PERKEMBANGAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN LABUHAN RUKU DI KABUPATEN BATUBARA.

PERKEMBANGAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN
LABUHAN RUKU DI KABUPATEN BATUBARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada
Jurusan Pendidikan Sejarah

OLEH :
DIAN PUSPITA SARI SIRAIT
NIM : 3123321009

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

ABSTRAK

DIAN PUSPITA SARI SIRAIT, NIM 3123321009. PERKEMBANGAN

LEMBAGA PEMASYARAKATAN LABUHAN RUKU DI KABUPATEN
BATUBARA SKRIPSI S-1 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH.
FAKULTAS ILMU SOSIAL. UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang berdirinya Lapas di
Labuhan ruku kabupaten Batubara, serta keberadaan fisik dan struktur organisasi
di Lapas Labuhan ruku pada masa reformasi. Untuk memperoleh data-data yang
diperlukan, maka peneliti menggunakan metode penelitian lapangan (field
research) serta dikombinasikan dengan studi pustaka (Library Research).
Kemudian teknik untuk mengumpulkan data dilakukan dengan cara observasi ke
lokasi penelitian, wawancara kepada karyawan Lembaga Pemasyarakatan, tokoh
masyarakat dan penduduk di sekitar lokasi penelitian dan dokumentasi atau
memfoto keadaan fisik Lembaga Pemasyarakatan Labuhanruku
KabupatenBatubara . Dari hasil penelitian yang dilakukan diketauhi bahwa Latar
belakang berdirinya Lapas Labuhan ruku di mulai dari masa kolonial belanda
yang berawal dari sebuah angkatan bersenjata KNIL sekitar tahun1932 yang
dimana Kolonial belanda membutuhkan suatu tempat tahanan khususnya di
wilayah keresidenan asahan, sehingga berdiri lapas Labuhanruku di Kabupaten
Batubara.
. Kata Kunci : Lapas Labuhan Ruku, Perkembangan Lapas.


i

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan atas kehadiran Allah SWT dimana,
atas rahmat dan karunianya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
: “Analisis Surat Kabar Soeara Bondjol Dalam Berita Politik Pada Masa Kolonial
di Medan (1919-1925)”. Shalawat berangkaikan salam dihadiahkan kepada
junjungan besar Rasullulalh Muhammad SAW, yang mana syafaatnya diharapkan
di yaumul mahsyar kelak.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh
dari sempurna, baik isi tekhnik penelitian, maupun nilai ilmiahnya, mengingat
keterbatasan pengetahuan, pengetahuan dan pengalaman. Oleh sebab itu, dengan
segala kerendahan hati, peneliti mengharapkan saran dan kritikan. Maka dalam
kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih serta pengharapan yang
sebesar-besarnya kepada :
 Ayahanda dan Ibunda tercinta yang melahirkan, mendidik dan
memebesarkan peneliti. Karena doa dan restu mereka peneliti bisa menjadi
saat sekarang ini dan sampai pada akhir untuk menyelesaikan studi dalam
perkuliahan. Skripsi ini sengaja ananda persembahkan sebagai bukti

bahwa ananda telah menyelesaikan amanat yang ayah dan ibu berikan
kepada ananda. Kiranya Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada mereka.
 Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
ii

 Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
 Bapak Drs. Yushar Tanjung M. Siselaku Ketua Jurusan Pendidikan
Sejarah
 Ibu Dr. SamsidarTanjungM.PdDosen Pembimbing Skripsi,

peneliti

mengucapkan terima kasih atas masukan dan kemudahan yang telah ibu
berikan kepada peneliti mulai dari proses penyusunan proposal hingga
penyelesaian skripsi.
 Ibu Dra. Flores Tanjung MADosen Pembimbing Akademik dan penguji
yang telah banyak memberi nasehat-nasehat bagi peneliti selama masa
perkuliahan.

 IbuDra. Flores Tanjung MAselaku Dosen penguji atau pembanding Utama
yang banyak memberi inspirasi bagi peneliti.
 Bapak Pristi Suhendro, S.Hum M.Si M.S selaku Dosen penguji atau
pembanding bebas yang banyak memberi inspirasi bagi peneliti.
 Dosen-dosen peneliti lain yang ada di Jurusan Pendidikan Sejarah, Pak
Ponirin, Ibu IkaPurnama Sari, Ibu Lister Eva dan seluruh dosen lainnya
yang telah memberikan ilmu dan pengalaman kepada peneliti selama
mengikuti perkuliahan di Universiteas Negeri Medan.
 Abang

dan

kakak

Peneliti,

RatniSiraitM.Pd,

Mhd


Noor

IrfansyahsiraitS.Pd, Poltaksiraityang ada di Kuala Tanjung, yang selalu
memberi dukungan moral dan emosional yang membuat peneliti semangat
untuk menyelesaikan penelitiannya dan semoga peneliti dapat mencontoh
semua hal yang baik dari kehidupan mereka.

iii

 Adik-adik peneliti, Tri susantisirait , SoniZulkarnainSiraityang selalu
menjadi semangat bagi peneliti agar dapat memberi contoh yang baik.
Semoga mereka bisa menjadi kebanggaan buat orang tua
 Sahabat-sahabatPenulis, SuriyantiSiagian, NurulAzmi Sambas, Roma
Ullytobing,

RintameTinambunen,

YunandaUlly,

UciArmayanti,


RoziahRambe, Sarah Amanda Gultom, EmaManisa, KartikaSiregar,
JanitaAnggrainiSembiring,
Regina

Siburian,

Ida

RosidaDasopang,

AgnestasiaSinulingga,

MasrianiHutasuhut,

FakhriMuliawanSitumorang,

Mhd, Adnin, MhdIqbal, MhdNovriansyahLubis, Lot SaputraBerutu,
FitraJakaRestu,
LifzenSitanggang,


JudhaTuahHasiolanPurba,
HusnulFuadiLubis,

Daniel

Siburian,

FauziRamdhan,

Rio

WindradanseluruhanggotaanakEkstensipendidikansejarah 2012
 Teman – teman PPL penulis, AuliaHidayah Batubara, AkhlakulKarima,
YunitasilviaNasution, VidiaImandaPasaribu, Zurahma, Sri WardaNingsih,
AidilSyahputra, Citra Napitupulu, Desi R Munthe, RiskaHandini,
Nisasiregar,

MasnaSimanjuntak,


RinaAprianaSamosir,

DwiEndahLarasati, Devi Lestari, ArniAfrilika
Medan,
Peneliti

Juni 2016

Dian Puspita Sari Sirait
NIM. 3123321009

iv

Hana

Afifa,

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar BelakangPenelitian .......................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah .................................................................................. 5
1.3. Pembatasan Masalah ................................................................................ 5
1.4. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.5. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.6. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 8
2.1. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 8
2.1.1. Konsep perkembangan Lapas ......................................................... 8
2.1.2. Labuhan Ruku ................................................................................. 13
2.2. Kerangka Berfikir...................................................................................... 14

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 15
3.1. Metode Penelitian...................................................................................... 15
3.2. LokasiPenelitian ........................................................................................ 15
3.3. Sumber Data .............................................................................................. 16
1. Data Primer .......................................................................................... 16
2. Data Sekunder ...................................................................................... 16

3.4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 17
3.5. Teknik Analisis Data ................................................................................. 17

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 19
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 19
4.1.1. Keadaan geografis ........................................................................... 19
4.1.2. Keadaan Penduduk.......................................................................... 22
4.1.3. Keadaan Sosial ................................................................................ 25

v

4.2.Latar Belakang Berdirinya Lapas Labuhanruku ........................................ 27
4.3. Keberadaan di Lapas di Labuhan Ruku pada masa Reformasi di Kabupaten
Batubara ........................................................................................................... 35
4.4. Keadaan Fisik Gedung Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Lapas
Labuhanruku .................................................................................................... 45
BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 59

5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 59
5.2. Saran .................................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64
LAMPIRAN .................................................................................................... 65

vi

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. ........................................................................................... 21
Tabel 4.2. ............................................................................................ 23
Tabel.4.3..............................................................................................24
Tabel.4.4..............................................................................................25
Tabel.4.5..............................................................................................26

vii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Penjara senantiasa menyimpan sejumlah paradoks. Bangunan ini
dirancang untuk membatasi kebebasan seorang terpidana sebagai tempat
hukuman, namun seiring dengan itu, dibalik tembok kukuh dan jeruji-jerujinya,
justru jiwa sang terpidanan seringkali menemukan kemerdekaan hakiki sehingga
sering memunculkan gagasan yang briliyan, kritis dan visioner. Penjara menjelma
menjadi “kawah candradi muka” yang membuat para penghuninya semakin
matang dan siap, bukan saja dalam segi konsep dan strategi perjuangan
menegakkan kebenaran dan keadilan, namun juga dalam segi mental dan
kesadaran spritual.
Kenyataan tersebut berkaitan erat dengan fakta bahwa perjuangan
melawan tirani dan menegakkan keadilan senantiasa menghadapi banyak
rintangan dan hambatan yang mengharuskan setiap aktivis meningkatkan daya
tahan fisik dan mental karena tidak semudah yang kita bayangkan, ini adalah
suatu perjuangan yang harus di pertahankan. Dalam konteks ini, dibutuhkan saatsaat tertentu untuk melakukan perenungan atau kontemplasi, jauh dari hiruk-pikuk
kehidupan masyarakat. Diperlukan suatu aktivitas olah-batiniah untuk menelusuri
dan memetakan sisi-sisi kehidupan yang agak terabaikan dalam kerja besar
perjuangan demokrasi dan perwujudan hak-hak asasi, dan selanjutnya
memberikan perhatian yang memadai terhadapnya, demi efektivitas gerak
perjuangan.

1

Melihat ke belakang perjalanan Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia,
adalah sebuah jejak-jejak panjang nan penuh liku. Hal ini terkait dengan sejarah
berdirinya negara tercita ini, yang memiliki masa-masa pahit tatkala Belanda dan
Jepang menancapkan cakar tajamnya di masa penjajahan. Masa demi masa
terlewati, mengukir catatan demi catatan. Masing-masing masa memiliki
sejarahnya tersendiri. Tentu saja ini bukan hanya sekedar catatan, namun makna
didalamnya dapat dijadikan acuan menuju gerbang profesionalisme Lembaga
Pemasyarakatan untuk menjawab tantangan di masa datang.
Masa kolonial juga mencatat sebuah peristiwa yang terbilang kejam,
kejadiannya menimpa seorang pemberontak indonesia yang sudah menjadi
incaran pemerintah kolonial. Suatu hari pemberontak ini tertangkap dan sebagai
“shock theraphy” bagi pemberontak lain, ia diberi hukuman yang tak
berprikemanusiaan. Keempat anggota badannya (tangan dan kakinya) masingmasing diikatkan pada kuda lalu ditarik oleh kuda tersebut dengan arah
berlawanan. Anggota tubuh si pemberontak tercerai berai, peristiwa ini terkenal
dengan peristiwa pecah kulit. Dengan cara itulah seseorang di hukum pada saat
zaman kolonial belanda sebelum adanya lapas agar membuat orang-orang yang
ada di tanah air ini jerah dan merasa takut dan tidak adanya lagi kejahatankejahatan yang terjadi
Dalam perjalanan sejarahnya yang panjang, fungsi bangunan penjara
dipandang sebagai bagunan yang efektivitasnya sering dipedebatkan, karena
menurut pengalaman para cendikiawan yang kebetulan merasakan pahit getirnya
penjara, kehidupan di penjara cenderung dapat menimbulkan dehumanisasi.

2

Seperti di kemukakan dalam The Implementation Standard Minimum Rules For
The Treatment Of Pri soners, secara sosiologis, kehidupan dalam penjara sering
kali memperlihatkan ciri-ciri yang sama dengan kondisi masyarakat yang
memudahkan timbulnya suatu perilaku menyimpang (kejahatan).
Penjara masa dulu
hukuman

sadis

menjadi tempat dimana orang-orang mendapat

berupa penyiksaan, mutilasi, dieksekusi gantung, penggal

leher atau dibakar. Namun saat ini, penjara di Indonesia yang sudah berubah
namanya dengan sebutan Lembaga Pemasyarakatan yang dimana merupakan
adanya pergeseran dari segi hukuman yang awalnya merupakan hukuman sadis
menjadi hukuman yang lebih manusiawi,
secara

filosofis

ditujukan

bangunan

tempat

isolasi

yang

untuk menghilangkan kemerdekaan narapidana

atau mengalami pencabutan kemerdekaan serta membina atau mendidik para
narapidana agar menjadi baik selama di dalam Lapas. Dengan di tahannya
Narapida tersebut di dalam tahanan isolasi narapidana ini akan menyesali
perbuatannya dan mereka akan menyesal dan tidak akan mengulangi perbuatan
kriminal
Dalam kehidupan masyarakat masih sederhana, setiap pelanggaran hukum
dapat diselesaikan pada saat itu juga. Pemimpin formal, yang juga biasa bertindak
sebagai hakim, dapat menyelesaikan konflik segera setelah perbuatan dilakukan,
sehingga tidak diperlukan tempat untuk menahan para pelanggar hukum, untuk
menunggu pelaksanaan hukuman. Dulu, jenis hukuman masih bersifat pidana
fisik, misalnya pidana cambuk, potong tangan dan bahkan pidana mati
(pemenggelan kepala) atau digantung.,

3

Dengan lahirnya pidana hilang

kemerdekaan semua masyarakat yang ada ditanah air ini enggan untuk melakukan
tindakan kriminal yang hukumannya sangat tidak manusiawi; hukuman berubah
menjadi pidana menjalani penjara selama waktu yang ditentukan oleh hakim.
Seiring dengan itu, eksitensi bangunan tempat penahanan sementara semakin
diperlakukan, apalagi dengan adanya pidana pencabutan kemerdekaan.
Penjara Labuhan Ruku merupakan tempat untuk menampung berbagai
kasus tindakan pelaku kriminal, tempat yang bersifat isolasi, yang membatasi
gerak-gerik para pelaku kriminal dengan tembok yang kokoh dan tinggi serta
pintu dan jendela yang terbuat dari trali besi, terkungkung dalam kamar yang
gelap dan pengab. Selain itu, pengawasan dan penjagaan di dalam penjara oleh
para petugas penjara sangat ketat serta karakter dari Petugas penjara sering
dikenal sangat beringas dan kejam serta menyeramkan.
Keberadaan Lembaga Pemasyarakatan di Labuhan Ruku di Kabupaten
Batubara pada masa sekarang menjadi sebuah fenomena yang sangat menarik
untuk di kaji dan untuk diteliti. Minimnya penulisan tentang Lapas Labuhan Ruku
di Kabupaten Batubara merupakan alasan lain mengapa penelitian ini perlu untuk
dilakukan. Oleh karena itu peneliti mencoba menelusuri keberadaan Lapas
tersebut dengan judul ”Perkembangan Lembaga Pemasyarakatan di Labuhan
Ruku Kabupaten Batubara

4

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi
masalah adalah:
1. Keadaan Latar Belakang Berdirinya Lapas di Labuhanruku Kabupaten
Batubara.
2. Keadaan keadaan fisik dan Struktur Organisasi di Lapas Labuhan
Ruku Kabupaten Batubara.
3. Keberadaan di Lapas di Labuhan Ruku pada masa Reformasi di
Kabupaten Batubara.

1.3. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana
1.

Bagaimana Latar Belakang Berdirinya Lapas di Labuhanruku
Kabupaten Batubara.

2.

Bagaimana keadaan fisik dan Struktur Organisasi di Lapas
Labuhanruku Kabupaten Batubara

3.

Bagaimana Keberadaan di Lapas di Labuhanruku pada masa
Reformasi di Kabupaten Batubara.

5

1.4. Tujuan Penelitian
Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena
setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan tertentu. Dengan
berpedoman kepada tujuannya, maka akan lebih mempermudah mencapai sasaran
yang diharapkan. Dengan demikian yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui keadaan Latar Belakang Berdirinya Lapas di
Labuhanruku Kabupaten Batubara.
2.

Bagaimana keadaan fisik dan Struktur Organisasi di Lapas Labuhanruku
Kabupaten paten.

3.

Untuk mengetahui Keberadaan di Lapas di Labuhanruku pada masa
Reformasi di Kabupaten Batubara.

1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin diperoleh sesudah melaksanakan penelitian
ini adalah :
1. Menambah wawasan peneliti tentang perkembanga Lapas di Labuhanruku
Kabupaten Batubara.
2. Untuk menambah pengetahuan atau informasi bagi para pembaca baik dari
kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum tentang perkembanga
Lapas di Labuhanruku Kabupaten Batubara.
3. Memperkaya informasi bagi masyarakat untuk mengetahui perkembanga
Lapas di Labuhanruku Kabupaten Batubara.

6

4. Memperkaya informasi bagi akademisi UNIMED, khusunya jurusan
Pendidikan Sejarah untuk dapat kiranya mengetahui dan memahami
mengenai perkembanga Lapas di Labuhanruku Kabupaten Batubara.

5. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang
bermaksud mengadakan penelitian dalam masalah yang sama.
6. Menambah daftar bacaan kepustakaan ilmiah UNIMED khususnya
Fakultas Ilmu Sosial Jurusuan Pendidikan Sejarah.

7

BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian diatas, kiranya peneliti dapat
menyimpulkan mengenai perkembangan Lapas Labuhan Ruku di Kabupaten
Batubara, yang mendukung perkembangan Lapas Labuhan Ruku hingga
membentuk suatu struktur fungsi dari

Lapas Labuhan Ruku di Kabupaten

Batubara.
2. Penjaramasa dulu menjaditempatdimanaorangorangmendapathukumansadisberupa
penyiksaan,mutilasi,dieksekusigantungataudibakar.Namunsaatini,penjaradi
IndonesiayangsudahberubahnamanyadengansebutanLembagaPemasyarakatan
merupakanbangunantempatisolasiyangsecarafilosofisditujukanuntuk
menghilangkankemerdekaannarapidanaataumengalamipencabutankemerdekaan
sertamembinaataumendidikparanarapidanaagarmenjadibaikselamadidalam Lapas.
3` Membicarakan tentang latar belakang berdirinya Lapas Labuhanruku
tidak terlepas dari pengaruh zaman Kolonial Belanda ini, menjadi sebuah
komunitas yang besar khususnya di daerah pulau Sumatera. Onder afdelling Batu
Bara yang berkedudukan di Labuhan Ruku.

59

4` Latar Belakang Berdirnya labuhanruku kita harus melihat dari sisi pada
masa kolonial belanda yang berawal dari sebuah angkatan bersenjata KNIL
sekitar pada tahun1932. Kolonial belanda membutuhkan suatu tempat tahanan
khususnya di wilayah keresidenan asahan, sehingga berdiri lapas Labuhanruku di
Kabupaten Batubara.
5. Selanjutnya Keberadaan di Lapas di Labuhan Ruku pada masa
Reformasi di Kabupaten Batubara, LembagaPemasyarakatan Klas IIA Labuhan
Ruku Batubara, Medan, Sumatera Utara pada 18Agustus 2013 lalu yang
mengakibatkan kaburnya sejumlah tahanan dan pembakaranLapas. Hal ini dipicu
dari kekecewaan narapidana yang dipindah dari Lapas LubukPakam. Kasus ini
juga diperkirakan disebabkan oleh provokasi 46 narapidana titipantersebut kepada
narapidana di LP Labuhan Ruku.
6. Kondisi bangunan Lapas Labuhan Ruku masih belum mendapatkan
perbaikan ataurenovasi, beberapa bangunan mengalami kerusakan total antara lain
gedung kantorutama, blok hunian minimum security, blok wanita, blok tipikor,
gudang beras, dandapur lapas ludes terbakar. Jumlah kamar hunian sebanyak 50
kamar dimana sebanyak. 15 kamar terbakar dan kamar yang masih bisa dihuni
sebanyak 35 kamarSelain bangunan Gedung Kantor Utama Lapas Labuhan Ruku.
7. Selanjutnya lokasi yang berada di tengah – tengah pemukiman dan
aksebilitas yang relatif muda untuk di jangkau tersebut menunjukan bahwa
dari sisi lokasi Lapas

Labuhanruku sejalan dengan konsep reintegrasi yang

60

mensyaratkan tentang lokasi Lapas yang harus berada minimal dekat
dengan area perkotaan, dengan maksud agar narapidana dapat melanjutkan
hubungan dengan keluarga atau masyarakat.
8. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Lapas Labuhanruku pada awalnya
merupakan bangunan yang sangat luas didirikan oleh Belanda pada sekitar tahun
1930 an namun karena jumlah penghuni yang sangat padat serta tingkat kejahatan
yang semakin berkembang maka pemerintah melakukan pemugaran terhadap
Lapas Kelas II A Lapas Labuhanruku.
9` Pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Lapas Labuhanruku berdiri
diatas lahan seluas kurang lebih 111.000m2, namun pengembangan Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Lapas Labuhanruku akan dijadikan menjadi tiga (3)
institusi yang pada saat dilakukan penelitian sedang dalam pengerjaan, sehingga
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Lapas Labuhanruku sekarang ini hanya
tersisa bangunan yang berdiri pada lahan seluas kurang lebih 40.000m2,
selanjutnya pada tanah yang sama dibangun secara bertahap tiga bangunan
penjara

61

5.2. Saran
Berdasarkan pengalaman saat melakukan penelitian dan analisa terhadap
hasil penelitian, peneliti mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Setelah

melihat

latar

belakangdan

sejarah

beridirnya

Lapas

Labuhanruku di masa lalu, tentunya hal ini menjadi sebuah memori
kolektif

bagi

kita

bersama,

bahwasannyaperkembangan

Lapas

Labuhanruku sudah ada sejak masa oleh Kolonial Belanda.

2. Selanjutnya Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Lapas Labuhanruku
pada awalnya merupakan bangunan yang sangat luas didirikan oleh
Belanda pada sekitar tahun 1930 an namun karena jumlah penghuni
yang sangat padat serta tingkat kejahatan yang semakin berkembang
maka pemerintah melakukan pemugaran terhadap Lapas Kelas II A
Lapas

Labuhanruku,

penulis

mengharapkan

kedepannya

agar

terwujudnya integritas yang baik.

3. Kondisi bangunan Lapas Labuhan Ruku masih belum mendapatkan
perbaikan atau renovasi, beberapa bangunan mengalami kerusakan total
antara lain gedung kantor utama, blok hunian minimum security, blok
wanita, blok tipikor, gudang beras, dan dapur lapas ludes terbakar.
Selain bangunan Gedung Kantor Utama Lapas Labuhan Ruku.

62

4. Lapas Labuhanruku terus bisa memberi layanan terbaik terhadap warga
binaan masyarakat Lapas, agar terwujudnya persatuan dan kesatuan
bangsa demi terwujudnya integritas sebuah bangsa dan identitas sebuah
bangsa agar membangun masyarakat yang harmonis tanpa terjadinya
konflik sosial antar kelompok sebagai wujud dari pengamalan
pancasila.

5. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini menjadi
sebuah tambahan bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang
lebih baik pada studi kasus yaang sama dalam perkembangan Lapas
Labuhanruku di Kabupaten Batubara.

63

DAFTAR PUSTAKA
Akhdhiat, Hendra. 2011. Psikologi Hukum. Pustaka Setia. Bandung
Atamasasmita, Ramli. 1975. Dari Penjara Ke Narapidana. Penerbit Alumni.
Bandung
Cooke, David. 2008. Menyingkap Dunia Gelap Penjara. Penerbit Gramedia.
Jakarta
Dalliman. 2012. Metode Penelitian. Penerbit Ombak. Yogyakarta
Firdaus. 1981. Dari Penjara Ke Meja Hijau. Offset. Jakarta
Helius, Syamsudin. 2012. Metodologi Sejarah. Penerbit Ombak. Yogyakarta
Hidayat, Jumhur. 2000. Surat-Surat Dari Penjara. Bende Press. Jakarta
Nurjaman, Rusuh Lapas Labuhan Ruku.Juenal.Edisi III, Nomor.7-8
Priyatno, Dwidjaya.2006. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia.
Penerbit PT Refika Aditama. Bandung.
Simon, Josias. 2011. Studi kebudayaan: Lembaga Pemasyarakan Di Indonesi
Penemit Lubuk Agung. Bandu
Syaodih, Nana. 2012. Pengembangan Kurikulum. Penerbit Remaja Rodaskarya.
Bandung
Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Penerbit Prenada Media
Group
Tanjung, Flores. 2014. Sejarah Batu Bara: Bahtera Sejahtera Berjaya. Kantor
Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Batu Bara

64