Pengaruh Pasokan Karbondioksida Terhadap Kelimpahan Sel Mikroalga Jenis Nannochloropsis sp

PENGARUH PASOKAN KARBONDIOKSIDA
TERHADAP KELIMPAHAN SEL MIKROALGA JENIS
Nannochloropsis sp

HAKIKI RIFATUDIN

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pasokan
Karbondioksida Terhadap Kelimpahan Sel Nannochloropsis sp. adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Hakiki Rifatudin
NIM C5480085

ABSTRAK
HAKIKI RIFATUDIN Pengaruh Pasokan Karbondioksida Terhadap
Kelimpahan Sel Mikroalga Jenis Nannochlorosis sp. Dibimbing oleh TRI
PRARTONO dan MUKJIZAT KAWAROE
Efek pemanfaatan bahan bakar fosil oleh kendaraan bermotor dan industri
menyebabkan karbondioksida di udara meningkat. Kultivasi mikroalga
merupakan salah satu upaya memanfaatkan CO2 melalui proses fotosintesis
disamping itu, pemanfaatan CO2 dapat meningkatkan kelimpahan sel. penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2013 bertempat di LPPM
Kultivasi Mikroalga di pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC), Institut
Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan yaitu Kontrol, P1
(injeksi karbondioksida sebesar 1,5 ml/menit), dan P2 (injeksi karbondioksida
sebesar 2 ml/menit). Selain itu, dilakukan pengambilan data kelimpahan sel,
karbondioksida terlarut, karbondioksida tersisa, dan parameter kualitas perairan.
Serta dilakukan perhitungan laju pertumbuhan spesifik dan analis statistik (uji T

dan uji BNT). Nilai kelimpahan sel tertinggi sebesar 5,7 x 106sel/ml, dengan laju
pertumbuhan spesifik sebesar 0,6. Sementara nilai tertinggi karbondioksida
terlarut 97,9 mg/l dengan nilai karbondioksida tersisa 7%. Pemberian
Karbondioksida sebesar 2 ml/menit memberikan pengaruh positif bagi
kelimpahan sel mikroalga.
Kata kunci: Nannochloropsis sp, Kultivasi, CO2, dan Microalgae
ABSTRACT
HAKIKI RIFATUDIN. Carbon Dioxide Effects Of Abundance Cells
Microalgae Nannochloropsis sp type .Supervised by TRI PRARTONO and
MUKJIZAT KAWAROE
Fossil fuel utilization of motorized vehicles and industry brings about
effects which can make carbon dioxide in the air increase. Microalgae cultivation
is one of the ways to utilize CO2 through the photosynthesis process because
microalgae cells can improve their abundance by utilizing the increased CO2.
This study was conducted in August and September 2013 held at SBRC
Microalgae Cultivation in Surfactant and Bioenergy Research center (SBRC),
Bogor Agricultural University. This study uses three treatments ie control, P1
(carbon dioxide injection of 1.5 ml / min), and P2 (carbon dioxide injection at 2
ml / min). In addition, the data retrieval is done cell abundance, dissolved carbon
dioxide, carbon dioxide remaining, and water quality parameters. As well as the

calculation of the specific growth rate and statistical analyst (T test and LSD test).
The highest cell abundance value of 5.7 x 106sel / ml, with a specific growth rate
of 0.6. While the highest values of dissolved carbon dioxide 97.9 mg / l with the
value of the remaining 7% carbon dioxide. Provision of Carbon dioxide at 2 ml /
min a positive influence on the abundance of microalgae cells.

PENGARUH PASOKAN KARBONDIOKSIDA TERHADAP
KELIMPAHAN SEL MIKROALGA JENIS NANNOCHLOROPSIS sp

HAKIKI RIFATUDIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengaruh Pasokan Karbondioksida Terhadap Kelimpahan Sel
Mikroalga Jenis Nannochloropsis sp
Nama
: Hakiki Rifatudin
NIM
: C54080085

Disetujui oleh

Dr. Ir. Tri Prartono, M.Sc
Pembimbing I

Dr. Ir. Mukjizat Kawaroe, M.Si
Pembimbing 2

Diketahui oleh


Dr Ir I Wayan Nurjaya MSc
Ketua Departemen

Tanggal Ujian: 17 Juli 2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian hingga penyusunan
skripsi dengan lancar. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan
sejak bulan Agustus 2013 ini ialah logam berat, dengan judul Pengaruh Pasokan
Karbondioksida Terhadap Kelimpahan Sel Mikroalga Jenis Nannochloropsis sp
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Tri Prartono, MSc dan
Ibu Dr. Ir Mukjizat Kawaroe, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran. Disamping itu, penulis sampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya
memberikan motivasi, semangat dan doa selama menempuh pendidikan di IPB.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang turut membantu
dalam pelaksanaan kegiatan penelitian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
sehingga segala bentuk kritik dan saran penulis harapkan untuk menjadi bahan

evaluasi diri.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor,September 2014
Hakiki Rifatudin

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
PENDAHULUAN ...............................................................................
Latar Belakang ............................................................................
Tujuan .........................................................................................
METODE PENELITIAN ....................................................................
Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................
Alat dan Bahan ...........................................................................
Persiapan Penelitian ....................................................................
Sterilisasi.....................................................................................
Persiapan Inokulan Nannochloropsis sp ..................................
Persiapan Pupuk…………………………………………………
Rancangan Penelitian……………………………………………

Prosedur Penelitian………………………………………………
Pengamatan Kelimpahan Sel…………………………………. .
Pengukuran Parameter Kualitas Perairan………………………..
Pengukuran Gas CO2 Tidak Terserap .........................................
Pengukuran Karbondioksida Terlarut .........................................
Perhitungan Kelimpahan Sel ...............................................................
Perhitungan Karbondioksida Terlarut……………………………......
Analisis Statistik ..................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................
Kelimpahan Sel dan Laju Pertumbuhan Spesifik .......................
Karbondioksida Terlarut .............................................................
Karbondioksida Tidak Terlarut...................................................
Parameter Kualitas Perairan .......................................................
Suhu ...................................................................................
Salinitas..............................................................................
pH ......................................................................................
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................


vi
vi
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
4
5
5
6
7
7
8

8
8
9
11
12
13
13
13
14
15
16
18

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanasan global di bumi disebabkan oleh emisi industri dan bahan bakar
fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam. Proses pembakaran ini akan
meningkatkan CO2 di udara yang membentuk lapisan atmosfer dan menahan

radiasi bumi ke udara dan menyebabkan pencemaran udara. Usaha mengurangi
CO2 dan efisiensi pemakaian bahan bakar dapat dilakukan.dengan memanfaatkan
aktivitas mikroalga melalui proses fotosintesis.
Fotosintesis mikroalga dapat memanfaatkan CO2 sebagai pertumbuhannya
melalui kloroplas. Namun, karbondioksida dalam organel utama mikroalga
berbentuk bikarbonat, sehingga harus dikonversi terlebih dahulu menjadi
karbondioksida dengan bantuan enzim anhidrase (Boney 1989).
Mikroalga merupakan organisme tumbuhan yang paling primitif yang
berukuran renik, dan hidup di seluruh wilayah perairan, baik air tawar maupun air
laut. Mikroalga diklasifikasikan sebagai tumbuhan karena memiliki klorofil dan
mempunyai suatu jaringan sel menyerupai tumbuhan tingkat tinggi (Diharmi
2001) Salah satu jenis mikroalga yang dapat memanfaatkan karbondioksida
melalui fotosintesis adalah Nannochloropsis sp.
Nannochloropsis sp merupakan organisme akuatik yang berwarna hijau,
tidak memiliki motil, dan tidak mempunyai flagel. Selnya berbentuk bola,
berukuran kecil dengan diamater 4-6 mm. (Anon et al 2008). Nannochloropsis sp
memiliki kloroplas dan nucleus yang dilapisi membran. Kloroplas memiliki
stigma (bintik mata) yang bersifat sensitif terhadap cahaya.Ciri khas dari
Nannochloropsis sp adalah memiliki dinding sel yang terbuat dari komponen
selulosa.

Selain dapat memanfaatkan CO2 dari atmosfer, Nannochloropsis sp sangat
penting kehidupan. Nannochloropsis sp dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
berbagai jenis bahan bakar hayati atau biofuel. Nannochloropsis sp memiliki
kandungan lemak yang tinggi sehingga berpotensi mengasilkan biofuel sebagai
salah satu upaya menangani krisis kelangkaan minyak (Kawaroe 2010). Selain itu
Nannochloropsis sp dapat menjadi bioremediasi. Bioremediasi adalah
Pemulihan kondisi lingkungan dari pencemaran logam berat yang
dimanfaatkan pertumbuhanya oleh makhluk hidup (Zahooret et al.2009).
Riset skala laboratorium merupakan suatu lan/gkah awal untuk
menunjukan tingkat pemanfaatan CO2 oleh mikroalga seperti pertumbuhan
melalui kelimpahanya. Disamping itu penelitian ini dilakukan selama 10 hari
dengan pemberian konsentrasi CO2 yang berbeda dan pemberian pupuk Walne
sebagai sumber nutrien bagi mikroalga. Selain itu dilakukan pengambilan data
indeks kelimpahan mikroalga, karbondioksida terlarut, karbondioksida tidak
terlarut, dan, serta perhitungan statistik.

2

Tujuan
Mengkaji pengaruh karbondioksida terhadap pertumbuhan Nannochloropsis
sp dan membandingkan kelimpahan sel mikroalga berdasarkan pemberian
konsentrasi gas karbondioksida yang berbeda

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga bulan September
2013 bertempat di Laboratorium Kultivasi Mikroalga di Pusat Penelitian
Surfaktan dan Bioenergi (SBRC), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan alat seperti stoples 10 liter yang berfungsi
sebagai wadah kultur, tabung gas CO2 murni yang berfungsi sebagai injeksi gas
CO2, selang air yang berfungsi untuk mengisi air kedalam stoples, Mixing
Chamber yang berfungsi untuk menggabungkan CO2 dan O2, serta kompresor
yang berfungsi untuk mengisi O2 pada Mixing Chamber.
Selain itu penelitian ini menggunakan bahan seperti inokulan
Nannochloropsis sp yang berfungsi sebagai bibit kultur fitoplankton, air laut
yang berfungsi sebagai media tumbuh fitoplankton, dan pupuk walne yang
berfungsi untuk meningkatkan kadar nutrien.
Persiapan Penelitian
Tahap persiapan penelitian meliputi sterillisasi alat dan bahan,
persiapan inokulan Nannochloropsis sp.
Sterillisasi Alat dan Bahan
Sebelum melakukan kultivasi mikroalga dilakukan terlebih dahulu
kegiatan sterilisasi terhadap alat dan bahan yang akan digunakan dalam
kegiatan kultivasi. Tujuan dari kegiatan sterilisasi ini adalah untuk
membunuh mikroorganisme yang dapat mengancam keberlangsungan hidup
mikroalga selama proses kultivasi. Pada penelitian ini kegiatan sterilisasi
terbagi menjadi dua yaitu sterilisasi alat dan sterilisasi bahan.
Proses sterilisasi alat kultivasi seperti erlenmeyer, pipet tetes dan alat
kaca lainya dilakukan dengan menggunakan klorin 150 mg/l selama 12-24
jam, kemudian dinetralkan dengan menggunakan NaOH 40-50 mg/l dan
selanjutnya dibilas dengan menggunakan air tawar (Isnansetyo dan
Kurniastuty.1995). Setelah dibilas dengan menggunakan air tawar peralatan
yang akan digunakan terlebih dahulu disemprot dengan menggunakan
alkohol 70%.

3

Sterilisasi bahan dilakukan terhadap air laut sebagai media kultur. Air
laut terlebih dahulu disaring dengan menggunakan sikat ukuran mata jaring,
kemudian air hasil saringan disterilkan dengan menggunakan klorin sebesar
60 ppm. Media air laut diaerasi selama 24 jam, sebelum dinetralkan
menggunakan natrium thiosulfat sebesar 20 ppm (Isnansetyo dan
Kurniastuty.1995).
Persiapan Inokulan Nannochloropsis sp
Inokulan Nannochloropsis sp yang digunakan di dalam penelitian ini
merupakan inokulan yang telah dikultur di laboratorium mikroalga Pusat
Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC), Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat, Kampus IPB Baranangsiang. Inokulan
diperbanyak dengan cara kultivasi sebagai inokulan penelitian utama.
Inokulan yang digunakan pada masing-masing ulangan dalam setiap
perlakuan sebanyak 10 liter sebanyak 9 stoples.
Persiapan Pupuk
Pemberian pupuk dilakukan selama kultivasi, dengan kadar sebanyak 7
tetes yang diberikan setiap seminggu sekali. Pupuk yang digunakan adalah
pupuk Walne yang telah di komposisikan di laboratorium mikroalga Pusat
Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC), Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat, Kampus IPB Baranangsiang. Pupuk Walne
sangat bermanfaat bagi pertumbuhan Nannochloropsis sp karena pupuk
walne mengandung vitamin B12 dan B1 serta unsur kelumit dengan komposisi
ZnCl2, CaCl2, (NH4)6, CuSO4 (Hutagulung et al, 1997).
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan uji hipotesis T yang terdiri atas 3 perlakuan
sebanyak 3 kali ulangan, dengan rincian sebagai berikut :
1. Kontrol (K)

2. Perlakuan 1 (P1)

3. Perlakuan 2 (P2)

: Perlakuan dengan memberikan aerasi ke dalam
media kultivasi Nannochloropsis sp selama 24
jam.
: Perlakuan dengan memberikan gas karbondioksida
ke dalam media kultivasi Nannochloropsis sp
dengan konsentrasi 1,5 ml x 100 per menit selama
60 menit setiap hari.
: Perlakuan dengan memberikan gas karbondioksida
ke dalam media kultivasi Nannochloropsis sp
dengan konsentrasi sebesar 2ml x 100 per menit
selama 60 menit setiap hari

4

Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 1

Kultivasi

Kontrol (tanpa
injeksi CO2)

Pengukuran
Suhu, Salinitas,
dan pH

Injeksi CO2 dengan

konsentrasi 1,5 ml x
60/menit

Pengukuran
kelimpahan sel

Pengukuran
karbondioksida
terlarut

Injeksi CO2 dengan
konsentrasi 2 x
60/menit

Pengukurangas
CO2 tersisa

Gambar 1. Skema Metode Penelitian
Perlakuan dilakukan untuk membedakan pengaruh injeksi CO2
terhadap laju pertumbuhan spesifik, parameter kualitas air seperti suhu,
salinitas, dan pH, konsentrasi karbondioksida terlarut dan karbondioksida
tidak terlarut.
Parameter kualitas air yang diamati terdiri dari suhu, salinitas dan pH.
Pengambilan data salinitas dilakukan menggunakan hand refraktometer,
pengambilan data suhu dilakukan menggunakan thermometer dan pH dilakukan
dengan menggunakan pH meter. Pengamatan parameter kualitas air dilakukan
setiap hari selama penelitian.
Pengukuran gas CO2 yang berada di dalam stoples sampel diukur dengan
menggunakan alat bantu bernama orsat. Sementara pengukuran karbondioksida
terlarut menggunakan metode titrasi dan menggunakan alat bantu buret. Sampel
yang digunakan sebanyak 50 ml. Setelah itu dilihat bagaimana keterkaitannya
terhadap pertumbuhan Nannochloropsis sp.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian menggunakan alat seperti akuades yang berfungsi
untuk membersihkan alat, klorin yang berfungsi untuk menghilangkan HCl, HCl
yang berfungsi untuk membunuh bakteri pathogen, NatriumTiosulfat yang

5

berfungsi untuk menghilangkan klorin, NaOH yang berfungsi untuk menentukan
karbondioksida terlarut, alkohol 70% yang berfungsi untuk membersihkan sisasisa cairan kimia pada alat-alat, penoptelin yang berfungsi sebagai Indikator
karbondioksida terlarut.
Prosedur penelitian ini bahan seperti gelas Erlenmeyer 500 ml yang
berfungsi sebagai wadah sample, Orsat yang berfungsi sebagai pengukur gas
CO2, Haemocytometer yang berfungsi untuk megukur kelimpahan sel, Pipet tetes
yang berfungsi untuk meletakkan sampel pada kaca, kompor gas yang berfungsi
untuk sterilisasi air laut, mikroskop yang berfungsi untuk menghitung
kelimpahan fitoplankton, pH meter yang berfungsi untuk pengukuran pH, tabung
reaksi yang berfungsi sebagai wadah pengukuran CO2 terlarut, refraktometer
yang berfungsi untuk pengukuran salinitas, buret yang berfungsi untuk titrasi
karbondioksida terlarut, Thermometer yang berfungsi untuk pengukuran suhu,
Mixing Chamber yang berfungsi untuk menggabungkan CO2 dan O2.
Pengamatan kelimpahan sel
Pengamatan kelimpahan sel mikroalga dari masing-masing stoples pada
penelitian pendahuluan dan penelitian utama dilakukan setiap hari.Perhitungan
kelimpahan sel menggunakan Haemocytometer dan mikroskop selama 24 jam
sekali untuk masing-masing stoples. Perhitungan kelimpahan sel dapat dilihat
pada Gambar 2

Gambar 2. Daerah pengamatan kelimpahan sel yang
diamati oleh mikroskop
Sumber: https://www.google.com/haemocytometer
Bidang pengamatan dibagi menjadi 5 bagian yaitu kotak 1, 2, 3, 4, dan 5,
dimana setiap kotak terdiri dari 16 kotak kecil. Setiap sel yang bearada dalam
kotak 1, 2,3, 4, dan 5 dihitung. Namun, apabila sel tersebut terlihat di batas
wilayah luar kotak, maka sel tidak dihitung.

6

Pengukuran parameter kualitas perairan
Pengukuran parameter kualitas perairan terdiri dari pengukuran suhu, pH
dan salinitas yang dilakukan selama 10 hari selama kultivasi. Pengukuran
parameter kualitas perairan bertujuan untuk mengontrol kualitas air pada media
sampel agar tingkat kematian kelimpahan sel bias dikurangi.
Pengukuran gas CO 2 tersisa
Setiap stoples dihubungkan dengan selang yang telah terhubung ke dalam
kantong plastik. Kantong plastik ini berfungsi sebagai tempat menampung gas
yang tidak digunakan dalam proses kultivasi mikroalga. Gas karbondioksida yang
ada di dalam kantong plastik tersebut selanjutnya dapat dilihat dengan
menggunakan alat bantu bernama orsat. Terdapat gas karbondioksida yang tersisa
dalam bentuk persen sesuai dengan angka yang karbondioksida ditunjukan pada
skala dalam salah satu tabung yang terdapat pada orsat. Petunjuk pengoprasian
Orsat dapat dilihat pada Lampiran 11.

Gambar 3.Alat untuk mengukur karbondioksida tersisa (Orsat)
Pengukuran karbondioksida terlarut
Kandungan karbondioksida terlarut didalam air dapat dihitung dengan
menggunakan metode titrasi (Boyd 1988). Sebanyak 50 ml sampel air mikroalga
diberi indicator penoptalein untuk menentukan adanya gas karbondioksida yang
terlarut. Sampel air dikatakan mengandung gas karbondioksida terlarut, jika
setelah ditetesi penoptalein tidak mengalami perubahan warna. Selanjutnya
sampel air yang mengandung karbondioksida terlarut dititrasi dengan
menggunakan larutan NaOH 0,0227 N sampai terjadi perubahan warna menjadi
merah muda, lalu catat banyak titran yang digunakan.

7

Perhitungan Kelimpahan Sel
Kelimpahan sel mikroalga dari masing-masing stoples pada penelitian
pendahuluan dan penelitian utama dilakukan setiap hari. Perhitungan kelimpahan
sel menggunakan Haemocytometer dan mikroskop. Kelimpahan mikroalga
dihitung dengan menggunakan formula Improved Neubaeur Haemocytometer
sebagai berikut:
Kelimpahan sel (ind/ml) =
……………………………

(1)

Dimana:
N =
25 =
5 =

jumlah sel mikroalga yang teramati(ind/ml)
jumlah kotak kecil pada haemacytometer
jumlah daerah pengamatan

Perhitungan kelimpahan sel mikroalga disajikan pada Lampiran 1. Selain
menghitung kelimpahan sel mikroalga, juga dilakukan penghitungan laju
pertumbuhan spesifik (µ) (Krichnavaruk et al, 2004). Contoh perhitungan laju
pertumbuhan kelimpahan spesifik dapat dilihat pada Lampiran 2. Rumus laju
pertumbuhan spesifik dihitung dengan menggunakan rumus: o
……………….……….. (2)
Di mana,
µ
Nt
N0
T0
Tt

=
=
=
=
=

laju pertumbuhan spesifik
kelimpahan populasi pada waktu t
kelimpahan populasi sel pada waktu 0
waktu pengamatan pada hari N0
waktu pengamatan pada hari Nt
Perhitungan Karbondioksida Terlarut

Nilai konsentrasi
(Boyd,1982)

karbondioksida

terlarut

dihitung

dengan

rumus

……………….......... (3)
Di mana
CO2
m
N
V
p
l

=
=
=
=
=
=

Konsentrasi CO2 terlarut dalam air mikroalga (mg/l)
Volume titran NaOH yang terpakai (ml)
Nilai konstanta (0,0227) N
Volume air 50ml
Molaritas CO2 (44)
ml per liter air (1000)

8

Sementara contoh perhitungan karbondioksida terlarut dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Sementara contoh perhitungan karbondioksida terlarut dapat dilihat pada
lampiran 3.
Analisis Statistik
Uji statistik ini dilakukan pada hasil kelimpahan sel untuk melihat
perbedaan dari tiga perlakuan (kontrol, injeksi CO2 1,5 ml/menit dan injeksi CO2 2
ml/ menit). Rancangan percobaan menggunakan metode uji T dengan taraf nyata
5%. uji T yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh karbondioksida sebelum
dan sesudah diberikan perlakuan, (Mattjik dan Sumertajaya 2006). Selain itu uji
lanjut dilakukan dengan menggunakan uji BNT yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh tingginya karbondioksida terhadap Rancangan percobaan menggunakan
metode uji T. Hasil analisis uji T dan uji BNT dapat dilihat pada Lampiran 10

……….

(4)

Keterangan:
x1
: Rata-rata perlakuan 1
x2
: Rata-rata perlakuan 2
s1
: Simpangan baku perlakuan 1
s2
: Simpangan baku perlakuan 2
s1 2
: Varians perlakuan 1
s2 2
: Varians perlakuan 2
n1
: Jumlah perlakuan 1
n2
: Jumlah perlakuan 2
Untuk Uji BNT menggunakan rumus:

……….
Keterangan:
tα,dfe
MSE
r

= t tabel
= Rata-rata kuadrat eror
= Jumlah perlakuan (3)

(5)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelimpahan Sel dan Laju Pertumbuhan Spesifik

Kelimpahan Sel
(106 sel/ml )

Kelimpahan sel dan laju pertumbuhan pada setiap perlakuan memiliki nilai
yang berbeda. Pada hari pertama nilai rata-rata Kontrol kelimpahan sel sebesar
1,5 x 106. P1 memiliki nilai rata-rata kelimpahan awal sebesar 1,9 x 106 sel/ml.
Sementara untuk perlakuan P2 memiliki nilai kelimpahan awal sebesar 2,2 x 106
sel/ml. Perbedaan kelimpahan sel pada awal kultivasi dalam setiap perlakuan
disebabkan inokulan yang dimasukan ke dalam setiap perlakuan berasal dari
kultur inokulan yang berbeda. Data kelimpahan sel dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
.00

K
P1
P2
0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Hari ke

Gambar 4. Kelimpahan Sel (106 sel/ml) selama kultivasi

Gambar 4 menunjukan bahwa kelimpahan sel Nannochloropsis sp pada
perlakuan kontrol meningkat hingga hari ke-6 dengan nilai sebesar 5,1 x
106sel/ml. Untuk P1, memiliki nilai kelimpahan sel sebesar 5,6x106sel/ml pada
hari ke-6. P2 meningkat hingga hari ke-6 dengan nilai kelimpahan rata-rata
sebesar 5,7 x 106sel/ml. Selain itu pada perlakuan kontrol mengalami penurunan
kelimpahan sel pada hari ke-7 dengan nilai 3,9 x 106 sel/ml. Pada P1 mengalami
penurunan kelimpahan sel sebesar 4,2 x 106 sel/ml pada hari ke-7. Sementara P2
mengalami penurunan kelimpahan sel menjadi 4,5 x 106 sel/ml.
Sementara itu, kontrol memiliki laju pertumbuhan spesifik yang paling
tinggi pada hari ke-5 dengan nilai 0,6 dan paling rendah pada hari ke-1 dengan
nilai -0,26. Sementara P1 memiliki nilai memiliki laju pertumbuhan spesifik yang
paling tinggi pada hari ke-5 dengan nilai 0,44 dan paling terendah dengan nilai 0,28. Untuk P2 memiliki nilai memiliki laju pertumbuhan spesifik yang paling
tinggi pada hari ke-2 dengan nilai 0,26, dan paling terendah sebesar -0,1 pada hari
ke-6
.

10

Nilai kelimpahan sel pada perlakuan kontrol meningkat hingga hari ke-6
pada fase deklinasi. Hal ini disebabkan karena nutrien diberikan pada awal kultur,
sehingga pembelahan sel dengan laju pertumbuhan meningkat secara intensif.
Pada hari ke-7 hingga hari ke-9 memasuki fase kematian, dimana kelimpahan sel
menurun. Hal tersebut disebabkan adanya penurunan metabolisme akibat usia
mikroalga (Kawaroe et al. 2010)

Laju Pertumbuhan
Spesifik (106 sel/ml)

0.8
0.6
0.4

Kontrol

0.2

P1

0
-0.2
-0.4

0

1

2

3

4

5

6

7

8

P2

Hari ke-

Gambar 5. Laju Pertumbuhan Sel Nannochloropsis sp Selama Kultivasi
Nilai kelimpahan pada perlakuan P1 meningkat hingga hari ke-6 dengan
nilai kelimpahan sel sebesar 5,5 x 106sel/ml. Pada hari ke-6 terjadi fase deklinasi,
dimana terjadi peningkatan kelimpahan sel. Pada hari ke-7 hingga hari ke-9
mengalami penurunan kelimpahan sel. Rata-rata kelimpahan sel perlakuan P1
lebih besar dibandingkan perlakuan kontrol. Hal tersebut ditunjukan dengan uji T
dimana adanya pengaruh pemberian karbondioksida terhadap pertumbuhan
kelimpahan sel Nannochloropsis sp. Hal ini ditunjukan dengan hasil analisis
statistik, dimana F hitung lebih besar dibandingkan F tabel atau tolak H0, sehingga
dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang berbeda memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap kelimpahan sel Nannochloropsis sp.
Perlakuan P2 terjadi fase lag hingga hari ke-2 dengan nilai kelimpahan sel
sebesar 1,7 x 106. Mikrolaga memasuki fase eksponensial hingga hari ke-6 dengan
nilai kelimpahan sel 4,9 x 106. Setelah hari ke-7 mikroalga mengalami fase
deklinasi dengan nilai 3,9 x 106. Pada fase ini terjadi pengurangan laju
pertumbuhan sel sebesar -0,1. Hari ke-8 memasuki fase stasioner dengan nilai
kelimpahan 3,8 x 106. Fase stasioner terjadi akibat dari keseimbangan katabolisme
dan anabolisme didalam sel. Rata-rata kelimpahan sel perlakuan P2 lebih besar
dibandingkan perlakuan P1. Semakin tinggi karbondioksida yang diberikan, maka
akan semakin tinggi kelimpahan sel. Hal ini ditunjukan dengan uji BNT (Beda
Nyata Terkecil) yaitu P2 > P1.
Selain itu, penyerapan nutrisi oleh mikroalga juga mempengaruhi
kelimpahan sel. Nutrien yang dipakai adalah pupuk Walne. Penurunan

11

kelimpahan sel disebabkan karena pupuk yang diberikan ke setiap stoples mulai
berkurang karena diserap oleh mikroalga tersebut (Fogg 1975).
Karbondioksida Terlarut

Karbondioksida Terlarut
(mg/l)

Karbondioksida larut di dalam air, namun belum dimanfaatkan oleh
mikroalga. Karbondioksida tersebut membentuk asam karbonat karena memiliki
pH asam. Namun karbondioksida yang masuk ke badan perairan membentuk
reaksi kesetimbangan sehingga pH menurun dan membentuk ion karbonat, hingga
akhirnya membentuk ion bikarbonat. Nilai karbondioksida terlarut dapat dilihat
pada Gambar 6 :
120
100
80
60
40
20
0

p1
p2
0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Hari Ke

Gambar 6. Nilai karbondioksida terlarut (mg/l) perlakuan P1 dan P2 selama
kultivasi
Berdasarkan grafik di atas menilai karbondioksida pada perlakuan P1
memiliki kisaran nilai 20,5 mg/l-96,21 mg/l. Nilai tersebut memiliki kenaikan
hingga hari ke 5 dengan nilai 96,21 mg/l, nilai tersebut tidak dapat ditolerir bagi
pertumbuhan organisme akuatik, karena bersifat toksik. Pada hari ke-5, terjadi
penurunan nilai karbondioksida terlarut menjadi 87.4 mg/l, hal tersebut terjadi
akibat mulai adanya penyerapan karbondioksida terlarut oleh mikroalga.
Sementara pada P2 memiliki nilai 29,3 mg/l-97,9 mg/l, nilai tersebut tidak
dapat ditolerir bagi pertumbuhan organisme akuatik, karena bersifat toksik. Nilai
karbondioksida terlarut yang dapat diterima oleh organisme akuatik adalah
60nunjukan mg/l. Nilai karbondioksida yang melebihi batas, diakibatkan
kurangnya prodktivitas sel Nannochloropsis sp dalam penyerapan karbondioksida
yang telah diberikan atau dalam kata lain gas karbondioksida yang diberikan tidak
termanfaatkan dengan baik pada proses fotosintesis. Hal ini dapat dilihat dari laju
pertumbuhnya yang relatif kecil (Tomas1997). Selain ditampilkan pada grafik
diatas, nilai karbondioksida terlarut dapat dilihat pada Lampiran 8.

12

Karbondioksida Tersisa
Karbondioksida yang diberikan tidak semua larut dalam air, namun
karbondioksida yang larut dalam air kembali ke udara dan berada di dalam
stoples. Hal tersebut terjadi karena adanya proses respirasi oleh mikroalga.
Dekomposisi bahan organik menghasilkan karbondioksida yang dikembalikan ke
udara. Pemberian karbondioksida dilakukan setiap hari selama 60 menit dengan
konsentrasi karbondioksida sebesar 2 bar dan O2 sebesar 2 bar yang di campur
dengan menggunakan Mixing Chamber.
Konsentrasi karbondioksida tidak terserap
menggunakan orsat dan dapat dilihat pada Gambar 7.

ini

di

ukur

dengan

Karbon Tersisa (%)

10
8
6
4

P1

2

P2

0
0

1

2

3

4

5

6

7

8

Hari ke

Gambar 7. Konsentrasi karbondioksida tidak larut (%)perlakuan
P1 dan P2 selama kultivasi

Konsentrasi pada perlakuan P1 menunjukan kisaran nilai 2%-7% dari total
konsentrasi gas karbondioksida yang diberikan pada kultivasi mkroalga.
Sementara Konsentrasi pada perlakuan P2 menunjukan kisaran nilai 1%-8% dari
total konsentrasi gas karbondioksida yang diberikan pada kultivasi mkroalga.
Semakin tinggi nilai karbondioksida yang tidak terserap, maka akan semakin
rendah nilai karbondioksida terlarut. Konsentrasi karbondioksida tidak terserap
dipengaruhi oleh suhu, kondisi fisiologis organisme dan jumlah substrat yang
dapat teroksidasi.Pada perlakuan P1, suhu rata-rata berkisar 27.5°C lebih tinggi
dibandingkan suhu rata-rata P2. Hal tersebut menyebabkan respirasi pada
perlakuan P1 lebih besardibandingkan P2. Gambar 2 menunjukan perlakuan P1
memiliki gas karbondioksida tidak terserap yang lebih sedikit dibandingkan
perlakuan P2.Pada perlakuan P2 memiliki nilai rata-rata 4,8% dimana gas
karbondioksida lebih besar dibandingkan pada perlakuan P1 selama kultivasi
yaitu sebesar 4,4%. Hal tersebut dikarenakan rendahnya proses respirasi P2
dibandingkan P1. Dilihat dengan lebih rendahnya suhu P2 yaitu sebesar 26,5°C

13

dibandingkan rata-rata suhu P1 yaitu sebesar 27.5°C. Selain ditampilkan pada
grafik diatas, nilai karondioksida tersisa dapat dilihat pada Lampiran 9.
Parameter Kualitas Perairan
Suhu

Suhu (°C)

Pengukuran suhu dilakukan setiap hari selama 10 hari dengan
menggunakan thermometer di setiap perlakuan. Pada penelitian ini suhu ruangan
dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang masuk ke ruangan dan pendingin
ruangan, sehingga suhu ruangan tidak terjadi perubahan yang signifikan. Suhu
berperan mengendalikan kondisi mikroalga yang terdapat dalam stoples.
Penurunan suhu menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air (Haslam 1995).
Perubahan suhu dapat dilihat pada Gambar 8:
35
30
25
20
15
10
5
0

Kontrol
p1
p2

0

1

2

3

4 5 6
Hari ke

7

8

9

Gambar 8. Perubahan suhu (°C) perlakuan P1 dan P2 selama kultivasi
Grafik diatas menjelaskan perubahan suhu dimana suhu pada saat kultivasi
berkisar 24°C - 29°C. Dimana tidak ada perubahan yang signifikan terjadi pada
kedua perlakuan, karena penelitian dilakukan di dalam ruangan, sehingga faktor
lingkungan seperti suhu lingkungan dan cahaya matahari tidak terlalu
berpengaruh pada perubahan suhu. Organisme akuatik dapat hidup pada suhu
berkisar antara 20°C- 30°C (Effendi 2003).Selain itu perubahan suhu dapat
menyebabkan perubahan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme
perairan, dan selanjutnya meningkatkan konsumsi oksigen. Semakin tinggi suhu
pada perairan maka, semakin tinggi metabolisme dan respirasi organisme. Selain
ditampilkan pada grafik diatas, nilai suhu dapat dilihat pada Lampiran 5.
Salinitas
Pengambilan data salinitas dilakukan setiap hari selama 10 hari, dengan
menggunakan refraktometer. Secara umum, kisaran salinitas selama kultivasi
mikroalga pada setiap perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan. Salinitas
kultivasi masing-masing perlakuan semakin meningkat setiap harinya selama
kultivasi, perubahan rata-rata salinitas pada kultur Nannochloropsis sp.selama
penelitian, besarnya salinitas berkisar antara 35-39 ‰. Nannochloropsis sp. dapat

14
berkembang dengan baik pada salinitas 31 ‰ dan dapat terus menerus
berkembang pada kisaran salinitas 22-49 (Hu dan Gao, 2006). Berikut perubahan
nilai salinitas selama kultivasi.

39
Salinitas ‰

38
37
36

Kontrol

35

p1

34

p2

33
0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Hari Ke

Gambar 9.Perubahan salinitas (‰) perlakuan P1 dan P2 selama kultivasi
Secara umum Gambar 9 menunjukan bahwa niali salinitas yang fluktuatif.
Hal tersebut dipengaruhi oleh pengendapan garam yang terdapat pada media
kultivasi
yaitu air laut. Selain itu kondisi metabolisme sel mikroalga
mempengaruhi nilai salinitas. Selain ditampilkan pada grafik diatas, nilai suhu
dapat dilihat pada Lampiran 6.
Derajat Keasaman (pH)
Pengambilan data pH dilakukan setiap hari, selama kultivasi dengan
menggunakan pH meter. Pada perlakuan kontrol nilai pH tertinggi berkisar antara
5,3-7 Untuk perlakuan P1 nilai pH berkisar antara 5,3-6,5. Dan nilai untuk
perlakuan P2 berkisar antara 4,9-6,5. Berikut perubahan nilai pH selama kultivasi.
Konsentrasi pH

8
6
4

Kontrol

2

p1
p2

0
0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Hari ke

Gambar 10. Perubahan pH perlakuan P1 dan P2 selama kultivasi
Nilai pH setelah diberikan gas karbondioksida terdapat pada rentang 4,97, dimana selama kultivasi nilai pH semakin asam yang diakibatkan
karbondioksida yang diberikan.Selain itu pemberian karbondioksida
mempengaruhi nilai pH pada setiap perlakuan, dimana pH pada perlakuan P2

15

lebih besar dibandingkan pada perlakuan P1. Selain ditampilkan pada grafik
diatas, nilai pH dapat dilihat pada Lampiran 7.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pemberian gas karbondioksida pada tingkat ini memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan mikroalga jenis Nannochloropsis sp, dimana rata-rata
kelimpahan P2 yang diberikan 2 ml/menit selama 60 menit/hari lebih besar
dibandingkan kelimpahan pertumbuhan P1 yang diberikan gas karbondioksida
sebesar 1,5 ml/menit selama 60 menit/hari.Pemberian gas karbondioksida sampai
pada kondisi 2 ml/menit selama 60 menit/hari mampu meningkatkan pertumbuhan
mikroalga jenis Nannocholoropsis sp mencapai 2,2 X 106 sel/ml.
Saran untuk penelitian ini adalah perlu memperlakukan sterilisasi media
kultur untuk mendapatkan kondisi yang optimum (salinitas dan pH).
DAFTAR PUSTAKA
Anon, S MAT, Kocer MTAlp, dan H Erbas. 2009. Studies on Growth Marine
Microalgae in Batch Cultures: III. Nannochloropsis oculata. Departement
of Basic Aquatic Sciences, Faculty of Aquaculture, Firat University,
Elazig, Turkey. Asian Plant Sci 4(6) : 642-644.
Becker EW. 1994. Microalgae Biotechnology and Microbiology. New York
(USA):Cambridge University Press.
Boney, A.D. 1989. Phytoplankton. Second edition. Edward Arnold, London. 118p
Borowitzka MA dan Borowitzka LJ. 1988. Microalgae Biotechnology. New York
(USA): Cambridge University Press
Boyd CE. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Print-ing.
Alabama
Diharmi A. 2001. Pengaruh Pencahayan Terhadap Kandungan Pigmen Bioaktif
Mikroalga Spirulina Platensis Strain Local (Ink), Tesis Magister, IPB,
Bogor.
Chiu SY, Ya Kao C, Ta Tsai M, Cin Ong S, Hsun Chen C dan Sheng Lin C. 2008.
Lipid Accumulation and CO2 Utilization of Nannocholoropsis sp in
Response to CO2 Aeration. Biore Tech. 100: 833-838.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan.Yogyakarta: Kanisius
Fogg GE. 1975. Algal Culture and Phytoplankton Ecology. London (UK): The
University of Wisconsin Press
Haslam. 1995. River Pollution and Ecological Perspective. John Wiley and Sons,
Chichester, UK. 253 p.
Hu,H and Gao K. 2006. Response of Growth and Fatty Acid Compositions of
Nannochloropsis sp. to Environmental Factors Under Elevated CO2
Concentration, Biotech Lett. 28: 987-992

16

Hutagalung, H. P., D. Setiapermana, S. H. Riyono. 1997. Metode Analisis Air
Laut, Sedimen dan Biota. Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 181 h.
Isnansetyo A, Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Pytoplankton dan Zooplankton
Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
Kawaroe M, Pratono T, Sunuddin A, Sari DW, Agustine D. 2010. Mikroalga:
Potensi dan Pemanfaatannya untuk Produksi Bio Bahan Bakar. Bogor
(ID): IPB Press.
Krichnavaruk S, Worapanne, Sorawit, dan Prasert. 2004. Optimal Growth
Conditions and the Cultivation of Chaetoceros calcitrans in Airlift
Photobioreactor. Chem Eng. 105: 91-98.
Li, Y., Mark H, Nan W, Christoper Q. Lan dan Nathalie DC. 2008. Biofuels from
microalgae. Biotech Progr (24) 815-820
Mattjik AA. dan Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab Jilid I. Bogor: IPB Press
Rocha JMS, Garcia JEC, Henriques MHF. 2003. Growth Aspects of the Marine
Microalga Nannochloropsis gaditana. Biomolec Eng. 20 (4- 6) : 237-242.
Spolaore P, Claire J, Elie D, Arsene I. 2006. Commercial Aplication of
Microalgae. Journ of Bioscie and Bioengin. 101 (2) : 87-96
Zahoor M, Wazir A, Mohammad, Muhammad SF. 2009. Ethno Botanically
Important Plants of Skirts Hilly Areas, District Karak,Pakistan. Pak. J. Pl.
Sci.,15 (1):39-43

17

LAMPIRAN

18

Lampiran 1.Perhitungan kelimpahan sel Nannochloropsis sp.
Kelimpahan sel (ind x106/ml) =
Contoh : Pengamatan Nannochloropsis sp pada perlakuan P2di hari ke 0ulangan
3 diperoleh N =112
Kelimpahan sel (ind x106/ml)

=
= 43 x 5 x 104
= 215 x 104= 2,15 x 106

Jadi kelimpahan sel Nannochloropsis sp sebesar = 2,15 x 106sel/ml

19
Lampiran 2. Perhitungan laju pertumbuhan spesifik (μ) kelimpahan sel
1.Laju Pertumbuhan Spesifik Kelimpahan Sel (μ) Mikroalga
Laju pertumbuhan spesifik kelimpahan sel Nannochloropsis sp dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut

μ=

Dimana :
μ= Laju pertumbuhan spesifik kelimpahan sel (sel /ml/hari)
N0= Kelimpahan sel Nannocloropsis sp awal (sel/ml)
Nt= Kelimpahan sel Nannocloropsis sp akhir (sel/ml)
t= Selang waktu dari N0 ke Nt(hari)
Laju pertumbuhan spesifik maksimum dihitung dari kelimpahan pada saat awal
kultur hingga puncak kelimpahan maksimum
Contoh :
Nannochloropsis sp pada perlakuan P1 memiliki kelimpahan pada hari ke-3= 2,8
x 106sel/ml, kelimpahan pada hari ke-4 = 3,4 x106 sel/ml,
Laju pertumbuhan spesifik (μ) kelimpahan sel pada hari ke-3adalah :
μ= ln (3,4 x 106) – ln (2,8 x 106) / (1-0) = 0,19

20

Lampiran 3. Contoh perhitungan karbondioksida terarut
Nilai konsentrasi
(Boyd,1982).

karbondioksida

terlarut

dihitung

dengan

rumus

CO2
= Konsentrasi CO2 terlarut dalam air mikroalga (mg/l)
m
= Volume titran NaOH yang terpakai (ml)
N
= Nilai konstanta (0,0227) N
V
= Volume air 50ml
Contoh:
Karbondioksida terlarut pada hari ke-4 perlakuan P2 ulangan ke-3 adalah 5,7
= 5,7 x 0,0227 x 44 x 1000
50
= 5693,16
50
= 100,32 mg/l

21

Lampiran 4.Tabel Kelimpahan sel dan laju pertumbuhan kelimpahan sel
Nannochloropsis sp
K
Hari Ke

x106
sel/mL

P1
µ

0

x106
sel/mL

P2
µ

x106
sel/mL

µ

1.8±0.15
0.5±0.17

0

0.41 2.15±0.05

0.20

1

1.5±0.12

0.12

2.3±0.11

0.08 2.65±0.25

0.25

2

1.7±0.25

0.30

2.6±0.25

0.08 3.4±0.32

-0.10

3

2.3±0.18

0.16

2.8±0.17

0.17 3.1±0.65

0.26

4

2.7±0.23

0.03

3.3±0.33

0.07 4±0.27

0.02

5

2.8±0.1

0.59

3.6±0.22

0.42 4.1±0.05

0.17

6

5.1±0.02

-0.26

5.5±0.27

-0.27 4.9±0.41

-0.09

7

3.9±0.65

-0.10

4.2±0.2

0.05 4.5±0.5

-0.04

8

3.5±0.59

0.13

4.4±1.09

-0.03 4.3±0.31

-0.004

9

4±0.11

0

4.2±0.77

0.41 4.3±0.1

Keterangan:
K: Perlakuan Kontrol dengan aerasi
P1: Perlakuan gas karbondioksida sebesar 1,5ml/ menit selama 60
menit
P2: Perlakuan gas karbondioksida sebesar 2 ml/ menit selama 60
menit
µ : Laju pertumbuhan pada perlakuan

0.20

22

Lampiran 5. Parameter suhu selama kultivasi
Hari ke

Perlakuan

Rata2

Ulangan Ke
1

2

3

1

29

25

27

27

2

28

23

24

25

3

29

28

25

27.33

1

28

28.5

26

27.5

2

29

30

26

28.33

3

25

24

27

25.33

1

24

26

28

26

2

29

27

29

28.33

3

27

25

29

27

1

28

29

30

29

2

29

29

28

28.66

3

27

29

28

28

1

26

30

26

27.33

2

26

28

29

27.66

3

28

28

25

27

1

24

26

24

24.66

2

26

27

29

27.33

3

26

27

27

26.66

1

26

25

28

26.33

2

27

27

30

28

3

28

28

24

26.66

1

29

29

26

28

2
3

28
26

27
27

27
25

27.33
26

8

1

28

27

29

28

9

2
3
1
2
3

29
24
24
24
23

26
26
28
28
29

29
22
27
28
29

28
24
26.33
26.66
27

0

1

2

3

4

5

6

7

23

Lampiran 6. Parameter Salinitas
Hari ke

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Perlakuan

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Rata-rata

36
36.66
36.66
37.33
36
36
36
36.33
37
37
37.33
37
37
37.66
37.66
38.66
36.33
35.66
36.33
35
36
36.33
37
37
37
36.66
35.66
37
38
37.5

Ulangan ke
1

2

3

37
37
38
37
37
37
37
38
38
39
39
39
39
39
39
36
38
38
35
35
36
36
36
35
37
37
39
39
42
40

32
34
36
37
36
36
36
37
37
38
35
35
35
35
35
34
34
34
34
37
37
38
38
38
38
38
38
39
35.5
38

39
39
36
38
35
35
36
36
36
35
37
37
39
39
42
39
35
37
36
36
36
37
37
38
35
32
34
36
35
38.5

24

Lampiran 7. Parameter pH selama kultivasi
Hari ke

Perlakuan

Ulangan
1

2

Rata-rata
3

0

1
2
3

7
6.5
6.2

7
6.5
6.8

7
6.5
6.5

7
6.5
6.5

1

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

6
6.3
6.9
6
6.3
6.9
5.8
6.1
6.5
5.9
6
6.4
5.6
5.5
6.2
5.5
6
6
5.5
5.7
6
5.4
5.3
6
5.3
5
4.9

6
6.2
6.9
6
6.3
6.4
5.9
6.4
6.7
5.5
5.6
6.6
5.7
6
6
5.7
5.9
6.6
5.5
5.4
5.9
5.6
5.8
6.5

6.2
6.5
5.7
6.5
6.3
5.9
6.5
6.5
6.1
6.4
6.1
5.8
6
6
5.5
5.2
6.8
5.4
5.5
6.7
5.5
5
6.7
5.3
5.3

6.06
6.33
6.5
6.16
6.3
6.4
6.06
6.33
6.43
5.93
5.9
6.26
5.76
5.83
5.9
5.46
6.23
6
5.5
5.93
5.8
5.33
5.93
5.93
5.3
5.3
4.9

2

3

4

5

6

7

8

9

5.6
5

4.8

25

Lampiran 8.Kandungan karbondioksida terlarut dalam kultivasi Nannochloropsis
sp pada perlakuan P1 dan P2
Hari ke

Perlakuan

0

1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2

1
2
3
4
5
6
7
8
9

1
19.36
26.4
40.656
54.56
72.16
72.16
75.68
96.8
89.76
102.08
102.08
72.688
72.16
82.72
79.2
77.44
75.68
96.8
77.44
79.2

Ulangan
Ke
2
17.6
35.2
44
58.08
77.44
79.2
84.48
73.92
73.92
79.2
98.56
91.52
89.76
75.68
96.8
98.56
91.52
124.96
73.92
72.16

rata-rata
3
24.64
26.4
35.2
49.28
82.72
72.16
89.76
77.44
124.96
100.32
66.88
93.28
100.32
89.76
72.16
100.32
89.76
72.16
102.08
91.52

20.53
29.33
39.95
53.97
77.44
74.50
83.30
82.72
96.21
93.86
89.17
85.82
87.41
82.72
82.72
92.10
85.65
97.97
84.48
80.96

26

Lampiran 9. Kandungan karbondioksida tidak terlarut dalam kultivasi
Nannochloropsis sppada perlakuan P1 dan P2
Hari ke

Perlakuan
1

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9

2.7
3.8
2.3
1.1
2.5
1.6
4.3
2.6
1.1
2.9
5.3
3.7
3.2
5.1
8.7
6.9
6.3
5.1
6.7
8.8

Ulangan
Ke
2
1.2
3.3
2.9
1.9
3.6
2.6
3.7
4
4.1
3.3
4.8
3.5
4.3
4.1
8
8.5
7.2
7.1
7.4
7.5

Rata-rata
3
4.4
4
2.3
1.1
4.9
6.4
5.3
3.3
4.6
4.7
3
6
5.5
3.1
5.4
7.8
5.5
6.9
8.8
8

2.33
3.33
2
1
3
3
4
3
3
3
4
4
4
4
7
7
6
6
7
6

27

Lampiran 10. Hasil uji t dan Uji lanjut BNT pada kelimpahan sel
Uji t
t-Test: Paired Two Sample for Means

Mean
Variance

Variable 1
2.96

Variable
2
3.58103

1.410257143 1.257574

Observations

29

Pearson Correlation

1.333915517

Hypothesized Mean
Difference

0

Df

29

56

t Stat

-2.0475548

P(T