
oleh :
AHADIYAH YUNIZA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANiAN BOGOR
2002
ABSTRACT
AHADIYAH YUNIZA. Broiler's Response in the Tropics to the Excess of
Energy Intake in An Effort to Decrease the Deposition of Abdominal Fat .
Under the supervisions of JUJU WAHJU, MUHILAL, WIRANDA G. PILIANG,
SIT1 SUNDARI KISMONO, and A. ANSORI MATTJIK.
Broiler chickens raised in the tropic accumulate more body fat than
those raised in the temperate zone. The deposition of abdominal fat (AF)
during growth period is an indication of excess energy intake. The unbalance
between dietary energy and protein content in the tropic could cause an
excess of energy intake during growth period.
This research consisted of three experiments. Experiment I was
designed to study the growth of broiler chickens and AF's gain, by weighing
body weight and slaughtering 2 birds every week from 14 days until 56 days
old. Experiment II was designed to study the excess of energy intake above
the energy requirement for maintenance (ERM) that caused the deposition of
AF. In order to overcome the abdominal fat deposition the energy intake was
restricted with five dierent treatments i-e.: (A) ERM, (6)ERM + 30 kcal, (C)
ERM + 60 kcal, (D) ERM + 90 kcat, and (E) ERM + 120 kcal. The
determination of these energy intake were based on ERM which
recommended by Robbins and Sallew (1984). On experiment 111, 40 males
and 40 females broiler chickens were fed finisher diets providing 2800, 3000,
3200, 3400, and 3600 kcal MElkg, with the same protein content. Broilers'
response to these diets were recorded to study the quality of the carcass,
body composition, role of finisher diet, and the proper balance between
dietary energy and protein content.
In the tropic, broilers with strain Arbor Acres (AA) had a potency to
grow slower and to deposit AF faster than in the temperate zone. Broilers at
2 weeks old had deposited AF 0.97 O h of live weight. Energy intake during
growing period was not used for muscle growth maximally, but also used to
deposite AF.
The energy requirement for broiler strain AA during the finishing period
was 5378 kcalhirdll4 days. The increase of energy content in finisher diets
decreased feed consumption and protein intake, while the body weight gain
and the quantity of energy intake were not significant. The quality of the
carcass became lower indicated with the increase of AF weight (grams), AF
percentage, body fat percentage of live weight and gain of body fat (grams) ,
and the decrease of body protein and body protein percentage of live weight.
In the tropic, finisher diet could repair the quality of the carcass (i.e. :
decrease AF) by adjusting the proper balance between the dietary energy
and the protein content in the diet. In order to avoid the accumulation of AF
during finishing period, the protein and energy intake were suggested as
much as 444.44 glbirdll4 days and 5378 kcalhirdll4 days respectively.
ABSTRAK
AHADIYAH YUNIZA. Respons Ayam Broiler di Daerah Tropik terhadap
Kelebihan Asupan Energi dalam Upaya Menurunkan Kandungan Lemak
Abdominal.
Dibimbing oleh JUJU WAHJU, MUHILAL, WfRANDA
G.
PILIANG, SIT1 SUNDARI KISMONO, dan A. ANSORI MATTJIK.
Ayam broiler yang dipelihara di daerah tropik menimbun lemak tubuh
lebih besar daripada di daerah beriklim sedang.
Penimbunan lemak
abdominal (LA) pada masa pertumbuhan merupakan indikasi dari kelebihan
asupan energi. lmbangan kandungan energi metabolis dengan protein
ransum yang tidak tepat untuk pemeliharaan di daerah tropik dapat
menyebabkan kelebihan asupan energi pada rnasa pertumbuhan.
Penelitian ini terdiri atas tiga percobaan. Percobaan I dirancang untuk
dapat mempelajari pertumbuhan broiler dan pole pertambahan LA, dengan
cara menimbang berat badan dan memotong 2 ekor ayam setiap rninggu
mulai umur 14 hari sampai umur 56 hari. Percobaan 11 untuk mempelajari
besamya kelebihan asupan energi dari kebutuhan hidup pokok (HP) yang
menyebabkan terjadinya penimbunan LA, yaitu dengan cara membatasi
asupan energi yang diterima: (A) kebutuhan HP, (6) HP+30, (C) HP+60, ( 0 )
HP+90, dan (E) HP+120 kkal . Penentuan asupan energi ini didasarkan pada
kebutuhan energi untuk HP yang direkomendasikan Robbins dan Ballew
(1984). Pada Percobaan Itl, 40 ekor jantan dan 40 ekor betina diberi ransum
finisher (RF) yang menyediakan energi sebesar (Rt) 2800, (R2) 3000, (k)
3200, (&) 3400, atau (&) 3600 kkallkg, dengang kandungan protein yang
sama. Respon ayam terhadap ransurn tersebut diamati untuk mempelajari
kualitas karkas, komposisi kimia tubuh, peranan RF, dan imbangan
kandungan energi dengan protein yang tepat untuk RF di daerah tropik.
Broiler strain Arbor Acres (AA) mempunyai kernarnpuan tumbuh yang
lebih lambat dan menimbun LA lebih dini dibandingkan dengan
pemeliharaannya di daerah beriklim sedang. Pada umur 2 minggu, ayam
sudah menimbun LA sebesar 0.97 % dari berat hidup. Asupan energi yang
diterima ayarn selama periode grower tidak dimanfaatkan maksimal untuk
pertumbuhan jaringan otot, melainkan juga untuk membentuk kemak tubuh.
Kebutuhan energi broiler sfrain AA selama periode finisher adalah
sebesar 5378 kkallekor. Peningkatan kandungan energi dalam RF mengakibatkan konsumsi ransum dan asupan protein menurun, tetapi pertambahan berat badan dan jumlah asupan energi tidak berbeda nyata. Kualitas
karkas menjadi menurun yang diindikasikan dengan terjadinya peningkatan
berat LA, persentase LA, persentase temak tubuh dan pertambahan lemak
tubuh, dan juga diindikasikan dengan terjadinya penurunan pertambahan
protein tubuh dan persentase protein tubuh. Di daerah tropik , RF dapat
mernperbaiki kualitas karkas (yaitu : menurunkan LA) dengan cara membuat
imbangan yang tepat antara energi dengan protein ransum. Agar tidak
membentuk LA selama periode finisher, jumlah ransum yang dikonsumsi
harus rnampu mernberi asupan protein sebesar 444.44 glekorll4 hari untuk
mengirnbangi asupan energi sebesar 5378 kkalfekorll4 hari.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa d~sertasiyang berjudul :
RESPONS AYAM BROILER Dl DAERAH TROPIK
TERHADAP KELEBIHAN ASUPAN
ENERGI
DALAM UPAYA MENURUNKAN KANDUNGAN
LEMAK ABDOMINAL
adalah
benar
dipublikasikan.
merupakan hasil karya
saya
sendiri
dan belurn pernah
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Maret 2002
95 531 1 PTK
Judul Disertasi
:
Respons Ayam Broiler di Daerah Tropik terhadap
Kelebihan Asupan Energi dalam Upaya Menurunkan
Kandungan Lemak Abdominal
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
: Ahadiyah Yuniza
: PTK 95 531
Menyetujui
1. Komisi Pembirnbing
Prof. Dr. Muhilal
Anggota
Dr. Ir. M.M. Siti Sundari Kismono
Anggota
Prof. Dr. Ir. Wiranda G. Pilianq. MSc.
Anggota
Prof. Dr. Ir. A Ansori Mattiik. MSc.
Anggota
Pascasarjana IPB,
Tanggal Lulus : 11 Maret 2002
RESPONS AYAM BROILER Dl DAERAH TROPtK
TERHADAP KELEBIHAN ASUPAN ENERGI
DALAMUPAYAMENURUNKANKANDUNGAN
LEMAK ABDOMf NAL
oleh :
AHADIYAH YUNlZA
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi llmu Ternak
PROGRAM PASCASARdANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal
23 Juni 1963 dari
ibu
Hj. Zulkimar dan ayah H. Muhammad Ali Mansyur BA (almarhum), sebagai
anak kedua dari tujuh bersaudara.
Tahun
diselesaikan tahun
1977
Pendidikan Sekolah Dasar Delapan
pada
SD
Proyek
Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) #KIP Jakarta, dan Pendidikan Sekolah Menengah
Atas diselesaikan tahun I989 pada SMA PPSP IKlP Jakarta.
Pada tahun 1987 penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama di lnstitut Pertanian Bogor (IPB) melalui Proyek Perintis II.
Pada tahun 1982 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Peternakan
IPB dan berhasil lulus sebagai Sarjana Peternakan pada tahun 1985.
Penulis bertugas sebagai staf pengajar pada Fakultas Petemakan
Universitas Andalas Padang sejak 1987 sarnpai sekarang. Pada tahun 1988
melanjutkan pendidikan Program Magister Sains pada Program Pascasarjana IPB Kegiatan Pengumpulan Kridit (KPK) IPB -UNAND dan lulus tahun
1991. Kemudian melanjutkan pendtdikan Doktor pada Program Pascasar-
jana lnstitut Pertanian Bogor sejak bulan Agustus 1995, dengan biaya dari
Tim Manajemen Program Doktor. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Penulis rnenikah dengan Ir. Hery Bachrizal Tanjung MSi. pada tahun
9990,dan telah dikaruniai tiga orang anak, yaitu Khalid Saifullah Fil Aqsha,
Haris Sibghatullah Fil Quds, dan Fauzia Inayatultah Az-Zahra.
PRAKATA
Maha besar Allah dan Maha Mulia. Puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga penulisan
disertasi ini dapat diselesaikan. Disertasi ini berjudul Respons Ayam Broiler
di Daerah Tropik terhadap Kelebihan Asupan Energi dalam Upaya
Menurunkan
Kandungan
Lemak
Abdominal,
yang
pelaksanaan
penelitiannya berlangsung sejak bulan Mei 1999 di Fakultas Peternakan IPB
Darmaga Bogor.
Penelitian dan penulisan disertasi ini dapat
pengarahan serta
bimbingan dari
Tim
Komisi
diselesaikan atas
Pembimbing.
Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Juju Wahju sebagai ketua komisi yang telah banyak memberikan
perhatian, bimbingan, dan dorongan semangat.
Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Muhilal dan Ibu Prof. Dr. Ir. Wiranda G.
Piliang, MSc yang telah banyak memberikan dan memperluas wawasan
penulis dalam bidang ilmu nutrisi, Ibu Dr. Ir. M.M. Siti Sundari Kismono yang
memberi bimbingan terutarna dibidang ilmu temak unggas dengan penuh
perhatian, dan Bapak Dr. A. Ansori Mattjik yang telah banyak membimbing
dan mengarahkan penulis dalam menganalisis dan menginterpretasikandata
penelitian. Kesabaran, kearifan, ketelitian, kepakaran, dan perhatian bapak
dan ibu dalam membimbrng dan rnengarahkan, akan penulis jadikan
tauladan dalam menjalani karir sebagar pengajar dan peneliti.
Kepada Bapak Dr. Ir. Arifin Habibie dan Dr. Ir. Dulatip Natawihardja,
selaku penguji luar komisi, penulis mengucapkan terima kasih atas semua
pertanyaan, komentar, dan usulan yang telah diaajukan dalarn ujian terbuka.
f enulis telah memaharninya sebagai bentuk lain dari proses pembirnbingan
menuju kesempurnaan disertasi in!.
Suatu disertasi tidak mungkin dapat terlaksana tanpa dukungan
biayaldana yang memadaj.
Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan
terirna kasih kepada Tim Manajemen Program Doktor Ditjen Dihti, Lembaga
Penelitian UNAND dan Pernerintafi Daerah Tingkat I Sumatra Barat. Khusus
kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Zuhal Abdul Qadir yang telah
memberikan dukungan dana, penulis ucapkan terima kasih.
Penghargaan
Kandang
penulis
sampaikan
kepada
Ketua
Laboratoriuml
Percobaan Unggas Unit I3 dan Ketua Laboratorium Makanan
Ternak FAPET IPB beserta staf dan laborannya, yang telah memberikan
fasilitas dan bantuan selama penelitian. Kepada Bapak Jamhar yang
rnembantu penulis setiap hari di kandang percobaan, penulis sampaikan
terima kasih, dengan bantuan bapak pekerjaan di kandang terasa lebih
ringan.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Pengelola
Perpustakaan di lrngkungan IPB yang memberikan kemudahan dalam
mendapatkan rujukan,
dan
kepada
teman-teman
seprofesi,
terutama
Dr. Ir. Yosi Fenita MS, atas perhatian, bantuan, tenaga dan saran yang
dibertkan selama penelttian dan penulisan disertasi. Semoga Allah SVVT
membalas jasa dan budr balk beliau tersebut dan selalu memperoleh
kesehatan, kesuksesan dan rahmat Allah SVVT dalarn karir dan keluarga.
Kepada yang terhorrnat dan tercinta Ayahanda almarhum dan Ibunda,
penulis sampaikan terima kasih atas segala pengorbanan, dorongan,
doa
restu, perhatian dan kasjh sayang yang telah dicurahkan. Kepada Papa dan
Mama mertua , Nenek Ayek dan Bunda Elok penulis juga menyampaikan
terima kasih dan penghargaan. Ucapan terima kasih yang mendalam khusus
kepada suami tercinta Uda Hery dan anak-anak tersayang Bung, Dede, dan
Ezi, atas pengertian, pengorbanan, dorongan semangat, kesabaran dan
ketabahan yang diperlihatkan selama ini. Semoga anugrah yang kita peroleh
ini membawa manfaat dan berkah bagi kehidupan kita ke depan.
Akhimya, penulis berharap apa yang telah dicapai dalam disertasi ini
dapat dijadikan pandangan dan telaah untuk memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan.
Bogor, Maret 2002
Ahadjyah Yuniza
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................
ix
PENDAHULUAN .................................................................
I
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................
7
Energi ......................................................................
Nilai Energi dan Hubungannya dengan Kinerja Ayarn ....
Energi untuk Kebutuhan Hidup Pokok dan Produksi ......
Hubungan Suhu Lingkungan dengan Kebutuhan Energi
Lernak ......................................................................
Lemak dan Fungsi Lemak Bagi Tubuh ......................
Biosintesis Lipid ...................................................
Lemak Abdominal .................................................
Penimbunan Lemak dan Hubungannya dengan
Makanan .............................................................
MATERI DAN METODE PENELlTlAN ..................................
7
7
10
12
14
14
18
20
22
24
Tempat dan WaMu Penelitian .......................................
25
Materi dan Alat-alat Penelitian .......................................
25
Metode Penelitian .......................................................
Percobaan I ........................................................
Percobaan II ........................................................
Percobaan Ill .......................................................
29
29
30
33
HASlL DAN PEMBAHASAN ................................................
37
Percobaan I ...............................................................
38
Percobaan II ..............................................................
45
Percobaan III .............................................................
Respons Konsumsi dan Pertumbuhan ......................
Evaluasi Kualitas Karkas.........................................
Evaluasi Komposisi Kmia Tubuh ..............................
53
53
57
62
KESfMPULAN ....................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................
77
LAMPIRAN ........................................................................
81
DAFTAR TABEL
Halaman
Judul Tabel
7.
Kandungan Energi Metabolis dan Zat Gizi Bahan Makanan.
26
2.
Susunan Ransum Starfer, Grower dan Finisher ...............
27
3.
Kandungan Energi Metabolis dan Zat Gizi Ransurn Starter,
Grower, dan Finisher....................................................
27
Susunan dan Kandungan Ransum Perlakuan pada
Percobaan lii ............................................................
28
Rataan Suhu Minimum-maksimum Harian dan Kelembaban
Udara Relatif Harian Setiap Minggu Selarna Penelitian
37
6.
Data Berat Badan Ayam Broiler Umur 2 - 8 Minggu .........
39
7.
Kinerja Ayam Broiler pada Percobaan !I ........................
47
8.
Pertambahan Protein Tubuh (PPT), Lemak Tubuh (PLT),
dan Lemak Abdominal (PlA) selama Percobaan 11 (2 6
Minggu). ....................................................................
49
Rataan Konsumsi Ransum, Asupan Energi dan Protein,
Pertambahan Berat Badan (PBB) dan Konversi Ransum
Ayam Broiler pada Periode Finisher ..............................
55
Rataan Berat Karkas, Berat Lemak Abdominal, Persentase
Karkas. dan Persentase Lemak Abdominal dari Berat
HidupAyam Broiler pada Percobaan Ill ...........................
58
Rataan Persentase Lemak Tubuh dan Protein Tubuh dari
Berat Kering Ayam Broiler pada Akhir Periode Finisher ......
65
Rataan Pertambahan Lemak Tubuh (PLT), Pertambahan
Protein Tubuh (PPT), dan Pertambahan Lemak Abdominal
(PLA) selama Periode Finisher .....................................
67
4.
5.
9.
10.
11.
12.
-
13
Kebutuhan Protein Ayam Broiler di Daerah Tropik
sehubungan dengan Kandungan Energi dalam Ransum
Finisher ... ... . . . .. . ... ... ... ... ... .. . . .. ... ... . . . ... ... . . . .. . ... . .. . .. ... ..
72
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Nomor
Judul Gambar
1.
Grafik Pertumbuhan Ayam Broiler Umur 2 - 8 Minggu.......
40
2.
Rataan Berat Lernak Abdominal Ayarn Broiler pada Umur
2 8 Minggu ............................................................
41
Komposisi Kimia Tubuh Berdasarkan Berat Hidup Ayam
Broiler Umur 2 - 8 Minggu............................................
42
Perkembangan Proporsi Lemak Abdominal dari Berat
Hidup Broiler Umur 2 8 Minggu ..................................
43
Rataan Komposisi Tubuh Berdasarkan Berat Hidup Awal
dan Akbir Percobaan II ...............................................
48
Model Linier Hubungan Asupan Energi dengan PPT dan
P LA ........................................................................
51
Komposisi Komponen Kimia Tubuh Ayam Jantan
Berdasarkan Berat Hidup pada Awal dan Akhir Periode
Finisher .................................................................
62
Komposisi Komponen Kimia Tubuh Ayam Betina
Berdasarkan Berat Hidup pada Awal dan Akhir Periode
Finisher .................................................................
63
3.
4.
5.
6.
7.
8.
-
-
'
DAFTAR LAMPfRAN
Halaman
Nomor
Judul Lampiran
1.
Rataan Berat Lernak Abdominal dan Berat Komponen
Tubuh Ayam pada Percobaan I ... ... ..... ...... ... ... ... ... ... ..
82
2.
Rataan Pertumbuhan Ayam pada Percobaan II ... ... ... ... ..
83
3.
Uji Kehomogenan Berat Badan Awal Ayam yang
Digunakan pada Percobaan I1 ... ... ... ... ... ... ... ... ... . .. ...
84
4.
Rataan Berat Hidup dan Berat Lemak Abdominal Ayam
pada Percobaan II . .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... .... .....
85
5.
Hasil Analisis Komposisi Tubuh Ayam pada Percobaan 11.
86
6.
Rataan Pertambahan Lemak dan Protein Tubuh selama
Periode Grower ... ... ... ... ... ... .. . ... ... ... ... ...... ... ... ... .....
87
7.
Asupan Energi (kka~/kg.~~/hari)
Ayam pada Percobaan II.
88
8.
Analisis Regresi dari Hubungan Asupan Energi dengan
Pertambahan Protein Tubuh (PPT).. ... . ... ... ......... ... ... ...
92
Analisis Regresi dari Hubungan Asupan Energi dengan
Pertambahan Lemak Tubuh (PLT)... ... ... ... ... ... ... ... .. . ... .
93
Analisis Regresi dari Hubungan Asupan Energi dengan
Pertarnbahan Lemak Abdominal (PLA) ... .. .. ... ... ... . .. ... ..
94
11.
Analisis Ragam dari Konsumsi Ransum ... ... ... ... ... ... .....
95
12.
Analisis Ragam dari Asupan Protein ... ... ... ... ... . .. ... ... ....
36
13.
Analisis Ragam dari Konversi Ransum ... ... ... ... ... ... ... ...
97
14.
Analisis Ragam dari Pertambahan Berat Badan (PBB) ... .
98
1 5.
Anahis Ragam dari Asupan Energi ... ... ... ... ...... ... ...
99
9.
10.
Analisis Ragam dari Berat Karkas ..............................
Analisis Ragam dari Persentase Karkas ....................
Analisis Ragam dari Berat Lemak Abdominal ...............
Analisis Ragam dari Persentase Lernak Abdominal ......
Analisis Komposisi Tubuh Ayam Jantan Berdasarkan
Berat Kering Udara (BKU) pada Percobaan Ill ...............
Anal~sis Komposisi Tubuh Ayarn Betina Berdasarkan
Berat Kering Udara pada Percobaan ill ........................
Analisis Komposisi Tubuh Ayam jantan
Berdasarkan
Berat hidup dan Berat Kering pada Percobaan Ill ..........
Analisis Komposisi Tubuh Ayam betina Berdasarkan
Berat Hidup dan Berat Kering pada Percobaan 111 ..........
Pertambahan Lernak Tubuh dan Protein Tubuh Ayam
Jantan ..................................................................
Pertarnbahan Lemak Tubuh dan Protein Tubuh Ayam
Betina ...................................................................
Analisis Ragarn Persentase temak Tubuh dari Berat
Kering ....................................................................
Analisis Ragam Persentase Protein Tubuh dari Berat
Kering ....................................................................
Analisis Ragam Pertambahan Lemak Tubuh (glekor) .......
Anafisis Ragam Pertambahan Protein Tubuh (glekor).......
Analisis Ragam Pertambahan Lernak Abdominal (glekor).
Hubungan Asupan Protein dengan Pertambahan Lernak
Abdominal (PLA) ......................................................
PENDAHULUAN
Kontribusi usaha temak ayam broiler untuk memenuhi kebutuhan
protein hewani bagi masyarakat Indonesia terlihat semakin meningkat. Hal ini
tidak dapat dipungkiri, mengingat harga dag~ngayam broiler relatif lebih
murah bila dibandingkan dengan ternak lain, bahkan dengan ayam kampung
sekalipun.
Permasalahan pada produksi
lemak intermuskular (di antara otot),
ayam broiler ini adalah kandungan
abdominal (di rongga perut), dan
subkutannya (di bawah kulit) yang tinggi. Hal ini banyak dikeluhkan oleh
konsumen ayam broiler dan juga oleh penjual ayam potong. Konsumen yang
selalu menjaga berat badannya tetap langsing menghindari mengkonsumsi
ayam yang berlernak tinggi. Bagi penjual ayam potong (baik datam bentuk
karkas maupun potongan-potongan), tingginya kandungan lemak abdominal
merupakan suatu kerugian dan menyita waktu kerja.
Hal ini karena
penirnbunan lemak di daerah perut merupakan bagian yang terbuang dan
merupakan sumber kontaminasi pada waktu prosesing (Kubena et el.,, 1974),
dan mengakibatkan persentase karkas menjadi rendah (Griffiths dan Nairu,
1984).
Bagi produsen,
banyaknya lernak abdominal dan subkutan
merupakan pemborosan energi dan biaya untuk ransum.
Sebenarnya pada periode pertumbuhan, hanya sedikit sekafi energi
yang dikonversi menjadi lemak tubuh.
Menurut Scott et al. (1982), ayam
broiler sampai umur enam minggu hanya mengandung lemak tubuh sekitar
empat persen. Namun demikkan faktor genetis,
lingkungan dan fisiologis
(jenis kelamin dan umur) sangat mempengaruhi laju penimbunan lemak
tubuh. Faktor lingkungan yang berperan pada penimbunan Iemak adalah
temperatur kandang atau lingkungan dan nisbah energi dengan protein
ransum ( Gonzalez-a dan Pesti, 1993; Griffiths et at., 1978 dan Bartov et a/.,
1974).
Pada kenyataannya ayam broiler umur enam minggu yang dipelihara
pada daerah beriklim sedang dengan suhu 21 O C mengandung total lemak
tubuh sebanyak 17.9 O h dari berat hidup jantan dan 22.2 % dari berat hidup
betina (Leeson dan Summers, 1980). Angka ini jauh lebih besar dari total
lemak tubuh yang dinyatakan oleh Scott et at (1982). Leeson dan Summers
(1980) juga menemukan bahwa ayam broiler umur tujuh hari telah
h dari berat hidup, dan proporsi
mengandung lemak abdominal sebanyak 0.5 O
Iernak
abdominal ini
terus
meningkat
dengan
bertambahnya umur.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa pada periode pertumbuhan, broiler
komersial telah mengalami keiebihan asupan energi yang kemudian
dikonversi menjadi lemak tubuh.
Dari hasil percobaan Leeson dan Summers (1980) itu terlihat bahwa
pemeliharaan broiler di daerah beriklim sedang saja sudah menghasilkan
lemak tubuh yang besar, tentunya pemekiharaan di daerah tropik seperti
Indonesia ini akan menghasilkan lernak tubuh yang lebih besar fagi. Telah
diketahui bahwa temperatur,lingkungan yang tinggi akan rneningkatkan
jumlah lernak karkas (Kubena et at., 1972),dan juga lemak abdominal (Baziz
et a/.
, 1996).
Berbeda
dengan
hewan
mamalia,
pada
dasarnya
ayam
mengkonsumsi sejumlah ransum terutama untuk memenuhi kebutuhan
energinya, dengan demikian sebenamya ayam tidak akan mengalami
kelebihan asupan energi. Ayam akan mengalami kelebihan asupan energi
jika kandungan protein tidak berimbang dengan kandungan energi dalam
ransum.
Dengan keseimbangan asam amino, protein, mineral dan vitamin
yang tepat, ransum yang mengandung energi tinggi maupun rendah akan
menghasilkan broiler dengan bobot badan yang sama pada umur delapan
minggu (Scott el at.. 1982).
Dari kenyataan tersebut, timbul pertanyaan-pertanyaan berikut :
sebenamya bagaimana pola pertambahan lemak tubuh pada ayam broiler ?,
apakah
lemak
abdomimal
dan
subkutan
dibentuk
seiring
dengan
pertumbuhan atau dibentuk pada saat energi untuk pertumbuhan maksimum
Kalau demikian, berapa kelebihan energi dari kebutuhan
telah terpenuhf.
hidup pokok yang menyebabkan terjadinya penimbunan lemak abdominal,
atau dengan kata lain, berapa besar energi di atas kebutuhan hidup pokok
yang dibutuhkan ayarn agar tidak menimbun lemak abdominal ?. Jawabanjawaban
dari
pertanyaan tersebut
akan dapat
menjelaskan,
apakah
pengurangan asupan energi merupakan cara yang efektif untuk mengurangi
dan meniadakan lernak abdominal tanpa mengganggu pertumbuhan jaringan
otot yang norrnaf.
Untuk mernperoleh berat badan yang d~inginkanpasar, Scott ef
a/.
(1982) menyusun ransum finisher yang berbeda kandungan energi dan
proteinnya dari ransurn yang diberikan sebelumnya pada umur 2
- 6 minggu.
Ransurn ini diberrkan untuk mempersiapkan broier yang akan dipasarkan
sesuai dengan selera konsurnen. Untuk itu maka kandungan lernak karkas
harus ditingkatkan, yaitu dengan cara menurunkan kandungan protein sedikit
dibawah kebutuhan untuk laju pertumbuhan maksimum dan meningkatkan
energi dalam ransum sampai mendekati tingkat energi tertinggi (3400
kkallkg). Penurunan kandungan protein atau peningkatan kandungan energi
ini rnengakibatkan nisbah energi dengan protein semakin besar. NRC (1994)
juga merekomendasikan bahwa nisbah energi dengan protein untuk ransum
finisher lebih besar daripada ransum grower.
Keadaan ini akan menyebabkan ayam umur 6 - 8 minggu mernperoleh
asupan energi lebih banyak daripada yang digunakan untuk pertumbuhan.
Kelebihan energi ini akan dikonversi menjadi Iemak tubuh, sehingga
menghasilkan bobot akhir (body finish) yang diinginkan pasar.
Scott ef al..
(1982) juga rnengingatkan bahwa jika ransurn mengandung energi
terlalu
tinggi, maka broiler mendapai asupan energi sangat berlebihan dan rnenjadi
terlalu gemuk (berlemak).
Hal ini perlu diperhatikan
terutarna pada
pemeliharaan di daerah tropik, karena kebutuhan energi untuk hidup pokok
ayam lebih rendah dan laju pertumbuhan rebih fambat.
Permasalahan sekarang adalah, broiler yang dipelihara sampai umur
enam minggu dengan ransurn grower saja sudah mengandung lemak tubuh
yang cukup tinggi dan ini telah membuat konsumen khawatir. Pada kondisi
seperti ini apakah masih perlu adanya periode dan ransum finisher tersebut?.
Apakah benar bahwa periode dan ransum finisher dapat menghasilkan broiler
yang sesuai dengan selera konsumen?.
Pandangan dan penjelasan di atas menunjukkan bahwa penentuan
kandungan energi ransum yang berimbang dengan kandungan proteinnya
sangat diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan ayam broiler yang baik
(kandungan lemak tubuhnya tidak berlebihan).
Hal ini dirasakan penting
terutama untuk daerah beriWim tropik, seperti Indonesia.
Kebutuhan energi
untuk hidup pokok broiIer yang sarna di daerah tropik lebih rendah daripada
di daerah beriklim sedang,
oleh karena itu perlu adanya pengkajian-
pengkajian guna rnenghasilkan forrnulasi ransum yang dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan,
efisien,
dan menghasilkan karkas
yang berkualitas baik. Salah satu syarat karkas yang baik menurut Mountney
(1966) adalah karkas yang perlemakan dibawah kulitnya merata dan tidak
mengandung lemak abdominal .
Mengingat informasi-informasi tersebut di atas belurn cukup, maka
untuk menghasilkan produk daging atau karkas ayam broiler yang baik di
daerah tropik, dilakukan penelitian ini yang berjudu1 Respon Ayarn Broiler di
Daerah
Tropik
Terhadap
Kelebihan
Asupan
Energi
dafam
Upaya
Menurunkan Kandungan Lemak Abdominal . Tujuan penefitian ini adalah
untuk :
1. Mempelajari pofa perturnbuhan dan pertambahan lernak abdominal ayarn
broiler di daerah tropik
2. Mempelajari kelebihan asupan energi dari kebutuhan hidup pokok pada
pernbentukan lemak tubuh dan lemak abdominaf selama periode grower.
3. Mempelajari hubungan kandungan energi metabolis ransum finisher
dengan kinerja ayam broiler di daerah tropik.
4. Mengevaluasi kualitas karkas dan komposisi kimia tubuh ayam broiler.
5. Mempelajari peranan ransurn tinisherdalam mernperbaiki kualitas karkas.
6. Menentukan kandungan protein yang tepat untuk ransum finisher
sehubungan dengan kandungan energinya pada pemeliharaan ayam
broiler di daerah tropik.
Energi
Nilai Enerai dan Hubunaannva denaan Kineria Avam
Di dalam tubuh, semua bentuk energi d~ubahke dalam bentuk panas,
dengan demikian energi yang erat hubungannya dengan proses-proses
tubuh dinyatakan dalam unit panas atau kalori. Wahju (1 978) mengemukakan
bahwa energi yang terdapat dalam bahan makanan tidak seluruhnya dapat
digunakan oleh tubuh. Untuk setiap bahan makanan minimal ada empat nilai
energi yaitu : energi bruto, energi dapat dicema, energi metabolis dan energi
netto. Nifai energi metabolis dari bahan makanan merupakan yang paling
banyak digunakan dan mempunyai aplikasi yang praktis dalarn ilmu makanan
temak unggas, karena pengukuran energi ini tersedia untuk semua tujuan,
termasuk untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, penggemukan dan
produksi telur (Wahju, 1978). Untuk sefanjutnya, semua kata energi yang
dimaksud dalam tulisan ini adalah energi metabolis.
Dalam menyusun ransum,
energi dan
protein
yang
perlu
diperhatikan keseimbangan
djkandung ransum.
Sibbald et al.
(1961)
melaporkan bahwa bila asupan energi bertambah sampai jumtah tertentu,
maka pengaruhnya terhadap pertambahan berat badan menurun, namun
pertambahan berat badan akan naik jika asupan protein ditingkatkan.
Keadaan ini
menunjukkan bahwa
ada
keragaman hubungan antara
pertambahan berat badan dengan nisbah energi dengan protein ransum.
Nisbah energi dengan protein ransum ini perlu diperhatikan karena
sangat berkaitan dengan konsumsi ransum.
Kandungan energi dalam
ransum menentukan banyaknya ransum yang dikonsumsi oleh ayam, seperti
yang dinyatakan oleh Scott et al. (1982),bahwa ransum dengan kandungan
energi yang tinggi akan cenderung rendah konsurnsinya dan sebaliknya pada
ransurn dengan kandungan energi rendah, konsumsinya cenderung lebih
tinggi. Jika ransurn ditingkatkan kandungan energinya maka konsumsi
ransum akan menurun, akibatnya asupan protein juga menurun. Penurunan
asupan protein akan mengganggu perturnbuhan, oleh karena itu jika energi
dalam ransum ditingkatkan rnaka protein juga pertu ditingkatkan.
Hal yang sama ditemukan oleh Leeson
penelitiannya mengenai respon
et a/.
(1996) pada
broiler terhadap energi ransum.
Mereka
mendapatkan bahwa dengan ransum isoprotein yang berbeda kandungan
energinya ( yaitu 3300, 3100, 2900 dan 2700
kkallkg) , temyata
menghasilkan asupan energi yang sama tetapi asupan protein sangat
berbeda.
Oleh karena itu mereka menyimpulkan bahwa broiler masih
memiliki kemampuan yang
baik
untuk mengontrol konsumsi ransum
berdasarkan keinginan untuk menormalkan asupan energinya.
Penelitian-penelitian terbaru memperlihatkan bahwa ayam broiler tidak
mengkonsumsi ransum berdasarkan kapasitas fisik secara normat, metainkan
berdasarkan kemampuannya yang luar biasa dalam mengontrol asupan
energi pada saat diberikan ransum yang berbeda kandungan energinya.
Ayam broiler dapat mengatur konsumsi ransumnya sebagai respon terhadap
kebutuhan energi
( Leeson et
a/.,1996). Dari hasil penelitian tersebut
diketahui bahwa, dengan meningkatnya kandungan energi ransum maka
konsumsi ransurn menurun secara linier, sehingga menyebabkan protein
yang dikonsumsi menjadi berkurang dan mengakibatkan laju pertumbuhan
rnenjadi lembat , sedangkan lemak abdominal yang terbentuk meningkat.
Energi dan protein ransum yang direkomendasikan Scott et at. (1982)
untuk ayam broiler adalah 3200 kkal MElkg dan 22% protein untuk periode
grower (2
-
6 minggu).
Jumlah konsumsi ransum tersebut selarna 2
-6
minggu adalah sekitar 2.4 kilogram per ekw atau 85.7 gram per ekor per hari
untuk jantan dan I.82 kilogram per ekor atau 65 gram per ekor per hari pada
broiler betina.
Pada periode finisher energi yang dibutuhkan adalah 3200
kkal MElkg dengan protein 20 persen.
Jumlah konsumsi ransurn sebesar
144.29 gram per ekor per hari untuk jantan dan 129.29gram per ekor per hari
untuk betina. Jumlah energi yang dibutuhkan oleh setiap ternak dipengaruhi
oleh beberapa faktor sepertj spesies, berat badan, umur, jenis kelamin,
tingkat pertumbuhan, produksi, aktivitas hewan, suhu lingkungan, cekaman
panas dan jumlah bulu yang menutupi tubuh (Card, 1961 : Hafez dan Dyer,
1969).
Enersri untuk Kebutuhan HiduD Pokok dan Produksl
Sebagian besar dari seluruh energi yang dibutuhkan ayam digunakan
untuk mempertahankan hidup, apakah hewan tersebut ada dalam periode
pertumbuhan ataupun dalam periode produksi telur (Wahju, 3978). Menurut
Maynard dan Loosli (1962). kebutuhan energi untuk mempertahankan
proses-proses tubuh itu disebut kebutuhan energi untuk hidup pokok. Jika
kebutuhan ini tidak dipenuhi maka jaringan tubuh sendiri akan dipecah untuk
mempertahankan proses-proses tubuh tetap berlangsung sehingga temak
akan kehiiangan berat tubuh serta terjadi akibat-akibat lain.
Energi untuk kebutuhan hidup pokok meliputi kebutuhan untuk
metabolisme basal, untulc aktivitas normal dan untuk menjaga suhu tubuh.
Energi yang dibutuhkan untuk hidup pokok harus dipenuhi sebelum anak
ayam
dapat
mempergunakan
setiap
energi
untuk
pertumbuhan.
Dihubungkan dengan nilai-nilai energi makanan, kebutuhan energi untuk
hidup pokok merupakan energi netfo untuk hidup pokok (net energi for
maintenance). Energi netto untuk hidup pokok umumnya ditentukan dengan
mengukur panas hewan percobaan yang berstatus gizi baik, dipuasakan, ada
dalam keadaan termonetral dan beristirahat. Produksi panas hewan yang
berada dalarn kondisi yang seperti itu disebut "Basal Metabolic Rate" (BMR)
atau rnetabolisme basal. Nilai BMR ini merupakan perkiraan kebutuhan
energi nefto untuk hidup pokok (Kleiber, 1961 : Sutardi, 1980).
Pada umumnya, metabolisme basal untuk tiap individu yang sejenis
adalah konstan. Beberapa faktor seperti ukuran tubuh, umur, jenis kelamin,
suhu fingkungan, jenis bahan makanan yang masuk tubuh, aktivitas fisik,
berbagai obat-obatan dan keadaan sakit mempengaruhi metaboiisme basal
(Wirahadikusurnah, 1985).
Cara lain untuk rnenentukan kebutuhan energi untuk hidup pokok
adalah melalui percobaan rnakanan (feeding trial). DaIam metode ini
pertambahan berat badan (termasuk pertambahan lemak dan protein tubuh)
dan jurnlah energi yang dikonsurnsi selarna percobaan rnerupakan faktorfaktor utama. Robbins dan Ballew (3984) melakukan metode tersebut pada
ayam broiler dan Leghorn putih.
Percobaan ini dilakukan dengan cara
rnelakukan pembatasan pernberian ransurn selama waktu tertentu untuk
mengetahui penganlhnya terhadap pertambahan berat badan, pertambahan
protein dan lemak tubuh, dengan demikian dapat diperoleh hubungan antara
asupan energi (X) dengan pertambahan energi tubuh ( Y ) yang dinyatakan
dalam persamaan regresi linier Y = a + bX. Berdasarkan persamaan regresi
tersebut maka kebutuhan energi untuk hidup pokok dapat diketahui, yaitu
dengan menghitung asupan energi (X) pada saat tidak terjadi pertambahan
energi tubuh (Y = 0).
Berdasarkan
penelitian tersebut,
mernperoleh perkiraan
umur 8
Robbins
dan
Ballew
(1984)
kebutuhan energi untuk hidup pokok pada broiler
- 22 hari sebesar 153 kkali kg 75/hari dan pada umur 28 - 42 hari
sebesar 133 kkalkg '=/hari. Tillrnan et
energi untuk
a/. (1 986) menyatakan bahwa jumlah
kebutuhan hidup pokok pada unggas dengan berat satu
kilogram dan pertambahan berat tubuhnya 27 gram per hari adalah 120 kkal
per hari.
Kebutuhan enegi untuk hidup pokok merupakan ha\ penting untuk
diperhatikan. Jika kebutuhan untuk hidup pokok telah dipenuhi maka energi
yang dikonsumsi ternak dapat digunakan untuk berproduksi, dalarn ha1 ini
untuk perturnbuhan (Kleiber, 1961). Kebutuhan energi untuk produksi (net
energy for production) bentuknya bermacam-macam seperti energi netto
untuk pertumbuhan (net energy for gain), energi netto untuk produksi telur
atau
jenis-jenis produksi temak lainnya (Sutardi, 1980), oleh karena itu
kebutuhan energi untuk perturnbuhan disebut juga kebutuhan energi di atas
kebutuhan hidup pokok.
Hubunaan Suhu Linakunaan denaan Kebutuhan Enera
Ayam termasuk hewan homeoterm, yaitu hewan yang dapat menjaga
suhu tubuhnya agar tetap konstan. Hewanhewan homeoterrn secara terus
rnenerus memproduksi panas yang dapat dilepaskan kepada lingkungannya.
Kecepatan hilangnya panas ini tergantung pada perbedaan suhu tubuh
dengan suhu lingkungannya (Sturkie. 1976). Pada keadaan suhu lingkungan
rendah, maka untuk menjaga suhu tubuh tetap konstan, hewan akan
meningkatkan panas reaksinya sehingga keperluan hidup pokok meningkat.
Sebaliknya, jika
suhu berangsur-angsur naik maka hewan berusaha
mempercepal pengeluaran panas dari tubuhnya.
Perbedaan suhu tubuh
dengan suhu lingkungan akan mernpengaruhi kebutuhan energi untuk hidup
pokok.
Saat suhu Iingkungan tidak berpengaruh terhadap produksi panas
atau metabolisrne energi hewan disebut kisaran suhu termonetral. Jika suhu
tingkungan lebih tinggi atau lebih rendah dari suhu termonetral, maka
kebutuhan energi
untuk hidup pokok akan berubah (menurun atau
rneningkat). Menurut Sutardi (1980) kisaran suhu termonetral untuk ayam
adalah 16
- 26 OC, sedangkan Baziz ef a/.(1996) menyatakan bahwa suhu
lingkungan termonetral untuk ayam adalah 21 - 23 OC.
Suhu lingkungan mempengaruhi banyaknya ransum yang dikonsumsi.
Menurut Scott ef a/.( I982). konsumsi akan menurun dengan meningkatnya
suhu Iingkungan.
Oleh karena itu pada suhu yang tinggi, kadar protein
ransum perlu ditingkatkan.
bahwa
unggas yang
Howlider dan Rose (1987) juga menemukan
dipetihara
pada
suhu
lingkungan tinggi
akan
menurunkan konsumsi ransumnya, agar produksi panas metaboliknya
berkurang dan suhu tubuh konstan.
Hal ini menyebabkan pertumbuhan
ayam rnenjadi lebiti lambat dan berkurang kira-kira 1.5 O
h per derajat selsius
diatas 2I0C, sedangkan Hurwitz ef
a/. (1980) rneiaporkan terjadinya
penurunan efjsiensi ransum pada ayam yang
dipeliham pada suhu
lingkungan di atas 2g°C.
Suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap kandungan lemak tubuh.
Howlider dan Rose (1987) menemukan adanya peningkatan 0.8 % pada
h pada lernak abdominal per derajat selsius
kandungan lemak tubuh dan 1,6 O
kenaikan suhu lingkungan.
peningkatan
temak
Baziz et
abdominal,
a/.
(1996) rnendapatkan adanya
subkutan
dan
intermuskuter
pada
pemeliharaan dalam kondisi suhu lingkungan panas.
Dari hasil--basil penelitian tersebut, terlihat ada fenomena yang
berlawanan antara pertumbuhan dan penimbunan lemak.
suhu
lingkungan mengakibatkan pertumbuhan akan
penimbunan lemak semakin meningkat.
Meningkatnya
menurun tetapi,
Hal ini menarik
untuk diamati,
karena ha1 yang sebaliknya terjadi pada mamalia jika dipelihara pada suhu
tinggi (Baziz ef at., 1996).
Pada mamalia, suhu lingkungan yang tinggi tidak
hanya menurunkan pertumbuhan, tetapi juga menurunkan kandungan lemak
tubuh.
Lemak
Lemak dan Funasi Lernak Baqi Tubuh
Lemak atau lipid dalam daging terdapat dalam bentuk gliserida dan
senyawa
kompleks fosfolipid.
Adanya
lemak
tersebut
perbedaan rasa (flavor) dan aroma daging (Winarno, 1995).
menyebabkan
Lebih lanjut
dijelaskan bahwa peranan lemak dalam mempengaruhi rasa daging dapat
terjadi
melalui dua cara yaitu pertama,
menghasilkan senyawa
karbonil yang
menentukan rasa daging;
oksidasi asam
memiliki potensi
lemak yang
nyata dalam
kedua, temak juga rnungkin bekerja sebagai
tempat penyimpanan senyawa-senyawa yang ber aroma kuat, yang rnudah
dibebaskan bila dipanaskan.
Menurut Montgomery et a/.(1993), lernak (lipid) yang terdapat dalam
tubuh diklasifikasikan kedatam lima kelompok yaitu
asam lemak, ester
gliserit, sfingolipid, derivat sterol dan terpen. Asarn lemak merupakan sumber
energi utama bagi tubuh dan dari asam lernak ini dibentuk komplekskompleks iipid. Ester gliseril merupakan senyawa pengangkut metabolik dan
bentuk dari penyimpanan asam lemak.
membran.
Sfingofipid merupakan komponen
Sterol sangat penting dari segi kesehatan, sedangkan terpen
yang merupakan derivat-derivat isopren terdapat dalam jumlah kecil, tetapi
mempunyai fungsi metabolik yang sangat penting dan terpisah.
Asam lemak merupakan senyawa yang disajikan dalarn bentuk rumus
kimiawi sebagai R - COOH, dengan R merupakan rantai alkil yang tersusun
dari
atom-atom
karbon dan
hidrogen (Montgomery
et
a/.,
1993)
-
Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap, asarn lemak dikelompokkan ke
dalam asam lemak jenuh
(saturated) dan tidak jenuh (unsaturated). Asam
lemak jenuh rnempunyai rurnus umum CnHzn02 (Maynard dan Loosli, 1962).
Asam lemak tidak jenuh mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap. Asam
lemak yang mempunyai satu ikatan tidak jenuh disebut asam lemak
monoenoat atau asam lemak tidak jenuh tunggal, sedang yang rnengandung
dua atau lebih ikatan tidak jenuh disebut polienoat atau asam lemak tidak
jenuh ganda (Montgomery et
a/.,1993).
Distribusi asam Iemak yang merupakan unsur pokok lemak hewan dan
nabati sangat beragam. Lemak tanaman dan lemak ikan mengandung lebih
banyak
asam lemak polienoat dibandingkan lemak hewan, khususnya
linoleat.
Pada ayam, komposisi asam temak monoenoat jauh lebih besar
daripada asam lemak
jenuhnya, yaitu 47
-
51 % dalam bentuk oleat
sedangkan asam lemak jenuh hanya 28 - 31 O h (Mountney, 1966).
Maynard dan Loosli (1962) rnengutip pernyataan Terroine, bahwa
lemak tubuh dibedakan kedalarn dua kelompok yaitu unsur tetap
(Constant
elemen) dan unsur yang berubah-ubah (variable elemen). Perbedaan ini
didasarkan pada kenyataan bahwa selama konsumsi makanan tidak cukup,
"variable elemeni' dirnanfaatkan untuk menyediakan energi bagi prosesproses dalam tubuh, sementara
"Constant elemenf' tetap utuh untuk
melindungi struktur-struktur esensil dalam tubuh.
terdiri dari fosfolipid dan sterol,
Unsur tetap ini terutama
dan merupakan bagian esensil dari sel.
Unsur yang berubah-ubah merupakan kelompok yang lebih besar dan
mewakili atau menggambarkan lemak yang telah disimpan (ditimbun)
sebagai cadangan energi. Timbunan lemak ini terutama mengandung
trigliserida dari asam palmilat, stearat, dan oleat.
Selain untuk cadangan energi, lemak tubuh juga penting untuk
melindungi jaringan dan organ-organ tubuh. Sekurang-kurangnya tubuh
mengandung empat persen lemak untuk mefindungi jaringan dan organ
tubuh. Griminger (1976) menyatakan bahwa pada unggas yang dipuasakan
bahkan sampai mati, tertihat masih mengandung lemak tubuh sekitar empat
persen.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak sernua lemak tubuh digunakan
sebagai cadangan energi, melainkan juga untuk melindungi jaringan dan
organ tubuh. Lernak yang terakhir ini dipertahankan di dalarn tubuh.
Trigliserida adalah bentuk lemak yang paling efisien untuk menyimpan
kalor. Berbeda dengan glikogen, trigliserida bersifat nonhidrat (tidak banyak
membutuhkan tempat), dan kurang teroksidasi dengan hasil 9 kkallg.
Trigliserida banyak terdapat dalam sel-sel lemak. Adiposa (jaringan lemak)
terdapat sebagai jaringan bebas dalam berbagai bagian tubuh atau
terdispersi dalam urat daging dan tenunan pengikat. Beberspa trigliserida
juga berada dalam bentuk butir-butir lipid yang kecil pada jaringan bukan
lemak (non adiposa) seperti hati dan urat daging, yang mungkin akan segera
digunakan untuk metabolisme energi (Linder, q992).
Linder (I
992) juga menjelaskan peranan fosfolipid kolesterol, dan
asam Iemak dalam tubuh. Fosfolipid dan kolesterol mempunyai fungsi pokok
dalam pembentukan semua membran set (interior & eksterior). Adanya asam
lemak polienoat (poIyunsaturated fafy acid) pada fosfolipid membran penting
untuk struktur mernbran sel dan sebagai substrat untuk pembentukan
prostaglandin, ieukotrien dan tromboksan yang esensial untuk fungsi tubuh
normal.
Kolesterol juga merupakan substrat untuk pembentukan asam
empedu, hormon-hormon steroid dan vitamin
D3. Asam arakidonat berfungsi
untuk pembentukan prostaglandin, leukotrin dan tmmboksan. Secara umum
asam lemak polienoat djbutuhkan dalam esterifikasi kofesterol plasma.
Lemak tubuh merupakan unsur yang sangat beragam di antara unsurunsur utama penyusun tubuh. Keragaman ini ditentukan oleh spesies, jenis
kelamin, umur, kandungan nutrisi, dan suhu lingkungan. Leeson dan
Summers (1980)mendapatkan bahwa Iemak tubuh anak ayam jantan dan
betina umur sehari berturut-turut 14.6
menjadi 17.9 O h pada jantan dan 22.2
Oh,
O?
pada betina, selanjutnya pada umur
delapan minggu (56 hari) mencapai 21.1
betina.
dan 9.2 %. Setelah umur 42 hari
O
h
pada jantan dan 23.3 % pada
Dari data tersebut terlihat bahwa dengan meningkatnya umur,
Dapat terlihat pula
kandungan lemak tubuh semakin meningkat.
bahwa
ayam betina lebih cepat menimbun lemak dibandingkan ayam jantan.
Biosintesis L i ~ i d
Jaringan hewan mempunyai kernampuan terbatas untuk menyimpan
energi &lam
bentuk karbohidrat (glikogen).
Dalarn ha1 ini sebagian dari
polisakarida dirombak melalui proses glikolisis menjadi asetil koenzim A,
yang merupakan zat antara untuk biosintesis asam lemak dan trigliserida.
Senyawa lipid ini mempunyai kandungan energi yang lebih tinggi daripada
karbohidrat dan dapat disimpan sebagai cadangan energi yang besar di
dalam jaringan lemak (Wirahadikusumah, 1985).
Biosintesis asam lemak dari asetil KoA terjadi dihampir semua bagian
tubuh bewan, terutama didalam jaringan hati, jaringan lemak, dan kelenjar
susu disamping ginjal, otak, dan paru-paru. Kofaktor yang diperfukan
mencakup NADPH, ATP, ~ n ' ' . biotin dan HC03 (sebagai sumber COz). Asetil
KoA rnerupakan substrat antara
(infermedier)dan palmitat bebas adalah
produk akhir. Stfat-sifat ini sangat bertentangan dengan sifat-sifat p oksidasi.
Biosintesis ini terjadi didalam sitoplasma, sedangkan oksidasi asam lemak
berlangsung di dalam mitokondria (Ganong, 1995;Wirahadikusumah, 1985).
Secara keseluruhan, biosintesis
tahap utarna yaitu
asarn lernak terbagi menjadi tiga
(1) pernbentukan malonil KoA dari asetil KoA. (2)
pemanjangan rantai asam lernak sampai terbentuknya asarn palmitat secara
kontinu dengan tiap kali penambahan malonil KoA dan pelepasan Co2, dan
(3) pemanjangan rantai asam palmitat secara bertahap tergantung pada
keadaan dan komposisi faktor penunjang reaksi di dalam sel. Asam palmitat
sebagai hasil akhir yang norrnaI dalam biosintesis dengan enzim kompleks
asam lemak sintetase, merupakan senyawa sumber untuk biosintesis asam
lemak jenuh dan tidak jenuh yang berantai lebih panjang. Tempat untuk
pemanjangan rantai asam lemak di dalam sel adalah sitoplasrna, mikrosom,
dan mitokondria (Wirahadikusumah, f 985).
Trigliserida yang merupakan lipid cadangan, disintesis secara aktif di
dalam jaringan sei hewan dan tumbuhan tinggi terutama di dalam sel lemak
(adiposa) dan set hati. Sebagai senyawa pemuta untuk biosintesis trigliserida
adalah
L-gliserol-3-fosfat
dan senyawa koenzim-A asif asarn lemak.
Pengaturan biosintesis asam lemak de novo dikendalikan melalui dua tipe
mekanisme yaitu pengendalian jangka panjang dan pengendalian jangka
pendek.
Pengendalian jangka
panjang melibatkan perubahan dalam
banyaknya enzim biosintetik asarn lemak di dalam sel.
Enzim-enzim yang
terlibat dalam sintesis asam lemak de novo adalah asil KO A karboksilase,
kompleks asam lemak sintase, sitrat liase, glukose dehidrogenase 6-fosfat,
dan enzim rnalat. Produksi enzim-enzim ini dirangsang didalam hati pada
waktu diberi makan glukosa. Enzim-enzim ini mempunyai waktu paruh yang
relatif pendek, sehingga kandungannya dalam sel tergantung pada cepatnya
laju sintesis mereka.
Pada tipe ini, sel akan mempunyai sejumlah besar
enzim-enzim tersebut hanya bila tersedia karbohidrat dan ATP.
Karena
pengendalian ini memerlukan produksi enzim, maka kerja pengendalian
jangka panjang relatif lambat, memerlukan beberapa jam untuk dapat bekerja
sampai tuntas.
Pengendalian tipe kedua, yaitu pengendalian jangka pendek, yang
bekerja adalah enzim asetil KoA karboksilase.
Pengendalian ini meliputi
modulasi aktifitas asetil KoA karboksilase. Sitrat rnengaktifkan enzim dengan
cara memecahnya.
Karena mekanisme ini melibatkan modulasi aktifitas
enzim yang telah ada, pengaruhnya nampak dengan sangat cepat, yakni
hanya dalam beberapa menit (Montgomery et a/.,
1993).
Lemak Abdominal
Lemak abdominal merupakan salah satu komponen lemak tubuh.
Menurut Kubena eta!. (39741, lemak abdominal adalah lemak yang berada di
sekeliling gizzard, organ reproduksi dan lemak yang terdapat diantara otot
abdominal, usus dan sekitar Woaka. Penimbunan lemak pada daerah perut
ini merupakan produk limbah dalam industri ayam pedaging.
Holsheimer dan
Veerkamp
(t992),
rnenyatakan
bahwa
lemak
abdominal merupakan masalah sehubungan dengan prosesing. Karkas
broiler kira-kira mengandung 2,5% lemak abdominal dari berat hidup pada
umur potong enam rninggu; sedangkan menurut Leeson dan Summers
(1980), berkisar antara 1.4
- 2.6
persen dari berat hidup pada ayam broiler
jantan dan 3.2 - 4.8 persen pada ayam betina.
Kandungan lemak abdominal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
spesies, kandungan nutrisi dan suhu lingkungan.
abdominal ayam betina cenderung
Persentase lemak
lebih tinggi dari ayam jantan, dan
persentasenya cenderung meningkat dengan bertambahnya umur (Kubena
et at., 1974). Sudarman (1987) menyatakan bahwa galur Arbor Acres
memiliki persentase lemak abdominal lebih tinggi daripada galur Lohman.
Ayam galur gemuk dan galur kurus, hasil seleksi tujuh generasi terhadap
nisbah lemak abdominal dan berat bada