Kaitan Karakteristik Rumahtangga dan Peluang Perambahan Hutan di Sekitar Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah: Suatu Pendekatan Cluster Analysis

KAITAN KARAKTERISTIK RUMAHTANGGA DAN PELUANG
PERAMBAHAN HUTAN DI SEKITAR TAMAN NASIONAL
LORE LINDU SULAWESI TENGAH: SUATU
PENDEKATAN CLUSTER ANALYSIS

Oleh:
SUSY HARYATI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITIJT PERTANTAN BOGOR
2002

ABSTRAK
SUSY HARYATI. Kaitan Karakteristik Rurnahtangga dan Peluang Perambahan
Hutan di Sekitar Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah: Suatu Pendekatan
Cluster Analysis. Dibimbing oleh BUNASOR SANIM sebagai ketua dan ANNY
RATNAWATI sebagai anggota.
Adanya Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) di Kabupaten Donggala dan Poso
akan membatasi para rumahtangga (RT) di sekitarnya untuk mengeksploitasi
sumberdaya dam yang ada dalam kawasan konservasi tersebut. Hal ini tentu akan
menjadi ancaman bagi TNLL. Yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah

bagaimana karakteristik RT di daerah sekitar TNLL, bagaimana kaitannya terhadap
peluang perambahan hutan, serta bagaimana kaitannya dengan penggunaan lahan di
daerah tersebut? Bagaimana tindakan solusi untuk mengatasi masalah yang mungkin
timbul dengan adanya karakteristik tersebut agar terjamin kestabilan taman? Penelitian
ini bertujuan untuk: (1) mengetahui karakteristik RT di sekitar TNLL, (2) menganalisis
kaitan karakteristik RT terhadap peluang perambahan hutan, (3) mengkaji kaitannya
terhadap penggunaan lahan RT tersebut, dan (4) menemukan tindakan solusi terhadap
karakteristik yang ada untuk menjamin kestabilan TNLL.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari STORMA yang dikumpulkan di
lapangan dengan metode penarikan sampel proporslonal random samplzng sehingga
diperoleh 325 RT sebagai sampel. Sedangkan penggerombolan RT menggmakan metode
hierarki, pengukuran jarak chi-square dm metode perbaikan jarak complete lznkage
clustenng. Selanjutnya dilakukan uji chi-square untuk mengetahui karakteristik masingmasing geroinbol RT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa RT di sekitar TNLL memiliki karakteristik:
(1) ekonomi: bermata pencaharian pokok beragam, tetapi dominan petani (gerombol I),
petani (gerombol II), beragam tetapi dominan petani dan buruh (gerombol 111), serta
buruh (gerombol IV dan V). Luas lahan gerombol I-IV rata-rata 2.3 hektar, 1.4 hektar, 1.1
hektar dan 0.7 hektar, bahkan gerombol V tidak punya lahan sama sekali. Jenis lahan
ladang dan tegalan (gerombol 1-111) dan lahan pekarangan (gerombol IV). Sedangkan
sumber lahan umumnya dari warisan (terutama gerombol IV)juga dengan membuka

hutan primer (gerombol I = 20.83 persen, gerombol I1 = 15.91 persen dan gerombol I11 =
36.1 1 persen). (2) sosial: jumlah anggota keluarga dominan tiga sampai lima orang dan
6 orang atau lebih (gerombol I dan 11), dominan 3 sampai 5 orang (gerombol I11 dan IV)
dan beragam (geroinbol V), dan (3) fisWtopografi lahan: ditemukan perpencaran lahan,
lokasi lahan jauh dari tempat tinggal (gerombol I,II,III) sehingga cenderung menjadi
lahan tidur. Fakta menunjukkan bahwa klah terjadi marjinalisasi hutan di TNLL, yaitu
disebabkan oleh gerombol I, I1 dan I11 (kecuali gerombol IV). Namun yang memiliki
akses terbesar adalah gerombol I, karena ukuran lahan yang luas (rata-rata 2.3 hektar),
jenis lahannya ladang, lokasi lahan yang jauh, persentase sumber lahan dari penebangan
hutan yang besar, jumlah anggota RT yang besar serta tidak memiliki akses dalam
penyewaan lahan. Sementara gerombol I1 akses dalam penyewaan lahan dan gerombol I11
lahannya berukuran kecil.
Pola penggunaan lahan RT di sekitar TNLL dominan perkebunan, khususnya
tanaman kakao terutama pada gerombol I1 dan I. Sedangkan gerombol I11 tidak intensif
sama sekali dalam sektor pertanian karena masih subsisten. Dalam kaitannya dengan
peluang perambahan hutan, memang gerombol I yang memiliki akses terbesar karena
perambahan hutan untuk tujuan komersial (perkebunan). Karena itu perlu diciptakan
kesenjangan aksessibilitas antara daerah sekitar TNLL dan di daerah luar konservasi,
peningkatan program kesadaran dan kesejahteraan masyarakat, serta penyesuaian dan
kejelasan tapal batas TNLL untuk menghentikan dan mencegah penyerobotan lahan.

Kata kunci: karakteristik RT, perambahan hutan, TNLL, dan cluster analyszs

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

KAITAN KARAKTERISTIK RUMAHTANGGA DAN PELUANG
PERAMBAHAN HUTAN DI SEKITAR TAMAN NASIONAL LORE LINDU
SULAWESI 'IENGAH: SUATU PENDEKATAN CLUSTER ANALYSIS
adalah benar hasil karya saya dan belurn pernah dipublikasikan. Semua sumber
data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.

Bogor, 10 Mei 2002

SUSY HARYATI
Nrp.99033

KAITAN KARAKTERISTIK RUMqHTANGGA DAN PELUANG
PERAMBAHAN HUTAN DI SEKITAR TAMAN NASIONAL

LORE LINDU SULAWESI TENGAH: SUATU
PENDEKATAN CLUSTER ANALYSIS

Oleh:
SUSY HARYATI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: KAITAN


KARAKTERISTIK RUMAHTANGGA
DAN PELUANG PERAMBAHAN HUTAN DI
SEKITAR TAMAN NASIONAL LORE LINDU
SULAWESI TENGAH: SUATU PENDEKATAN
CLUSTER ANALYSIS

Nama Mahasiswa

: SUSY HARYATI

Nomor Pokok

: 99033

Program Studi

: Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing


/
Prof Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc
Ketua

-

Dr. Ir. Anny Ratnawati, M.S
Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian

McDr. Ir. Bonar M. Sinaaa, M.A
i 2 Ski= zuu2

Tanggal Lulus: 10 Mei 2002


4

RJWAYAT HIDUP

Penulis hlahirkan di Teluk Latak, Bengkalis pada tanggal 29 Maret 1977
yang merupakan anak kedua dari lima bersaudara, dari Bapak bernama
Muhammrnad Deka, BA dan Ibu bernama Nurrni.
Tahun 1995 penulis menamatkan pendidikan sekolah menengah di SMU
Negeri I Bengkalis, dan pada tahun yang sama melanjutkan studi pada Fakultas
Pertanian

Universitas

Riau,

tepatnya

Jurusan

Sosial


Ekonomi

PertaniadAgribisnis.
Tahun 1999 penulis memperoleh gelar Sarjana Pertanian, kemuhan pada
tahun yang sama penulis melanjutkan studi pada Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor, yaitu Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian dan lulus ujian
pada tanggal 10 Mei 2002.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun tesis ini. Penelitian ini berjudul

" Kaitan Karakteristik Rumahtangga dan Peluang Perambahan Hutan di Sekitar
Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah: Suatu Pendekatan Cluster
AnalyLvzsn yang berusaha mengkaji bagaimana karakteristik rurnahtangga di

sekitar Taman Nasional Lore Lindu tersebut dalam mempertahankan dan
meningkatkan kehidupan rumahtangga mereka dan kaitannya terhadap peluang

perambahan hutan.
Dalarn kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang membantu penyusunan

tesis ini, terutama kepada yang

terhorrnat:

1. Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc dan Dr. Ir. Anny Ratnawati, MS yang
membimbing dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, dan semoga mendapat
ganjaran yang setimpal dan Allah SWT.

2. Prof. Manfred Zeller selaku ketua Subproject A4 STORMA dan S T O W
selaku surnber data penulis, dan juga

jxmberi beasiswa parsial untuk

penulisan tesis penulis.

3. Ir. Nunung Nuryartono, M.S., Dr. Teunis van Rheenen dan Stefan Schwarze

selaku anggota Subproject A4 STORMA yang telah banyak memberikan
bantuan moril dan data.

4. Teristimewa buat orang-orang yang penulis sayang.1, yaitu kedua orang tuaku
(Muhammad Deka, BA dan Nurmi), kakakku Elfizar, S.Si., M.Kom., adik-

adikku (Khudri Irawan, S.Si., Zulfan Hafiz dan Syahriful Amri)

serta

suamiku Deddy Avianto, terima kasih atas pengorbanan, kasih sayang,
ketabahan, motivasi, doa, serta bantuan yang diberikan. Tesis ini penulis
persembahkan buat mereka.
Penulis juga menyadari bahwa tesis ini jauh dari kesempurnaan dan
segala kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan guna
perbaikannya.

Bogor, Mei 2002

SUSY HARYATI


DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................. x

DAFTAR GAMBAR ........................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................... xiii

.

PENDAHULUAN .............................................................

1

1.1.Latar Belakang ...........................................................

1

1.2. Perurnusan Masalah ......................................................

5

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................

6

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ...............................................

7

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................

8

I

2.1. Taman Nasional .........................................................

.

III

.

IV

8

2.2. Taman Nasional Lore Lindu ............................................

11

2.3. Karakteristik Sosial Ekonomi Rurnahtangga ........................

14

2.4. Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan ...........................

15

2.5. Studi Terdahulu .........................................................

16

KERANGKA TEORI ........................................................

18

3.1. Cluster Analysis..........................................................

18

3.2. Standarisasi Data .........................................................

23

3.3. Dissimilaritas ............................................................

25

3.4. Perbaikan Jarak ..........................................................

26

METODE PENELITIAN ...................................................

28

4.1. Penentuan Lokasi Penelitian ..........................................

28

4.2. Metode Pengumpulan Data .............................................

28

4.3. Metode Penarikan Sampel .............................................

28

4.4. Jenis dan Sumber Data ...................................................

29

4.5. Analisis Data ............................................................

30

4.6. Peubah-Peubah dan Definisi Operasional ............................

35

.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN....................

V

5.1. Keadaan Topografi dan Geologi ....................................
5.2. Penduduk ...............................................................
5.3. Pendidikan...............................................................
5.4. Tenaga Kerja ............................................................
5.5. Sektor Pertanian.......................................................

.

EIASIL DAN PEMBAHASAN ............................................

VI

6.1. Hasil Analisis Gerombol .................................................
6.2. Karakteristik Rumahtangga di Sekitar Taman Nasional LoreLindu
6.3. Karakteristik Rumahtangga dan Peluang Perambahan Hutan ....
6.4. Gerombol clan Lokasi ....................................................

.

VII PENGGUNAAN LAEL4N RUMAHTANGGA........................
7.1. Pola Penggunaan Lahan ................................................
7.2. Alternatif Kebijakan Terhadap Karakteristik Rumahtangga di
Sekitar Taman Nasional Lore Lindu .................................

.

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................
8.1. Kesimpulan ..............................................................

8.2. Saran .....................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Nomor
1.

Halaman
Perkembangan Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB
Sulawesi Tengah Tahun 1996-2000 . . . ... ... ... .. . .. . .... .. . . . . .. ... ... ...

2

Perkembangan Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB
Kabupaten Donggala dan Kabupaten Poso Tahun 1995-1999... . . . . . .

3

Proses Penarikan Sampel Desa dan Rumahtangga Sarnpel dalam
Penelitian . . . ... ... . . . . . . ... ... . . . . . . ... ... . . . . . . ... . . . ... ... ... . . . . . . . .. ...

29

4.

Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian... ... ... ...

30

5.

Contoh Tabel Kontingensi p x q.. . . . . ... ... . . . . . . ... ... ... ... ... . . . . . . .. . ..

32

6.

Contoh Tabel Dua Dimensi untuk Tabulasi Silang... ... ... ... ... ... ...

35

7.

Peubah-Peubah, Definisi dan Kategori yang Digunakan dalam
Analisis Gerombol Rumahtangga di Sekitar Tarnan Nasional Lore
Lindu Tahun 2000 . .. .. . ... .. . . . . . . . ... . . . . . . ... ... ... . . . . .. ... ... ... . . . .. .

36

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Jumlah Desa Kabupaten dan
Kecamatan di Sekitar Taman Nasional Lore Lindu Tahun 2000 ...

45

9.

Keadaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Donggala Tahun 2000.. ..

46

10.

Keadaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Poso Tahun 2000.. . ... ...

47

11.

Keadaan Produksi Tanaman Padi dan Palawija di Kabupaten poso
Tahun 1999-2000... . . . . . . ... ... ... . .. ... ... . . . ... ... ... ... ... . . . . .. . .. ...

49

Keadaan Produksi Tanarnan Padi dan Palawija & Kabupaten
Donggala Tahun 1999-2000... ... ... ... ... . .. ... ... ... ... ... ... ... . .. ....

50

Luas Tanaman Perkebunan Rakyat di Kabupaten Donggala Tahun
2000 ...........................................................................

52

14.

Luas Tanarnan Perkebunan Rakyat di Kabupaten Poso Tahun 2000

53

15.

Penggunaan Lahan Sawah di Kabupaten Poso Tahun 2000.. . . . . . . . . . .

54

16.

Penggunaan Lahan Kering di Kabupaten Poso Tahun 2000.. . ... ...

55

2.
3

8

12
13.

Anggota, Jarak Maksimum dm Minimum dalam Masing-Masing
Gerombol Rumahtangga Sampel di Sekitar Taman Nasional Lore
Lindu Tahun 2000.. ..........................................................
Tingkat Ketidakmiripan (Jarak) antar Gerombol Rumahtangga
Sampel di Sekitar Taman Nasional Lore Lindu Tahun 2000.. .......
Hipotesis Hubungan Gerombol Rumahtangga Sampel dengan
Peubah Karakteristik Ekonomi..........................................
Hasil Pengujian Dependensi Gerombol Rumahtangga Sampel
dengan Peubah Karakteristik Ekonomi Rumahtangga................
Karakteristik Ekonomi Rumahtangga Sampel d~ Sekitar Taman
Nasional Lore Lindu Berdasarkan Pemilikan Lahan Tahun 2000..
Hipotesis Hubungan Gerombol Rumahtangga Sampel dengan
Peubah Karakteristik FisiWTopografi Lahan ...........................
Hasil Pengujian Dependensi Gerombol Rumahtangga Sampel
dengan Peubah Karakteristik FisiWTopografi Lahan ...................
Karakteristik FisiWTopografi Lahan Rumahtangga Sampel di
Sekitar Taman Nasional Lore Lindu Tahun 2000.. .................
Hipotesis Hibungan Gerombol Rumahtangga Sampel dengan
Tingkat Pen&&kan Kepala Rumahtangga dan Jumlah Anggota
Keluarga Rumahtangga......................................................
Hasil Pengujian Dependensi Gerombol Rumahtangga Sampel
dengan Tingkat Pendidikan dan Jumlah Anggota Keluarga............
Karakteristik Sosial Rwnahtangga Sampel di Sekitar Taman
Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah Tahun 2000.. ...............
Rekapitulasi Karakteristik Rurnahtangga Sampel dl sekitar Taman
Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah Tahun 2000.. .................
Distribusi Keanggotaan Gerombol Rumahtangga Sampel Menurut
Lokasi Penelitian Tahun 2000 ..........................................
Pola Penggunaan Lahan Rumahtangga Sarnpel di Sekitar Taman
Nasional Lore Lindu Tahun 2000.....................

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Diskriminant Analysis ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..... ... .. ... ...

2.

(Jluster Analysis Menghasilkan Sekelompok Nilai-Nilai Kualitatif
dalam Bentuk Partisi Objek-Objek (dad atau Peubah) ... ........ ...

3. Perbedaan Aglomerative Technique dan Divisive Technique ... ... ...

19

19

21

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

1. Proses Agglomerasi Gerombol I Rumahtangga Sampel
Menggunakan Metode Perbaikan Jarak Complete Linkage
Clustering......
2.

Proses Agglomerasi Gerombol I1 Rumahtangga Sampel
Menggunakan Metode Perbaikan Jarak Complete Linkage
Clustering......

3.

Proses Agglomerasi Gerombol I11 Rumahtangga Sampel
Menggunakan Metode Perbaikan Jarak Complete Linkage
Clustering......

4.

Proses Agglomerasi Gerombol IV Rumahtangga Sampel
Menggunakan Metode Perbaikan Jarak Complete Linkage
Clustering.............................................................

5

Proses Agglomerasi Gerombol V Rumahtangga Sampel
Menggunakan Metode Perbaikan Jarak Complete Linkage
Clustering.........

6.

Proses Agglomerasi Keseluruhan Menggunakan Metode
Perbaikan Jarak Complete Linkage Clustering...................

7.

Dendrogram Output Analisis Gerombol Rumahtangga Sampel
di Sekitar Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah.. ....

8.

Peta Lokasi Penelitian Rumahtangga di Sekitar Taman
Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah.. ...........................

Halaman

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan yang llaksanakan sampai saat ini tidak lain ditujukan untuk
membangun masyarakat seutuhnya, sehingga masyarakat dapat hidup dalam
kondisi kehidupan yang jauh lebih baik, ha1 ini tentu saja tidak hanya dilihat dari
aspek material melainkan juga dari aspek spiritualnya.
Begitu pula halnya dengan pembangunan pertanian, akan tetap memegang
peranan penting, terutama dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat,
penye&aan lapangan kerja bagi masyarakat, penyediaan bahan baku bagi sebagian
besar industri dan perolehan nilai tambah, pemanfaatan sumberdaya alam,
peningkatan devisa dan peningkatan pendapatan rwnah tangga petani (Pusat
Penelitian Teknologi dan Pengembangan Pedesaan Universitas Riau, 1996).
Pentingnya peran sektor pertanian menuntut perlunya peningkatan
produktivitas secara berkelanjutan seiring dengan perkembangan penduduk.
Peningkatan produktivitas ini tidak dapat dipisahkan dengan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan petani agar mereka mengkuti perkembangan
teknologi melalui kegiatan usahataninya.
Krisis ekonomi yang melanda, telah memberikan imbas pada semua sektor
perekonomian dan lapisan masyarakat. Namun jika dilihat pada masa awal knsis,
di antara semua sektor yang ada hanya sektor pertanian yang memberikan share
positif terhadap Produk Domestik Bmto (PDB). Keunikan yang dimiliki oleh
sektor pertanian ini mendorong pembuat kebijakan untuk menelaah kembali
secara lebih mendalam mengenai sektor pertanian itu sendiri, dan sekaligus

sebagai tindakan koreksi akan kesalahan ataupun kekeliruan dalam membuat
kebijakan di masa sebelumnya, sehingga banyak dilakukan studi-studi mikro
mengenai kehidupan mahtangga petani.
Kemudian bila blihat secara regional, masih banyak daerah-daerah yang
perekonomian dan masyarakatnya memiliki ketergantungan yang besar pada
sektor pertanian. Seperti halnya dengan Sulawesi Tengah, Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) didominasi oleh sektor pertanian. Berdasarkan pada
harga yang berlaku sektor pertanian berkontribusi terhadap PDRB sebesar 44.52
persen pada tahun 1998 dan 45.1 1 persen pada tahun 1999, serta berdasarkan
harga konstan tahun 1993, sektor pertanian menyurnbangkan 40.83 persen pada
tahun 1998 dan 42.17 persen pada tahun 1999 terhadap PDRB Sulawesi Tengah.
Untuk lebih jelas bagaimana perkembangan kontribusi sektor pertanian terhadap
PDRB Sulawesi Tengah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB
Sulawesi 7';ngah Tahun 1996-2000
(%)

Tahun

Berdasarkan Harga yang
Berlaku

Berdasarkan Harga Konstan
1993

1999
2000

45.11
46.24

42.17
42.96

Sumber: Sulawesi Tengah dalam Angka, 2000 hal: 353-356

Selanjutnya secara lebih spesifik lagi, bisa dilihat pada Tabel 2 bagaimana
kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Donggala dan Poso, di
mana besar dari 40 persen dan bahkan untuk Kabupaten Donggala mencapai
5 1.37 persen pada tahun 1999

Tabel 2. Perkembangan Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB
Kabupaten Donggala dan Kabupaten Poso Tahun 1995-1999
Tahun

/

Berdasarkan Harga yang
Berlaku
I. Kabupaten ~ o n ~ ~ a l a '

1999
11. Kabupaten POSO'

'

1997
1998
1999

1

Berdasarkan Harga
Konstan 1993

5 1.37

47.35

43.98
45.25
46.84

40.38
44.21
45.35

(%I

Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka, 2000 hal: 356-358
2
Kabupaten Poso Dalam Angka, 2000 hal: 293-295

Rurnahtangga memilih karakteristik tersendiri, dan ini akan bervariasi
pada lokasi dan kondisi yang berbeda. Perbedaan ini akan menjadikan studi
mengenai rumahtangga menjad lebih menarik untuk dlakukan, terutama dalam
kaitannya dengan pengambilan keputusan untuk penggunaan lahan dalam upaya
mempertahankan

kehidupan

rumahtangga

mereka.

Dengan

demikian

pengelompokan (clustering) perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang
jelas mengenai karakteristik rumahtangga.
Adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang No. 25 tahun 2000 tentang pelimpahan kewenangan
pemerintahan pusat kepada daerah (otonomi daerah) menuntut pengelolaan
sumberdaya darn secara efektif dan berkelanjutan. Dengan kata lain pengelolaan
sumberdaya hams dilakukan secara terpadu, yaitu dengan memperhatikan aspek
ekonomi dan lingkungan secara terintegratif agar diperoleh pertumbuhan ekonomi
yang mantap dan berkesinarnbungan.

Di Sulawesi Tengah, adanya Taman Nasional Lore Lindu menyebabkan
perhatian pemerintah tidak hanya terfokus pada rumah tangga di sekitar taman
nasional tersebut, melainkan juga pemerintah akan berupaya menjaga kestabilan
ekosistem taman tersebut bersamaan dengan upaya peningkatan taraf hidup
masyarakat & sekitamya. Hal ini tentu saja tidak tertutup kemunglunan terjadinya
komplikasi kepentingan antara konservasi dan peningkatan taraf hidup masyarakat
sekitarnya.
Faniyas (1998), yang melakukan penelitian di Taman Nasional Kerinci
Seblat menemukan adanya perladangan berpindah di hutan sekitar taman nasional
tersebut. Beberapa motivasi bagi petani untuk tetap menggarap daerah hutan
sekitar taman tersebut antara lain kecilnya atau tidak adanya lahan yang dimiliki,
untuk menambah luas lahan dan pendapatan, serta lahan tersebut merupakan tanah
warisan. Perilaku tersebut sedikit banyak tentu mempengaruhi kestabilan taman
nasional tersebut.
Berkaitan dengan Taman Nasional Lore Lindu di Sulawesi Tengah, maka
perlu diketahui bagaimana karakteristik rurnahtangga di sekitar Tarnan Nasional
Lore Lindu dalam mempertahankan kehidupan keluarganya dan bagaimana pula
kaitannya dengan perambahan hutan. Dengan demikian akan dlketahui pula
bagaimana karakteristik mereka dalam penggunaan lahan di sekitar tarnan tersebut
dalam meningkatkan taraf ekonomi mereka, karena dengan adanya tarnan nasional
tersebut tentu membatasi perluasan areal bag mereka di daerah konservasi dan
tentu mempengaruhi surnberdaya hutan di sekitar kawasan tersebut.
Dengan diketahuinya bagaimana karakteristik rumahtangga dalam
mempertahankan atau meningkatkan taraf hidup mereka, maka pemerintah bisa

melakukan

penyesuaian-penyesuaian

dalam

membina

mereka,

serta

merencanakan dan membuat suatu kebijakan di daerah tersebut, sehingga
kebijakan atau peraturan yang ditujukan untuk menjaga kestabilan Taman
Nasional Lore Lindu bisa lebih spesifik sehingga bisa diterima masyarakat tanpa
menimbulkan pertentangan atau sengketa.
1.2. Perumusan Masalah
Perekonomian Sulawesi Tengah didominasi oleh sektor pertanian, yang
menunjukkan bahwa masyarakatnya secara dominan bennatapencahanan sebagai
petani. Perilaku

rumahtangga akan berbeda sesuai dengan kondisi daerah,

perjalanan waktu, kebiasaan dan adat istiadat yang berlaku, sehngga dengan
demikian memerlukan kebijakan yang berbeda pula.
Adanya Taman Nasional Lore Lindu menghendaki tindakan konservasi
dari semua pihak untuk menjaga kestabilan taman tersebut. Hal ini sedikit banyak
tentunya menyebabkan perbedaan perilaku rurnahtangga dalam mempertahankan
atau meningkatkan taraf hidup mereka, karena dengan adanya tindakan konservasi
tersebut akan mengurangi kesempatan menarnbah areal pertanian bagi
rumahtangga di daerah itu, terutama rumahtangga petani, ha1 ini tentu
mempengaruhi sumberdaya hutan.
Berkaitan dengan latar belakang penelitian ini, maka dapat dinunuskan
pennasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik rumahtangga di sekitar Tarnan Nasional Lore Lindu

dalam mendapatkan pendapatan guna mempertahankan atau meningkatkan
taraf hidup mereka

2. Bagaimana kaitan karakteristik rumahtangga yang berbeda-beda terhadap
peluang perambahan hutan, apakah menimbulkan marjinalisasi hutan?
3. Bagaimana kaitan karakteristik yang berbeda-beda tersebut dalam ha1
penggunaan lahan di sekitar Taman Nasional Lore Lindu tersebut?
4. Bagaimana altenatif solusi yang perlu ditempuh berkaitan dengan
karakteristik-karakteristik rumahtangga tersebut agar terjamin kestabilan

Taman Nasional Lore Lindu?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang &tampilkan dalarn penelitian ini,
maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui karakteristik rumahtangga di sekitar Taman Nasional Lore
Lindu dalam mendapatkan pendapatan guna mempertahankan atau
meningkatkan kehdupan rurnahtangga mereka
2. Untuk menganalisis kaitan karakteristik rumahtangga yang berbeda-beda

terhadap peluang perambahan hutan guna mendapatkan informasi mengenai
marjinalisasi hutan.
3. Untuk mengkaji kaitan antara karakteristik rumahtangga dari kelompok yang

berbeda tersebut dengan pola
pendapatan

guna

penggunaan lahan dalam mendapatkan

mempertahankan

atau

meningkatkan

kehdupan

rumahtangga mereka.
4. Menemukan

alternatif solusi dalam kaitannya dengan karakteristik-

karakteristik rumahtangga di sekitar Taman Nasional Lore Lindu agar
terjarnin kestabilan Taman Nasional tersebut.

Adapun

dengan tercapainya tujuan penelitian ini diharapkan dapat

berguna sebagai

bahan inforrnasi yang lebih jelas mengenai karakteristik

rumahtangga & sekitar taman nasional tersebut dalam upaya mempertahankan
atau meningkatkan kehidupan rumahtangga mereka, sehingga dapat digunakan
sebagai landasan bagi pemerintah untuk menyusun atau membuat kebijakan yang
lebih tepat demi tercapainya pembangunan yang berkelanjutan Q daerah tersebut.
Sedangkan bag pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, inforrnasi
tersebut Qharapkan dapat bermanfaat sebagai data dasar (bench mark) bagi
keperluan penelitian selanjutnya.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya menganalisis rumahtangga di sekitar Taman Nasional
Lore Lindu. Selanjutnya rumahtangga tersebut dianalisis dalam kelompokkelompok, sehingga keterangan yang diperoleh dari output penelitian ini adalah
dalam bentuk kelompok-kelompok dan bukan individu.
Selain itu, analisis gerornbol dilakukan berdasarkan kepemilikan lahan,
sehingga peubah-peubah yang Qamati adalah peubah yang berkaitan dengan
lahan, kecuali untuk karakteristik sosial dilihat juga mata pencaharian pokok
kepala rumahtangga, tingkat pendidikan dan jurnlah anggota keluarga. Sedangkan
peubah-peubah lain yang mungkin memiliki tingkat kepentingan yang sama tidak
diamati mengingat keterbatasan data, karena penelitian ini menggunakan data dari

STORMA (stability on forest margin). Sementara itu, untuk analisis pola
penggunaan lahan rumahtangga, yang hamati adalah tanaman utama
rumahtangga

dan

bukan

semua

tanaman

yang

mereka

tanami.

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taman Nasional

International

Union

for

the Conservation of Nature (1980)

mendefinisikan taman nasional sebagai areal yang cukup luas, di mana: Pertama,
satu atau beberapa ekosistem tidak terjadi perubahan yang disebabkan oleh
kegiatan eksploitasi atau pemilikan (penyerobotan lahan), serta spesies flora dan
fauna, kondisi geomorfologi dan kondisi habitatnya memiliki nilai ilmiah,
pendidikan dan nilai rekreasi atau memililu nilai lansekap alam dengan nilai
keindahan yang tinggi. Kedua, pemerintah pusat memandang perlu dan
memberikan perhatian untuk mencegah kegatan eksploitasi atau penyerobotan
lahan serta mencari upaya yang efektif untuk mempertahankan kepentingan
ekologi, geomorfologi atau keindahan alamnya; Ketiga, para pengunjung
diperbolehkan masuk dalam kondisi tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan
inspirasi, pendidikan, kebudayaan dan rekreasi.
Pengertian tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat Henning dan
Pakpahan (1991), bahwa tarnan nasional

merupakan wilayah daratan atau

perairan yang relatif luas yang di dalamnya berisi wakil wilayah alam
pemandangan dan atau hunbuhan dan satwa yang penting untuk taraf nasional
atau internasional. Kawasan ini memiliki fungsi ilmu pengetahuan, penddikan,
rekreasi dan memiliki satu atau beberapa ekosistem yang lengkap yang tidak
dipengaruhi oleh eksploitasi atau pemukiman. Taman nasional ini dilindungi dan
dikelola dalam kondisi alamiah ataupun hampir alamiah oleh pemerintah, serta

pengunjung dapat memasuki tarnan dengan kondsi tertentu

dengan tujuan

sebagai surnber inspirasi, pendidikan, kultural dan rekreasi.
Pengelolaan tarnan nasional mencakup kegiatan yang beraneka ragam,
sehingga organisasi pengelolaan taman nasional tidak mungkin untuk
melaksanakan sendiri seluruh kegiatan tersebut akibat adanya berbagai macam
keterbatasan. Untuk keberhasilan pengelolaan taman nasional, maka partisipasi
masyarakat sekitarnya sangat dibutuhkan. Menurut McNeely (1998), bahwa
partisipasi masyarakat sekitar kawasan taman nasional perlu dikembangkan dan
memperoleh prioritas dalarn kawasan itu, karena masyarakat tersebut memberikan
sumbangan yang besar bagi kesinarnbungan sumberdaya alam yang ada dalam
kawasan itu.
Sedangkan tujuan pengelolaan tarnan nasional ini menurut Alikodra
(1987) dapat dikelompokkan menjadi empat aspek utarna, yaitu konservasi,
penelitian, pendidikan dan kepariwisataan. Tujuan tersebut kemudian dituangkan
dalarn kebijakan pengelolaan yang seringkali kurang memperhatikan kepentingan
masyarakat sekitarnya. Jika pengelolaan taman nasional yang diterapkan dengan
peraturan yang ketat, maka akan menimbulkan ketegangan dengan masyarakat di
sekitarnya yang memiliki ketergantungan yang tinggi dengan sumberdaya alam
yang berasal dari taman tersebut.
Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang konservasi
sumberdaya hayati dan ekosistemnya, bahwa ada tiga zona yang dimungkinkan
terdapat dalam suatu taman nasional, yaitu zona pemanfaatan atau pengembangan
yang merupakan pusat kegiatan rekreasi. Selanjutnya terdapat zona inti, yang
merupakan bagian kawasan taman nasional yang mutlak untuk dlindungi,

kegiatan Qarahkan untuk melindung alarn serta memelihara proses-proses
alamiah agar diperoleh contoh ekologis lingkungan alam seperti untuk penelitian
dan kegiatan ilmiah lainnya. Sedangkan zona lainnya adalah zona penyangga,
yaitu merupakan wilayah-wilayah yang berada di luar kawasan taman nasional
yang penggunaan tanahnya terbatas untuk lapisan perlindungan tambahan bagi
kawasan taman nasional dan sekaligus bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya.
Menurut Salim (1986), bahwa dalam pengembangan tarnan nasional kunci
pokoknya adalah penduduk setempat merasakan adanya korelasi yang kuat antara
diri mereka dengan taman nasional, yang Qsertai dengan pembentukan daerah
penyangga yang memisahkan masyarakat dengan suaka alam menjadi penting.
Zona penyangga ini perlu dikembangkan sesuai dengan kepentingan masyarakat
setempat. Di beberapa tempat, zona ini berperan sebagai sumber kayu bakar dan
ada pula sebagai perkebunan. Namun yang jelas, zona ini Qtujukan untuk
menarnpung kebutuhan

masyarakat

sekaligus

sebagai

penyangga

dan

perlindungan hutan suaka alam.
Daerah penyangga ini merupakan daerah yang mengelilingi taman
nasional, dimana terdapat pembatasan dalam penggunaan surnberdaya

dan

merupakan lapisan tambahan untuk melindungi cagar alam dan sebagai
kompensasi bagi penduduk setempat yang kehilangan akses pada areal konservasi.
Selain itu Surnardja (1993) juga menjelaskan bahwa untuk mewujudkan
fungsi daerah penyangga, baik sebagai penyangga sosial ekonomi maupun
penyangga fisik (kawasan konservasi) diperlukan suatu perencanaan. Kajian
terutama dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil budidaya maupun

jasa dan usaha yang dilakukan Q daerah penyangga agar mampu meningkafkan
kondisi sosial ekonomi masyarakat.
2.2. Taman Nasional Lore Lindu
2.2.1. Lokasi, Iklim dan Topografi
Taman

Nasional Lore Lindu berdasarkan SK. Penunjukan Menteri

Kehutanan Tahun 1993 yaitu SK No. 5931Kpts-1111993 seluas 229 000 hektar.
Namun berdasarkan SK Penetapan Menteri Kehutanan Tahun 1999, yaitu SK No.
646Kpts-I111999 tanggal 23 Juni 1999, terjadi penciutan batas taman, sehingga
luasnya menjadi 2 17 998.18 hektar. Secara geografi taman ini terletak antara 1'8'
Lintang Selatan dan 119O58'- 120'1 6' Bujur Timur. Menurut administrasi
pemerintahan kawasan ini berada di wilayah Kabupaten Donggala dan Poso
Sulawesi Tengah (Direktorat Perlindungan dan Konservasi Alarn, 2002).

Curah hujan di Taman Nasional Lore Lindu bervariasi dari satu lokasi ke
lokasi lainnya. Di bagian utara curah hujan tahunan berkisar antara 2000 dan 3000
mm per tahun. Sedangkan d~ bagian selatan berkisar antara 3000 dan 4000 per
tahun. Bulan basah terjaQ pada bulan Nopember-April, y

h pada periode musim

barat.
Taman Nasional Lore Lindu berada pada ketinggian tempat antara 500
sampai

2 600 meter dari perrnukaan laut. Topografi datar, bergelombang,

berbukit dan bergunung-gunung di bagan utara. Puncak gunung tertinggi adalah
Gunung Rorekatimbu (2.610 meter) dan Gunung Nokilalaki (2 355 meter).
Gunung

di kawasan ini terbentuk akibat pergerakan tektonik dari zaman

pleiocene-miocene (3-25 juta tahun yang lalu) dan dikelilingi oleh lembah yang
membentuk celah seperti celah Fosa Sarasin, Tawelia, dan Lembah Bada. Dasar

lembah Besoa dan Napu merupakan bagian danau Lindu di masa lalu, sedangkan
danau Lindu sekarang merupakan hasil penciutan danau Purba.

2.2.2. Sejarah Kawasan
Taman Nasional Lore Lindu merupakan gabungan dari tiga kawasan
konservasi dengan status berbeda, yaitu:
1. Suaka Margastwa Lorekalamanta (13 1 000 hektar) ditetapkan berdasarkan SK.
Menteri Pertanian No. 552/Kpts/Um/10/73 tanggal 20 Oktober 1973.
2. Hutan Wisata danau Lindu (3 1 000 hektar) htetapkan berdasarkan SK. Menteri
Pertanian No.46/Kpts/Um/1/78 tanggal 25 Januari 1978
5. Suaka Margasatwa Sungai Sopu (67 000 hektar) ditetapkan berdasarkan SK

Menteri Pertanian No. 1012/Kpts/Um/12/81 tanggal 10 Nopember 1981.
Berdasarkan

Pernyataan Menteri Pertanian No.736/Mentan/X/1982

tanggal 14 Oktober 1982 ketiga kawasan tersebut digabung dan diubah statusnya
menjadi Taman Nasional Lore Lindu dengan luas 231 000 hektar (Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 1994).

2.2.3. Potensi Sumberdaya Alam
Kawasan Taman Nasional Lore Lindu memiliki keanekaragaman hayati
yang tinggi baik keanekaragaman jenis maupun ekosistemnya. Di kawasan ini
secara umum tercatat berbagai tipe ekosistem dari ekosistem hutan pamah tropika,
hutan pegunungan bawah hutan pegunungan sampai hutan dengan komposisi jenis
yang berbeda-beda.
Dalam kawasan ini juga terkandung berbagai ragam satwa, lebih dari
50 persen merupakan satwa endemik seperti jenis Anoa, Babi Rusa, Musang

Coklat Sulawesi, Tikus Sulawesi, Bajing Perut Merah, burung Nuri Sulawesi,
Maleo dan lainnya.
Di samping kekayaan dan keunikan sumberdaya hayati, kawasan ini juga
mempunyai banyak kurnpulan batuan megalitik yang bagus yang terdapat di
Lembah Besoa, Napu dan Bada dan merupakan salah satu monumen megalitik
terbaik di Indonesia (Departemen Kehutanan, 1995).
2.2.4. Ancaman yang Dihadapi
Penduduk yang mendiami

desa-desa yang berbatasan dengan taman

nasional ini umumnya menggantungkan hidup mereka pada sektor pertanian dan
hasil hutan. hanya sebagian kecil yang bekerja sebagai pedagang kecil dan sebagai
pegawai pemerintah. Sebagian besar penduduk adalah petani subsisten, hanya
sebagian kecil yang menjual hasil usahatani sebagai sumber pendapatan, terutama
mereka yang bertempat tinggal jauh dan Palu. Dalam kaitannya dengan
pemanfaatan hasil hutan, meskipun banyak desa-desa di dalam hutan yang telah
ditinggalkan dan diganti dengan program pemukiman kembali, namun masih
banyak desa yang justru menggantungkan kehidupan penduduknya pada hasil
hutan, baik yang diperoleh dari hutan produksi maupun yang berasal dari hutan
lindung. Pada kenyataannya terdapat beberapa desa yang justru menjahkan hutan
lindung maupun Taman Nasional Lore Lindu sebagai memperoleh hasil hutan.
Adanya kasus Katu, Moa dan Toro yang tinggal dalam Taman Nasional
Lore Lindu, karena menganggap lokasi tersebut merupakan lahan mereka yang
diperoleh dari leluhurnya. Hal ini terjad karena masyarakat tersebut menganut
sistem lahan adat dan sampai sekarang kasus ini sulit untuk dipecahkan. Selain itu
pada tahun 2001 sekitar 1000 orang menempati lembah Dongi Dongi, di mana

mereka adalah masyarakat campuran yang sebagian besar adalah migran barn.
Walaupun daerah tersebut relatif kecil, yaitu hanya sekitar beberapa ratus hektar,
namun relatif datar dan subur. Kasus ini terjadi bukanlah karena klaim hukurn
adat, melainkan karena ketidakmampuan dalam melaksanakan peraturan taman.
Sebagian besar rumah tangga-rurnah tangga liar yang masuk taman bukan
karena kebiasaan mereka dalam melanggar hukurn, melainkan mereka hanya
berupaya untuk mempertahankan kehidupan mereka dalarn kondisi yang lebih
baik secara ekonomi. Narnun

distributor rotan dan kayu secara ilegal

mengurnpulkan produk hutan dari taman yang mengambil kesempatan dalam
situasi lemahnya hukum. Oleh karena itu adalah sangat ironis jika orang-orang
miskin yang tidak berlahan dijadikan kambing hitam oleh pengusaha-pengusaha
yang ingin memperoleh akses terhadap sumberdaya taman dalam kevakuman
hukum (Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2002).
2.3. Karakteristib Sosial Ekonomi Rumahtangga

Karakteristik sosial ekonomi adalah garnbaran berbagai ukuran ciri-ciri
sosial ekonomi. Abustam (1989) menyebutnya sebagai status sosial ekonomi.
Menurutnya status sosial ekonomi rumahtangga didasarkan atas penggolongan
rurnah tangga ke dalam lapisan-lapisan berdasarkan pemilikan aset berupa luas
penguasaan tanah, tingkat pendidikan, dan tingkat melek huruf.
Rogers dan Shoemaker (1971) merinci faktor-faktor sosial ekonomi yang
mempengaruhi seseorang untuk lebih inovatif, yaitu (1) lebih berpendidikan (2)
mempunyai status sosial ekonomi yang lebih tinggi, (3) mempunyai mobilitas
yang lebih besar, (4) mempunyai lahan garapan yang lebih luas (5) mempunyai
pekerjaan yang lebih spesifik (6) lebih berorientasi pada ekonomi komersial dan

(7) mempunyai sikap yang lebih baik terhadap kredit. Namun Soewandi (1976)
menambahkan faktor usia yang lebih tua, sistem norrna yang lebih baik serta
pendapatan yang lebih tinggi.
2.4. Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan

Menurut Barnett,

et.

al.,

(1995), bahwa sustainability adalah

mempertahankan kualitas output dari tahun

ke tahun tanpa menyebabkan

degradasi lingkungan, di mana sustainability memiliki unsur waktu, eksternalitas
dan produk sekunder.
Sedangkan Steinlin (1988) mendefinisikan berkelanjutan dalam kaitannya
dengan hutan sebagai upaya untuk memudahkan penyedaan dampak hutan yang
nyata dan tidak nyata secara optimal dan terus menerus untuk kepentingan
generasi manusia sekarang dan juga generasi yang akan datang. Jadi disini
berkelanjutan memperhitungkan aspek temporal, dinamika, tanggung jawab sosial
serta kepentingan ekonomi dan ekologi secara terintegratif
Hal ini sejalan dengan pernyataan Barnett, et. al., (1995), bahwa
pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan generasi sekarang tanpa merusak kemampuan generasi yaang akan
datang untuk memenuhi kebutuhannya.
Menurut Reijntjes, et. al., (1992), bahwa pengelolaan surnberdaya yang
berhasil adalah pengelolaan yang mampu memenuhi kebutuhan manusia yang
senantiasa berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas
lingkungan serta melestarikan swnberdaya alam.
Sementara itu, Viana (1995) mengajukan kriteria dan indikator
sustainability untuk tingkat sektoral dan tingkat regional yang antara lain: (1)

apakah ada tekanan untuk mengkonversi daerah hutan menjadi sistem penggunaan
lahan yang lain, (2) bagaimana hubungannya dan kontribusi sektor hutan terhadap
proses pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi daerah, (3) apa akses
sektor-sektor yang ada di masyarakat terhadap teknologi, (4) apakah arah
perkembangan teknologi sejalan dengan ide pembangunan yang berkelanjutan
2.5. Studi Terdahulu

Studi terdahulu menggunakan cluster analysis dalam rumah tangga petani
sulit untuk ditemui karena memang masih jarang dilakukan. Namun beberapa
studi evaluasi cluster analysis itu senQri bisa cbtemui, antara lain:
Studi yang dilakukan Djuraidah (1991) mengenai simulasi analisis
pengelompokan dengan pendekatan penguraian sebaran campuran normal ganda
pada data MSS Landsat, hmana menemukan bahwa diantara beberapa cara
penentuan nilai awal, yang terbaik adalah dengan menggunakan analisis
komponen utama. Sementara "metoda gerombol hibrida" dan metoda k-mean
kurang baik karena sangat sensitif terhadap keragarnan subpopulasi dalam
populasi. Sementara itu hasil klasifikasi dengan metoda penguraian sebaran
normal ganda ini lebih baik bila dibandingkan dengan hasil yang lperoleh
dengan menggunakan metoda k-mean.
Selanjutnya Priyantini, et. al., (1997), melakukan penelitian mengenai
analisis pengelompokan untuk klasifikasi cabang PT. Sucofindo berdasarkan
kriteria kondisi dan kinerja. Studi yang bertujuan untuk membuat klasifikasi
cabang-cabang PT. Sucofindo dengan metode cluster analysis ini menghasilkan
kelompok-kelompok cabang dengan ciri-ciri yang dapat diamati lebih lanjut.
Kelompok pertarna mempunyai nilai peubah-peubah kondisi dan efisiensi yang

cukup tinggi clan keefektifan yang paling tinggi. Untuk kelompok kedua, nilai
sebagian besar peubahnya sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan
kelompok pertama. Sementara kelompok ketiga

nilai kriteria konlsi dan

keefektifannya sangat rendah sehingga perlu untuk ditingkatkan. Kelompok
keempat mempunyai nilai konlsi dan produktifitas tenaga kerja yang sangat
tinggi, namun keefektifan dan efisiensinya tidak tinggi. Terakhir, kelompok yang
kelima mempunyai nilai kondisi, keefektifan dan produktifitas tenaga kerja sangat
rendah sehingga perlu ditingkatkan dengan usaha yang lebih besar

bila

dibandingkan dengan kelompok laimya.
Kemudian Agusrawati (2001) dalam studinya tentang pembandingan hasil
pengelompokan lima metode pengelompokan berhirarki berdasarkan data
simulasi, mencoba menggunakan statistik rand, yaitu penilaian sejauhmana
kemiripan atau kesesuaian hasil pengelompokan suatu metode dengan
pengelompokan sebenarnya yang sudah ditentukan.
Studi ini menemukan bahwa Metoda Ward selalu konsisten memililu
statistik rand tertinggi jika dibandingkan dengan metoda pautan tunggal (single
linkage), pautan lengkap (complete linkage), pautan rataan (average linkage) dan
terpusat (centrod), di mana berdasarkan kriteria statistik rand hasil metoda
pengelompokan metoda Ward selalu memiliki kemiripan yang lebih baik dengan
hasil pengelompokan yang sebenarnya (yang ditentukan melalui simulasi data).
Kekonsistenan metoda ward terbukti juga bila menggunakan dua matriks jarak,
yaitu Manhattan dan Euclidean. Narnun dalam ha1 ini semua peubah diasurnsikan
memiliki sebaran normal dan ragam peubah cenderung kecil.

HI. KERANGKA TEORI

3.1. Cluster Analysis
Cluster analyszs adalah suatu analisis untuk menyusun objek-objek

menjadi kelompok-kelompok (cluster-cluster) dan pembentukan kelompokkelompok tersebut menimbulkan pengurangan dimensionalitas suatu tabel data,
yaitu semakin sedikitnya jumlah baris (objek). Cluster analyszs merupakan tool
yang mampu memberikan kepada kita kelompok-kelompok secara objektif
(Legendre, 1998).
Menurut Anderberg (1973), bahwa cluster analyszs dapat berkontribusi
langsung terhadap pengembangan skema klasifikasi. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Greenacre (1984), bahwa cluster analyszs sering disebut sebagai
cla~s.slJicatzonautomatzque, di mana similaritas dari observasi-observasi antar

objek dipelajari dengan tujuan membentuk kelompok-kelompok dari objek-objek
yang sama. Dengan kata lain, kita menciptakan suatu partisi-partisi ataupun
serangkaian partisi dan objek-objek tersebut. Berbeda dengan dzskrzmlnan
analysrs memberikan penekanan yang berbeda pada
analysu, di mana d~~skrzmznan

partisi-partisi yang Qanalisis dan terdapat suatu partisi tertentu yang lebih
diutamakan. Sedangkan cluster analysis, partisi-partisi dlhasilkan dan analisis.
Untuk lebih jelas mengenai perbedaan keduanya dapat dilihat Gambar 1 dan
Gambar 2.
Sementara itu, Kaufman dan Rousseeuw (1990) mendefinisikan cluster
analyszs sebagai seni menemukan kelompok-kelompok dalam data, dan

kelompok-kelompok yang ditemukan tersebut dinamai dengan cluster.

Gambar 1. Diskriminan Analysis
-------.

I

z l , 22,. . .

-------.

Gambar 2. Cluster Analysis Menghasilkan Sekelompok Nilai-Nilai Kualitatif
dalam Bentuk Partisi Objek-Objek (dan/atau Peubah)
Sumber :

Kaufman dan Rousseeuw, 1990

Prinsip dasar cluster analysis adalah bahwa objek-objek dalarn satu
kelompok adalah sama satu dengan lainnya. Sernentara objek-objek yang berada
dalam kelompok yang berbeda memiliki perbedaan yang besar satu sama lainnya.
Pengelompokan ini memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari
dan juga dalam ilmu pengetahuan-teknologi. Dalam marketing, pengelompokan
dilakukan untuk mengidentifikasi segmen-segmen pasar, misalnya kelompokkelompok konsumen dengan kebutuhan yang sama dan lain-lain. Tujuan cluster
analysis adalah untuk mendapatkan suatu partisi ataupun serangkaian partisi clan

sekelompok objek berdasarkan similaritasnya dengan yang lainnya sehingga
objek da.larn satu kelompok yang sama memiliki kemiripan atau kesamaan dengan
objek lainnya. Sedangkan kelompok-kelompok yang berbeda tidak mirip sarna
sekali atau jauh berbeda satu sama lainnya sehingga dpisahkan (Greenacre,
1984).

Teknik cluster ana/y.szs pada umumnya dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu hzerarchical technique dan non-hierarchzcal technzque. Pada teknik hierarki,
dimana proses klasifikasi (clustermg) menghasilkan jumlah kelompok-kelompok
yang semakin banyak. Teknik ini dapat berupa dzvlsive ataupun agglomeratzve.
Drvzsrve technzque, menganggap semua objek sebagai satu kelompok. Kemudian
kelompok tersebut dipecah menjadi kelompok-kelompok yang semakin kecil.
Sedangkan agglomerative technzque dimulai dengan anggota "cluster-cluster
single" yang kemudian digabung sampai terbentuk satu kelompok baru yang
besar. Jadi kedua teknik tersebut saling berkebalikan. Untuk lebih jelasnya
mengenai teknik-teknik ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Pada Gambar 3, penggerombolan dilakukan terhadap obat-obatan a, 6, c, d
dan e berdasarkan kegunaan obat-obat tersebut. Dengan menggunakan teknik
agglomeratif, masing-masing obat dianggap sebagai group (gerombol).
Berdasarkan kegunaan obat tersebut, obat a dan b memiliki kegunaan yang paling
mirip dan obat d sangat mirip kegunaannya dengan obat e, yaitu pada tingkat
ketidakrniripan sebesar satu. Pada tingkat ketidakmiripan yang sama obat c sangat
berbeda dengan keempat obat lainnya. Namun pada tingkat ketidakmiripan
sebesar tiga, obat c mirip dengan obat d dan e tetapi berbeda dengan obat a dan b.
Pada tingkat ketidakmiripan sebesar empat, kelima obat tersebut baru bisa
dikelompokkan dalam satu group. Sedangkan pada teknik divisif, pengelompokan
dimulai dengan menganggap bahwa kelima obat tersebut dalam satu group dan
kemudian baru dipecah-pecahkan sampai akhimya terbentuk lima group. Teknik
tak berhirarki lebih & k e d sebagai k-mean atau partitioning methods, yang
mengelompokkan data ke dalam k kelompok dengan persyaratan bahwa setiap

kelompok paling tidak terdiri dari satu objek dan setiap objek hams mempunyai
posisi dalam satu kelompok.
k I n ............................................................................ (3.1)
dimana:
k

=

jumlah kelompoWcluster

n

=

jumlah objek

v

agglomerative

divisive

Gambar 3. Perbedaan Agglomerative Technique dan Divisive Technique
Sumber : Kaufrnan dan Rousseeuw, 1990 ha]: 45

Nilai k ditentukan sendiri oleh

analist, sehingga algoritma akan

membentuk suatu partisi sebanyak kelornpok yang diingnkan. Dalam ha1 ini

diperlukan beberapa iterasi, di mana algoritma perlu dijalankan beberapa kali
(secara berulang) dengan nilai k yang berbeda mtuk menyeleksi k yang mana
yang dianggap memiliki karakteristik atau tampilan grafik yang terbaik, yaitu
dalam pengertian bahwa objek-objek dalam kelompok yang sama hams
berhubungan erat satu sama lainnya, dan kelompok-kelompok yang berbeda harus
terpisah dan sangat berbeda (Kaufman dan Rousseeuw, 1990).
Namun Suharjo dan Siswandi (1999) menambahkan bahwa

sebelum

analisis dilakukan jumlah kelompok yang akan dibentuk h a m ditentukan terlebih
dahulu. Tapi untuk menentukan jumlah segrnen tidaklah mudah, karena terkait
erat dengan jumlah gerombol yang ada dalam realita. Untuk mengatasi ha1
tersebut, umumnya ditentukan melalui cara eksplorasi, yakni dengan menentukan
jumlah gerombol yang ada mulai dari 2,3,4,. ..,dan seterusnya.
Namun demikian ada kriteria yang dijadikan sebagai penentu jumlah
gerombol berakhir, yaitu:
1 . Gerombol yang terbentuk hams dapat diinterpretasikan
2. Aspek proporsionalitas jumlah inhvidu atau objek dalam Gerombol hams

diperhatikan.
Menurut Greenacre (1984), walaupun terdapat dua macam teknik
pengelompokan, namun yang paling penting dilakukan sebelum pengelompokan
adalah bagaimana mengukur "distance" atau "similaritas" antar objek-objek,
dimana jika terdapat I objek, maka suatu matrik simetris I x 1 perlu dihitung.
Untuk menghindari terjadinya pengulangan, maka unalist perlu menggambarkan
pengelompokan dalam format "dzstance" antar objek.

Selain itu, Suharjo dan Siswandi (1999) menambahkan bahwa pemilihan
metoda mana yang akan digunakan secara urnurn sangat ditentukan oleh
fenomena yang dihadapi sesuai dengan bidang permasalahannya. Bahkan yang
paling penting, bahwa pemilihan tersebut ddakukan atas dasar keberartian hasil
pengelompokan yang diperoleh, sehingga hampir semua metoda digunakan dan
kemudian hasilnya dibandingkan.
3.2. Sta