Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja Terhadap Likuiditas Koperasi Cipta Usaha

PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA TERHADAP
LIKUIDITAS KOPERASI CIPTA USAHA

VITA PUTRI DIKA

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pengelolaan
Modal Kerja terhadap Likuiditas Koperasi Cipta Usaha adalah benar karya tulis
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Vita Putri Dika
NIM H24124109

ABSTRAK
VITA PUTRI DIKA. Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja terhadap Likuiditas
Koperasi Cipta Usaha. Dibimbing oleh ABDUL BASITH dan FARIDA RATNA
DEWI.
Koperasi berfungsi sebagai lembaga pendidikan ekonomi dan organisasi
bagi masyarakat. Hal tersebut tentunya menuntut koperasi agar mampu
menjalankan usaha secara optimal termasuk mengelola modal kerja dengan baik
yang nantinya akan berdampak pada likuiditas. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui pengelolaan modal kerja, menganalisis likuiditas dan menganalisis
pengaruh pengelolaan modal kerja terhadap likuiditas Koperasi Cipta Usaha.
Penelitian ini menggunakan laporan keuangan tahun 2011 - 2013 Koperasi Cipta
Usaha dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis regresi linear
berganda sebagai metode penelitian. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah modal kerja yang terdiri dari average collection period (ACP), average

age of inventory (AAI), dan average payment period (APP). Sedangkan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah likuiditas yang diproksikan oleh quick ratio
(QR). Hasil analisis secara simultan menunjukkan bahwa modal kerja memiliki
pengaruh yang tidak signifikan terhadap likuiditas. Hasil analisis secara parsial
menunjukkan bahwa modal kerja yang terdiri dari ACP memiliki pengaruh yang
tidak signifikan terhadap likuiditas, sedangkan AAI dan APP memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap likuiditas.
Kata kunci: koperasi, likuiditas, modal kerja

ABSTRACT
VITA PUTRI DIKA. The Influence of Working Capital Management to Liquidity
of Cipta Usaha Cooperative. Supervised by ABDUL BASITH and FARIDA
RATNA DEWI.
Cooperative serves as an educational institution of economic and
organization to community. It certainly requires cooperative has to run the
business optimally include manage the working capital properly consider to
liquidity. The objective of this research are determining of working capital
management, analyzing liquidity and analyzing the influence of working capital
management to liquidity of Cipta Usaha Cooperative. This research using 2011 2013 financial report with financial ratio analysis and multiple linear regression
analysis as the research method. The independent variable in this research is

working capital management that are consist of average collection period (ACP),
average age of inventory (AAI) and average payment period (APP). The
dependent variable is liquidity that is proxy by quick ratio (QR). The result
simultaneously is working capital has no significant influence to liquidity. The
result partially is working capital that ACP has no significant influence to
liquidity, whereas AAI and APP have significant influence to liquidity.
Keywords: cooperative, liquidity, working capital

PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA TERHADAP
LIKUIDITAS KOPERASI CIPTA USAHA

VITA PUTRI DIKA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen


PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga karya ilmiah
berjudul Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja terhadap Likuiditas Koperasi Cipta
Usaha.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Basith, MS dan
Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing, serta Bapak Dedi
Cahyadi S, STP, MM yang sudah begitu baik meluangkan waktu dan
membimbing penulis selama melakukan penelitian dan mengerjakan karya tulis
ini. Terima kasih juga untuk orang tua, seluruh anggota keluarga lainnya, sahabat
dan teman-teman khususnya teman-teman sekolah, teman-teman D3, serta temanteman ekstensi yang selalu senantiasa mendoakan, memberi motivasi dan
memberikan dukungan untuk penulis sehingga selalu bersemangat untuk
menyelesaikan karya tulis ini dengan baik. Tak ketinggalan penulis ucapkan

terima kasih juga kepada manajer Koperasi Cipta Usaha dan seluruh pihak yang
telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian, yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu.
Semoga karya tulis ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015
Vita Putri Dika

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Koperasi Indonesia

Permodalan Koperasi
Manajemen Modal Kerja
Kinerja Keuangan
Likuiditas
Penelitian Terdahulu
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Koperasi Cipta Usaha
Pengelolaan Modal Kerja Koperasi Cipta Usaha
Likuiditas Koperasi Cipta Usaha
Analisis Rasio Keuangan
Uji Asumsi Klasik
Analisis Regresi Linear Berganda
Uji Koefisien Regresi Secara Individual (Uji t)
Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)
Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Pembahasan Hasil Penelitian
Implikasi Manajerial
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
3
3
3
4
4
4
4
5

5
6
6
7
7
8
8
9
13
13
13
16
17
18
19
20
20
21
21
22

23
24
27
34

DAFTAR TABEL
Perkembangan Koperasi Kota Bogor Tahun 2011 - 2013
Perkembangan Koperasi Cipta Usaha Tahun 2011 - 2013
Perkembangan Modal Kerja dan Likuiditas KCU Tahun 2011 - 2013
Perkembangan Aktiva Lancar Koperasi Cipta Usaha Tahun 2011 - 2013
Proporsi Komponen Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva Lancar KCU
Tahun 2011 - 2013
6 Perkembangan Rasio Cepat Koperasi Cipta Usaha Tahun 2011 - 2013

1
2
3
4
5


1
2
2
14
15
16

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran Penelitian

8

DAFTAR LAMPIRAN
1 Daftar Hasil Perhitungan Rasio Keuangan pada Koperasi Cipta Usaha

Tahun 2011-2013

27

2 Analisis Average Collection Period, Average Age of Inventory, Average

3
4
5
6
7

Payment Period dan Quick Ratio
Uji Normalitas
Uji Multikolinearitas
Uji Heteroskedastisitas
Uji Autokorelasi
Analisis Regresi Linear Berganda, Uji F, Uji t dan Analisis Koefisien
Determinasi (R2)

28
29
30
31
32
33

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Organisasi koperasi sebagai wujud dari Pasal 33 Ayat 1 UUD 1945
mempunyai peran yang sangat strategis dalam pemerataan pembangunan yang
sampai saat ini masih terus dilakukan oleh pemerintah. Koperasi baik sebagai
gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berdasarkan UU No.25
tahun 1992 berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam tata
perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian
Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi anggota serta
masyarakat. Koperasi dapat pula berfungsi sebagai lembaga pendidikan ekonomi
dan organisasi bagi masyarakat (Soesilo 2008).
Sebagai lembaga keuangan mikro, koperasi telah menunjukkan kinerja yang
sangat maju dan berada di garis terdepan dalam memotori kegiatan ekonomi
rakyat. Perkembangan koperasi di Kota Bogor dinilai belum sebagaimana
diharapkan selama tahun 2011 - 2013 jika diukur dari jumlah koperasi, jumlah
anggota, simpanan koperasi, volume usaha dan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang
masih mengalami penurunan dari tahun 2012 sampai tahun 2013. Lebih jelasnya
perkembangan koperasi Kota Bogor tahun 2011 - 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan Koperasi Kota Bogor Tahun 2011 - 2013
Jumlah
Jumlah
Simpanan
Volume
No.
Tahun
Koperasi
Anggota
Koperasi
Usaha
(Unit)
(Orang)
(Juta Rp)
(Juta Rp)
1
2
3

2011
2012
2013

766
774
738

60.673
61.446
54.919

79.993,43
98.343,79
98.339,22

266.275,68
271.352,47
153.239,47

Jumlah
SHU
(Juta Rp)
13.559,64
16.065,53
15.778,02

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor
Kelembagaan koperasi Kota Bogor periode 2011 - 2012 mengalami laju
perkembangan sebanyak 1,04% diikuti jumlah anggota 1,27%, simpanan koperasi
22,93%, volume usaha 1,90% dan jumlah SHU 18,48%. Namun terjadi penurunan
pada periode 2012 - 2013 sebanyak 4,65% jumlah koperasi yang diikuti
penurunan jumlah anggota 10,62%, simpanan koperasi 0,0046%, volume usaha
43,52% dan jumlah SHU 1,78%. Hal ini dikarenakan adanya koperasi yang dinilai
kurang aktif dan kurang pembinaan sehingga tidak mampu mengembangkan
usahanya dimana faktor yang menyebabkan koperasi bangkrut adalah modal kerja
yang kurang.
Menurut Jumingan (2009) bahwa modal kerja sebaiknya tersedia dalam
jumlah yang cukup agar memungkinkan bagi koperasi untuk beroperasi secara
ekonomis atau efisien dan koperasi tidak mengalami kesulitan keuangan juga akan
memberikan beberapa keuntungan yaitu: Pertama, melindungi koperasi terhadap
krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar. Kedua, modal kerja
yang cukup memungkinkan koperasi untuk membayar semua kewajibankewajiban tepat pada waktunya. Ketiga, modal kerja yang cukup memungkinkan
koperasi untuk memelihara credit standing koperasi yaitu penilaian pihak ketiga,

2
misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan koperasi untuk menghadapi
situasi darurat seperti dalam hal terjadi banjir dan kebakaran. Keempat,
memungkinkan koperasi memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna
melayani permintaan anggotanya.
Salah satu koperasi yang ada di Kota Bogor adalah Koperasi Cipta Usaha
(KCU) yang berada di lingkungan PT PLN (Persero) Area Bogor. Dilihat dari
bentuknya, KCU merupakan salah satu koperasi primer yang diperuntukkan
khusus kepada pegawai dan pensiunan yang bekerja di lingkungan PT PLN, hal
ini mengindikasikan bahwa KCU merupakan Koperasi Pegawai. Selama ini
aktivitas usahanya meliputi usaha perdagangan umum dan jasa serta juga
melayani simpan pinjam bagi anggota dan dalam menjalankan usahanya memiliki
visi menjadikan KCU sebagai koperasi yang mandiri, maju dan modern, serta
bergerak mengikuti iklim bisnis baik lokal, regional maupun global yang mampu
mensejahterakan anggota. Kemajuan KCU tidak terlepas dari manajemen koperasi
dalam mengelola organisasi, usaha dan keuangannya. Lebih jelasnya
perkembangan KCU tahun 2011 - 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Perkembangan Koperasi Cipta Usaha Tahun 2011 - 2013
No.

Tahun

1
2
3

2011
2012
2013

Jumlah
Rincian
Pendapatan
Biaya
Permodalan
Anggota
SHU
(Rupiah)
(Rupiah)
(Rupiah)
(Orang)
(Rupiah)
529 3.923.427.779 3.494.660.939 428.766.840 7.973.443.892
502 4.127.457.861 3.659.767.215 467.690.646 9.136.137.119
483 2.701.967.913 2.082.198.654 619.769.259 8.214.673.732

Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Cipta Usaha 2011 - 2013
Jumlah anggota KCU yang menurun terus pada periode 2011 - 2012 sebesar
5,10% dan periode 2012 - 2013 sebesar 3,78% disebabkan oleh ada anggota yang
meninggal dunia serta mengundurkan diri atau keluar dari anggota karena
mutasi/pindah kota ataupun alasan lainnya. Hal ini tidak begitu mempengaruhi
pendapatan KCU yang mengalami peningkatan sebesar 5,20% pada periode 2011
- 2012 diikuti biaya 4,72%, SHU 9,07%, dan permodalan 14,58%. Namun terjadi
penurunan pada periode 2012 - 2013 dari pendapatan KCU sebesar 34,53%
berasal dari perdagangan umum, diikuti biaya 43,10% dari turunnya biaya
pinjaman, tetapi SHU tetap mengalami kenaikan 32,51% yang disebabkan dari
penjualan aktiva tetap pada tahun 2013. Modal yang dimiliki KCU periode 2012 2013 mengalami penurunan sebesar 10,08% dari turunnya saldo simpanan di bank
dan persediaan.
Adapun perkembangan modal kerja dan likuiditas KCU tahun 2011 – 2013
adalah sebagaimana tertera pada Tabel 3.
Tabel 3 Perkembangan Modal Kerja dan Likuiditas KCU Tahun 2011 - 2013
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Aktiva lancar (Rp)
Hutang lancar (Rp)
Persediaan
(Rp)

3.257.935.029
871.963.985
47.734.214

3.418.276.637
762.807.455
24.180.139

3.844.586.444
819.607.379
187.193.759

Modal kerja

(Rp)

2.385.972.044

2.655.469.182

3.024.979.065

Rasio Cepat

(%)

368,16

444,95

446,24

Sumber: Data yang diolah (2014)

3
Berdasarkan data pada Tabel 3 tersebut terlihat bahwa perkembangan modal
kerja KCU dari tahun ke tahun nilainya positif karena terus mengalami
peningkatan, sedangkan rasio cepat (salah satu ukuran rasio likuiditas) dari tahun
ke tahun tingkat likuiditasnya selalu berada diatas 100% menunjukkan bahwa
kondisi likuiditas KCU tergolong baik atau likuid (mampu membayar hutang
lancarnya). Namun karena tingkat likuiditasnya yang mencapai sekitar 400%
mengindikasikan adanya overlikuid sebagai dampak dari pengelolaan modal kerja
KCU. Jika koperasi menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan
koperasi overlikuid sehingga menimbulkan dana menganggur yang akan
mengakibatkan inefisiensi koperasi, dan membuang kesempatan memperoleh laba.
Mengingat pentingnya pengelolaan modal kerja dan pengaruhnya terhadap
likuiditas koperasi serta untuk menilai seberapa besar pengaruhnya bagi koperasi,
maka hal tersebut yang mendasari penulis untuk mengkaji modal kerja dengan
judul penelitian “Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja terhadap Likuiditas Koperasi
Cipta Usaha”.
Perumusan Masalah
Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam koperasi,
karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva
lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Koperasi yang tidak dapat
memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka koperasi
kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi kewajiban jatuh
tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup
besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga
menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan.
Maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengelolaan modal kerja pada Koperasi Cipta Usaha?
2. Bagaimana tingkat likuiditas pada Koperasi Cipta Usaha?
3. Bagaimana pengaruh pengelolaan modal kerja terhadap likuiditas pada
Koperasi Cipta Usaha?

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Mengetahui pengelolaan modal kerja pada Koperasi Cipta Usaha.
2. Menganalisis tingkat likuiditas pada Koperasi Cipta Usaha.
3. Menganalisis pengaruh pengelolaan modal kerja terhadap likuiditas pada
Koperasi Cipta Usaha.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Koperasi Cipta Usaha, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran mengenai pengelolaan modal kerja dan kinerja usaha sehingga dapat

4
dijadikan bahan pertimbangan dan masukan dalam mengevaluasi pengelolaan
modal kerja dan kinerja usaha yang telah dilakukan Koperasi Cipta Usaha
selama ini.
2. Bagi Pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat, masukan, pertimbangan dan perbandingan untuk penelitian
selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Sehubungan dengan terbatasnya waktu, biaya dan kemampuan dalam
melakukan penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada :
1. Penelitian hanya terbatas dalam menganalisis perkembangan, pengelolaan
modal kerja dan likuiditas Koperasi Cipta Usaha.
2. Dalam menganalisis pengelolaan modal kerja dan kinerja keuangan terbatas
pada laporan keuangan Koperasi Cipta Usaha periode 2011 - 2013.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Koperasi Indonesia
Kata koperasi berasal dari bahasa latin yaitu cooperere sementara dalam
bahasa Inggris adalah cooperative yang berarti ”bekerjasama” dan operation
berarti “bekerja” atau to operate “berusaha”. Dari kata asing itulah yang
kemudian berkembang dalam bahasa Indonesia menjadi koperasi. Sejalan dengan
perkembangan jaman, definisi koperasi pun berkembang. Definisi awal umumnya
menekankan bahwa koperasi itu merupakan wadah bagi golongan ekonomi lemah.
Menurut Hendrojogi (2002) bahwa koperasi adalah suatu perserikatan dengan
tujuan berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah dan diusahakan
selalu dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga
masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan
mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi.

Permodalan Koperasi
Meskipun koperasi Indonesia bukan merupakan bentuk kumpulan modal,
namun sebagai suatu badan usaha koperasi memerlukan modal di dalam
menjalankan usahnya. Tetapi pengaruh modal dan penggunaannya dalam koperasi
tidak boleh mengaburkan dan mengurangi makna koperasi yang lebih
menekankan kepentingan kemanusiaan daripada kepentingan kebendaan.
Modal usaha terdiri dari modal investasi dan modal kerja (Sitio dan Tamba,
2001) :
1. Modal investasi adalah sejumlah uang yang ditanam atau dipergunakan untuk
pengadaan sarana operasional suatu perusahaan yang bersifat tidak mudah
diuangkan seperti tanah, mesin, bangunan, peralatan kantor dan lain-lain.

5
2. Modal kerja adalah sejumlah uang yang tertanam dalam aktiva lancar
perusahaan atau yang dipergunakan untuk membiayai operasional jangka
pendek perusahaan seperti pengadaan bahan baku, tenaga kerja, pajak, biaya
listrik dan lain-lain.
Menurut Undang-undang No.25 Tahun 1992, modal koperasi terdiri dari :
a) Modal sendiri, yaitu modal yang menanggung resiko atau disebut modal ekuiti.
Modal ini diperoleh dari beberapa simpanan, yaitu:
1. Simpanan pokok, yaitu sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib
dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota.
Simpanan pokok tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih
menjadi anggota.
2. Simpanan wajib, yaitu sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama
yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan
kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.
3. Dana cadangan, yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan SHU,
yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup
kerugian koperasi bila diperlukan.
4. Hibah, yaitu sejumlah uang atau barang dengan nilai tertentu yang
disumbangkan oleh pihak ketiga tanpa ada suatu kewajiban untuk
mengembalikannya.
b) Modal pinjaman, yaitu modal yang berasal dari para anggota sendiri atau dari
koperasi lain/anggotanya, dari lembaga-lembaga keuangan/bank atau melalui
penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya sesuai perundangan yang berlaku.
Selain berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman, koperasi dapat pula
melakukan pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan. Pengertian
dari modal penyertaan adalah modal yang bersumber dari pemerintah atau
masyarakat dalam bentuk investasi. Dimana para investor tersebut dapat
diikutsertakan dalam pengelolaan dan pengawasan usaha koperasi namun tidak
mempunyai kekuasaan dalam rapat anggota.

Manajemen Modal Kerja
Manajemen modal kerja adalah suatu pengelolaan investasi perusahaan
dalam aset jangka pendek (Kasmir 2010:210). Manajemen modal kerja
merupakan proses perencanaan, pengelolaan dan pengawasan terhadap harta
lancar dan hutang lancar sehingga selisih dari keduanya (Net Working Capital)
akan tetap berada dalam posisi minimum yang konsisten dan tidak akan
mengakibatkan perusahaan harus menghadapi risiko ketidakmampuan dalam
menyelesaikan kewajiban finansial jangka pendeknya atau dalam hal ini melunasi
hutang jangka pendeknya.

Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu penilaian terhadap laporan keuangan
perusahaan yang menyangkut posisi keuangan perusahaan serta perubahan

6
terhadap posisi keuangan tersebut (Ikatan Akuntansi Indonesia, 1999). Maka
dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, dapat digunakan suatu ukuran atau
tolok ukur tertentu. Biasanya ukuran yang digunakan adalah rasio atau indeks
yang menghubungkan dua data keuangan. Adapun jenis perbandingan dalam
analisis rasio keuangan meliputi dua bentuk yaitu membandingkan rasio masa lalu,
saat ini ataupun masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Tujuan dari
pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah untuk mengetahui tingkat
likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan stabilitas (Munawir, 2002:31).

Likuiditas
Likuiditas merupakan salah satu faktor yang menentukan sukses atau
kegagalan perusahaan. Penyediaan kebutuhan uang tunai dan sumber-sumber
untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah
perusahaan itu menanggung risiko. Munawir (2002;31) mengemukakan likuiditas
adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.

Penelitian Terdahulu
Handriyani (2004) pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia Dwi Sakti
Jiken mengenai pengaruh modal kerja terhadap tingkat likuiditas dengan
menggunakan korelasi product moment menghasilkan hubungan positif antara
modal kerja dengan tingkat likuiditas. Sedangkan pengaruh diantara kedua
variabel ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi dan setelah dilakukan
pengujian hipotesis ternyata hasilnya modal kerja tidak berpengaruh terhadap
tingkat likuiditas karena terbatasnya data yang digunakan dalam penelitian dan
adanya penurunan tingkat likuiditas.
Lasmana (2013) pada Perusahaan Sektor Pertanian di Indonesia Stock
Exchange tentang analisis manajemen modal kerja terhadap tingkat likuiditas dan
profitabilitas menggunakan data perusahaan pertanian sektor hulu dan sektor hilir
pada tahun 2011 yang dianalisis menggunakan explanatory analysis (regresi linier
sederhana, berganda, uji T dan uji F) dan confirmatory analysis dengan
menggunakan Structural Equation Modelling. AAI, ACP, APP dan CCC
merupakan faktor loading dari WC. CR dan QR merupakan faktor loading dari
LIKUID. ROA, ROE dan NPM merupakan faktor loading dari laten PROFIT.
Hasil analisis manajemen modal kerja terhadap profitabilitas memiliki pengaruh
yang tidak signifikan sedangkan terhadap likuiditas berpengaruh signifikan.
Mahfudliyah (2010) tentang analisis pengaruh efisiensi modal kerja
terhadap tingkat likuiditas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia menggunakan data perusahaan manufaktur pada tahun 2006 sampai
dengan 2008 yang dianalisis menggunakan analisis rasio keuangan yaitu current
ratio untuk perhitungan likuiditas, days sales outstanding (DSO), days inventory
outstanding (DIO), days payable outstanding (DPO) untuk perhitungan modal
kerja dan analisis regresi linear berganda. Hasil uji F adalah variabel DSO, DIO,

7
DPO memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap likuiditas. Hasil uji t dari
ketiga variabel tersebut memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
likuiditas.
Ebben (2011) pada 879 perusahaan manufaktur kecil AS dan 833
perusahaan kecil ritel AS, tentang cash conversion cycle management in small
firms: Relationships with liquidity, invested capital, and firm performance
menggunakan analisis regresi dan perusahaan dikontrol menggunakan variabel
dummy untuk setiap dua digit kode SIC. Siklus konversi kas ditemukan secara
signifikan berhubungan dengan ketiga aspek tersebut. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa pemilik perusahaan kecil / manajer mungkin reaktif dalam
mengelola siklus konversi kas. Studi ini menyoroti pentingnya siklus konversi kas
sebagai alat manajemen proaktif bagi pemilik perusahaan kecil.
Widharta (2013) mengenai analisa pengaruh perputaran persediaan dan
perputaran piutang terhadap likuiditas perusahaan Industri Rokok yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dengan metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian kuantitatif, memiliki hipotesis, dan menggunakan data sekunder.
Analisis yang digunakan yaitu teknik analisis regresi linear berganda analisis
regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara individual
perputaran persediaan dan perputaran piutang tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap likuiditas. Secara bersama-sama perputaran persediaan dan perputaran
piutang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas.

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Pengawasan terhadap sumber dan penggunaan modal kerja merupakan hal
yang penting bagi Koperasi Cipta Usaha yang ingin mempertahankan tingkat
likuiditasnya, hal ini dapat tercapai selama modal kerja yang tersedia dikelola
secara efektif dan efisien. KCU selalu membutuhkan modal kerja untuk
membelanjai operasinya sehari-hari, misalnya untuk pembelian produk,
membayar gaji pegawai koperasi dan lain sebagainya, dimana uang atau dana
yang dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk ke dalam koperasi
dalam waktu yang pendek melalui penjualan produk dan jasa. Uang yang masuk
berasal dari penjulan produk dan jasa tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk
membiayai operasi selanjutnya. Dengan demikian maka dana tersebut akan terusmenerus berputar setiap periodenya selama hidupnya koperasi. KCU dihadapkan
pada pertimbangan akan pengukuran yang mapan terhadap modal kerja, karena
akibat kesalahan dalam penetapan, koperasi mengalami hambatan dalam
menyelenggarakan aktivitas koperasi. Penelitian ini menggunakan alat analisis
berupa laporan keuangan yaitu daftar keuangan yang dibuat pada akhir periode
tertentu yang berasal dari catatan aktivitas koperasi selama periode tertentu yang
terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus
kas. Analisis berikutnya menggunakan perhitungan rasio keuangan yang berkaitan
dengan pengelolaan modal kerja yaitu average collection period (ACP), average

8
age of inventory (AAI) dan average payment period (APP). Lalu untuk
menghitung likuiditas, penelitian ini menggunakan quick ratio (QR). Kemudian
analisis regresi linear berganda digunakan agar dapat melihat seberapa besar
modal kerja dapat mengalokasikan dana yang tersedia, sehingga dapat diketahui
seberapa besar kemampuan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Untuk
lebih jelasnya kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Kondisi Koperasi Cipta Usaha

Laporan keuangan Koperasi Cipta Usaha

Laporan
Laba-rugi

Neraca

Laporan Perubahan
Ekuitas

Laporan
Arus Kas

Pengelolaan modal kerja Koperasi Cipta Usaha

ACP

APP

AAI

Working Capital Management

QR

Liquidity Ratio

Pengaruh pengelolaan modal kerja terhadap likuiditas
Rekomendasi
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Koperasi Cipta Usaha yang beralamat di Jl.
Sukasari III No 3 Kota Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu lima bulan
dimulai dari bulan Agustus sampai bulan Desember 2014.

Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer adalah data
yang diperoleh melalui konfirmasi dengan pihak manajemen koperasi. Sedangkan
data sekunder diperoleh adalah data pelengkap yang didapatkan dari pihak-pihak
terkait dengan penelitian ini, diantaranya adalah dokumen-dokumen koperasi yang

9
relevan dengan penelitian ini. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
diantaranya :
a. Data gambaran umum Koperasi Cipta Usaha meliputi sejarah, lokasi, visi dan
misi, struktur organisasi dan lain-lain.
b. Data keuangan berupa laporan keuangan meliputi neraca dan laporan laba rugi
kurun waktu 3 periode yaitu 2011 sampai dengan 2013.

Metode Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah,
karena dengan analisa data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna
dalam memecahkan masalah penelitian. Maka metode analisis yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Analisis Rasio Keuangan
Menurut Syamsuddin (2001), ada salah satu cara penting dalam pengukuran
tingkat likuiditas yaitu menggunakan Quick Ratio (QR). Tingkat QR dapat
ditentukan dengan jalan membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang
lancar, hanya saja jumlah persediaan sebagai salah satu komponen dari aktiva
lancar harus dikeluarkan. Alasan yang melatar-belakangi hal tersebut adalah
bahwa persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling tidak likuid
atau sulit untuk diuangkan dengan segera tanpa menurunkan nilainya, sementara
dengan QR dimaksudkan untuk membandingkan aktiva yang lebih lancar dengan
hutang lancar. Persamaannya yaitu:
...................................................................(1)
Adapun sejumlah rasio yang dapat digunakan untuk mengukur komponen
dari modal kerja yaitu sebagai berikut:
a) Average Collection Period (ACP)
Menghitung Average collection Period (ACP) atau periode penagihan
rata-rata digunakan untuk mengukur seberapa cepat rata-rata waktu bagi
koperasi dalam menagih piutang-piutangnya. Pada umumnya koperasi
menggunakan 365 hari dalam setahun, maka cara perhitungannya adalah
sebagai berikut:
.........................................................................(2)
b) Average Age of Inventory (AAI)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa lama waktu yang
dibutuhkan oleh koperasi untuk menjual persediaannya. Persamaannya adalah
sebagai berikut:
............................................................(3)

10
c) Average Payment Period (APP)
APP atau periode pembayaran rata-rata merupakan rata-rata waktu yang
dibutuhkan oleh suatu koperasi untuk membayar atau melunasi hutang-hutang
dan beban lainnya. Persamaannya yaitu:
..........................................................(4)
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi benarbenar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif. Ada empat
pengujian dalam uji asumsi klasik yaitu:
1. Uji Normalitas
Syarat dalam analisis parametrik yaitu distribusi data harus normal.
Pengujian menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (Analisis Explorer) untuk
mengetahui apkah distribusi data pada tiap-tiap variabel normal atau tidak.
Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika Signifikansi > 0,05 maka data
berdistribusi normal, dan jika Signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi
normal.
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah keadaan dimana antara dua variabel independen
atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linear yang sempurna atau
mendekati sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya
masalah multikolinearitas.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dengan melihat nilai
Tolerance dan VIF. Semakin kecil nilai Tolerance dan semakin besar VIF
maka semakin mendekati terjadinya masalah multikolinearitas. Dalam
kebanyakan penelitian menyebutkan bahwa jika Tolerance lebih dari 0,1 dan
VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian
dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak
adanya masalah heteroskedastisitas.
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat pola
titik-titik pada scatterplots regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang
tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah
autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak
baik atau tidak layak dipakai prediksi. Salah satu ukuran dalam menentukan
ada tidaknya masalah autokorelasi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW di bawah -2 (DW < -2)
b. Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 atau -2 <
DW < +2.
c. Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas +2 atau DW > +2.

11
Analisis Regresi Linear Berganda
Metode yang digunakan dalam menganalisis data penelitian adalah analisis
regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk
mengetahui apakah variabel independen terhadap variabel dependen terdapat
pengaruh atau tidak, dan hasilnya berupa koefisien untuk masing-masing variabel
independen.
Sesuai dengan penjelasan diatas, variabel independen dalam penelitian ini
antara lain Average Collection Period (ACP), Average Age of Inventory (AAI),
dan Average Payment Period (APP). Variabel dependen yang digunakan yaitu
Quick Ratio (QR).
Berdasarkan variabel independen dan dependen tersebut, maka dapat
disusun persamaan sebagai berikut:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3

..........................................................................(5)

Dimana :
Y
= Quick Ratio (QR) / Likuiditas
b0
= Konstanta
b1-3
= Koefisien regresi
X1
= Average Collection Period (ACP)
X2
= Average Age of Inventory (AAI)
X3
= Average Payment Period (APP)
Uji Koefisien Regresi Secara Individual (Uji t)
Uji t untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial
(individu) terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak.
1. Pengujian b1 (Average Collection Period)
Tahap-tahap pengujian sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
H0 : b1 = 0
Artinya Average Collection Period memiliki pengaruh yang tidak signifikan
terhadap Likuiditas.
Ha : b1 ≠ 0
Artinya Average Collection Period memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Likuiditas.
b. Menentukan taraf signifikansi. Taraf signifikansi menggunakan 0,05.
c. Menentukan probabilitas (signifikansi) dengan melihat tabel Coefficients.
d. Pengambilan keputusan
Probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.
Probabilitas ≤ 0,05 maka H0 ditolak.
2. Pengujian b2 (Average Age of Inventory)
Tahap-tahap pengujian sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
H0 : b2 = 0
Artinya Average Age of Inventory memiliki pengaruh yang tidak signifikan
terhadap Likuiditas.
Ha : b2 ≠ 0

12
Artinya Average Age of Inventory memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Likuiditas.
b. Menentukan taraf signifikansi. Taraf signifikansi menggunakan 0,05.
c. Menentukan probabilitas (signifikansi) dengan melihat tabel Coefficients.
d. Pengambilan keputusan
Probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.
Probabilitas ≤ 0,05 maka H0 ditolak.
3. Pengujian b3 (Average Payment Period)
Tahap-tahap pengujian sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
H0 : b3 = 0
Artinya Average Payment Period memiliki pengaruh yang tidak signifikan
terhadap Likuiditas.
Ha : b3 ≠ 0
Artinya Average Payment Period memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Likuiditas.
b. Menentukan taraf signifikansi. Taraf signifikansi menggunakan 0,05.
c. Menentukan probabilitas (signifikansi) dengan melihat tabel Coefficients.
d. Pengambilan keputusan
Probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.
Probabilitas ≤ 0,05 maka H0 ditolak.
Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)
Uji F atau uji koefisien regresi secara simultan (bersama-sama), yaitu untuk
mengetahui pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel
dependen, apakah pengaruhya signifikan atau tidak. Tahap-tahap pengujian
sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0
Artinya Average Collection Period (ACP), Average Age of Inventory (AAI)
dan Average Payment Period (APP) secara bersama-sama memiliki pengaruh
yang tidak signifikan terhadap Likuiditas.
Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0
Artinya Average Collection Period (ACP), Average Age of Inventory (AAI)
dan Average Payment Period (APP) secara bersama-sama memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Likuiditas.
b. Menentukan taraf signifikansi. Taraf signifikansi menggunakan 0,05.
c. Menentukan probabilitas (signifikansi) dapat dilihat dari tabel ANOVA.
d. Pengambilan keputusan.
Probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Probabilitas ≤ 0,05 maka H0 ditolak

13

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Koperasi Cipta Usaha
Koperasi Cipta Usaha (KCU) merupakan koperasi yang berada di
lingkungan PT PLN (Persero) Area Bogor. KCU berlokasi di Jl. Sukasari III No.3
Sukasari Kota Bogor. Tujuan didirikan Koperasi Cipta Usaha (KCU) adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya, terutama
dalam upaya memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan usaha agar para
anggotanya dapat lebih meningkatkan produktivitas usaha guna meningkatkan dan
tercapainya kesejahteraan serta taraf hidup yang lebih baik bagi para anggotanya
dan masyarakat pada umumnya.
Untuk mencapai tujuan, maka KCU menyelenggarakan kegiatan usaha yang
berkaitan dengan kegiatan usaha anggota. Pertama, berusaha di bidang pertokoan
atau perdagangan umum dengan menyediakan bahan pokok kebutuhan primer dan
sekunder bagi anggota sebagai supplier, distributor, agen atau perwakilan dari
segala macam barang dagangan. Kedua, berusaha di bidang pengadaan barang dan
jasa dengan dinas instansi, BUMN atau BUMS seperti pengadaan alat tulis kantor
dan pengadaan material listrik. Ketiga, berusaha di bidang aneka jasa kecuali jasa
hukum dan pajak seperti jasa simpan pinjam untuk kepentingan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya, jasa perbengkelan, jasa sewa
kendaraan, jasa jual beli kendaraan bermotor, jasa sewa komputer, jasa konstruksi,
jasa apotek dan jasa lainnya. Keempat, kerjasama antar koperasi, sektor
pemerintah (Dinas Instansi, BUMN, BUMS) dan/atau swasta dalam bidang usaha
lain yang saling menguntungkan. Kelima, pelayanan kebutuhan anggota
berdasarkan permintaan. Keenam, semua bidang usaha lain yang dapat dilakukan
oleh koperasi (koperasi pegawai).

Pengelolaan Modal Kerja Koperasi Cipta Usaha
Perubahan aktiva lancar dan hutang lancar yang terjadi pada suatu periode
secara langsung akan mengakibatkan perubahan pada modal kerjanya.
Meningkatnya modal kerja ditunjukkan dengan peningkatan unsur-unsur dalam
aktiva lancar koperasi seperti kas dan bank, piutang usaha, persediaan dan aktiva
lancar lainnya yang lebih besar dari pada peningkatan pasiva lancar seperti hutang
usaha dan kewajiban jangka pendek lainnya. Begitu pula sebaliknya jika kenaikan
unsur aktiva lancar lebih rendah dari pada kenaikan unsur pasiva lancar maka
dalam kondisi tersebut akan terjadi penurunan modal kerja. Untuk mengetahui
perubahan modal kerja tersebut, maka terlebih dahulu harus diketahui sumber dan
penggunaan modal kerja melalui analisis perubahan yang terjadi dalam harta
lancar dan hutang lancar.
Dalam menganalisis sumber dan penggunaan modal kerja, terlebih dahulu
akan dibahas perihal aktiva lancar, hutang lancar dan perkembangan besarnya
modal kerja KCU yang diambil dari laporan keuangan tahun 2011 sampai dengan
2013. Adapun aktiva lancar KCU terdiri dari empat elemen, yaitu kas dan bank,
piutang usaha, persediaan dan aktiva lancar lainnya. Untuk lebih jelasnya
perkembangan aktiva lancar KCU tahun 2011 – 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.

14
Tabel 4 Perkembangan Aktiva Lancar Koperasi Cipta Usaha Tahun 2011 - 2013
Uraian
Kas dan Bank
Piutang Usaha
Persediaan
Aktiva Lancar
Lainnya
Total Aktiva Lancar

2011
(Rp)

2012
(Rp)

2013
(Rp)

%

1.479.158.036
529.457.132
47.734.214

1.575.952.845
370.669.120
24.180.139

6,54
-29,99
-49,34

1.883.186.321
258.543.688
187.193.759

19,49
-30,25
674,16

1.201.585.647

1.447.444.533

20,46

1.515.662.676

4,71

3.257.935.029

3.418.276.637

4,92

3.844.586.444

12,47

%

Sumber: Data yang diolah (2014)
Tabel 4 tersebut menunjukkan perubahan unsur-unsur modal kerja pada KCU
yang diperoleh dengan cara membandingkan unsur-unsur aktiva lancar pada tahun
2011 sampai dengan tahun 2013. Dari tabel tersebut dapat dilihat komposisi dari
modal kerja koperasi beserta perubahan yang terjadi pada masing-masing unsur
modal kerja selama periode tersebut. Perubahan-perubahan nilai modal kerja
tersebut menunjukkan upaya koperasi dalam menjalankan koperasi dalam jangka
pendek.
Kas dan bank merupakan uang tunai yang dimiliki oleh koperasi, baik yang
ada di dalam koperasi maupun yang disimpan di bank. Kas diperlukan untuk
membiayai operasi koperasi sehari-hari maupun mengadakan investasi baru dalam
aktiva tetap. Tujuan koperasi sehari-hari, misalnya untuk pembelian barang jadi,
pembayaran gaji, biaya transportasi dan untuk berjaga-jaga bila ada kepentingan
yang tidak terduga. Nilai kas dan bank pada tahun 2011 sebesar Rp
1.479.158.036,00, pada tahun 2012 sebesar Rp 1.575.952.845,00 atau terjadi
peningkatan sebesar 6,54% dan pada tahun 2013 nilai kas dan bank tersebut
mengalami peningkatan menjadi Rp 1.883.186.321,00 atau terjadi peningkatan
sebesar 19,49%. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan modal kerja koperasi
dilakukan secara sangat berhati-hati karena untuk persediaan hanya berdasarkan
pesanan, demikian halnya dalam pemberian piutang usaha dilakukan secara
selektif sehingga besaran persediaan dan piutang usaha jumlahnya jauh lebih kecil
daripada kas dan bank.
Piutang usaha KCU terdiri dari piutang anggota (pegawai PT PLN yang
masih aktif bekerja) dan piutang non anggota (pensiunan PT PLN). Investasi
dalam piutang pada KCU menunjukkan adanya kebijakan kredit oleh koperasi.
Tujuan KCU memperbesar kreditnya adalah fasilitas perdagangan kredit.
Penjualan bisa tidak terjadi apabila tidak menambah kredit. Biaya yang
berhubungan dengan kredit menandakan bahwa koperasi harus melakukan
penyeimbang kredit. Oleh karena itu, KCU harus yakin bahwa kredit yang
diberikan hanya untuk anggota dan non anggota yang layak diberikan kredit. Nilai
piutang usaha pada tahun 2011 sebesar Rp 529.457.132,00, pada tahun 2012
sebesar Rp 370.669.120,00 atau terjadi penurunan sebesar 29,99% dan pada tahun
2013 nilai piutang usaha tersebut mengalami penurunan menjadi Rp
258.543.688,00 atau terjadi penurunan sebesar 30,25%. Hal ini mencerminkan
banyaknya jumlah piutang yang berhasil ditagih KCU atau dibayarkan oleh
anggota maupun non anggota sehingga menambah pendapatan kas di tahun 2012
dan 2013 masing-masing sebesar 6,54% dan 19,49%.
Peningkatan volume penjualan secara kredit oleh koperasi diikuti pula
dengan peningkatan persediaan koperasi. Volume penjualan kredit semakin

15
meningkat berarti piutang usaha meningkat pula dan begitu juga sebaliknya.
Disamping itu, peningkatan penjualan tersebut memerlukan pembiayaan yakni
untuk aktivitas pembelian secara kredit untuk kebutuhan persediaan barang
dagang di gudang. Dari keterangan diatas jelas menunjukkan bahwa peningkatan
penjualan akan diikuti pula dengan peningkatan persedian barang dan begitu juga
sebaliknya. Persediaan pada KCU terdiri dari persediaan sembako untuk anggota
maupun non anggota dan persediaan alat listrik atau material untuk keperluan PT
PLN. Nilai persediaan pada tahun 2011 sebesar Rp 47.734.214,00, pada tahun
2012 sebesar Rp 24.180.139,00 atau terjadi penurunan sebesar 49,34% dan pada
tahun 2013 nilai persediaan tersebut mengalami peningkatan menjadi Rp
187.193.759,00 atau terjadi peningkatan sebesar 674,16%. Penurunan di tahun
2012 dikarenakan berkurangnya pesanan barang atau material dari PT PLN,
sedangkan kenaikan yang tajam di tahun 2013 terutama dikarenakan jumlah
permintaan untuk pesanan barang atau material yang sangat besar dengan adanya
momen untuk percepatan pelayanan kepada konsumen PT PLN. Penurunan dan
peningkatan persediaan KCU tidak berpengaruh besar pada kas dikarenakan
dalam pengadaan persediaan KCU tidak selalu melakukan transaksi dalam bentuk
tunai kepada pemasok. Hal ini menunjukkan bahwa bagi koperasi, persediaan
merupakan elemen modal kerja yang utama yang selalu dalam keadaan berputar,
dimana secara terus-menerus mengalami perubahan dan dipengaruhi oleh
permintaan yang sebagian besar berasal dari PT PLN.
Aktiva lancar lain pada koperasi tercantum pada neraca, merupakan
penjumlahan dari unsur –unsur biaya dibayar dimuka dan pendapatan yang masih
harus diterima. Biaya dibayar dimuka terdiri biaya dan pajak yang dibayar
dimuka, sedangkan pendapatan yang masih harus diterima terdiri atas pendapatan
jasa dan material, sewa kendaraan, penjualan ATK dan sembako. Nilai aktiva
lancar lainnya pada tahun 2011 berjumlah Rp 1.201.585.647,00, pada tahun 2012
naik menjadi Rp 1.447.444.533,00 atau terjadi peningkatan sebesar 20,46% dan
pada tahun 2013 nilai aktiva lancar lainnya tersebut mengalami peningkatan
menjadi Rp 1.515.662.676,00 atau sebesar 4,71%. Peningkatan di tahun 2012 dan
2013 tersebut dikarenakan meningkatnya pendapatan dari jasa dan material, sewa
kendaraan, penjualan ATK dan sembako yang berpengaruh juga terhadap
peningkatan pendapatan kas dimana nilainya cukup signifikan meskipun harus
dikurangi untuk pembayaran kepada pihak pemasok dan bank.
Untuk mengetahui proporsi masing-masing komponen aktiva lancar
terhadap total aktiva lancar KCU dari tahun 2012 - 2013 dapat dilihat dari Tabel 5
berikut.
Tabel 5 Proporsi Komponen Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva Lancar KCU
Tahun 2011 - 2013
Uraian
Kas dan Bank
Piutang Usaha
Persediaan
Aktiva Lancar Lainnya
Total Aktiva Lancar

2011
(Juta Rp)
1.479,15
529,45
47,73
1.201,58
3.257,93

Sumber: Data yang diolah (2014)

%
45,40
16,25
1,47
36,88
100,00

2012
(Juta Rp)
%
1.575,95 46,10
370,66 10,84
24,18
0,71
1.447,44 42,34
3.418,27 100,00

2013
(Juta Rp)
%
1.883,18 48,98
258,54
6,72
187,19
4,87
1.515,66 39,42
3.844,58 100,00

16
Dari Tabel 5 tersebut maka pada tahun 2011, 2012 dan 2013 proporsi kas dan
bank adalah yang tertinggi sebesar 45,40%, 46,10% dan 48,98% yang diikuti oleh
aktiva lancar lainnya di tahun 2011 sebesar 36,88%, tahun 2012 mencapai 42,34%
dan di tahun 2013 sebesar 39,42%. Setelah itu diikuti oleh piutang usaha yang
proporsinya masing-masing sebesar 16,25%, 10,84% serta 6,72% di tahun 2011,
2012 dan 2013. Proporsi terkecil adalah persediaan sebesar 1,47%, 0,71% serta
4,87% untuk tahun 2011, 2012 dan 2013. Untuk kas dan bank proporsinya mulai
tahun 2011 sampai dengan 2013 terus mengalami peningkatan, sedangkan untuk
piutang usaha, persediaan dan aktiva lancar lainnya berfluktuasi dari tahun ke
tahun.
Berkaitan dengan pengelolan modal kerja Koperasi Cipta Usaha dapat
diindikasikan bahwa kondisi koperasi kurang efektif dalam pengelolaan aktiva
lancar yang terlihat dari banyaknya jumlah uang yang tersimpan dalam kas dan
bank. Disisi lain persediaan tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi kas dan
bank karena tidak semua transaksi pembelian persediaan yang sesuai pesanan
dilakukan dengan tunai, sedangkan untuk aktiva lancar lainnya agak berpengaruh
terhadap kas dan bank mengingat bahwa koperasi harus membayar kembali
hutangnya kepada pemasok dan bank.

Likuiditas Koperasi Cipta Usaha
Untuk mencapai pemahaman yang lebih baik mengenai efektivitas modal
kerja pada Koperasi Cipta Usaha, maka perlu dilakukan analisis dan penafsiran
terhadap rasio keuangan. Dalam hal ini rasio yang digunakan adalah rasio
likuiditas.
Likuiditas koperasi menggambarkan kemampuan koperasi dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Dalam penelitian ini untuk mengukur kemampuan
menggunakan indikator quick ratio (rasio cepat). Rasio ini hanya
memperhitungkan sebagian dari aktiva lancar yang memiliki kemampuan untuk
dapat dikonversikan menjadi kas dalam waktu yang relatif singkat dengan
kerugian resiko yang kecil. Rasio cepat dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi
koperasi dengan melihat perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan
dengan hutang lancar. Rasio cepat dirancang untuk mengukur seberapa baik
koperasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tanpa harus melikuidasi
atau terlalu bergantung pada persediaannya. Persediaan tidak bisa sepenuhnya
diandalkan, karena persediaan bukanlah sumber kas yang bisa segera diperoleh.
Untuk lebih jelasnya perkembangan rasio cepat KCU tahun 2011 – 2013 dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Perkembangan Rasio Cepat Koperasi Cipta Usaha Tahun 2011 - 2013
Aktiva Lancar
Persediaan
Hutang Lancar
Rasio
Tahun
(Rp)
(Rp)
(Rp)
%
3.257.935.029
47.734.214
871.963.985
368,16
2011
3.418.276.637
24.180.139
762.807.455
444,95
2012
3.844.586.444
187.193.759
819.607.379
446,24
2013
Sumber: Data yang diolah (2014)

17
Dari Tabel 6 tersebut terlihat bahwa setiap Rp 1,00 kewajiban lancar
dijamin oleh rasio cepat sebesar Rp 3,68 pada tahun 2011, Rp 4,44 pada tahun
2012 dan Rp 4,46 pada tahun 2013. Secara keseluruhan rasio cepat koperasi
selama tahun 2011 hingga 2013 memperlihatkan rasio yang meningkat dan rasio
rata-rata industri di atas 100% berhasil dicapai, sehingga hal ini menunjukkan
tingkat likuiditas yang baik dan juga keadaan ini memberikan indikasi tersedianya
dana untuk pelunasan hutang yang segera jatuh tempo.
Dari hasil perhitungan rasio cepat ini, maka dapat dikatakan bahwa
Koperasi Cipta Usaha berada dalam keadaan likuid, tetapi di lain pihak keadaan
ini menunjukkan adanya overlikuid pada aktiva lancar yang seharusnya
dialokasikan ke bidang lain yang lebih menguntungkan.

Analisis Rasio Keuangan
Setelah melakukan perhitungan ACP, AAI, APP dan QR tahun 2011 – 2013
seperti pada Lampiran 1, maka dibuat analisis sebagai berikut:
Average Collection Period (ACP)
Dalam penelitian ini Average Collection Period merupakan rata-rata umur
piutang usaha koperasi atau rata-rata periode pengumpulan, oleh karena itu ACP
diukur dengan menggunakan piutang usaha dibagi dengan penjualan dan dikalikan
365 hari. Pada Lampiran 2 dapat dilihat rata-rata hari penarikan piutang usaha
adalah tahun 2013 dalam waktu 22 hari menjadi tahun tercepat rata-rata hari
penarikan piutang usaha. Hal ini berasal dari peminjaman anggota maupun non
anggota yang bersifat sementara misalnya untuk keperluan sekolah anak atau
keperluan berobat di rumah sakit yang tidak bekerjasama dengan PT PLN. Pada
rata-rata hari penarikan piutang usaha terlama dalam 44 hari terjadi pada tahun
2011 dikarenakan pada tahun tersebut adanya peminjaman untuk keperluan
mendesak dari PT PLN seperti acara pertemuan dengan dewan direksi PT PLN
pusat atau