16
Pusat Bahasa di Yogyakarta
tingkatan-tingkatan, misalnya tingkat dasar, menengah, dan tinggi, hal itu juga tidak seketat perjenjangan pada sistem persekolahan;
serta perolehan dan keberartian nilai kredensialnya tidak seberapa tersandarkan.
” Berdasarkan
ciri-ciri pendidikan
nonformal diatas,
dapat disimpulkan bahwa pendidikan nonformal memiliki ciri yang fleksibel
karena dapat diselenggarakan sesuai dengan potensi dan kebutuhan masyarakat.
2.2.3 Fungsi Pendidikan Nonformal
Fungsi lembaga pendidikan nonformal menurut UU Sisdiknas Tahun 2003 pasal 26 adalah sebagai pengganti, penambah, danatau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pada ayat ke 5, kursus dan pelatihan diselenggarakan
bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan
profesi, bekerja, usaha mandiri, danatau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
2.2.4 Tujuan Pendidikan Nonformal
Tujuan dari diadakannya lembaga pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik sesuai dengan yang diatur UU
Sisdiknas Tahun 2003 pasal 26 ayat 3.
2.2.5 Sasaran Pendidikan Nonformal
Pusat Bahasa yang merupakan salah lembaga pendidikan di luar sekolah yang memiliki sasaran dan program pendidikan bermacam-macam.
Menurut UU Sisdiknas Tahun 2003 pasal 26 pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan. Menurut Sanafiah Faisal 1986:84 menjelaskan bahwa ada beberapa dasar klasifikasi yang dipakai untuk menunjukan populasi
sasaran pendidikan nonformal, yaitu :
17
Pusat Bahasa di Yogyakarta
Berdasarkan usia Dilihat dari faktor usia peserta didika, sasaran peserta didikan non
formal terdiri atas usia anak-anak, remaja atau pemuda, dan orang dewasa. Faktor usia tersebut berkaitan langsung dengan tingkat
pendidikan individu, baik secara psikologis ataupun sosial. Artinya, kebutuhan yang harus dipenuhi adalah hal-hal yang diperlukan oleh
anak didik tersebut, hal ini tentunya akan menimbulkan keanekaragaman dalam kegiatan bembelajarannya.
Berdasarkan jenis kelamin Populasi sasaran pendidikan non formal terdiri atas laki-laki dan
perempuan. Dalam hal ini, pendidikan harus mempertimbangkan jenis kelamin. Karena ada pendidikan hanya cocok dipelajari oleh sebagian
saja, baik oleh laki-laki atau pun oleh perempuan. Berdasarkan lingkungan tempat tinggal
Sasaran pendidikan non formal meliputi warga masyarakat yang bertempat tinggal di lingkungan pedesaan, pinggiran kota dan
perkotaan. Setiap lingkungan tempat tinggal akan memiliki karakteristik dan potensi yang berbeda-beda, sehingga tuntutan dan
kebutuhan hidup mereka pun berbeda. Dalam hal ini, pendidikan non formal perlu disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan yang
didasarkan pasa lingkungan tempat tinggalnya. Berdasarkan latar belakang pekerjaan
Sasaran pendidikan non formal terdiri atas seseorang atau sekelompok orang yang belum mendapat pekerjaan dan warga masyarakat yang
sedang atu telah bekerja namun tingkat kemampuan yang dimilikinya masih belum memadai. Dalam hal ini, pendidikan harus melihat
kebutuhan apa yang diperlukan oleh peserta didik tersebut. Berdasarkan latar belakang pendidikan
Sasaran pendidikan non formal terdiri atas warga masarakat yang telah menamatkan pendidikan sekolah pada jenjang tertentu, warga
18
Pusat Bahasa di Yogyakarta
masyarakat yang gagal atu drop out sekolah tertentu, dan warga masyarkat yang belum pernah sama sekali mengenyam pendidikan.
Berdasarkan latar belakang kelainan sosial Sasaran pendidikan non formal meliputi warga masyarakat yang
mempunyai kelainan sosial tertentu. Kelainan tersebut meliputi kelainan masyarakat normal tapi terlantar seperti: yatim piatu, fakir
miskin, tuna wisma, dan sebagainya, warga masyarakat yang mengalami penyimpangan sosial seperti korban narkotika, pelaku-
pelaku kejahatan, tuna susila, dan bentuk-bentuk kenakalanlainnya.
2.2.6 Karakteristik Pendidikan Nonformal