Kuliah Tamu Hadirkan Direktur VOA Indonesia

Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
www.umm.ac.id

Kuliah Tamu Hadirkan Direktur VOA Indonesia
Tanggal: 2011-09-26

Direktur VOA, Frans Padak, memberikan kuliah tamu kepada mahasiswa
UMM

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ditantang Direktur Voice of America (VOA) Indonesia, Frans
Padak Demon, untuk mengembangkan karir di kantornya. Salah satu syaratnya, memiliki kemapuan bahasa Indonesia
yang sangat baik, dan bahasa Inggris yang baik.
“Bahasa Indonesianya harus sangat baik karena VOA berkomunikasi dengan masyarakat Indonesia. Sedangkan
bahasa Inggris penting untuk komunikasi dengan nara sumber,” kata Frans yang pernah bekerja di radio NHK Jepang
ini.
Frans hadir di UMM untuk memberi kuliah tamu mengenai jurnaslisme VOA, Senin (26/09). Kuliah tamu yang diikuti
sekitar 100 mahasiswa jurusan Hubungan Internasional dan Ilmu Komunikasi itu berlangsung hangat karena Frans juga
memaparkan berbagai peluang magang dan bekerja di VOA. Tak tanggung-tanggung, untuk program fellowship,
misalnya, freshgraduate yang memenuhi syarat akan memperoleh gaji hingga Rp 30 juta-an perbulan.
Menurut Frans, untuk menjadi jurnalis VOA Indonesia, pihaknya pantang untuk mempertimbangkannya dari sisi ras,

agama, bahkan penampilan fisik. Untuk itu jika ada aplikasi yang menyertakan foto akan dibuang terlebih dahulu untuk
menghindari subyektivitas. “Bagi VOA bukan wajah, bukan rasa tau agama, tetapi knowledge, skill dan ability,” ujar
Frans.
Untuk itu, Frans berpesan agar sejak mahasiswa sudah mempersiapkan dengan pengetahuan (knowledge) yang luas,
skill yang bagus dan pengalaman yang membangun ability yang banyak. Dia yakin di UMM banyak sekali kesempatan
untuk mengikuti berbagai seminar, praktik kerja bahkan bekerja sebagai bekal pengalaman. “Jika anda ingin bekerja di
VOA, siapkanlah sejak sekarang. Jangan setelah lulus kuliah baru cari-cari kursus,” pesannya kepada mahasiswa yang
memadati ruang sidang rektorat.
Asisten Rektor bidang Kerjasama Luar Negeri, Suparto, mengungkapkan keinginan mengundang direktur VOA
Indonesia sudah lama digagasnya. Selain untuk memberi wawasan kepada mahasiswa mengenai jurnalisme, UMM juga
ingin memperkenalkan kampusnya kepada direktur VOA Indonesia. Hal ini memperoleh tanggapan positif dari Frans.
“UMM ini kampus yang berhasil melakukan inkulturasi budaya modern dan tradisional. Kampusnya yang modern
dipadu dengan kehidupan keagamaan yang kental sangat terasa di sini,” kesan Frans, yang mengaku alumni FE UI,
sekelas dengan mantan Menkeu Sri Mulyani, ini.
VOA Indonesia, kata Frans, mengalami peningkatan pendengar yang sangat signifikan. Data terbarunya menyatakan,
saat ini VOA Indonesia diakses hingga 37,8% pendengar di Indonesia. Ini karena VOA Indonesia berkoneksi dengan
230 radio dan 38 stasiun televisi. VOA memberikan konten kepada radio dan televise di Indonesia secara gratis.
Namun, berita-berita yang diberikan kepada broadcast Indonesia harus bermutu sesuai dengan kehendak konsumen.
Namun demikian, Frans meyakinkan sebagai jurnalis dirinya menjamin prinsip jurnalisme tetap dipegang teguh, yakni
keseimbangan informasi. VOA, katanya, bukanlah corong kebijakan pemerintah Amerika walau dibiayai oleh Kongres.

Sebaliknya, VOA juga menyuarakan pihak-pihak yang berseberangan sehingga masyarakat bisa memilih sendiri
pendapatnya. “Tugas kita menyampaikan informasi dari berbagai pihak, masyarakatlah yang menilai,” terangnya.
(bib/nas)

page 1 / 1