Sanksi pidana pelecehan seksual antar anak di bawah umur menurut hukum islam dan hukum positif

SANKSI PIDANA PELECEHAN SEKSUAL ANTAR
ANAK DI BA\VAH UMUR MENURUT HUKUM ISLAM DAN
HUKUM POSITIF

Oleh:

WAHDAH

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM
VIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
1429/2008

PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul "Sanksi Pidana Pclccehan Scksual Antar Anak Dfbawah
Umur Menurut Hokum Islam dan Hokum Positif", telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 Mei 2008. skripsi ini telah diterima sel:iagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam pada Program studi
Perbandingan Mazhab dan Hukum konsentrasi Perbandingan Hukum.

Jakarta, 29 Mei 2008

. Muhammad Amin Suma SH MA, MM
0 210 422

Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua

: Dr. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag
NIP : 150 275 509

Sekretaris

: H.Muhammad Taufiqi, MAg
(
NIP: 150 290 159
__.----...._


Penr;uji I

: Prof. Dr. H. Abduh Mali
NIP: 150 094 391

(

Penguji II

: Burhanudin SH, M.Hum
NIP : 130 770 738

(

: H. Zubir Laini. SH
NIP: 150 007 392

(


: Asmawi M./ig
150 285 972

(

P セュ「ゥョァ@

I

Pembimbing II

(

セ@

)I CJ= )1 .&I F'i

KATA PENGANTAR

Segala Puja dan Puji Syukur kita haturkan kehadirat Allah semata .

salawat Sl'.rta salam senantiasa tercurahkan pada mura ilham, lautan ilmu yang
tidak pernah Jarut yakni keharibaan baginda Nabi Muhammad SAW, serta
keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya. Amin
Tentunya Dalam penyelesaian tugas ini saya tidak semata berhasil dengan
tenaga dan upaya sendiri namun banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam
terselesaikannya penulisan skripsi ini baik yang bersifat moril maupun materil,
maka dengan ini sepatutnya penulis menyampaikan banyak terima kasih atas
kerjasamanya dan dorongannya. Rasa terima kasih yang begitu tinggi saya
sampaikan kepada:

I. Prof; Dr, Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan
Fakullas Syariah san Hukum UIN Syari Hidayatu!lah Jakarta.
2. DR. H. A Mukri Aji, MA, dan Muhammad Taufiqi, M.Ag, selaku ketua
dan sckrclaris Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas
Syariah san 1-lukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
3. H. Zubir Laini ,SH, dan Asmawi M.Ag, selaku Dosen pembimbing
4. Staff t:rsip Pengadilan Negeri Jakarta Se Iatan.
5. Seluruh Sta IT dan pegawai perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hiday;:.tullah Jakarta.
6. Dosen-dosen yang memberikan sumbangsih Ilmu dan pengalamannnya.


DAFTARISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR 181 ................................•.........................................•........................ iii
BABI

PENDAI-IULUAN
A. La tar belakang masalah...... ...... ... .. ...... .. .. .. ... .. ... .... .. ..... ... ... 1
B. Perumusan dan pembatasan masalah ................................. 6
C. Tujuan dan manfaat penelitian ........................................... 7
D. Metode penelitian ............................................................... 8
E. Sistematika penulisan ..................... :................................... 9

BAB II

DESKRIPSI UMUM PELECEHAN SEKSUAL ANTAR ANAK
DIBA \VAi-I UMUR

A. Kualifikasi pelecehan seksual .................. .... ............... ... .... I 0

B. Kualifikasi anak dibawah umur ......................................... 14
C. Kasus-kasus pelecehan seksual antar anak dibawah umur 18

BAB III

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP SANKS! PIDANA
PELECEI-IAN SEKSUAL ANTAR ANAK DIBA WAH UMUR

A. Si stem Sanksi pidana dalam hukum Islam......................... 20
B. Sanksi pidana zina dalam Hukum Islam ............................ 28

C. Sanksi pidana pelecehan seksual antar anak dibawah
umur dalam hukum Islan1 ............................................... 30

BAB IV

PANDANGAN

HUKUM


POSITIF

TERHADAP

SANKSI

PIDANA PELECEHAN SEKSUAL ANTAR ANAK DIBA WAH
UMUR

A. Sistem sanksi pidana dalam hukum positif.. ...................... 36
B. Sanksi pidana pelecehan seksual antar anak
dibawah umur menurut hukum positif............................... 40
C. Kasus putusan PN Jakarta Selatan ..................................... 41

BABV

PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 54
B. Saran .................................................................................. 55


DAFTAR PUST AKA ..................................................................................... 57
LAMP IRAN-LAMP IRAN

f

BABI
PENDAHULUAN

A.

latar bclakang nrnsalah

manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia, karcna dia diberi aka!.
Manusia berkembang dari masa anak-anak menuju masa dewasa.
Pada masa dewasa seorang anak mengalami perkembangan sebagai persiapan
memasuki masa dcwasa. Hal ini berdasarkan pada pendapat pakar psikologi. menurut
Anna freud (ahli psikologi), adolesensia merupakan suatu masa yang meliputi proses
perkembangan dimana tezjadi perubahan dalam ha! motivasi seksual, organisasi ego,
hubungan dengan orang tua,orang Jain clan cita-cita yang dikejarnya. 1
Dalam ha! ini Singgih D.Gunarsa berpendapat bahwa pada masa remaja

seorang anak mengalami perkembangan psikoseksualitas dan emosionalitas yang
mempengaruhi tingkah lakunya. Proses perkembangan yang dialami remaja akan
menimbulkan permasdahan bagi dirinya itu dan orang-orang yang berada dekat
dengan Jingkunganya. 2
Akhir-akhir ini banyak terjadi kasus pelecehan seksual terhadap anak dimana
pelakunya ada!ah orang dewasa dan kebanyakan adalah orang yang telah di kenal
korban. Misalnya kasus dukun cabul di cirebon, dimana korbannya adalah gadis ABO
1

Scbagain1ana dikutip Y.Singgih f).gunarsa. Psiko/ogi Remaja (Jakarta: gunung

mulia,1991),h.7
2
Ibid h.. 3

2

(anak baru gedc) yang rata-rata berumur 12 tahun hingga 14 tahun, 3 kasus
perkosaan,dimana korbannya adalah Rima berumur 13 lahun yang diperkosa
tetangganya Dany bermur 20 tahun, 4kasus perkosaan kakak kelas berusia 12 tahun

yang mcmperkosa adik kclasnya 7 tahun,di cakung Jakarta Timur,5kasus siswa SDN
Gandusari Ill, dimana empat orang anak melakukan pelecehan seksual terhadap
teman sekelasnya. 6
Dengan adanya kemajuan teknologi yang terjadi pada saat ini muncul dampak
perubahan bagi masyarakat, baik dampak positif maupun dampak negative.
Kemajuan teknologi menyebabkan komunikasi antar Negara menjadi semakin mudah
dan lancar. Maka, kebudayaan luar ncgeri lebih terasa pengaruhnya. Dampak yang
paling terasa adalah pada lata sosial budaya Jan etika moral masyarakat pada
umumnya dan generasi muda pada khususnya.
Salah satu masalah yang dihadapi remaJa dan menjadi masalah begi
lingkungannya adalah aktivitas seksual yang nampak menjurus kapada hal-hal
negatif.. dikatakan negatif karena para remaja bersikap dan bertingkah laku yang
menyimpang. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya bermacam perilaku seksual
yang disalurkan secara salah dan tidak pada tempatnya, misalnya hubungan seksual
sesamajenis kelamin dan hubungan seksual dengan anak yang belum cukup umur. 7

' Anonim "Dukun cabt:l,., Minggu pagi tabloid No.52 th 53 Mirggu I april 200 l ,h. l 0
4
Faa "dipeluk dari bclakang lalu digauli didapur rumah'', kisah nyata, (Jakarta) edisi 214,
April 2006, h.20

5
ELN, "siswa SD dipcrkosa", kompas, (Jakarta), 18 Maret 2006.h.27
6
Anonirn, "Tempo JnteraktifTrenggalek", http:/tempo interaktif.com/indexjp.php 14 agustus
2006
7
Kar1ini kartono, patologi sosia II (kenakalan remaja) , ( Jakar1a:CV Rajawali, 1992), h. 8

3

Selain kondisi psikologis, ada juga faktor lain yang mendorong terjadinya
tindak pidana pelecchan seksual oleh anak, yakni pengaruh linkungan yang tidak
baik, bacaan-bacaan yang bcrbau pornq,gambar-gambar porno, dan film serta VCD
porno terscbut mcnimbulkan rangsangan dan pengaruh bagi kalangan anak-anak yang
menbaca dan melihatnya, dan akibatnya banyak terjadi penyimpangan seksual oleh
anak-anak pra remaja.kejahatan tersebut berinotif untuk mempratekan apa yang
dilihatnya pada media pornografi itu.
Aktivitas

seksual

anak-anak

pra

remaja

yang

menyimpang

sangat

memprihatinkan karena telah mengarah pada tindak !criminal yang secara hukum
telah menyalahi ketentuan undang-undang terutama hukum pidana positif. Pelecehan
scksual yang tc1jadi pada anak pra rcrnaja hukanlah suatu kasus barn dalam
masyarakat, tetapi sudah te1jadi lama,bahkan sejak adanya masyarakat.
Perilalrn sekoual anak-anak pra remaja akhir-akhir ini telah menggangu
ketertiban umum dalam masyarakat, terutama para orang tua. Dalam masyarakat
perilaku anak-anak yang melakukan pelanggaran dan kejahatan biasanya disebut
dengan "anak nakal". Secara yuridis-formal, masalah anak nakal telah memperolah
pedoman yang balm dalam hukum positif yang berkaitan dengan kriteria anak yang
melakukan tindak pidana
Akibat dari peiilaku seksual anak dapat mengakibatkan fikiran dan tingkah
laku anak menJadi terganggu, anak cenderung menjadi takut, dan malu, bila bertemu
dengan orang disekitarnya. la mengalami trauma yang berkelanjutan dalam hidupnya,
serta hilangnya rasa pcrcaya diri. Dampak dari tindakan pihak

( si korban tidak

4

menghendaki) akan me!limbulkan berbagai gejolak psikologi, diantaranya rasa malu,
marah, benei, dan dendam serta hilangnya rasa aman dan nyaman.

8

Berkaitan denga!1 !criteria anak nakal yang melakukan tindak pidana,dapat
dinyatakan bahwa si anak telah mencapai umur 8-17 tahun dan belum menikah (pasal
I ayat (2) UU No.3 talmn 1997). Selain itu, dalam KUHP pasal 45 dinyatalcan, bahwa
yang belum dewasa adalah analc yang belum berumur 16 tahun. Sedang berkaitan
dengan anak yang menjadi korban pidana, KUHP mengatur bahwa umur anak itu
be Ium genap 15 tahun. 9
DalatJ1 hukum Islam ada beberapa pendapat tentang batasan seorang anak
yang dapat dikenakan pertanggung jawaban pidana. Kebanyakan fuqaha membatasi
usia seorang anak yang dapat dikanai pertanggunga jawaban pidana atas tindak
pidana( jarimah) yang diperbuatnya, yakni pada saat si anak telah mencapai usia 15
talmn. Menuru! Imam Abu Hanifah, kedewasaan anak itu ialah pada usia 18 tahun. 10
Perbedaan pendapat tersebut wajar karena kedewasaan seseorang dapat dicapai pada
usia yang berbeda-beda dan ha! itu dipengaruhi kondisi sosial dan kultur masyarakat
sekitarnya.
Tindak pclecchan seksual oleh anak yang terjadi merupakan suatau
masalah,yang memerlukan perhatian khusus pemerintah karena ha! ini berkaitan
dengan moralitas gcnerasi bangsa. Dal ha! ini pengadilan yang merupakan instansi
atau lembaga yang menangani masalah hukum perlu memberi perhatian pada kasus
8
9

http:/e-psikologi.com/masalah/index.htm.6 September 2006
Darwan prins, Hukum anak Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997),h. 3
A.Hanafi, Asas-asas Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h.370



5

yang berkaitan dengan anak-annk terutama pada kasus kejahatan seksual. Untuk itu
pengadilan perlu mcmberikan sanksi pada annk-anak yang melnkukan tindnk pidana
terutama pelaku kejahatan seksual.
Menurut hukum islam, meski Negara Indonesia tidnk menyelesaikan perkara
tindak pidana annk dengan hukum Islam, penyelesaian perkara annk mempunyai
tujuan edukatif melalui pemberian sanksi pada annk. Untuk itu meski tindnk pidana
anak dibawah umur ticlnk dikennkan pertanggung jawaban pidana atas tindnk pidana
Garimah)

yang diperbuatnya,tetapi ia bisa dijatuhi pengajaran.

Pengajaran

ini,meskipun sebenarnya berupa hukuman juga, tetap dianggap sebagai hukuman
pengajaran bukan hukuman pidana.
Islan1 menanamkan dan memegang teguh pnns1p kesamaan di hadapan
hukum dan perlindungan hukun1 tanpa diskriminasi dengan begitu jelas dan tegas.
Para hakim ditugaskan untuk menjalankan tugasnya dengan adil セ。ョ@

tidnk berpihak. 11

nanmn demikan seorang Hakim harus memperhatikan kemampuan pertanggung
jawaban pidana pelaku kejahatan dalam menjatuhkan hukuman, dan ia tidnk boleh
ragu dalarn menjatuhkan hukuman karena ha! itu dapat menjadi sebab gugurnya
hukuman. 12 Bagaimanapun suatu kejahatan harus mendapat imbalan atau hukuman
yang sepantasnya karena hukuman, dapat juga sebagai perbaikan dan pencegahan
nkan semnkin marnknya tindnk kejahatan.

lJ
12

Topo santoso, mengagas Hukum Pidana Islam, (Bandung:Asy Syamil 200 l ), h I 03
Sayyid Sabiq,fiqh Sunnah 9, alih bahasa M.Nabhan Husein:Al-Ma'arif, 1995), h.3

6

B.

Pcrumusan dan pcmbatasan masalah

Pelecehan seksual merupakan perilaku yang mengarah kepada ha! ha! yang
dilakukan secara sepihak atau tidak diharapkan oelh orang yang menjadi sasararmya.
Biasanya korban dari pelecehan tersebut adalah anak dibawah umur dimana mereka
belum memahan1i dan mengetahui makna seks dan dampak hubungan seksual
Adapun rumusan pokok masalah penelitian ini adalah bagaimanakah
pandangan hukum islam dan hukum positifterhadap sanksi pidana pelecehan seksual
antar anak dibawah umur. Dari pokok masalah ini dapat ditarik rincian

masalah sebagai pertanyaan penelitian yakni:
I. Bagaimanakah gambaran pelecehan seksual antar anak dibawah umur?
2. Bagaimanakah pandangan hukum Islam terhadap sanksi pidana pelecehan
seksual antar a:mk yang dibawah umur?
3. Bagaimanakah pandangan hukum positif terhadap sanksi pidana pelecehan
seksual antar anak yang dibawah umur?
C.

Tujuan dan manfaat penelitian

Penelitian ini bertqjuan:
l .gnguraikan gambaran tentang bentuk-bentuk pelecehan seksual antar anak
dibawah umur
2. Menjelaskan pandangan hukum Islam tentang sanksi atas tindak pelecehan
seksual antar anak dibawah umur

7

3. Mcnjclaskan pandangan hukum positif tcntang sanksi pidana atas pelecehan
seksual antar anak clibawah urnur
Seclangkan rnanfaat pcnelitian sebagai bcrikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mcnjadikan clan rnanfaat bagi studi

kejahatan anak dibawah umur, baik rnenurut hukum pidana positif maupun
hukurn pidana Islam
2. Bagi pihak yang tcrlibat dengan pendidikan anak, hasil penelitian ini sebagai
masukan dalam rangka meningkatkan pcrlindungan, kepcdulian dan kasih
sayang terhadap anak-anak didiknya
3. Hasil penelitian ini diharnpkan dapat berguna bagi aparat pcnegak hukurn
clalam usaha rncrnbcrikan pcrlindungan hukum bagi anak korban pclecehan
seksual, dan bagi aktivis perlindungan anak dalam rangka mengadvokasi hakhak anak.
D.

Mctode pcnclitian

I. Jenis penelitian
Dilihat dari segi datanya, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena
jenis data yang dikurnpulkan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Dilihat dari segi tujuan penelitian, penelitian ini merupakan penelitiandeskri ptif.
Dan dari seg1 tipe penelitian hukum, penelitian 1m merupakan penelitian
hokum doktriner-komparatif:
2. Tcknik pengurnpulan data

8

Adapun teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini
ada!ah:
- Teknik studi Dokumenter
Yaitu mclalui telaah terhadap dokumentasi yang berbentuk buku-buku,
laporan-lapornn clan putusan pengadilan
3. Teknik analisis data
Analisis data mcncrapkan teknik analisis-kualitatif, yakni analisis isi secara
kualitatif.
E.

Sistcmatika pcnulisan

Untuk mcmudahkan penyusun menyelesaikan pembahasan secara sistematis,
maka pcrlu disusun sistcmatika pcmbahasan scdcmikian rupa. Adapun sistcmatika
yang akan diuraikan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab pertama menguraikan pendahuluan yang terdiri dari: latar
belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah,tujuan clan
manfoat pcnelitian, metodc penelitian dan sistematika penulisan
Bab kedua menguraikan deskripsi umum pelecehan seksual antar anak
dibawah umur yang meliputi: kualifikasi pelecehan seksual, kualifikasi
anak dibawah umur dan kasus-kasus pelecehan seksual antar anak
dibawah umur
Bab ketiga menguraikan pandangan terhadap sanksi pidana pelecehan
scksual antar anak dibawah

umur meliputu: sistem sanksi pidana

9

dalam hokum Islam dan sanksi pidan pelecehan seksual antar anak
dibawah umur dalam pandangan hukum Islam
Bab !(eempat menguraikan pandangan hukum positif terhadap sanksi
pidana pelecehan seksual antar anak dibawah umur meliputi: sistem
sanksi pidana dalam hukum positif, sanksi pidana pelecehan seksual
anlar anak dibawah umur dan putusan PN Jakarta Selatan

BAB II

DESKRIPSI UMUM PELECEHAN SEKSUAL
ANTAR ANAK DI BA WAH UMUR

A.

Kualilikasi pclccchan seksual
Secara umum yang dimaksud dertgan pelecehan seksual adalah segala

macam bentuk yang berkonotasi atau mengarah kepada hal-hal yang seksual
yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi
sasaran sehingga menimbulkan reaksi negatife seperti marah, benci dan
tersinggung pada diri individu yang menjadi korban pelecehan seksual tersebut.
Pelecehan seksual dapat berupa main mata, siulan nakal, komentar
berkonotasi scks dan gender, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau
sentuhan dibagian tubuh tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat
seksual, ajakan berkencan dengan iming-iming atau ancaman, ajakan
melakukan hubungan seksual, dan perkosaan. Pelecehan seksual dapat terjadi
dimana saja, kapan saja, dan siapa saja dan meskipun pada umumnya korban
pelecehan tersebut adalah wanita. 1
Pelecehan di tempat kerju dapat diartikan sebagai segala macam bentuk
perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak atau tidak
diharapkan oleh orang yang menjadi sasarannya. Penolakan clan penerimaan
1

http:/c-psikologi.com/masalah/index.htm 6 September 2006

11

korban atas perilaku tcrsebut dijadikan sebagai bahan pertimbangan baik secara
implisit maupun cksplisit dalam membuat keputusan menyangkut karir atau
peke1jaannya,

menggaggu

ketenangan

bekerja,

mengintimidasi

dan

menciptakan lingkunagn kerja yang tidak aman dan nyaman bagi si korban.
Pelecehan scksual di tempat kerja juga meliputi diskriminasi gender dalam ha!
promosi, gaji atau pemberian tugas dan tanggungjawab.
Jika merujuk pada tittle VII of Civil Right Act tahun 1964 yang telah di
amandemen oleh Kongres USA pada tahun 1991, pelecehan seksual di tempat
kerja dapat dibcdakan menjadi:
Quid Pro Quo, yakni pelecehan seksual yang biasanya dilakukan

c

oleh seseorang yang memiliki kekuasaan atau otoritas terhadap
korbannya, dengan disertai iming-iming pekerjan, kenaikan gaji
atau promosi. Biasanya pelaku pelecehan seksual tipe ini adalah
supervisor, manager, direktur atau pemilik perusahaan.


Hostile Work Environment, yakni pelecehan seksual yang terjadi

ォ・セェ。ョケ@

tanpa irning-iming rnaupun ancaman, tetapi dalam lingkungan
si korban mengalami berbagai tindakan atau perilaku yang
membuatnya menjadi tidak tenteram dalam bekerja, penuh tekanan,

12

ada rasa permusuhan, tidak memiliki rasa aman dan nyaman dalam
melakukan tugas-tuigas pekerjaannya. 2
Adapun bentuk-bentuk kejahatan seksual yang biasa terjadi antar anak
di bawah umur antara lain:
1. Zina (incest, perkosaan, dan pelacuran)
2. Liwath ( homo seksual, soomi dan lesbian)
3. pelecehan seksual
4. perbuatan cabul
5. pornografi

1. Zina yakni, melakukan hubungan kelamin diluar nikah, perzinaan biasa
terjadi hubungan sedarah (incest), ada 2 kategori incest. Pertama Parental

incesl, yakni hubungan orang tua dengan anak baik kandung maupun tiri, kedua
Sibling Incest yakni hubungan antara saudara kandung. 3
2. Liwath yakni, melakukan persetubuhan ke dalam dubur4 antara laki-laki
dengan

laki-laki

dan hubungan

lesbian dilakukan perempuan dengan

perempuan.

2

http:/e-Psikologi.com/masalah/index.htm 6 September 2006

3

lndri Oktaviany dan M.Rezfah Omar, "Incest: peran perlindunag n1asarakat alas

ketidak kuasaan seorang anak", Suara apik Jakarta, edisi 24 tahun 2004, h. 9
' Ibnu Mas'ud dan Zainal abiding S,fiqh Mazhab Syafi'/, (Bandung:CV pusataka setia
2000) buku2, h.558

13

3. Pelecehan seksual yakni, segala macam bentuk yang mengarab kepada
hal-hal scksual yang dilakukan secara sepuihak dan tidak diharapkan oleh
orang yang menjadi sasarannya.
4. perbuataio cabul yakni,segala macam wujud perbuatan, baik yang
dilakt:ke.n pada diri sendiri maupun dilakukan kepada orang lain mengenai dan
yang berhubungan dengan alat kelamin, bagian tubuh lainnya yang dapat
merangsang nafsu seksual. 5
5. Pornogri.fi yakni segal macam tontonan atau gambar-gambar yang
berbentuk dan mengarah kepada seksual

Liz Kelly menyatakan bahwa kekerasan seksual meliputi tindakan
apapun yang bersifat fisik, visual,veral atau seksual yang dialami oleh
perempuan dan anak perempuan sebagai suatu ancaman, pelanggaran atau
gangguan

atau

serangan

yang

mengakibatkan

menyakiti

atau

menghinakan,merendahkan dan menjauhkan kemampuarrnya dari mengontrol
hubungan keintiman. 6

5

Adami Chazawi, Tindak pidana mengenai kesopanan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada), h.80
6
Siti lcstari dan Veronika, "kekerasan seksua/ terhadap anak perempuan ", Suara
Apik, Jakarta cdisi 24 tahun 2004,h. 4

14

B.

kualifikasi Anak di Bawah Umur
Anak merupakan titipan Allah dan perlu dijaga dan di pelihara dengan

baik, karena anak adalah amanah yang sangat berharga bagi kehidupan manusia
generasi penerus. dalam Islam, meajaga keturunan (nasab) adalah ha! yang
sangat penting, supaya keturunau dikemudian hari tidak menjadi generasi yang
rusak.
Masa anak-anak adalah masa pertumbuhan dan penaburan benih,
pendirian tiang pancang, pembuatan pondasi, yang kenmudian per iode
pembentukan watak, pembentukan kepribadian dan karakter dari seorang
manusia, agar mereka di masa depan memiliki kekuatan dan kemampuan
berdiri tegak dalam meniti kehidupan.
m。ウケセォオエ@

adalah kumpulan dari manusia, sehingga setiap meanusia

pastilah almn mengalami suatu masa yang disebut kanak-kanak. Dengan
demikian scorang anak merupakan benih dari suatu masyarakat. Sehingga jika
benih terse but baik, sudah pasti masyrakat yang akan terbentuk juga merupakan
masyarakat yang baik pula, begitu juga sebaliknya.
Untuk menjadikan seorang anak dalam Islam, maka perlu adanya
kepengurusan anak, baik dari orang tuanya sendiri maupun masyarakat.
Kepengurasan anak merupakan hak seorang anak sejak ia dilahirkan. Adapun
yang

dimaksud

dengan

mendidik,memperhatikan

dan

rnengurusi

seorang

membimbingnya agar

anak

adalah

ia mampu

untuk

15

melaksanakan segala masalalmya, baik yang menyangkut penjagaan terhadap
makanan, pakaaian, tidur maupun memperhatikan kebersihannya seperti para
karabat-kerabatnya. 7
Menurut

hukum

Pidana

di

Indonesia,

untuk

menentukan

pertanggungjawaban mengacu pada batas usia seorang anak apabila ia
melakukan perbuatannya, ditentukan dalam hukum pidana itu dimaksudkan
untuk memberikan pengertian yang berbeda antara anak dengan orang dewasa
dalam ha! bertindak
Oleh karena itu, anak-anak sekarang ini telah bertindak seperti orang
dewasa. Batasan umur anak tergolong sangatlah penting dalam perkara pidana
anak, karena dipergunakan untuk mengetahui seseorang yang diduga nelakukan
kejahatan itu termasuk kategori anak atau bukan.
Dalam hukum pidana positif di Indonesia batasan umur bagi anak
dikatakan belum dewasa atau dibawah umur telah tertuang denganjelas dalam
KUHP pasal 45 yang menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum
berusia 16 talmn. 8 Pasal 4 UU No.3/1997 tentang peradilan anak menyatakan
bahwa batas umur anak nakal minimum adalah 8 tahun dan maksimum 18
tahun atau belum pemal1 kawin, sedang maksimum untuk dapat diajukan ke

7

Kautsar Muhan11nad Al-Mainawi, llakAnak dala111 keluarga n1islim, penerjemah M
Suri sudahri, (Jakarta: pustaka Al-Kautsar, 1996), h.65
8
R. Soenarto soerodibroto, KVHP dan KVHAP, (Jakarta :PT Raja Grafindo
Persada, I 994)h, 38

16

9

tindak pidana belum mencapai 18 tahun dan belum pemah kawin. Sedangkan
Undang-undang perlindungan Anak (UU No.23/2002) pasal 1 ayat 1 dan UU
HAM (No.39/1999) menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun, termasuk juga anak yang masih dalam kandungan.
Dalam ilmu jiwa, masa transisi dialan1i anak mulai usia 10 tahun
hingga 17 tahun, Elisabeth B, Harlock membagi usia anak remaja yang berada
pada masa pubertas yakni usia 10 tahun atau 12 tahun sampai 13 tahun atau 14
tahun sampai 17 tahun, usia remaja akhir (masa dewasa muda), yakni usia 17
tahun saniapi 21 lalHm asalkan 111clakuku11 tinc.luk piduna bclummcncapui umur

18 tahun atau belum pernah kawin. 10
Dalum Konvensi Hak Anak, anak di definisikan sebagai mereka
yang berusia dibawah 18 tahun, mereka berhak memperoleh pemeliharaan dan
bantuan khusus, karena ketidak matangan jasmani dan mentalnya, mereka
memerlukan pengamanan dan pemeliharaan khusus termasuk perlindungan
hukum yang layak, sebelum dan sesudah kelahiran (Delarasi Hak Anak). 11
Jadi secara umum dapat didefinisikan bahwa anak adalah mereka yang
berusia di bawah 18 tahun, dimana mereka berhak memperoleh pemelihraan
khusus dan perlindungan hokum yang layak.
9

Bambang Waluyo, Pidana dan pemidanaan, (Jakarta:Sinar Grafika, 2004), h. !06

10

11

Sudarsono, Kenaka/an Remaja, (Jakarla: Rineka Cipta, 1997), h. 13

Siti Leslari dan Veronika, "Undang-undang perlindungan Anak dan pembentukan
KPA!:ja/n keluar kekersan terhadap Anak", Suara Apik, Jakarta edisi 24 tahun 2004, h. 4

17

Dalam hukum Islam batas kedewasaan seorang anak tidak tercantum
dengan jelas baik didalam nash Al-Qur'an maupun hadits, dank karena itu
ulama berpenda pat bahwa batas itu adalah kematangan fisik untuk mampu
menikah. Bagi perempuan batas dewasangan keluamya darah haid, sedangkan
bagi laki-laki adalah dengan ditandai "mimpi basah".
Mazhab l lanall mengatakan bahwa seorang anak belum dikatakan
taligh (dewasa) bila belum mencapai usia 18 tahun, dan khusus bagi anak
perempuan adalah usia 17 tahun. 12
Mazhab Syafi'I dan Mazhab Hambali berpendapat bahwa anak yang
belum dewasa (dibawah usia baligh), baik laki-laki maupun perempuan adalah
berusia 15 tahun. 13
Alasan mereka mengacu kematangan aka!, dan aka! menjadi dasar
kematangan jasmani dan mentalnya, hanya saja keluamya darah haid manjadi
bataskedewasaan Syar'I, sebab keluamya haid itu tidak lebih dari usia 15
tahun. Apabila pada usia 15 tahun belum keluar darah haid, yang demikian itu
di sebabkan oleh kelianan biologis, dan kelainan itu tidak mempengaruhi aka]
dan anggapan orang lain ia sudah dewasa dan layak mempertanggungjawabkan
perkataan dan perbuatannya.

Muhammad Ali Al Subuni, Rawa yu Al-Bayan TafsirAl-Ahkam, (Beirut: DaralFikr.t.t)jilid I, h. 212
13
Ibid, h.212
12

19

dilakukan olch orang yang sama sekali tidak dikenal oleh korban. Untuk kasus
incest (masih ada hubungan sedarah) sebanyak 26 kasus.

15

15

Anonim, "perjuangan herat perempuan Indonesia menggapai keadilan ditengah
berbagai keterpurukan",http:www.com.Naspa.or.id, maret 2006

BAB III

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA
PELECEHAN SEKSUAL ANTAR ANAK DIBAWAH UMUR

A.

Sistem Sanksi Pidana Dalam Hukum Islam
Dalam hukum Islam perbuatan yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain

atau masyarakat, baik anggota badan maupun jiwa, harta, benda perasaan, keamanan,
dapat dikatakan sebagai perbuatan jarimah.
Dalam hukum Islam tujuan pokok dari penjatuhan hukuman ialah pencegahan
(ar-rad'u waz-zajru), pengajaran serta pendidikan (al-islah wat-tahdzib)'. Adapun
yang dimaksud pencegahan ialah mencegah diri sipelaku untuk tidak mengulangi
perbuatannya dan mencegah diri orang lain dari berbuat yang demikian. Dalam
hukum Islam, penjatuhan hukuman juga bertujuan membentuk masyarakat yang baik
yang dikuasai oleh rasa saling menghormat dan mencintai antara sesama anggotanya
dengan wengetahui batas-batas hak dan kewajibannya.
Ditinjau dari segi perbuatannya, tindak pidana (Jarimah) dibedakan menjadi:
I. Jarimah Hudud
2. Jarimah Qishash dan diyar
3. Jarimah Ta'zir
I.

Jarimah Hudud yaitu:hukum yang diancam dengan Had dan lebih ditentukan
v

oleh Syara, dan menjadi hak Allah. hukuman tersebut telah ditentukan oleh
1

A.Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Is/am,cet ke-1,(Jakarta:Bulan Bintang, 1967),h.279

22

1. Hukuman mati, hukuman ini dijatuhkan kepada pelaku jarimah hirabah yang

·melakukan pembunuhan.
2. Hukuman cambuk, hukuman ini dijatuhkan kepada pelaku zina yang belum
kawin dengan sebanyak JOO kali cambuk dan sebanyak 80 kali cambuk
kepada yang rnelakukan tuduhan palsu zina terhadap orang Jain. 3
3. Hukuman Rajarn, yaitu hukuman mati dengan cara dilempar batu. Hukuman
ini dijBtuhkan kepada pelaku zina mukhson ( sudah kawin ) baik Jaki-laki
maupun pennpuan.
4. Hukuman Penjara, hukuman ini dijatuhkan kepada pelaku hirabah yangtidak
melukai fisik korban atau menghilangkan nyawanya.
2. Jarirnah Qishash dan Diyat yaitu:
Qishash bisa diartikan sebagai pembalasan setimpal dengan perbuatannya.
Qisas merupakan hukuman yabg sesuai dengan rasa keadilan masyarakat, dimana
pembuat diberi balasan sesuai dengan perbuatannya. Untuk terwujudnya keamanan
dan ketertiban, hukuman qisas dapat lebih menjamin4 • lbnu Mas'ud dan Zainal
Abidin membedakan tindak pidana Qishash/Diyat berupa:
a. pembunuhan dengan jalan sengaja. Ada tiga macam hukuman ialah
hukuman pokok,hukuman pengganti dan hukuman tambahan.
Hukuman pokok dari pembunuhan dengan sengaja ialah berupa:
Qisas, memhayar diyat dan ta'zir.

3
4

A. Hanafi, ilsas-asas Hukum Pidana !slam, (Jakarta : Bulan bintang 1967 ), h. 289-294
Ibid, h. 305

24

d. Pcnganiayaan dengan sengaja, hukumannya ialah:
Hukuman penganiayaan sengaja ialah qisas, apabila hukuman qisas
tidak mungkin dilakukan karena anggota badan yang akan di qisas
tidak ada atau sedang sakit diberikan dua macam hukuman pengganti
yaitu:membayar diyat atau bayaran yang rusak, sesduai dengan
anggota yang rusak itu. Dan memberi ta'zir (pelajara) dengan jalan apa
saja, yang dpapat dilakukan penguasa (imam), bila pembayaran diyat
pun tidak dapat dilakukan.
e. Penganiayaan tidak sengaja atau tersalah, hukumannya ialah: diyat atau
tambahan yang merupakan hukuman pokok satu-satunya dan tidak ada
hukuman pengganti.
Perbedaannya ialah dalam perkara perbuatan yang disengaja, diyatnya
diberatkan, sedangkan dalam perkara perbuatan yang tidak disengaja atau tersalah,
diyalnya diringankan.

berdasarkan Firman Allah dalam surat Al-Baqarah 178-179 yang berbunyi:
0

-1.'.;Jl.J
...

.

.

..Pgセ@

,...

セ@

'.CJ!'
-:_ 11.J.
. J セ@
...

0

0

....

41 ZQセ[@

,,,, ,...
,..

セj@

J. ,...

0

セ@

N⦅ェセL[Z@

,...

Nセゥ@

,J

•:'._ 11

,...

ケャセ@

,...

,...

,...,..

ill RM|jiセ@

t. 4ij セ@

J

,...

....

,,.

J.:..! ャᆪセQ@

¥f ::,. 4l セ@

,,.

,...

,...

セ@ ,...