Evaluasi Penerapan Paket Teknologi Peternakan Ayam Broiler

(1)

EVALUASI PENERAPAN PAKET TEKNOLOGI

PETERNAKAN AYAM BROILER

(Studi kasus: Desa Amandamai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

Oleh :

IRFANDI ARITONANG

070309038

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

EVALUASI PENERAPAN PAKET TEKNOLOGI

PETERNAKAN AYAM BROILER

(Studi kasus: Desa Amandamai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian

Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota

( Ir. Lily Fauzia, M.Si.)

(Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si

NIP. 196308221988032003 NIP. 196509261993031002

)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

IRFANDI ARITONANG (070309038) dengan judul Penelitian Evaluasi Penerapan Paket Teknologi Peternakan Ayam Broiler (Studi kasus Desa Amandamai Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat).

Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui paket teknologi ayam broiler apa saja yang diterapkan, untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan paket teknologi ayam broiler atau ras pedaging, untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi peternak dalam pelaksanaan sistem penerapan paket teknologi ayam broiler, untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani dalam melaksanakan sistem penerapan paket teknologi ayam broiler di daerah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk Daerah penelitian ditentukan sacara Purposive (secara sengaja), untuk metode penelitian sampel digunakan metode Quota Sampling dimana sampel ditarik 50% dari 21 populasi. Sampel tersebut terbagi dalam 2 strata dimana strata I dibagi berdasarkan jumlah ternak ≥2000 ekor yang mewakili jumlah sampel adalah 8 peternak, dan strata II dibagi berdasarkan jumlah ternak <2000 ekor yang mewakili jumlah sampel adalah 3 peternak. Total sampel adalah 11 peternak. Penelitian dilakukan di Desa Amandamai. Populasi sampel di Desa Amandamai adalah 730 KK. Metode analisis data yang digunakan adalah secara metode deskriptif.

Dari hasil penelitian diperoleh; Terdapat penerapan paket teknologi perkandangan, peralatan, pembibitan, perawatan bibit dan calon induk, pemberian pakan, pemberian minum, pembuatan bokhasi pakan ternak ; tingkat keberhasilan penerapan paket teknologi ayam broiler atau ras pedaging adalah sedang (sebagian besar paket teknologi diterapkan); masalah yang dihadapi peternak dalam pelaksanaan sistem penerapan paket teknologi ayam broiler yaitu masalah serangan penyakit, sulitnya sistem pemeliharaan dan minimnya keterampilan beternak, serta masalah keamanan ; Upaya mengatasi masalah serangan penyakit yaitu dengan memberikan obat-obatan, vitamin, dan vaksin secara teratur yang sesuai dengan dosis yang telah dianjurkan ; upaya dalam mengatasi masalah sulitnya sistem pemeliharaan dan minimnya keterampilan beternak yaitu peternak rajin mengikuti setiap penyuluhan penerapan paket teknologi ayam broiler yang telah dianjurkan oleh dinas peternakan setempat ; upaya dalam mengatasi keamanan yaitu peternak mampu bersosialisasi kepada pemuda setempat sehingga pencurian ternak ayam broiler tidak terjadi.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Irfandi Aritonang, lahir di Medan pada Tanggal 12 Mei 1989, sebagai anak yang pertama dari 2 bersaudara, anak dari Bapak Warlin Aritonang dan Ibu Pinta Rolina Saragi, Spd.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 020267 Binjai, dan lulus

SD pada Tahun 2001.

2. Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 3 Binjai, dan lulus SLTP pada Tahun 2004.

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 2 Binjai, dan lulus SMA pada Tahun 2007.

4. Tahun 2007, diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

5. Tanggal 27 Juni - 27 Juli 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sei Suka Kecamatan Talaei Kabupaten Batubara.

6. Bulan Januari 2012 - April 2012 melaksanakan penelitian skripsi di Desa Amandamai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat, rahmat, serta anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Judul skripsi ini adalah “Evaluasi Penerapan Paket Teknologi Peternakan Ayam Broiler (Studi kasus Desa Amandamai kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat)”. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui paket teknologi ayam broiler apa saja yang diterapkan, untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan paket teknologi ayam broiler, untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi peternak dalam pelaksanaan sistem penerapan paket teknologi ayam broiler, untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani dalam melaksanakan penerapan paket teknoligi ayam broiler di daerah penelitian.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir.Hj.Lily Fauzia, M.Si, selaku ketua pembimbing skripsi dan kepada Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si., selaku anggota pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah MS. dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara, M.Ec., selaku ketua dan sekretaris program studi Agribisnis FP USU.


(6)

4. Ayah dan Ibunda tercinta, Warlin Aritonang dan Pinta Rolina Saragi, selaku orang tua penulis yang telah memberikan dukungan doa dan motivasi yang sangat luar biasa kepada penulis.

5. Yolanda Aritonang, selaku adik yang turut memberikan dukungan doa kepada penulis.

6. Kepada adinda tersayang, Nila Farisa Sinambela yang selalu setia memberikan motivasi dan doa kepada penulis.

7. Teman-teman seperjuangan, Jaka Rannez Manik, Randy Silitonga, Rizky, Arpan Dalimunthe, Holong Hasugian, Erwinsyah Putra, Ahmad Nurdin, Bambang Syahputra, Dendy Trifonius, dan lain-lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang besifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2012


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……… .. i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.5 Hipotesis Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Budidaya Ayam Ras Potong ... 8

2.1.2 Penerapan Teknologi Ayam Broiler ... 13

1. Penerapan Komponen Teknologi Dasar ... 13

2. Penerapan Komponen Teknologi Pilihan ... 18

2.2 Landasan Teori ... 21

2.2.1 Evaluasi ... 21

2.2.2 Penyuluhan Pertanian ... 22

2.2.3 Tingkat Adopsi Petani/ Peternak Terhadap Paket Teknologi ... 23

2.3 Kerangka Pemikiran ... 26

III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 29

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 29

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4 Metode Analisis Data ... 30

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 34

3.5.1 Defenisi ... 34

3.5.2 Batasan Operasional ... 35

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Wilayah ... 37

4.2 Tinggi Tempat dan Keadaan Topografi Wilayah ... 37


(8)

4.4 Kelembagaan Ekonomi ... 41 4.5 Sarana Penunjang Usahatani/ Peternakan ... 42 4.6 Tingkat Penerapan Teknologi ... 42

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Paket Teknologi Ayam Broiler ... 44 5.2 Tingkat Penerapan Paket Teknologi Ayam Broiler Di Daerah

Penelitian ... 60 5.3 Masalah Yang Dihadapi Dalam PemeliharaanAyam Broiler di Daerah

Penelitian ... 64 5.4 Upaya Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Masalah Pemeliharaan

Ayam Broiler Di Daerah Penelitian ... 65

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 67 6.2 Saran ... 68


(9)

DAFTAR TABEL

No

Tabel. Judul Hal

1. Jumlah Populasi Ternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Langkat Tahun

2008 ... 5

2. Jumlah Sampel per Strata dalam Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Serapit, Kabupaten Langkat Tahun 2011 ... 30

3. Penilaian Skoring Paket Teknologi Ayam Broiler Terhadap Usahaternak Ayam Broiler di Daerah Penelitian ... 31

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Rumah Tangga dan KK Masing-Masing Desa Tahun 2011 ... 38

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Dan Keyakinan Yang Dianut ... 38

6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Tahun 2011 ... 39

7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2011 ... 40

8. Jumlah Kelembagaan Ekonomi Yang Mendukung Usahatani/ Peternakan ... 41

9. Jenis dan Jumlah Sarana Penunjang Usahatani/ Peternakan ... 42

10.Tingkat Penerapan Teknologi (Intenfikasi) Usaha Peternakan Desa Amandamai Tahun 2011 ... 42

11.Tingkat Penerapan Paket Teknologi Ayam Broiler di Daerah Penelitian ... 60


(10)

DAFTAR GAMBAR

No

Gambar. Judul Hal.


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Parameter Penerapan Paket Teknologi

2. Parameter Penerapan Paket Teknologi Perkandangan 3. Parameter Penerapan Paket Teknologi Peralatan 4. Parameter Penerapan Paket Teknologi Pembibitan

5. Parameter Penerapan Paket Teknologi Perawatan Bibit dan Calon Induk 6. Parameter Penerapan Paket Teknologi Pemberian Pakan

7. Parameter Penerapan Paket Teknologi Pemberian Minum 8. Parameter Penerapan Paket Teknologi Bhokasi


(12)

ABSTRAK

IRFANDI ARITONANG (070309038) dengan judul Penelitian Evaluasi Penerapan Paket Teknologi Peternakan Ayam Broiler (Studi kasus Desa Amandamai Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat).

Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui paket teknologi ayam broiler apa saja yang diterapkan, untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan paket teknologi ayam broiler atau ras pedaging, untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi peternak dalam pelaksanaan sistem penerapan paket teknologi ayam broiler, untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani dalam melaksanakan sistem penerapan paket teknologi ayam broiler di daerah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk Daerah penelitian ditentukan sacara Purposive (secara sengaja), untuk metode penelitian sampel digunakan metode Quota Sampling dimana sampel ditarik 50% dari 21 populasi. Sampel tersebut terbagi dalam 2 strata dimana strata I dibagi berdasarkan jumlah ternak ≥2000 ekor yang mewakili jumlah sampel adalah 8 peternak, dan strata II dibagi berdasarkan jumlah ternak <2000 ekor yang mewakili jumlah sampel adalah 3 peternak. Total sampel adalah 11 peternak. Penelitian dilakukan di Desa Amandamai. Populasi sampel di Desa Amandamai adalah 730 KK. Metode analisis data yang digunakan adalah secara metode deskriptif.

Dari hasil penelitian diperoleh; Terdapat penerapan paket teknologi perkandangan, peralatan, pembibitan, perawatan bibit dan calon induk, pemberian pakan, pemberian minum, pembuatan bokhasi pakan ternak ; tingkat keberhasilan penerapan paket teknologi ayam broiler atau ras pedaging adalah sedang (sebagian besar paket teknologi diterapkan); masalah yang dihadapi peternak dalam pelaksanaan sistem penerapan paket teknologi ayam broiler yaitu masalah serangan penyakit, sulitnya sistem pemeliharaan dan minimnya keterampilan beternak, serta masalah keamanan ; Upaya mengatasi masalah serangan penyakit yaitu dengan memberikan obat-obatan, vitamin, dan vaksin secara teratur yang sesuai dengan dosis yang telah dianjurkan ; upaya dalam mengatasi masalah sulitnya sistem pemeliharaan dan minimnya keterampilan beternak yaitu peternak rajin mengikuti setiap penyuluhan penerapan paket teknologi ayam broiler yang telah dianjurkan oleh dinas peternakan setempat ; upaya dalam mengatasi keamanan yaitu peternak mampu bersosialisasi kepada pemuda setempat sehingga pencurian ternak ayam broiler tidak terjadi.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perunggasan termasuk subsektor yang penting dalam peternakan. Hal ini disebabkan karena kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia sebagian besar berasal dari unggas. Jika dibandingkan dengan protein nabati, kandungan asam amino dari protein hewani lebih tinggi sehingga lebih bergizi. Secara tidak langsung perunggasan ini membantu pembangunan kualitas bangsa karena dengan konsumsi protein yang baik dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan kecerdasan seseorang (Desianto, 2010).

Selain berperan dalam pembangunan kualitas bangsa, perunggasan juga mampu menumbuhkan ekonomi pedesaan karena sebagian besar peternakan berada di desa. Industri perunggasan dapat menciptakan lapangan kerja yang besar sehingga pendapatan masyarakat pedesaan juga meningkat (Desianto, 2010).

Industri perunggasan memberikan efek ganda yang sangat besar dalam sektor pertanian. Karena hampir seluruh bahan baku pakan terdiri dari hasil pertanian seperti jagung, dedak, bungkil kelapa sawit/kopra, tepung gaplek, dll. Menteri Pertanian menyatakan bahwa peternakan adalah tulang-punggung pembangunan. Bahkan akhir-akhir ini dikatakan bahwa peternakan (unggas) dapat

digunakan sebagai sarana untuk pengentasan kemiskinan (Desianto, 2010).


(14)

Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan peranan yang cukup besar dalam perekonomian secara keseluruhan. Akhir-akhir ini telah timbul kesadaran bahwa pertanian yang terintegrasi dalam suatu sistem agribisnis merupakan salah satu sektor tangguh yang mampu bertahan dalam kondisi kritis. Pertanian juga merupakan sumber mata pencaharian utama penduduk, sehingga sektor pertanian dapat dijadikan motor penggerak untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan kesempatan kerja dan berusaha (Mardikanto, 2009).

Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia. Ayam telah dikembangkan sangat pesat disetiap negara. Di Indonesia usaha ternak ayam pedaging juga sudah dijumpai hampir di setiap provinsi (Anonimous, 2011).

Beberapa pakar ekonomi menyatakan bahwa saat ini Indonesia sedang mengalami “Revolusi Peternakan”, dimana dalam beberapa dasawarsa terakhir terjadi lonjakan permintaan produk peternakan yang sangat tajam. Hal ini diindikasikan salah satunya oleh meningkatnya jumlah populasi ayam ras yang sangat signifikan sejak tahun 1970-an sampai sekarang. Fenomena ini terjadi


(15)

akibat beberapa faktor, antara lain peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan masyarakat, perbaikan tingkat pendidikan dan kesadaran gizi, urbanisasi serta arus globalisasi yang menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup dan pola konsumsi. Lonjakan permintaan produk peternakan unggas ini merupakan peluang yang sangat baik untuk berkembangnya usaha dan industri perunggasan di dalam negeri (Departemen Pertanian, 2005).

Industri perunggasan di Indonesia berkembang sesuai dengan kemajuan perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi usaha yang optimal, sehingga mampu bersaing dengan produk dari produk-produk unggas luar negeri. Produk unggas, yakni daging ayam dan telur, dapat menjadi lebih murah sehingga dapat menjangkau lebih luas masyarakat di Indonesia. Pembangunan industri perunggasan menghadapi tantangan yang cukup berat baik secara global maupun lokal karena dinamika lingkungan strategis di dalam negeri. Tantangan global ini mencakup kesiapan daya saing produk perunggasan, utamanya bila dikaitkan dengan lemahnya kinerja penyediaan bahan baku pakan, yang merupakan 60-70 persen dari biaya produksi karena sebagian besar masih sangat tergantung dari impor (Departemen Pertanian, 2005).

Penerapan teknologi yang menguntungkan akan lebih banyak terjadi apabila para pengelola usahataninya lebih terbuka sikapnya dan mampu melaksanakan anjuran penggerak perubahan terdapat hal-hal yang baru. Pengelolaan usahatani dimana saja dan kapan saja pada hakekatnya akan dipengaruhi oleh perilaku usahatani yang melakukan usahatani. Perilaku orang yang ternyata tergantung banyak faktor diantaranya watak, suku, dan kebudayaan


(16)

dari petani itu sendiri, tingkat kebudayaan bangsa dan masyarakatnya juga dari kebijakan pemerintah (Van dan Hawkins, 1999).

Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang cukup di warnai nilai sejarah. Sektor peternakan merupakan salah satu sektor dominan dalam perekonomian Kabupaten langkat. Kabupaten ini merupakan salah satu daerah andalan Provinsi Sumatera Utara sebagai penghasil ayam ras pedaging.


(17)

Berikut ini tabel jumlah populasi dan banyaknya usaha ternak ayam ras pedaging di Kabupaten Langkat.

Tabel 1. Jumlah Populasi Ternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Langkat Tahun 2010

No Kecamatan Populasi (ekor)

1 Bahorok -

2 Sirapit 480.623

3 Selapian -

4 Kutambaru 35.897

5 Sei Bingai 275.412

6 Kuala 656.225

7 Selesai 1.025.289

8 Binjai 55.876

9 Stabat 446.584

10 Wampu 13.568

11 Batang Serangan -

12 Sawit Seberang 12.500

13 Padang Tualang -

14 Hinai 45.598

15 Secanggang -

16 Tanjung Pura 282.526

17 Gebang -

18 Babalan -

19 Sei Lepan -

20 Brandan Barat -

21 Besitang -

22 23

Pangkalan Susu Pematang Jaya

- -

Total 3.330.098

Sumber : Biro Pusat Statistik, 2010

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa Kecamatan Sirapit merupakan salah satu daerah penghasil daging cukup tinggi dengan menerapkan dan melaksanakan paket teknologi peternakan ayam ras pedaging/ broiler. Untuk mengetahui keberhasilan dari pelaksanaan sistem peternakan tersebut di Kecamatan Serapit maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah.


(18)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian lataar belakang sebelumnya dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Paket teknologi ayam broiler apa saja yang diterapkan di daerah penelitian? 2. Bagaimana tingkat keberhasilan penerapan paket teknologi ayam broiler di

daerah penelitian?

3. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi peternak dalam pelaksanaan system penerapan paket teknologi ayam broiler/ras pedaging di daerah penelitian?

4. Upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi peternak dalam melaksanakan sistem penerapan paket teknologi ayam broiler/ras pedaging di daerah penelitian ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui paket teknologi ayam broiler apa saja yang diterapkan di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan paket teknologi ayam broiler/ ras pedaging di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi petani dalam pelaksanaan sistem penerapan paket teknologi ayam broiler di daerah penelitian.


(19)

4. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani dalam melaksanakan sistem penerapan paket teknologi ayam broiler/ras pedaging di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait terhadap pengembangan tingkat adopsi peternak terhadap paket teknologi ayam broiler.

2. Bahan masukan bagi pemerintah dan lembaga terkait lainnya dalam pengambilan keputusan atau kebijakan yang berkaitan dengan usaha peternakan ayam ras pedaging.

3. Bahan studi, referensi, dan perbandingan antara teori yang didapat mahasiswa di bangku kuliah dengan praktek/penelitian di lapangan.

1.5 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Tingkat keberhasilan penerapan paket teknologi ayam broiler di daerah penelitian adalah tinggi karena diterapkan sesuai dengan anjuran.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Budidaya Ayam Ras Pedaging

Budidaya ayam broiler merupakan salah satu budidaya yang utama di Indonesia Karena merupakan kebutuhan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Berbagai cara dilakukan petani/peternak maupun penyuluh dalam hal peningkatan produksi daging sekaligus untuk peningkatan kesejahteraan petani/ peternak itu sendiri, maka sangat diperlukan berbagai macam usaha untuk meningkatkan produksi daging. Salah satu usaha tersebut adalah menerapkan sistem paket teknologi pada ayam broiler yaitu dengan pengelolaan ayam broiler sesuai dengan anjuran lembaga penelitian maupun penyuluh lapangan pertanian/ peternakan.

Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan jenis unggas yang arah kemampuan utamanya adalah untuk menghasilkan daging dengan kecepatan pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam waktu 5-6 minggu ayam broiler sudah memiliki bobot tubuh hingga 2 kg. Ayam ini merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktivitas tinggi terutama dalam memproduksi daging.

Peternak ayam broiler harus mengusahakan agar ternaknya tetap hidup dengan memenuhi segala kebutuhan hidup ternaknya. Makanan sebagai syarat utama harus diberikan agar kebutuhan nutrisi terpenuhi. Pertumbuhan ayam


(21)

broiler yang terganggu bahkan kematian juga dapat terjadi apabila makanannya tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisinya.

Lokasi untuk peternakan tidak berada di dalam kota atau di tepi kota. Lokasi ini harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :

1. Lokasi yang cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk. 2. Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.

3. Lokasi terpilih bersifat menetap, artinya tidak mudah terganggu oleh keperluan-keperluan lain selain untuk usaha peternakan.

(Anonimous, 2010).

Dalam suatu usaha peternakan ayam broiler secara terpadu, kemampuan peternak dalam berbisnis, pengelolaan dan pemahaman akan teknis beternak harus seimbang dan selaras. Sehingga untuk menjadikan peternak sukses, peternak harus memiliki tiga unsur yaitu teknis, produksi manajemen, dan pemasaran (Rasyaf, 2004).

Tipe kandang ayam ras pedaging ada dua, yaitu bentuk panggung dan tanpa panggung (litter). Tipe panggung memiliki lantai kandang lebih bersih karena kotoran langsung jatuh ke tanah, tidak memerlukan alas kandang sehingga pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan kandang lebih besar. Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih murah (Anonimous, 2008).

Keunggulan ayam broiler akan terbentuk bila didukung oleh lingkungannya karena sifat genetis saja tidak menjamin keunggulan ayam. Menurut Rasyaf (2004), hal-hal yang mendukung keunggulan ayam broiler adalah sebagai berikut.


(22)

1. Makanan

Pemberian makanan sebaiknya memperhatikan kualitas dan kuantitasnya. Pertumbuhan yang sangat cepat tidak akan tampak bila tidak didukung dengan ransum yang mengandung protein dan asam amino yang seimbang sesuai kebutuhan ayam.

2. Temperatur lingkungan

Ayam broiler akan tumbuh optimal pada temperatur lingkungan 19°-21°c. Ayam akan mengurangi beban panas dengan banyak minum dan tidak makan karena temperatur lingkungan di Indonesia yang lebih panas, apalagi di daerah pantai. Hal ini mengakibatkan sejumlah unsur nutrisi dan keperluan nutrisi utama yang berasal dari makanan menjadi tidak masuk ke dalam tubuh ayam. Temperatur ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap kemampuan ayam broiler untuk bertahan hidup.

3. Pemeliharaan

Bibit yang baik membutuhkan pemeliharaan yang baik pula. Ayam memerlukan perawatan dan makanan yang baik. Perawatan ini termasuk vaksinasi yang baik dan benar. Jika vaksinasinya tidak benar maka akan timbul penyakit yang akan mengakibatkan kematian.

4. Pemilihan DOC (Day Old Chicken)

DOC adalah anak ayam umur sehari yang akan dibesarkan dan dipelihara menjadi ayam ras pedaging. Dalam memilih bibit DOC yang baik ada beberapa pedoman yang harus diperhatikan yakni:


(23)

b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya. c. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.

d. Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik.

e. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram. f. Tidak ada letakan tinja diduburnya.

5. Hama dan Penyakit 5.1 Hama (Tungau/ Kutuan)

Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus.

Pengendalian: (1) sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam yang sakit dengan yang sehat; (2) dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan fumigasi atau pengasepan menggunakan insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine sulfat atau Black leaf 40.

5.2 Penyakit

5.2.1 Berak darah (Coccidiosis)

Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan. Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.


(24)

5.2.2 Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)

Gejala: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh. Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.

Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi yang paling penting dilakukan adalah vaksinasi ND/tetelo. Vaksinasi ini terbagi 2 yakni vaksin ND strain B1 dan vaksin ND Lasotta. Vaksin ND strain B1 dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata dan vaksin ND Lasotta dilaksanakan pada umur 21 hari melalui suntikan atau air minum (Anonimous, 2008).

2.1.2 Penerapan Teknologi Ayam Broiler

Untuk meningkatkan produksi daging dalam rangka pencapaian swasembada daging, diperlukan upaya terobosan rekayasa teknologi, sosial, ekonomi dan kelembagaan yang dapat diterapkan dalam waktu segera. Salah satunya adalah peningkatan produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan penerapan ayam broiler. Beberapa komponen teknologi budidaya ayam broiler dengan pendekatan teknis paket teknologinya adalah:


(25)

1. Penerapan Komponen Teknologi Dasar - Penyiapan Sarana dan Peralatan 1) Perkandangan

Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal ataupun kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama

2) Peralatan

- Litter (alas lantai)

Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasil serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.

- Indukan atau brooder

Alat ini berbentuk bundar atau persegi empat dengan areal jangkauan 1-3 m dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam yang menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas


(26)

- Tempat bertengger (bila perlu)

Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.

- Tempat makan, minum dan tempat grit

Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus.

- Alat-alat rutin

Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti: suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi kecil, dan lain-lain.

- Pembibitan

Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut: - ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya

- pertumbuhan dan perkembangannya normal

- ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya. - tidak ada lekatan tinja di duburnya

1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk

Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken)/ayam umur sehari:

- Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.

- Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya - Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya


(27)

- Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik

- Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram - Tidak ada letakan tinja diduburnya

2) Perawatan Bibit dan Calon Induk

Dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak supaya segera diberi perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas di daerah yang bersangkutan.

- Pemeliharaan

1) Pemberian Pakan dan Minuman

Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).

a. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:

Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal. Kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.


(28)

b. Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:

Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.

Kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.

Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:

a. Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.

b. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor


(29)

dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.

2) Pemeliharaan Kandang

Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara (Anonimous, 2008).

2. Penerapan Komponen Teknologi Pilihan Pembuatan Bahan Organik

1) Pupuk Kompos

Bahan-bahan : Jerami, dedak, dedaunan dan bahan organik lainnya. Cara Membuat :

Bahan Organik disusun berlapis-lapis. Lapisan berturut-turut dari bawah adalah: jerami, kotortan hewan, dedaunan dan dedak. Setiap lapisan disiram dengan MOL. Ketebalan masing-masing lapisan 10 s/d 15 Cm. Tumpukan Bahan Organik ini ditutup dengan plastik. Pengadukan dilakukan setiap 10 hari. Untuk mempercepat pengomposan ditambahkan starter. Ciri-ciri kompos yang sudah jadi yakni apabila dikepal tidak panas dan remah.


(30)

2) Bokashi Pakan Ternak Dari Kotoran Hewan

Manfaat: Untuk pakan ternak ayam, itik, babi. Dapat menekan biaya pakan ternak lebih dari 30%.

Syarat : Kotoran ayam, kambing, sapi dalam keadaan kering.

- Formula A: Bahan:

1. Kotoran ayam, 2 bagian 2. Kotoran kambing, 1 bagian 3. EM4 (10 ml)

4. Dedak secukupnya Gula pasir 2 sendok makan atau molases/ tetes tebu 10 ml

5. Air secukupnya 6. Kadar air 30%

7. Tanah subur yang bersih 1 genggam. - Formula B:

Bahan : 10 bagian sebagaimana Formula A ditambah dengan dedak 5 bagain, konsentrat 2 bagian dan jagung 2 bagian.

Cara Pembuatan : Formula A dan Formula B dicampur menjadi satu kemudian dapat langsung digunakan sebagai pakan ternak.

Cara Penggunaan Bokashi Pakan Ternak dan Pakan Ternak Tambahan: 1. Untuk ayam petelur diberikan setelah ayam berumur 3 bulan

2. Pemberian larutan EM4 dapat dilakukan setiap hari pada air minum ternak dengan konsentrasi 0,5 s/d 1 ml setiap 1 liter air minum ternak


(31)

Awal masa produksi atau hari pertama produksi merupakan masa awal DOC mulai dipelihara di kandang. Produksi DOC setelah berumur tujuh hari kemudian disebut satu minggu produksi. Apabila minggu produksi itu berlangsung hingga kurun waktu 5 atau 6 kali minggu produksi atau kurang lebih 35 hingga 42 hari maka masa tersebut dinamakan masa produksi. Pada masa ini ayam sudah siap dijual karena ayam sudah mencapai bobot tubuh yang ideal untuk dipanen. Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan masa produksi yang baru. Antara satu masa produksi dengan satu masa produksi berikutnya dilakukan pengosongan kandang selama dua minggu. Pengosongan ini bertujuan untuk memutuskan siklus penyakit produksi sebelumnya ke masa produksi berikutnya (Rasyaf, 1995).

Kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2. Suhu kandang akan cepat meningkat terutama pada siang hari jika kepadatan kandang melebihi angka tersebut. Hal ini akan berdampak pada konsumsi pakan ternak yang menurun karena ayam semakin banyak minum, kemudian ayam menjadi stress sehingga pertumbuhannya terhambat dan mudah terserang penyakit (Anonimous, 2008).

Peternakan unggas tidak memerlukan tenaga kerja yang terlalu banyak. Hal ini disebabkan oleh sifat kerja di peternakan unggas ini yang periodik dengan frekuensi yang tetap dan monoton. Satu orang tenaga kerja mampu menangani ayam pedaging secara manual sebanyak 1500-2000 ekor bahkan untuk tenaga


(32)

kerja yang berpengalaman kerja di peternakan mampu menangani ayam 2500-3000 ekor (Rasyaf, 1995).

Menurut Yunus (2009) persoalan biaya merupakan aspek yang paling penting dalam suatu perencanaan produksi untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan tentang biaya yang akan dikeluarkan. Berbagai biaya variabel dalam penelitian ini adalah: biaya bibit ayam (DOC), pakan, vaksin, obat dan vitamin, tenaga kerja, listrik, dan bahan bakar. Biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya usaha. Biaya ini mencapai hingga 70% dari total biaya. Yang termasuk biaya tetap adalah pajak serta penyusutan kandang dan peralatan. Biaya tetap ini memiliki persentase yang kecil dari total biaya produksi.

2.2 Landasan teori 2.2.1 Evaluasi

Evaluasi adalah proses sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauh mana tujuan program penyuluhan di suatu wilayah dapat dicapai sehingga dapat ditarik kesimpulan dan digunakan untuk mengambil keputusan. Evaluasi merupakan proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya (Alwi,

Cakupan kegiatan evaluasi yaitu antara lain; (1) pengamatan dan pengumpulan serta analisa data atau fakta tentang keadan, peristiwa, gejala alam atau sesuatu objek, (2) penggunaan pedoman evaluasi, (3) pengukuran dan


(33)

membandingkan hasil pengamatan dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, (4) pengambilan keputusan.

Jenis-Jenis evaluasi antara lain; (1) evaluasi awal (Pre Evaluation) dimaksudkan sebagai alat analisis guna memperbaiki rencana kegiatan. (2) evaluasi proses atau pelaksanaan (On Going Evaluation) dilaksanakan pada saat kegiatan dilaksanakan. (3) evaluasi akhir (Post Evaluation) digunakan untuk mengetahui pencapaian hasil secara keseluruhan sesuai yang direncanakan hubungannnya dengan efisiensi dan efektivitas. (4) evaluasi dampak (Expost Evaluation) dilakukan setelah kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan cara analisis yang mendalam sehingga diperoleh umpan balik.

Adapun prinsip–prinsip evaluasi adalah evaluasi harus berdasarkan fakta, evaluasi merupakan bagian integral dari proses kegiatan evaluasi dilakukan dalam hubungannya dengan tujuan dari program, menggunakan alat ukur yang berbeda untuk tujuan yang berbeda, evaluasi dilakukan terhadap metode penyuluhan yang digunakan, dilakukan terhadap hasil-hasil kuantitatif maupun kualitatif dan evaluasi harus dijiwai oleh prinsip mencari kebenaran (Tayibnapis, 2008).

2.2.2 Penyuluhan Pertanian

Pengajaran dibidang penyuluhan merupakan suatu proses yang dirancang untuk membantu petani di dalam mengembangkan dirinya agar dapat atau mampu mencapai tujuan yang diinginkanya. Dengan demikian hal ini yang sangat penting pada waktu menyelenggarakan kegiatan penyuluhan adalah menumbuh semua belajar yang menyenangkan dan menumbuhkan pengalaman yang baru, berupa keterampilan yang baru, pengetahuan baru serta sikap positif yang perlu untuk


(34)

mereka guna memecahkan masalah yang dihadapi di lapangan maupun di rumah tangganya (Suhardiyono, 1992).

Kegiatan penyuluhan merupakan salah satu cara untuk mengkomunikasikan berbagai informasi dan teknologi baru kepada masyarakat dalam segala bidang, khususnya bidang pertanian. Penyuluhan pertanian merupakan ujung tombak dalam pembangunan pertanian, karena melalui kegiatan penyuluhan, segala informasi dan penemuan baru disampaikan kepada petani. Bukan hanya sekedar menyampaikan, seorang penyuluh juga harus mampu mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidup petani yang sifatnya tertutup menjadi lebih terbuka dan akhirnya mau mengadopsi untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Soekartawi, 1994).

Penyuluhan peternakan merupakan pendidikan non formal bagi petani beserta keluarganya agar mereka mau dan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Sebagai pendidikan non formal, pendidikan bagi masyarakat pedesaan karena terbatasnya pendidikan formal yang ada pada waktu yang sama dapat meningkatkan produktifitas serta kualitas usahatani dalam meningkatkan standart hidup mereka (Suhardiyono, 1992).

2.2.3 Tingkat adopsi petani/ peternak terhadap paket Teknologi

Proses Adopsi merupakan perubahan kelakuan yang terjadi dalam diri petani malalui penyuluhan biasanya berjalan lambat. Hal ini disebabkan karena dalam penyuluhan hal hal yang disampaikan sebelum dapat diterima dan diaopsi, memerlukan keyakinan dalam diri petani bahwa hal hal baru ini akan berguna. Bila dalam diri petani telah timbul keyakinan akan manfaat dari teknologi baru sehingga petani mau melaksanakannya (Suhardiyono, 1992).


(35)

Menurut Junaidi (2007), adopsi inovasi mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis. Hal ini disebabkan karena proses adopsi inovasi sebenarnya adalah menyangkut proses pengambilan keputusan, dimana dalam proses ini banyak faktor yang mempengaruhinya. Adopsi inovasi merupakan proses berdasarkan dimensi waktu. Dalam penyuluhan pertanian, banyak kenyataan petani biasanya tidak menerima begitu saja, tetapi untuk sampai tahapan mereka mau menerima ide ide tersebut diperlukan waktu yang relatif lama.

Perubahan perilaku yang diusahakan melalui penyuluhan pertanian pada diri petani pada umumnya berjalan dengan lambat, hal ini disebabkan tingkat pengetahuan yang rendah dan penyuluhan hal hal yang disampaikan hanya akan diterima dan dipraktekan (diterapkan, diadopsi) setelah para petani mendapat gambaran nyata atau keyakinan bahwa hal hal baru yang diterima penyuluhan akan berguna, memberikan keuntungan, peningkatan hasil bila dipraktekan atau tidak menimbulkan kerugian terhadap apa yang sedang dilakukan. Petani yang mengikuti penyuluhan harus mendapat keyakinan terlebih dahulu akan manfaat dari teknologi atau hal hal yang baru. Selanjutnya mereka selain akan aktif mengikuti penyuluhan penyuluhan berikutnya juga mangajak petani sesama lainya, sehingga adopsi (penerapan) teknologi atau hal hal baru akan meluas dan berkembang (Kartasapoetra, 1993).

Tingkat adopsi dipengaruhi oleh petani/peternak tentang ciri ciri inovasi dan perubahan yang di kehendaki oleh inovasi di dalam pengelolaan pertanian dari keluarga petani. Inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena :


(36)

2. Kompatibilitas/ keselarasan dengan nilai, pengalaman dan kebutuhan 3. Tidak rumit

4. Dapat dicoba 5. Dapat diamati

Pada dasarnya proses adopsi pasti melalui tahap–tahapan sebelum masyarakat mau menerima dan menerapkan dengan keyakinanya sendiri, meskipun selang waktu antar tahapan satu dengan yang lainya itu tidak selalu sama. Tahap-tahap proses adopsi sebagai berikut :

1. Minat, yaitu tumbunya mianat yang sering kali ditandai oleh keinginanya untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak/jauh tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.

2. Penilaian (Evaluation), yaitu penilaian terhadap baik / buruk atau manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap. Pada penilaian ini, masyarakat sasarannya tidak hanya melakukan penilaian terhadap aspek teknisnya saja tetapi juga aspek ekonomi, maupun aspek – aspek sosial budayanya.

3. Mencoba (trial), mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi.

4. Adopsi (adoption), yaitu menerima atau menerapkan dengan penuh keyakinanya berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamatinya sendiri

(Mardikanto, 2009).

Dalam mencapai peningkatan produksi teknologi memang diperlukan dan para petani/peternak perlu mengadopsi teknologi baru. Petani harus berubah dari


(37)

penggunaan teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju. Perubahan mengatakan ala biasa karena biasa, ini betul tetapi apakah petani itu cukup hanya mengetahui saja tanpa sekaligus mengerti dan menghayati segala apa yang dilakukanya (Slamet, 2003).

Rasyaf (2004) menjelaskan bahwa dalam suatu usaha peternakan ayam broiler secara terpadu, kemampuan peternak dalam berbisnis, pengelolaan dan pemahaman akan teknis beternak harus seimbang dan selaras. Sehingga untuk menjadikan peternak sukses, peternak harus memiliki tiga unsur yaitu teknis produksi, manajemen, dan pemasaran.

2.3 Kerangka Pemikiran

Penyuluhan peternakan dilaksanakan untuk menambah wawasan para peternak dalam usahanya memperoleh hasil-hasil yang dapat memenuhi keinginan mereka. Jadi penyuluhan pertanian/peternakan tujuannya adalah perubahan, keterampilan dan pengetahuan sehingga mereka dapat memperbaiki cara beternaknya, lebih beruntung usaha ternaknya dan lebih layak hidupnya, atau yang sering dikatakan keluarga tani/ternak maju. Bila keluarga tani/ternak itu maju, maka kaum taninya juga akan dinamis, yaitu penuh responsif terhadap hal-hal yang baru.

Paket teknologi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil ternak dan efisiensi masukan produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak. Komponen teknologi yang dapat di terapkan dalam pengembangan penerapan paket teknologi ayam broiler diantaranya yaitu :

1. Paket komponen teknologi dasar: penyiapan sarana dan peralatan, pembibitan, pemeliharaan.


(38)

2. Penerapan komponen teknologi pilihan : pembuatan bahan organik.

Untuk mengetahui bagaimana perkembangan sistem paket teknologi ayam broiler ini maka perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud dalam penelitian adalah melihat apakah tingkat penerapan paket teknologi ayam broiler tinggi, sedang atau rendah serta melakukan pengamatan kepada peternak apakah semua paket teknologi ayam broiler yang diterapkan peternak sepenuhnya. Untuk mengetahui Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi peternak dalam melaksanakan penerapan paket teknologi ayam broiler di daerah penelitian. Dengan demikian, kegiatan ini merupakan proses untuk memperbaiki dan memyempurnakan efektifitas yang sedang berjalan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian secara ilmiah. Berdasarkan penjelasan maka dapat dilihat dalam skema kerangka pemikiran.


(39)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan Gambar :

: Menyatakan Hubungan Penyuluh

Peternak Ayam Broiler

Paket Teknologi Ayam Broiler

1. Paket komponen teknologi dasar:

- Penyiapan sarana dan peralatan

- Pembibitan - Pemeliharaan

2. Penerapan komponen pilihan: - Pembuatan bahan organik

Penerapan Paket Teknologi Ayam Broiler


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu berdasarkan pertimbangan tertentu yang direncanakan dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Sofian Efendi, 1995).

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Amandamai Kecamatan Sirapit Kabupaten Langkat dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sirapit salah satu sentra ayam ras pedaging/broiler yang memiliki peternakan ayam ras pedaging/broiler yang tinggi dalam mengembangkan serta meningkatkan produksi daging ayam broiler di wilayah tersebut. Dan alasan memilih Desa Amandamai karena desa ini merupakan salah satu Desa yang sedang melaksanakan teknologi penerapan ayam broiler pada pembudidayaan ayam broiler.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah peternak ayam broiler yang memiliki jumlah ternak antara 1500-8000 ekor yaitu sebanyak 21 peternak. Metode pengambilan sampel diambil secara quota sampling dimana sampel ditarik 50% dari 21 populasi yang ada sehingga jumlah sampel adalah 11 sampel. Jumlah tersebut diambil peneliti dikarenakan kesulitan dalam menemui semua populasi. Sampel tersebut terbagi dalam dua strata sesuai kuota yang diinginkan peneliti dan strata disusun berdasarkan jumlah ternak dan jumlah sampel sehingga berbagai subgrup dalam populasi dapat terwakili (Kuncoro, 2009).


(41)

Tabel 2. Jumlah Sampel per Strata dalam Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Serapit, Kabupaten Langkat, Tahun 2011

Strata Populasi

(KK)

Jumlah Sampel ( KK )

I ( ≥ 2000 ) II ( < 2000 )

15 6

8 3

Jumlah 21 11

Sumber : Penyuluh pertanian lapangan, 2012 3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui survey lapangan dengan wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang dibuat terlebih dahulu. Sedangkan data skunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari Dinas Pertanian, BPTP, dan lembaga terkait serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1 yaitu paket teknologi apa saja yang diterapkan dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan teknologi apa saja dan bagaimana cara pelaksanaan dalam penerapan paket teknologi di daerah penelitian.

Untuk menganalisis hipotesis yaitu bagaimana tingkat keberhasilan penerapan teknologi ayam broiler di Desa Amandamai dianalisis secara deskriptif yaitu dengan melihat besarnya jumlah dari skoring. Penilaian skoring paket teknologi ayam broiler terhadap usahaternak ayam broiler di Desa Amandamai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat dengan kriteria penilaian sebagai berikut:


(42)

Tabel 3. Penilaian Skoring Paket Teknologi Ayam Broiler Terhadap Usahaternak Ayam Broiler di Daerah Penelitian

Paket Teknologi Parameter Skor

A.Komponen Teknologi Dasar

- Penyiapan sarana dan peralatan: 1. Perkandangan

-Temperature 32-35°c

-kelembapan 60-70%

-letak kandang mendapat sinar matahari pagi dan

tidak melawan arah angin

-model kandang disesuaikan dengan umur ayam

- Menerapkan semua ketentuan pembuatan kandang

- Menerapkan 2-3 ketentuan pembuatan kandang

- Hanya menerapkan 1 atau tidak sama sekali ketentuan pembuatan kandang.

3

2 1

2. Peralatan

Alas lantai (litter) dalam keadaan kering, tebal litter 10cm, bahan litter dari campuran sekam sedikit kapur dan pasir.

- Menyediakan semua peralatan

- Menyediakan 2 peralatan untuk kandang

- Menyediakan 1 atau tidak sam sekali peralatan di kandang.

3 2 1

- Pembibitan:

3. Pemilihan bibit dan Calon Induk

- anak ayam berasal dari induk yang sehat

- bulu tampak halus dan penuh - tidak cacat

- nafsu makan baik - ukuran badan normal

(35-40 gram)

- tidak ada letakan tinja diduburnya

- Mengikuti semua ketentuan pemilihan bibit dan induk - Mengikuti 3-5 ketentuan

pemilihan bibit dan induk - Hanya mengikuti 1-2 atau tidak sam sekali ketentuan pemilihan bibit dan induk

3 2 1

4. Perawatan Bibit dan Calon Induk

- dilakukan setiap saat/ setiap hari

- bila ada gejala kelainan pada ayam diberikan pengobatan sesuai petunjuk

- pemberian vaksin dengan merek dan dosis yang sesuai.

- Melakukan semua ketentuan perawatan

- Melakukan 2 ketentuan perawatan bibit 2 induk - Hanya melakukan 1 atau

tidak sama sekali perawatan terhadap bibit dan induk

3 2 1


(43)

- Pemeliharaan: 5. Pemberian pakan

Fase starter:

- kandungan gizi pakan terdiri dari protein 22-24% ,

lemak 2,5%, serat kasar 4%, kalsium 1%, phosphor.

- kuantitas pakan umur (1- 7 hari)17 gram/ekor.

- umur (8-14 hari) 43 gram/ekor - umur(15-21hari) 60 gram/ekor - umur(22-24 hari)

91 gram/ekor. Fase finisher:

- kandungan gizi terdiri dari protein 18-21%, lemak 2,5%, serat 4,5 % , kalsium 1%,

- phosphor 0,7 -0,9%. - kuantitas pakan - umur (30-36 hari) 14 gram/ekor

- umur (37-43 hari) 129 gram/ ekor

- umur (44-50 hari) 146 gram/ekor - umur( 51-57 hari) 161 gram/ekor

-Menerapkan 3-4 ketentuan pemberian pakan

-Menerapkan 2 ketentuan pemberian pakan

-Menerapkan 1 atau tidak sama sekali ketentuan pemberian pakan.

3 2 1


(44)

6. Pemberian Minum Fase starter:

-umur(1-7 hari) 1,8 liter/ hari/100 ekor. -umur 8-14 hari) 3,1 liter/ 100 ekor. -umur 15-21 hari) 4,5 liter / hari/100 ekor. -umur 22-29 hari) 7,7 liter/ 10 ekor.

- Pemberian minum diberi tambahan gula dan obat anti stress. Untuk gula 50 gram/liter

air.

Fase finisher: -umur (30-35 hari) 9,5 liter /hari /100 ekor - umur(44-50 hari) 12,7/ 100 ekor

- umur(51-57 hari ) 14,1 liter/hari/100 ekor

-Menerapkan semua

ketentuan dalam penberian minum ayam.

-Menerapkan 2 ketentuan dalam pemberian minum ayam.

-Hanya menerapkan 1 atau tidak sama sekali ketentuan pemberian minum ayam broiler

3

2

1

B. Komponen Teknologi pilihan

- Pembuatan Bokhasi pakan ternak dari kotoran.

- Pembuatan dan pemberian Bokhasi pakan ternak dari kotoran hewan.

- Pembuatan dan pemberian formula A sesuai anjuran.

- Pembuatan dan pemberian pakanformula B sesuai anjuran. - Formula A dan B dicampur. - Untuk ayam petelur diberikan

setelah berumur 3 bulan.

-Menerapkan 3-4 teknologi pembuatan dan pemberian bokhasi pakan ternak. -Menerapkan 2 teknologi

pembuatan dan pemberian Bokhasi pakan ternak -Menerapkan hanya 1 atau

tidak sama sekali teknologi pembuatan dan pemberian bokhasi pakan.

3

2

1

Sumber : Penyuluh pertanian lapangan, 2012

Penilaian skoring paket teknologi ayam broiler di desa Amandamai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

1. Mengikuti semua teknologi sesuai dengan anjuran penerapan, skor 3 2. Melakukan salah satu teknologi sesuai dengan anjuran penerapan, skor 2


(45)

3. Melakukan perlakuan teknologi tertentu tidak sesuai anjuran penerapan, skor 1

Tingkat penerapan teknologi ayam broiler di Desa Amandamai dapat diukur dengan kriteria diatas, maka skor tingkat penerapannya berada antara skor 7- 21 dengan range 5, sehingga dapat ditentukan kategori tingkat penerapan peternak ayam broiler terhadap paket teknologi ayam broiler desa Amandamai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat berdasarkan skor, sebagai berikut :

7– 12 adalah rendah. 13-17 adalah sedang. 18-21 adalah tinggi.

Untuk identifikasi masalah 3 dan 4 yaitu masalah masalah yang di hadapi peternak dalam menerapkan paket teknologi ayam broiler dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam menerapkan paket teknologi ayam broiler dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan menjelaskan masalah – masalah dan upaya yang dilakukan di daerah penelitian.

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran maka beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Definisi

1. Sistem usaha peternakan adalah suatu cara untuk memadukan faktor – faktor produksi untuk memperoleh hasil produksi.

2. Penerapan paket teknologi adalah salah satu jenis teknologi pada budidaya ayam broiler yang terdiri dari 2 komponen teknologi.


(46)

3. Sampel adalah peternak ayam broiler yang mengikuti paket teknologi ayam broiler.

4. Paket teknologi ayam broiler adalah suatu teknologi baru yang sudah diterapkan petani secara sadar dan tanpa paksaan/seluruh lagi pada usaha ternak ayam broiler.

5. Tingkat adopsi/ penerapan adalah tingkat skor petani mengalikasikan teknologi budidaya yang diterima dalam usaha ternaknya dengan ukuran tinggi, sedang dan rendah.

6. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai dampak dari kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuannya.

7. Masalah adalah faktor faktor yang dapat menghalangi atau mengurangi kelancaran dalam proses adopsi/ penerapan teknologi ayam broiler di daerah penelitian

8. Upaya adalah usaha yang dilakukan guna mengatasi permasalahan yang ada dalam proses adopsi/ penerapan teknologi ayam broiler di daerah penelitian.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Amandamai Kecamatan Sirapit Kabupaten Langkat.

2. Waktu penelitian adalah 2012.

3. Sampel adalah peternak ayam ras pedaging yang menggunakan paket penerapan teknologi ayam broiler.


(47)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Letak Wilayah

Desa Amandamai merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara dan memiliki luas daerah 588 ha. Secara administratif Desa Amandamai memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan bahorok

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Selesai dan Kecamatan Wampu - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Salapian dan Kecamatan

Kuala

Terletak pada posisi 3,31º – 3,36º LU dan 98,35º- 98,50º BT .

Wilayah Kecamatan Sirapit Kabupaten Langkat yang meliputi 10 desa yaitu: - Desa Gunung Tinggi

- Desa Tj.Keriahan - Desa Amandamai - Desa Siderejo - Desa Sirapit - Desa Sumber Jaya - Desa Sebertung

- Desa Perkebunan Amal Tani - Desa Pulau semikat


(48)

Pusat Pemerintahan Kecamatan Sirapit terletak di desa Siderejo dengan jarak tempuh ke ibukota Kabupaten Langkat ± 47 km.

4.2 Tinggi Tempat dan Keadaan Topografi Wilayah

Kecamatan Sirapit berada pada ketinggian ± (100-110) meter dari permukaan laut . keadaan topografinya secara umum meliputi 60% lahan datar dan 40% lahan berelombang sampai berbukit-bukit.

Lahan datar umumnya merupakan areal perkebunan baik swasta maupun rakyat, areal persawahan, perladangan dan pemukiman penduduk. Sedangkan lahan gelombang sampai berbukit cenderung didominasi oleh tanaman perkebunan kelapa sawit, kakao dan karet serta tanaman keras lainnya.

4.3 Data Penduduk

Jumlah penduduk tahun 2011 sebanyak 18096 jiwa terdiri dari 8972 jiwa laki-laki dan 9124 jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga 3986 KK dengan rincian sebagai berikut :

a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin , Rumah Tangga , KK, Masing-Masing Desa Tahun 2011.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Rumah Tangga dan KK Masing-Masing Desa Tahun 2011.

No Desa Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah KK Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Gunung Tinggi 1029 1074 2103 360

2 Tj.keriahan 888 922 1810 360

3 Amandamai 1358 1409 2767 730

4 Siderejo 686 720 1406 426

5 Sirapit 1132 1163 2295 430

6 Sumberjaya 1173 1121 2294 435

7 Sebertung 889 920 1809 460

8 Perk.Amal tani 982 950 1932 440 9 Pulau Semikat 602 588 1190 209

10 Sukapulung 233 257 490 150


(49)

Sumber : BPP dan profil desa dalam Kecamatan Sirapit

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki di desa Amandamai adalah 1.358 orang dan perempuan sebanyak 1.409 orang dengan jumlah penduduk sebesar 2.767 orang. Penduduk terbanyak berdasarkan jenis kelamin di desa Amandamai adalah perempuan sebanyak 1.409 orang laki-laki sebanyak 1.358 orang dengan jumlah keseluruhan kepala keluarga/ KK adalah 730 KK.

b.Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Dan Kepercayaan Yang Dianut.

Tabel 5. Jumlah penduduk berdasarkan agama dan keyakinan yang dianut.

No Desa Islam (org) Kristen (org) Khatolik (org) Hindu (org) Budha (org) Jumlah (org) 1 Gunung Tinggi 1970 108 17 - 10 2767 2 Tj.Keriahan 1448 308 44 - 12 1810

3 Amandamai 2213 258 286 - 10 2767

4 Siderejo 1353 53 - - - 1406

5 Sirapit 1874 365 48 - 8 2295

6 Sumberjaya 1980 281 19 - 14 2294 7 Sebertung 1947 242 - 7 13 1809 8 Perk.Amal Tani 1645 218 58 - 11 1932 9 Pulau semikat 1012 119 69 - - 1190

10 Sukapulung 392 90 8 - - 490

Jumlah 15434 2040 539 7 76 18096 %tase 85,29% 11,27% 2,98% 0,04% 0,42 100%

Sumber: BPP dan profil desa kecamatan Sirapit

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa agama yang dianut oleh penduduk di desa Amandamai adalah agama Islam, Protestan, Khatolik, dan Budha. Jumlah penduduk berdasarkan penganut agama yaitu penganut agama Islam sebanyak 2.213 orang atau sebesar 85,29%, penganut agama Protestan sebanyak 258 jiwa atau sebesar 11,27%, penganut agama khatolik 286 orang atau sebesar 2,98%. Di desa Amandamai tidak terdapat penganut agama hindu. Berdasarkan persentase


(50)

tersebut, hal ini menunjukkan penduduk desa Amandamai mayoritas adalah penganut agama Islam.

c. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku-Bangsa.

Tabel 6. Jumlah penduduk berdasarkan suku-bangsa tahun 2011

Sumber: BPP dan profil desa kecamatan sirapit

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa yang ada di desa Amandamai adalah suku Jawa, Karo, Melayu, Batak, Padang, Tamil/india. Suku Jawa sebanyak 2.628 orang, suku Karo sebanyak 83 orang, suku Melayu sebanyak 36 orang, suku Batak sebanyak 2 orang, suku padang sebanyak 12 orang, dan suku Kalimantan sebanyak 6 orang. Berdasarkan jumlah keseluruhan jumlah penduduk tersebut menunjukkan bahwa penduduk desa Amandamai adalah mayoritas suku Jawa.

No Desa Jawa (org) Karo (org) Mela- yu (org) Batak/ simalungun (org) Padang (org) Madi- na (org) Kali-mantan (org) Tamil / india (org) JLH (org) 1 Gunung

Tinggi

1248 828 27 - - - 2103

2 Tj.Keriahan 730 960 108 7 - - - 5 1810

3 Amandamai 2628 83 36 2 12 - 6 - 2767

4 Sidorejo 1271 90 23 4 18 - - - 1406

5 Sirapit 1230 932 82 25 15 - 11 - 2295

6 Sumberjaya 1755 108 347 45 28 11 - - 2294

7 Sebertung 976 170 633 8 - - 22 - 1809

8 Perk. Amal Tani

1584 289 39 9 7 - 4 - 1932

9 Pulau Semikat 630 119 405 4 5 23 4 - 1190

10 Sukapulung 196 255 10 7 10 - 12 - 490

Jumlah 12248 3834 1710 111 95 34 59 5 18096 %tase 67,68 21,19 9,45 0,61 0,52 0,19 0,33 0,03 100


(51)

d.Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pencaharian Tahun 2011

Sumber: BPP dan Profil Desa Kecamatan Sirapit

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 437 orang, penduduk bermata pencaharian sebagai buruh 352 orang, penduduk bermata pencaharian sebagai pedagang 124 orang, penduduk bermata pencaharian sebagai PNS sebanyak 10 orang, penduduk bermata pencaharian TNI/POLRI sebanyak 8 orang, jasa sebanyak 130 orang, dan sebanyak 17 orang memiliki mata pencaharian yang lain. Berdasarkan jumlah tersebut, penduduk di desa Amandamai adalah sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani/peternak.

No Desa Petani (org)

Buruh (org)

Pedagang (org)

Jasa (org)

PNS (org)

TNI/ Polri (org)

Lain-lain (org)

JLH (org) 1 Gunung Tinggi 541 227 118 144 17 7 16 1070 2 Tj.Keriahan 463 289 135 155 13 8 14 1077

3 Amandamai 437 352 124 130 10 3 17 1073

4 Sidorejo 475 356 96 162 8 - 20 1117

5 Sirapit 785 314 143 198 16 4 14 1474

6 Sumberjaya 572 218 238 94 9 2 21 1154

7 Sebertung 428 285 85 84 7 2 15 906

8 Perk. Amal Tani

- 415 17 86 4 2 14 538

9 Pulau Semikat 347 180 51 45 5 2 12 642

10 Sukapulung 176 121 63 67 5 - 13 445


(52)

4.4 Kelembagaan Ekonomi

Tabel 8. Jumlah Kelembagaan Ekonomi Yang Mendukung Usahatani/ Peternakan No Jenis Kelembagaan

Ekonomi Jumlah Lokasi/ Desa

Bidang Kegiatan/ Usaha

1 Bank - - -

2

Koperasi: a.KUD

b.Koperasi Tani (Koptan) c.Koperasi Non KUD

lainnya di masyarakat 1 - 1 Gunung Tinggi - Gunung Tinggi Jual/beli gabah Simpan Pinjam Simpan Pinjam 3 Pasar : a.Pasar Pertanian b.Pasar Hewan - - - - - - 4 Lumbung Desa 2 -Gunung Tinggi

-Amandamai

Pembelian Gabah dari Petani 5 Kelompok Simpan Pinjam

Sumber: BPP dan profil desa kecamatan sirapit

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah kelembagaan ekonomi yang ada di desa Amandamai adalah satu jenis kelembagaan ekonomi yang bergerak dalam bidang usaha/kegiatan pembelian gabah dari petani.

4.5 Sarana Penunjang Usahatani / Peternakan

Tabel 9. Jenis dan Jumlah Sarana Penunjang Usahatani/ Peternakan

No Jenis dan Jumlah Sarana Lokasi/Desa Jumlah Peran/Fungsi dalam Usahatani/peternakan 1 Kios Sarana Produksi

Pertanian / Peternakan

Gunung Tinggi Amandamai

2 1

Pengadaan pupuk / pakan / obat-obatan

2 RMU / Kilang Padi

Gunung Tinggi Amandamai Sirapit 1 1 1 Penyimpanan / penggilingan gabah. Penghasil dedak


(53)

Dari tabel 9 dapat dilihat jenis dan jumlah sarana penunjang usahatani/peternakan di desa Amandamai memiliki satu Kios Sarana Produksi Pertanian/Peternakan yang berperan dalam pengadaan pupuk, pakan dan obat-obatan serta memiliki 1 unit RMU/kilang padi yang berperan fungsi dalam penyimpanan, penggilingan gabah maupun tempat penghasil dedak.

4.6 Tingkat Penerapan Teknologi

Tabel 10. Tingkat Penerapan Teknologi (Intensifikasi) Usaha Peternakan Desa Amandamai Tahun 2011

No

Jenis Ternak

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI (INTENSIFIKASI) Bibit Ternak (%) Tata laksana Kandan g (%) Pengat -uran Pakan (%) Perawata n kesehatan Ternak (%) Penangana n Reproduksi Ternak (%) Perawata n Ternak (%) Panen dan Pasca panen (%) Rata- Rata (Teknis Budidaya ) (%) 1 SAPI

POTONG

60 55 50 75 60 70 80 64

2 KERBAU 70 60 70 75 60 70 80 69

3 KAMBIN G/DOMB

A

55 60 70 60 60 70 80 65

4 AYAM BURAS

70 40 40 40 70 40 75 50

5 AYAM BROILER

90 75 80 75 - 80 80 80

6 ITIK 60 40 60 50 40 40 60 50

7 PUYUH 75 70 80 75 - 75 80 75

Sumber: BPP dan Profil Desa

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa penerapan paket teknologi bibit ternak ayam broiler di daerah penelitian mencapai 90%, tata laksana kandang mencapai 75%, pengaturan pakan 80 %, perawatan kesehatan ternak 75 %, penanganan reproduksi ternak 0 %, perawatan ternak 80 %, panen dan pasca panen 80 % dan rata-rata yang diperoleh dari keseluruhan penerapan teknis budidaya adalah sebesar 80 %.


(54)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Paket Teknologi Ayam Broiler

1. Teknologi perkandangan - Secara Umum

Teknologi perkandangan ayam broiler yang digunakan pada umumnya yaitu dibuat dengan model rumah gudang, yaitu kotak persegi empat dengan atap dua sisi menyamping, dan lantai yang rendah terutama karena mempergunakan sistem alas litter. Namun, beberapa kandang ayam broiler model terbaru dibuat dengan konsep seperti rumah panggung, dengan menerapkan sistem lantai renggang atau alas berlubang, di mana jarak terendah lantai dari tanah sekitar 100-170 cm. Dengan model panggung ini, maka kotoran ayam dan sisa pakan maupun air minum yang tumpah akan langsung turun ke bawah lantai sehingga tidak terlalu mengotori lantai dan mudah untuk dikumpulkan atau dibersihkan.

Untuk menyikapi terbatasnya lahan, ada juga peternak yang memakai kandang baterai atau cage (sangkar), yakni kandang dengan bentuk kotak memanjang dimana setiap ekor ayam dimasukkan dalam satu kandang kecil dan masing-masing kandang sudah dilengkapi dengan tempat air minum dan pakan. Hanya saja, sekalipun juga bisa dipakai untuk ayam pedaging, namun kandang baterai ini memang lazim dipakai pada ayam petelur. Perbedaannya, kandang baterai untuk ayam broiler tidak menyertakan tempat penadah telur dan lantainya dibuat datar dengan sistem lantai jarang.

Kandang dibuat dari bahan yang kuat, tahan lama, namun tetap menggunakan bahan yang harganya relatif murah. Untuk bagian tiangnya


(55)

memakai balok kayu seperti kayu gelugu (batang pohon kelapa). Untuk penyangga atapnya dari bilah bambu atau lembaran kayu. Sedangkan untuk dindingnya memakai anyaman bilah bambu atau kawat kasa. Untuk sekat-sekat kandangnya bisa memakai bilah bambu, lembaran seng, atau lembaran triplek.

Atap kandang mempergunakan bahan-bahan yang tidak menhantarkan panas seperti genting, rumbia, ataupun anyaman daun kelapa. Paling disarankan adalah memakai atap dari genting karena tidak mudah bocor, tahan lama, daya refleksi terhadap panas matahari cukup bagus, dan tidak menjadi sarang tikus sebagaimana bila menggunakan atap dari daun kelapa. Namun, bila menggunakan atap dari bahan yang bisa menghantarkan panas seperti seng, maka di bawahnya dilapisi dengan bahan-bahan yang bisa menyerap panas seperti bambu atau kayu.

Atap ditata dengan kemiringan tertentu agar suhu kandang tidak terlalu panas. Selain itu, bentuk atap dibuat ganda dengan lubang angin yang disebut dengan sistem monitor dengan tujuan agar pertukaran udara di dalam kandang lebih terjaga. Namun, bisa juga dengan memakai sistem atap tunggal dengan lubang udara yang disebut sistem semimonitor.

Dinding kandang dibuat sistem semiterbuak agar pertukaran udara dalam kandang bisa berjalan dengan baik sehingga bau kotoran atau pakan bis akeluar atau berganti dengan udara segar. Bahan yang dipergunakan untuk dinding kandang pada bagian bawah (dinding gedhek), sedangkan bagian atasnya dibuat dari potongan bambu yang dibelah atau dihaluskan, atau dengan menggunakan kawat ram. Bila menggunakan bilah bambu, jarak antara bilah satu dengan yang lain kira-kira selebar dua jari orang dewasa atau 5-6 cm, yang dipasang dalam posisi tegak berdiri. Dinding juga dilengkapi dengan tirai dari plastik atau kain,


(56)

tujuannya agar bila sewaktu-waktu ada angin kencang atau hujan, tirai tersebut bisa bermanfaat sebagai pelindung.

Tinggi kandang menyesuaikan dengan besar dan luasnya kandang. Namun sebagai perbandingan, untuk iklim tropis seperti di Indonesia, kandang ayam broiler dibuat dengan ketinggian dari lantai hingga atap teratas sekitar 6-7 meter, dan dari lantai hingga atap terendah sekitar 3,5 hingga 4 meter. Untuk kandang yang dibuat dengan sistem panggung, maka tinggi kandang akan lebih tinggi sekitar 1 hingga 1,5 meter pula. Untuk lebar kandang bisa menyesuaikan kebutuhan, namun agar tidak terlalu sumpek setidaknya dibuat dengan lebar minimal 6 meter dan maksimal 8 meter. Sedangkan panjang kandang, bisa menyesuaikan lahan yang tersedia.

Luas kandang yang akan dibangun akan menentukan kapasitas jumlah ayam yang bisa dipelihara. Untuk itu, luas kandang yang akan dibangun disesuaikan dengan rencana jumlah produksi atau jumlah ayam yang akan dipelihara. Tentu saja, semakain besar daya tampungnya akan semakin besar beban operasional maupun penanganannya. Sebagai perbandingan, luas ruangan atau tingkat kepadatan untuk pemeliharaan ayam broiler di iklim tropis seperti di Indonesia setidaknya 10 ekor/m kubik. Tingkat kepadatan ini didasarkan pada ayam broiler periode finisher (umur diatas 4 minggu).

Pada prinsipnya, luas kandang harus sebanding dengan jumlah ayam yang dimasukkan ke dalamnya. Bila terlalu sesak, maka akan mengganggu pertumbuhan ayam lantaran konsumsi ransum menjadi berkurang, atau ayam stres karena akumulasi bau, seperti unsur amonia yang terlalu tinggi.


(57)

Penanganan yang lebih mudah dan risiko menularnya penyakit dari satu kandang ke kandang lainnya dapat diminimalisir, dengan mengatur jarak antar kandang ideal yaitu 6-7 meter.

Ayam broiler akan tumbuh baik dan optimal bila diternakkan pada temperatur lingkungan optimal bila diternakkan pada temperatur lingkungan 19-21°C. Karena rata-rata suhu di Indonesia terbilang tinggi, maka ayam broiler menjadi terlalu banyak minum, namun nafsu makannya berkurang, di mana hal tersebut jelas tidak baik bagi ayam. Untuk itu, ventilasi dan temperatus kandang harus diatur sedemikian rupa agar pertukaran udara bagus dan ayam tidak merasa gerah atau sumpek di dalam kandang. Lubang-lubang ventilasi dibuat pada semua sisi dinding kandang, bisa dengan mempergunakan bilah-bilah bambu atau dengan menggunakan kawat ram. Untuk mendukung pertukaran udara agar lebih bagus, di dalam kandang dipasang beberapa kipas angin yang berfungsi untuk menyedot udara kotor dari kandang dan untuk menghembuskan angin segar ke dalam kandang.

Sisi konstruksi kandang dibuat membujur ke arah utara dan selatan, dimana bagian atapnya menghadap timur dan barat supaya bisa terkena sinar matahari, terutama saat pagi hari. Tujuannya adalah agar kandang tidak lembab dan tidak pengap akibat sifat dan cara minum ayam. Selain itu, agar pertukaran udara cukup terjaga sehingga bisa mengurangi bau kotoran dan bau pakan ayam yang memang cukup tajam. Sinar matahari terutama saat pagi hari juga sangat berguna bagi ayam karena tidak terlalu panas, dan banyak mengandung sinar ultraviolet. Sinar matahari ini baik untuk membantu proses pembentukan vitamin


(58)

D, sebagai disinfektan, dan mempercepat pengeringan kandang sehabis dibersihkan dengan air.

-Di daerah Penelitian

Sistem perkandangan yang ada di daerah penelitian meliputi kandang terbuat dari kayu dengan atap yang terbuat dari anyaman daun kelapa sawit yang bertujuan untuk menjaga temperatur kandang. Kandang dibangun dengan bentuk panggung untuk memudahkan dalam pengambilan kotoran ayam. Pembuatan kandang ayam broiler dibuat dengan arah memanjang dari utara sampai ke selatan, ukuran kandang panjang 15 meter, lebar 6 meter dan tinggi 2,5 meter dari permukaan tanah. Tinggi kandang dari lantai kandang 2 meter, ditengah kandang dibuat pintu kandang yang terbuat dari bambu untuk memudahkan masuknya angin maupun sinar matahari. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Lantai kandang disusun jarang sehingga sisa-sisa pakan dan kotoran ayam broiler langsung jatuh ke tanah. Bahan dan pembuatan kandang dari bambu dan broti, kaki kandang dengan ukuran 2x3 meter, temperatur kandang 32-350

Pembersihan kandang yang dilakukan 1 kali dalam 3 hari, yakni dengan membersihkan kotoran ayam broiler yang masih tertinggal di dalam kandang serta pembersihan tempat pakan dan minum yang dilakukan setiap hari.

C, dan kelembaban kandang 60-70%. Usaha ternak ayam ras pedaging ini memiliki kandang dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan jumlah ternak yang dipelihara. Biasanya jumlah DOC per luasan kandang yang ideal adalah adalah 10 ekor DOC/m2. Di dalam kandang juga tersedia lampu pijar yang di hubungkan dari listrik rumah peternak yang berfungsi sebagai penghangat bagi ayam broiler di malam hari.


(59)

2. Teknologi Peralatan - Secara Umum

Pada umumnya ada 3 sistem lantai kandang pada kandang ayam broiler yaitu :

1.Sistem Lantai rapat (litter)

Sistem ini menggunakan lantai tanah yang sudah dipadatkan atau semen plester, lalu di atasnya ditaburi dengan bahan litter (alas lantai). Untuk lantai dari tanah yang dikeraskan, biasanya tanah dicampur dengan pasir dan kapur agar lebih bisa menyerap air dan menetralisir amonia. Sedangkan bahan litter yang digunakan umumnya adalah sekam padi. Selain sekam padi, juga bisa digunakan serbuk gergaji, serutan kayu yang halus, potongan kulit kacang, ataupun tongkol jagung. Pada prinsipnya, bahan alas litter yang akan digunakan adalah tidak menimbulkan debu, mudah menghisap air, mudah didapatkan, dan sebaik mungkin harganya tidak mahal.

Semakin tebal lapisan atau alas litter, maka suhu ruangan kandang akan semakin hangat. Namun, lapisan litter yang terlalu tebal akan menambah beban kerja karyawan bilamana akan mengganti bahan litter tersebut dengan yang masih segar. Keuntungan utama dari penggunaan alas litter ini adalah ayam lebih merasa nyaman karena terhindar dari lepuh pada bagian dada atau bagian lainnya lantaran bergesekan dengan lantai. Namun, kelemahan dari penggunaan alas litter ini adalah mudah dan cepat basah sehingga bisa menimbulkan bau yang tidak sedap atau tengik. Selain itu, alas litter yang basah juga bisa mengundang berbagai bibit penyakit seperti CRD/penyakit saluran pernapasan dan snot. Untuk itulah,


(60)

peternak harus rajin mengganti bahan litter dengan yang masih segar bilamana sudah terlihat basah ataupun lembab.

2.Sistem lantai tenggang/alas berlubang

Sistem lantai renggang banyak dipakai pada kandang baterai atau kandang cage (berbentuk sangkar). Lantai yang digunakan bisa terbuat dari kayu, bilah bambu atau dari kawat ram. Ukuran kerenggangan lantai sangat bergantung pada umur dan ukuran ayam yang dimasukkan. Lubang yang dihasilkan dari kerenggangan lantai harus diukur agar kaki ayam bisa langsung terjatuh ke lantai penampungan kotoran.

Keuntungan dari lantai renggang ini adalah keadaan lantai selalu bersih lantaran kotoran ayam akanlangsung jatuh ke tempat penampungan kotoran yang berada di bawah lantai. Selain itu, pertukaran udara akan semakin bagus karena lantai juga berfungsi sebagai lubang ventilasi.

3.Sistem alas campuran

Sistem alas campuran merupakan perpaduan antara lantai alas litter dan alas berlubang. Bagian yang alasnya berlubang adalah untuk lokasi tempat mengotori alas litter. Sedangkan bagian yang memakai alas litter digunakan untuk tempat ayam berkumpul atau istirahat.

Teknologi peralatan yang meliputi alas lantai kandang/ liter, ketebalan alas lantai serta bahan yang digunakan untuk alas lantai yang terbuat dari campuran sekam sedikit kapur dan pasir yaitu tidak diterapkan di daerah penelitian, melainkan peternak menggunakan peralatan kandang pada umumnya, yaitu pompa air, gasolek, galon otomatis, tempat pakan gantung, tempat pakan kecil, compressor, terpal, tong, bola lampu.


(61)

a) Pompa Air

Pompa air dalam usaha ternak ayam ras pedaging digunakan untuk sumber air yang akan digunakan untuk minum ternak ayam. Jenis pompa air yang paling banyak digunakan peternak bermerk Sanyo.

b) Gasolek

Gasolek merupakan alat pemanas di dalam kandang yang biasa digunakan untuk membantu menghangatkan lingkungan ayam apabila suhu kurang ideal. Suhu dari gasolek ini dapat dinaikkan atau diturunkan. Gasolek ini biasa dihubungkan dengan tabung gas sebagai sumber energinya. Arang dapat juga digunakan sebagai pengganti gasolek. Namun dari segi kemudahan bekerja dan kebersihan lingkungan, gasolek merupakan alat pemanas yang terbaik.

c) Galon Otomatis

Galon otomatis adalah tempat minum yang dialirkan secara otomatis untuk ternak. Dengan alat ini maka cadangan air minum untuk ternak akan tetap ada. d) Tempat Pakan Manual

Tempat pakan manual adalah baki pakan atau nampan dari bahan plastik. Baki pakan atau nampan plastik digunakan untuk ayam umur 1-11 hari.

e) Tempat Pakan Gantung

Tempat pakan gantung berbentuk tabung dan muatan makanan di dalamnya lebih banyak daripada tempat pakan manual. Alat ini digunakan setelah ayam berumur di atas 11 hari karena tempat pakan telah diganti dari tempat pakan manual.


(62)

f) Compressor

Compressor merupakan alat yang digunakan untuk mencuci kandang ketika kandang dalam keadaan kosong karena ayam telah dipanen. Kandang perlu dibersihkan untuk membersihkan kotoran dan kuman-kuman.

g) Terpal

Terpal digunakan sebagai layar penutup dinding kandang agar kelembapan dan suhu dalam kandang dapat terjaga. Terpal biasanya dibeli peternak per gulungan dimana satu gulungan biasanya berukuran 100 m.

h) Tong

Tong digunakan sebagai penampung air untuk mencuci tempat pakan dan tempat minum ataupun cadangan air untuk keperluan lainnya. Air dalam tong dialirkan dari pompa air.

i) Bola Lampu

Bola lampu digunakan sebagai alat penerangan dalam kandang. Alat ini juga membantu pemanasan ayam di saat malam hari karena suhu malam hari lebih dingin.

-Di daerah Penelitian

Sistem penerapan peralatan alas lantai/litter di daerah penelitian sejauh ini masih belum maksimal diterapkan disebabkan masih banyak peternak yang kurang memahami sistem lantai rapat (litter) dan pengerjaan alas ini lumayan rumit untuk dilaksanakan. Kebanyakan peternak membuat kandang dengan lantai tenggang/alas berlubang, yang memudahkan kotoran ternak langsung jatuh ke tanah, serta memudahkan peternak dalam pengambilan kotoran ternak guna


(1)

Lampiran Parameter Paket Teknologi Peralatan

Paket Teknologi Peralatan

Paket Teknologi yang diterapkan Peternak

Strata I Strata II

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

- Alas lantai (litter) dalam keadaaan kering - Tebal alas lantai (litter) 10 cm

- Bahan alas lantai (litter) terbuat dari campuran sekam sedikit kapur dan pasir

- - -

- - -

- - -

- - -

- - -

- - -

- - -

- - -

- - -

- - -

- - -


(2)

Lampiran Parameter Paket Teknologi Pembibitan

Paket Teknologi Pembibitan

Paket Teknologi yang diterapkan Peternak

Strata I Strata II

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

- Anak ayam berasal dari induk yang sehat - Bulu tampak halus dan penuh

- Tidak Cacat - Nafsu makan baik

- Ukuran bibit normal (35-40 gr) - Tidak ada letakan tinja di dubur

√ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √

√ √ √ √ - √

√ √ √ √ - √

√ √ √ √ √ √

Skor 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3


(3)

Lampiran Parameter Paket Teknologi Perawatan Bibit dan Calon Induk

Paket Teknologi Perawatan bibit dan calon induk

Paket Teknologi yang diterapkan Peternak

Strata I Strata II

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

- Melakukan perawatan setiap hari

- Memberikan pengobatan sesuai petunjuk - Memberikan vaksinasi pada calon induk sesuai

dengan merk dan dosis yang dianjurkan

√ √ √

√ √ √

√ √ √

√ √ √

√ √ √

√ √ √

√ √ √

√ √ √

√ √ √

- √ √

√ √ √


(4)

Lampiran 3. Parameter Paket Teknologi Pemberian Pakan

Paket Teknologi Pemeliharaan ; Pemberian pakan

Paket Teknologi yang diterapkan Peternak

Strata I Strata II

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

- Pada fase awal (starter), kandungan gizi pakan terdiri dari protein (22-24%), lemak (2,5%), serat kasar (4%), kalsium (1%), dan phosphor - Pada fase awal (starter), pemberian pakan

untuk umur 1-7 hari = 17 gram/ekor ; 8-14 hari = 43 gram/ekor ; 15-21 hari = 60 gram/ekor ; 22-24 hari = 91 gram/ekor - Pada fase akhir (finisher), kandungan gizi

pakan tediri dari protein (18-21%), lemak (2,5%), serat (4,5%), kalsium (1%), dan phosphor (0,7-0,9%)

- Pada fase akhir (finisher), pemberian pakan untuk umur 30-36 hari = 14 gram/ekor ; 37-43 hari = 129 gram/ekor ; 44-50 hari = 146 gram/ekor ; 51-57 hari = 161 gram/ekor

√ √ √ √

√ √ √ √

-

-

√ √

√ √ √ √

-

-

-

-

-

√ -

-

-

√ -

- -

-

-

-

-

-

-

√ -

√ -

√ -

-

-

Skor 3 3 2 3 1 1 1 1 1 2 1


(5)

Lampiran 4 Parameter Paket Teknologi Pemberian Minum

Paket Teknologi Pemeliharaan ; Pemberian minum

Paket Teknologi yang diterapkan Peternak

Strata I Strata II

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

- Pada fase awal (starter), pemberian minum untuk umur 1-7 hari = 1,8 liter/hari/100 ekor ; 8-14 hari = 3,1 liter/hari/100 ekor ; 15-21 hari = 4,5 liter/hari/100 ekor ; 22-29 hari = 7.7 liter/hari/100 ekor

- Pada fase awal (starter), minuman diberi tambahan gula dan obat anti stress sebesar 50 gram gula/liter air

- Pada fase akhir (finisher), pemberian minum untuk umur 30-35 hari = 9,5 liter/hari/100 ekor ; 40-50 hari = 12,7 liter/hari/100 ekor ; 51-57 hari = 14,1 liter/hari/100 ekor

√ √ √

√ √ -

-

√ √

-

√ -

-

√ -

√ √ -

√ √ √

√ √ √

-

-

-

√ √ -

√ √ √


(6)

Lampiran 6 Parameter Paket Teknologi Bokhasi

Paket Teknologi Bokhasi

Paket Teknologi yang diterapkan Peternak

Strata I Strata II

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

- Pembuatan bokhasi pakan ternak terbuat dari kotoran hewan

- Pembuatan dan pemberian bokhasi pakan ternak formula A dan formula B sesuai anjuran - Bokhasi pakan ternak formula A dan formula B

dicampur dan dijadikan pakan ternak

- Bokhasi pakan ternak diberikan setelah unur 3 bulan

- - - -

- - - -

- - - -

- - - -

- - - -

- - - -

- - - -

- - - -

- - - -

- - - -

- - - -

Skor 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1