Diversity, Distribution and Key Identification of Fruit Flies (Diptera: Tephritidae) in Bogor and its Surrounding Area

 

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Persebaran, Keanekaragaman
dan Kunci Identifikasi Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) di Kabupaten Bogor dan
Sekitarnya” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Oktober 2012
Anik Larasati
NRP A351100041

ii 
 

ABSTRACT


ANIK LARASATI. Diversity, Distribution and Key Identification of Fruit Flies
(Diptera: Tephritidae) in Bogor and its Surrounding Area. Supervised by
PURNAMA HIDAYAT dan DAMAYANTI BUCHORI.
Fruit flies are the most important pests for many fruits and vegetables
which cause quantitative and qualitative losses of production. Bogor and its
surrounding area have many fruit fly host plants. The aim of this research was to
investigate the diversity and distribution of fruit flies species and their hosts at
Bogor and its surrounding area as well as constructing the identification key for
found species. Fruit flies were collected at 119 sampling areas in Bogor and some
places of Cianjur, Bekasi and Depok. Collection of samples were using 2
methods: host rearing and trapping. Modification of Lynfield trap and 2 attractants
such as metil eugenol (ME) and Cue lure (CL) were used in the trapping. There
were 18 species of fruit flies collected from traps and 23 host plants. Distribution,
diversity and abundance of fruit flies was influenced by the diversity of host
plants.
Keyword: fruit fly diversity, fruit fly host, rearing and trapping method

iii 
 


RINGKASAN

ANIK LARASATI. Keanekaragaman, Persebaran dan Kunci Identifikasi Lalat
Buah (Diptera: Tephritidae) di Kabupaten Bogor dan Sekitarnya. Dibimbing oleh
PURNAMA HIDAYAT dan DAMAYANTI BUCHORI.
Lalat buah merupakan kelompok serangga yang berperan sebagai hama baik
pada tanaman hortikultura dan non-holtikultura. Bogor dan beberapa wilayah di
sekitarnya diketahui memiliki keanekaragaman tanaman inang yang tinggi.
Informasi mengenai keanekaragaman lalat buah dan tanaman inang di wilayah ini
masih sangat terbatas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keanekaragaman, persebaran lalat buah (Diptera: Tephritidae) dan asosiasinya
dengan tanaman inang serta pembuatan kunci identifikasi spesies-spesies lalat
buah yang terdapat di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya .
Metode yang dilakukan dalam pengambilan sampel adalah metode
pemeliharaan inang dan metode pemasangan perangkap. Perangkap yang
digunakan adalah perangkap Lynfield yang dimodifikasi dengan menggunakan 2
atraktan yang berbeda yaitu, metil eugenol dan cue lure. Kerapatan pemasangan
perangkap ditentukan berdasarkan radius penyebaran atraktan di lapangan.

Analisis data dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan lalat
buah serta asosiasi yang terjadi antara lalat buah dan inangnya.
Berdasarkan hasil pemeliharaan inang dan pemasangan perangkap,
ditemukan 18 spesies lalat buah, 7 spesies diantaranya berasosiasi dengan 24
spesies inang. Dari 7 spesies yang ditemukan, diketahui bahwa B. mcgregori
termasuk ke dalam kategori spesies monofag, sedangkan spesies lain seperti B.
cucurbitae, B. latifrons dan B. umbrosa diketahui termasuk ke dalam kategori
kelompok oligofag.
Empat spesies berikutnya seperti B. carambolae, B.
papayae, B. albistrigata dan B. calumniata termasuk ke dalam kategori kelompok
polifag.
Berdasarkan jumlah spesies dan jumlah individu yang ditemukan pada
ketinggian wilayah, tipe habitat, serta kategori lanskap yang berbeda, diketahui
bahwa keberadaan inang pada suatu wilayah sangat berpengaruh terhadap
keanekaragaman dan kelimpahan lalat buah. Selain keberadaan dan jumlah inang,
aktifitas manusia juga diketahui berpengaruh terhadap keberadaan spesies-spesies
non-dominan di suatu wilayah.
Selain berinteraksi dengan inang, lalat buah juga diketahui dapat
berinteraksi dengan tanaman non-inang dan kutu-kutuan penghasil embun madu.
Keberadaan tanaman non-inang dan serangga ini tentunya dapat memberikan

pengaruh terhadap kestabilan keanekaragaman dan populasi lalat buah di suatu
habitat.
Pembuatan kunci identifikasi dilakukan dengan melihat karakter morfologi
berupa lateral postsutural vittae, medial longitudinal dark vittae, warna skutum,
bentuk spot pada wajah dan beberapa karakter lainnya. Informasi taksonomi
yang didapatkan pada penelitian ini dapat membantu proses identifikasi spesies
lalat buah yang terdapat pada Kabupaten Bogor dan sekitarnya

iv 
 

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.



 

KEANEKARAGAMAN, PERSEBARAN DAN KUNCI
IDENTIFIKASI LALAT BUAH (DIPTERA:TEPHRITIDAE)
DI KABUPATEN BOGOR DAN SEKITARNYA

ANIK LARASATI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Sains pada Program Studi Entomologi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

vi 
 


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Nina Maryana, M.Si.

vii 
 

Judul Penelitian

Nama Mahasiswa
NRP

: Keanekaragaman, Persebaran dan Kunci Identifikasi
Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) di Kabupaten Bogor
dan Sekitarnya
: Anik Larasati
: A351100041

Disetujui
Komisi Pembimbing


Dr. Ir. Purnama Hidayat, M.Sc.
Ketua

Dr. Ir. Damayanti Buchori, M.Sc.
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Mayor Entomologi

Dekan
Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Pudjianto, M.Si.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal ujian: 27 Agustus 2012


Tanggal lulus:

viii 
 

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan kemudahan yang diberikan sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Adapun
tema dari penelitian ini yaitu berkaitan dengan biodiversitas lalat buah yang
diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi kegiatan pertanian di Indonesia
secara umum.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing, Dr. Ir.
Purnama Hidayat, M.Sc. dan Dr. Damayanti Buchori, M.Sc. atas kesabarannya
dalam membimbing penulis hingga selesainya tesis ini. Ungkapan terima kasih
juga penulis ucapkan kepada Ibu dan Ayah tercinta serta adik yang selalu
memberikan motivasi serta semangat saat melakukan penelitian. Selain itu,
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman pascasarjana
program studi entomologi angkatan 2010, Bapak Sudarsono, Mbak Lia, Mbak
Tuti serta rekan-rekan lainnya yang telah banyak membantu penulis dalam

melakukan penelitian dan penyelesaian tesis ini.
Penulis berharap, semoga tesis ini bermanfaat bagi pembacanya.

Bogor,

Oktober 2012
Anik Larasati

ix 
 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manggar, Bangka Belitung pada tanggal 10 Oktober
1987 dari ayah Ir. Hermawan, M.Sc. dan Ibu Trisnasari. Penulis merupakan putri
pertama dari dua bersaudara.
Penulis lulus dari pendidikan Sekolah Menengah Umum Negeri 13
Palembang pada tahun 2005 dan melanjutkan pendidikan strata-1 (S1) di
Universitas Sriwijaya melalui Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan
memilih jurusan Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian dan lulus pada

tahun 2010.


 

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................

xix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................

xxi

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

xxiii


BAB I PENDAHULUAN .............. ......................................................

1

Latar Belakang .............................................................................

1

Tujuan Penelitian ..........................................................................

2

Manfaat Penelitian .......................................................................

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................

3

Karakter Morfologi Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) ...............

3

Spesies Lalat Buah dan Persebarannya di Indonesia ...................

6

Biologi .........................................................................................

10

Gejala Serangan ...........................................................................

12

Musuh Alami ...............................................................................

12

Mekanisme Penemuan dan Asosiasi dengan Tanaman Inang .....

13

Pengaruh Faktor Abiotik: Suhu dan Kelembapan terhadap
Pertumbuhan Lalat Buah .............................................................

14

Potensi Sebaran Inang Lalat Buah pada Wilayah dengan
Ketinggian Berbeda .....................................................................

15

Hubungan antara Ekologi Lanskap dan Pola Persebaran Spesies
Lalat Buah ...................................................................................

15

Kabupaten Bogor dan Sekitarnya ...............................................

16

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................

19

Pengambilan Sampel ....................................................................

19

Waktu Pengambilan Sampel ........................................................

25

Pemeliharaan Inang ......................................................................

25

Pemasangan Perangkap ................................................................

26

Pemetaan Lokasi Sampling ..........................................................

28

Identifikasi dan Koleksi ...............................................................

28

Pembuatan Kunci Identifikasi Lalat Buah ...................................

29

Analisis Data ................................................................................

29

xi 
 

Halaman
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................

31

Hasil .............................................................................................

31

Deskripsi Karakter Morfologi Lalat Buah di Kabupaten
Bogor dan Sekitarnya .........................................................

31

Persebaran Lalat Buah di Kabupaten Bogor dan
Sekitarnya ...........................................................................

44

Keanekaragaman Spesies dan Atraktan Lalat Buah ...........

47

Spesies Lalat Buah dan Tanaman Inang .............................

49

Keanekaragaman Lalat Buah pada Berbagai Habitat .........

50

Keanekaragaman Lalat Buah pada Berbagai Kategori
Lanskap ..............................................................................

51

Interaksi Imago Lalat Buah dan Kutuputih (Hemiptera:
Aleyrodidae) serta Tanaman non-inang ............................

53

Musuh Alami .....................................................................

53

Pembahasan .................................................................................

55

Persebaran Lalat Buah di Kabupaten Bogor dan
Sekitarnya ...........................................................................

55

Keanekaragaman Spesies dan Atraktan Lalat Buah ...........

56

Spesies Lalat Buah dan Tanaman Inang .............................

57

Keanekaragaman Lalat Buah pada Berbagai Habitat .........

58

Keanekaragaman Lalat Buah pada Berbagai Kategori
Lanskap ..............................................................................

60

Interaksi
Imago
Lalat
Buah
dan
Kutuputih
(Hemiptera: Aleyrodidae) serta Tanaman non-inang ........

61

Kunci Lalat Buah di Kabupaten Bogor dan Sekitarnya .....

62

Musuh Alami .....................................................................

62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................

65

Kesimpulan ..................................................................................

65

Saran ............................................................................................

65

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

67

LAMPIRAN .........................................................................................

73

xii 
 

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4

Tabel 5
Tabel 6

Spesies lalat buah dan daerah penyebarannya di Indonesia
(AQIS 2008) .....................................................................

7

Lokasi administrasi serta lokasi geografi titik pengambilan
sampel ...............................................................................

20

Jumlah individu, kategori dominasi serta jenis atraktan
spesies lalat buah ...............................................................

48

Famili dan spesies inang lalat buah yang berasosiasi
dengan spesies lalat buah di Kabupaten Bogor dan
sekitarnya ...........................................................................

49

Parasitoid yang muncul dari inang lalat buah pada proses
pemeliharaan inang ...........................................................

54

Indeks Sorenson pada dataran rendah, dataran sedang dan
dataran tinggi .....................................................................

60

xiii 
 

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1

Karakter morfologi lalat buah pada bagian kepala (A)
dan toraks (B) ......................................................

4

Karakter morfologi serta struktur venasi yang
terdapat pada sayap ....................................................

5

Gambar 3

Karakter morfologi pada abdomen lalat buah ..........

5

Gambar 4

Pembusukkan buah mangga akibat serangan lalat
buah ...........................................................................

12

Titik pengambilan sampel di Kabupaten Bogor dan
sekitarnya (119 titik pengambilan sampel) ................

19

Buah jeruk (kiri) dan buah terung (kanan) yang
terserang lalat buah ...................................................

25

Gambar 7

Sampel diletakkan di atas tanah/pasir ........................

26

Gambar 8

Skema perangkap Lynfield yang dimodifikasi ...........

27

Gambar 9

Koleksi spesimen lalat buah menggunakan metode
double pinning ...........................................................

28

Spesimen Dacus (Callantra) longicornis Wiedemann
................................................................

31

Spesimen Bactrocera (Bulladacus) mcgregori
Bezzi ..........................................................................

32

Spesimen Bactrocera (Bactrocera) carambolae Drew
dan Hancock ....................................................

33

Spesimen Bactrocera (Bactrocera) papayae Drew
dan Hancock ..............................................................

33

Spesimen
Bactrocera (Bactrocera) umbrosa
Fabricius ....................................................................

34

Spesimen Bactrocera (Bactrocera) albistrigata de
Meijere .......................................................................

35

Spesimen
Bactrocera
(Bactrocera) latifrons
Hendel ........................................................................

35

Spesimen Bactrocera (Bactrocera) limbifera Bezzi
..........................................................................

36

Spesimen Bactrocera (Bactrocera) moluccensis
Perkins .......................................................................

37

Spesimen Bactrocera (Bactrocera) melastomatos
Drew dan Hancock ....................................................

38

Gambar 2

Gambar 5
Gambar 6

Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Gambar 13
Gambar 14
Gambar 15
Gambar 16
Gambar 17
Gambar 18
Gambar 19

xiv 
 

Halaman
Spesimen Bactrocera (Bactrocera) occipitalis Drew
dan Hancock ..............................................................

38

Spesimen Bactrocera (Bactrocera) usitata Drew dan
Hancock .....................................................................

39

Spesimen Bactrocera (Bactrocera) verbascifoliae
Drew dan Hancock ...................................................

40

Spesimen
Bactrocera
(Bactrocera)
caudata
Fabricius ....................................................................

40

Spesimen Bactrocera (Zeugodacus) calumniata
Hardy .........................................................................

41

Spesimen Bactrocera (Zeugodacus) cucurbitae
Coquillett ...................................................................

42

Gambar 26

Spesimen Bactrocera (Zeugodacus) vulta Hardy .....

43

Gambar 27

Spesimen Bactrocera (Bactrocera) tau Walker ........

43

Gambar 28

Persebaran B. carambolae (A) dan B. papayae (B) di
Kabupaten Bogor dan sekitarnya ...............................
Persebaran B. umbrosa (C), B. calumniata (D), B.
cucurbitae (E), B. albistrigata (F), B. caudata (G)
dan B. verbascifoliae (H) di Kabupaten Bogor dan
sekitarnya ...................................................................

45

Persebaran B. usitata (I), B. vulta (J), B. limbifera
(K), B. melastomatos (L), D. longicornis (M) dan B.
moluccensis (N) di Kabupaten Bogor dan sekitarnya
......................................................................................

46

Persebaran B. tau (O), B. occipitalis (P) di Kabupaten
Bogor dan sekitarnya ..................................................

47

Persentase dan jumlah spesies lalat buah pada habitat
heterogen dan homogen di dataran tinggi (atas),
dataran sedang (tengah) dan dataran rendah (bawah)
(ket: * tidak memiliki atraktan khusus) ......................

51

Persentase jumlah lalat buah pada kategori lanskap
perumahan, hutan, pertanaman komersil di dataran
tinggi (atas), dataran sedang (tengah) dan dataran
rendah (bawah) (ket: * tidak memiliki atraktan
khusus) ........................................................................

52

Imago lalat buah mengambil embun madu yang
diproduksi serangga Aleyrodidae (Hemiptera) pada
daun singkong di kecamatan Kemang ........................

53

Skema interaksi sumber makanan dan fase lalat
buah ............................................................................

61

Gambar 20
Gambar 21
Gambar 22
Gambar 23
Gambar 24
Gambar 25

Gambar 29

Gambar 30

Gambar 31
Gambar 32

Gambar 33

Gambar 34

Gambar 35

44

xv 
 

Halaman
Gambar 36

Parasitoid yang muncul (kiri) dan pupa lalat buah
yang terparasit (kiri) ...................................................

63

xvi 
 

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1

 

Kunci Identifikasi dan Distribusi Lalat Buah di
Kabupaten Bogor dan sekitarnya ..................................

73

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lalat buah merupakan serangga anggota famili Tephritidae, ordo Diptera
yang memiliki arti penting dalam budidaya tanaman buah-buahan dan sayuran.
Keberadaan lalat buah pada tanaman buah-buahan dan sayuran merupakan
kendala agribisnis yang banyak dihadapi oleh petani (Kartini et al. 2003).
Menurut Siwi (2005), tanaman yang terinfestasi lalat buah akan mengalami
penurunan kualitas berupa pembusukan buah dan penurunan kuantitas berupa
perontokkan buah muda. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh lalat buah
dapat mencapai 90% (Pusat Teknik dan Metoda Karantina Hewan dan Tumbuhan
2004). Publikasi terkait kerugian yang disebabkan oleh serangan lalat buah di
Indonesia masih sangat terbatas.
Keberadaan lalat buah di Indonesia diketahui sejak tahun 1950-an.
Beberapa survei lalat buah telah dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai
keanekaragaman serta sebaran spesies lalat buah di Indonesia. Hardy (1975)
melaporkan, terdapat 37 spesies lalat buah yang terdapat di seluruh Indonesia.
Revisi taksonomi lalat buah yang dilakukan oleh Drew dan Hancock pada tahun
1994, menyebabkan terjadinya perubahan jumlah spesies lalat buah di Indonesia
yang didapatkan pada survei lalat buah yang dilakukan AQIS (2008) di Indonesia
menjadi 63 spesies lalat buah.
Keberadaan inang yang berperan sebagai sumber makanan merupakan
salah satu faktor penting bagi keanekaragaman spesies lalat buah di suatu wilayah
(Nishida 1980).

Oleh karena itu, keberadaan inang dari lalat buah banyak

dimanfaatkan sebagai indikator keberadaan lalat buah. Beberapa daerah dengan
tipe habitat, karakter lanskap serta diketahui memiliki keanekaragaman inang
yang tinggi yang dapat mendukung keanekaragaman spesies dan tingginya
populasi lalat buah adalah Kabupaten Bogor dan daerah sekitarnya seperti Depok,
Bekasi dan Cianjur. Budidaya tanaman sayuran dan hortikultura yang umumnya
berperan sebagai inang lalat buah menyebar di tiap kecamatan dengan variasi

2
luasan yang berbeda. Sentra pertanian serta kegiatan perdagangan komoditas
buah dan sayur di kawasan ini juga dapat berpengaruh terhadap transpor pasif
bagi spesies lalat buah.
Informasi mengenai taksonomi, keanekaragaman spesies lalat buah serta
kaitannya dengan ruang lingkup ekologi dan asosiasinya dengan tanaman inang
yang ada di Kabupaten Bogor dan sekitarnya masih sangat terbatas. Duyck et al.
(2004) menyatakan adanya keterbatasan informasi mengenai studi penyebaran
lalat buah di daerah tropis yang merupakan daerah endemik dari Tephritidae.
Survei lalat buah yang dilakukan di Indonesia tidak hanya memberikan informasi
taksonomi lalat buah, tetapi

juga berperan sebagai sumber informasi terkait

bioekologi spesies lalat buah seperti tipe habitat, karakter lanskap serta asosiasi
dengan organisme lain dan inang.

Hasil penelitian biodiversitas lalat buah juga

banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi keberadaan dan kelimpahan individu dari
spesies lalat buah penting. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi biodiversitas lalat buah di Bogor dan sekitarnya dan memberikan
informasi penunjang yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan komoditas
pertanian serta pengendalian hama lalat buah terpadu di Kabupaten Bogor dan
sekitarnya.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, persebaran lalat
buah (Diptera: Tephritidae) dan tanaman inang yang berasosiasi serta pembuatan
kunci identikasi spesies-spesies lalat buah yang ditemukan di Kabupaten Bogor
dan sekitarnya .

Manfaat Penelitian
1.

Memberikan informasi mengenai keanekaragaman spesies lalat buah
(Diptera: Tephritidae) serta inang yang berasosiasi di Bogor dan sekitarnya.

2.

Menyediakan kunci identifikasi yang dapat digunakan secara khusus untuk
identifikasi spesies-spesies lalat buah di Kabupaten Bogor dan sekitarnya.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Karakter Morfologi Lalat Buah (Diptera: Tephritidae)
Tubuh lalat buah terdiri dari 3 bagian utama dengan berbagai karakter
morfologi yang digunakan dalam identifikasi yaitu kepala, toraks dan abdomen.
Karakter morfologi yang terdapat pada bagian kepala adalah ptilinal fissure,
bristels, antena serta spot pada frons wajah (AQIS 2008). Antena lalat buah
bertipe aristat. Wajah memiliki warna yang beragam dan disertai adanya pola
pada wajah dengan bentuk dan ukuran yang beragam (White dan Harris 1992).
Karakter morfologi lalat buah pada bagian kepala dilampirkan pada Gambar 1A.
Karakter morfologi yang terdapat pada bagian toraks adalah bristles, lateral
postsutural vittae, medial postsutural vittae serta beberapa embelan berupa sayap
dan tungkai. bristles pada bagian toraks memiliki jumlah terbatas. Pada bagian
dorsal toraks terdapat lateral postsutural vittae dengan tipe dan ukuran yang
beragam. Tungkai lalat buah tidak memanjang. Tidak terdapat preapical dorsal
bristles pada bagian tibia (AQIS 2008). Lalat buah memiliki tipe sayap hialin
dengan panjang sayap yang beragam dengan kisaran antara 2 mm hingga 25 mm.
Beberapa spesies lalat buah diketahui memiliki pola yang berbeda pada sayap
(White dan Harris 1992). Karakter morfologi lalat buah pada bagian toraks
disajikan pada Gambar 1B. Sedangkan karakter morfologi pada sayap serta
struktur venasi sayap lalat buah ditampilkan pada Gambar 2.
Karakter morfologi yang terdapat pada bagian abdomen berupa ceromae,
ovipositor pada serangga betina, aculeus pada bagian ujung ovipositor, medial
longitudinal black band, transverse band dan dark

fuscous lateral margin.

Abdomen tidak memanjang, ovipositor serta aculeus pada betina umumnya
berkembang dengan baik serta memiliki tipe dan ukuran yang beragam. Tergum
dan sternum segmen VII pada abdomen betina tergabung menjadi satu tabung.
Lalat buah jantan memiliki surstyli dan claspers (AQIS 2008). Pada umumnya
karakter morfologi yang terdapat pada bagian abdomen memiliki ukuran yang

4
beragam dengan kategori tipe tertentu. Karakter morfologi pada abdomen secara
khusus pada Gambar 3.

B

A

Gambar 1 Karakter morfologi lalat buah pada bagian kepala (A) dan toraks (B)
(White dan Harris 1992)
Keterangan gambar A dan B :
a npl s = anterior notopleural p npl s= posterior
notopleural seta
seta
oc s = ocellar seta
a sctl s = apical scutellar seta p spal s= posterior supraalar seta
o vt s = inner vertical a spal s=anterior supra-alar pprn lb= postpronotal lobe
seta
seta
pprn s= postpronotal seta
orb s = orbital setae
a spr = anterior spiracle
pafc = parafacial area
anatg = anatergite
presut area= presutural
area
ped = pedicel
anepm = anepimeron
presut spal s = presutural
supra- alar seta
poc s = postocellar seta anepst = anepisternum
psctl acr s= prescutellar
acrostichal
seta
pocl s = postocular setae anepst s=upper anepisternal psut
sct=
postsutural
scutum
seta
ptil fis = ptilinal fissure b sctl s = basal scutellar seta scap = scapula seta
scp = scape
dc s = dorsocentral seta
trn sut = transverse suture
vrt = vertex
ial s = intra alar seta
fc = face
ar = arista
comp eye = compound eyes flgm 1 = 1st flagellomere
fr = frons
fr s = frontal setae
gn = gena (plural: genae)
gn grv = genal grove
gn s = genal seta
i vt s = inner vertical seta
lun = lunule
oc = ocellus

5

Gambar 2 Karakter morfologi serta struktur venasi yang terdapat pada sayap
(White dan Harris 1992)
Keterangan gambar 2:
Bc = basal cell
bc = basal costal
st = stem vein
bm = basal medial

cg bk = costagial break
C = costal
h = humeral

h bk = humeral break
Sc = sub costal
R = radius

Gambar 3 Karakter morfologi pada abdomen lalat buah (White dan Harris 1992)
Keterangan gambar 3:
acul = aculeus
ev ovp sh=
ovipositor

eversible

ovsc = oviscape
st = sternites

tg = tergites

6
Terdapat 2 genus berbeda yang umum ditemukan di Asia yaitu, genus
Dacus sp. dan Bactrocera sp. Genus Dacus sp. memiliki tergum yang menyatu
pada abdomen, terdapat penggentingan pada bagian antara toraks dan abdomen.
Sedangkan Bactrocera sp. memiliki tergum yang terpisah pada abdomen dan
tidak terdapat penggentingan pada bagian antara abdomen dan toraks.

Spesies Lalat Buah dan Persebarannya di Indonesia
Lalat buah termasuk ke dalam ordo Diptera, famili Tephritidae yang
tersebar di berbagai wilayah di dunia, kecuali antartika. Menurut White dan
Harris (1992), lalat buah tersebar ke dalam 5 genus yang terdapat dalam famili
Tephritidae.

Genus Anasthrepa spp. dan Rhagoletis spp. banyak tersebar di

bagian utara dan bagian tengah benua Amerika serta

Hindia Barat.

Genus

Rhagoletis spp. juga diketahui tersebar di daerah sub tropis Eropa dan Amerika
Utara. Genus Ceratitis spp. banyak menyerang buah-buahan dan sayuran di
bagian tropis Afrika. Seperti Ceratitis, genus Dacus juga banyak tersebar di
Afrika dan diketahui banyak berasosiasi dengan buah dan sayuran Cucurbitaceae.
Genus Bactrocera spp. merupakan genus yang mendominasi wilayah Asia tropis,
Australia dan Pasifik Utara. Beberapa spesies juga ditemukan di Afrika, daerah
sub tropis Eropa dan Asia, Hawaii dan Suriname.
Di Indonesia, survei lalat buah banyak dilakukan untuk mengetahui
keanekaragaman spesies serta fluktuasi jumlah spesies lalat buah. Menurut Pusat
Teknik dan Metoda Karantina Tumbuhan dan Hewan (2004) survei lalat buah di
Indonesia dilakukan pertama kali oleh Hardy (1985) dan menemukan 66 spesies
laat buah.

Berdasarkan sumber yang sama, Pusat Karantina Pertanian juga

melakukan survei berskala nasional pada tahun 1992 dan mendapatkan 47 spesies
lalat buah. AQIS (2008) melakukan pemantauan jumlah spesies lalat buah di
Indonesia dan mendapatkan 62 spesies lalat buah di Indonesia. Berdasarkan hasil
pemantauan tersebut, terdapat 6 spesies lalat buah yang berperan sebagai hama
penting, sedangkan beberapa spesies lainnya tidak berperan sebagai hama dan
hama level menengah.

Spesies lalat buah yang ditemukan AQIS (2008) di

Indonesia tersaji pada Tabel 1 sebagai berikut.

7
Tabel 1 Spesies lalat buah dan daerah penyebarannya di Indonesia (AQIS 2008)
No.

Spesies Lalat Buah

Daerah Persebaran

Status

1.

Bactrocera (Bactrocera)
abdonigella (Drew)

Maluku dan Papua Barat

Bukan hama

2.

Bactrocera (Bactrocera)
aemula (Drew)

Maluku

Bukan hama

3.

Bactrocera (Bactrocera)
albistrigata (de meijere)

Sepanjang Asia Tenggara

4.

Bactrocera (Bactrocera)
beckerae (Hardy)

Sulawesi, Jawa dan
Sumatera

Bukan hama

5.

Bactrocera (Bactrocera)
bryoniae (Tryon)

Maluku Utara

Bukan hama

6.

Bactrocera (Bactrocera)
contigua Drew

Maluku

Bukan hama

7.

Bactrocera (Bactrocera)
curcifera Walker

Papua Barat

Bukan hama

8.

Bactrocera (Bactrocera)
epicharis (Hardy)

Maluku

Bukan hama

9.

Bactrocera (Bactrocera)
flavipennis (Hardy)

Sulawesi

Bukan hama

10.

Bactrocera (Bactrocera)
frauenfeldi (Schiner)

Maluku dan Papua Barat

11.

Bactrocera (Bactrocera)
fulvicauda (Perkins)

Papua Barat

Bukan hama

12.

Bactrocera (Bactrocera)
impunctata (de meijere)

Jawa dan Lombok

Bukan hama

13.

Bactrocera (Bactrocera) lata
(Perkins)

Kalimantan Barat

Bukan hama

14.

Bactrocera (Bactrocera)
latifrons (Hendel)

Sepanjang Asia Tenggara

Hama

15.

Bactrocera (Bactrocera)
limbifera (Bezzi)

Sepanjang Asia Tenggara

Bukan hama

16.

Bactrocera (Bactrocera)
megaspilus (Hardy)

Sulawesi

Bukan hama

17.

Bactrocera (Bactrocera)
mollucensis (Perkins)

Jawa, Maluku, Sulawesi dan
Papua Barat

Bukan hama

Hama

Hama

8
Tabel 1 lanjutan
No.

Spesies Lalat Buah

Daerah Persebaran

Status

18.

Bactrocera (Bactrocera)
nigrotibialis (Perkins)

Sepanjang Asia Tenggara

Bukan hama

19.

Bactrocera (Bactrocera)
paramusae (Drew)

Maluku dan Papua Barat

Bukan hama

20.

Bactrocera (Bactrocera)
recurrens ( Hering)

Maluku

Bukan hama

21.

Bactrocera (Bactrocera)
ritsemai Weyenbergh

Jawa

Bukan hama

22.

Bactrocera (Bactrocera) rufula Jawa dan Sulawesi
(Hardy)

Bukan hama

23.

Bactrocera (Bactrocera)
thistletoni (Drew)

Maluku

Bukan hama

24.

Bactrocera (Bactrocera)
trifasciata (Hardy)

Sulawesi

Bukan hama

25.

Bactrocera (Bactrocera)
umbrosa (Fabricius)

Sepanjang Asia Tenggara

26.

Bactrocera (Bactrocera)
affinidorsalis (Drew &
Hancock)

Sulawesi

Bukan hama

27.

Bactrocera (Bactrocera)
bimaculata (Drew & Hancock)

Jawa dan Lombok

Bukan hama

28.

Bactrocera (Bactrocera)
Sepanjang Asia Tenggara
carambolae (Drew & Hancock)

29.

Bactrocera (Bactrocera)
cibodasae (Drew & Hancock)

Jawa

Bukan hama

30.

Bactrocera (Bactrocera)
floresiae (Drew & Hancock)

Jawa, Sulawesi, Sumatera,
Flores dan Sumbawa

Bukan hama

31.

Bactrocera (Bactrocera)
fuscitibia (Drew & Hancock)

Kalimantan Barat, Bali,
Sulawesi dan Sumatera

Bukan hama

32.

Bactrocera (Bactrocera)
makilingensis (Drew &
Hancock)

Jawa

Bukan hama

33.

Bactrocera (Bactrocera)
melastomatos

Jawa, Kalimantan,
Sumatera

Bukan hama

Hama.

Hama

9
Tabel 1 lanjutan
No.

Spesies Lalat Buah

Daerah Persebaran

Status

34.

Bactrocera (Bactrocera)
Jawa dan Sumatera
merapiensis (Drew & Hancock)

Bukan hama

35.

Bactrocera (Bactrocera)
minuscula (Drew & Hancock)

Bukan hama

36.

Bactrocera (Bactrocera)
Jawa, Kalimantan,
neocognata (Drew & Hancock) Lombok dan Maluku

37.

Bactrocera (Bactrocera)
occipitalis (Bezzi)

Kalimantan

Hama

38.

Bactrocera (Bactrocera)
papayae (Drew & Hancock)

Sepanjang Asia Tenggara

Hama

39.

Bactrocera (Bactrocera)
sembaliensis (Drew &
Hancock)

Lombok, Sumbawa dan
Sumatera

Bukan hama

40.

Bactrocera (Bactrocera)
sulawesiae (Drew & Hancock)

Sulawesi

Bukan hama

41.

Bactrocera (Bactrocera)
sumbawaensis (Drew &
Hancock)

Sumbawa dan Sumatera

Bukan hama

42.

Bactrocera (Bactrocera) usitata Sepanjang Asia Tenggara
(Drew & Hancock)

Bukan hama

43.

Bactrocera (Bactrocera)
verbascifoliae (Drew &
Hancock)

Sepanjang Asia Tenggara

Bukan hama

44.

Bactrocera (Zeugodacus)
abnormis (Hardy)

Sulawesi

Bukan hama

45.

Bactrocera (Zeugodacus)
calumniata (Hardy)

Bali, Jawa dan Sumatera

Bukan hama

46.

Bactrocera (Zeugodacus)
caudata (Fabricius)

Sepanjang Asia Tenggara

Bukan hama

47.

Bactrocera (Zeugodacus)
cucurbitae (Coquillett)

Sepanjang Asia Tenggara

Hama

48.

Bactrocera (Zeugodacus)
elegantula (Hardy)

Kalimantan

Bukan hama

49.

Bactrocera (Zeugodacus)
emittens (Walker)

Sulawesi

Bukan hama

Bali

Bukan hama

10
Tabel 1 lanjutan
No.
Spesies Lalat Buah

Daerah Persebaran

Status

50.

Bactrocera (Zeugodacus)
exornata (Hering)

Sulawesi, Sumatera dan Bukan hama
Pulau Damar

51.

Bactrocera (Zeugodacus)
heinrichi (Hering)

Jawa, Sulawesi dan
Sumatera

Bukan hama

52.

Bactrocera (Zeugodacus)
persignata (Hering)

Flores dan Sulawesi

Bukan hama

53.

Bactrocera (Zeugodacus)
pseudocucurbitae (White)

Bali, Lombok dan
Flores

Bukan hama

54.

Bactrocera (Zeugodacus)
synnephes (Hendel)

Sepanjang Asia
Tenggara

Bukan hama

55.

Bactrocera (Zeugodacus) tau
(Walker)

Sepanjang Asia
Tenggara

Bukan hama

56.

Bactrocera (Zeugodacus) vulta
(Hardy)

Jawa

Bukan hama

57.

Bactrocera (Asiadacus) apicalis
(de meijere)

Sepanjang Asia
Tenggara

Bukan hama

58.

Bactrocera (Paradacus)
angustifinis (Hardy)

Sulawesi

Bukan hama

59.

Bactrocera (Sinodacus) hochii
(Zia)

Sepanjang Asia
Tenggara

Bukan hama

60.

Dacus (Calantra) leongi Drew & Kalimantan
Hancock

Bukan hama

61.

Dacus (Calantra) longicornis
Drew & Hancock

Sepanjang Asia
Tenggara

Bukan hama

62.

Dacus (Calantara) nanggalae
Drew & Hancock

Sulawesi

Bukan hama

Biologi
Lalat buah memiliki metamorfosis sempurna yang terdiri dari beberapa
tahapan yaitu telur, larva, pupa dan imago. Telur berbentuk oval, berwarna putih
krem dengan ukuran yang bervariasi (White dan Harris 1992). Menurut Siwi
(2005), telur lalat buah memiliki ukuran panjang 1-1.2 mm dengan lebar  0.21
mm. Telur diletakkan secara berkelompok dan akan menetas dalam kisaran waktu

11
2-3 hari. Telur yang terinfestasi dalam buah dan sayuran akan menetas menjadi
larva dan berkembang menjadi 3 instar.
Menurut Siwi et al. (2006), larva lalat buah memiliki bentuk dan ukuran
yang beragam tergantung dengan spesies dan jenis makanannya. Perubahan instar
larva ditandai dari perubahan ukuran larva serta perubahan warna larva.
Peningkatan instar larva akan diikuti oleh peningkatan ukuran larva. Larva pada
instar terakhir memiliki warna lebih gelap dan memiliki kemampuan
melentingkan tubuhnya untuk mencapai permukaan tanah pada saat akan berpupa.
Lama stadia larva berkisar antara 5-9 hari dengan rerata 7 hari.
Menurut White dan Harris (1992), beberapa struktur bagian tubuh larva
yang sering digunakan dalam mengidentifikasi larva lalat buah yaitu, spirakel
anterior, kait mulut, mandibel, alat perayap, lubang anal dan spirakel posterior.
Larva berbentuk silinder serta meruncing pada bagian depan (anterior). Pada
bagian belakang larva memiliki bentuk truncated type. Pupa lalat buah memiliki
ukuran panjang mencapai  4.80 mm dan lebar  2 mm. Pada umumnya pupa
lalat buah berwarna kuning kecokelatan. Lama stadia pupa berkisar antara 8-12
hari. Sebagian besar spesies lalat buah membentuk puparium di dalam tanah.
Warna tubuh dan ukuran imago lalat buah sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh
faktor intrinsik serta ekstrinsik. Pada saat muncul dari pupa, imago lalat buah
membutuhkan waktu selama  5 hari untuk melakukan proses penyempurnaan
morfologi. Lama stadia imago berkisar antara 2-3 minggu. Imago betina pada
umumnya memiliki lama hidup lebih lama dibandingkan dengan imago jantan.
Seekor imago betina dapat hidup dalam rentang waktu 23-27 hari, sedangkan
lama hidup imago jantan berkisar antara 13-15 hari (Siwi 2005). Betina dapat
menghasilkan telur sebanyak 100-500 telur dalam 1 siklus hidupnya. Imago lalat
buah merupakan stadia yang paling penting dalam identifikasi. Bagian-bagian
penting yang banyak diamati dalam proses identifikasi yaitu struktur kepala
berupa antena, mata dan noda pada wajah (facial spot), struktur toraks berupa
skutum dan skutellum, venasi sayap dan struktur abdomen berupa batas antar
tergit dan penyatuan ruas tertentu.

12
Gejala Serangan
Serangan lalat buah dapat berupa titik berwarna coklat merupakan hasil dari
oviposisi lalat buah betina yang terdapat pada permukaan buah dan sayuran
(Ginting 2009). Telur yang terdapat pada daging buah akan berkembang menjadi
larva yang menyebabkan kerusakan lebih lanjut.

Larva lalat buah memakan

daging buah dan menyebabkan pembusukan buah (Gambar 4) dan perontokkan

Gambar 4 Pembusukkan buah mangga akibat serangan lalat buah

pada buah muda.

Serangan lalat buah dapat menyebabkan kehilangan hasil

produksi yang berkisar antara 30-100%.

Musuh Alami
Lalat buah memiliki berbagai macam musuh alami seperi parasitoid dan
predator.

Parasitoid merupakan kelompok agen hayati yang paling banyak

ditemukan berasosiasi dengan lalat buah.

Kelompok parasitoid yang dapat

menyerang lalat buah umumnya berasal dari berbagai macam famili (Stibick
2004).

White dan Harris (1992), menyatakan bahwa kelompok parasitoid yang

paling banyak ditemukan menyerang lalat buah berasal dari sub famili Opiinae
(Braconidae). Tingkat parasitisme yang disebabkan parasitoid ini dapat mencapai
90 %. Lalat buah memiliki berbagai stadia pradewasa yang dapat terparasit oleh
parasitoid diantaranya telur, larva dan pupa.
Organisme yang dapat menjadi predator lalat buah meliputi kelompok
vertebrata seperti burung dan tikus, serta kelompok invertebrata yang banyak
didominasi oleh serangga predator seperti Formicidae, Staphylinidae, Carabidae,

13
Chrysopidae, Pentatomidae. Selain serangga predator, kelompok vertebrata lain
yang berperan sebagai predator yaitu laba-laba (Salticidae). Pola penyebaran
lalat buah umumnya banyak diikuti oleh pola penyebaran musuh alaminya.

Mekanisme Penemuan dan Asosiasi dengan Tanaman Inang
Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan oleh lalat buah dalam proses
pencarian hingga pengenalan inang, diantaranya, pencarian, seleksi, penerimaan,
preferensi dan pengenalan inang. Mekanisme penemuan inang oleh lalat buah
sangat dipengaruhi oleh penampilan visual maupun senyawa kimiawi yang
dikeluarkan oleh tanaman inang. Drew et al. (2003), menyatakan bahwa sinyal
berupa volatil tanaman, spektrum warna dan bentuk buah merupakan sinyal yang
dimanfaatkan oleh lalat buah dalam menemukan inangnya. Beberapa sensila yang
terdapat pada lalat buah seperti sensila gustatori dan olfaktori sangat berpengaruh
terhadap penerimaan lalat buah terhadap inang (Leal 2005).
Asosiasi lalat buah dengan buah-buahan dan sayuran merupakan suatu
peristiwa yang memiliki keterkaitan dengan aspek biologi lalat buah. Buah dan
sayuran merupakan inang yang digunakan pradewasa lalat buah sebagai tempat
tinggal dan makanan hingga menjadi lalat buah dewasa (Imago) (White dan
Harris 1992). Lalat buah betina melakukan oviposisi pada inang yang dipilih
berdasarkan faktor preferensi tertentu, seperti warna, ukuran buah serta persepsi
mengenai kandungan karbohidrat dan protein dari buah dan sayuran yang akan
diserang. Drew et al. (2003) menyatakan bahwa faktor kimia dan visual dari
inang merupakan faktor penting yang bersifat atraktif bagi lalat buah.
Lalat buah umumnya bersifat polifag yang dapat berasosiasi dengan banyak
inang. Namun beberapa spesies diketahui bersifat monofag. White dan Harris
(1992) mencatat lebih dari 80 famili tanaman dapat menjadi inang bagi lalat buah,
yang terdiri dari tanaman buah-buahan, tanaman sayuran hingga tanaman bunga.
Di Indonesia, lebih dari 125 jenis tanaman inang diketahui dapat berperan sebagai
inang lalat buah (Siwi 2003).
Berdasarkan kisaran inang yang dimiliki oleh lalat buah, spesies-spesies
lalat buah dikategorikan ke dalam 3 kelompok yaitu, polifag, oligofag dan

14
monofag (Bernays dan Chapman 1994). Perbedaan kisaran inang yang dimiliki
oleh spesies lalat buah dipengaruhi oleh morfologi, nutrisi, persebaran dan
kuantitas tanaman inang serta interaksi terhadap organisme serta individu lain.
Interaksi yang terjadi antara lalat buah dan inangnya juga dipengaruhi oleh proses
koevolusi yang dapat mempengaruhi perilaku serta sistem fisiologi lalat buah.
Schoonhoven et al. (2005) menyatakan bahwa, evolusi pada sistem kemosensori
dapat berpengaruh terhadap sensitifitas spesies lalat buah terhadap inangnya.

Pengaruh Faktor Abiotik: Suhu dan Kelembaban terhadap Pertumbuhan
Lalat Buah
Faktor abiotik umumnya berpengaruh terhadap aspek ekologi dan fisiologi
individu lalat buah, baik terhadap imago maupun stadia pradewasa lalat buah.
Beberapa faktor abiotik yang banyak dikaji dan berpengaruh terhadap individu
maupun populasi lalat buah yaitu suhu dan kelembaban.
Suhu merupakan salah satu faktor abiotik yang berpengaruh secara
signifikan terhadap aktifitas populasi pada seluruh stadia lalat buah (Peng et al.
2006).

Muthuthantri (2008) menyatakan bahwa, suhu secara khusus dapat

berpengaruh terhadap lama hidup (longevity), kelangsungan hidup (survival),
perkembangan gamet dan perkawinan imago. Suhu pada suatu habitat
berpengaruh terhadap aktifitas metabolisme lalat buah, peningkatan suhu dapat
menyebabkan peningkatan proses metabolisme lalat buah (Speight et al. 2005).
Hal ini terbukti dengan adanya hubungan linear antara peningkatan suhu dan
perkembangan lalat buah (Liu dan Ye 2009). Selain berpengaruh positif terhadap
perkembangan lalat buah suhu juga diketahui berpengaruh positif terhadap
kelimpahan pupa serta kelimpahan imago lalat buah betina yang melakukan
oviposisi pada inangnya (Ragwanshi et al. 2012).
Suhu berkaitan dengan salah satu faktor abiotik lainnya yaitu kelembaban.
Kelembaban berperan penting pada stadia pradewasa dan imago lalat buah
(Duyck et al. 2006). Kelembapan lingkungan mempengaruhi kondisi air tubuh
imago lalat buah, kelangsungan hidup dan lama stadia larva serta kesuksesan
munculnya imago dari pupa.

15
Potensi Sebaran Inang Lalat Buah pada Wilayah dengan Ketinggian
Berbeda
Perbedaan ketinggian wilayah umumnya berkaitan dengan perbedaan faktor
abiotik serta biotik (Geurts et al. 2011). Faktor abiotik yang dipengaruhi oleh
perubahan ketinggian berupa suhu, kelembapan yang turut berpengaruh terhadap
keberadaan spesies serta populasi lalat buah. Israeli et al. (2005), menyatakan
bahwa ketinggian juga berpengaruh terhadap jenis vegetasi serta stadia tanaman
inang lalat buah. Secara khusus, efek dari adanya perbedaan ketinggian terhadap
inang lalat buah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan morfologi, fenologi,
komposisi nutrisi, produksi senyawa kimia sekunder dan pertahanan, umur
tanaman, ketersediaan biji dan genetik tanaman (Hodkinson 2005).
Wilayah tropis umumnya memiliki faktor abiotik cukup stabil pada wilayah
dengan ketinggian yang berbeda, tanpa disertai adanya iklim ekstrim yang
umumnya banyak terjadi di daerah sub tropis. Iklim yang cukup stabil pada
wilayah dataran tinggi, sedang dan rendah di daerah tropis banyak dimanfaatkan
sebagai wilayah budidaya tanaman hortikultura.

Johnson et al. (2008)

menyatakan bahwa, wilayah tropis dengan kategori ketinggian yang berbeda
banyak dimanfaatkan sebagai sentra penanaman kelompok tanaman tertentu yang
dapat beradaptasi serta tumbuh pada wilayah tersebut. Wilayah dataran rendah
didominasi oleh tanaman pangan.

Berbeda dengan dataran rendah, wilayah

dataran tinggi banyak dimanfaatkan sebagai sentra penanaman tanaman sayuran
atau tanaman yang dapat beradaptasi dengan suhu rendah. Sedangkan dataran
sedang memiliki keanekaragaman jenis tanaman yang tertinggi dibandingkan
dengan dataran rendah dan dataran tinggi. Perbedaan jenis vegetasi pada wilayah
dengan ketinggian berbeda tentu akan memberikan pengaruh terhadap spesies
lalat buah yang berasosiasi dengan inangnya.

Hubungan antara Ekologi Lanskap dan Pola Persebaran Spesies Lalat Buah
Salah satu studi yang dapat digunakan untuk menganalisis persebaran
spesies serta kelimpahan lalat buah dan inangnya

adalah

ekologi lanskap.

Antrop (2001) menyatakan bahwa, ekologi lanskap tidak hanya memberikan

16
informasi terkait ekologi dari subjek yang diamati, tetapi juga mengaitkannya
dengan kondisi geografi berupa tipe habitat dan unsur-unsur lanskap. Analisis
terhadap unsur biofisik berupa faktor abiotik dan unsur sosial ekonomi dapat
digunakan untuk menciptakan karakter lanskap yang beragam dengan pengaruh
yang berbeda terhadap subjek yang diamati (Andresen et al. 2004). Pembentukan
karakter lanskap secara umum dapat membantu mempermudah analisis mengenai
keanekaragaman spesies serta kelimpahan individu di suatu wilayah (Kim dan
Pauleit 2007).
Persebaran spesies lalat buah umumnya mengikuti pola persebaran
inangnya.

Keberadaan

unsur-unsur

lanskap

seperti

fragmentasi

atau

penggabungan habitat dapat mempengaruhi pola persebaran serta kelimpahan
inang dan lalat buah. Keberadaan habitat heterogen dan homogen sebagai bagian
dari ekologi lanskap turut memberikan pengaruh bagi keberadaan dan kelimpahan
spesies lalat buah. Habitat heterogen memberikan ruang bagi banyak spesies
untuk hidup, berkembang biak dan membangun populasi. Fahrig et al. (2011)
menyatakan bahwa, habitat heterogen dengan jumlah spesies tanaman yang lebih
beragam dapat meningkatkan biodiversitas di wilayah tersebut karena tingginya
asosiasi yang terjadi antar spesies.
Unsur sosial ekonomi berkaitan dengan aktifitas manusia pada bidang
(patch) tertentu di dalam suatu lanskap.

Ginting (2009) menyatakan bahwa,

keberadaan serta tingginya aktifitas manusia pada suatu wilayah dapat
mempengaruhi keberadaan spesies non dominan.

Kabupaten Bogor dan Sekitarnya
Kabupaten bogor dan sekitarnya umumnya terdiri dari berbagai wilayah
dengan kategori ketinggian yang berbeda seperti dataran rendah (29,28%), dataran
sedang (42,62%) dan dataran tinggi (19,53%) (Diskominfo Kabupaten Bogor
2012).

Selain memiliki ketinggian yang berbeda, Kabupaten Bogor dan

sekitarnya juga memiliki keadaan morfologi yang beragam. Kabupaten Bogor
dan sekitarnya merupakan wilayah yang kaya akan keanekaragaman hayati yaitu

17
ekosistem yang terbentuk secara alami, maupun ekosistem homogen berupa area
budidaya tanaman hortikultura.

Area budidaya tanaman hortikultura seperti

tanaman buah dan sayuran diketahui tersebar merata di seluruh kecamatan di
Kabupaten Bogor

Hal ini terkait dengan letak geografisnya yang dilalui oleh

jalur pegunungan yang kaya akan sumber mata air.

18

19

BAHAN DAN METODE

Pengambilan Sampel
Area sampling pada penelitian ini adalah Kabupaten Bogor dan beberapa
wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor yaitu Depok (utara), Cianjur
(timur) dan Bekasi (timur). Berikut merupakan titik-titik pengambilan sampel di
Kabupaten Bogor dan sekitarnya yang disajikan pada Gambar 5.

Bekasi
Depok

Kab. Bogor

LEGENDA : 
Sumber :
          Batas Kabupaten 
1 Data hasil pengolahan
Sumber : 
2.Peta
administrasi
1. Data hasil pengolahan 
2. Peta Administrasi 

Cianjur

Gambar 5 Titik pengambilan sampel di Kabupaten Bogor dan sekitarnya (119
titik pengambilan sampel)
Penetapan titik sampel ditentukan berdasarkan keberadaan dan jumlah inang
di area sampling. Analisis lokasi dilakukan pada setiap titik pengambilan sampel
dengan mengamati tipe habitat, jenis vegetasi dan karakter lanskap.
pengambilan sampel disertai dengan lokasi geografi disajikan pada tabel 2.

Lokasi

20
Tabel 2 Lokasi administrasi serta lokasi geografi titik pengambilan sampel
No.

Lokasi administrasi

Lokasi geografi

Ketinggian
(m dpl)

1. Ds. Citapen, Kecamatan Ciawi

S 06º 42,194’, E 106º 52,465’

637

2. Ds. Citapen, Kecamatan Ciawi

S 06 º 41,961’,E 106 º 52, 139’

621

3. Ds. Banjarsari, Kecamatan Ciawi

S 06 º 40,768’, E 106 º 52, 144

602

4. Ds. Banjarwangi, Kecamatan Ciawi

S 06 º 40,650’ E 106 º 51,300’

614

5. Ds. Bitungsari, Kecamatan Ciawi

S 06 º 41,152’ E 106 º 50,815’

546

6. Ds. Banjarwangi, Kecamatan Ciawi

S 06 º 40,448’ E 106 º 51, 376’

581

7. Ds. Bendungan, Kecamatan Ciawi

S 06 º 39,728’ E 106 º 51,731’

578

8. Ds. Sukamahi, Kecamatan Ciawi

S 06 º 40,525’ E 106 º 52,905’

658

9. Ds. Banjarwaru, Kecamatan Ciawi

S 06 º 40,362’ E 106 º 52,232’

629

10. Ds. Bojong, Kecamatan Kemang

S 06º31,930’ E 106°45,255’

160

11. Ds. Pondok udik, Kecamatan Kemang

S 06º29,55’ E 106°43,401’

159

12. Ds. Semplak Barat, Kecamataan Kemang

S 06°32,048’ E 106°45,634’

185

13. Ds. Sukamaju, Kecamatan Megamendung

S 06 º 40,82’ E 106 º 53,73’

715

14. Ds.Sukakarya, Kecamatan Megamendung

S 06 º 40,611’ E 106 º 53,925’

757

15. Ds.Sukakarya, Kecamatan Megamendung

S 06 º 39,880’ E 106 º 52,908’

644

16. Ds. Sukagalih, Kecamatan Megamendung

S 06 º 41,924’ E 106 º 55,105’

919

17. Ds. Sukaresmi, Kecamatan Megamendung

S 06 º 41,798’ E 106 º 54,365’

825

18. Ds. Sukaresmi, Kecamatan Megamendung

S 06 º 42,507’ E 106 º 54,551’

929

19. Ds. Cimanglid, Kecamatan Tamansari

S 06 º38,399’ E 106 º 46,448’

427

20. Ds. Tamansari, Kecamatan Tamansari

S 06 º39,403’ E 106 º44,305’

645

21. Ds. Sukajadi, Kecamatan Tamansari

S 06 º39,786’ E 106 º43,771’

718

22. Ds. Sukajadi, Kecamatan Tamansari

S 06 º39,079’ E 106 º43,420’

626

21
Tabel 2 lanjutan
No.

Lokasi administrasi

Lokasi geografi

Ketinggian
(m dpl)

23. Ds. Sukajadi, Kecamatan Tamansari

S 06 º38,085’ E 106 º43,127’

492

24. Ds. Dramaga, Kecamatan Dramaga