PELATIHAN BERPIKIR POSITIF UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PADA PENDERITA EKS KUSTA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit kusta bukanlah penyakit turunan, kutukan atau penyakit yang berbau
mistis akan tetapi merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi
mycobacterium lepreteste. Stigma itu diperparah dengan sikap masyarakat yang
enggan menerima kehadiran penderita eks

kusta di tengah masyarakat, walau

menurut medis telah pulih. Timbulnya penyakit kusta pada seseorang tidak mudah
sehinga tidak perlu ditakuti. Penyakit kusta jika tidak segera diobati dapat
menimbulkan hilangnya rasa dan kelumpuhan otot pada daerah kaki, tangan dan
muka. Jika keadaan ini tidak mendapat pengobatan dan perawatan dengan baik, akan
berlanjut dengan akibat timbulnya luka-luka, kekakuan sendi-sendi jari, bahkan
hilangnya bagian-bagian kaki, tangan, serta timbulnya kebutaan. Akan tetapi stigma
negatif atau labelling masyarakat pada penderita kusta mempunyai dampak yang
begitu besar dalam kehidupan penderita eks kusta itu sendiri.
Di Indonesia, tercatat 19 provinsi telah mencapai eliminasi kusta dengan
angka penemuan kasus kurang dari 10 per 100.000. Saat ini tinggal 150 kabupaten
atau kota yang belum mencapai eliminasi. Meski jika dilihat dari prevalensi atau

angka kesakitan memang masih jauh di bawah provinsi lain di Indonesia yang
terhitung rawan kusta seperti Sulawesi, Papua, dan Maluku.
Provinsi Jatim masih merupakan provinsi dengan kasus penderita kusta
terbanyak di Indonesia. Prevalensi kusta di Jatim saat ini berkisar 1,39 per 10.000
penduduk. Penderita kusta tersebut tersebar di sejumlah daerah rentan, misalnya, di
Pulau Madura, Lamongan, Probolinggo, Lumajang, Tuban, dan Situbondo (Taufik,
2007). Kebanyakan para penderita kusta datang dari kalangan menengah ke bawah.
Kusta dapat menyerang semua umur, anak-anak lebih rentan, dari pada orang
dewasa. Frekuensi tertinggi pada kelompok dewasa ialah umur 25-35 tahun.
Sedangkan pada kelompok anak pada usia 10 - 12 tahun. Laki-laki memiliki risiko
menderita kusta dua kali lebih tinggi ketimbang perempuan.

1

2

Penyakit kusta sendiri disebabkan oleh Mycobacterium Leprae

yang


merupakan basil tahan asam, bersifat obligat intraseluler, menyerang saraf perifer,
kulit dan organ lain seperti mukosa saluran napas bagian atas, hati dan sumsum
tulang kecuali susunan saraf pusat. Dengan menyerang saraf perifer, penyakit ini
dapat menimbulkan kelumpuhan otot, mati rasa, kulit kering dan tidak berminyak,
kecacatan menetap berupa mata tak bisa menutup sehingga menimbulkan kebutaan.
Sementara pada tangan, muncul mati rasa pada telapak tangan, jari memendek atau
putus tanpa rasa sakit, serta lunglai pada pergelangan tangan. Bahkan penyakit kusta
sendiri juga dapat menghilangkan jari-jari atau bahkan bagian tubuh lainnya.
Kompas (25 Januari) menguraikan suatu kasus di bangsal perempuan Rumah
Sakit Kusta Sumberglagah, Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur (Jatim),
perempuan 40 tahun sebut saja Saswani, penderita ini berusaha untuk memerangi dan
melawan kusta dengan kondisi berbaring di rumah sakit. Penderita ini sudah pasrah
akan penyakit yang di deritanya. Perempuan asal Blitar tersebut lebih banyak
mengahabiskan waktunya untuk termenung sambil mengamati pasien-pasien lain
yang tinggal di rumah sakit yang sama dengannya. Perempuan ini berusaha untuk
menerima keadaan tubuhnya dengan kondisi fisik tidak mempunyai kedua kaki.
Permasalahan yang dialami oleh penderita eks kusta tidak hanya
permasalahan fisik saja akan tetapi permasalahan psikis juga menjadi beban dalam
kehidupannya. Dengan kondisi fisik seperti itu, penderita eks kusta merasa tidak
mempunyai masa depan yang jelas, tidak berguna, menjijikkan, menarik diri, putus

asa, kecewa, kurangnya kepercayaan diri dalam bersosialisasi dan juga rasa takut
untuk di terima kembali dilingkungan sekitar . Selain itu, faktanya banyak penderita
eks kusta yang merasa nyaman tinggal di rehabilitasi penderita eks kusta atau
kampung kusta dan memilih untuk tinggal di tempat tersebut. Hal ini dikarenakan
beberapa dari keluarga penderita eks kusta tidak bisa menerima kembali penderita
eks kusta dengan alasan malu atau mungkin kecewa. Padahal penderita eks kusta ini
sangat membutuhkan sekali dukungan sosial, psikis dari orang-orang terdekat,
masyarakat dan lingkungan sekitar.

3

Dengan kondisi psikis dan anggapan seperti itu, tidak memungkiri jika
penderita kusta maupun penderita eks kusta merasa putus asa sehingga tidak tekun
untuk berobat. Cacat fisik yang dibawa penyakit membuat mereka tidak bisa
berkarya. Penderita eks kusta kurang bisa menyalurkan ide-ide yang berada didalam
dirinya, gerak aktifitasnya masih terbatas, kurangnnya kepercayaan diri dan
memandang dirinya rendah. Setiap yang dihasilkan penderita eks kusta dianggap
sesuatu yang menjijikkan dan harus dijauhi. Penderita eks kusta menganggap hidup
sudah berakhir karena dikucilkan dari masyarakat dan keluarga sendiri. Mereka
hidup dalam kondisi memprihatinkan dan dibayangi keputusasaan. Dengan

pandangan masa depan yang tidak jelas, dan penderita eks kusta terpaksa
menggantungkan hidup dari bantuan pemerintah.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penderita eks kusta sendiri
menggantungkan hidupnya dengan mendapatkan jatah bahan kebutuhan pokok ala
kadarnya. Tidak hanya bantuan dari pemerintah, kehidupan penderita eks kusta itu
juga bergantung dari uluran tangan dermawan untuk bertahan hidup. Hal ini
disebabkan karena lebelling pola pandang masyarakat yang salah dan kurangnya
kepercayaan diri pada penderita eks kusta untuk menyalurkan kreatifitasnya dan
bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Anthony (1992) berpendapat bahwa
individu yang mempunyai kepercayaan diri cenderung akan menjadi mandiri dan
tidak perlu bergantung pada orang lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi
keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan
situasi dari sudut kenyataan. Melihat dari hal tersebut, nampak penderita eks kusta
mempunyai permasalahan psikososial kurangnya akan kepercayaan diri, baik dengan
lingkungan maupun masyarakat sekitar.
Menurut Mastuti dan Aswi (2008) individu yang tidak percaya diri biasanya
disebabkan karena individu tersebut tidak mendidik diri sendiri dan hanya menunggu
orang melakukan sesuatu kepada dirinya. Percaya diri sangat bermanfaat dalam
setiap keadaan, percaya diri juga menyatakan seseorang bertanggung jawab atas
pekerjaannya. Karena semakin individu kehilangan suatu kepercayaan diri, maka

akan semakin sulit untuk memutuskan yang terbaik apa yang harus dilakukan pada
dirinya. Sikap percaya diri dapat dibentuk dengan belajar terus, tidak takut untuk
berbuat salah dan menerapkan pengetahuan yang sudah dipelajari.

4

Kepercayaan diri diperlukan baik oleh seorang anak maupun orang tua,
secara individual maupun kelompok. Kepercayaan diri merupakan sesuatu yang
urgen untuk dimiliki setiap individu. Karena dengan percaya diri individu akan
mudah menyalurkan ide-ide kreatitifasnya, bersosialisasi dan selalu berpikir positif
akan setiap permasalahan yang dihadapi. Anthony (1992) berpendapat bahwa
kepercayaan diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima
kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif, memiliki
kemandirian, dan mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala
sesuatu yang diinginkan. Orang dengan kepercayaan diri tinggi, individu tersebut
akan memandang suatu permasalahan dengan positif dan akan melihat segala sesuatu
dari sisi dan cara yang positif. Salah satu hal yang mudah terlihat negatif adalah salah
saat hal-hal tidak menyenangkan menimpa kita, seperti musibah, kecelakaan,
kegagalan, ataupun penolakan (Sofian, 2009).
Kepercayaan diri merupakan atribut yang paling berharga pada diri seseorang

dalam kehidupan bermasyarakat. Dikarenakan dalam kepercayaan diri, seseorang
mampu mengaktualisasikan segala potensi dirinya. Menurut Willis (1985)
kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu
masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan
bagi orang lain. Namun hal ini tidak terjadi pada penderita eks kusta, penderita
memandang bahwa penolakan yang terjadi pada dirinya itu dikarenakan masyarakat
menilai negatif setiap apa yang dikerjakan penderita eks kusta.
Kurangnya kepercayaan diri pada penderita eks kusta harus segera ditangani
karena percaya diri akan muncul apabila individu dapat belajar mengenai diri sendiri
dengan mencatat sebanyak mungkin aspek yang dimiliki, serta menerima diri apa
adanya dengan segala aspek positif maupun negatif, Santoso (dalam Ihdayati, 2000).
Menurut Sarason (dalam Kusuma, 2005) kepercayaan diri terbentuk dan berkembang
melalui proses belajar baik secara individual maupun secara sosial. Secara
individual, kepercayaan diri berkembang melalui pengalaman psikologis. Sedangkan
proses belajar secara sosial kepercayaan diri diperoleh melalui interaksi individu
dalam kegiatannya dengan orang lain. Manusia memberi pengaruh pada
lingkungannya, sebagaimana lingkungan memberi pengaruh pada mereka. Menurut
Bandura (2011) manusia belajar dengan mengamati apa yang dilakukan oleh orang

5


lain. Melalui belajar mengamati ( modelling) manusia secara kognitif, menampilkan
perilaku orang lain dan kemudian akan mengadopsi perilaku orang lain dalam diri
manusia sendiri. Modelling adalah belajar dengan mengamati dan menirukan
perilaku orang lain. Selain itu pendapat Dink Meer dan Loboncy (dalam Kusuma,
2004) pembentukan kepercayaan diri bersumber dari pengalaman pribadi yang
dialami seseorang dalam perjalanan hidupnya.
Terkait dengan intervensi yang akan diberikan, diperlukan suatu intervensi
yang dapat membantu penderita eks kusta untuk meningkatkan kepercayaan diri dan
yang tidak hanya dideskriminasikan oleh masyarakat sekitar, tetapi juga muncul
konsep diri yang positif. Pada saat ini ada sebuah paradigma baru di psikologi yaitu
berpikir positif. Paradigma ini lahir dari teori kognitif. Paradigma ini lebih
menekankan pada kekuatan pikiran yang berada di individu tersebut. Berpikir positif
memiliki dampak dan pengaruh besar dalam kehidupan seseorang. Saat kita mulai
berpikir positif, kekuatan besar akan datang mengimbangi cara berpikir kita untuk
tetap melakukan hal-hal baik dengan cara yang baik. Dengan mempraktikan berpikir
positif, individu akan membuka diri sendiri sampai mengalami hasil yang baik dan
bermanfaat dalam hidup individu tersebut. Orang-orang yang mempunyai penyakit
berat atau kronis, seperti kanker harus selalu berpikir positif sebagai salah satu cara
untuk memperkuat diri mereka dari dalam (Elfiky, 2009).

Pelatihan

berpikir

positif

perlu

dilaksanakan

untuk

meningkatkan

kepercayaan diri pada penderita eks kusta dengan alasan bahwa individu yang
memiliki kepercayaan diri yang baik maka individu tersebut akan selalu berpikir
positif akan setiap permasalahan yang dialaminya. Akan tetapi pemikiran tersebut
berkebalikan dengan pemikiran pada penderita eks kusta. Penderita eks kusta
mempunyai pemikiran bahwa penyakit kusta dalah penyakit yang menjijikkan,
mengalami kurangnya kepercayaan diri, diskriminasi dan memandang masa depan

kurang jelas. Pemikiran-pemikiran ini merupakan pemikiran pesimistik, dimana
pemikiran ini seperti pemikiran yang bersumber dari penderitaan diri dan bersifat
permanen juga meyakini tidak akan terjadi hal-hal yang baik dalam diri masingmasing. Menurut Beck, keyakinan-keyakinan tersebut bukanlah keyakinankeyakinan yang bersifat “irrasional”, melainkan keyakinan-keyakinan yang tidak
produktif atau keyakinan-keyakinan yang didasarkan pada informasi yang salah. Hal

6

ini membuktikan bahwa dengan keyakinan-keyakinan dan pemikiran-pemikiran yang
dimiliki penderita eks kusta menjadikan penderita eks kusta perlu diadakan pelatihan
berpikir positif agar dapat meningkatkan kepercayaan diri penderita eks kusta.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Aswendo (2011), dikatakan
bahwa pelatihan berpikir positif memiliki pengaruh dalam meningkatkan efikasi diri
akademik mahasiswa. Efikasi diri akademik kelompok eksperimen terbukti lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Terjadi juga peningkatan skor yang
signifikan pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa
pelatihan berpikir positif. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Astuti menyatakan bahwa 66 % penderita kusta mengalami gangguan citra tubuh
(body image). Dengan ini jika kondisi fisik individu mengalami gangguan citra tubuh
maka akan mempengaruhi kepercayaan diri subyek.
Desain penelitian ini menggunakan model pendekatan kognitif dari Aeron

Back dan sosial cognitive learning dari Albert Bandura. Pelatihan berpikir positif
didasarkan pada asumsi bahwa manusia mengalami permasalahan psikologis
dikarenakan munculnya pikiran yang tidak logis tentang diri mereka sendiri, tentang
dunia tempat mereka tinggal dan masa depan, Back (2005). Pendekatan Back
memiliki tujuan yang sama dengan pendekatan Ellis yaitu membantu orang
mengenali dan menyingkirkan kognisi-kognisi yang menundukkan diri. Berdasarkan
uraian di atas, peneliti ingin memberikan Pelatihan berpikir positif untuk
meningkatkan kepercayaan diri pada penderita eks kusta

B. Rumusan Masalah
Apakah pelatihan berpikir positif dapat meningkatkan kepercayaan diri pada
penderita eks kusta?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah pelatihan berpikir positif dapat meningkatkan
kepercayaan diri pada penderita eks kusta?

7

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, khususnya bagi
psikologi klinis, perkembangan juga sosial dalam meningkatkan kepercayaan diri
dengan pelatihan berpikir positif
2. Manfaat Praktis
Memberikan alternatif solusi dalam meningkatkan kepercayaan diri pada
penderita eks kusta. Penelitian ini juga dapat memberikan informasi mengenai
bagaimana berpikir positif pada penderita eks kusta, sehingga penderita eks kusta
mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.

PELATIHAN BERPIKIR POSITIF UNTUK MENINGKATKAN
KEPERCAYAAN DIRI PADA PENDERITA EKS KUSTA

SKRIPSI

Oleh:
Rohmatul Maula
08810295

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, karena dengan ijin dan kuasanya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pelatihan Berpikir Positif
untuk meningkatkan Kepercayaan Diri pada Penderita Eks Kusta”, sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas
Muhammadiyah Malang. Serta tak lupa shlawat serta salam kepada baginda
Rasulullah Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, baik mulai awal penulisan dan sampai dengan berakhirnya
penyusunan. Karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang dan selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam skripsi ini.
2. Zainul Anwar, M.Psi. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
dan arahan yang berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Zakarija Ahmat, S.Psi. M.Si. selaku dosen wali yang telah memberi pengarahan,
semangat serta nasehat sejak awal perkuliahan hingga skripsi ini
4. M. Salis Yuniardi, M.Psi. selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi yang
telah memberikan nasihat dan semangat dalam sktipsi ini
5. Ari Firmanto, S.Psi. yang telah membantu dan meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan SPSS
6. Lindayani Pusfiyaningsih, S.Psi. M.Si. yang telah membantu dan meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan Psikologi Eksperimen
7. Kedua orang tuaku, Bapak dan Ibu, terima kasih atas doa dan pengorbanannya
yang tidak ada henti-hentinya
8. Ketiga kakakku, Marwah (Alm), Adib Walidayya, Erna Rosyidah dan
Muhammad Jauhari, terima kasih atas dukungan dan doanya. Semoga kita bisa
memberikan kebanggan dan kebahagiaan didunia dan akhirat untuk kedua orang
tua kita

9. Keponakan-keponakannku, Ahmad Sahal, Ahsanu Amala, dan Ahmad Syauqi.
Serta Ama dan Anggi terima kasih senyuman yang menjadikan semangat dalam
penyelesaian skripsi ini.
10. Keluarga besar UPT Rehabilitasi Sosial Eks Kusta khususnya Ibu.Hartawati dan
Bpk.Singgih yang meluangkan waktu untuk membantu penulis melakukan
penelitian.
11. Beberapa penderita eks kusta yang bersedia menjadi subyek dan bantuannya
dalam penelitian ini.
12. Sahabat terbaikku, Myrza, Dice, Kiki, Sandra dan Gilang, bersama kalian
menjadikan saya lebih hebat dan bermanfaat dilingkungan sekitar
13. Psikologi angkatan 2008 khususnya kelas E, terima kasih candanya dan kerja
samanya
14. Keluarga besar kost 32 A, Mbak Dewi, Mbak Ika, Mbak Yuli, Mbak Neti, Vita,
Reni dan yang tak bisa aku sebutkan satu persatu, terima kasih tas motivasi dan
candanya selama ini
15. Himpunan mahasiswa islam dan sanggar seni Bell Ba Ba terima kasih atas
ilmunya
16. Keluarga besar Fakultas Pertanian-Peternakan, khususnya Bu Rina, Pak Imam,
Rizki dan m.Fuad terima kasih motivasi dan doanya
Kesempurnaan dalam penyusunan ini merupakan harapan dari penulis,
namun penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, untuk itu adanya
masukan dan kritik maupun saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis
demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga Allah SWT berkenan memberikah balasan yang berlipat ganda atas
segala bantuan yang telah dberikan kepada penulis. Harapan penulis semoga karya
ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan.

Malang, 23 April 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i
INTISARI .................................................................................................... iii
ABSTRACT................................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................ v
DAFTAR TABEL........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepercayaan Diri .......................................................................... 8
1. Pengertian kepercayaan diri ...................................................... 8
2. Aspek-aspek kepercayaan diri................................................... 9
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri................. 11
4. Proses pembentuk kepercayaan diri .......................................... 13
5. Ciri-ciri orang yang mempunyai kepercayaan diri .................... 14
B. Berpikir Positif.............................................................................. 16
1. Teori Kognitif Back ................................................................. 16
2. Pelatihan Berpikir Positif ......................................................... 19
C. Teori Social Cognitive Learning.................................................... 19
1. Pengertian ................................................................................ 19
2. Tahapan proses modelling ........................................................ 21
D. Kusta............................................................................................. 23
1. Pengertian kusta ....................................................................... 23
2. Penyebab kusta ........................................................................ 23

3. Jenis-jenis kusta ....................................................................... 24
4. Tanda-tanda kusta .................................................................... 25
5. Faktor - faktor timbulnya kusta ................................................ 26
6. Diagnosis penyakit kusta .......................................................... 27
7. Rehabilitasi kusta ..................................................................... 27
E. Kerangka Berpikir ........................................................................ 29
F. Hipotesis ...................................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ................................................................... 30
B. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian .............. 31
1. Variabel Penelitian.................................................................... 31
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian................................... 32
C. Subyek Penelitian.......................................................................... 32
D. Metode Pengumpulan Data............................................................ 33
1. Skala Kepercayaan Diri ........................................................... 33
E. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................ 35
F. Rancangan dan Prosedur Penelitian ............................................... 37
1. Tahapan Persiapan................................................................... 38
2. Tahapan Pelaksanaan............................................................... 39
3. Tahapan Terakhir .................................................................... 40
G. Waktu dan tempat penelitian ........................................................ 40
H. Teknik Analisa Data...................................................................... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Subyek ........................................................................... 42
B. Deskripsi Data............................................................................... 43
1. Deskripsi data pretest dan posttest skala kepercayaan diri
kelompok eksperimen.............................................................. 43
2. Deskripsi data pretest dan posttest skala kepercayaan diri
kelompok kontrol .................................................................... 43
C. Analisa Data.................................................................................. 44

D. Pembahasan .................................................................................. 45
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 50
B. Saran ............................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Halaman

Tabel 3.1. Skala Skor Jawaban pernyataan pada skala likert.........................34
Tabel 3.2 Blue print skala kepercayaan diri.................................................34
Tabel 3.3 Distribusi penyebaran item valid dan gugur skala kepercayaan diri
...................................................................................................36
Tabel 3.4 Rancangan Eksperimen ...............................................................38
Tabel 4.1 Identitas subyek kelompok eksperimen .......................................42
Tabel 4.2 Identitas subyek kelompok kontrol ..............................................42
Tabel 4.3 Hasil Pretest dan posttest skala kepercayaan diri kelompok
eksperimen..................................................................................43
Tabel 4.4 Hasil Pretest dan posttest skala kepercayaan diri kelompok kontrol
...................................................................................................44
Tabel 4.5 Hasil t-test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ..
...................................................................................................44

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Halaman

Gambar 1 : Kerangka berpikir .................................................................... 29

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Halaman

Lampiran 1 : Modul eksperimen................................................................ 54
Lampiran 2 : Skala kepercayaan diri.......................................................... 61
Lampiran 3 : Informed concent ................................................................. 66
Lampiran 4 : Hasil uji validitas ................................................................. 68
Lampiran 5 : Hasil uji reliabilitas .............................................................. 97
Lampiran 6 : Hasil uji t ............................................................................. 100

DAFTAR PUSTAKA
Affiatin, T. dan Martaniah, S.M. (1988). Meningkatkan kepercayaan diri remaja
melalui konseling kelompok. Psikologika, No.6/ Th.III
Agung, Gregorius & Derry, Iswidharmanjaya. (2004). Satu hari menjadi lebih
percaya diri. Jakarta : PT Gramedia
Akbar, A. (2010). Optimisme hidup penyandang kusta di dusun nganget tuban jawa
timur. ( Skripsi, Fakultas Psikologi UMS, Surakarta )
Angelis (2001). Confidance. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Aulia, Muhammad. (2010). Obat cespleng berpikir positif. Jakarta Selatan : Flash
Book.
Ayunda, R. (2008) Kepercayaan diri remaja yang tinggal di panti asuhan.
(Skripsi, Fakultas Psikologi UMM, Malang )
Azwar, S. (2006). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Corey, Gerald. (2003). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : PT
Refika Aditama
Davidson, G. C., Neale J. M., & kring A. M. (2006). Psikologi abnormal. (Ed.
Kesembilan). (Terj. N. Fajar) Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Elfiky, Ibrahim. (2009). Terapi Berpikir Positif. Jakarta : Zaman
Ernitalia. (2008). Optimisme dan harapan ppada penderita kusta. (Skripsi, Fakultas
Psikologi UMM, Malang)
Feist, J., & Feist J. G., (2008). Teori Kepribadian. Jakarta : Penerbit Salemba
Humanika
Hakim, T. (2002) Mengatasi rasa tidak percaya diri, Jakarta: Puspa Swara
Hadi, C., Suhariadi, F., & Andriani F. (2010). Psikologi eksperimen. Surabaya : Unit
Penerbitan dan Publikasi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Setiowulan, Dkk. (2000). Kapita selekta kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta
Fakultas Psikologi UMM. (1999). Pedoman penyusunan skripsi. Malang : UMM
Press
King, A. Laura (2010). Psikologi umum jilid 2. Jakarta. Penerbit salemba humanika

Kudo, A. (2011). Pengaruh pelatihan berpikir positif terhadap efikasi diri
akademik mahasiswa. (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Diponogoro,
Jawa Tengah)
Latipun. 2002. Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press
Nevid, J.S., Rathus, S. A., & Grenee, B., (2005). Psikologi abnormal jilid 1 (Ed.
kelima). Jakarta : Erlangga
Rasyid, Musa. (2010). Asyiknya berpikiran positif. Zaman. Jakarta
Purawanto, Setiyo., & Bayu W. (2010). Pengaruh pelatihan kepercayaan diri
menggunakan metode hipnosis terhadap kepercayaan diri siswa kelas x
menghadapi ujian semester 3. Laporan Penelitian. Solo : shalat center solo
Ubaedy, (2007). Kedahsyatan berpikir positif. . Depok . PT. Visi Gagas Komunika