PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA dan

PROGRAM INOVASI KUKERTA IPDN 2017

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
MELALUI TEKHNOLOGI TEPAT GUNA (TTG)
DI KABUPATEN PEMALANG

OLEH :

M. FIKRI CAHYADI
NPP. 24.0214
KELAS G-S1 (M. PEMBANGUNAN)

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
(IPDN)
Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 1
melalui Tekhnologi Tepat Guna

2017
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan

Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul: “PENGELOLAAN
SAMPAH RUMAH TANGGA MELALUI TEKHNOLOGI TEPAT GUNA (TTG) DI
KABUPATEN PEMALANG ”.
Melalui kesempatan ini, tidak lepas saya menghaturkan terima kasih yang tidak
terhingga kepada :
1.

Yang terhormat, Ibu Dr. Ir. Ika Sartika, MT yang telah memberikan petunjuk demi

2.

kesempurnaan pembuatan makalah ini.
Kedua orang tua, Saudara-saudara, dan teman-teman yang telah memberikan doa dan
dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalh ini tepat pada

3.

waktunya.
Siapapun yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu
memberikan masukan, menyediakan literatur dan memberikan kritik untuk

kesempurnaan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, sudilah

kiranya para pembaca untuk memberikan masukan dan saran sehingga isi makalah ini dapat
lebih sempurna.
Akhirnya, saya berharap semoga isi makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
siapa saja yang memerlukannya dimasa sekarang dan yang akan datang. Amin..

Jakarta, 14 April 2017
Penyusun,

M. FIKRI CAHYADI

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 2
melalui Tekhnologi Tepat Guna

DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………......…………………………….2
Daftar isi……...…………………………………………………...…………………………...3


BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang...………………………………………………………………………4

1.2

Maksud dan Tujuan….……..……………..…………………………………………..8

1.3

Keluaran (output) Penulisan……………....…………………………………………...6

BAB II PEMBAHASAN
2.1

Sistem Penampungan Sampah Sementara………………………….. . . . ……………9

2.2


Transportasi Sampah………………………………………………………..……..….9

2.3

Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah ………………………..………………...10

2.4

Pengelolaan Sampah Terpadu…………………………….………………………….11

2.5

Pengomposan Sampah Rumah Tangga dan Komunal ……………………………....12

BAB III PENUTUP
3.1

Kesimpulan…………………………………………………………………………..25

3.2


Saran………………………………………………………………………………....25

DAFTAR PUSTAKA

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 3
melalui Tekhnologi Tepat Guna

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan sampah di Kab. Pemalang merupakan masalah pelik yang sampai saat
ini belum dapat terpecahkan secara tuntas. Sampah yang dihasilkan akan terus bertambah
seiring dengan pertumbuhan penduduk di daerah tersebut. Sampah ibarat bom waktu yang
terus membesar yang suatu saat dapat meledak dan menimbulkan permasalahan baru bahkan
dapat juga menimbulkan korban jiwa.
Kabupaten Pemalang terletak di pantai utara Pulau Jawa. Secara astronomis,
kabupaten ini terletak antara 109°17'30" - 109°40'30" BT dan 6°52'30" - 7°20'11" LS, dengan
batas-batas wilayah:



sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.



sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan.



sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga



sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tegal.

Ibukota kabupaten ini adalah Kec. Pemalang, yang terletak di ujung barat laut wilayah
kabupaten dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Tegal. Kabupaten ini berjarak kirakira 135 km ke arah barat dari Semarang, ibukota Provinsi Jawa Tengah, atau jika ditempuh
dengan kendaraan darat memakan waktu lebih kurang 3-4 jam. Kabupaten Pemalang berada
di jalur pantura Jakarta-Semarang-Surabaya. Selain itu terdapat pula jalan provinsi yang
menghubungkan kabupaten ini dengan Kabupaten Purbalingga.

Kabupaten Pemalang memiliki topografi bervariasi. Bagian utara merupakan dataran
rendah, berupa daerah pantai dengan ketinggian berkisar antara 1-5 meter di atas permukaan
laut. Bagian tengah merupakan dataran rendah yang subur dengan ketinggian 6–15 m di atas
permukaan laut; sedangkan bagian selatan merupakan dataran tinggi berupa pengunungan

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 4
melalui Tekhnologi Tepat Guna

yang subur serta berhawa sejuk dengan ketinggian 16–925 m di atas permukaan laut. Puncak
tertingginya ialah Gunung Slamet, yang berada di perbatasan dengan Kabupaten Tegal dan
Kabupaten Purbalingga, dan merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah. Wilayah bagian
selatan Pemalang biasa disebut Waliksarimadu yaitu singkatan Watukumpul, Belik, Pulosari,
Moga, Warungpring dan Randudongkal. Wilayah tersebut juga sering disebut sebagai
Pemalang Selatan.
Wilayah Kabupaten Pemalang dilintasi oleh tiga sungai besar, yaitu Sungai Comal,
Sungai Waluh, dan Sungai Rambut, yang menjadikannya sebagai daerah aliran sungai yang
subur. Sungai Comal merupakan sungai terbesar, yang alirannya melalui tujuh wilayah
kecamatan di kabupaten ini, dan bermuara ke Laut Jawa tepatnya di Ujung Pemalang.
Luas wilayah Kab. Pemalang mencapai 111.530 km² dengan jumlah penduduk
Kab.Pemalang sebesar 1,2 juta jiwa dan memproduksi sampah sebanyak 7.500 m3 setiap

harinya, maka dipastikan volume sampah Kab. Pemalang akan meningkat. Disisi lain,
Kab.Pemalang dilewati Jalur Pantura, sehingga menjadi konsekuensi tersendiri apabila
permasalahan sampah tidak dapat diatasi. Persoalan sampah Kab. Pemalang menjadi
perhatian semua pihak.
Saat ini, pengelolaan sampah yang dilakukan pemerintah Kab. Pemalang masih
sebatas mengumpulkan dan menumpuknya pada lahan TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
sampah, belum dilakukan proses pengolahan lainnya. Pengolahan sampah selanjutnya baru
sebatas pemusnahan melalui mesin pembakar (incinerator) dimana metode ini menimbulkan
permasalahan baru berupa polusi dari pembakaran yang dilakukan karena sampah Kab.
Pemalang adalah sampah yang tercampur.
Pengelolaan sampah di Kab. Pemalang masih menggunakan paradigma lama yaitu
dengan cara mengumpulkan, mengangkut, dan membuang. Cara ini logikanya hanya
memindahkan sampah dari daerah ke lokasi tertentu (TPA). Pemindahan sampah yang
dilakukan seperti ini sama dengan pemindahan masalah. Sementara, budaya masyarakat
untuk membuang sampah masih rendah apalagi kesadaran dalam pemisahan buang sampah
dari awal masih sangat rendah dan baru berjalan di lingkungan tertentu saja. Source reduction
(reduksi mulai dari sumbernya) atau pemilahan sampah belum dapat berjalan dengan baik
meskipun tempat sampah yang diadakan telah dipisahkan antara sampah organik dan non
organik. Upaya pengomposan dan daur ulang, tapi masih terbatas. Pemilahan sampah yang


Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 5
melalui Tekhnologi Tepat Guna

dilakukan pemulung hanya untuk sampah yang masih bernilai jual. Sementara yang
dibutuhkan adalah pemilahan sampah organik dan non organik.
Berkaitan

dengan

sistem

pengelolaan

sampah,

dasar

pengelolaan

harus


mengedepankan kepada meminimalkan sesuatu barang yang pada akhirnya disebut sampah
atau bahkan tidak ada barang yang disebut sampah sama sekali (Zero Waste). Untuk
meminimalkan sesuatu barang disebut sampah, maka dicari seribu satu cara untuk
pemanfaatan sampah sehingga menjadi barang yang berguna (tidak disebut sampah kembali)
atau pemanfaatan sampah sebagai sumber energi. Apabila ada sinergi dari masyarakat yang
menghasilkan sampah dengan pihak pengelola sampah, maka pengelolaan sampah sampai
zero waste tersebut memungkinkan berhasil. Intinya, keberhasilan pengelolaan sampah
seperti itu harus didukung oleh tingkat kesadaran yang tinggi dari masyarakat penghasil
sampah.
Pengelolaan sampah dapat pula dilakukan dengan melibatkan masyarakat penghasil
sampah sebagai agen pengelola sampah sehingga suatu barang yang disebut sampah oleh
masyarakat penghasil sampah tersebut adalah barang yang memang sudah dikelola dan sudah
tidak dapat dimanfaatkan lagi sehingga benar-benar menjadi sampah. Pengelolaan dari
masyarakat sebagai tangan pertama yang menghasilkan sampah selanjutnya akan lebih
selektif untuk pengelolaan sampah selanjutnya. Sebagai contoh apabila kesadaran masyarakat
telah meningkat, maka sampah telah dapat dipilah. Pengelola sampah selanjutnya akan lebih
mudah memilah dan memanfaatkan sampah menjadi barang yang selanjutnya dapat
bermanfaat. Kantong plastik yang bersih dan belum tercampur dengan sampah organik akan
lebih mudah untuk digunakan kembali atau dimanfaatkan atau didaur ulang dari kantong

plastik yang telah bercampur dengan sampah organik lainnya apalagi sudah menghasilkan
bau.
Munculnya metode pengelolaan sampah yang melibatkan masyarakat sebagai agen
pengelola sampah tidaklah mudah. Beragam alasan muncul dari masyarakat yang tidak
mengikuti anjuran pemilahan sampah organik dan non organik. Alasan tersebut biasanya
karena keterbatasan waktu dan tenaga atau keterbatasan fasilitas dan sebagainya. Untuk
mengantisipasi hal tersebut harus ada komitmen dari pemerintah dan seluruh warga untuk
melaksanakan pengelolaan sampah yang telah ditetapkan bahkan apabila perlu dibuat
peraturan sehingga ada sanksi untuk yang melanggar. Tentunya, tidak gampang membuat
metode seperti itu karena akan memunculkan masalah sosial lainnya disamping akan

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 6
melalui Tekhnologi Tepat Guna

memunculkan reaksi yang berbeda bagi masyarakat pendatang atau wisatawan yang biasa
berkunjung ke Kab. Pemalang. Hal lain yang patut diperhatikan yaitu tersedianya fasilitas
untuk memudahkan masyarakat menjalankan komitmen pengelolaan sampah yang baik.
Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan sampah harus memiliki landasan kuat agar
sampah yang dihasilkan dapat dikelola dengan baik. Kebijakan dapat dilakukan meliputi
penurunan senyawa beracun yang terkandung dalam sampah sejak pada tingkat produksi,
minimalisasi jumlah sampah, peningkatan daur ulang sampah, pembuangan sampah yang
masih memiliki nilai energi dikurangi secara signifikan, dan pencemaran lingkungan dicegah
sedini mungkin. Berdasarkan landasan tersebut, kebijaksanaan pengelolaan sampah antara
lain meliputi pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah secara mandiri, pengelolaan
sampah dengan menggunakan sanitary landfill yang sesuai dengan ketentuan standar
lingkungan, dan pengembangan teknologi tinggi pengolahan sampah untuk sumber energi.
Disamping kuatnya landasan untuk komitmen dalam pengelolaan, fasilitas yang
dibangun dan informasi pengelolaan sampah yang baik dan benar pun harus disosialisasikan
dengan baik. Perlu diketahui, sebagian besar sampah Kab. Pemalang yang dihasilkan
tergolong sampah hayati. Rata-rata volume sampah hayati ini besarnya di atas 65 % dari total
sampah Kab. Pemalang yang dihasilkan. Melihat komposisi dari sumber asalnya, sebagian
besar adalah sisa-sisa makanan dari sampah dapur dimana jenis sampah ini akan cepat
membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme yang berlimpah di alam ini. Sampah
organik seperti ini apabila telah dipilah merupakan peluang sumberdaya penghasil kompos,
metan, dan energi. Apabila pengelolaan menjadi bahan-bahan tersebut tidak dapat dilakukan
karena alasan waktu dan ketidakpraktisan, maka perkembangan teknologi patut dilirik,
misalnya seperti teknologi pengomposan model keranjang takakura dan lubang biopori
menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah organik untuk Kab. Pemalang.
Pengelolaan sampah non organik yang telah dilakukan di Kab. Pemalang yaitu dengan
pemilahan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan (Rumah tangga TPS dan TPA), reduce/
mengurangi, reuse/ digunakan kembali, recycle/ daur ulang. Sementara incinerator belum
dapat berjalan karena untuk menjalankan incinerator dengan baik membutuhkan biaya yang
sangat mahal untuk operasi dan maintenance/ perawatan. Kota Surabaya yang telah
menjalankan incinerator hanya mampu berjalan selama tiga bulan. Apalagi pengelolaan
seperti sanitary landfillyang memerlukan biaya yang sangat mahal pula serta risiko yang
sangat tinggi apabila kurangmaintenance.

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 7
melalui Tekhnologi Tepat Guna

Pengelolaan sampah dapat dilakukan asalkan melibatkan berbagai pihak dengan
adanya kesadaran dari “penyampah” untuk menghasilkan sampah yang benar-benar sampah.
Metode pengelolaan sampah yang akan digunakan perlu dikaji untuk dipilih metode mana
yang benar-benar efektif dan sesuai untuk mengatasi permasalahan sampah Kab. Pemalang,
namun efisien dalam biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan. Untuk itu, penelitian ini
diharapkan memunculkan evaluasi dari kebijakan pemerintah untuk pengelolaan sampah
yang telah dilakukan serta rekomendasi untuk kebijakan selanjutnya yang dinilai lebih tepat
dan lebih efektif.

1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dilakukannya penulisan ini adalah untuk menanggulangi permasalahan
sampah di Kab. Pemalang. Sedangkan tujuannya yaitu untuk:
1. Mengidentifikasi permasalahan sampah dan dampaknya terhadap masyarakat di Kab.
Pemalang.
2. Menganalisis berbagai metode pengelolaan sampah yang sudah dilakukan di Kab.
Pemalang serta dampaknya terhadap perilaku masyarakat Kab. Pemalang.
3. Menganalisis dan memperoleh model pengelolaan sampah Kab. Pemalang yang
efektif dan efisien.
1.3 Keluaran (Output) Penulisan
Keluaran (output) yang diharapkan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Adanya gambaran sejauhmana dampak dari adanya permasalahan sampah terhadap
masyarakat di Kab. Pemalang.
2. Terbangun dan termanfaatkannya informasi mengenai metode pengelolaan sampah
yang sudah dilakukan di Kab. Pemalang serta dampaknya terhadap perilaku
masyarakat Kab. Pemalang.
3. Terbangun dan termanfaatkannya informasi mengenai model pengelolaan sampah
Kab. Pemalang yang efektif dan efisien.

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 8
melalui Tekhnologi Tepat Guna

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Sistem Penampungan Sampah Sementara
Penampungan sampah sementara di Indonesia umumnya menggunakan kontainer besi

atau bak beton ukuran 4 m3 yang diletakkan pada persimpangan jalan, pasar, area pertokoan,
taman dan sebagainya. Permasalahan yang ada adalah, secara massal pemerintah tidak
menyediakan Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang dibedakan berdasarkan jenis
sampah. Praktek massal yang ada adalah penghasil sampah meletakkan segala jenis
sampahnya dalam satu TPS yang tersedia di satu lokasi. Permasalahan lain adalah, TPS tidak
mampu menampung sampah akhirnya sampah tercecer, hal ini disebabkan karena kuantitas
sampah yang melebihi TPS atau jadwal pengosongan TPS yang tidak tepat.
Hal yang menyedihkan di tengah banyaknya proyek sosialisasi pengelolaan sampah
kepada masyarakat, pemerintah belum melakukan perbaikan dalam sistem TPSnya.
Masyarakat dikenalkan dengan cara pemilahan sampah, tetapi umumnya TPS yang
disediakan pemerintah masih tercampur sempurna. Seharusnya usaha sosialisasi yang
dilakukan diikuti dengan penyiapan infrastruktur pendukungnya, sehingga hasil sosialisasi
bisa langsung ditindaklanjuti dengan praktek. Pemilahan di sumber dan TPS yang dipisahkan
akan memudahkan pengelolaan sampah selanjutnya.
2.2

Transportasi Sampah
Masalah yang sering ditemui adalah keterlambatan pengosongan TPS atau

ketidakteraturan jadwal pemindahan sampah dari TPS ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA)
sampah. Hal ini disebabkan karena tidak optimalnya pengaturan rute pengangkutan sampah
atau jumlah truk sampah yang terbatas. Jumlah truk sampah yang terbatas ini disebabkan
karena kesalahan perencanaan atau pemeliharaan truk sampah yang tidak sesuai standar
sehingga rusak sebelum masa operasinya berakhir. Langkah selanjutnya adalah perbaikan
sistem transportasi sampah. Hal yang terpenting di sini adalah perencanaan rute dan jadwal
pengangkutan sampah sesuai dengan jenisnya. Perlu diperhatikan komposisi timbulan
sampah antara organik dan anorganik, karena sampah organik umumnya lebih tinggi

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 9
melalui Tekhnologi Tepat Guna

komposisinya dan mudah membusuk, maka dibutuhkan frekuensi pengangkutan yang lebih
tinggi dibandingkan sampah anorganik.
2.3

Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah
Pencemaran terhadap lingkungan terbesar terjadi di TPA . Bisa dikatakan umumnya

TPA di Indonesia menggunakan lahan urug yang dioperasikan secara serampangan, yaitu
sampah diletakkan begitu saja di atas tanah (open dumping). Sebagaimana diilustrikan,
sampah akan terbawa infiltrasi air hujan, meresap ke dalam tanah, mencemari air tanah sesuai
dengan arah pergerakannya. Jika arah pergerakan air tanah menuju permukiman penduduk,
maka sumber-sumber air minum penduduk akan tercemar.
Dalam konteks perbaikan pengelolaan ini, maka terminologi yang digunakan adalah
Tempat Pengolahan Akhir sampah (TPA), karena sampah yang sampai ke TPA benar-benar
akan diolah. Di TPA , berlaku konsep recycle (daur ulang), tidak hanya sekedar menimbun
semua sampah yang masuk ke TPA, tetapi juga melakukan kegiatan komposting untuk
sampah organik dan pengepakan untuk sampah anorganik yang bisa didaur ulang. Sampah
masuk ke TPA berdasarkan jenisnya, misalnya sampah organik diarahkan menuju fasilitas
pengomposan. Pemerintah kota melalui instansi teknisnya melakukan pengolahan sampah
organik menjadi kompos yang dapat dipasarkan ke instansi lain seperti perkebunan,
pertanian, maupun rumah tangga/komersil. Selanjutnya sampah anorganik yang bisa didaur
ulang misalnya plastik, kertas, botol plastik, dan sebagainya diarahkan ke fasilitas
pengepakan. Instansi teknis sampah dapat mengarahkan para pemulung ke fasilitas daur
ulang ini, atau bekerja sama dalam proses pengepakan. Sehingga mereka tidak mengacakacak seluruh lokasi TPA, yang bisa mengakibatkan terjangkitnya berbagai macam penyakit
menular. Sisa sampah anorganik yang tidak bisa didaur ulang, misalnya kaca, keramik,
porcelain dan sebagainya, selanjutnya dapat ditimbun di TPA. Sedangkan sampah yang
dikategorikan B3, pemerintah harus bisa mencari dan menjalin kerjasama dengan pihak
ketiga yang dapat memanfaatkan atau mengolah sampah tersebut.
Berbagai teknologi yang dapat diterapkan dalam berbagai pendekatan pengelolaan
sampah di atas menunjukkan bahwa masalah persampahan tetaplah mengandung dimensi
Iptek. Namun juga disadari penanganan masalah sampah tidak akan sanggup diselesaikan
oleh pendekatan teknologi saja, sebab pengelolaan sampah hakekatnya adalah aktivitas kesistem-an, bukan aktivitas individual. Teknologi hanyalah pendukung satu sub sistem saja
yakni aspek teknis operasional. Kesuksesan sistem tersebut akan sangat bergantung dari

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 10
melalui Tekhnologi Tepat Guna

subsistem-subsistem lainnya seperti, hukum, kelembagaan, pembiayaan dan aspek peran serta
masyarakat.

2.4

Pengelolaaan Sampah Terpadu
Pada akhirnya aspek peran serta masyarakat merupakan hal yang sangat penting

dalam pengelolaan persampahan. Dalam strategi jangka panjang peran aktif masyarakat
menjadi tumpuan bagi suksesnya pengelolaan sampah kota, dan dalam program jangka
panjang setiap rumah tangga disarankan mengelola sendiri sampahnya melalui program 3 R
(reduce, reuse, danrecycle).
1.

Reduce / Mengurangi
Penghasilan sampah bisa dikurangi dengan mengurangi pemakaian material

yang dapat menghasilkan sampah yang berlebihan.Jadi produksi sampah bisa
berkurang.
2.

Reuse / Digunakan kembali
Dengan menggunakan atau memanfaatkan kembali barang-barang yang dapat

diolah kembali, penggunaan bahan-bahan yang ramah linkungan, tidak menggunakan
kantong-kantong plasik.Karena kantong plastik sangat sulit diuraikan kembali.
3.

Recycle / Daur ulang
Satu lagi yang tidak kalah penting yaitu pemanfaatan kembali sampah-sampah

itu menjadi barang-barang bermanfaat. Contohnya: pembuatan pupuk kompos,
pembuatan tas dari sampah plastik dan lain-lain.
Dari sedikit gambaran sampah tersebut, kita dapat menelaah dan membuat suatu
rangkaian proses bagaimana sampah yang dihasilkan dapat di kelola menjadi sampah yang
lebih ramah lingkungan dan bahkan dimanfaatkan lagi untuk kegunaan yang lain. Berikut
merupakan poin-poin penting dalam pengelolaan sampah dan rangkaian pembuangan sampah
yang ideal.
1.

Pemilahan

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 11
melalui Tekhnologi Tepat Guna

Pemilahan dari sumber dihasilkannya sampah yang terdiri dari sampah organic
dan anorgaini serta pemanfaatan kembali sampah yang memiliki resources bernilai
tinggi
2.

Pewadahan
Pewadahan individual disediakan di tingkat rumah dengan menyediakan 2 unit

penampungan sampah terdiri dari sampah organic dan anorganik. Pewadahan
komunal (container atau TPS) khusus untuk menampung berbagai jenis sampah baik
organik maupun anorganik seperti untuk sampah plastik, gelas, kertas, pakaian/tekstil,
logam, sampah besar (bulky waste), sampah B3 (batu baterai, lampu neon, dll) dan
lain-lain.
3.

Pengumpulan
Waktu pengumpulan door to door

setiap 1 sampai 2 hari dan waktu

pengumpulan sampah dari TPS 1 x seminggu.
4.

Pengangkutan
Pengumpulan sampah dengan compactor truck berbeda untuk setiap jenis

sampah.
5.

Daur Ulang
Pemanfaatan kembali kertas bekas yang dapat digunakan terutama untuk

keperluan eksterna. Plastik bekas diolah kembali untuk dijadikan sebagai bijih plastik
untuk dijadikan berbagai peralatan rumah tangga seperti ember dll. Peralatan
elektronik bekas dipisahkan setiap komponen pembangunnya (logam, plastik/kabel,
baterai dll) dan dilakukan pemilahan untuk setiap komponen yang dapat digunakan
kembali
6.

Composting
Composting dilakukan secara manual atau semi mekanis baik untuk skala

individual, komunal maupun skala besar (di lokasi landfill). Pembuatan lubang
biopori yang berfungsi upaya composting juga dan sebagai lubang resapan air.
2.5

Pengomposan Sampah Rumah Tangga dan Komunal
Komposter rumah tangga adalah prasarana yang digunakan untuk mengolah sampah

dapur menjadi kompos. Sampah organik dapur adalah sampah organik yang dihasilkan dari
dapur antara lain sisa makanan dan sisa sayuran. Prinsip kerja pembusukan sampah organik
dengan bantuan mikroorganisme dari sampah itu sendiri.

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 12
melalui Tekhnologi Tepat Guna

Tipe komposter : komposter tanam dan komposter yang tidak ditanam (Tipe Ayun)

a. Komposter Tanam
Cara Pemasangan Komposter Tipe Tanam :

Penyiapan lahan dan 2 buah komposter

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 13
melalui Tekhnologi Tepat Guna

Tanah digali dengan diameter bawah 90 cm dan diameter atas 140 cm

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 14
melalui Tekhnologi Tepat Guna

Komposter diletakkan di tengah galian, Di dasar galian, di pinggir dan di dalam komposter
diisi dengan kerikil ukuran 1-2 cm setinggi 10 cm

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 15
melalui Tekhnologi Tepat Guna

Selimuti pipa gas dengan kerikil setebal 5 cm baru ditimbun dengan tanah asal. Timbun
komposter dengan tanah setebal 5 cm di bawah lubang pemasukan sampah
Keterangan:

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 16
melalui Tekhnologi Tepat Guna

1. Siapkan lahan untuk penanaman komposter pada lokasi yang memungkinkan yaitu
lokasi yang tersedia untuk pemasangan 2 buah komposter yang akan dioperasikan
secara bergantian, terhindar dari curahan hujan yang secara langsung dapat masuk ke
dalam komposter dan jarak komposter ke sumber air tanah dangkal minimal 10 m
untuk menghindari pencemaran.
2. Gali tanah, dengan ukuran dan kedalaman galian sesuai dengan model dalamPetunjuk
Teknis Spesifikasi Komposter Rumah Tangga Individual dan Komunal. Dasar
komposter berada minimal 30 cm di atas muka air tanah. Muka air tanah dapat
ditentukan berdasarkan muka air sumur di daerah sekitarnya pada musim kemarau.
3. Letakkan komposter di tengah galian tanah. Di dasar galian di pinggir dan di dalam
komposter diisi dengan kerikil ukuran 1-2 cm setebal 10 cm.
4. Selimuti pipa gas dengan kerikil setebal 5 cm baru ditimbun dengan tanah asal.
5. Timbun komposter dengan tanah setebal 5 cm di bawah lubang pemasukan sampah.
6. Ketentuan pemasangan komposter ini sama, baik untuk komposter rumah tangga
individual maupun komunal.

Cara Pengoperasian :
1.

Penyiapan Sampah Dapur
Siapkan sampah organik/ sampah basah yang sudah dipilah dalam wadah sampah

organik atau pada kantong plastik yang telah dilubangi kedua ujungnya di dalam ember,
tiriskan air yang terkandung pada sampah.
2.

Pemasukan Sampah


Masukkan sampah yang sudah ditiriskan ke dalam komposter pertama (tanpa kantong
plastik) dan ratakan.



Lakukan pemasukan sampah secara rutin setiap hari sampai komposter penuh



Hentikan pemasukan sampah dapur pada komposter pertama yang telah penuh, ganti
pemasukan sampah ke komposter kedua.

3.

Pematangan Kompos

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 17
melalui Tekhnologi Tepat Guna

Setelah komposter pertama terisi penuh oleh sampah, biarkan sampah selama 2-3
minggu agar terjadi proses pengomposan. Bila sampah telah berubah menjadi kompos yang
ditandai dengan perubahan warna menjadi hitam seperti tanah, keluarkan kompos tersebut
dengan menggunakan garu, sisakan kompos setebal 2 cm yang akan berfungsi sebagai starter
untuk mempercepat pengomposan selanjutnya. Kompos dianginkan selama 1 minggu untuk
pendinginan di lokasi yang terhindar dari curah hujan. Kompos tersebut dapat digunakan
sebagai penggembur tanah.Selanjutnya komposter pertama dapat menampung kembali
sampah dapur. Ketentuan pengoperasian komposter ini sama, baik untuk komposter
individual maupun komunal.

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 18
melalui Tekhnologi Tepat Guna

Gambar Komposter Individual dan Cara Pemasangan

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 19
melalui Tekhnologi Tepat Guna

Gambar Model-model Komposter Tanam Individual
b. Komposter Ayun
Komposter ayun ini merupakan komposter yang tidak ditanam mengolah sampah
organik rumah tangga yang berupa sisa-sisa makanan melalui pengomposan dengan
memanfaatkan tong bekas dengan pengoperasian secara diayun. Kapasitas: 30 liter untuk 23 bulan dan 60 liter untuk 4-6 bulan. Satu rumah tangga membutuhkan 2 komposter putar,
digunakan secara bergantian.Wadah penampungan air sampah diletakkan dibawah komposter
ayun.
Cara Pengoperasian :


Masukkan kompos atau serbuk gergaji sebagai starter



Masukkan sampah dapur ke dalam komposter putar dan ditutup



Putar kompster diputar 5-10 kali untuk pencampuran dengan mikroorganisme



Lakukan tiap hari sampai komposter penuh



Air sampah yang tertampung dapat digunakan sebagai pupuk tanaman



Diamkan kompos putar yang sudah penuh selama 1 bulan



Keluarkan kompos dan diangin-anginkan



Kompos dapat digunakan

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 20
melalui Tekhnologi Tepat Guna

Gambar Komposter Ayun
c. Komposter Gentong
Gentong dari tanah liat ini dapat dijadikan komposter karena sirkulasi udara yang
cukup dan juga kelembabannya. Pembalikan dan pengadukan juga tetap perlu dilakukan.

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 21
melalui Tekhnologi Tepat Guna

Gambar Komposter dari Gentong
d. Komposter Aerob /Komposter Vent
Menggunakan tong plastik berukuran 120 Liter yang dilengkapi pipa vertikal dan
horisontal agar proses berlangsung secara aerob (dengan udara). Salah satu pengguna
komposter jenis ini adalah masyarakat di Jambangan, Surabaya.

Gambar Komposter Vent
e. Takakura
Metoda ini menggunakan keranjang berlubang dan kemudian dilapisi dengan
gelangsing. Caranya: sampah organic dicampurkan dengan mikroorganisme padat dari
campuran bekatul, sekam padi, pupuk kompos, dan air. Kemudian dimasukkan kedalam
keranjang dan ditutup dengan keset dari sabut kelapa. Cara ini diterapkan oleh Pusdakota –
Universitas Surabaya. Penemu metoda Pengelolaan sampah skala RT sistem aerob,
membutuhkan aliran udara untuk memaksimalkan fungsi bakteri, metoda ini ditemukan oleh
Prof Koji Takakura dari JPEC Jepang.
Alat dan Bahan:

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 22
melalui Tekhnologi Tepat Guna

Fungsi alat dan bahan:
1. Agar proses aerob berlangsung dengan baik, pilihlah keranjang yang berlubang, dan
lapisi dengan kardus. Fungsi kardus adalah:


membatasi gangguan serangga,



mengatur kelembaban, dan



berpori-pori, sehingga dapat menyerap serta membuang udara & air.

2. Letakkan bantal sekam di bawah dan di atas keranjang. Fungsi bantal sekam adalah:


sebagai tempat mikrobakteri yang akan mempercepat pembusukan sampah organik,



karena berrongga besar, maka bantal sekam dapat segera menyerap air dan bau
sampah,dan



sifat sekam yang kering akan memudahkan pengontrolan kelembaban sampah yang
akan menjadi kompos.

3. Media kompos jadi yang berasal dari sampah rumah tangga diisikan
1 / 2 sampai 2/3 bagian keranjang. Kompos yang ada dalam keranjang berfungsi
sebagai aktivator/ragi bagi sampah baru.
4. Pilih kain penutup yang serat atau berpori besar. Tutupkan kain di atas bantal sekam,
agar lalat tidak dapat bertelur dalam keranjang, serta mencegah metamorfosis
(perubahan) dari belatung menjadi lalat, karena lalat tidak dapat keluar dan mati di
dalam keranjang.

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 23
melalui Tekhnologi Tepat Guna

5. Tutup keranjang bagian atas sebagai pemberat agar tidak diganggu oleh predator
(kucing/anjing). Pilih tutup yang berlubang agar udara dapat keluar masuk.
Catatan lain dalam membuat Kompos:


Hindarkan dari hujan (taruh di tempat teduh)



Sampah yang dimasukkan berumur maksimal 1 hari



Sampah yang dalam ukuran besar harap dicacah dahulu

Cara perawatan


Cuci kain penutup satu minggu sekali



Bila kompos kering, cipratkan air bersih, sambil diaduk



Bila sudah lapuk, kardus harus diganti agar tidak robek dan menyebabkan
lalat/serangga masuk

Cara pemanenan kompos :


Bila keranjang penuh, diamkan selama 2-4 minggu agar kompos benar benar matang.
Sementara itu, gunakan keranjang lain untuk memulai proses pembuatan kompos
yang baru.



Setelah matang, kompos dikeluarkan dari keranjang, diangin-anginkan dan kemudian
diayak. Bagian yang halus dapat dijual/ diberikan ke tanaman, sedangkan bagian yang
kasar dapat digunakan sebagai ’starter’ awal proses komposting berikutnya.

Ember bekas cat seperti ini dapat dijadikan komposter sederhana dengan memberi lubang
yang cukup untuk aerasi. Mirip dengan Takakura, digunakan bantal sekam dan kardus untuk
mengontrol kelembaban dan mengurangi bau. Komposter model ini digunakan di
Penjaringan, Jakarta Utara

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 24
melalui Tekhnologi Tepat Guna

Gambar Ember berlubang sebagai Takakura
f. Komposter Komunal
Komposter dan Takakura dapat dibuat komunal dari bahan plastic, kayu, pasangan
bata sebagaimana dilihat pada gambar berikut. Metoda ini menggunakan konstruksi
sederhana pasangan bata yang dikombinasikan dengan bilik kayu sebagai pintu untuk ruang
pengomposan. Cara ini digunakan di Kebun Karinda Lebak Bulus, Jakarta

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 25
melalui Tekhnologi Tepat Guna

Gambar Komposter Tanam komunal (10 KK)

Gambar Takakura susun dan komposter kotak
Sumber: Landfill Guidelines Towards Sustainable Waste Management in New Zealand,
Center of Advance Engineering, April 2000

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan

Permasalahan sampah harus diselesaikan di Kab. Pemalang. Peran serta masyarakat
merupakan hal yang sangat penting dalam pengelolaan persampahan. Dalam strategi jangka
panjang peran aktif masyarakat menjadi tumpuan bagi suksesnya pengelolaan sampah, dan
disarankan mengelola sendiri sampahnya melalui program 3 R (reduce, reuse, danrecycle) :
1.
2.
3.

Reduce / Mengurangi
Reuse / Digunakan kembali
Recycle / Daur ulang
Berikut merupakan poin-poin penting dalam pengelolaan sampah dan rangkaian

pembuangan sampah yang ideal :
a. Komposter Tanam
b. Komposter Ayun

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 26
melalui Tekhnologi Tepat Guna

c.
d.
e.
f.

Komposter Gentong
Komposter Aerob /Komposter Vent
Takakura
Kompster Komunal

3.2 Saran
Pengelolaan sampah skala dapat dilakukan dan diterapkan oleh masyarakat
Kab.Pemalang. Pelaksanaan Kuketa oleh Praja IPDN tahun 2017 di Kab. Pemalang dapat
menjadi peluang dan kesempatan untuk membantu dalam menyelesaikan permasalahan
sampah di Kab. Pemalang. Tentunya harus dengan kerjasama berbagai pihak. Harapan kami
melalui makalah ini, dapat menjadi pedoman dan acuan dalam melaksanakan pogram inovasi
pengelolaan sampah rumah tangga melalui tekhnologi tepat guna (TTG) di lapangan
nantinya.

DAFTAR PUSTAKA
 Agung Suprihatin, S. Pd; Ir. Dwi Prihanto; Dr. Michel Gelbert. 1996. Pengelolaan
Sampah. Malang : PPPGT / VEDC Malang.
 Anonim 2012.A. https://www.google.co.id. Diakses tanggal 25 November 2012
 Anonim 2012.B. http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah. Diakses tanggal
25 November 2012
 Anonim 2012.C. http://carapedia.com/pengertian_definisi_sampah. Diakses tanggal
25 November 2012.
 Anonim 2012.D. http://insanutamasdit.wordpress.com. Diakses tanggal 25 November
2012
 Apriadji, Wied Harry.1994. Memproses sampah. Jakarta: Penebar Swadaya.
 Ary Nilandari. 2006. Aku Bisa Mengelola Sapah. Jakarta : Dian Rakyat.

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 27
melalui Tekhnologi Tepat Guna

 Landfill Guidelines Towards Sustainable Waste Management in New Zealand, Center
of Advance Engineering, April 2000
 Lya m Taufik Kamil, Pengelolaan Sampah Terpadu 3R dan Berbasis Masyarakat
(Reduce, Reuse, Recycle), PU
 Dea Maulana Yusuf , Pengelolaan Sampah Skala Rumah Tangga sebagai Upaya
Penanggulangan Permasalahan Sampah, PT. Jaya Fafio.
 Suhadi. 1995. Wiraswasta Sampah. Surabaya: Bina Ilmu.
 Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

Program Inovasi Kukerta 2017| Pengelolaan Sampah RT 28
melalui Tekhnologi Tepat Guna