Partisipasi Warga Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Program Bank Sampah

PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH
RUMAH TANGGA PADA PROGRAM
BANK SAMPAH

MEGA NOVITA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Partisipasi Warga
dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada Program Bank Sampah adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Mega Novita
NIM I34120142

ABSTRAK
MEGA NOVITA. Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
pada Program Bank Sampah. Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS dan ASRI
SULISTIAWATI.
Salah satu cara yang dibutuhkan dalam mengurangi sampah yaitu dengan
partisipasi warga dalam pengelolaannya. Pengelolaan sampah menjadi hal yang
penting karena jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan permasalahan
yang lebih kompleks seperti pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana partisipasi warga dalam
pengelolaan sampah dan faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan tingkat
partisipasi. Diduga terdapat faktor karakteristik individu yang berhubungan
dengan tingkat partisipasi. Variabel karakteristik individu yang diteliti adalah
umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan lama tinggal. Hasil penelitian
kemudian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik

individu dengan tingkat partisipasi. Tingkat partisipasi warga diduga berhubungan
dengan faktor pelaksanaan kegiatan. Variabel faktor pelaksanaan kegiatan yang
diteliti adalah metode kegiatan dan pelayanan kegiatan. Hasil penelitian kemudian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor pelaksanaan kegiatan
dengan tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan sampah pada program bank
sampah.
Kata kunci: Partisipasi Warga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

ABSTRACT
MEGA NOVITA. Community Participation of Household Waste Management in
Garbage Bank Program. Supervised by DJUARA P. LUBIS and ASRI
SULISTIAWATI.
One of the way that needed to reduce household waste is citizen
participation in it’s management. Household waste management become
important because if it’s not properly managed, it can becomed more complex
problems such as environmental pollution and nuisance health. This study aimed
to determine how community participation in household waste management and
the factors that has relations with participation level. Allegedly, there are
individual characteristics factors that has relation with participation level.
Individuals characteristics factors cosist of age, education level, income level,

and length of stay. The results showed that there was a relation between
individual characteristics with participation level. Community participation level
related to the implementation activity factor. The implementation factors cosist of
method activities and services activities. The results showed that there is a
correlation between implementation activities level with community participation
in the management of household waste in the garbage bank program.
Keywords: Community Participation, Household Waste Management

PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH
RUMAH TANGGA PADA PROGRAM
BANK SAMPAH

MEGA NOVITA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat


DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi berjudul Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
pada Program Bank Sampah.
Skripsi ini merupakan rangkaian proses untuk memahami dan menjelaskan
partisipasi warga dalam pengelelolaan sampah rumah tangga pada program bank
sampah. Berdasarkan hasil observasi lapang dan analisis berbagai pustaka yang
ada, diharapkan akan muncul gagasan baru untuk pengelolaan sampah rumah
tangga yang lebih bijaksana.
Skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
a) Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

tepat waktu,
b) Asri Sulistiawati, MSi, selaku dosen pembimbing dua yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis,
c) Ibunda Ermiati dan Ayahanda Wisnu Wardana, yang telah memberikan
kasih sayang, ketulusan, dan motivasi. Tak lupa untuk Abang Adi, Ka
Edwin, Ka Fazri dan Ridho yang selalu menyemangati dan menghibur
penulis,
d) Pak Sanhori dan Ibu Darwati (Ketua pengurus bank sampah Melati dan
ketua RT 01beserta istri), Pak Muhammad Alfarhan, ST.,MSi (Kepala seksi
ekonomi dan pembangunan Kelurahan Bubulak), Pak Benny (Ketua RW
11), dan semua warga Kampung Babakan yang telah menerima penulis
dengan baik,
e) Teman-teman sebimbingan, Nela dan Fenny, teman seperjuangan yang
merasakan suka duka bersama dalam mengerjakan skripsi,
f) Sahabat-sahabat tersayang, Apri, Amal, Udin, Inna, Fenny, Nensi, Lici, Iip,
Fina, Syifa, Kharin, Nurin, dan Wulan. Terima kasih juga kepada Nisa,
Nadya, Isna, Syalima, Dwi, Adisa, dan Santi,
g) Keluarga KKP Kampung Ranca Desa Setu Eka, Pipiw, Novel, dan Cempaka
yang telah memberi banyak masukan dan bantuan,
h) Keluarga besar mahasiswa SKPM 49 yang telah berjuang bersama-sama

sejak TPB, yang selalu bersama saat suka dan duka, dan selalu memotivasi
penulis.

Bogor, Juni 2016
Mega Novita

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Konsep Partisipasi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Presepsi
Definisi Sampah dan Cara Pengelolaannya

Bank Sampah
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional
PENDEKATAN LAPANGAN
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pemilihan Responden dan Informan
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Kelurahan Bubulak
Gambaran Umum Bank Sampah Melati
Gambaran Umum Responden
TINGKAT PARTISIPASI RESPONDEN DALAM PENGELOLAAN
SAMPAH
Tahapan Tingkat Partisipasi
Tahap Pengambilan Keputusan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Menikmati Hasil

Tahap Evaluasi
Tingkat Partisipasi
Perkembangan Tingkat Partisipasi
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN FAKTOR
EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI
Hubungan Karakteristik Individu dengan Tingkat Partisipasi
Hubungan Tingkat Umur dengan Tingkat Partisipasi
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi
Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi
Hubungan Lama Tinggal dengan Tingkat Partisipasi
Uji Hipotesis
Hubungan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sampah dengan

ix
xi
xii
1
1
3
4

4
5
5
5
6
8
10
11
13
14
17
17
17
17
18
19
21
21
27
33

39
39
40
42
44
46
47
50
51
51
51
52
54
55
56

Tingkat Partisipasi
Hubungan Metode Kegiatan dengan Tingkat Partisipasi
Hubungan Tingkat Pelayanan Kegiatan dengan Tingkat Partisipasi
Uji Hipotesis

Ikhtisar
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

57
57
58
59
60
63
63
63
65
69
87

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Definisi operasional karakteristik individu
Luas wilayah menurut jenis pemanfaatan lahan
Jumlah dan persentase penduduk menurut golongan usia
Jumlah dan persentase warga berdasarkan mata pencaharian
Jumlah dan persentase warga berdasarkan tingkat pendidikan
Jumlah prasarana kebersihan di Kelurahan Bubulak
Daftar harga sampah di bank sampah Melati
Jumlah dan persentase berdasarkan tingkat umur responden
Jumlah dan persentase berdasarkan tingkat pendidikan responden
Jumlah dan persentase berdasarkan tingkat pendapatan responden
Jumlah dan persentase berdasarkan lama tinggal responden
Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat efektivitas
pelaksanaan kegiatan kegiatan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pelayanan
kegiatan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan tahapan tingkat
partisipasi
Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi
Jumlah dan persentase tingkat umur dengan tingkat partisipasi
responden
Jumlah dan persentase tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi
responden
Jumlah dan persentase tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi
responden
Jumlah dan persentase lama tinggal dengan tingkat partisipasi
responden
Jumlah dan persentase metode kegiatan dengan tingkat partisipasi
responden
Jumlah dan persentase tingkat pelayanan kegiatan dengan tingkat
partisipasi responden
Hubungan antara karakteristik individu dan pelaksanaan kegiatan dengan
tingkat partisipasi

14
21
22
23
24
26
32
33
34
35
36
37
38
41
49
52
53
54
55
57
58
59

DAFTAR GAMBAR
1
2
6
7
8
9

Kerangka analisis
Struktur pengurus bank sampah Melati
Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan
Tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan
Tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil
Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi

12
29
42
44
46
48

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di
dunia. Pertambahan jumlah penduduk berdampak langsung terhadap jumlah
sampah yang dihasilkan perhari. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia, sampah dapur/rumah tangga
menduduki peringkat pertama dengan porsi 58 persen dari total sampah yang
dihasilkan negara ini perhari.
Berdasarkan hasil studi di tahun 2008 yang dilakukan di beberapa kota,
sampah yang dihasilkan per individu setiap harinya sebesar 0.8 kilogram. Jumlah
timbunan sampah rata-rata harian berada di kota metropolitan, di mana jumlah
penduduknya lebih dari 1 juta jiwa dengan total sampah yang dihasilkan adalah
1.300 ton. Sementara dari sisi sumbernya, yang paling dominan menyumbang
sampah adalah rumah tangga yaitu sebanyak 58 persen, pasar tradisional 24
persen, dan kawasan komersial sebesar 9 persen. Sisanya dari fasilitas publik,
sekolah, kantor, jalan, dan sebagainya. Pola pengelolaan sampah di Indonesia
adalah diangkut dan ditimbun di TPA sebesar 69 persen, dikubur sebesar 10
persen, dikompos dan daur ulang sebesar 7 persen, dibakar sebesar 5 persen,
sisanya tidak terkelola sebesar 7 persen dan masih ada 25 persen sampah belum
sampai ke TPA.
Saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA yang
menyebabkan beban TPA menjadi sangat berat. Hal ini disebabkan belum
dilakukannya upaya pengurangan volume sampah secara sungguh-sungguh sejak
dari sumber. Semakin meningkatnya jumlah penduduk yang tidak dibarengi
dengan penambahan luas tempat pembuangan akhir menjadi salah satu penyebab
terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Menurut Soemarwoto (1997) dalam Septiana (2010) permasalahan
lingkungan yang dihadapi pada dasarnya merupakan masalah ekologi manusia
yakni hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan
hidupnya. Penambahan jumlah penduduk dan berbagai kegiatan manusia dalam
kesehariannya, secara tidak langsung juga dapat menimbulkan pencemaran dan
mempengaruhi daya dukung lingkungan hidup. Berdasarkan hal tersebut, sampah
kini menjadi salah satu masalah utama dalam pencemaran lingkungan. Salah satu
pencemaran yang diakibatkan oleh sampah diantaranya ialah pencemaran air
melalui zat-zat yang berbahaya yang terkandung di dalamnya dan pencemaran
udara misalnya bau tidak sedap yang ditimbulkan sampah serta sumber penyakit
dan sumber bencana alam lainnya seperti banjir.
Permasalahan lain adalah pengelolaan sampah oleh dinas teknis yang
menangani persampahan masih menggunakan cara-cara lama dalam melakukan
penanganan sampah yaitu pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan. Dengan
kapasitas lahan tempat pembuangan akhir yang semakin menyempit, tentunya
dibutuhkan metode pengelolaan sampah yang terpadu antara pemerintah, sektor
privat, dan masyarakat dengan cara mengurangi volume sampah langsung dari
sumbernya sehingga volume sampah yang diangkut menuju tempat pembuangan

2
akhir berkurang. Salah satu alternatif yang sudah dicanangkan untuk mengatasi
masalah tentang sampah di berbagai daerah di Indonesia adalah bank sampah.
Konsep bank sampah pertama kali dicetuskan oleh Bambang Suwerda
yang berinisiatif untuk menyelamatkan lingkungan dari polusi yang ditimbulkan
oleh sampah. Pengelolaan sampah di tingkat komunitas melalui bank sampah
pertama kali dilakukan sejak 2008 lalu di Desa Badegan Kabupaten Bantul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Lestari 2012). Konsep dasar bank sampah
terdiri atas 5M, yang merupakan kepanjangan dari mengurangi sampah, memilah
sampah, memanfaatkan sampah, mendaur ulang sampah, dan menabung sampah.
Dari konsep bank sampah tersebut terlihat jelas bahwa pengelolaan sampah ini
tidak dapat dilakukan hanya oleh satu pihak. Adanya partisipasi warga untuk turut
berperan dalam menggerakkan pengelolaan sampah merupakan hal yang penting
demi keberlanjutan organisasi pengelola sampah.
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, yang berbunyi “Warga dapat berperan serta dalam
pengelolaan sampah yang diselenggarakan pemerintah dan/atau pemerintah
daerah” hal ini menjelaskan bahwa tugas, tanggung jawab dan wewenang
penyelenggaraan pengelolaan sampah secara terpadu, komprehensif, memenuhi
hak dan kewajiban warga serta berwawasan lingkungan menjadi milik pemerintah
dan pemerintahan daerah. Adanya otonomi dan desentralisasi tersebut diharapkan
mampu melahirkan partisipasi aktif warga. Masalah mengenai pengelolaan
sampah tidak dapat diselesaikan oleh pemerintah atau satu pihak saja. Namun
dibutuhkannya suatu partisipasi dari warga setempat untuk bekerjasama dalam
menyelesaikan masalah pengelolaan sampah tersebut. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan kesehatan warga dan kualitas lingkungan serta
menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Menurut Wardi (2008) pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang
sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Oleh karena itu, pengelolaan sampah bukan hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah, tetapi juga mengharapkan partisipasi warga untuk terlibat
dalam pengelolaan sampah. Peran aktif dari warga sangat dibutuhkan, terutama
dalam mengurangi jumlah sampah, memilah jenis sampah atau berupaya
menjadikan sampah bermanfaat dan bernilai ekonomis.
Masalah sampah menjadi salah satu permasalahan di kota-kota besar.
Daerah perkotaan seperti Bogor merupakan daerah yang menghasilkan banyak
sampah rumah tangga. Hal ini menjadi program prioritas Pemerintah Kota Bogor
yang tertuang dalam RPJMD 2015-2019, selain untuk menciptakan Bogor yang
bersih juga untuk meraih Adipura. Dalam mewujudkan hal tersebut, Pemerintah
Kota (Pemkot) Bogor, Provinsi Jawa Barat, melalui Dinas Kebersihan dan
Pertamanan (DKP) menargetkan setiap rukun warga memiliki bank sampah
sebagai salah satu upaya dalam mengatasi persoalan persampahan di kota tersebut.
Wali kota Bogor Bima Arya Sugiarto mendorong warganya untuk membentuk
bank sampah sehingga bisa mengurangi masalah sampah yang ada di
lingkungan.
Salah satu bank sampah yang diresmikan oleh wali kota Bogor Bima Arya
Sugiarto adalah bank sampah Melati, bank sampah ke 40 yang telah diresmikan
ini terletak di Kampung Babakan, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat,
Kota Bogor. Terbentuknya bank sampah ini bermodalkan semangat warga dalam

3
mengelola dan menanggulangi persampahan. Warga secara mandiri mengelola
sampah melalui gerobak sampah yang pada akhirnya meningkat menjadi motor
sampah
Berdasarkan uraian tersebut maka partisipasi warga dalam pengelolaan
sampah menjadi sebuah keharusan. Kenyataan inilah yang mengharuskan
partisipasi warga diakomodasi dalam perencanaan pengelolaan sampah terutama
sampah rumah tangga. Kunci keberhasilan pengelolaan sampah terdapat pada
pemilahan komposisi dari sampah tersebut oleh warga yang partisipatif dalam
pengelolaan sampah. Partisipasi pada dasarnya merupakan suatu bentuk
keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan
dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses
kegiatan yang bersangkutan (Mardikanto 2013). Pada intinya kegiatan bank
sampah sangat tergantung pada respon dari warganya sendiri.
Masalah Penelitian
Masalah mengenai sampah tidak akan terselesaikan apabila warganya
tidak mengambil bagian dalam pengelolaan sampah. Kampung Babakan,
Kelurahan Bubulak yang dijadikan sebagai salah satu titik bank sampah di
Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor yang dikenal sebagai daerah yang padat
dengan penduduk. Seiring dengan padatnya penduduk serta banyaknya kegiatan
yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan, sampah-sampah yang dihasilkan
warga Kampung Babakan, Kelurahan Bubulak juga semakin meningkat. Agar
tidak timbul masalah mengenai sampah, warga harus secara bersama-sama
berpartisipasi dalam pengelolaan sampah. Keberhasilan progam bank sampah
yang dirasakan merupakan cermin dari kepedulian warga terhadap lingkungan.
Kepedulian tersebut kemudian diwujudkan melalui partisipasi warga dalam
pengelolaan sampah. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
menidentifikasi bagaimana tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan
sampah rumah tangga pada program bank sampah?
Pengelolan sampah rumah tangga yang diwujudkan dalam program bank
sampah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut dapat berupa faktor
karakteristik individu dan faktor pelaksanaan kegiatan. Faktor karakteristik
individu terdiri dari umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan lama
tinggal. Oleh karena itu, penting untuk dianalisis bagaimana hubungan
karakteristik individu dengan tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan
sampah rumah tangga pada program bank sampah?
Faktor eksternal individu merupakan faktor yang berasal dari luar individu
itu sendiri yaitu pelaksanaan kegiatan yang berlangsung, seperti metode kegiatan
dan pelayanan kegiatan. Oleh karena itu, penting untuk dianalisis bagaimana
hubungan faktor pelaksanaan kegiatan dengan tingkat partisipasi warga
dalam pengelolaan sampah rumah tangga pada program bank sampah?

4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan sampah
rumah tangga pada program bank sampah di Kampung Babakan,
Kelurahan Bubulak.
2. Mengidentifikasi hubungan karakteristik individu dengan tingkat
partisipasi warga dalam pengelolaan sampah rumah tangga pada program
bank sampah di Kampung Babakan, Kelurahan Bubulak.
3. Mengidentifikasi hubungan faktor pelaksanaan kegiatan dengan tingkat
partisipasi warga dalam pengelolaan sampah rumah tangga pada program
bank sampah di Kampung Babakan, Kelurahan Bubulak.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi akademisi,
instansi terkait, dan masyarakat mengenai partisipasi warga dalam pengelolaan
sampah rumah tangga. Secara spesifik, manfaat yang didapatkan oleh berbagai
pihak adalah sebagai berikut:
1. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah penelitian mengenai partisipasi warga dalam pengelolaan
sampah. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan atau literatur
bagi akademisi yang ingin meneliti lebih jauh dari segi teoritis maupun
segi praktis mengenai partisipasi warga dalam suatu program.
2. Instansi yang terkait, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam melakukan tindakan memberikan pelatihanpelatihan atau sosialisasi yang berkaitan untuk meningkatkan partisipasi
warga dalam pengelolaan sampah.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai pentingnya partisipasi warga dalam pengelolaan
sampah.

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Partisipasi
Partisipasi pada dasarnya merupakan suatu bentuk keterlibatan dan
keikutsertaan secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam
(intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang
bersangkutan (Mardikanto 2013). Menurut H.A.R. Tilaar (2009) partisipasi adalah
wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses
desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah
(button-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan
pembangunan masyarakatnya.
Nasdian (2006) mengungkapkan bahwa partisipasi dalam pengembangan
komunitas harus menciptakan peran serta yang maksimal dengan tujuan agar
semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan secara aktif pada proses
dan kegiatan masyarakat. Pengertian yang sederhana tentang partisipasi
dikemukakan oleh Suryono (2001) partisipasi merupakan ikut sertanya
masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan pembangunan dan ikut
memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.
Partisipasi dilakukan melalui beberapa tahapan untuk mencapai tujuan.
Cohen dan Uphoff (1979) dalam Rasyida dan Nasdian (2011) membagi partisipasi
ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam rapat-rapat.
2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam
pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya.
Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan
materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek.
3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan
partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek.
Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek
pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti
proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.
4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada
tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukkan
demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Partisipasi warga dalam pengelolaan sampah rumah tangga memiliki
beberapa faktor yang memiliki hubungan antara satu sama lainnya. Beberapa
faktor yang memiliki hubungan dengan partisipasi warga menurut Pangestu
(1995) adalah faktor internal, yaitu yang mencakup karakteristik individu yang
dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban
keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok.

6
Hurriyati (2005) mengungkapkan bahwa karakteristik individu merupakan
suatu proses psikologi yang mempengaruhi individu dalam memperoleh,
mengkonsumsi serta menerima barang dan jasa serta pengalaman. Karakteristik
individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang menggerakan dan
mempengaruhi perilaku individu.
Adapun menurut Robbins (2006) karakteristik individu mencakup usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan masa kerja dalam organisasi.
Hasil Penelitian Terdahulu
Lebih jauh tentang karakteristik individu, Tamarli (1994) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa umur merupakan faktor yang mempengaruhi
partisipasi. Semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan
keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi sosialnya. Oleh karena itu,
semakin muda umur seseorang, semakin tinggi tingkat partisipasinya dalam suatu
kegiatan atau program tertentu. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan
tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit
menerima hal-hal yang sifatnya baru.
Murray dan Lappin (1967) dalam Aprianto (2008) menyatakan bahwa
terdapat faktor karakteristik individu lain yang mempengaruhi partisipasi yaitu
lama tinggal. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin lama tinggal di suatu
tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari
lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara
lingkungan dimana dia tinggal.
Penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi et al. (2010) menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi warga dalam
mengelola sampah. Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh warga
mengenai pengelolaan sampah, maka akan semakin tinggi tingkat partisipasi
warga karena warga semakin sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan di
tempat mereka tinggal.Berdasarkan hasil penelitian Riswan et al. (2011),
pengetahuan warga mengenai pengelolaan sampah akan menentukan tingkat
partisipasi warga dalam mengelola sampah untuk menjaga kebersihan
lingkungannya.
Pendapatan secara tidak langsung berkaitan dengan partisipasi warga dalam
pengelolaan sampah. Kegiatan pengelolaan sampah memerlukan biaya
operasional, seperti contohnya dalam pengangkutan sampah menuju TPA untuk
diolah. Begitu pula dengan pelayanan lainnya untuk menjaga kebersihan
lingkungan. Biaya operasional tersebut diperoleh dari pembayaran retribusi yang
dilakukan oleh warga. Oleh karena itu, pendapatan warga berhubungan dengan
tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan sampah. Penelitian Yuliastusi et al.
(2011) menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan warga
memiliki hubungan dengan tingkat partisipasinya terhadap pengelolaan sampah.
Menurut Santoso (1999) dalam Makmur (2005) faktor eksternal dari
individu merupakan faktor yang berasal dari luar individu, terdiri dari faktor
komunikasi yang terdiri dari gagasan, ide, kebijaksanaan yang dibuat oleh
pemerintah, kebutuhan masyarakat, kegiatan penyuluhan dan faktor geografis
daerah yang ada pada lingkungan tempat hidup masyarakat tersebut.
Menurut Sunarto (2003) faktor-faktor eksternal ini dapat dikatakan petaruh
(stakeholder), yaitu semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh

7
terhadap program ini. Petaruh kunci adalah siapa yang mempunyai pengaruh yang
sangat signifikan, atau mempunyai posisi penting guna kesuksesan program.
Menurut Pangestu (1995) menyebutkan bahwa faktor eksternal partisipasi
dipengaruhi oleh pelayanan yang diberikan dalam suatu kegiatan. Pelayanan
pengelolaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka
sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut. Menurut
Barata (2003) suatu pelayanan positif akan terbentuk karena adanya proses
pemberian layanan tertentu dari pihak penyedia layanan kepada pihak yang
dilayani guna untuk mendapatkan kepuasan dalam hal pemenuhan kebutuhan.
Menurut Arifah (2002) faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi
selain pelayanan yaitu metode kegiatan. Metode kegiatan yang dua arah atau
interaktif dapat lebih meningkatkan partisipasi seseorang. Hal ini dikarenakan
dengan metode yang dua arah maka antar penyuluh dan yang disuluh akan lebih
terjalin hubungan erat, sehingga akan dapat meningkatkan partisipasi dalam suatu
kegiatan.
Menurut Rothwell dan Kazanas (2003) dalam Sumaryono (2010)
menyatakan bahwa metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk
menyampaikan informasi. Selain itu, menurut Syah (2010) metode secara harfiah
berarti “cara” yaitu cara melakukan suatu kegiatan dengan menggunakan fakta
dan konsep-konsep secara sistematis.
Presepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia
dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi
mengandung pengertian yang sangat luas. Berbagai ahli telah memberikan definisi
yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna
yang sama. Menurut Baron dan Byrne (2004) Persepsi merupakan suatu proses
yang didasari oleh penginderaan terhadap suatu obyek, yang diorganisasikan,
diinterpretasikan dan diberi kesan/arti sehingga individu dapat menentukan reaksi
terhadap obyek tersebut.
Persepsi pada dasarnya menyangkut proses informasi pada diri seseorang
dalam hubungannya dengan objek stimulus. Dengan demikian persepsi
merupakan gambaran arti atau interprestasi yang bersifat subjektif, Artinya
persepsi sangat bergantung pada kemampuan dan keadaan diri yang bersangkutan.
Dalam kamus psikologi persepsi diartikan sebagai proses pengamatan seseorang
terhadap segala sesuatu di lingkungannya dengan menggunakan indera yang
dimilikinya, sehingga menjadi sadar terhadap segala sesuatu yang ada di
lingkungan tersebut Dali (1982) dalam Hermawan (2005).
Persepsi yang dihasilkan setiap orang dapat berbeda untuk stimuli yang
sama. Perbedaan persepsi bisa terjadi karena terdapat prinsip dasar dalam proses
pembentukan persepsi, yaitu: (1) prespektif perilaku, merupakan tingkah laku
manusia dari hasil belajar meniru perilaku orang lain dengan mengamati atau hasil
observasi (2) prespektif kognitif, merupakan perilaku sosial yang melibatkan
proses mental dan pengetahuan (3) prespektif struktural, merupakan
kebiasaan/perilaku individu yag direfleksikan melalui kebiasaan masyarakat atau
struktur sosial (4) prespektif interaksionis, mengungkapkan bahwa perilaku tidak
selalu dipengaruhi oleh lingkungan atau struktur sosial tetapi manusia juga telah
membantu menciptakan budaya tersebut (5) interaksi simbolik, mengungkapkan

8
bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang dikeluarkan orang lain,
demikian juga perilaku orang lain tersebut (6) postmodernism, mengungkapkan
bahwa kepribadian dapat menjadi gaya hidup (7) pernyataan harapan, adalah
pembentukan harapan-harapan atas dirinya sendiri dan diri anggota lain, sesuai
dengan tugas-tugas yang relevan dengan kemampuan mereka, dan harapanharapan tersebut mempengaruhi gaya interaksi di antara anggota kelompok (8)
identitas adalah menyangkut identitas sosial tertentu, mis: baik atau jahat,
menyenangkan atau tidak menyenangkan dll, dan (9) peran, mengungkapkan
bahwa perilaku ditentukan oleh peran sosial (Baron dan Byrne 2004).
Definisi Sampah dan Cara Pengelolaannya
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga, yang dimaksud
dengan sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan seharihari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah
rumah tangga pertama-tama dapat dikelola dengan cara dipilah. Pemilahan yang
dimaksud adalah kegiatan mengelompokkan sampah menjadi sedikitnya lima
jenis sampah yang terdiri atas: a) sampah yang mengandung bahan berbahaya b)
sampah yang mudah terurai c) sampah yang dapat digunakan kembali d) sampah
yang dapat didaur ulang dan e) sampah lainnya. Peraturan Pemerintah Nomor 81
Tahun 2012 ini diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan sampah yang
berwawasan lingkungan.
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah (UUPS), yang dimaksud dengan sampah adalah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang
merupakan sisa dari kegiatan manusia harus dikelola agar tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.
Pengurangan sampah yang dimaksud dalam UUPS meliputi kegiatan
pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali
sampah. Untuk dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan ini, masyarakat dan para
pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatannya diharapkan dapat menggunakan
bahan yang menimbulkan sampah sedikit mungkin, dapat digunakan kembali,
dapat didaur ulang, dan mudah diurai oleh proses alam. Penanganan sampah yang
dimaksud dalam UUPS adalah kegiatan yang diawali dengan pemilahan dalam
bentuk pengelompokkan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan
sifat sampah. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan dan pemindahan sampah
dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara, dan pengangkutan
sampah dari tempat penampungan sampah sementara menuju ke tempat
pemrosesan akhir. Kemudian sampah yang telah terkumpul di tempat pemrosesan
akhir dikelola dengan cara mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah atau diproses untuk mengembalikan hasil pengolahan sebelumnya ke
media lingkungan secara aman.
Menurut Wardi (2008) pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang
sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Organisasi pengelola persampahan mempunyai proses sebagaimana
halnya organisasi modern lainnya. Output dari sistem dapat bersifat kualitatif
maupun kuantitatif. Input yang dibutuhkan untuk pengelolaan persampahan ini
adalah manusia, peralatan, biaya, dan metode pengelola yang saling berkaitan.

9
Dalam proses transformasi sistem, input-input perlu diatur dan ditata sehingga
mempunyai nilai guna yang maksimal. Untuk itu dalam sistem pengelolaan
tersebut, diperlukan bagian-bagian yang bertugas mengatur masing-masing input
sehingga proses transformasi akan berlangsung dengan sebaik mungkin menuju
output dan tujuan yang diharapkan. Sisi input ini jelas memerlukan adanya peran
serta masyarakat secara aktif dan berkesinambungan, terutama dalam
mewujudkan kebersihan lingkungan. Masyarakat dalam hal ini banyak berperan
dalam proses penempatan dam pengumpulan sampah sehingga memudahkan
dalam pemindahan, pengangkutan, pengelolaan, dan pemanfaatan sampah serta
pembuangan sampah akhir yang selama ini ditangani oleh pemerintah daerah,
khususnya melalui PD kebersihan.
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (2003) menyimpulkan
pengelolaan adalah suatu usaha Strategi Nasional Pembangunan Berkelanjutan di
bidang persampahan dengan konsep 3R (reduction, reuse, recycling) atau 3M
(mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang). Yolarita (2011) juga
menjelaskan bahwa paradigma baru dalam pengelolaan sampah lebih menekankan
pada pengurangan sampah dari sumber untuk mengurangi jumlah timbulan
sampah serta mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah. Maka
dari itu, prinsip 3R sejalan dengan pengelolaan sampah yang menitikberatkan
pada pengurangan sampah dari sumbernya. Departemen Pekerjaan Umum (2007)
menjelaskan bahwa prinsip 3R dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Prinsip pertama adalah reduce atau reduksi sampah, yaitu upaya untuk
mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat
dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat
melakukan upaya reduksi sampah dengan cara mengubah pola hidup
konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan
banyak sampah menjadi hemat/efisien dan hanya menghasilkan sedikit
sampah.
2. Prinsip kedua adalah reuse yang berarti menggunakan kembali bahan
atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses
pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakan
kembali botol bekas minuman untuk tempat air, dan lain-lain. Dengan
demikian reuse akan memperpanjang usia penggunaan barang melalui
perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara langsung.
3. Prinsip ke tiga adalah recycle yang berarti mendaur ulang suatu bahan
yang sudah tidak berguna menjadi bahan lain atau barang yang baru
setelah melalui proses pengolahan. Beberapa sampah dapat didaur ulang
secara langsung oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi dan
alat yang sederhana, seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut,
kain lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisasisa makanan untuk dijadikan kompos.
Sistem pengelolaan sampah yang selama ini diterapkan di Indonesia adalah
dikumpulkan, ditampung di tempat penampungan sementara (TPS) dan akhirnya
dibuang ke tempat penampungan akhir (TPA). Pola operasional konvensional ini
dapat menyebabkan terjadinya penumpukan sampah di rumah tangga, TPS dan
TPA. Oleh karena itu, prinsip 3R yang diterapkan langsung mulai dari sumber
sampah menjadi sangat penting karena dapat membantu mempermudah proses
pegelolaan sampah. Pemilahan sampah yang dilakukan sebagai bagian dari

10
penerapan 3R akan mempermudah teknik pengolahan sampah selanjutnya.
Kegiatan pemilahan sampah memiliki keuntungan yaitu efisiensi sampah menjadi
bentuk baru yang lebih bermanfaat. Keuntungan lain dari kegiatan ini adalah
dapat memangkas biaya petugas dan transportasi pengangkut sampah serta
mengurangi beban TPA dalam menampung sampah (Yolarita 2011).
Beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pengelolaan sampah merupakan kegiatan bertahap yang pada dasarnya
dilakukan untuk mengolah sampah agar dapat diproses menjadi bentuk lain yang
memberikan manfaat dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Pengelolaan sampah
yang dimaksud pada penelitian ini adalah kegiatan pengelolaan sampah yang
dilakukan pada tingkat rumah tangga, berupa pengurangan pemakaian bahan yang
sulit terurai, pemilahan sampah, pemindahan sampah dari sumber sampah ke
tempat penampungan sementara, pemanfaatan kembali sampah, serta kegiatan
kebersihan seperti gotong royong untuk kerja bakti di lingkungan tempat tinggal.
Bank Sampah
Konsep bank sampah pertama kali dicetuskan oleh Bambang Suwerda yang
berinisiatif untuk menyelamatkan lingkungan dari polusi yang ditimbulkan oleh
sampah. Pengelolaan sampah di tingkat komunitas melalui bank sampah pertama
kali dilakukan sejak 2008 lalu di Desa Badegan Kabupaten Bantul, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (Lestari 2012). Konsep dasar bank sampah terdiri
atas 5M, yang merupakan kepanjangan dari Mengurangi sampah, Memilah
sampah, Memanfaatkan sampah, Mendaur ulang sampah, dan Menabung sampah.
Dari konsep bank sampah tersebut terlihat jelas bahwa pengelolaan sampah ini
tidak dapat dilakukan hanya oleh satu pihak. Adanya partisipasi warga untuk turut
berperan dalam menggerakkan pengelolaan sampah merupakan hal yang penting
demi keberlanjutan organisasi pengelola sampah.
Bank sampah didefinisikan sebagai tempat pemilahan dan pengumpulan
sampah yang dapat di daur ulang atau diguna ulang dan memiliki nilai ekonomi.
Berdasarkan peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 13 tahun 2012
tentang Pedoman Pelaksana Reduce, Reuse, dan Recycle melalui bank sampah.
Bank sampah hadir dengan tiga alasan, pertama, pengelolaan sampah selama ini
belum menerapkan prinsip 3R. Kedua, pengelolaan sampah harus dilakukan
secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir sehingga dapat memberikan
manfaat secara ekonomi, sehat dan aman bagi lingkungan serta mengubah
perilaku warga. Ketiga, pemerintah bertugas meningkatkan kesadaran warga
dalam pengelolaan sampah.
Menurut Fadhilah (2013) menyatakan bahwa sama seperti di bank-bank
penyimpanan uang, para nasabah dalam hal ini warga bisa langsung datang ke
bank untuk menyetor. Bukan uang yang disetor, namun sampah yang mereka
setorkan. Sampah tersebut ditimbang dan dicatat dibuku rekening oleh petugas
bank sampah. Dalam bank sampah, ada yang disebut dengan tabungan sampah.
Untuk menjadi nasabah bank sampah, setiap nasabah mendaftarkan diri
kepada pengelola bank sampah. Pengelola akan mencatat nama nasabah dan setiap
anggota akan diberi buku tabungan secara resmi. Bagi nasabah yang ingin
menabung sampah, caranya adalah datang ke bank sampah dengan membawa
sampah. Sampah yang akan ditabung tersebut harus sudah dipilah-pilah sesuai
dengan jenisnya seperti kertas, plastik, botol, kaleng, besi, alumunium dan lainnya

11
dimasukkan ke kantong-kantong yang terpisah. Sampah yang akan ditabung harus
dalam kondisi bersih dan kering. Petugas akan melakukan penimbangan,
pencatatan, dan memasukkan sampah pada tempat yang telah disediakan.
Bank sampah dianggap sebagai sebuah strategi untuk membangun
kepedulian warga terhadap sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi
langsung dari sampah. Bank sampah tidak dapat berdiri sendiri. Namun, harus
diintegrasikan dengan gerakan 3R sehingga manfaat langsung yang dirasakan
tidak hanya dari segi ekonomi, tetapi juga dari segi pembangunan lingkungan
yang bersih, hijau dan sehat. Keberadaan bank sampah terus berkembang. Sampai
dengan akhir Desember 2012, jumlah bank sampah di seluruh Indonesia sudah
mencapai 1195 unit, yang tersebar pada 55 kota/kabupaten di 16 provinsi, dengan
jumlah anggota sebanyak 96.203 orang.
Daerah perkotaan seperti Tangerang merupakan daerah yang menghasilkan
banyak sampah rumah tangga. Menurut keterangan yang diberikan oleh Walikota
Tangerang, Arief R. Wismansyah, sampah yang dihasilkan di Kota Tangerang
mencapai 1500 ton perhari. Dari 1500 ton sampah tersebut, jumlah sampah yang
diangkut ke TPA Rawa Kucing mencapai 1000 ton (Muhammad 2014).
Menyikapi hal ini, pemerintah Kota Tangerang sudah menggalakkan program
untuk mengatasi masalah mengenai sampah, salah satunya dengan mendirikan
bank sampah di berbagai titik di kota Tangerang. Pemerintah kota Tangerang
memiliki target untuk membangun sebanyak 300 titik bank sampah pada tahun
2013, namun hingga saat ini yang sudah berjalan baru mencapai sekitar 175 titik
(Riani 2014).
Walaupun penanganan masalah sampah belum dapat dioptimalkan secara
merata, salah satu kelurahan di Kota Tangerang yang telah berhasil dalam
menjalankan program-program di bidang lingkungan adalah Kelurahan Kunciran
Indah. Kelurahan ini telah berturut-turut memenangkan perlombaan dan meraih
penghargaan sebagai peringkat pertama kelurahan terbersih di Kota Tangerang
(Chaniago 2013). Kelurahan Kunciran Indah memiliki sebuah bank sampah
bernama bank sampah Gawe Rukun yang dibangun secara swadaya oleh
masyarakat untuk mengelola sampah secara terpadu. Keberhasilan bank sampah
Gawe Rukun tidak terlepas dari partisipasi masyarakat yang peduli terhadap
kebersihan lingkungan. Warga secara rutin melakukan pengelolaan sampah rumah
tangga, baik sampah organik maupun anorganik.
Kerangka Pemikiran
Partisipasi dalam beberapa dekade terakhir telah menjadi kata kunci dari
studi pembangunan. Berbagai kegiatan maupun organisasi memasukan partisipasi
sebagai alternatif terhadap pendekatan topdown dari kebijakan dan programnya.
Tujuan utamanya yaitu untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat. Salah satu
prinsip pengembangan masyarakat yang paling penting adalah partisipasi.
Partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peran serta yang
maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat
terlibat secara aktif pada proses dan kegiatan program.
Penelitian mengenai partisipasi warga dalam pengelolaan sampah ini
menjadi sebuah keharusan. Kenyataan inilah yang mengharuskan partisipasi
warga diakomodasi dalam perencanaan pengelolaan sampah terutama sampah

12
rumah tangga. Kunci keberhasilan pengelolaan sampah terdapat pada pemilahan
komposisi dari sampah tersebut oleh warga yang partisipatif dalam pengelolaan
sampah.
Penelitian tentang partisipasi warga dalam pengelolaan sampah rumah
tangga pada program bank sampah ini dilakukan dengan meninjau empat tahapan
partisipasi yang terdiri dari tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan,
menikmati hasil dan evaluasi. Dalam berpartisipasi pada suatu kegiatan atau
program tertentu, terdapat beberapa faktor yang memiliki hubungan dengan
partisipasi seseorang atau kelompok untuk berperan serta dalam kegiatan tersebut,
yaitu mencakup karakterstik individu dan pelaksanaan kegiatan.
Variabel karakteristik individu yang diteliti dalam penelitian ini adalah
umur, tingkat pendidikan, pendapatan, dan lama tinggal. Keseluruhan faktor
tersebut diduga memiliki hubungan dengan tingkat keaktifan peserta program
dalam berpartisipasi. Selain itu akan dilihat juga faktor eksternal yang diduga
memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi, yaitu pelaksanaan kegiatan
pengelolaan sampah meliputi metode kegiatan dan pelayanan kegiatan yang
dilakukan dalam pengelolaan sampah. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah
ini memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi karena peserta program akan
dengan sukarela terlibat dalam suatu program jika sambutan dan pelayanan pihak
pengelola positif dan menguntungkan bagi peserta serta fasilitas yang ada dapat
membantu proses pengelolaan sampah. Secara garis besar kerangka pemikiran
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Karakteristik Individu
X1.1: Umur
X1.2: Tingkat Pendidikan
X1.3: Tingkat Pendapatan
X1.4: Lama Tinggal

Y1. Tingkat Partisipasi dalam
Pengelolaan Sampah
Y1.1: Tahap Pengambilan
Keputusan
Y1.2: Tahap Pelaksanaan
Y1.3: Tahap Menikmati Hasil
Y1.4: Tahap Evaluasi

Pelaksanaan Kegiatan
X2.1: Metode Kegiatan
X2.2: Tingkat Pelayanan
Kegiatan

Keterangan :
Berhubungan
Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran partisipasi warga dalam pengelolaan sampah
rumah tangga pada program bank sampah

13
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat partisipasi
warga dalam pengelolaan sampah rumah tangga pada program bank
sampah.
2. Terdapat hubungan antara pelaksanaan kegiatan dengan tingkat partisipasi
warga dalam pengelolaan sampah rumah tangga pada program bank
sampah.

14
Definisi Operasional
Untuk mempermudah pengukuran variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini maka penting untuk merumuskan definisi operasional dalam tabel
sebagai berikut.
Tabel 1 Definisi Operasional
No

Variable

Definisi Operasional

Indikator

Jenis Data

Muda = 1
Sedang = 2
Tua = 3

- Ordinal

Rendah = 1
Sedang = 2
Tinggi = 3

- Ordinal

Baru = 1
Sedang = 2
Lama = 3

- Ordinal

Faktor Karakteristik Individu
X1.1

Umur

Lama waktu hidup responden
dari sejak lahir sampai pada saat
diwawancarai, diukur dalam
jumlah tahun berdasarkan
sebaran rata-rata usia responden
yang ditemui di lapang
menggunakan perhitungan
dengan rumus standar deviasi
sebagai berikut.
- Rendah: umur < x-1/2 sd
- Sedang: umur x-1/2 sd < x <
x+1/2 sd
- Tinggi: umur > x+1/2 sd
Maka diperoleh hasil sebagai
berikut :
i. Muda (46 tahun)

X1.2

Tingkat
Pendidikan

Jenjang pendidikan terakhir
yang berhasil ditamatkan oleh
responden, diukur berdasarkan
jenjang pendidikan formal ratarata responden.
i. Rendah: jika sedang
menjalani SD dan tamat
SD/sederajat
ii. Sedang: jika tamat
SMP/sederajat
iii. Tinggi: jika tamat
SMA/sederajat

X1.3

Tingkat
Tingkat rata-rata jumlah hasil
Pendapatan kerja berupa uang yang
diperoleh responden setiap
bulan, diukur secara emik dalam
satuan rupiah berdasarkan
besaran rata-rata upah peserta
program menggunakan
perhitungan dengan rumus
standar deviasi sebagai berikut
- Rendah: pendapatan < x-1/2 sd

15
- Sedang: pendapatan x-1/2 sd <
x < x+1/2 sd
- Tinggi: pendapatan > x+1/2 sd
Maka diperoleh hasil sebagai
berikut :

i. Rendah (< Rp. 640 000)
ii. Sedang (Rp. 640 000-1 450
000)

iii. Tinggi (> Rp. 1 450 000)
X1.4

Lama
Tinggal

Lama waktu tinggal responden
di lokasi penelitian sampai saat
responden diwawancarai. Lama
atau barunya waktu tinggal
diukur berdasarkan jumlah tahun
rata-rata lama tinggal responden
di lapang menggunakan
perhitungan dengan rumus
standar deviasi sebagai berikut.
- Lama tinggal rendah/Baru <
x-1/2 sd
- Lama tinggal sedang x-1/2 sd
< x < x+1/2 sd
- Lama tinggal tinggi > x+1/2
sd

Rendah = 1
Sedang = 2
Tinggi = 3

- Ordinal

Maka diperoleh hasil sebagai
berikut :
i. Baru (34 tahun)

Pelaksanaan Kegiatan
X2.1

Metode
Kegiatan

Cara penyampaian informasi oleh
pengurus dalam kegiatan
program bank sampah. Diukur
dari interaktif/dua arah atau tidak
interaktif dalam penyampaian
informasi mengenai kegiatan
pengelolaan sampah pada
program bank sampah.

Skor 6 - 7 = - Ordinal
Rendah
Skor 8 - 9 =
Sedang
Skor 10 - 12 =
Tinggi

X2.2

Tingkat
Pelayanan
Kegiatan

Pandangan responden mengenai
pelayanan yang diberikan
pengurus seperti penyediaan
fasilitas alat atau bahan baku
suatu kegiatan pengelolaan
sampah seperti: penyediaan
karung, penjemputan,
penimbangan, dan pencatatan

Skor 11 - 14 = - Ordinal
Rendah
Skor 15 - 18 =
Sedang
Skor 19 - 22 =
Tinggi

16
pada buku tabungan sampah.
Diukur berdasarkan skor yang
didapat.

Tingkat Partisipasi
Y1.1 Tingkat
partisipasi
tahap
pengambilan
keputusan

Keterlibatan responden dalam
rapat dan proses perencanaan
atau pengambilan keputusan
dalam penyelenggaraan program,.
Diukur berdasarkan jumlah
kehadiran dan keaktifan peserta
selama proses perencanaan
kegiatan. Aspek kehadiran dilihat
berdasarkan jumlah kehadiran
peserta pada rangkaian kegiatan
yang diadakan selama proses
perencanaan kegiatan, intensitas
rapat akan diketahui di lapangan
(emik). Adapun aspek keaktifan
dalam rapat akan dilihat melalui
keaktifan peserta dalam bertanya,
memberikan usulan, dan terima
atau tidaknya usulan

Skor 6 - 11 = - Ordinal
Rendah
Skor 12 - 18 =
Sedang
Skor 19 - 24 =
Tinggi

Y1.2 Tingkat
partisipasi
tahap
pelaksanaan

Keikutsertaan peserta program
bank sampah dalam pelaksanaan
program. Diukur dengan melihat
keanggotaan, keaktifan sebagai
nasabah dalam mengumpulkan
tabungan sampah dan
menyumbang biaya retribusi

Skor 6 - 11 =
Rendah
Skor 12 - 18 =
Sedang
Skor 19 - 24 =
Tinggi

Y1.3 Tingkat
partisipasi
tahap
menikmati
hasil

Keikutsertaan peserta dalam
menerima hasil yang diperoleh
dari bank sampah. Diukur
melalui penerimaan jumlah uang
dari tabungan sampah,
kemerataan manfaat yang
diterima oleh peserta program,
serta keakraban yang terjalin
antar warga

Skor 11 - 21 = - Ordinal
Rendah
Skor 22 - 33 =
Sedang
Skor 34 - 44 =
Tinggi

Y1.4 Tingkat
partisipasi
tahap
evaluasi

Keikutsertaan peserta program
dalam mengevaluasi kekurangan
pelaksanaan program. Partisipasi
pada tahap akhir diukur
berdasarkan keikutsertaan dalam
memberikan saran dan kritik,
kehadiran dalam rapat evaluasi,
membuat laporan secara lisan
ataupun tulisan, serta keaktifan
dalam membantu proses evaluasi

Skor 5 - 9 =
Rendah
Skor 10 - 14 =
Sedang
Skor 15 - 20 =
Tinggi

- Ordinal

- Ordinal

17

PENDEKATAN LAPANGAN
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh
pendekatan kualitatif. Untuk pendekatan kuantitatif digunakan metode survey,
dimana kuisioner sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data dari
responden. Data yang dikumpulkan terkait deng