Study Perbandingan Penggunaan Kitosan Sebagai Adsorben Dalam Analisis Logam Tembaga (Cu2+) Dengan Metode Pelarutan Dan Perendaman

Study Perbandingan Penggunaan Kitosan
(Zul Alfian)

STUDY PERBANDINGAN PENGGUNAAN KITOSAN SEBAGAI
ADSORBEN DALAM ANALISIS LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DENGAN
METODE PELARUTAN DAN PERENDAMAN

Zul Alfian
Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Sumatera Utara
Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan

Abstrak
Kemampuan kitosan untuk menyerap logam disebabkan oleh kandungan nitrogen yang tinggi pada
rantai polimernya. Kitosan mempunyai satu kumpulan amino linier bagi setiap unit glukosa.
Kumpulan amino ini mempunyai sepasang elektron yang dapat berkoordinat atau membentuk ikatanikatan aktif dengan kation-kation logam.
Dalam penelitian ini untuk memperoleh kitosan menggunakan metode Rigby& Wolfram,untuk
melarutkan kitosan digunakan asam asetat 1% dan untuk analisa kuantitatifnya dengan menggunakan
Spektrofotometri Serapan atom (SSA).
Salah satu sifat dari kitosan dapat digunakan sebagai bahan penyerap. Daya serap kitosan terhadap
logam Cu dengan metode perendaman lebih besar daripada metode pelarutan pada waktu 30 menit

dengan berat kitosan 0,05 gr. Pada metode perendaman dapat menyerap logam Cu 72,7% dan metode
pelarutan dap menyerap logam Cu 45,5%.
Kata Kunci : Kitosan, logam, glukosa, SSA dan Cu.

PENDAHULUAN

Kitosan adalah jenis polimer alam yang
mempunyai rantai linier dan mempunyai
rumus umum {C6H11NO4}n atau disebut
sebagai
(1-4)-2-Amino-2-Deoksi-ßDGlukosa. Seperti kita ketahui limbah industri
dapat mengganggu kesehatan misalnya,
limbah yang mengandung logam-logam berat
seperti ion tembaga (Cu2+). Pestisida yang
mengandung tembaga (Cu) dapat diserap
oleh tanaman dan masuk ke dalam rantai
makanan. Bila logam tembaga dalam dosis
tinggi dapat menyebabkan penyakit, seperti:
ginjal, hati, muntaber, pusing kepala, lemah,
anemia, kram, shock, coma dan dalam kadar


yang berlebihan
dapat menyebabkan
kematian (Robert, G. A. F., 1978).
Kitosan dapat digunakan sebagai
penyerap logam. Kemampuan kitosan untuk
menyerap logam dengan cara pengkhelatan
yang mana ini dipengaruhi oleh kandungan
Nitrogen yang tinggi pada rantai polimernya.
Metode penyerapan logam oleh kitosan dapat
dilakukan oleh dua cara yaitu: melalui
metode pelarutan dan metode perendaman.
Dalam penelitian terdahulu penyerapan
logam oleh kitosan menggunakan metode
pelarutan ataupun metode perendaman telah
dilakukan (Muzarelli, R. A. A., 1977),
namun belum diketahui metode manakah
yang lebih baik menyerap ion logam tembaga
(Cu2+). Melalui penelitian ini penulis ingin
15


Jurnal Sains Kimia
Vol. 7, No.1, 2003: 15-17

membandingkan penyerapan logam Cu
menggunakan kitosan dengan metode
pelarutan dan perendaman.

BAHAN DAN METODA
Bahan

Setelah diaduk selama 30 menit, campuran
disaring dan filtratnya dianalisa dengan
menggunakan Spektrofotometer Serapan
Atom .
Metode Pelarutan

Bahan yang digunakan adalah kitosan
dengan berbagai variasi, larutan Cu dan asam
asetat.

Metode Perendaman
Ditimbang sebanyak ( 0,01; 0,02; 0,03;
0,04; 0,05) gr kitosan dan masing-masingmasing dimasukkan ke dalam beaker glass.
Dimasukkan larutan Cu 10 ppm ke dalam
masing-masing beaker glass tersebut,
kemudian diaduk dengan magnet pengaduk
selama 30 menit pada kecepatan 100 rpm.

Ditimbang (0,01; 0,02; 0,03; 0,04;
0,05) gr dan masing-masing dimasukkan ke
dalam beaker glass, dan ditambahkan ke
dalamnya 10 ml asam asetat 1%.
Dimasukkan larutan Cu 10 ppm ke dalam
masing-masing beaker glass tersebut
kemudian diaduk dengan magnet pengaduk
selama 30 menit denga kecepatan 100 rpm.
Setelah diaduk selam 30 menit, campuran
disaring dan filtratnya dianalisa dengan
menggunakan Spektrofotometer Serapan
Atom.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1.
Konsentrasi
(ppm)
10
10
10
10
10

Data Perbandingan Kemampuan Penyerapan Kitosan dengan Metode Pelarutan dan Metode
Perendaman
Cu

Metode Pelarutan

Metode Perendaman


[Cu] tinggal
9,634
8,852
7,435
6,736
5,454

[Cu] tinggal
6,262
5,906
4,354
3,867
2,783

% Penyerapan
3,36
11.48
25,65
32,64
45,5


Pembahasan
Study perbandingan penggunaan kitosan
sebagai bahan penyerap logam Cu dengan
metode pelarutan dan perendaman telah
dilakukan. Dalam hal ini kitosan yang
digunakan berasal dari kitin yang diubah

16

% Penyerapan
37,38
40,94
56,46
61,33
72,17

menjadi kitosan dengan metode Rigby dan
Wolfram. Kemudian masing-masing dengan
variasi berat kitosan ditambahkan ke dalam

sejumlah tertentu karutan Cu 10 ppm yang
dibuat dari sampel CuSO4.5H2O.
Untuk mengetahui besarnya penyerapan
kitosan terhadap logam Cu dengan metode

Study Perbandingan Penggunaan Kitosan
(Zul Alfian)

pelarutan dan perendaman dilakukan
pengukuran absorbansi larutan Cu sebelum
dan sesudah penambahan kitosan dengan
menggunakan Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA). Hasil absorbansi yang
diperoleh kemudian diolah dengan metode
Least Square.
Dari persamaan tersebut akan diperoleh
konsentrasi Cu2+ yang tinggal setelah
perlakuan, sehingga dapat ditentukan daya
serapnya dengan menggunakan persamaan:


pada metode pelarutan kitosan dilarutkan
dengan asam asetat 1% yang membuat
suasana menjadi asam. Sedangkandiketahui
pH yang rendah akan mengurangi
penyerapan ion logam ke dalam kitosan
karena bersaing dengan ion H+ untuk
menempati gugus amino bebas. Walaupun
sebenarnya dengan cara pelarutan luas
permukaan kitosan lebih besar dibandingkan
dengan cara perendaman namun dalam hal
ini
luas
permukaan
tersebut
tidak
nerpengaruh terhadap penyerapan logam
Cu2+.

( Cu awal) – (Cu yang tinggal)
(Cu awal )


x 100%

KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pengukuran tersebut dapat
dilihat bahwa kemampuan daya serap kitosan
terhadap logam Cu dengan metode pelarutan
dan perendaman akan semakin meningkat
dengan semakin banyaknya penambahan
berat kitosan (Jaicock, M. J. and Parfitt, G.
D., 1984) Penyerapan kitosan yang paling
besar adalah pada penamabahn 0,05 gr,
dimana untuk metode pelarutan 45,5% dan
untuk metode perendaman 72,17%. Hal ini
disebabkan dengan semakin banyaknya
penambahan kitosan ke dalam larutan Cu 10
ppm maka proses adsorbsi yang terjadi akan
semakin banyak (Amelia , A., 1991).
Dari tabel IV dapat diketahui sejauh
mana perbandingan daya serap kitosan dalam

menyerap logam tembaga (Cu2+) dengan
metode pelarutan dan perendaman, diperoleh
bahwa logam tembaga yang terdapat dalam
larutan standart CuSo4.5H2O berkurang
konsentrsinyadengan penambahan kitosan.
Pengamatan logam Cu yang dapat diserap
oleh kitosan melali dua metode yang
dibandingkaN, diperoleh penyerapan sebesar
45,4% untuk metode pelarutan 72,17% untuk
metode perendaman pada kondisi yang sama.
Dari hasil yang diperoleh maka metode
perendaman lebih baik dibandingkan dengan
metode pelarutan. Hal ini disebabkan karena

1. Daya serap kitosan dengan metode
perendaman terhadap logam Cu sebesar
72, 17 % sedangkan daya serap kitosan
dengan metode pelarutan terhadap logam
Cu sebesar 45,4% pada penambahan 0,05
gr.
2. Dari hasil di atas
maka metode
perendaman lebih tinggi daya serapnya
dibandingkan dengan metode pelarutan
dalam menyerap logam Cu.

DAFTAR PUSTAKA
Amelia , A., 1991, Pemamfaatan Kitosan sebagai
Pengikat Logam Cr dalam Limbah Cair
Industri Penyamakan Kulit dengan metode
Kolom dan Setrifuse, Skripsi Fakultas
Tehnologi Pertanian , IPB, Bogor.
Jaicock, M. J. and Parfitt, G. D., 1984, Chemistry of
Interfac, Ney York, Halsted Press a Division Of
John Wiley and Sons.
Mat, B, Zakaria., 1995, Chitin and Chitosan,
Universitas Kebangsaan Malaysia.
Muzarelli, R. A. A., 1977, Chitin, Pergamon Press,
Oxford.
Robert, G. A. F., 1978, Chitin Chemistry,
Notthingham Politechnic, Mc Milan.
Sanchez, D.R., R. Cgokyun, 1981, Chitosan Globules,
Food Tech.j., 16, 1981

17