MAKNA NABI TERAKHIR (1)

DIRASAH ISLAMIYAH

MAKNA NABI TERAKHIR (1)
KI AGENG AF WIBISONO / (KETUA PP MUHAMMADIYAH 2010-2015)

litm
erg
er.
co
m)

h. 332). Kemudian, disusul oleh bangunan
masjid-masjid di seluruh dunia Islam.
Hal ini, sekali lagi, menunjukkan bahwa
kata penutup atau akhir itu tidak berarti tidak
dimungkinkan munculnya hal yang sama
di belakang hari. Dalam logika penganut
Ahmadiyah, meski menurut Al-Ahzab ayat
40 di atas Muhammad saw adalah Nabi
penutup dan terakhir, masih terbuka kemungkinan munculnya Nabi-Nabi setelah
beliau. Seperti halnya masjid yang sudah

ditegaskan bahwa Masjid Nabawi adalah
masjid terakhir, nyatanya masjid-masjid tetap muncul terus di dunia Islam.
Mereka juga menguatkan argumennya, dengan mengacu pada surat Shaff
ayat 6 sebagaimana berikut:

pd

Pemahaman Terhadap Qs. 33: 40
Bunyi selengkapnya ayat tersebut
adalah sebagai berikut:

Sunnah.
Kalangan pendukung Ahmadiyah
sesungguhnya memilih makna penutup
atau terakhir untuk kata khâtham yang terdapat pada ayat di atas. Mereka berpandangan, makna penutup tidak identik dengan tidak ada Nabi lagi setelah Muhammad saw. Masih dimungkinkan hadirnya
Nabi-Nabi lain setelah beliau.
Dalam salah satu diskusi dengan penulis di facebook, seorang kader Ahmadiyah menguatkan pemaknaan kata
Khâtham dengan arti penutup atau terakhir,
mengacu pada Hadits Nabi saw berikut:


fsp

P

engakuan sebagai Nabi di
Indonesia, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar negeri,
belakangan cukup marak. Kalangan Ahmadiyah berargumen bahwa, ungkapan
Nabi Muhammad saw adalah Nabi terakhir,
tidak secara otomatis menegasikan munculnya Nabi setelah beliau. Tulisan ini akan
menganalisis argumen tersebut berdasarkan kajian surat Al-Ahzab ayat 40 beserta
ayat-ayat dan hadits-hadits terkait pemahaman khâtam al-Nabiyyin.

Vi
sit

De
mo
(


Artinya: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu (yaitu Zaid ibn Haritsah), tetapi
dia adalah Rasulullah dan penutup NabiNabi. Dan adalah Allah Maha mengetahui
segala sesuatu.
Kata Khâtham (al-Nabiyyin), secara
harfiah mempunyai empat makna. Pertama, Khâtham bermakna cincin. Kedua,
Khâtham bermakna penutup. Ketiga,
Khâtham bermakna hati yang tertutup sehingga tidak pernah bisa memahami sesuatu yang disampaikan kepadanya.
Keempat, Khâtham bermakna tanaman
yang disirami (Luis Makluf, Al-Munjid fi
al-Lughah wa al-A’lam, h. 168-169).
Dalam Ushul al-Fiqih, kata yang mempunyai lebih dari satu makna, disebut lafadl
musytarak. Lafadl musytarak tidak bisa
dipahami dengan menggunakan keseluruhan makna yang dikandung. Hanya satu
makna dari keseluruhan makna yang dapat
dipergunakan. Pilihan terhadap salah satu
makna yang tersedia, dipersyaratkan didukung oleh nash Al-Qur’an dan Al-

htt
p:/
/w

w

w.

Artinya: Saya adalah akhir dari para
Nabi dan masjid saya adalah akhir dari
masjid-masjid (yang didirikan oleh para
Nabi, pen. Hadits riwayat Muslim dari Abu
Hurairah).
Hadits tersebut menegaskan, Masjid
Nabawi adalah masjid terakhir dibangun.
Mestinya, Masjid Nabawi benar-benar
masjid penutup atau terakhir. Nyatanya,
masjid-masjid terus bermunculan dan
dibangun oleh umat Islam hingga sekarang.
Karena itu, pernyataan Nabi Muhammad
saw Nabi penutup atau terakhir, bisa
dipahami masih dimungkinkan hadirnya
Nabi-Nabi lain setelah beliau seperti hadirnya masjid-masjid baru di dunia Islam
meskipun telah dinyatakan Masjid Nabawi

adalah masjid terakhir.
Harus diakui, dalam sejarah Islam, setelah Masjid Nabawi, muncul Masjid Abd
al-Qais. Masjid ini adalah masjid pertama
yang dibangun dan dipergunakan untuk
penyelenggaraan shalat Jum’at setelah
masjid Rasulullah saw. Masjid ini terletak
di sebuah desa bernama Juwats di wilayah
Bahrain (al-Aqalani, Fath al-Bari, juz 2,
Kitab al-Maghaziy, bab Wafd Abd al-Qais,
h. 1902. Lihat juga Ibnu Katsir, Al-Bidayah,

24

10 - 25 RABIULAKHIR 1432 H

Artinya: Dan (Ingatlah) ketika Isa ibnu
Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu,
membenarkan Kitab sebelumku, yaitu
Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang
akan datang sesudahku, yang namanya

Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan
membawa bukti-bukti yang nyata, mereka
berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.”
Dalam pandangan penganut Ahmadiyah, Nabi yang disebut oleh ayat tersebut
belumlah datang karena yang datang setelah Nabi Isa as bukan bernama Ahmad,
melainkan bernama Muhammad. Meski
Muhammad saw dinyatakan sebagai Nabi
penutup atau terakhir, tapi masih dimungkinkan hadir Nabi yang bernama Ahmad
sebagaimana nama yang disebut oleh ayat
di atas.

DIRASAH ISLAMIYAH

kecuali Allah. Begitulah makna

han

fsp

htt

p:/
/w
w

Vi
sit

Artinya: Rasulullah saw bersabda;
sesungguhnya risalah dan kenabian telah
terputus (berakhir). Maka tidak lagi Rasul
dan Nabi sesudah saya ….
Hadits riwayat at-Turmudzi dari Anas
ibn Malik ini menegaskan bahwa risalah
dan kenabian telah final dan usai. Pengakuan seseorang sesudah Muhammad
saw tentang kenabian dan kerasulannya
adalah tidak sah karena bertolak belakang
dengan Hadits di atas. Dengan demikian,
makna kata Khâtham pada Al-Ahzab ayat
40 di atas penutup atau terakhir.
Pertanyaannya kemudian, apakah

kata terakhir itu masih memungkinkan ada
Nabi lagi? Seperti halnya pernyataan di atas,
bahwa Masjid Nabawi adalah masjid
terakhir dan ternyata masih lahir masjidmasjid baru setelah Masjid Nabawi?
Pertama-tama harus didudukkan
terlebih dahulu makna yang sesungguhnya
dari pernyataan Masjid Nabawi adalah
masjid terakhir. Pernyataan itu agaknya
dikutip secara kurang lengkap dari Hadits
berikut:

De
mo
(

Artinya: Perumpamaanku dan sekalian Nabi sebelumku adalah ibarat seorang
yang mendirikan gedung. Maka diperbaguskan dan diperindahkan bangunan itu
kecuali satu bata (yang belum dipasang)
pada salah satu penjuru-penjurunya.
Orang-orang mengelilingiya dengan heran

seraya berkata; Mengapakah bata ini
tidak dipasang? Nabi saw bersabda; Aku
inilah bata itu dan aku inilah penutup sekalian Nabi (Hadits riwayat Muslim dari
Abu Hurairah).
Pada Hadits pertama ada penggalan
kalimat yang relevan untuk diperhatikan.

Hadits riwayat al-Bazzâr, al-Dailamy
dan Ibn al-Najjâr dari ‘Âisyah ini menurut
Albani adalah shahih. Arti Hadits ini; “Saya
adalah penutup sekalian para Nabi dan
masjid saya (Masjid Nabawi), adalah
penutup (akhir) masjid para Nabi”. Tidak
bisa tidak, hadits “masjid-ku adalah akhir
dari masjid-masjid para Nabi”, mesti
dipahami, akhir dari masjid yang
didirikan oleh Nabi. Setelah masjid
Nabawi, kenyataannya tidak ada lagi
masjid yang didirikan oleh seorang
Nabi, karena Muhammad Rasulullah saw

adalah akhir dari rangkaian para Nabi-Nabi
dan tidak ada lagi Nabi setelah beliau.
Sangat rasional pernyataan Nabi
tersebut. Karena sudah tidak ada Nabi lagi,
praktis tidak akan ada masjid yang
dibangun oleh seorang Nabi, meskipun
umat Islam akan didatangi para pembohong
yang mengaku sebagai Nabi. Karena itu
pula, melaksanakan shalat di masjidmasjid di luar Masjid al-Haram, Masjid
Nabawi dan Masjid al-Aqsha, pahalanya
tidak sama dengan melaksanakan shalat
di Masjid al-Haram, Masjid Nabawi dan
Masjid al-Aqsha.
Bagaimanakah perbedaan nama
Ahmad dengan Muhammad? Nama Nabi
Muhammad saw, sebagaimana disebut
dalam Hadits tidak hanya Muhammad:

litm
erg

er.
co
m)

lam pada
yang menegasikan
kehadiran semua Nabi dan Rasul setelah
Muhammad saw. Artinya, setelah Muhammad saw tidak ada lagi Nabi dan Rasul
dalam bentuk apa pun. Termasuk menegasikan kehadiran Nabi tanpa membawa
syariat seperti pengakuan dan klaim Mirza
Ghulam Ahmad. Hadits kedua, Nabi saw
membuat ilustrasi mengenai posisi dirinya
di antara Nabi lain, bak sebuah bangunan
yang menyisakan satu lubang. Lubang itu
menjadi terisi dengan kedatangan beliau.
Artinya, sudah tidak tersisa orang lain untuk
mengisinya. Orang yang datang setelah
beliau sudah tidak mempunyai tempat
untuk mengaku-ngaku menjadi Nabi atau
Rasul.
Pemahaman seperti ini sejalan dengan
Hadits berikut:

w.

Artinya: Dalam umatku akan ada pendusta-pendusta. Semuanya mengaku dirinya Nabi. Padahal, aku ini penutup sekalian Nabi yang tidak ada Nabi sesudahku
(Hadits riwayat Ibnu Mardawaih dari
Tsauban ini menurut Albani adalah shahih).

pada penggalan kalimat
berfungsi
menegasikan semua tuhan. Tidak ada tu-

pd

Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar
ketika menjelaskan Al-Ahzab ayat 40,
memilih makna penutup atu terakhir untuk
kata khatham. Makna Muhammad saw
sebagai Nabi penutup, bagi Buya Hamka,
adalah sudah tidak ada lagi Nabi setelah
beliau. Sejalan dengan Buya Hamka, Majelis Tarjih PP Muhammadiyah juga memilih makna penutup untuk kata khatham
(HPT, h. 280-2810).
Majelis Tarjih menguatkan makna
yang dipilih dengan mengacu pada beberapa Hadits berikut:

Yakni,

. Menurut ilmu nahwu,

adalah lam lin-nafyi
lam pada
al-jinsi. Artinya, lam yang berfungsi
menegasikan segala jenis kandungan kata
yang ada sesudahnya. Seperti fungsi lam

Artinya: Nabi saw bersabda; Saya adalah Muhammad. Saya adalah Ahmad. Saya adalah Al-MâhÉ (yang sebab saya kekufuran terhapuskan). Saya adalah Al-Hâsyir (manusia berhimpun kepada saya)
dan Al-‘Âqib (tidak ada Nabi setelahnya).
Hadits riwayat Muslim dari Jubair ibn
Muth’im ini menginformasikan nama lain
Nabi Muhammad adalah Ahmad. Dengan
demikian, dapat dipastikan bahwa yang
dimaksud Ahmad pada surat Shaaf ayat 6
adalah Muhammad saw, bukan Mirza
Ghulam Ahmad. Wallâhu A’lam bi alShawâb.l

SUARA MUHAMMADIYAH 06 / 96 | 16 - 31 MARET 2011

25