Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan ( Studi Deskriptif : Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan)

Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan
( Studi Dekskriptif : Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan )
Oleh:
Jayanty PN Sihombing
110905018

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

1

2

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PERNYATAAN ORIGINALITAS


Perempuan di LembagaPemasyarakatan
( Studi Deskriptif : Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan)
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebut dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan
disini, saya bersedia diproses hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.
Medan, Juli 2015
Penulis

Jayanty PN Sihombing

i

ABSTRAK
Jayanty PN Sihombing, 2015 judul skripsi: “Perempuan di Lembaga

Pemasyarakatan ( Studi Deskriptif : Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan ) ”.
Skripsi. Progrm Sarjana Departemen Antropologi Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini mendeskripsikan : “Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
Wanita Tanjung Gusta Medan”. Kajian ini menjelaskan tentang keberadaan sistem hukum
dalam proses pembinaan narapidana, dan gambaran kehidupan narapidana perempuan
dalam menjalankan masa hukuman yang ditetapkan berdasarkan keputusan pengadilan.
Permasalahan yang dikaji pada skripsi ini adalah mengetahui bagaimana koeksistensi
berbagai aturan hukum dalam proses pembinaan narapidana.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan aturan-aturan
yang digunakan dalam pembinaan narapidana perempuan, mendeskripsikan kegiatan
narapidana perempuan dalam menjalani masa hukuman . Metode yang dilakukan
menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara mendalam dan
observasi partisipasi serta memeriksa dokumen-dokumen yang sesuai. Peneliti mencari
data dengan ikut langsung mengamati kegiatan informan selama waktu yang tidak
ditentukan dengan harapan data yang didapati agar lebih akurat. Peneliti menjadi
instrumen penting pada penelitian antropologi yang bersifat kualitatif deskriftif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara ideal Lembaga Pemasyarakatan
adalah tempat pembinaan narapidana dimana dalam proses pembinaan narapidana telah
diatur oleh undang-undang, peraturan pemerintah dan keputusan hakim. Proses
pembinaan narapidana dilakukan pihak-pihak yang berperan penting seperti instansi

penegak hukum (polisi, jaksa), instansi pendukung ( Depkes, Depnaker, Depag,
Depdiknas) dan, pihak swasta (LSM). Fakta aktual menunjukkan, Lembaga
Pemasayarakatan sebagai tempat pembinaan narapidana memiliki aturan sendiri dalam
melakukan proses pembinaan. Berkoeksistensinya antara hukum negara yang jelas
mengatur proses pembinaan dan juga hukum di Lembaga Pemasyarakatan yang
dilahirkan sendiri pada saat proses pembinaan menjadi saling mengisi diantara hukum
yang ada. Konsekuensi dari hadirnya aturan hukum lain dalam proses pembinaan
narapidana menimbulkan harmonisasi ketika hukum yang dimaknai dan direspon tersebut
dalam interaksi proses pembinaan narapidana perempuan.
Kata kunci : Kemajemukan hukum, Perempuan dan Lembaga Pemasyarakatan

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul ”Perempuan di
Lembaga

Pemasyarakatan


(

Studi

Deskriptif

:

Perempuan

di

Lembaga

Pemasyarakatan)” dengan baik. Skripsi ini merupakan rangkaian tugas akhir sebagai
mahasiswa dan pelengkap lainnya dalam memenuhi persyarakatn untuk memperoleh
gelar sarjana dalam bidang Atropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini berisi tentang kajian analisis yang didasarkan pada observasi
partisipasi dan wawancara penulis dengan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIA Tanjung Gusta Medan. Secara sistematis kajian ini berfokus pada aturan-aturan
sistem hukum yang ada di dalam proses pembinaan narapidana. Selain itu skripsi ini juga
mendiskripsikan kehidupan narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan.
Isi dari skripsi penelitian ini adalah pertama Bab I berisi tentang bagaimana latar
belakang permasalahannya, bagaimana rumusan masalahnya, tujuan dan manfaat dari
penelitian ini, serta metode apa yang digunakan dalam penelitian ini dan juga mengenai
bagaimana teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.
Bab II menjelaskan tentang gambaran umum Lembaga Pemasyarakatan Kelas
IIA Tanjung Gusta Medan baik dari segi sejarahnya, lokasinya, struktur organisasinya,
sarana dan prasarananya. Bab III menjelaskan tentang visi dan misi Lembaga
Pemasyarakatan, fungsi, tugas pokok, dan tujuan Lembaga Pemasyarakatan serta
bagaimana aktifitas narapidana perempuan berdasarkan aturan-aturan yang ada. Pada Bab
IV menjelaskan dan menjawab kembali dari Bab I dan menyempurnakan Bab II dan Bab
III yaitu dari pertanyaan Rumusan Masalah dan Tujuan dan Manfaat penelitian serta
Kasus-kasus yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tanjung Gusta Medan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mengalami kekurangan di sana sini
karena bagi penulis “tak ada gading yang tak retak”. Demikian juga penulisan ini masih

iii


banyak mengalami kekurangan dan mungkin jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat
mengharapkan masukan, saran maupun kritik dari para pembaca yang bersifat
membangun dari memperbaiki skripsi ini ke arah yang lebih membangun. Demikian
pangantar dari penulis, semoga bermanfaat.

Medan, Juli 2015
Penulis

Jayanty PN Sihombing

iv

UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat, kasih sayang dan karunia-Nyalah, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sebagai manusia biasa tentunya tidak terlepas dari banyak
kekurangan dan kelemahan, sehingga penulisan ini masih belum bisa dikatakan
sempurna, baik dalam penuturan kata ilmiah yang lazim maupun dalam penyajian data.
Adapun tulisan ini adalah sebagai tugas akhir dari seorang mahasiswa dalam
mencapai gelar sarjana khususnya dalam bidang ilmu antropologi, dan dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan (Studi
Deskriptif : Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan)
Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan

memberikan penghargaan kepada mereka yang membantu.
Skripsi ini saya persembahan terkhusus kepada kebangganku dan semangat
hidupku yaitu kedua orangtuaku yang sangat kusayangi, kucintai, dan kubanggakan
ayahanda M. Sihombing dan Ibunda R. Hutabarat. Dalam doaku kupanjatkan syukur
kepada Tuhan, memiliki orangtua seperti kalian. Terima kasih banyak karena telah
mendidikku dari kecil hingga duduk di bangku perkuliahan, terima kasih juga atas
dukungan doa, semangat, kesabaran, motivasi, dan materi yang telah diberikan, terlebih
kasih sayangnya selama ini. Jika ada kata yang lebih bermakna dari terima kasih akanku
sampaikan kepada kalian. Ini bukti dari keringat kalian. Saya sangat bangga memiliki
orang tua seperti bapak dan mama.
Skripsi ini tidak akan ada tanpa Ibu Dra. Rytha Tambunan M.Si selaku dosen
penasehat akademik sekaligus dosen pembibing skripsi saya. Terimakasih telah bersedia


v

dan sangat banyak meluangkan waktu, memberikan ilmu dan nasehat serta saran-saran
selama dalam bimbingan akademik dan bimbingan skripsi, mulai dari awal hingga akhir.
Sosok dosen yang juga menjadi kakak, beliau jugalah yang telah membawa saya
kelapangan melatih saya menjadi sorang antropolog sehingga banyak pengalaman yang
tidak bisa saya lupakan bersama beliau saat di lapangan.
Kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas fasilitas dan kemudahan
yang diperoleh selama menjadi mashasiswa di Universitas Sumatera Utara. Kepada
Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku ketua Departemen Antropologi Fakultas Ilmu sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.Bapak Drs. Agustrisno, M.SP selaku
Sekretaris Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara saya ucapkan terimakasih atas kemudahan yang diberikan.
Dosen penguji saya Dra. Zulkifli, M.A terima kasih atas saran dan masukan yang
diberikan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih juga kepada

dosen-dosen di

departemen Antropologi sosial, terimakasi atas ilmu yang telah diberikan, ilmu yang

diberikan sangat berharga dan berguna bagi masa depan saya.
Skripsi ini juga saya persembahkan kepada keluargaku abangku

Hotma

Sigalingging dan Lucy Sinurat, Deddy Sihombing ( Pak Golas) dan Lilis Lubis, Donfri
Sihombing dan Yani Simanjuntak, dan Arry Sihombing. Kakakku Saulina Sigalingging
dan B Manalu juga Jelita Sihombing. Kepada keponakanku Goklas Sihombing
bertumbuhlah dalan Tuhan dan jadilah kebanggan kita semua. Terima kasih karena kalian
telah menjadi penyemangat hidup dan yang memberikan doa, dukungan baik moril
maupun materil. Semoga Tuhan melindungi kita, memberi rejeki, dan kita menjadi

vi

keluarga yang mampu membawa nama Op Goklas Sihombing. Tuhan Beserta kita selalu
keluargaku. Saya cinta dan bangga memiliki kalian.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada kawan-kawan dekat saya Jernita,
Elisabeth, Okavia, Tika Simajuntak, Dedek Ria Ley , Ezra, Lidya, Adelina, Fitris, Jonas,
Hendra, Putra, Reza, Bismar, Ade, Mauli, Sihol terima kasih banyak untuk waktu, tawa
dan tangis yang ada dalam persahabatan kita. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Saya juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada kerabat-kerabat penulis
stambuk 2011 terkhusus kepada Sri mauliani, Richa Meliza, Rama Shita Husna, Rini
Rezeki Utami, Suci Wulandari, Muhammad Rifai, Denny Pratama Putra, Asrul Wijaya
Saragih, Nopi Putri, Citra Hareva, Onix, Medy, dan juga kerabat-kerabat lain stambuk
2011 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas hubungan
persahabatan yang selama ini telah kita jalani bersama dengan baik di Departemen
Antropologi.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada abang dan kakak stambuk
2007/2008/2009/2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Saya mengucapkan
terima kasih banyak atas semuanya selama ini. Kepada adik-adikku, Lestari Panjaitan,
Febriana, Cece Harianja, Junike Sihombing, Hendra, Rizky Y, Boy, Caroline dan adik
stambuk 2012/2013/2014 yang tidak dapat saya ucapkan satu per satu tetap semangat ya,
terimakasih untuk segalanya.
Terima kasih juga sampaikan kepada informan-informan di Lembaga
Pemasyarakatan, ibu Rosnaida, Bc.IP. SH selaku kepala Lembaga Pemasyarakatan, Ibu
Hj. Syamsidar S.Ag selaku Kasi Kegiatan Kerja, Ibu Asmah Simatupang, S.Ag selaku
Kasubsi Bimkemas dan Perawatan serta yang lain-lain atas kerjasamanya dalam
membantu penulis di lapangan untuk keperluan penelitian skripsi.

vii


Terima kasih banyak semuanya. Kiranya Tuhan senantiasa membalas kebaikan
yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis.
Medan, Juni 2015
Penulis

(Jayanty PN Sihombing)

viii

RIWAYAT SINGKAT PENULIS
Jayanty

PN

Sihombing,

lahir

di

Siborongborong Tapanuli Utara pada
tanggal

23

pasangan

M.

Desember

1992

Sihombing

dan

dari
R.

Hutabarat. Merupakan anak ke 5 dari 5
bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-anak di TK Swasta Santa Lusia
Siborongborong yang kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di tempat yang
sama yaitu SD Swasta Santa Lusia Siborongborong. Melanjutkan sekolah menegah
pertama di SMP N 1 Siborongborong, dan melanjutkan sekolah menengah atas di SMA N
1 Siborongborong.
Melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi pada perguruan tinggi mengambil
program studi Antropologi Sosial di Universitas Sumatera Utara. Penulis ikut aktif dalam
organisasi Persatuan Pemuda Pemudi Siborongborong. Alamat e-mail aktif yang bisa
dihubungi yaitu jayantysihombing123@gmail.com
Selama perkuliahan pernah mengikuti kegiatan:

1. Peserta dalam kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru Antropologi 2011
di Sibolangit.
2. Peserta Seminar Training Motivasi dan Seminar Beasiswa di Fakultas
FISIP USU tahun 2012.
3. Panitia pelaksana Natal Antropologi 2012.
4. Peserta Seminar Meneguhkan Komitmen Pemenuhan Hak-Hak
Konstitusional Perempuan Korban Kekerasan Atas Kebenaran,

ix

Keadilan

dan

Pemulihan

yang

diselenggarakan

oleh

Komnas

Perempuan dan Aliansi Sumut Bersatu di Medan tahun 2012
5. Penerima Beasiswa yang diberikan Bank BNI pada tahun 2012.
6. Peserta Seminar Penanganan Mendesak Korban Kekerasan Seksual
yang diselenggarakan oleh Komnas Perempuan dan Aliansi Sumut
Bersatu di Medan tahun 2013.
7. Panitia Pelaksana Kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru Antropologi
2013 di Parapat.
8. Peserta Seminar dan Lokakarya yang diadakan oleh Sekretaris Jenderal
Dewan Ketahanan Nasional dan Universitas Sumatera utara di Medan
tahun 2013.
9. Pesert Training of Facilitator (TOF) Tingkat Dasar Angkatan Ke IV
oleh Departemen Antropologi Sosial Universitas Sumatera Utara di
Medan tahun 2013.
10. Peserta Seminar Hari HAM Internasional yang diselenggaralkan di
Universitas Sumatera Utara tahun 2014.
11. Penerima beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) tahun 20132014
12. Panitia Pelaksana Seminar Nasional Lingkungan Hidup dan Adat
Sumatera Utara oleh Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia Di
Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

x

13. Panitia Pelaksana Festival Seni Budaya 425 Tahun Kota Medan oleh
Masyarakat Sipil Peduli Kota Medan tahun 2015.

xi

DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan
Halaman Persetujuan
Pernyataan Originalitas
Abstrak ......................................................................................................................
Kata Pengantar ..........................................................................................................
UcapanTerimakasih ..................................................................................................
Riwayat Singkat Penulis .....................................................................................
Daftar Isi .............................................................................................................
Daftar Gambar dan Foto .....................................................................................
Daftar Tabel ........................................................................................................

i
ii
iv
viii
xi
xiii
xiv

Bab I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................
1.2 Tinjauan Pustaka ..........................................................................
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................
1.5 Lokasi Penelitian ..........................................................................
1.6 Metode Penelitian ........................................................................
1.6.1 Teknik Pengumpulan Data ................................................
1.6.2 Pengalaman Penelitian .....................................................
1.6.3 Analisis Data ....................................................................
BAB II. GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA
TANJUNG GUSTA MEDAN
2.1 Perkembangan Sistem Lembaga Pemasyarakatan .................................
2.1.1 Penjara di Indonesia .................................................................
2.2 Sejarah Berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta
Medan..........................................................................................................
2.3 Letak Geografis .....................................................................................
2.4 Sarana dan Prasarana Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan
.......................................................................................................... 38
2.5 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta
Medan..........................................................................................................
2.6 Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan .............................................
2.7 Fungsi, Tugas Pokok dan Tujuan Lembaga Pemasyarakatan
2.7.1 Tugas Pokok Lembaga Pemasyarakatan ...................................
2.7.2 Fungsi Lembaga Pemasyarakatan ...............................................
2.7.3 Tujuan Lembaga Pemasyarakatan ..............................................

1
9
17
17
19
19
21
24
28

29
30
35
37

42
45
46
46
46

BAB III. LEMBAGA PEMASYARAKATAN SEBAGAI TEMPAT PEMBINAAN
NARAPIDANA
3.1 Proses Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan ...............
48

xii

3.2 Aktivitas Pembinaan Dan Pengembangan Kreativitas Narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan ....................................................................................
63
3.3 Program Pembinaan Narapidana Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan
.......................................................................................................... 68
3.4 Wujud Pembinaan Narapidana Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan
.......................................................................................................... 79
BAB IV. PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
4.1 Perempuan mengaku Laki-laki .........................................................
90

4.2 Balita di Lembaga Pemasyarakatan ...........................................
4.3 Hubungan Antara Narapidana dan Petugas Pemasyarakatan di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tanjung Gusta Medan......

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................................
5.2 Saran.................................................................................................

93
97

101
104

Daftar Pustaka
Daftar Informan Penelitian
Daftar Intervie Guide

xiii

DAFTAR GAMBAR DAN FOTO
Gambar 1
Gambar 2
Foto 1
Foto 2
Foto 3
Foto 4
Foto 5
Foto 6

Denah Lokasi Penelitian ..............................................................
Stuktur Organisasi Lembaga pemasyarakatan Kelas IIA
Tanjung Gusta Medan ................................................................
Kegiatan Salon ..............................................................................
Produk Kegiatan Memasak ...........................................................
Produk Kegiatan Menjahit ............................................................
Kegiatan Laundry .........................................................................
Kegiatan Beternak Bebek dan Pembuatan Telur Asin..................
Kegiatan Penangkaran Bunga .......................................................

17
42
81
83
83
85
87
89

xiv

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5

DAFTAR TABEL
Jumlah Warga Binaan Pemasyarakatatan pada
masing-masing Klasifikasi ..........................................................
Tingkat Pendidikan Warga Binaan Pemasyarakatan ...................
Jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan Berdasarkan
Agama ..........................................................................................
Jadwal Kegiaan Warga Binaan Pemasyarakatan ........................
Menu Makanan Warga Binaan Pemasyarakatan .........................

40
53
54
72
76

xv

ABSTRAK
Jayanty PN Sihombing, 2015 judul skripsi: “Perempuan di Lembaga
Pemasyarakatan ( Studi Deskriptif : Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan ) ”.
Skripsi. Progrm Sarjana Departemen Antropologi Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini mendeskripsikan : “Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
Wanita Tanjung Gusta Medan”. Kajian ini menjelaskan tentang keberadaan sistem hukum
dalam proses pembinaan narapidana, dan gambaran kehidupan narapidana perempuan
dalam menjalankan masa hukuman yang ditetapkan berdasarkan keputusan pengadilan.
Permasalahan yang dikaji pada skripsi ini adalah mengetahui bagaimana koeksistensi
berbagai aturan hukum dalam proses pembinaan narapidana.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan aturan-aturan
yang digunakan dalam pembinaan narapidana perempuan, mendeskripsikan kegiatan
narapidana perempuan dalam menjalani masa hukuman . Metode yang dilakukan
menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara mendalam dan
observasi partisipasi serta memeriksa dokumen-dokumen yang sesuai. Peneliti mencari
data dengan ikut langsung mengamati kegiatan informan selama waktu yang tidak
ditentukan dengan harapan data yang didapati agar lebih akurat. Peneliti menjadi
instrumen penting pada penelitian antropologi yang bersifat kualitatif deskriftif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara ideal Lembaga Pemasyarakatan
adalah tempat pembinaan narapidana dimana dalam proses pembinaan narapidana telah
diatur oleh undang-undang, peraturan pemerintah dan keputusan hakim. Proses
pembinaan narapidana dilakukan pihak-pihak yang berperan penting seperti instansi
penegak hukum (polisi, jaksa), instansi pendukung ( Depkes, Depnaker, Depag,
Depdiknas) dan, pihak swasta (LSM). Fakta aktual menunjukkan, Lembaga
Pemasayarakatan sebagai tempat pembinaan narapidana memiliki aturan sendiri dalam
melakukan proses pembinaan. Berkoeksistensinya antara hukum negara yang jelas
mengatur proses pembinaan dan juga hukum di Lembaga Pemasyarakatan yang
dilahirkan sendiri pada saat proses pembinaan menjadi saling mengisi diantara hukum
yang ada. Konsekuensi dari hadirnya aturan hukum lain dalam proses pembinaan
narapidana menimbulkan harmonisasi ketika hukum yang dimaknai dan direspon tersebut
dalam interaksi proses pembinaan narapidana perempuan.
Kata kunci : Kemajemukan hukum, Perempuan dan Lembaga Pemasyarakatan

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Menurut Oakley (dalam Fakih, 2004 ) perempuan 1 dikonstruksikan secara

sosial maupun kultural, dianggap lemah-lembut, emosional, keibuan dan lain
sebagainya. Hal ini juga dijelaskan dalam berbagai literatur bahwa pengertian
gender sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan laki-laki
dan perempuan secara sosial dan kultural. Perempuan dianggap emosional,
keibuan, penuh perasa dan tidak suka kekerasan 2. Pengkonstruksian tersebut
masih dapat kita temukan pada saat ini. Contohnya perempuan-perempuan
keraton di Yogyakarta masih memperhatikan perilaku dan perbuatan di depan
masyarakat banyak. Mereka perlihatkan sisi perempuan yang cantik, anggun,
lemah-lembut, keibuaan dan lain-lain.
Perkembangan zaman saat ini yang disebut dengan globalisasi,
pengkonstuksian yang diberikan kepada perempuan-perempuan zaman sekarang
mengalami pergeseran. Banyak perempuan dianggap tidak lemah-lembut, tidak
emosional, tidak keibuan, tidak perasa dan lain-lain. Saat ini sangat mudah
menemukan perempuan yang terlibat dengan masalah, mulai dari permasalahan
pribadi hingga yang menyangkut orang banyak.

Kondisi tersebut yang

1

Perempuan adalah sebutan yang umum digunakan untuk menggambarkan seseorang yang
memiliki organreproduksi yang baik akan memiliki kemampuan untuk mengandung, melahirkan
dan menyusui, yang tidak bisa dilakukan oleh lelaki dimana hal ini yang disebut sebagai tugas
perempuan/ wanita/ ibu.

2

https://oceufi.wordpress.com/category/gender-sebagai-konstruksi-sosial-budaya/

1

mengakibatkan terjadi pergeseran penilaian terhadap perempuan secara sosial dan
kultural.
Perempuan banyak terlibat dalam berbagai hal yang berhubungan dengan
permasalahan. Faktanya banyak perempuan yang terlibat dalam dunia kriminalitas
seperti pencurian, pembunuhan, penipuan, pengguna atau pengedar narkotika, dan
banyak kasus lain yang melibatkannya.
Hukum merupakan salah satu cara yang dilakukan masyarakat untuk
mengendalikan keadaan yang terjadi. Dengan adanya hukum keterlibatan
perempuan dengan masalah dapat diselesaikan. Hukum menjadi solusi dari
masalah yang dialami perempuan.
Menurut Bronislaw Malinowski, semua masyarakat memiliki hukum
sebagai pengendali sosial. Hukum inilah yang digunakan masyarakat sebagai alat
untuk menciptakan keamanan dalam kehidupan bermasyarakat. Dahulu hukum
diberikan sebagai sanksi sosial bagi pelanggar peraturan yang telah disepakati
bersama. Contohnya seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan
yang telah disepakati akan diberikan sanksi seperti pengasingan dari kelompok,
diberi hukuman gantung oleh ketua kelompok dan lain sebagainya.
Zaman globalisasi saat ini, mendengar kata ‘hukum’ secara otomatis
berfikiran tentang, peraturan-peraturan, sanksi, kasus, polisi, hakim, jaksa.
Leopold Pospisil 3 memberikan cara untuk mengenali hukum dengan empat
kriteria yaitu:

3

Tulisan sulistyowati Irianto tentang sejarah perkembangan antopologi hukum tahun 1994.

2

1. Otoritas, kekuatan yang dimiliki untuk mematuhinya.
2. Diaplikasikan secara keseluruhan.
3. Ada yang ditawarkan.
4. Sanksi bagi yang melawan.
Indonesia yang merupakan negara dengan jumlah penduduk nomor empat
terbesar didunia 4 juga mengenal istilah pengkonstruksian yang diberikan kepada
perempuan. Contohnya perempuan jawa dikenal sebagai perempuan yang lemah
lembut, perempuan batak dikenal sebagai pekerja keras. Meskipun sudah
memiliki penilaian tersendiri terhadap perempuan-perempuan di Indonesia,
namun mereka tetap terlibat dalam permasalahan termasuk dalam permasalahan
hukum.
Untuk provinsi Sumatera Utara, berdasarkan data sensus penduduk jumlah
perempuan di Sumatera Utara lebih banyak daripada jumlah laki-laki.
Berdasarkan jumlah penduduk tersebut, banyak perempuan yang mengalami
permasalahan hukum, baik itu sebagai pelaku dalam pelanggaran hukum maupun
korban dari pelanggaran hukum tersebut.
Data yang dikeluarkan SDP 5 menyebutkan dari jumlah perempuan yang
ada di Sumatera Utara 811 jiwa, perempuan telah melakukan pelanggaran hukum
4

Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik
jumlah penduduk Indonesia berkisar 237.641.326 jiwa yang terdiri dari laki-laki 119.630.913 jiwa
dan perempuan 118.010.413 jiwa. Untuk provinsi Sumatera Utara jumlah penduduknya berkisar
12.982.204 jiwa yang terdiri dari laki-laki 6.483.354 jiwa dan perempuan 6.498.850 jiwa.

5

SDP (Sistem Database Pemasyarakan) merupakan suatu sistem yang dimiliki oleh Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Kementrian Hukum & HAM dari data yang disuplai
langsung oleh Unit Pelaksana Teknis di lapangan dengan tujuan penyediaan Informasi Publik

3

dan telah dilakukan proses hukum 6. Data tersebut terdiri dari 298 tahanan dewasa
perempuan, 3 tahanan anak perempuan, 505 warga binaan dewasa perempuan, 5
tahanan warga binaan anak.
Bagi pelanggar yang telah diproses secara hukum, maka salah satu sanksi
yang diberikan yaitu hukuman penjara 7. Penjara kemudian dikenal dengan
lembaga pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan (disingkat LP atau LAPAS)
adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhadap warga binaan dan anak didik
pemasyarakatan di Indonesia. Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit
Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu Departemen Kehakiman). Penghuni
Lembaga Pemasyarakatan bisa warga binaan atau Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP) bisa juga yang statusnya masih tahanan, maksudnya orang tersebut masih
berada dalam proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidak oleh
hakim. 8

tentang situasi terkini dan monitoring serta evaluasi kinerja. Data terakhir yang diperoleh Februari
2014
6

Proses hukum merupakan serangkian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai perbuatan pidana, guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan mengumpulkan
bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tentang perbuatan pidana yang terjadi, guna
menemukan tersangkanya. http://hukum.unmuhjember.ac.id/index.php/8-profil/8-proses-danmekanisme-penyelesaian-perkara-pidana-menurut-kuhap akses 1 april 2014
7

Penjara yaitu tempat dimana orang-orang yang dikurung dan dibatasi kebebasannya karena
melakukan tindakan melawan hukum.
8

http://lpkedungpane.wordpress.com/profil/tujuan-sasaran/ akses 24 maret 2014

4

Undang-Undang No 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan, menjelaskan
bahwa lembaga pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan
Warga binaan dan Anak Didik Pemasyarakatan. Sistem pembinaan yang
dilakukan di dalam Lembaga Pemasyarakatan mencakup pembinaan kepribadian,
kemandirian,

asimilasi

dan

intergrasi

warga

binaan.

Warga

binaan

pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan melakukan banyak kegiatan semasa
kurunganya, kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan

kualitas ketaqwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa, kualitas intelektual, kualitas sikap dan perilaku,
kualitas profesionalisme/ ketrampilan dan kualitas kesehatan jasmani dan rohani 9.
Lembaga Pemasyarakatan sebagai tempat pembinaan bagi warga
binaannya diatur oleh undang-undang sehingga dalam pembinaannya berjalan
dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai bersama. Aturan itu
tertuang dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM no 6 tahun 2013 tentang tata
tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara.
Kesaksian perlawanan Wilson (2005) , mantan tahanan polisi di LAPAS
Cipinang yang divonis 5 tahun penjara dalam catatan harian yang telah
diterbitkan, Wilson menjelaskan bagaimana kondisi para narapidana di LAPAS
Cipinang. Berkumpulnya para narapidana yang sudah terbiasa dengan kekerasan
dalam penjara pastilah bukan keadaan yang mudah dikelola. Penjara dihuni
narapidana dalam blok-blok tertentu yang padat dan terkadang melebihi kapasitas,

9

http://lpkedungpane.wordpress.com/profil/tujuan-sasaran/ akses 24 maret 2014

5

narapidana yang stress, dan wajah-wajah kosong yang selalu berkeliaran di lorong
sel 10.
Kondisi terkurung yang jauh dari kebebasan, tidak menyurutkan terjadinya
kekerasan di dalam penjara. Hal-hal kecil dapat menimbulkan perkelahian seperti
saat pembagian makanan dari dapur, hingga perkelahian akibat sebatang rokok
yang diperebutkan. Meskipun ada aturan dari pemerintah yang telah mengatur tata
tertib di LAPAS, dengan adanya kesaksian Wilson seolah-olah aturan yang ada
tidak berpengaruh melainkan ada aturan lain yang berlaku di dalamnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Sally Moore (dalam Ihromi, 1993) yang
menyatakan bahwa dalam sebuah arena sosial ada lebih dari satu hukum yang
mengatur arena sosial tersebut dimana aturan tersebut memiliki kesempatan yang
sama untuk dipilih dalam memenuhi kehidupan dan ada aktor-aktor yang
memiliki kepentingan tertentu dalam arena sosial tersebut. Berdasarkan itu, sesuai
penjelasan Sally Moore, maka Lembaga Pemasyarakatan dapat juga dikatakan
sebagai arena sosial.
Sally Moore (dalam Ihromi, 1993) menjelasakan bahwa dalam bidang
industri pakaian gaun mahal ada kewajiban antar sesama secara hukum dan non
hukum. Dijelaskan bahwa dalam industri gaun mahal tersebut ada aktor-aktor
pelaksana dan melaksanakan tugas sesuai dengan bagiannya dan saling memiliki
hubungan yang baik antar sesama. Ketika ada lebih dari satu hukum yang
mengatur satu arena sosial yang memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih

10

kesaksian Wilson dalam tulisan Dunia di balik jeruji (2005).

6

untuk memenuhi kehidupan diarena sosial tersebut maka akan ada koeksistensi
hukum 11. Sama halnya yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan, disaat adanya
undang-undang yang telah dikeluarkan pemerintah dalam mangatur proses
pembinaan yang dilakukan ada aturan lain yang juga dapat mengatur proses
berjalannya pembinaan yang juga memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih
dalam prosesnya.
Lembaga Pemasyarakatan yang akan dikaji yaitu Lembaga Pemasyarakatn
Kelas II A khusus wanita Tanjung Gusta. Dan penelitian ini berfokus kepada
aturan yang diterapkan dalam proses pembinaan narapidana perempuan dan juga
aktifitas

narapidana

dalam

Lembaga

Pemasyarakatan.

Perempuan

yang

dikonstruksikan secara sosial tersebut lemah-lembut, keibuan dan emosional itu
menjadi kajian penting untuk diteliti karena tidak sesuai dengan kondisi sekarang.
Banyak perempuan yang terlibat dalam permasalahan hukum .
Tujuan berbagai kegiatan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan
yang diungkap diatas tersebut untuk dapat bertahan hidup baik didalam masa
hukumannnya ataupun sebagai bekal hidup untuk melanjutkan kehidupan setelah
masa hukuman berakhir. Salah satu cara yang sering dilakukan untuk peningkatan
kualitas hidup warga binaan yaitu melalui cara peningkatan kretivitas warga
binaan itu sendiri, melalui program pelatihan keterampilan baik itu dalam bidang
seni, olahraga, maupun melalui pembuatan produk kreativitas. Pelaksanaan

11

koeksistensi hukum yaitu adanya hukum yang berdampingan dalam suatu kajian yang sama,
koeksistensi biasanya menimbulkan dua hasil yakni keharmonisan dan konflik.

7

pengembangan kreativitas warga binaan disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan
bakat dari warga binaan tersebut.
Perkembanagan zaman pada saat ini, banyak pakar memperkirakan bahwa
kreativitas akan menjadi salah satu strategi pribadi dan bisnis terpenting dalam
menunjang kelangsungan hidup dan mencapai sukses. Hari demi hari, dunia
makin kompleks dan masalah kemasyarakatan semakin sulit dipecahkan. Dunia
merindukan penyelesaian kreatif atas berbagai masalah yang terjadi. Kebutuhan
akan pemikiran kreatif menjadi penting agar mampu terus bersaing dan
berkembang. 12
Proses pembinaan warga binaan dengan berbagai aturan yang saling
berdampingan dalam pelasanaannya menjadi fokus utama dalam penelitian.
Berbagai kegiatan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan, dengan
menggunakan analisis Antropologi Hukum diharapkan penelitian ini dapat
mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Tanjung Gusta Medan dalam proses
kegiatan pembinaan yang dilakukan khususnya dalam hal kegiatan peningkatan
kreativitas warga binaan dalam program pelatihan keterampilan di Lembaga
Pemasyarakatan tersebut.

12

Jordan E Ayan. “Bengkel Kreativitas, 10 Cara Menemukan Ide-ide Pamungkas”. Kaifah
Bandung 2002.

8

1.2

Tinjauan Pustaka
Pada kehidupan sehari-hari ketika mendengar kata hukum yang ada di

benak kita adalah sebuah ganjaran yang diberikan kepada seseorang atau lebih
karena kesalahan yang dilakukan dan menimbulkan dampak kepada orang lain.
Definisi hukum tidak jauh dari pemikiran tersebut, yang mengacu pada tindaktanduk manusia sebagai makhluk sosial. Hukum merupakan sebuah sistem yang
dibuat manusia untuk membatasi perilaku manusia agar tingkah laku manusia ini
dapat terkontrol dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum adalah aspek paling
penting dalam pelaksanaan sebuah rangkaian kekuasaan kelembagaan seperti
kehidupan bernegara 13.
Soedjono Dirdjosisworo berpendapat, hukum adalah gejala sosial, ia baru
berkembang didalam kehidupan manusia bersama. Ia tampil dalam menserasikan
pertemuan antar kebutuhan dan kepentingan warga masyarakat, baik yang sesuai
ataupun yang saling bertentangan. Hal ini selalu berlangsung karena manusia
senantiasa hidup bersama dalam suasana saling ketergantungan 14. Sependapat
dengan para ahli hukum atau sarjana hukum yang menyebutkan bahwa hukum
merupakan berbagai aturan-aturan, norma-norma, dan asas-asas yang diperlukan
agar ada efisiensi dalam usaha mengejar tujuan.

13

http://blogging.co.id/pengertian-hukum-dan-definisi-hukum-menurut-para-ahli akses tanggal 20
april 2014
14
http://wiraatm.blogspot.com/2013/03/definisi-hukum-fungsi-hukum-dan-tujuan.html Akses
Tanggal 27 September 20014

9

Hukum yang berlaku di Indonesia yaitu hukum privat dan hukum publik
yang disebut sebagai hukum yang ideal. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa
tidak hanya kedua

hukum tersebut saja yang berlaku bagi masyarakat di

Indonesia dalam mengatur tatanan hidup bermasyarakat Indonesia. Ada hukumhukum lain yang berlaku dalam mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat.
Seperti yang ditunjukkan oleh Keebet von Benda-Beckmann (2000) dalam
penelitiannya di Minangkabau, menunjukkan bahwa dalam penyelesaian sengketa
yang ada setidaknya ada tiga hukum yang digunakan dalam menyelesaikan
sengketa tersebut yaitu hukum adat, hukum agama dan hukum negara.
Montesquieu (dalam Rouland : 1960) mengatakan bahwa hukum di dalam
masyarakat tertentu bukanlah pencerminan seperangkat prinsip hukum yang
berlaku secara universal, tetapi merupakan bagian dari kebudayaan bangsa
tertentu. Montesque menjelaskan masyarakat buas dan bar-bar mempunyai
struktur politik dan sistem hukum yang lemah tanpa kekuasaan yang berdaulat
yang telah ditentukan bersama oleh masyarakat buas dan bar-bar tersebut berbeda
dengan masyarakat kerajaan yang memiliki kekuasan yang telah di tentukan
dengan jelas.
Montesquieu menitik beratkan hal penting tentang hukum, menurut
pendapatnya suatu sistem hukum milik masyarakat tertentu tidak dapat
dipindahkan ke dalam masyarakat yang lain. Peraturan yang disusun dengan ciri
khas tertentu suatu masyarakat jarang sekali cocok dengan masyarakat lain yang

10

berbeda kebudayaannya. Dengan demikian dapat dilihat dari kajian antropologi
hukum 15.
Antropologi hukum berpegang pada anggapan bahwa manusia hidup
bermasyarakat pasti ada hukum, jadi baik di zaman dahulu hingga sekarang
hukum selalu ada dalam masyarakat. Hukum tersebut mengikuti pola kehidupan
manusia bermasyarakat, baik ia berbentuk tertulis ataupun tidak tertulis (hukum
adat). Tidak ada manusia hidup tanpa budaya, tidak ada manusia tanpa
kepentingan , dan juga tidak ada manusia tanpa hukum (aturan) 16.
Antropologi hukum yang dilihat dan dikaji bukan hanya hukum positif
atau hukum yang berlaku disuatu negara tetapi juga melihat hukum yang aktual
atau proses yang terjadi dalam masyarakat tersebut. Menurut F Benda Beckman
(dalam Ihromi,1993) antropologi hukum melihat hubungan antar perilaku manusia
dengan kekompleksan yang terjadi dalam masyarakat serta perubahan-perubahan
dalam bentuk perilaku manusia. Jadi kemungkinan tidak hanya satu hukum yang
berlaku dalam situasi tertentu.
Pendapat Hooker (1975) 17 yang menyatakan bahwa pada situasi tertentu,
ada dua atau lebih hukum yang saling berinteraksi atau lebih dikenal dengan
kemajemukan hukum. Situasi kemajemukan ini juga banyak digambarkan para
ahli dalam penelitiannya yang kebanyakan dilakukan di Indonesia antara lain
15

Montesquieu dan Rousseau ( Foresunars of Sociology) dalam Bahan Kuliah Pengantar
Antropologi Hukum Oleh Prof. N Rouland) 1960 Michigan Press Prancis.
16
Hilman Hadikusuma , Pengantar Antropologi Hukum. PT Citra Aditya Bakti, Bandung 1992
17
Dikutip dari tulisan Sulistyowati Irianto “Kesejahteraan Sosial dalam Sudut Pandang Pluralisme
Hukum”.

11

Aceh, Minangkabau, Sumatera Utara khusunya Batak Toba dan Karo, dan lainlain.
Berbicara perempuan, kata perempuan berasal dari bahasa Sansekerta,
muncul dari penggalan kata Per – Empu – An. Kata Per berarti mahluk, Empu
berarti mulia, tuan, mahir dan kata An berarti penunjuk. Jika diartikan menjadi
mahluk mulia, seperti tuan dan memiliki kemampuan (mahir) 18. Perempuan
adalah sebutan pada umumnya yang diberikan masyarakat. Yang dikatakan
sebagai perempuan yaitu orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat
mestruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui 19. Dalam masyarakat
perempuan diidentikan dengan mahluk yang lemah lembut, tidak kasar, memiliki
sifat feminin dalam menjalankan kehidupannya.
Kehidupan bermasyarakat tentunya manusia tidak terlepas dari individu
lain untuk menjalankan kehidupannya. Sama halnya dengan perempuan
memerlukan individu atau kelompok lain dalam menjalankan kehidupan. Dalam
proses menjalankan kehidupan, perempuan tidak terlepas dari yang namanya
aturan-aturan dalam mengatur kehidupannya. Disamping itu perempuan juga tidak
terlepas dari permasalahan hukum dalam kehidupannya. Misalnya dalam masalah
kedudukan perempuan, dengan latar belakang etnik ras, agama dan kelas yang

18

http://id.berita.yahoo.con/blogs/newsroom-blog/perbedaan-makna-perempuan-dan-wanita091915009.html Akses 5 Februari 2014
19

Perempuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

12

berbeda, ditandai oleh adanya berbagai institusi (pranata) hukum yang saling
tumpang tindih.
Fenomena seperti yang di tunjukkan Sulistyowati (2003) dalam masalah
waris pada masyarakat Batak Toba, ditunjukan melalui adanya berbagai aturan
hukum yang mengatur masalah hak waris yaitu hukum adat, hukum negara dan
kebiasaan sosial yang muncul dalam kehidupan masyarakat Batak Toba masa
kini. Secara normatif hukum adat batak toba tidak memberikan hak waris kepada
anak perempuan maupun janda, baik berupa tanah, rumah maupun benda tidak
bergerak lainnya 20 . Hukum yang berlaku dalam masyarakat Batak Toba tersebut
adalah aturan baik berupa perintah atau larangan yang mengatur masyarakat yang
harus ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.
Adanya lebih dari satu hukum yang berada dalam suatu lingkungan sosial
mengindikasikan bahwa adanya kemajemukan hukum. Seperti yang diungkapkan
Griffith (1986) dalam Journal Of Legal Pluralism bahwa “by ‘legal pluralism’ i
mean the presences in a social field of more than an one legal order”
(kemajemukan hukum diartikan sebagai kehadiran lebih dari satu hukum yang
dihadirkan dalam lapangan sosial) 21. Sama halnya dengan kehidupan manusia ada
lebih dari satu hukum yang memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih dalam
proses berlangsungnya kehidupan.

20

Sulistyowati Irianto. Perempuan di Antara Berbagai Pilihan Hukum.Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta. 2003
21

Griffith.J. What is Legal Pluralism. Journal of Legal Pluralism (1986)

13

Menurut Hilman (2004) lembaga hukum adalah tempat yang digunakan
warga masyarakat untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang timbul diantara
para warga dan menjadi alat untuk melakukann tindakan balasan terhadap
penyalahgunaan terhadap aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat.
Untuk menyelesaikan permasalahan hukum ataupun sengketa tentunya ada
proses hukum yang jalankan pelaku pelanggaran hukum. Salah satu proses hukum
dalam menyelesaian permasalahan hukum adalah hukuman penjara. Hukuman
penjara dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan
adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhadap warga binaan dan anak didik
pemasyarakatan di Indonesia.
Menurut Hoarton dan Hunt 22, lembaga sosial bukanlah hanya sebuah
bangunan, bukan kumpulan dari sekelompok orang, dan bukan sebuah organisasi.
Lembaga adalah suatu sistem norma 23 untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan
yang oleh masyarakat dipandang penting atau secara formal, sekumpulan
kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia.
Dengan kata lain Lembaga adalah proses yang terstruktur (tersusun) untuk
melaksanakan berbagai kegiatan tertentu.
Surat Keputusan Kepala Diktorat Pemasyarakatan Nomor K.P.10.13/3/1,
tanggal 8 Pebruari 1985, dimana disampaikan suatu konsepsi Pemasyarakatan
sebagai berikut :
22

http://mrpams.multiply.com/journal/item/15?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
akses 15 april 2014
23

Sistem norma yang dimaksud adalah aturan-aturan yang berlaku dalam kelompok

14

Pemasyarakatan adalah suatu proses, proses therapeuntie dimana si warga
binaan pada waktu masuk Lembaga Pemasyarakatan berada dalam
keadaan tidak harmonis dengan masyarakat sekitarnya, mempunyai
hubungan yang negatif dengan masyarakat. sejauh itu warga binaan lalu
mengalami pembinaan yang tidak lepas dari unsur-unsur lain dalam
masyarakat yang bersangkutan tersebut, sehingga pada akhirnya warga
binaan dengan masyarakat sekelilingnya merupakan suatu keutuhan dan
keserasihan (keharmonian) hidup dan penghidupan, tersembuhkan dari
segi-segi yang merugikan (negatif).
Dengan kata lain pemasyarakatan adalah proses pembinaan bagi warga
binaan yang bertujuan mengadakan perubahan-perubahan yang menjurus kepada
kehidupan yang positif, para petugas pemasyarakatan adalah salah satu unsur
yang menjalankan peranan penting sebagai pendorong, penjurus dan pengantar
agar proses tersebut dapat berjalan dengan lancar sehingga mencapai tujuan
dengan cepat dan tepat.
Proses pembinaan (Harsono, 1995) yang dilakukan yaitu untuk
mengembalikan warga binaannya ke dalam masyarakat dengan minimal tidak
melakukan tindak pidana lagi, sebab itu pembinaan yang dilakukan dengan teori
dan teknik pembinaan dengan melakukan berbagai kegiatan seperti pemberian
latihan-latihan kerja, dan pemberian berbagai ilmu pengetahuan yang berguna
setelah masa hukumannya selesai. Proses pembinaan ini dilakukan agar warga
binaan di Lembaga masyarakat mampu melanjutkan kehidupannya dan mandiri
dalam masalah perekonomian.
Pada saat proses pembinaan berlangsung ada pihak-pihak yang memberi
pengaruh penting, diantaranya bagaimana hubungan internal maupun eksternal
terjadi, dan bagaimana hukum formal dan hukum non forrmal berdampingan

15

dalam proses pembinaan tersebut, tidak terlepas dari adanya pihak-pihak yang
memberi aturan untuk dipilih dan dilaksanakan.
Arena sosial dapat terjadi apabila dalam satu tempat atau dalam
sekelompok masyarakat hukum formal dan hukum non formal berdampingan .
Dimana dalam arena sosial tersebut ada aktor-aktor yang terlibat dan menjalankan
peranan khusus dalam kondisi tersebut. Penelitian Sally Folk Moore (dalam
Ihromi, 1993) dalam menjelaskan kewajiban antara sesama secara hukum dan non
hukum dalam industri pakaian gaun mahal mengatakan ada aktor-aktor sebagai
pelaku dalam menjalankan aturan yang berlaku.
Sally menjelaskan bahwa dalam industri pakaian gaun mahal ada
pemborong yang merancang pakaian untuk diperjual-belikan. Dalam melakukan
perancangan terkadang pemborong membutuhkan kontraktor lain untuk
membantu dalam merancang pakaian. Sehingga antara satu dengan yang lain
saling membutuhkan dan tidak terpisah akan kepentingan masing-masing. Dengan
adanya kepentingan antara satu dengan yang lain sehingga menimbulkan sebuah
tanggung jawab untuk menjalankan tugas yang diberikan.
Setiap peraturan hukum memberitahukan tentang bagaimana seseorang
pemegang peranan diharapkan dapat bertindak dan juga memberi respon terhadap
peraturan hukum tersebut, sehingga hukum tersebut dapat berjalan sesuai dengan
fungsinya dan memberikan sanksi bagi pelaku pelanggar hukum tersebut. Dalam
hal ini acuan saya dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan aturan-aturan

16

yang berlaku diterapkan dalam Lembaga Pemasyarakatn khusus perempuan
tersebut dalam proses pembinaannya.

1.3

Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari keseluruhan tulisan diatas, maka penulis

tertarik untuk membahas beberapa pokok permasalahan dalam penelitian yang
akan dilakukan ini. Beberapa pokok permasalahan tersebut, yakni:
1. Bagaimana proses pembinaan narapidana perempuan dalam
Lembaga Pemasyarakatan?
2. Bagaimana

kehidupan

narapidana

perempuan

di

Lembaga

Pemasyarakatan? Apakah sesuai dengan aturan yang ada?

1.4

Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan dan manfaat yang sangat

penting, karena itu melalui tujuan dan manfaat itulah maka suatu penelitian dapat
dimengerti oleh si peneliti maupun ketika nantinya dibaca oleh publik.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mendeskripsikan

proses

pembinaan

narapidana

khususnya

narapidana perempuan.
2. Mengidentifikasi aturan-aturan yang ada dalam proses pembinaan
narapidana wanita.

17

3. Mendeskripsikan berbagai kegiatan yang diberikan Lembaga
Pemasyarakatan untuk warga binaannya dalam melanjutkan
kehidupan baik dalam masa hukumannya ataupun nantinya sebagai
bekal hidup setelah masa hukuman berakhir.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan referensi bagi masyarakat
baik itu akademisi, mahasiswa, aktivis dan sebagainya, khususnya bagi mereka
yang mengkaji tentang perempuan. Secara praktis peneliti akan menggambarkan
proses pembinaan dan aturan yang berlaku di Lembaga Pemasyarakatan.
Penelitian ini juga sebagai rekomendasi bahan masukan bagi mereka yang peduli
terhadap perempuan dan mengkaji tentang perempuan.

1.5

Lokasi Penelitian

Gambar 1
Denah Lokasi Penelitian
Sumber: Jayanty PN Sihombing, 2014

18

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita
Tanjung Gusta Medan. Yang beralamat di jalan Pemasyarakatan Tanjung Gusta
Medan. Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Kelas II A wanita Medan
dipilih

Karena

Lembaga

Pemasyarakatan

ini

satu-satunya

Lembaga

Pemasyarakatan Khusus Perempuan di Sumatera Utara. Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIA Wanita Tanjung Gusta merupakan Lembaga Pemasyarakatan yang
menggunakan sistem pemasyarakatan.

1.6

Metode Penelitian
Memperoleh data di lapangan adalah cara untuk menjelaskan rumusan

masalah. Untuk itu langkah yang dilakukan yaitu melalui proses penelitian.
Penelitian adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengungkapkan atau
membuktikan sesuatu yang dilakukan pendekatan ilmiah berdasarkan konsepkonsep dan teori-teori yang sesuai dengan tujuan dan dengan cara-cara yang
ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan menurut disiplin ilmu pengetahuan
masing-masing. 24
Penelitian yang dilakukan ini tentunya mempunyai metode yang
digunakan dalam memperoleh data sebanyak mungkin. Metode penelitian adalah
cara-cara atau prosedur yang dilakukan untuk mengumpulkan data secara
bertanggung-jawab sesuai dengan masalah yang diteliti dan disiplin ilmu

24

http://seputarprndidikan003.blogspot.com/2013/07//pengertian-penelitian.html?m=1 akses
tanggal 05 Februari 2014

19

pengetahuan yang bersangkutan 25. Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif, dimana penulis menggambarkan suatu makna
atau proses-proses yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan kelas II A khusus
wanita Tanjung Gusta Medan. Bentuk dari penelitian ini berbentuk etnografi,
dimana penulis mendeskriptifkan segala fenomena yang ada dilapangan.
Inti dari etnografi adalah upaya memperhatikan makna tindakan dari
kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami.