7 diperlukansesuaifokuspermasalahanpenelitian. 3 Penyajian data, yang
digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk teks naratif dari catatan lapangan. Penyajian data adalah merupakan tahapan untuk memahami apa
yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan selanjutnya, untuk dianalisis dan diambil tindakan yang dianggap perlu. 4 Kegiatan verifikasi
dan penarikan kesimpulan, sebenarnya hanyalah sebagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh, karena penarikan kesimpulan juga diverifikasi sejak
awal berlangsungnya penelitian hingga akhir penelitian, yang merupakan proses berkesinambungan dan berkelanjutan.
secaraumumanalisis data
dalampenelitianinidilakukanmelaluipentahapansebagaiberikut: 1
Mencatatsemuatemuanfenomena di
lapanganbaikmelaluipengamatan, wawancaradandokumentasi; 2 Menelaahkembalicatatanhasilpengamatan,
wawancaradandokumentasi, sertamemisahkan
data yang
dianggappentingdantidakpenting, pekerjaaninidiulangkembaliuntukmemeriksakemungkinankekeliruanklasifika
si; 3
Mendeskripsikan data
yang telahdiklasifikasikan,
untukkepentinganpenelaahanlebihlanjutdenganmemperhatikanfokusdantujuan penelitian;
4 Membuatanalisisakhir
yang memungkinkandalamlaporanuntukkepentinganpenelitian.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Menurut Tarigan 1990: 4, berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa.Aspek-aspek keterampilan bahasa lainnya adalah
menyimak, membaca, dan menulis.Keempat aspek tersebut berkaitan erat, antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, dan berbicara
dengan membaca. Menurut Arsjad 2005 : 17 menjelaskan bahwa bicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan
berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik pembicara harus menguasai lafal, struktur,
dan kosakata yang bersangkutan. Disamping itu, diperlukan juga penguasaan
8 masalah dan gagasan yang akan disampaikan, serta kemampuan memahami
bahasa lawan pembicara. Daerah cakupan berbicara meliputi kegiatan komunikasi lisan sebagai berikut, antara lain: 1 berceramah, 2 berdebat, 3
bercakap-cakap, 4 berkhotbah, 5 bertelepon, dan lain sebagainya. Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan
pikiran secara efektif, maka seyogianyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan; dia harus mampu mengevaluasi
efek komunikasinya terhadap para pendengarnya; dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu pembicaraan, baik secara
umum maupun perorangan Tarigan, 1985 : 150. Kemampuan berbicara sangat penting dalam kehidupan manusia karena sebagian besar aktivitas
kehidupan manusia membutuhkan dukungan kemampuan berbicara. Kemampuan berbicara telah diajarkan sejak siswa duduk di kelas I melalui
pembelajaran keterampilan berbicara. Ketika siswa duduk di kelas IV sekolah dasar dan seterusnya, seharusnya siswa telah terampil berbicara. Dengan
demikian, kemampuan
berbicara merupakan
faktor yang
sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara
lisan. Agar pembicaraan itu mencapai tujuan, pembicara harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan informasi kepada orang
lain. Hal ini bermakna bahwa pembicara harus memahami betul bagaimana cara berbicara yang efektif sehingga orang lain pendengar dapat menangkap
informasi yang disampaikan pembicara secara efektif pula. Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan
perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh.
Dari paparan yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara yaitu untuk menginformasikan isi pembicaraan dari satu siswa
kepada siswa lain agar siswa lain mengetahui maksud, isi dan tujuan dari pembicaraan tersebut secara jelas. Jadi disini siswa mampu berbicara
menguraikan topik dalam pembicaraan dengan menggunakan bahasa yang baik, benar dan dapat dipahami oleh siswa lain yang mendengarnya.
9 Pada pelaksanaan siklus I dan siklus II didapat nilai rata-rata
kemampuan berbicara dan hasil belajar siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan metode course review horray pada siklus I 51.76 dan
siklus II 71.93 dari data tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan dari setiap siklus. Hasil tindakan siklus I dan siklus II terjadi peningkatan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang didapat siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti untuk
meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Pada siklus I dari 38 siswa yang hadir terdapat 92.1 yang mendapat nilai diatas 60. Pada siklus II dari 38
siswa yang hadir terdapat 97.36 yang mendapat nilai diatas 60 .
Dari data diatas dapat dikatakan bahwa kemampuan berbicara pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia siswa SD Negeri VI Bulungkulon meningkat. Pada siklus II peningkatan kemampuan berbicara siswa mencapai 71.93, prosentase
tersebut diatas indikator pencapaian peneliti yaitu ≥ 60.
D. Simpulan