Pengaruh arus kas dan modal kerja terhadap likuiditas

(1)

(2)

(3)

121 DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Eti Sulastri

Nama Panggilan : Eti

Alamat : Kp. Sukanagara RT 03 RW 06

Desa Mekarsari

Kec. Pacet Kab. Bandung Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 01 April 1991

No Hp : 085794346135

Email : etisulastri38@yahoo.com

PENDIDIKAN

2009 – 2014 : Universitas Komputer Indonesia 2006 – 2009 : SMA Negeri 1 Kertasari

2003 – 2006 : SMP Isalam Pacet

1997 – 2003 : SD Negeri 1 Tenjonagara

LATIHAN

28 September 2013 : Exam Hardware Computer Academic Year 2012/2013

26 September – 13 Januari 2012 : Brevet A&B Tax Training in 2012

PENGALAMAN ORGANISASI


(4)

PENGARUH ARUS KAS DAN MODAL KERJA TERHADAP LIKUIDITAS (Studi Kasus Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012)

THE INFLUENCE OF CASH FLOW AND WORKING CAPITAL ON LIQUIDITY

(A Case Study On Telecomunication Company In Indonesia Stock Exchange Period 2008-2012)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Eti Sulastri 21109026

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(5)

iii

rahmat, karunia serta bimbingan-Nya dan tidak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Arus Kas Dan Modal Kerja Terhadap Likuiditas (Studi Kasus Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”.Skripsi ini disajikan untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh jenjang Strata Satu (S1) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti berusaha seoptimal mungkin untuk memberikan uraian-uraian yang jelas dengan pengetahuan dan kemampuan yang ada pada diri peneliti agar dapat dimengerti oleh pembaca. Peneliti menyadari betul bahwa penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan yang jauh dari sempurna. Untuk itu peneliti akan selalu menerima dengan tangan terbuka dan hati yang lapang untuk segala masukan yang ditujukan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Selama proses penulisan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik merupakan moril maupun materil yang tidak terhingga nilainya terutama kepada dosen pembimbing Inta Budi Setia Nusa, SE., M. Ak. Maka dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat peneliti mengucapkan


(6)

iv

terima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuannya kepada peneliti, yaitu sebagai berikut:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartika, SE.,Spec.Lic selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Sri Dewi Anggadini., SE., M.Si selaku Dosen Wali.

5. Seluruh Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta keluarga tersayang yang selalu tanpa pamrih mendoakan agar senantiasa maju dan selalu memberikan semangat selama peneliti menyusun penelitian ini.

7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu terima kasih atas semua bantuan dan motivasinya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan semoga seluruh amal baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapatkan Ridho dari Allah SWT, Amin.

Bandung, Februari 2014


(7)

v

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN MOTTO

ABSTRAK. ... i

ABSTRACT. ... ii

KATA PENGANTAR. ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN. ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 9

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 9

1.2 2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian... 11

1.4.1 Kegunaan Praktis ... 11


(8)

vi

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka. ... 12

2.1.1 Arus Kas. ... 12

2.1.1.1 Pengertian Kas... 12

2.1.1.2 Pengertian Aru Kas. ... 14

2.1.1.3 Tujuan Arus Kas... 15

2.1.1.4 Klasifikasi Arus Kas... 16

2.1.1.5 Metode Pelaporan Arus Kas. ... 17

2.1.2 Modal Kerja... 18

2.1.2.1 Pengertian Modal Kerja ... 18

2.1.2.2 Konsep Modal Kerja ... 19

2.1.2.3 Jenis-Jenis Modal Kerja ... 20

2.1.2.4 Manfaat Modal Kerja ... 20

2.1.2.5 Sumber-Sumber Modal Kerja ... 21

2.1.2.6 Penggunaan Modal Kerja ... 22

2.1.2.7 Kebijakan Modal Kerja ... 23

2.1.3 Likuiditas. ... 24

2.1.3.1 Pengertian Likuiditas ... 24

2.1.3.2 Komponen-Komponen Likuiditas ... 24

2.1.3.3 Ukuran Rasio Likuiditas ... 27

2.2 Kerangka Pemikiran………...30


(9)

vii

2.2.2 Keterkaitan Modal Kerja Dengan Likuiditas ... 33

2.3 Hipotesis. ... 36

BAB III OBJEK DAN METODELOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian. ... 37

3.2 Metode Penelitian. ... 37

3.2.1 Desain Penelitian ... 39

3.3 Operasionalisasi Variabel... 40

3.4 Sumber Data ... 42

3.5 Populasi dan Penarikan Sampel ... 42

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.7 Metode Pengujian Data ... 46

3.7.1 Uji Normalitas Data Residual ... 46

3.7.2 Uji Multikolinearitas ... 47

3.7.3 Uji Heteroskedastisitas ... 48

3.7.4 Uji Autokorelasi ... 49

3.8 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 50

3.8.1 Rancangan Analisis ... 50

3.8.2 Pengujian Hipotesis ... 56

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian………61

4.1.1 Gambaran Umum Unit Observasi ... 61

4.1.1.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia ... 62

4.1.1.2 Aktifitas Perusahaan ... 67

. 4.1.1.3 Struktur Organisasi ... 69


(10)

viii

4.1.2.1 Deskriptif Arus Kas Pada Perusahaan

Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2008-2012 ... 74

4.1.2.1 Deskriptif Modal Kerja Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012 ... 77

4.1.2.1 Deskriptif Likuiditas Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012 ... 80

4.1.3 Analisis Verifikatif ... 82

4.1.3.1 Pengaruh Arus Kas Terhadap Likuiditas ... 90

4.1.3.2 Pengaruh Modal Kerja Terhadap Likuiditas ... 94

. 4.1.3.3 Pengaruh Arus Kas Dan Modal Kerja Terhadap Likuiditas ... 98

4.2 Pembahasan ... 103

4.2.1 Pengaruh Arus Kas Terhadap Likuiditas ... 103

4.2.2 Pengaruh Modal Kerja Terhadap Likuiditas ... 104

4.2.3 Pengaruh Arus Kas Dan Modal Kerja Terhadap Likuiditas ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 107

5.2 Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110

LAMPIRAN-LAMPIRAN. ... 113


(11)

110

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta : Salemba Empat. Andi Supangat. (2007). Statistika: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, Dan

Nonparametik (Edisi 1, Cetakan 2). Jakarta: Predana Media Group. Ardiyos. 2004. Kamus Besar Akuntansi. Jakarta : Citra Harta Prima.

Arfan Ikhsan., & I. B. Teddy Prianthara. (2009). Akuntansi Untuk Manajer. Yogyakarta: Graham Ilmu.

Bambang Riyanto, 2002, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat, cetakan kedelapan, Yogyakarta: BPFE.

Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston, 2001, Kamus istilah keuangan & investasi, cetakan pertama, Jakarta : Granesia

Garrison, Ray H., Eric W. Noreen, Peter C. Brewer. 2006. Managerial Accounting: Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.

Husein Umar. (2011). Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis (Edisi 2). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

J. Wild John., Subramaryam K.R., and Hasley Robert F. (2005). Financial Statement Analysis. Jakarta : Salemba Empat.

Jumingan. 2009. Analisis Laporan Keuangan,Edisi Kesatu, Cetakan Ketiga, PT.Bumi Aksara: Jakarta.

K. R. Subramanyam., & John J. Wild. (2011). Analisis Laporan Keuangan (Edisi 10, Buku 2). Jakarta: Salemba Empat.

K. R. Subramanyam., & John J. Wild. (2012). Analisis Laporan Keuangan (Edisi 10, Buku 1). Jakarta: Salemba Empat.

Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Kieso Donald E.. Weygandt, Jerry, Worfield Terry D.., 2001, Intermediate

Accounting, 10 th Edition, USA, Jhon Willey and Sons. Inc.

Lukas Setia Atmaja. (2008). Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Andi Offset.


(12)

111

Lukman, Syamsuddin. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Nusa Muktiadji., Lukman Hidayat., dan Melinda. (2007). Analisis Modal Kerja Dalam Pengendalian Likuiditas Dan Profitabilitas. Jurnal Ilmiah Ranggagading. Volume 7 No. 1, April : 37 - 44.

Nusa Muktiadji., dan Dini Trisnawati. (2008). Analisis Rasio Likuiditas Untuk Mengukur Kemampuan Perusahaan Dalam Membiayai Aktivitas Perusahaan. Jurnal Ilmiah Ranggagading.Vol 8 No. 1, April : 44 – 55. Nurul Hayati., dan Christian Riani. (2011). Pengaruh Arus Kas Terhadap

Likuiditas Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di BEI.

Jurnal Spread. April, Volume 1, Nomor 1.

Malhotra K. Naresh. (1993). Marketing Research An Applied Orientation, Prentice Hall International Inc, New Jersey

Moh. Nazir. (2009). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

S. Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Ke-4. Cetakan Ke-13. Yogyakarta: Liberty.

Sawir, Agnes, 2005, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Skousen, K Fred,. W Steve Alberct., James D. stice., Earl K. 2001. Akuntansi keuangan: konsep dan aplikasi 1. Salemba Empat

Sofyan Syafri Harahap. 2001. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sofyan Syafri Harahap. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sofyan Syafri Harahap. 2008. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (12th ed). Bandung: Alfabeta.

Sutrisno, 2007, Manajemen Keuangan, Penerbit: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta.


(13)

Umi Narimawati., Sri Dewi Anggadini., & Linna Ismawati. (2010). Penulisan Karya Ilmiah: Panduan Awal Menyusun Skripsi dan tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi: Genesis.

Yoyon Supriyadi., dan Fani Fazriani. (2011). Pengaruh Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas. Jurnal Ilmiah Ranggagading.

Volume 11 No. 1, April : 1 – 11.


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama kewajiban jangka pendeknya (yang sudah jatu tempo) menurut Kasmir (2012) disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama bisa dikarenakan perusahaan tidak memiliki dana sama sekali dan yang kedua bisa mingkin saja perusahaan memiliki dana, namun pada saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana (yang cukup) untuk mencairkan aktiva lainnya seperti menagih piutang, menjual surat-surat berharga, atau menjual persediaan atau aktiva lainnya. (Kasmir : 2012:128)

Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (wild, john : 2005). Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari diskon atau kesempatan mendapatkan keuntungan, selain itu John Wild (2005) juga mengatakan masalah likuiditas yang lebih parah mencerminkan ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar. Dengan demikian masalah ini dapat mengarah pada penjualan investasi dan aktiva dengan terpaksa, dan dalam bentuk yang paling parah mengarah kebangkrutan. (wild, john : 2011: 241)

Menurut John Wild (2005) kurangnya likuiditas bagi pemegang saham sering kali diawali dengan keuntungan yang rendah selain itu kekurangan likuiditas dapat mengakibatkan hilangnya pengendalian pemilik atau kerugian investasi modal. Selain


(15)

itu wild, john juga mengatakan saat pemilik perusahaan memiliki kewajiban tak terbatas pada perusahaan perorangan atau persekutuan), kurangnya likuiditas membahayakan aktiva pribadi mereka (wild, john : 2005). Sedangkan kurangnya likuiditas untuk kreditor perusahaan dapat menyebabkan penundaan pembayaran bunga dan pokok pinjaman atau bahkan tidak dapat ditagih sama sekali bahkan pelanggan dan pemasok produk dan jasa perusahaan merasakan juga masalah likuiditas jangka pendek. Implikasinya antara lain mencakup ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kontrak serta merusak hubungan dengan pelanggan dan pemasok penting. (wild, john : 2005: 241)

Berbagai masalah tersebut memperlihatkan mengapa ukuran likuiditas sangat penting dalam analisis suatu perusahaan. Jika suatu perusahaan gagal memenuhi kewajiban lancarnya, maka kelangsungan usahanya dipertanyakan. (wild, john : 2005:241)

Analisis rasio keuangan merupakan salah satu cara yang digunakan oleh bagian keuangan untuk mengetahui masalah yang sedang dihadapi oleh suatu perusahaan sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk mencegah semakin memburuknya kondisi atau kesehatan perusahaan yang dapat mengganggu dan membuat terhentinya aktivitas perusahaan pada masa-masa berikutnya (Muktiadji, Nusa : 2008). Dalam menganalisis rasio keuangan dapat dilakukan perhitungan-perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas suatu perusahaan untuk dijadikan sebagai dasar perencanaan dimasa yang akan datang. (Muktiadji, Nusa : 2008)


(16)

3

Menurut Garrison (2006) dalam menyusun laporan arus kas, istilah kas berarti kas dan setara kas. Setara kas (cash equivalent) terdiri atas investasi jangka pendek yang sangat likuid seperti treasury bill, surat berharga komersial, dan dana pasar uang yang tujuan satu-satunya adalah untuk mendapatkan keuntungan dari adanya kas menganggur. Lanjutnya, dari pada hanya sekedar menyimpan kas yang tersisa banyak, perusahaan melakukan investasi seperti itu untuk mendapatkan bunga dan dapat dengan mudah dikonversi kembali menjadi kas apabila dibutuhkan. Investasi jangka pendek yang likuid tersebut biasanya dimasukkan dalam akun sekuritas yang dapat diperdagangkan (marketable securities) di neraca. Karena aktiva ini setara dengan kas, aktiva ini diidentifikasikan sebagai kas dalam menyusun laporan arus kas. (Garrison: 2006)

Menurut Nurul Hayati (2011) Laporan arus kas salah satu bagian laporan keuangan yang harus dibuat perusahaan. Selain itu, laporan arus kas untuk membantu investor dan kreditur dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan perusahaan. Laporan arus kas melaporkan penerimaan dan pengeluaran kas yang diklasifikasikan menjadi tiga kegiatan yaitu operasi, investasi, dan pendanaan. (Hayati, Nurul : 2011)

Aktivitas operasi menimbulkan pendapatan dan beban dari operasi utama suatu perusahaan. Arus masuk kas terbesar operasi yang berasal dari pengumpulan kas dari pelanggan. Arus keluar kas meliputi pembayaran pemasok dan karyawan, serta pembayaran bunga dan pajak. Arus kas operasi di catatat pada bagian awal laporan arus kas karena arus kas operasi merupakan sumber kas terbesar dan sangat penting untuk sebagian besar perusahaan. (Hayati, Nurul : 2011)


(17)

Aktivitas investasi meningkatkan dan menurunkan aktiva jangka panjang yang digunakan perusahaan untuk melakukan kegiatannya. Pada laporan arus kas kegiatan investasi mencakup lebih dari sekedar pembelian dan penjualan aktiva yang digolongkan sebagai investasi di neraca. Pemberian pinjaman juga merupakan suatu kegiatan investasi karena pinjaman menciptakan piutang kepada peminjam. Pelunasan pinjaman tersebut juga dilaporkan sebagai kegiatan investasi pada laporan arus kas. Kegiatan investasi juga merupakan perolehan dan penjualan aktiva yang digunakan dalam operasi. Oleh karena itu, penjualan aktiva tetap dan penjualan investasi merupakan arus kas masuk dari kegiana investasi. (Hayati, Nurul : 2011)

Aktivitas pendanaan meliputi kegiatan untuk memperoleh kas dari investor dan kreditor yang diperlukan untuk menjalankan dan melanjutkan kegiatan perusahaan. kegiatan pendanaan mencakup pengeluaran saham, peminjamna uang dengan mengeluarkan wesel bayar pinjaman obligasi, penjualan saham perbendaharaan, dan pembayaran terhadap pemegang saham seperti deviden dan pembelian saham perbendaharaan. Asumsi bahwa ketersediaan kas yang tinggi dari aktivitas pendanaan akan mempengaruhi jumlah aktiva lancar berupa kas sehingga memungkinkan perusahaan untuk memiliki tingkat likuiditas yang tinggi untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. (Hayati, Nurul : 2011)

Semua piutang yang diperkirakan akan terealisasi menjadi kas dalam setahun disajikan pada bagian Aktiva Lancar di neraca. Adalah hal yang biasa mencantumkan aktiva menurut urutan likuiditasnya. Urutan likuiditas ini mencerminkan seberapa cepat aktiva tersebut dapat dikonversi menjadi kas dalam operasi normal.


(18)

5

Dalam setiap perusahaan membutuhkan dana atau modal kerja yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasionalnya dan untuk mengadakan pengembangan usahanya. (Muktiadji, Nusa : 2007)

Modal kerja sangat penting sebagai motor penggerak didalam sistem keuangan perusahaan. mengingat pentingnya modal kerja dalam perusahaan, manajemen keuangan harus dapat merencanakan dengan baik besarnya jumlah modal kerja yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena jikaterjadi kelebihan atau kekurangan dana hal ini akan mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan. (Muktiadji, Nusa : 2007)

Selain itu juga, perusahaan harus dapat memilih sumber-sumber dana yang baik dan dapat mengalokasikan dana tersebut seefisien mungkin. Sumber-sember dana dapat diperoleh perusahaan melalui modal sendiri, keuntungan (laba) yang diperoleh, hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. (Muktiadji, Nusa : 2007)

Suatu perusahaan dapat dikatakan seimbang keuangannya apabila perusahaan tersebut selama menjalankan fungsi operasionalnya tidak menghadapi gangguan-gangguan keuangan, karena adanya jumlah keseimbangan jumlah antara jumlah modal kerja yang tersedian dengan jumlah modal kerja yang dibutuhkan. (Muktiadji, Nusa : 2007)

Oleh karena itu, perusahaan haruslah perlu untuk mengusahakan dan menjaga keseimbangan dalam mengatur siklus perputaran modal kerja, karena didalam pengelolaan modal kerja itu sendiri ada beberapa kontradiksi yang dialami


(19)

perusahaan yaitu antara modal kerja yang menitikberatkan pada usaha untuk menjaga likuiditas. (Muktiadji, Nusa : 2007)

Yang dilansir di bisnis.com, prospek peringkat sayap telekomunikasi Grup Bakrie, PT Bakrie Telecom Tbk, diturunkan Fitch Ratings menjadi pengawasan negatif (rating watch negative/RWN).Penurunan prospek diumumkan dalam riset pemeringkatan lembaga pemeringkat itu, Rabu (18/7/2012). Saat ini, peringkat utang jangka panjang denominasi asing dan rupiah Bakrie Telecom juga masih ditetapkan kembali di level CCC, setelah diturunkan Fitch Ratings dari B pada 29 Februari. Peringkat perbaikan perbaikan perseroan ditetapkan pada level RR4."Prospek peringkat obligasi senior US$380 juta yang berperingkat CCC juga diturunkan ke pengawasan negatif," ujar Nitin Soni, Associate Director-Analis Utama Fitch Ratings Singapore Pte Ltd dalam risetnya. Dia mengatakan prospek RWN mencerminkan tingginya risiko likuiditas perusahaan terkait dengan pelunasan obligasi perusahaan senilai Rp650 miliar yang akan jatuh tempo pada 4 September.

Menurut berita yang dilansir dari m.bisnis.com DBS Bank Ltd., bank asing yang berbasis di Singapura diketahui memberikan fasilitas pinjaman senilai US$300 juta kepada perusahaan telekomunikasi, PT XL Axiata Tbk. Dalam laporan kepada otoritas pasar modal, Sekretaris Perusahaan XL Axiata Murni Nurdini menyampaikan jangka waktu fasilitas pinjaman tersebut ditetapkan selama 3 tahun sejak tanggal penarikan.


(20)

7

Fasilitas tersebut rencananya digunakan untuk pembayaran utang dan mencukupi kebutuhan belanja modal tahunan perseroan. Dalam skema pinjaman tersebut, XL Axiata menyampaikan tidak menyertakan jaminan kredit

Berikut ini tabel arus kas dan likuiditas pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Tabel 1.1

Arus Kas dan Likuiditas Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

No Nama Perusahaan Tahun Arus Kas (Rp) Likuiditas

1. PT Bakrie Telecom

Tbk 2008 501639725742 - 2,20 -

2009 715672709550 0,86

2010 333682733522 0,82

2011 162322645977 0,32

2012 260409875852 0,27

4. PT Smartfren Telecom Tbk

2008 23734079923 - 0,65 -

2009 23839414781 0,35

2010 20713167168 0,22

2011 227343302579 0,26

2012 141301222795 0,28

5. PT XL Axiata Tbk 2008 1170203000000 - 0,56 -

2009 747965000000 0,33

2010 366161000000 0,49

2011 998113000000 0,39

2012 791805000000 0,42

Sumber: www.idx.co.id (Dari data yang diolah)

Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 para PT Bakrie Telecom Tbk dan PT Smartfren Tbk mengalami kenaikan arus kan tetapi tidak diikuti dengan naiknya likuiditas, pada tahun yang sama tidak terjadi pada PT XL Axiata Tbk yang mengalami kenaikan arus kas serta diikuti dengan naiknya likuiditas.

Pada tahun 2011 penurunan likuiditas terjadi pada PT XL Axiata, hal ini terjadi karena meningkatnya hutang usaha pihak berelasi, hutang lain-lain, dan beban


(21)

pinjaman sedangkan pada aset lancarnya terjadi penurunan pada piutang dan aset lain-lain.

Pada tahun 2012 arus kas pada PT Bakrie Telecom Tbk terjadi kenaikan, hal ini dikarenakan oleh meningkatnya penerimaan restitusi pajak dan penenrimaan dari aset tetap. Sedangkan pada likuiditas terjadi penurunan yang dikarenakan menurunnya piutang dan persediaan, selain itu adanya peningkatan beban yang masih harus dibayar dan utang pajak.

Perolehan arus kas yang meningkat disetiap tahunnya tetapi tidak selalu disertai dengan kenaikan likuiditas, namun hal ini disebabkan oleh perolehan modal kerja. Menurut Sawir (2005 : 129) Modal kerja yaitu keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari, sedangkan likuiditas menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi. Oleh Karena itu, tingginya modal kerja merupakan salah satu factor meningkatnya likuiditas. Tingginya modal kerja akan menunjukkan besarnya aktiva lancar perusahaan, perusahaan yang besar mencerminkan tingkat likuiditas yang baik bagi perusahaan.

Hal ini bertentangan dengan teori yang dinyatakan Erich A Helfert ( 1997) yang menyatakan bahwa kas merupakan aktiva yang lancar yang paling likuid, sehingga semakin besar nilai arus kas yang dimiliki maka semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya saat jatuh tempo.


(22)

9

Berdasarkan latar belakang atau fenomena tersebut penulis tertarik meneliti mengenai : “Pengaruh Arus Kas dan Modal Kerja Terhadap Likuiditas (Studi Kasus Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Pada Tahun 2009 PT Bakrie Telecom Tbk dan PT Smartfren Tbk pada tahun yang sama mengalami kenaikan arus kan tetapi tidak terjadi kenaikan likuiditas. Penurunan likuiditas pada PT Bakrie Telecom Tbk dikarenakan menurunnya aset lancar yaitu investasi jangka pendek dan piutang usaha tetapi pada kewajiban lancarnya mengalami kenaikan. 2. Pada tahun 2011 PT XL Asiata Tbk arus kas naik tetapi mengalami

penurunan likuiditas dikarenakan oleh kewajiban lancar yang lebih tinggi seperti hutang usaha pihak ketiga dibandingkan aktiva lancarnya.

3. Pada tahun 2012 PT Bakrie Telecom Tbk arus kas naik tetapi mengalami penurunan likuiditas dikarenakan oleh kewajiban lancar yang lebih tinggi seperti peningkatan beban yang masih harus dibayar dan utang pajak.


(23)

2.2.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang penelitian yang dikemukakan diatas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh arus kas terhadap likuiditas pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Seberapa besar pengaruh modal kerja terhadap likuiditas pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Seberapa besar pengaruh arus kas dan modal kerja terhadap likuiditas pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui besar pengaruh arus kas terhadap likuiditas pada

perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui besar pengaruh modal kerja terhadap likuiditas pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui besar pengaruh arus kas dan modal kerja terhadap likuiditas pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(24)

11

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian menurut Uma Sekaran (2009) :

Penelitian dapat dilakukan untuk dua tujuan berbeda. Bedasarkan tujuannya, penelitian dapat dibagi menjadi :

1.4.1 Penelitian Terapan (Applied Research)

Bertujuan memecahkan masalah mutakhir yang dihadapi oleh manajer dalam konteks pekerjaan, yang menuntut solusi tepat waktu.

Dari definisi diatas maka kegunaan penelitian berdasarkan pada penelitian terapan adalah untuk mengetahui pengaruh arus kas dan modal kerja terhadap likuiditas.

1.4.2 Penelitian Dasar (Basic Research)

Dilakukan untuk menghasilkan pokok pengetahuan dengan berusaha memahami bagaimana masalah tertentu yang terjadi dalam organisasi dapat diselesaikan.

Dari uraian diatas maka kegunaan penelitian jika dilihat dari penelitian dasar adalah agar hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk pemecahan masalah atas masalah yang terjadi dan dapat dijadikan masukan jika ada penelitian yang serupa berikutnya.


(25)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur dengan memperoleh data sekunder dari Bursa Efek Indonesia melalui Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Jl. Veteran No. 10 Bandung. Waktu penelitian akan dijelaskan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 1.2 Waktu penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Sept

2013 Okt 2013

Nov 2013

Des 2013

Jan 2014

Feb 2014

I

Tahap Persiapan:

1. Membuat outline dan Proposal Usulan penelitian 2. Pengambilan formulir dan penyusunan UP 3. Menentukan tempat penelitian

II

Tahap Pelaksanaan:

1. Mengajukan outline dan Proposal UP 2. Meminta surat pengantar penelitian 3. Penelitian di perusahaan

4. Penyusunan dan bimbingan UP

III

Tahap Pelaporaan:

1. Menyiapkan draft skripsi 2. sidang akhir skripsi 3. Revisi laporan skripsi 4. Penggandaan skripsi


(26)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 Arus Kas 2.1.1.1 Pengertian Kas

Perusahaan memerlukan kas untuk menjaga kelancaran operasi usahanya dan kas harus diatur secara seksama, sehingga tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit yang tersedia setiap waktu.

Pengertian kas menurut John J. Wild (2005 : 3) adalah :

“Kas merupakan saldo sisa dari arus kas masuk dikurangi arus kas keluar

yang berasal dari perode-periode lalu”.

Pengertian kas menurut Zaki Baridwan (2000 : 85) adalah :

“Kas merupakan suatu alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi.”

Pengertian kas menurut Kieso (2002 : 380) adalah :

“Kas adalah aktiva yang paling likuid, merupakan media pertukaran standard dan dasar pengukuran serta akuntansi untuk semua pos-pos lainnya.”

Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa kas adalah saldo sisa dari arus kas masuk dikurangi arus kas keluar dan aktiva yang paling likuid sebagai alat pertukaran dan sebagai ukuran dalam akuntansi.


(27)

2.1.1.2 Pengertian Arus Kas

Menurut John Downes dan Jordan Elliot Goodman (1999 : 46), mengemukakan bahwa arus kas dalam investasi berarti pendapatan bersih ditambah depresiasi dan beban-beban bukan kas lainnya.

“Arus Kas adalah suatu analisis dari semua perubahan yang mempengaruhi kas dalam kategori operasi, investasi, dan keuangan”

Laporan arus kas adalah salah satu dari laporan keuangan dasar. Laporan ini, berguna bagi manajer dalam mengevaluasi operasi masa lalu dan dalam merencanakan aktivitas investasi serta pembiayaan di masa depan. Laporan arus kas juga berguna bagi para investor, kreditor dan pihak lainnya dalam menilai potensi laba perusahaan. Selain itu, laporan arus kas juga menjadi dasar untuk menilai kemampuan perusahaan membayar utangnya yang telah jatuh tempo.

Menurut Abdul Halim (2004 : 142) pengertian laporan arus kas adalah sebagai berikut:

“Laporan arus kas adalah laporan yang bertujuan untuk menyajikan informasi

mengenai kemampuan perusahaan dalam memperoleh kas dan menilai penggunaan kas untuk memenuhi kebutuhan daerah dalam satu periode

akuntansi.”

Pengertian laporan arus kas menurut Ardiyos (2004 : 172) adalah sebagai berikut :


(28)

15

“Laporan aliran kas (Cash flow statement) adalah suatu laporan keuangan yang menunjukkan sumber-sumber kas dan penggunaan kas yang masuk atau

keluar dalam suatu bisnis.”

Laporan arus kas menurut Skousen (2001; 41) adalah sebagai berikut :

“Laporan arus kas (statement of cash flow) adalah laporan keuangan yang melaporkan jumlah kas yang diterima dan dibayar oleh suatu perusahaan

selama periode tertentu.”

Dari pengertian-pengertian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa laporan arus kas adalah laporan yang melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang utama dari suatu perusahaan selama satu periode.

2.1.1.3 Tujuan Arus Kas

Tujuan arus kas menurut Sofyan Syafri Harahap (2008 : 257) adalah sebagai berikut :

“1. Mengetahui kemampuan perusahaan meng”generate” kas, merencanakan,

mengontrol arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan pada masa lalu.

2. Mengetahui kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih perusahaan, termasuk kemampuan membayar dividen di masa yang akan datang.

3. Informasi bagi investor dan kreditor untuk memproyeksikan return dari sumber kekayaan perusahaan.

4. Kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas ke perusahaan di masa yang akan datang.

5. Alasan perbedaan antara laba bersih dibandingkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas.

6. Pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu”.


(29)

Tujuan menyajikan laporan arus kas menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 25) adalah sebagai berikut:

“Memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran

kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.”

Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dibuatnya laporan arus kas adalah untuk memberikan informasi historis mengenai kas dan setara kas sehingga dapat membantu para investor dalam pengambilan keputusan investasi.

2.1.1.4 Klasifikasi Arus Kas

Sofyan Syafri Harahap (2009:) mengklasifikasikan arus kas sebagai berikut :

“1. Arus kas dari kegiatan operasional

Semua transaksi yang berkaitan dengan laba yang dilaporkan dalam Laporan Laba/Rugi dikelompokkan dalam golongan ini.

Demikian juga Arus Kas Masuk lainnya yang berasal dari kegiatan operational, misalnya :

a. Penerimaan dari langganan; b. Penerimaan dari piutang bunga; c. Penerimaan deviden;

d. Penerimaan refund dari supplier. Arus Kas Keluar misalnya berasal dari:

a. Kas yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa yang akan dijual;

b. Bunga yang dibayar atas utang perusahaan; c. Pembayaran pajak penghasilan;

d. Pembayaran gaji.

2. Arus kas dari kegiatan investasi

Disini dikelompokkan transaksi kas yang berhubungan dengan perolehan fasilitas investasi dan nonkas lainnya yang digunakan oleh perusahaan. arus kas masuk terjadi jika kas diterima dari hasil atau pengembalian investasi yang dilakukan sebelumnya misalnya dari hasil atau penjualan. Kas yang diterima misalnya dari:

a. Penjualan aktiva tetap;

b. Penjualan surat berharga yang berupa investasi; c. Pemberian pinjaman pada pihak lain;


(30)

17

d. Pembayaran untuk aktiva lain yang digunakan dalam kegiatan produktif seperti hak paten (tidak termasuk persediaan yang merupakan persediaan operasional).

e. Transaksi yang berkaitan dengan aktiva lain-lain juga dapat disamakan dengan aktiva tetap.

3. Aru kas dari kegiatan pembiayaan

Kelompok ini menyangkut bagaimana kegiatan kas diperoleh untuk membiayai perusahaan termasuk operasinya. Dalam kategori ini, arus kas masuk merupakan kegiatan mendapatkan dana untuk kepentingan perusahaan. arus kas keluar adalah pembayaran kembali kepada pemilik dan kreditor atas dana yang diberikan sebelumnya.

Arus kas masuk misalnya: a. pengeluaran saham; b. pengeluaran wesel; c. penjualan obligasi;

d. pengeluaran surat utang hipotiek, dan lain-lain. Arus kas keluar misalnya:

a. pembayaran dividend an pembagian lainnya yang diberikan kepada pemilik;

b. pembelian saham pemilik (treasury stock);

c. pembayaran utang pokok dana yang dipinjam (tidak termasuk bunga karena dianggap sebagai kegiatan operasi)”.

2.1.1.5 Metode Pelaporan Arus Kas

Perusahaan menyusun laporan arus kas sebagai bagian dari laporan keuangan tahunannya. Laporan arus kas ini dinilai banyak memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dan kondisi likuiditas perusahaan di masa yang akan datang.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 tentang Laporan Arus Kas (2009 : 2.17) untuk menentukan dan menyajikan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi dapat digunakan salah satu dari metode ini:

“1. Metode langsung (Direct method).

Dalam metode ini, pelaporan arus kas dilakukan dengan cara melaporkan kelompok-kelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari kegiatan operasi


(31)

secara lengkap (gross), tanpa melihat laporan laba/rugi dan dilanjutkan dengan kegiatan investasi dan pembiayaan.

2. Metode tidak langsung (indirect method).

Dalam indirect method, penyajiannya dimulai dari laba rugi bersih dan selanjutnya disesuaikan dengan menambah atau mengurangi perubahan dalam pos-pos yang mempengaruhi kegiatan operasional seperti penyusutan, naik turun aktiva lancar dan utang lancar”.

2.1.2 Modal Kerja

2.1.2.1 Pengertian Modal Kerja

Definisi modal kerja menurut Sutrisno (2007:39) mengatakan bahwa:

“Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan

operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar hutang, dan pembayaran lainnya disebut

modal kerja”.

Modal kerja menurut Sofyan Syafri Harahaf (2007:288), mengatakan bahwa :

“Modal kerja adalah asset lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja juga

bisa dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam asset tidak lancar atau untuk membayar utang tidak lancar”.

Modal kerja menurut Jumingan (2009:66) mengatakan bahwa :

“Modal kerja adalah kelebihan asset lancar terhadap utang jangka pendek.

Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Kelebihan ini merupakan jumlah asset lancar yang berasal dari utang jangka panjang dan

modal sendiri”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa modal kerja meliputi semua aspek pengelolaan asset lancar dan kewajiban lancar yang digunakan perusahaan.


(32)

19

2.1.2.2 Konsep Modal Kerja

Di dalam modal kerja terdapat beberapa konsep modal kerja. Menurut Sutrisno (2007:39) ada tiga konsep modal kerja, yaitu:

“1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitikberatkan pada segi kuantitas dana yang tertanam dalam asset yang masa perputarannya kurang satu tahun. Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan elemen asset lancar. Oleh karena semua elemen asset lancar diperhitungkan sebagai modal kerja tanpa memperhatikan kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, maka modal kerja ini sering disebut modal kerja bruto atau gross working capital. 2. Konsep Kualitatif

Pada konsep ini modal kerja bukan semua asset lancar, tetapi telah mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar. Dengan demikian dana yang digunakan benar-benar khusus digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari tanpa khawatir terganggu oleh pembayaran-permbayaran hutang yang segera jatuh tempo. Karena menurut konsep ini hutang lancar telah dikeluarkan dari perhitungan, sehingga modal kerja merupakan selisih antara asset lancar dengan hutang lancarnya.

3. Konsep Fungsional

Konsep ini lebih menitikberatkan pada fungsi dana dalam menghasilkan pengahasilan langsung atau current income. Pengertian modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan current income sesuai dengan tujuan didirikannya perusahaan pada satu periode tertentu”.

Bambang Riyanto (2001:52) memberikan definisi modal kerja yang berhubungan dengan konsep fungsional, yaitu:

”Modal kerja sebagai dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income yang sesuai dengan maksud

utama didirikannya perusahaan tersebut”.

Dari ketiga konsep tersebut, konsep kuantitatif dan kualitatiflah yang sering digunakan perusahaan karena lebih sederhana dan mudah dimengerti.


(33)

2.1.2.3Jenis –jenis Modal Kerja

Penggolongan jenis-jenis modal kerja yang dikemukakan oleh W.B Taylor dan dikutip oleh Sawir (2005:132) adalah:

“Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran perusahaan. Modal kerja permanen dibedakan menjadi :

1. Modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu, modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuinitas usahanya.

2. Modal kerja normal (Normal Working Capital) yaitu, modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi normal dalam artian yang dinamis”.

2.1.2.4Manfaaat Modal Kerja

Modal kerja digunakan untuk membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan perusahaan, disamping bagi perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan.

Menurut Munawir (2004:116), keberadaan modal kerja yang cukup akan memberikan beberapa manfaat yaitu:

“1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunya asset lancar

2. Memungkinkan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.

3. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan perusahaan untuk dapat menghadapi kesulitan-kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan barang dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen.

5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat-syarat kredit yang lebih menarik bagi pelanggan.

6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan”.


(34)

21

2.1.2.5Sumber-sumber modal kerja

Perusahaan memerlukan modal kerja untuk dapat memperlancar operasi perusahaan. Menurut Munawir (2004:120), modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat dipenuhi dari empat aktivitas pembelajaan yang memberikan modal kerja, yaitu:

“1. Hasil operasi perusahaan

Jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan laba rugi perusahaan tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.

2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek) Surat berharga yang dimiliki perusahaan unutk jangka pendek adalah salah satu elemen asset lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadnya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari surat berharga berubah menjadi kas.

3. Penjualan aset tidak lancar

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan asset tetap, investasi jangka panjang, dan aset tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aset ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut.

4. Penjualan saham/obligasi

Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modal sahamnya, disamping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya”.

Dari uraian tentang sumber modal kerja tersebut dapat disimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah apabila:

a. Adanya kenaikan sektor modal kerja baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau bertambahnya investasi dari pemilik perusahaan.


(35)

b. Adanya pengurangan atau penurunan aset tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aset lancar karena adanya penjualan aset tetap maupun melaui proses depresiasi.

c. Adanya penambahan utang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek atau utang jangka panjang lainya yang diimbangi dengan bertambahnya aset lancar.

2.1.2.6Penggunaan Modal Kerja

Menurut Kasmir (2008:259) Penggunaan dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari kenaikan asset dan menurunnya pasiva. Secara umum penggunaan modal kerja biasa dilakukan perusahaan untuk :

“1. Pengeluaran untuk gaji, upah, dan biaya operasi perusahaan lainya yang digunakan untuk menunjang penjualan;

2. Pengeluaran untuk membeli bahan baku yang digunakan dalam proses produksi atau membeli barang dagangan untuk dijual kembali;

3. Menutupi akibat penjualan surat berharga;

4. Pembentukan dana, merupakan pemisahan aset lancar untuk tujuan dalam jangka panjang. Pembentukan dana ini akan mengubah bentuk aset dari aset lancar menjadi aset tetap;

5. Pembelian asset tetap (tanah, bangunan, kendaraan, mesin, dll), pembelian ini akan mengakibatkan berkurangnya aset lancar dan timbulnya utang lancar;

6. Pembayaran utang jangka panjang (obligasi, hipotek, utang bank jangka panjang);

7. Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar dengan cara membeli kembali, untuk sementara waktu maupun selamanya;

8. Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi, termasuk pengambilan keuntungan atau pembayaran deviden oleh perusahaan”.


(36)

23

2.1.2.7Kebijakan Modal kerja

Kebijakan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai alternative sumber dana. Seperti diketahui bahwa sumber dana untuk memenuhi modal kerja bisa dipilih dari sumber dana jangka panjang atau jangka pendek. Dimana masing-masing alternatif mempunyai konsekuensi dan keuntungan tersendiri. Oleh karena itu perlu kebijakan untuk mencari sumber pembelanjaan sehingga diperoleh biaya yang paling murah.

Kebijakan modal kerja apa yang harus diambil perusahaan tergantung dari seberapa besar manajer berani mengambil resiko. Kebijakan modal kerja yang diambil oleh perusahaan menurut Sutrisno (2007:42) adalah sebagai berikut:

“1. Kebijakan konservatif

Rencana pemenuhan kebutuhan dana konservatif merupakan rencana pemenuhan dana modal kerja yang lebih banyak menggunakan sumber dana jangka pendek. Kebijakan ini disebut konservatif (hati-hati) karena sumber dana jangka panjang mempunyai jatuh tempo yang lama sehingga perusahaan memiliki keleluasaan dalam pelunasan kembali, artinya perusahaan mempunyai tingkat keamanan atau margin of safety yang besar. 2. Kebijakan moderat

Pada kebijakan atau strategi pendanaan ini perusahaan membiayai asset dengan dan yang jangka waktunya kurang lebih sama dengan jangka waktu perputaran asset tersebut. Kebijakan ini didasarkan atas matching principle yang menyatakan bahwa jangka waktu sumber dana sebaiknya disesuaikan dengan lamanya dana tersebut diperlukan.

3. Kebijakan Agresif

Bila pada kebijakan konservatif perusahaan lebih mementingkan faktor keamanan sehingga margin of safety nya besar, tetapi tentunya akan mengakibatkan tingkat profitabilits menjadai rendah. Sebaliknya dengan kebijakan agresif, maka sebagian kebutuhan dana jangka panjang akan dipenuhi dengan sumber dana jangka pandek. Pada pendekatan ini berarti perusahaan menanggung resiko yang cukup besar, sedangkan trade off yang diharapkan adalah memperoleh tingkat profitabilitas yang besar”.


(37)

2.1.3 Likuiditas

2.1.3.1 Pengertian Likuiditas

Menurut Subramanyam (2011:241) yang dialih bahasakan oleh Dewi yanti, mendefinisikan likuiditas sebagai berikut:

“Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya”.

Menurut Themin (2012:175) mendefinisikan likuiditas sebagai berikut:

“Likuiditas adalah mengukur seberapa cepat suatu item dapat di konversi

menjadi kas”.

Berdasarkan pengertian diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor yang diberikan kepada perusahaan untuk mendanai operasi yang harus segera dipenuhi.

2.1.3.2 Komponen-Komponen Likuiditas

Menurut Subramanyam (2011:239) yang dialih bahasakan oleh Dewi Yanti, tentang komponen-komponen likuiditas sebagai berikut:

“Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya perusahaan untuk

memenuhi kebutuhan kas jangka pendek. Likuiditas perusahaan dipengaruhi oleh kapan arus kas masuk dan arus kas keluar terjadi serta prospek arus kas untuk kinerja masa depan. Jadi, likuiditas berarti jumlah kas atau setara kas yang dimiliki perusahaan dan jumlah kas yang dapat diperoleh dalam periode


(38)

25

Menurut Subramanyam (2012:273) yang dialih bahasakan oleh Dewi Yanti, komponen-komponen yang mempengaruhi likuiditas sebagai berikut:

“1. Kas adalah aset yang paling likuid, mencakup mata uang, deposito dana,

money orders, cek; dan

2. Setara kas (Cash equivalents) juga tergolong sangat lancar, investasi jangka pendek yang (1) siap dikonversi menjadi kas dan (2) hampir jatuh tempo sehingga risiko perubahan harga yang disebabkan pergerakan tingkat bunga yang hanya minimal. Investasi ini biasanya jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang. Contoh setara kas adalah treasury bill

(surat berharga yang dikeluarkan oleh pemerintah AS) jangka pendek,

commercial paper, dan dana pasar uang. Setara kas sering kali digunakan

sebagai wadah sementara kelebihan kas”.

Sedangkan menurut Arfan (2009:202) komponen-komponen yang mempengaruhi likuiditas sebagai berikut:

“Kas adalah uang tunai yang tersedia, baik di laci, di dompet, tabungan di bank, maupun dalam deposito yang jatuh temponya di bawah satu tahun. Perlu diperhatikan, kas bukan merupakan persediaan barang dagangan, piutang, tanah ataupun bangunan yang kita miliki. Memang hal-hal tersebut bisa dijadikan uang namun biasanya akan membutuhkan waktu, yang kadang kala memakan waktu cukup lama. Sering kali karena kita terdesak oleh kebutuhan uang atau kas yang cukup besar, sementara di sisi lain uang/kas di tangan tidak mencukupi untuk berbagai keperluan seperti untuk membayar gaji karyawan, membayar pemasok barang, membayar utang bank, dan lain sebagainya. Sebagai jalan keluar untuk menutup keperluan pengeluaran yang besar tersebut maka langkah yang dapat di ambil adalah berutang. Namun berhutang akan menjadi maksimal pada satu titik (ada batasnya) dan tidak mungkin mendapatkan utang lagi. Sehingga langkah terakhir yang dapat di ambil adalah harus menjual sebagian aktiva yang kita miliki seperti modal, tanah, bangunan, dan lain-lain. Karena harus segara menjadi uang, maka harga jualnya menjadi rendah bahkan mungkin di bawah harga pasar. Malah dalam banyak kasus seiring terjadi kerugian karena harga jual lebih sedikit dibandingkan dengan harga beli”.


(39)

Menurut Subramanyam (2011:91) yang dialih bahasakan oleh Dewi Yanti, tentang komponen-komponen likuiditas sebagai berikut:

“Uang tunai atau kas (cash) merupakan saldo sisa dari arus kas masuk dikurangi arus kas keluar yang berasal dari periode-periode sebelumnya. Arus kas bersih atau disebut arus kas, mengacu pada arus kas masuk dikurangi arus kas keluar pada periode berjalan. Ukuran arus kas mengakui arus kas masuk saat kas diterima walaupun belum tentu telah dihasilkan, dan mengakui arus keluar saat kas dibayarkan walaupun beban belum tentu telah terjadi. Laporan arus kas melaporkan ukuran arus kas untuk tiga aktivitas utama dalam aktivitas usaha: operasi, investasi, dan pendanaan. Kas merupakan aset yang paling likuid serta menawarkan likuiditas bagi perusahaan. Kas merupakan awal sekaligus akhir siklus operasi perusahaan. Aktivitas operasi perusahaan melibatkan konversi kas menjadi berbagai aset (seperti persediaan) yang digunakan untuk menghasilkan piutang dari penjualan kredit. Siklus operasi menjadi lengkap saat kas kembali ke perusahaan melalui proses penagihan yang memungkinkan dimulainya siklus operasi baru. Analisis laporan keuangan mengakui bahwa akuntansi akrual, dimana perusahaan mengakui pendapatan saat dihasilkan dan beban saat terjadi, berbeda dengan akuntansi berbasis kas. Kas digunakan untuk membayar utang, mengganti peralatan, memperluas fasilitas, dan membayar dividen. Dengan demikian, analisis arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan berikut sumber operasi, investasi, dan pendanaan. Analisis ini membantu kita menilai likuiditas karena likuiditas merupakan kedekatan aset dan kewajiban pada kas”.

Menurut Arfan (2009:203) tentang komponen-komponen likuiditas sebagai berikut:

“Perlu di ingat, apabila kita memiliki perusahaan atau sebuah usaha yang

menguntungkan, tidak secara otomatis hal tersebut dapat meningkatkan jumlah kas atau uang di tangan. Sebagai contoh yang ekstrem, kita menjual barang dengan sistem kredit maka tentunya kita tidak akan menerima uang untuk saat ini. Sehingga walaupun, katakanlah kita memiliki keuntungan 10 juta saat ini dari hasil penjualan kredit tersebut, namun hal tersebut belum-lah menjadi uang atau kas yang benar-benar ada di tangan kita. Jadi meningkatnya keuntungan belum tentu sejalan dengan meningkatnya jumlah uang di tangan kita. Singkatnya kita tidak bisa membayar sesuatu dengan keuntungan, namun hal tersebut hanya bisa di bayar dengan uang atau kas”.


(40)

27

Dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen likuiditas terdiri dari kas dan setara kas.

2.1.3.3 Ukuran Rasio Likuiditas

Menurut Lukas (2008:415) mendefinisikan rasio likuiditas sebagai berikut:

“Rasio likuiditas adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo”.

Menurut Kasmir (2012:129) mendefinisikan rasio likuiditas sebagai berikut:

“Rasio likuiditas merupakan analisis keuangan yang berkaitan dengan

kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajibannya”.

Berdasarkan pengertian diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa rasio likuiditas adalah ukuran yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang-utang lancarnya yang telah jatuh tempo.

Menurut Kasmir (2012:130) tentang rasio likuiditas sebagai berikut:

“Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa

likuidnya perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga

terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu”.

Menurut Kasmir (2012:133) jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya sebagai berikut:

“1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa


(41)

banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.

Rumus untuk mencari rasio lancar dapat digunakan sebagai berikut:

Sumber: Kasmir (2012:135)

Aktiva lancar merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya.

Utang lancar merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun). Artinya, utang ini segera harus dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya.

Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin.

2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test)

Rasio cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Artinya, nilai persediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Untuk mencari quick ratio, diukur dari total aktiva lancar, kemudian dikurangi dengan nilai persediaan.

Rumus untuk mencari rasio cepat dapat digunakan sebagai berikut:

Sumber: Kasmir (2012:137)

3. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas

Rasio lancar = Aktiva Lancar Utang Lancar

Rasio cepat atau Quick ratio = Aktiva Lancar – Persediaan Utang Lancar


(42)

29

seperti rekening giro atau tabungan di bank. Dapat dikatakan rasio ini menunjukan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.

Rumus untuk mencari rasio kas dapat di gunakan sebagai berikut:

Sumber: Kasmir (2012:139)

4. Rasio Perputaran Kas

Rasio perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.

Rumus yang digunakan untuk mencari rasio ini adalah sebagai berikut:

Sumber: Kasmir (2012:141)

5. Inventory to Net Working Capital

Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

Rumus yang digunakan untuk mencari Inventory to Net Working Capital

sebagai berikut:

Sumber: Kasmir (2012:142)

Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan

utang lancar”.

Penulis menggunakan rasio lancar (current ratio) karena Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Sehingga perusahaan yang memiliki total aktiva lancar yang tinggi dapat dijadikan jaminan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan menarik

Rasio Kas = Kas + Bank Utang Lancar

Rasio Perputaran Kas = Penjualan Bersih Modal Kerja Bersih

Inventory to NWC = Inventory


(43)

calon investor serta investor dalam membuat keputusan investasi atau kebijakan ekonomi sebuah perusahaan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Laporan keuangan menyediakan informasi yang membantu investor serta kreditor saat ini atau potensial dan para pemakai lainnya dalam menilai jumlah, penetapan waktu, dan ketidak pastian penerimaan kas prospektif dari dividen atau bunga dari hasil penjualan, penebusan, atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman.

Menurut Darsono dan Ashari (2005:4), laporan keuangan adalah:

“Hasil dari proses akuntansi yang disebut siklus akuntansi. Laporan keuangan menunjukan posisi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode. Selain itu, laporan keuangan juga menunjukan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan

sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan”.

Kas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kelangsungan aktivitas perusahaan, sehingga dalam pengelolaannya diperlukan perhatian yang khusus. Pengelolaan kas yang kurang efektif dapat menyebabkan kelebihan investasi dalam kas.

Menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2001:48)

“Laporan arus kas adalah laporan yang menjelaskan dampak aktivitas operasi,

investasi, dan pembiayaan perusahaan terhadap arus kas selama satu periode

akuntansi”.

Laporan arus kas akan sangat berguna untuk menentukan kebijakan-kebijakan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya. Sedangkan bagi pihak ekstern


(44)

31

akan berguna sebagai salah satu alternatif analisa dalam pengalokasian dana yang akan mereka tanamkan.

Jumlah kas terlalu besar ataupun jumlah kas yang terlalu kecil akan mempunyai akibat yang berbeda. Kebutuhan akan kas itu sendiri besarnya haruslah disesuaikan dengan komposisi keuangan perusahaan agar diperoleh jumlah yang ideal dalam membiayai operasional perusahaan sehari-hari. Teori yang dikemukakan oleh S. Munawir (2002:157)

“Laporan arus kas (cash flow statement) disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaanya”.

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa kas merupakan salah satu unsur atau aktiva lancar yang tinggi tingkat likuiditasnya. Hal tersebut berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya.

Pada umumnya, modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap kewajiban lancar (kewajiban jangka pendek) suatu perusahaan, atau disebut Net Working Capital. Adanya kelebihan aktiva lancar terhadap kewajiban lancar mengisyaratkan bahwa perusahaan mampu membayar kewajiban lancarnya.

Menurut Lukman Syamsuddin (2000:143 ) Banyak orang yang menyukai laporan dalam bentuk net working capital. Hal tersebut karena laporan itu lebih langsung menunjukkan perubahan dalam likuiditas perusahaan yang diukur dengan perubahan net working capital.


(45)

Modal kerja merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan. Modal kerja digunakan untuk membiayai operasi sehari-hari perusahaan, dimana dana yang telah dikeluarkan tersebut diharapkan akan kembali dalam jangka waktu yang relatif pendek melalui hasil aktivitas perusahaan tersebut, yang akan dipergunakan untuk operasi selanjutnya.

Berdasarkan keterkaitan dikemukakan di atas maka kerangka pemikiran teoritis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Keterkaitan Arus Kas dengan Likuiditas

Hubungan antara arus kas dengan likuiditas didasarkan pada asumsi bahwa jumlah arus kas dari aktivitas pendanaan akan mempengaruhi jumlah kas dan setara

Likuiditas

Laporan Arus Kas Neraca

Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar

Modal

Aktiva Lancar Utang Lancar

- Semakin besar jumlah kas, maka akan semakin tinggi tingkat likuiditasnya.

- Semakin kecil jumlah kas, maka akan semakin kecil tingkat likuiditasnya.

S. Munawir (2001;158)


(46)

33

kas yang digunakan untuk menambah atau mengurangi jumlah dan komposisi modal serta hutang jangka panjangnya. (Helfert, Erich A : 1997)

Menurut Bambang Riyanto (2001:96) apabila aliran kas senyatanya selalu sesuai dengan estimasinya, maka perusaaan tersebut tidak akan mengalami kesukaran likuiditas. Sebaliknya perusahaan yang aliran kasnya sering mengalami penyimpangan yang merugikan dari yang diestimasikan, perlulah perusahaan ini

mempertahankan adanya persediaan minimal kas yang agak besar”.

Menurut Henry Simamora (2003;179) Laporan arus kas bermanfaat secara internal bagi manajemen dan secara eksternal bagi pemodal dan kreditor. Manajemen memakai laporan arus kas untuk menilai likuiditas, menentukan kebijakan deviden, dan mengevaluasi imbas keputusan-keputusan kebijakan pokok yang menyangkut

investasi dan pendanaan”.

2.2.2 Keterkaitan Modal Kerja dengan Likuiditas

Modal kerja memiliki arti yang sangat penting bagi operasional suatu perusahaan. Di samping itu, manajemen modal kerja juga memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Oleh karena itu, setiap perusahaan berusahan memenuhi kebutuhan modala kerjanya agar dapat meningkatkan likuiditasnya. Kemudian dengan terpenuhi modal kerja, perusahaan juga dapat memaksimakan perolehan labanya. Perusahaan dalam kekurangan modal kerja dapat membahayakan kelangsungan hidup perusahaan yang bersangkutan, akibat tidak dapat memenuhi likuiditas dan target laba yang diinginkan. (Kasmir :2012:252)


(47)

Modal kerja juga penting untuk mengukur cadangan likuiditas yang tersedia untuk memenuhi kontijensi dan ketidakpastian yang terkait dengan keseimbangan antara arus kas masuk dengan arus kas keluar perusahaan (Subramanyam : 2011:241)

Untuk menjaga originalitas penelitian penulis, maka dapat diuraikan penelitian-penelitian terdahulu, yang disajikan dalam table 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul

penelitian

Hasil penelitian

1. Nurul Hayati dan Christina Riani

Jurnal spread – April 2011, Volume 1 Nomor 1

Pengaruh arus kas terhadap likuiditas pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI

Pada penelitian ini, secara simultan arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan berpengaruh terhadap likuiditas.

2. Iswandi

Sukartaatmadja JIR, Volume 5 No. 2, Oktober 2005 : 125 – 132

Pengaruh arus kas operasi dan laba akuntansi terhadap tingkat keuntungan dan likuiditas saham emiten sector

keuangan di bursa efek Jakarta

Hasil uji korelasi antar variabel menunjukkan bahwa terdapat korelasi posotif yang tinggi antara arus kas operasi dan laba akuntansi, sememntara terdapat korelasi posotifyang tinggi antara tingkat keuntungan saham dan likuiditas.

3. Evi Mulyo Suprojo

Pengaruh perubahan arus kas terhadap profitabilitas dan likuiditas pada

perusahaan Manufaktur

Terdapat pengaruh yang signifikan antara perubahan arus kas terhadap likuiditas dan profitabilitas yang ditunjukkan F-hitung masing-masing persamaan lebih besar dari nilai F-tabel dengan taraf signifikan 0,000. Dan pengaruh perubahan arus kas yang paling dominan adalah berpengaruh terhadap


(48)

35

sektor

makanan dan minuman yang tercatat di bursa efek Jakarta

likuiditas, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi yang lebih besar dibanding persamaan antara perubahan arus kas terhadap profitabilitas.

4. Nusa Muktiadji JIR. Volume 7 No. 1, April 2007 : 37-44

Analisis Modal Kerja dalam Pengendalian Likuiditas dan Profitabilitas

Modal kerja memiliki hubungan yang positif terhadap likuiditas

5. Yoyon Supriyadi JIR, Volume 11 No. 1, April 2011 : 1-11

Pengaruh Modal Kerja Terhadap Likuiditas dan Profitabilita

Pengaruh modal kerja terhadap rasio lancar (likuiditas) memiliki pengaruh yang positif.

Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran diatas dan di dukung oleh pendapat para ahli serta penelitian terdahulu, maka dapat diuraikan paradigma yang disajikan dalam gambar 2.2 sebagai berikut.

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

Arus Kas

(John Downes ;1999 ; 46) (Abdul Halim ;2004 ; 142)

(Ardiyos ;2004 ; 172)

Modal Kerja

(Sutrisno ;2007:39) (Sofyan ;2007:288) (Jumingan ;2009:66)

Likuiditas

(Subramanyam ;2011:241) (Themin ;2012:175) Kasmir (2012:252)

Subramanyam ( 2011:241) Bambang Riyanto (2001;96)

Helfert, Erich A ( 1997) Henry Simamora (2003;179)


(49)

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:64) mendefinisikan hipotesis adalah sebagai berikut:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan.”

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka peneliti berasumsi mengambil keputusan sementara (hipotesis) adalah sebagai berikut:


(50)

37 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Menurut Husein Umar (2005:303) mendefinisikan objek penelitian sebagai berikut:

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.

Menurut Sugiyono (2011:38) mendefinisikan objek penelitian sebagai berikut:

“Objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan tertentu. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah arus kas, modal kerja dan likuiditas pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:2) mendefinisikan metode penelitian sebagai berikut:


(51)

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2011:21) mendefinisikan metode deskriptif sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk

membuat kesimpulan yang lebih luas”.

Menurut Masyhuri (2008:45) dalam Umi Narimawati (2010:29) mendefinisikan metode verifikatif sebagai berikut:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan

untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa

dengan kehidupan”.

Menurut Sugiyono (2011:8) mendefinisikan metode penelitian kuantitatif sebagai berikut:

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan

tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Dalam penelitian ini, metode deskriptif verifikatif tersebut digunakan untuk menguji lebih dalam pengaruh arus kas, modal kerja dan likuiditas pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. serta menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.


(52)

39

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Menurut Moh. Nazir (2009:84) mendefinisikan desain penelitian sebagai berikut:

“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.

Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30) yang peneliti terapkan dalam penelitian sebagai berikut:

“1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian;

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi; 3. Menetapkan rumusan masalah;

4. Menetapkan tujuan penelitian;

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori;

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan;

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data;

8. Melakukan analisis data; dan

9. Melakukan pelaporan hasil penelitian”.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(53)

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis Penelitian Metode Yang Digunakan

Unit Analisis Time Horizon

T – 1 Descriptive Decriptive dan

Survey

Perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia

Time Series

T – 2 Descriptive & Verifikatif

Descriptive dan

Explanatory Survey

Perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia

Time Series

T – 3 Descriptive & Verifikatif

Descriptive dan

Explanatory Survey

perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia

Time Series

Sumber: Umi Narimawati (2010:31)

3.3 Operasionalisasi Variabel

Menurut Nur Indriantoro (2002:69) dalam Umi Narimawati (2010:31) mendefinisikan operasionalisasi variabel sebagai berikut:

“Operasionalisasi variabel adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran constructyang lebih baik”.

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai pengaruh arus kas, modal kerja dan likuiditas pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Skala atau ukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio. Moh. Nazir (2009:132) mendefinisikan ukuran rasio sebagai berikut:


(54)

41

“Ukuran rasio adalah ukuran yang mencakup semua ukuran yang

memberikan keterangan tentang nilai absolutedari objek yang diukur”.

Dalam skala rasio, angka nol mempunyai makna, sehingga angka nol dalam skala ini diperlukan sebagai dasar dalam perhitungan dan pengukuran terhadap objek yang diteliti.

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah. maka operasionalisasi variabel penelitian dapat disajikan dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Arus Kas (X1)

Menurut Sofyan (2001;4) Laporan ini merupakan ikhtisar arus kas masuk dan arus kas keluar yang dalam format keuangannya dibagi dalam kelompok-kelompok kegiatan operasi, kegiatan investasi. dan kegiatan

pembiayaan.”

Arus Kas = Arus Kas Operasi + Arus Kas Investasi + Arus Kas Pembiayaan

Rasio

Modal Keraja (X2)

“Modal kerja merupakan ukuran tentang keamanan dari kepentingan kreditur

jangka pendek.”

(Sofyan Syafri Harahap; 2008 ; 288)

Modal Kerja = Aktiva lancar- utang lancar


(55)

Likuiditas (Y)

Menurut Lukas (2008:415) rasio likuiditas adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo.

Rasio lancar = Aktiva Lancar Utang Lancar (Kasmir, 2012:43)

Rasio

3.4 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder. Menurut Sugiyono (2011:137) mendefinisikan sumber data sekunder sebagai berikut:

“Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data”.

Peneliti menggunakan data sekunder karena peneliti mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu informasi mengenai laporan keuangan tahunan (neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan) pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.5 Populasi dan Penarikan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011:80) mendefinisikan populasi sebagai berikut:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.


(56)

43

Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah 5 perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan laporan keuangan tahunan (neraca dan laporan arus kas) selama 5 periode atau dari tahun 2008-2012, jadi jumlah populasinya atau N = 5 x 5 = 25.

Table 3.3

Jumlah Populasi Emiten

No Kode Nama Emiten

1. BTEL PT Bakrie Telecom Tbk.

2. TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. 3. ISAT PT Indosat Tbk.

4. FREN PT Smartfren Telecom Tbk. 5. EXCL PT XL Axiata Tbk.

Sumber: www.idx.co.id 2. Sampel

Dengan meneliti secara sampel, diharapkan hasil yang telah diperoleh akan memberikan kesimpulan gambaran sesuai dengan karakteristik populasi.

Menurut Sugiyono (2011:81) mendefinisikan sampel sebagai berikut:

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut”.

Penentuan jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi harus dilakukan dengan teknik pengambilan sampling yang tepat. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purpossive sampling.

Menurut Sugiyono (2011:85) mendefinisikan purposive sampling adalah sebagai berikut:


(1)

15

Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Spread. April, Volume 1, Nomor 1.

Malhotra K. Naresh. (1993). Marketing Research An Applied Orientation, Prentice Hall International Inc, New Jersey

Moh. Nazir. (2009). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

S. Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Ke-4. Cetakan Ke-13. Yogyakarta: Liberty.

Sawir, Agnes, 2005, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Skousen, K Fred,. W Steve Alberct., James D. stice., Earl K. 2001. Akuntansi keuangan: konsep dan aplikasi 1. Salemba Empat

Sofyan Syafri Harahap. 2001. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sofyan Syafri Harahap. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sofyan Syafri Harahap. 2008. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (12th ed). Bandung: Alfabeta.

Sutrisno, 2007, Manajemen Keuangan, Penerbit: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta.

Umi Narimawati., Sri Dewi Anggadini., & Linna Ismawati. (2010). Penulisan Karya Ilmiah: Panduan Awal Menyusun Skripsi dan tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi: Genesis.

Yoyon Supriyadi., dan Fani Fazriani. (2011). Pengaruh Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas. Jurnal Ilmiah Ranggagading. Volume 11 No. 1, April : 1 – 11.


(2)

16

LAMPIRAN

Tabel 1.1

Arus Kas dan Likuiditas

Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia

No Nama Perusahaan Tahun Arus Kas (Rp) Likuiditas

1. PT Bakrie Telecom

Tbk 2008 501639725742 - 2,20 -

2009 715672709550 0,86

2010 333682733522 0,82

2011 162322645977 0,32

2012 260409875852 0,27

4. PT Smartfren Telecom Tbk

2008 23734079923 - 0,65 -

2009 23839414781 0,35

2010 20713167168 0,22

2011 227343302579 0,26

2012 141301222795 0,28

5. PT XL Axiata Tbk 2008 1170203000000 - 0,56 -

2009 747965000000 0,33

2010 366161000000 0,49

2011 998113000000 0,39

2012 791805000000 0,42

Sumber: www.idx.co.id (Dari data yang diolah)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Laporan Keuangan

Neraca

Laporan Arus

Kas

Modal

Aktiva Lancar

Utang Lancar

Arus Kas Masuk

Arus Kas Keluar

Likuiditas

- Semakin besar jumlah kas, maka

akan semakin tinggi tingkat likuiditasnya.

- Semakin kecil jumlah kas, maka akan semakin kecil tingkat likuiditasnya.


(3)

17

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

Tabel 3.6

Tingkat Keeratan Korelasi

0 – 0,20 Sangat rendah (hampir tidak ada hubungan)

0,21 – 0,40 Korelasi yang lemah

0,41 – 0,60 Korelasi sedang

0,61 – 0,80 Cukup tinggi

0,81 – 1 Korelasi tinggi

Sumber: Syahri Alhusin (2003:157)

Gambar 3.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

Arus Kas

Modal Kerja

Likuiditas

Bambang Riyanto (2001;96)

Helfert, Erich A ( 1997) Henry Simamora (2003;179)

Kasmir (2012:252) Subramanyam ( 2011:241)


(4)

18

Gambar 4.1

Grafik Perkembangan Arus Kas Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012

Gambar 4.2

Grafik Perkembangan Modal Kerja Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012

Gambar 4.3

Grafik Perkembangan Likuiditas Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012

Tabel 4.8 0

2E+11 4E+11 6E+11 8E+11 1E+12 1,2E+12 1,4E+12

PT Bakrie Telecom Tbk PT Smartfren Tbk PT XL Axiata

2008 2009 2010 2011 2012

-6E+12 -5E+12 -4E+12 -3E+12 -2E+12 -1E+12 0

PT Bakrie Telecom Tbk PT Smartfren Tbk PT XL Axiata Tbk

2009 2010 2011 2012

0 0,5 1 1,5 2 2,5

PT Bakrie Telecom Tbk PT Smartfren Tbk PT XL Axiata Tbk

2008 2009 2010 2011 2012


(5)

19

Tabel 4.9

Koefisien Korelasi Pearson Arus Kas Dengan Likuiditas Correlations

Control Variables ArusKas Likuiditas

ModalKerja

ArusKas

Correlation 1,000 ,668

Significance (2-tailed) . ,009

Df 0 12

Likuiditas

Correlation ,668 1,000

Significance (2-tailed) ,009 .

Df 12 0

Tabel 4.10 Uji t

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part

(Constant) ,714 ,137 5,219 ,000

ArusKas 8,042E-013 2,5035E-013 ,602 3,113 ,009 ,158 ,668 ,526

ModalKerja 2,499E-013 5,88896E-014 ,911 4,709 ,001 ,617 ,806 ,795

a. Dependent Variable: Likuiditas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

Correlations

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part

(Constant) ,714 ,137 5,219 ,000

ArusKas 8,042E-013 2,5035E-013 ,602 3,113 ,009 ,158 ,668 ,526

ModalKerja 2,499E-013 5,88896E-014 ,911 4,709 ,001 ,617 ,806 ,795


(6)

20

Tabel 4.11

Koefisien Korelasi Pearson Modal Kerja Dengan Likuiditas Correlations

Control Variables Likuiditas ModalKerja

ArusKas

Likuiditas

Correlation 1,000 ,806

Significance (2-tailed) . ,001

Df 0 12

ModalKerja

Correlation ,806 1,000

Significance (2-tailed) ,001 .

Df 12 0

Tabel 4.12

Analisis Koefisien Korelasi Berganda dan Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,811a ,658 ,601 ,31290

a. Predictors: (Constant), ModalKerja, ArusKas b. Dependent Variable: Likuiditas

Tabel 4.13 Anova Untuk Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 2,256 2 1,128 11,524 ,002b

Residual 1,175 12 ,098

Total 3,431 14

a. Dependent Variable: Likuiditas