Analysis and Development Direction of Food Agriculture Land in Muaro Jambi Regency
ANALISIS DAN ARAHAN PENGEMBANGAN
LAHAN PERTANIAN PANGAN
DI KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI
AGUS KURNIAWAN M.
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis dan Arahan
Pengembangan Lahan Pertanian Pangan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi
Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Agus Kurniawan M.
A156110041
RINGKASAN
AGUS KURNIAWAN M. Analisis dan Arahan Pengembangan Lahan Pertanian
Pangan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Dibimbing oleh
MUHAMMAD ARDIANSYAH dan UNTUNG SUDADI.
Muaro Jambi merupakan kabupaten baru di Provinsi Jambi hasil pemekaran
dari Kabupaten Batanghari pada tahun 1999. Letak geografisnya yang strategis,
sebagai hinterland, membentuk hubungan ketergantungan dan keterkaitan yang
erat dengan ibukota provinsi yaitu Kota Jambi. Kabupaten Muaro Jambi berperan
sebagai wilayah produsen pangan, sedangkan Kota Jambi sebagai wilayah inti dan
pasar. Untuk mengantisipasi kebutuhan pangan yang akan meningkat seiring
dengan perkembangan Kota Jambi maupun Kabupaten Muaro Jambi diperlukan
perencanaan pengembangan pertanian pangan yang komprehensif. Dalam
perspektif ini, lahan pertanian pangan eksisting di Kabupaten Muaro Jambi perlu
dipertahankan dan bahkan diperluas.
Upaya peningkatan produksi pangan melalui perluasan areal memerlukan
sumberdaya lahan dengan kondisi biofisik yang spesifik. Oleh karena itu, upaya
tersebut perlu didukung hasil analisis kesesuaian dan arahan alokasi sumberdaya
lahan agar sinkron dengan kebutuhan lahan untuk sektor-sektor pembangunan
lainnya.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis penggunaan dan ketersediaan
lahan untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi, (2)
menganalisis kesesuaian lahan tersedia untuk pengembangan tanaman pangan di
Kabupaten Muaro Jambi, (3) mengetahui komoditas pangan unggulan tiap
kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi, (4) menganalisis kebutuhan pangan dan
lahan sampai tahun 2031 di Kabupaten Muaro Jambi dan (5) mengetahui
konsistensi penggunaan lahan pangan eksisting terhadap rencana pola ruang lahan
pangan dan menyusun arahan pengembangan lahan pangan di Kabupaten Muaro
Jambi.
Penelitian ini terdiri atas tujuh tahapan analisis data. Penggunaan lahan
eksisting diinterpretasi dari Citra Landsat 7 ETM. Lahan tersedia untuk perluasan
pertanian pangan dianalisis dengan tidak memasukkan kawasan moratorium hutan
dan lahan gambut, tambang, hutan, perairan, Hak Guna Usaha (HGU),
perkebunan dan permukiman eksisting. Analisis kesesuaian lahan dilakukan
terhadap delapan komoditas pangan, yaitu padi sawah, padi ladang, jagung,
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Analisis komoditas
unggulan tiap kecamatan dilakukan dengan metode Locational Quotient (LQ) dan
komponen Differential Shift (DS) dalam Shift Share Analysis (SSA). Analisis
kebutuhan lahan dilakukan sampai tahun 2031 berdasarkan jumlah penduduk,
tingkat konsumsi pangan dan produktivitas lahan. Analisis konsistensi
penggunaan lahan dilakukan dengan overlay peta penggunaan lahan pangan
eksisting dan peta rencana pola ruang lahan pangan dalam RTRW. Hasil dari
enam tahapan analisis tersebut selanjutnya disintesis untuk penyusunan arahan
pengembangan lahan pertanian pangan secara deskriptif.
Total luas lahan di Kabupaten Muaro Jambi adalah 532.165 ha. Penggunaan
lahan eksisting terluas adalah perkebunan (310.280 ha; 58,31%). Lahan seluas
481.204 ha (90,42%) teridentifikasi sebagai kawasan moratorium hutan dan lahan
gambut, tambang, hutan, perairan, HGU, perkebunan dan permukiman eksisting.
Sebagian dari sawah dan pertanian lahan kering eksisting termasuk dalam
kawasan ini.
Lahan tersedia untuk pengembangan pertanian pangan termasuk sawah
eksisting teridentifikasi seluas 50.961 ha atau 9,58% dari luas total lahan di
Kabupaten Muaro Jambi. Hasil analisis kesesuaian lahan terhadap lahan tersedia
tersebut menunjukkan areal seluas 36.202 ha dengan kelas S2 (cukup sesuai)
untuk padi ladang dan S3 (sesuai marginal) untuk padi sawah serta 14.759 ha
dengan kelas S3 untuk jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan
ubi jalar.
Prioritas pengembangan pertanian pangan diarahkan pada padi sawah dan
padi ladang karena merupakan makanan pokok. Kecamatan yang paling banyak
memiliki komoditas unggulan tanaman pangan lahan kering adalah Kumpeh Ulu
dengan komoditas jagung, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Kecamatan
Sekernan hanya memiliki komoditas unggulan kedelai dan Kecamatan Kumpeh
tidak memiliki komoditas unggulan.
Tanpa upaya perbaikan kelas kesesuaian lahan, agar tercapai swasembada
pangan di tahun 2031 dibutuhkan lahan sawah seluas 11.093 ha dan lahan kering
seluas 713 ha. Dalam rencana pola ruang Kabupaten Muaro Jambi dialokasikan
lahan untuk pertanian pangan seluas 72.256 ha, terdiri atas sawah seluas 6.208 ha
dan lahan kering seluas 66.048 ha. Dengan mempertimbangkan kebutuhan lahan
untuk swasembada pangan pada tahun 2031, maka alokasi rencana pola ruang
untuk lahan sawah masih kurang 4.885 ha sedangkan untuk pertanian lahan kering
berlebih 65.335 ha sehingga dapat dialokasikan untuk penggunaan lainnya. Dari
hasil analisis terhadap kondisi saat ini, seluas 31.190 ha lahan pangan tidak sesuai
dengan rencana pola ruang karena digunakan untuk selain pertanian pangan. Oleh
karena itu, rencana pola ruang lahan pangan dalam RTRW Kabupaten Muaro
Jambi diusulkan untuk direvisi.
Kata kunci :
arahan pengembangan lahan, kesesuaian lahan, ketersediaan lahan,
komoditas unggulan, rencana pola ruang.
SUMMARY
AGUS KURNIAWAN M. Analysis and Development Direction of Food
Agriculture Land in Muaro Jambi Regency, Jambi Province. Supervised by
MUHAMMAD ARDIANSYAH and UNTUNG SUDADI.
Muaro Jambi is new regency in Jambi Province as resulted from regional
development of Batanghari Regency in 1999. Its strategic geographical location,
as the hinterland, established a closely dependency relationship to the province
capital, i.e. Jambi City. Muaro Jambi Regency played a role as a food producer
region, while Jambi City was as a core and market region. In order to anticipate
the increasing food demand in line with the development of Jambi City as well as
Muaro Jambi Regency, a comprehensive food agriculture development plan
should be prepared. In this perspective, the existing food agriculture land in
Muaro Jambi Regency must be maintained and even extensified.
Efforts to increase food production through land extensification require land
resources with specific biophysical conditions. Therefore, these efforts need to be
supported by land suitability analysis and land resources allocation direction in
order to synchronize with the land requirement for any other development sectors.
This research aimed at to: (1) analyze landuse and land availability for food
crop development in Muaro Jambi Regency, (2) analyze suitability of available
land for food crop development in Muaro Jambi Regency, (3) determine leading
food commodities in each subregency in Muaro Jambi Regency, (4) analyze food
and land requirement until year 2031 in Muaro Jambi Regency, and (5) determine
consistency of existing food crop landuses with spatial pattern plan for food crop
land and arrange development direction of food agriculture land in Muaro Jambi
Regency.
This research was divided into seven stages of data analysis. Existing
landuse was interpreted from Landsat 7 ETM imageries. Available land for food
agriculture development was analyzed by not including existing peatland and peat
forest moratorium, mining, forest, waters, Hak Guna Usaha (HGU), plantation and
settlement areas. Land suitability analyses were conducted for eight food
commodities, i.e. wetland rice, upland rice, corn, soybeans, peanuts, green beans,
cassava and sweet potato. Leading commodity in subregency level was analyzed
by using Location Quotient (LQ) and Differential Shift (DS) component in Shift
Share Analysis (SSA) methods. Analysis of food and land requirement was done
up to 2031 based on population, food consumption level and land productivity.
Analysis of landuse consistency was conducted by overlaying map of existing
landuse for food crop and map of spatial pattern plan for food crop in RTRW.
Results of the preceding analyses were then synthesized to arrange direction for
food agriculture land development by description method.
The total land resource area in Muaro Jambi Regency was amounted to
532,165 ha. The dominant existing landuse was for plantations (310,280 ha;
58.31%). Lands amounted to 481,204 ha (90.42%) were identified as the existing
areas of peatland and peat forest moratorium, forest, waters, mining, HGU,
settlement and plantation. Parts of the existing wetland ricefields and upland
agriculture were included in these areas.
The available land for food agriculture development including the existing
wetland ricefield, was identified to be 50,961 ha or 9.58% of the total land
resource in Muaro Jambi Regency. The results of land suitability analysis of this
available land showed areas amounted to 36,202 ha with S2 class (moderately
suitable) for upland rice and S3 class (marginally suitable) for wetland rice, and
14,759 ha with S3 class for corn, soybeans, peanuts, green beans, cassava and
sweet potato.
The priority of food agriculture development was directed to wetland rice
and upland rice because they were the main staple food. Subregency which had
the most numerous leading commodities of upland food crops was Kumpeh Ulu
which including corn, peanuts, cassava and sweet potato. Sekernan subregency
has only soybeans as the leading commodity, while Kumpeh subregency had none.
Without any land suitability class improvement, in order to achieve food
self-sufficiency in 2031, it was required 11,093 ha wetland ricefield and 713 ha
upland. In the spatial pattern plan of Muaro Jambi Regency, it was allocated land
for food agriculture as amounted to 72,256 ha, which consisting of 6,208 ha
wetland ricefield and 66,048 ha upland. By considering land requirement for food
self-sufficiency in 2031, then it was required an addition of 4,885 ha wetland
ricefield to the present spatial pattern plan. While, for upland agriculture, it was
already in excess up to 65,335 ha so that it could be allocated for other landuses.
The results of analysis of the present condition showed a 31,190 ha land which
was not in accordance with the spatial pattern plan because it was used for other
than food agriculture. Therefore, the spatial pattern plan for food agriculture in
RTRW of Muaro Jambi regency was proposed to be revised.
Keywords : development direction, land availability, land suitability, leading
commodity, spatial pattern plan.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS DAN ARAHAN PENGEMBANGAN
LAHAN PERTANIAN PANGAN
DI KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI
AGUS KURNIAWAN M.
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Widiatmaka, DAA.
Judul Tesis : Analisis dan Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan di
Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
Nama
: Agus Kurniawan M.
NIM
: A156110041
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Muhammad Ardiansyah
Ketua
Dr. Ir. Untung Sudadi, M.Sc.
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
Tanggal Ujian: 5 Februari 2014
Tanggal Lulus:
JuduJ Tesis : Analisis dan Arahan Pengembangan Lahan Pe11anian Pangan di
Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
: Agus Kurniawan M.
Nama
NIM
: A I 56 I I 004 I
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
_ -- -- ... u
ah
Dr. Ir. Untung Sudadi, M.Sc.
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
llmu Perencanaan Wilayah
Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus
Tanggal Ujian: 5 Februari 2014
Tanggal LuJus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan November 2012 sampai Juli 2013 ini adalah
perencanaan pengembangan lahan pertanian pangan, dengan judul Analisis dan
Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan di Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perencanaan Wilayah dan Ibu Dr. Dra. Khursatul Munibah, M.Sc selaku
Sekretaris Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana
IPB.
2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Ardiansyah selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Bapak Dr. Ir. Untung Sudadi, M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing atas
semua motivasi dan bimbingan dari tahap awal sampai penyelesaian tesis ini.
3. Bapak Dr. Ir. Widiatmaka, DAA selaku penguji luar komisi atas saran dan
masukannya.
4. Seluruh dosen pengajar, asisten dan staf pada Program Studi Ilmu
Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana IPB.
5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Muaro Jambi, Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Muaro Jambi, Badan
Pusat Statistik, Stasiun Klimatologi Jambi dan instansi terkait lainnya yang
telah membantu selama pengumpulan data.
6. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan atas beasiswa pendidikan pascasarjana yang telah diberikan.
7. Rekan-rekan Angkatan 2011 di Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan
khususnya Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah atas dukungan dan kerja
samanya.
Penulis juga menghaturkan hormat dan terima kasih yang tak terhingga
kepada ayah, ibu, istri serta seluruh keluarga tercinta atas segala do’a, kasih
sayang dan dukungannya selama menempuh pendidikan.
Semoga karya ini bermanfaat. Amiin.
Bogor, Maret 2014
Agus Kurniawan M.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
1
1
2
3
3
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang
Lahan dan Penggunaan Lahan
Evaluasi Kesesuaian Lahan
Sistem Informasi Geografi
Penginderaan Jauh
Komoditas Unggulan
Hasil Penelitian Tanaman Pangan Terdahulu
5
5
6
6
7
8
9
9
3 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan
Alat
Pengumpulan Data
Teknik Analisis Data
Analisis Penutupan/Penggunaan Lahan dan Ketersediaan Lahan
untuk Pengembangan
Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan
Analisis Kebutuhan Pangan dan Lahan
Analisis Konsistensi Lahan Pangan Eksisting dan Menyusun
Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan
11
11
11
11
11
12
14
4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Geografis
Administrasi Wilayah
Kondisi Fisik Wilayah
Curah Hujan
Suhu
Kelembaban Udara
Fisiografi Wilayah
21
21
22
22
22
22
23
23
14
16
18
20
Sosial dan Ekonomi
Kependudukan
Struktur Perekonomian
Sarana Penunjang Wilayah
Jalan
Pasar
Lahan dan Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Muaro Jambi
25
25
26
27
27
27
28
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Penutupan/Penggunaan Lahan dan Ketersediaan Lahan
Penutupan/Pengggunaan Lahan
Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan
Evaluasi Kesesuaian Lahan
Evaluasi Kualitas dan Karakteristik Lahan
Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pangan
Usaha Perbaikan dalam Rencana Pengelolaan
Komoditas Unggulan Tanaman Pangan
Keunggulan Komparatif Tanaman Pangan
Keunggulan Kompetitif Tanaman Pangan
Kebutuhan Pangan dan Lahan Kabupaten Muaro Jambi
Proyeksi Jumlah Penduduk
Konsumsi Bahan Pangan
Produktivitas Lahan
Proyeksi Kebutuhan Pangan dan Lahan
Konsitensi Lahan Pangan Eksisting dan Arahan Pengembangan
Lahan Pertanian Pangan
Konsistensi Lahan Pangan Eksisting
Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan
31
31
31
34
35
36
37
44
45
46
47
49
49
50
50
51
52
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
60
60
61
DAFTAR PUSTAKA
62
LAMPIRAN
67
RIWAYAT HIDUP
78
52
56
DAFTAR TABEL
1 Jenis data yang dibutuhkan dan sumber data
2 Matrik hubungan tujuan penelitian, jenis data, sumber data, metode
analisis dan hasil analisis
3 Jenis data biofisik yang digunakan berdasarkan sumber data tiap satuan
lahan
4 Asumsi perhitungan kebutuhan pangan dan lahan
5 Luas wilayah kecamatan, jumlah desa dan kelurahan di Kabupaten
Muaro Jambi
6 Grup fisiografi menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi
7 Jumlah dan kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten
Muaro Jambi
8 Persentase PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha
Kabupaten Muaro Jambi tahun 2007-2011
9 Panjang jalan menurut kecamatan dan pemerintah yang berhak
mengelolanya di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011
10 Jumlah pasar desa, kios dan los di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011
11 Pertambahan luas dan produksi tanaman pangan Kabupaten Muaro
Jambi
12 Produktivitas tanaman pangan Kabupaten Muaro Jambi tahun 20002011
13 Rencana pertambahan luas panen dan produksi tanaman pangan
Kabupaten Muaro Jambi
14 Luas kelas penutupan/penggunaan lahan Kabupaten Muaro Jambi
tahun 2013
15 Luas lahan tersedia untuk pengembangan tanaman pangan menurut
kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi
16 Kelas kesesuaian lahan untuk padi sawah menurut kecamatan di
Kabupaten Muaro Jambi
17 Kelas kesesuaian lahan untuk padi ladang menurut kecamatan di
Kabupaten Muaro Jambi
18 Kelas kesesuaian lahan untuk jagung menurut kecamatan di Kabupaten
Muaro Jambi
19 Kelas kesesuaian lahan untuk kedelai menurut kecamatan di
Kabupaten Muaro Jambi
20 Kelas kesesuaian lahan untuk kacang tanah menurut kecamatan di
Kabupaten Muaro Jambi
21 Kelas kesesuaian lahan untuk kacang hijau menurut kecamatan di
Kabupaten Muaro Jambi
22 Kelas kesesuaian lahan untuk ubi kayu menurut kecamatan di
Kabupaten Muaro Jambi
23 Kelas kesesuaian lahan untuk ubi jalar menurut kecamatan di
Kabupaten Muaro Jambi
24 Faktor pembatas lahan dan jenis usaha perbaikan lahan untuk tanaman
pangan
25 Nilai LQ tanaman pangan tahun 2011 di Kabupaten Muaro Jambi
26 Nilai DS tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi
12
13
15
19
22
23
26
26
27
28
28
30
30
31
34
38
39
40
40
41
42
43
44
45
46
48
27 Komoditas unggulan tanaman pangan menurut kecamatan di
Kabupaten Muaro Jambi
28 Konsumsi bahan pangan tahun 2010-2011
29 Kebutuhan lahan tahun 2012-2031
30 Rencana pola ruang menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi
31 Konsistensi dan inkonsitensi penggunaan lahan pangan terhadap
rencana pola ruang
32 Matrik kriteria pertimbangan dalam penentuan arahan pengembangan
lahan pertanian pangan
33 Arahan pengembangan lahan pertanian pangan di Kabupaten Muaro
Jambi
34 Arahan pola tanam komoditas pangan tiap kecamatan
49
50
51
53
54
56
57
59
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bagan kerangka pemikiran
Administrasi Kabupaten Muaro Jambi
Fisiografi Kabupaten Muaro Jambi
Produktivitas lahan tanaman pangan Kabupaten Muaro Jambi tahun
2000-2011
Penggunaan lahan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2013
Lahan tersedia untuk pengembangan pertanian pangan di Kabupaten
Muaro Jambi
Rencana pola ruang Kabupaten Muaro Jambi
Sketsa konsistensi dan inkonsistensi lahan pertanian pangan eksisting
terhadap pola ruang lahan pangan di Kabupaten Muaro Jambi
Arahan pengembangan lahan pertanian pangan di Kabupaten Muaro
Jambi
4
21
24
29
32
35
54
55
58
DAFTAR LAMPIRAN
1 Bagan alir penelitian
2 Satuan lahan Kabupaten Muaro Jambi
3 Luas panen (ha) dan produksi (ton) tanaman pangan tahun 2000-2011
Kabupaten Muaro Jambi
4 Curah hujan, suhu dan kelembaban bulanan Kabupaten Muaro Jambi
tahun 2002-2012
5 Nilai karakteristik lahan menurut satuan lahan di Kabupaten Muaro
Jambi
6 Hasil evaluasi kesesuaian lahan tanaman pangan menurut satuan lahan
di Kabupaten Muaro Jambi
7 Hasil analisis LQ untuk tanaman pangan tahun 2007-2011 di
Kabupaten Muaro Jambi
8 Proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten Muaro Jambi
9 Tingkat konsumsi menurut komoditas pangan tahun 2011-2031
10 Produktivitas lahan tiap komoditas pangan tahun 2012-2031
67
68
69
70
72
73
74
75
76
77
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan lahan pertanian pangan dilakukan sebagai langkah
pemenuhan kebutuhan pangan lokal maupun nasional. Lahan pertanian pangan
eksisting perlu dipertahankan dan bahkan diperluas, agar swasembada pangan
dapat terwujud. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2009
menyatakan bahwa lahan pertanian pangan harus dilindungi agar menjadi lahan
pertanian pangan berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya, perencanaan lahan
pertanian pangan berkelanjutan disusun baik di tingkat nasional, provinsi, maupun
kabupaten/kota, sehingga peranan pemerintah kabupaten sangat penting dalam
mengatur dan mengelola lahan pertanian pangan yang ada.
Kabupatan Muaro Jambi merupakan salah satu kabupaten baru di Provinsi
Jambi sebagai hasil pemekaran wilayah dari Kabupaten Batanghari pada tahun
1999. Sebagai wilayah pemekaran, kabupaten ini memerlukan sumberdaya lahan
untuk pembangunan infrastruktur serta penyediaan sarana prasarana sosial
ekonomi termasuk pembangunan pertanian. Salah satu pembangunan di bidang
pertanian adalah penyediaan lahan pertanian pangan.
Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Muaro
Jambi. Berdasarkan data BPS tahun 2011, sektor pertanian menyumbang 31,03%
dari total PDRB. Sumbangan subsektor tanaman bahan makanan terhadap PDRB
sebesar 19,02% dan menduduki peringkat kedua setelah subsektor tanaman
perkebunan (sebesar 54,41%) dalam kelompok sektor pertanian. Besarnya
kontribusi terhadap PDRB ini mengindikasikan peluang yang masih cukup besar
bagi pengembangan tanaman pangan, agar memberikan nilai tambah bagi
perekonomian Kabupaten Muaro Jambi. Untuk itu, subsektor tanaman bahan
makanan perlu mendapatkan perhatian serius dengan berbagai kebijakan
pengembangan yang didukung oleh ketersediaan informasi sumberdaya lahan
yang akurat.
Secara geografis letak Kabupaten Muaro Jambi sangat strategis, karena
menjadi hinterland dari ibukota Provinsi Jambi yaitu Kota Jambi. Dalam konsep
wilayah, hubungan antara Kabupaten Muaro Jambi sebagai kawasan budidaya dan
Kota Jambi sebagai kawasan non budidaya memiliki ketergantungan dan
keterkaitan yang erat. Sebagai hinterland, Kabupaten Muaro Jambi merupakan
produsen bahan pangan sedangkan Kota Jambi yang merupakan wilayah inti
adalah pasar bagi produk tanaman pangan. Melihat hubungan keterkaitan ini,
maka peluang pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi
memiliki prospek yang cukup baik dalam menunjang kebutuhan pangan di kedua
wilayah tersebut.
Pengembangan lahan pertanian pangan umumnya dihadapkan pada berbagai
masalah, antara lain: status kepemilikan dan penggunaan lahan, sosial budaya
masyarakat serta kondisi biofisik lahan. Beberapa faktor biofisik pada lahan
merupakan pembatas kesesuaian lahan dan penyebab rendahnya produksi tanaman
pangan. Pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan kesesuaian lahan
mengakibatkan rendahnya produktivitas lahan. Menurut Wang et al. (2011),
penilaian paramater fisik lahan memberikan informasi tentang keterbatasan lahan
2
untuk pengembangan pertanian. Noor dan Pribadi (2007) menyatakan bahwa
informasi kesesuaian kondisi biofisik lahan dengan persyaratan tumbuh suatu
komoditas akan sangat membantu penataan lahan yang sesuai dengan
peruntukkannya. Karakteristik lahan atau tanah di suatu tempat akan menentukan
kualitas dan arahan sistem produksi pertanian serta komoditas yang sesuai untuk
dikembangkan. Dengan demikian, data biofisik lahan sangat berguna dalam
perencanaan penggunaan lahan.
Ketersediaan data yang valid dapat membantu perencanaan pemanfaatan
lahan. Keterbatasan data biofisik lahan menjadi penghambat utama
pengembangan lahan untuk tanaman pangan. Menurut Alkasuma (2007), belum
tersedianya data dan informasi sumberdaya lahan di wilayah yang diteliti
merupakan salah satu kendala yang signifikan dalam perencanaan pembangunan
pertanian, karena data dan informasi sumberdaya alam tersebut merupakan salah
satu komponen utama yang mempunyai peranan sangat penting dalam menunjang
keberhasilan program pengembangan agribisnis.
Penentuan komoditas unggulan yang spesifik sesuai dengan kelas
kesesuaian lahan harus dilakukan sebagai dasar pengambilan keputusan agar
usaha pengembangan lahan untuk tanaman pangan lebih terarah. Menurut
Hendayana (2003), penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal
menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi. Syafruddin
et al. (2004) menyatakan bahwa pengembangan sentra-sentra produksi komoditas
unggulan dilakukan berdasarkan data sumberdaya lahan, iklim dan sosial ekonomi
serta dengan menerapkan teknologi spesifik lokasi disertai kebijakan daerah yang
tepat.
Ketersediaan lahan yang sesuai bagi komoditas unggulan masing-masing
wilayah menjadi faktor penentu keberhasilan usaha pengembangan lahan
pertanian pangan. Melalui inventarisasi lahan pertanian, pengembangan tanaman
pangan yang lebih baik dapat diarahkan.
Perumusan Masalah
Jumlah penduduk Kabupaten Muaro Jambi tahun 2000 sebanyak 233.993
jiwa (BPS 2000) dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 351.551 jiwa (BPS
2011). Penduduk yang bertambah memerlukan pertambahan bahan pangan.
Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan pertambahan lahan
pertanian pangan dapat mengakibatkan defisit pangan dimasa mendatang.
Perluasan lahan pertanian pangan baru diperlukan untuk mengatasi
permasalahan produksi pangan terkait dengan jumlah penduduk yang meningkat.
Pemanfaatan lahan baru sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan
terkendala dengan kondisi biofisik lahan. Kondisi lahan untuk pengembangan
lahan pertanian pangan sangat beragam dan memiliki tingkat kesesuaian lahan
yang berbeda. Selain masalah biofisik, pengembangan lahan pangan juga
terkendala status pemanfaatan lahan sehingga dapat memperkecil peluang
pengembangan lahan pangan.
Setiap tanaman pangan memiliki pertumbuhan yang berbeda. Perbedaan ini
akan berdampak pada perbedaan luas panen dan hasil produksi pada wilayah yang
diusahakan. Selain mempertimbangkan kesesuaian lahan, perencanaan
3
pengembangan lahan pertanian pangan berbasis komoditas unggulan mutlak
diperlukan, agar lebih efisien dan terarah.
Alokasi pola ruang lahan pangan dalam RTRW Kabupaten merupakan salah
satu upaya pemerintah dalam penyediaan lahan pangan. Penyediaan luas pola
ruang lahan pangan seringkali tidak mengacu pada kebutuhan lahan dan pangan
penduduk. Analisis ketersediaan dan kebutuhan lahan pangan dapat dijadikan
acuan dalam penetapan kebutuhan lahan pangan minimum di Kabupaten Muaro
Jambi.
Beberapa pertanyaan yang akan dijawab dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penggunaan lahan saat ini dan bagaimana ketersediaan lahan yang
sesuai untuk pengembangan tanaman pangan saat ini di Kabupaten Muaro
Jambi?
2. Bagaimana kesesuaian lahan tersedia untuk pengembangan komoditas pangan?
3. Apa komoditas pangan unggulan setiap kecamatan di Kabupaten Muaro
Jambi?
4. Bagaimana kebutuhan pangan dan lahan hingga 20 tahun ke depan?
5. Bagaimana status pola ruang lahan pangan dalam RTRW dan arahan
pengembangan lahan pertanian pangan di Kabupaten Muaro Jambi?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis penggunaan lahan dan ketersediaan lahan untuk pengembangan
tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi.
2. Menganalisis kesesuaian lahan tersedia untuk pengembangan tanaman pangan
di Kabupaten Muaro Jambi.
3. Mengetahui komoditas pangan unggulan tiap kecamatan di Kabupaten Muaro
Jambi.
4. Menganalisis kebutuhan pangan dan lahan sampai tahun 2031 di Kabupaten
Muaro Jambi.
5. Mengetahui konsistensi penggunaan lahan pangan eksisting terhadap rencana
pola ruang lahan pangan dan menyusun arahan pengembangan lahan pertanian
pangan di Kabupaten Muaro Jambi.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini yaitu:
1. Sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan lahan pertanian untuk tanaman
pangan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi.
2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
untuk menetapkan kawasan pertanian pangan dalam RTRW Kabupaten.
4
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian “Analisis dan Arahan Pengembangan Lahan
Pertanian Pangan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi” dapat dilihat pada
Gambar 1. Peningkatan jumlah penduduk dapat memberikan tekanan pada
sumberdaya lahan, di sisi lain jumlah lahan pertanian yang berkurang
menyebabkan menurunnya produksi tanaman pangan. Hal tersebut dapat diatasi
dengan penambahan lahan baru, namun harus didukung dengan analisis
pemanfaatan lahan yang tepat.
Pertambahan Jumlah Penduduk
Komoditas:
- padi sawah
- padi ladang
- jagung
- kedelai
- kacang tanah
- kacang hijau
- ubi kayu
- ubi jalar
Peningkatan kebutuhan
pangan
Peningkatan kebutuhan
perumahan dan industri
Membutuhkan
ketersediaan lahan
Penurunan luas lahan
pertanian
Perlu
pengembangan
lahan pertanian
tanaman pangan
Masalah :
- status lahan
- lahan marginal
- produktivitas rendah
- banyak faktor pembatas
Perlunya kajian kebutuhan lahan pertanian pangan
berdasarkan kebutuhan pangan penduduk sebagai
dasar arahan pengembangan
Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran
Selain berkurangnya lahan pertanian, pengembangan budidaya tanaman
pangan terkendala berbagai masalah di lapangan, terlebih pada lahan pertanian
yang baru dibuka. Tingkat kesuburan tanah yang rendah dan faktor fisik lahan
yang tidak sesuai menjadi kendala utama. Diperlukan analisis kesesuaian lahan
agar tanaman yang diusahakan dapat memberikan hasil yang optimal. Analisis
kesesuaian lahan bertujuan untuk mengetahui faktor pembatas dalam budidaya
tanaman sehingga dapat diberikan tindakan untuk meningkatkan produktivitas
lahan. Data yang digunakan meliputi karakteristik fisik lahan dan kesuburan
5
tanah. Berdasarkan pedoman teknis evaluasi lahan, dapat diketahui persyaratan
lahan yang sesuai tiap komoditas.
Pemilihan komoditas unggulan tanaman pangan dilakukan agar budidaya
tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi menjadi lebih terarah. Identifikasi
komoditas unggulan menggunakan data luas panen. Hasil analisis komoditas
unggulan tiap kecamatan dijadikan dasar dalam arahan pengembangan lahan
pertanian pangan.
Untuk mengetahui apakah luas dan produksi tanaman pangan mencukupi
kebutuhan pangan wilayah, perlu dilakukan analisis kebutuhan pangan dan lahan.
Analisis juga diperlukan untuk mengetahui luasan lahan pangan yang harus
dialokasikan dalam Rencana Pola Ruang Kabupaten Muaro Jambi, agar
swasembada pangan dapat tercapai.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama
lindung atau budi daya (Dirjen Penataan Ruang 2007).
Perencaanaan wilayah bertujuan mengetahui dan menganalisis kondisi saat
ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan,
memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang
diperkirakan dapat dicapai, menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan
tersebut serta menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.
Selain itu, perencanaan wilayah dapat menciptakan kehidupan yang efisien,
nyaman serta lestari dan pada tahap akhirnya menghasilkan rencana yang
menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan (Tarigan 2010).
Pengembangan wilayah adalah seluruh tindakan yang dilakukan dalam
rangka memanfaatkan potensi wilayah yang ada, untuk mendapatkan kondisi dan
tatanan kehidupan yang lebih baik (Mulyanto 2008). Menurut Djakapermana
(2010), pengembangan wilayah dilaksanakan melalui optimasi pemanfaatan
sumberdaya yang dimilikinya secara harmonis, serasi dan terpadu melalui
pendekatan yang bersifat komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial,
budaya dan lingkungan hidup. Dalam pengembangan wilayah diperlukan penataan
ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang (Dirjen Penataan Ruang 2007).
Menurut Hariadjaja (2012), rencana tata ruang memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan pemanfaatan lahan. Rencana tata ruang harus dibarengi dengan
pengendalian pemanfaatan tata ruang yang tegas dan konsisten untuk menjamin
agar pemanfaatan lahan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
6
Lahan dan Penggunaan Lahan
Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan
fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang mempengaruhi
penggunaannya seperti: iklim, relief, topografi, drainase dan kondisi lingkungan
lain untuk mendukung kehidupan atau kegiatan pada suatu hamparan lahan
(Sitorus 2004; Rustiadi et al. 2010). Menurut Arsyad (2010), penggunaan lahan
diartikan sebagai setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan kedalam
dua golongan besar yaitu pertanian dan bukan pertanian. Penggunaan lahan
pertanian dibedakan berdasarkan atas penyediaan air serta komoditas yang
diusahakan dan dimanfaatkan atau atas jenis tumbuhan atau tanaman yang
terdapat pada lahan tersebut.
Penggunaan lahan secara terperinci merupakan tipe penggunaan lahan yang
diperinci sesuai dengan syarat-syarat teknis untuk suatu daerah dengan keadaan
fisik dan sosial ekonomi tertentu. Tipe penggunaan lahan dapat terdiri dari: (1)
hanya satu jenis tanaman dan (2) lebih dari satu jenis tanaman (Hardjowigeno dan
Widiatmaka 2007).
Penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh nilai land rent. Alih fungsi lahan
merupakan bentuk dan konsekuensi logis dari perkembangan potensial land rent
di suatu lokasi dan akan berlangsung dari aktivitas dengan land rent yang lebih
rendah ke aktivitas dengan land rent yang lebih tinggi. Proses alih fungsi lahan
dapat dipandang sebagai bagian dari pergeseran-pergeseran dinamika alokasi dan
distribusi sumberdaya menuju keseimbangan baru yang lebih produktif (Rustiadi
et al. 2011).
Evaluasi Kesesuaian Lahan
Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk
penggunaan-pengunaan spesifik yang dilakukan dengan cara tertentu dan
selanjutnya akan menjadi dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
penggunaan lahan. Evaluasi lahan didasarkan pada analisis hubungan antara lahan
dan penggunaan lahan, mengestimasi input yang dibutuhkan serta output yang
dinginkan. Tujuan utama evaluasi lahan adalah menyeleksi penggunaan lahan
yang optimal untuk masing-masing satuan lahan tertentu dengan
mempertimbangkan faktor fisik dan sosial ekonomi serta konservasi sumberdaya
lingkungan untuk penggunaan yang lestari (Rayes 2007). Manfaat mendasar
evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu
penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan
pengguaan lahan yang akan dilakukan (Sitorus 2004).
Semua jenis komoditas pertanian yang berbasis lahan, untuk dapat tumbuh
dan berproduksi optimal memerlukan persyaratan tertentu. Persyaratan
penggunaan lahan dikaitkan dengan kualitas dan karakteristik lahan untuk
memudahkan dalam pelaksanaan evaluasi (Djaenudin et al. 2003). Hazain et al.
(2012) berpendapat, untuk menghasilkan komoditas yang berkualitas,
pemanfaatan sumberdaya lahan perlu mempertimbangkan kesesuaian lahan.
7
Dalam analisis kesesuaian lahan diperlukan beberapa data dan informasi, antara
lain: curah hujan, suhu udara, ketinggian, kemiringan, sifat fisik dan kimia tanah.
Menurut Sitorus (2004) kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat
kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Selanjutnya Wang et al.
(2011) menyatakan bahwa kesesuaian lahan merupakan penilaian gabungan dari
faktor-faktor ekologi yang komplek tanpa adanya campur tangan dari kepentingan
perencana.
Kesesuaian lahan terbagi atas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian
potensial. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), kesesuaian lahan
aktual adalah kesesuaian lahan saat ini dalam keadaan alami, tanpa ada perbaikan
lahan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau
faktor-faktor pembatas yang ada. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian
lahan setelah dilakukan usaha perbaikan lahan.
Evaluasi kesesuaian lahan melibatkan hubungan antara kualitas lahan
masing-masing Satuan Peta Lahan (SPL) bagi penggunaan lahan spesifik yang
akan diusahakan di suatu daerah (Rayes 2007). Menurut Hardjowigeno dan
Widiatmaka (2007), satuan peta lahan adalah kelompok lahan yang mempunyai
sifat-sifat yang sama atau hampir sama, yang penyebarannya digambarkan dalam
peta sebagai hasil dari suatu survei sumberdaya alam. Kualitas lahan merupakan
sifat-sifat lahan yang tidak dapat diukur langsung, karena merupakan interaksi
dari beberapa karakteristik lahan yang mempunyai pengaruh nyata terhadap
kesesuaian lahan untuk penggunaan-pengunaan tertentu.
Istilah pembandingan (matching) digunakan untuk menguraikan proses
dimana persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan dibandingkan
dengan kondisi lahan untuk menduga kemampuan penggunaan lahan (land use
performance). Pembandingan antara persyaratan pertumbuhan tanaman atau
persyaratan dari suatu tipe penggunaan lahan dan kualitas lahan setiap SPL akan
menghasilkan kelas kesesuaian lahan beserta faktor pembatasnya (Rayes 2007).
Sistem Informasi Geografi
Salah satu kemampuan Geographic Information System (GIS) adalah dapat
menyimpan data, tersedia dalam format yang mudah dianalisis dan mudah
diperbarui untuk berbagai jenis pengolahan digital. GIS merupakan sistem
pendukung pengambilan keputusan secara spasial (Mendas dan Delali 2012).
Menurut Javadian et al. (2011), GIS berfungsi menentukan kelayakan suatu
wilayah untuk penggunaan tertentu dalam perencanaan penggunaan lahan.
Al-Mashreki et al. (2011) menggunakan tools Model Builder GIS dalam
penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman gandum di Yamen. Kelebihan dari
Model Builder secara spasial yaitu mudah untuk membangun, menjalankan,
menyimpan dan memodifikasi. Penilaian kesesuaian lahan menggunakan
informasi biofisik yang tersedia antara lain: iklim, tanah, bahaya erosi dan
topografi. Keempat parameter ini di overlay dan model yang dikembangkan
adalah weighted overlay dengan memberikan bobot pada masing-masing
parameter untuk menghasilkan kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan
yang diperoleh divalidasi melalui pengecekan lapangan dengan melihat produksi
tanaman dan penilaian dari para ahli. Hampir 5% dari lokasi penelitian sangat
8
cocok, 25% cukup sesuai, 31% sesuai marginal, 24% tidak sesuai saat ini dan
15% lainnya tidak sesuai permanen untuk produksi sorgum.
Bunruamkaew dan Murayama (2011) menggunakan GIS yang
dikombinasikan dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk
mengidentifikasi dan memprioritaskan lokasi ekowisata yang potensial di Provinsi
Surat Thani, Thailand. Evaluasi situs ekowisata dilakukan berdasarkan 9
(sembilan) kriteria yaitu: visibilitas/keunikan lokasi, penggunaan lahan, jenis
kawasan lindung, keragaman spesies, elevasi, kemiringan, kedekatan dengan situs
budaya, jarak dari jalan dan permukiman. AHP digunakan untuk memberikan
bobot dari masing-masing kriteria berdasarkan pendapat para ahli. Data tematik
dari kriteria tersebut masing-masing disimpan dalam layer dengan format data
GIS. Proses overlay dilakukan terhadap semua kriteria untuk mendapatkan nilai
kesesuaian lahan ekowisata tiap wilayah. Kelas kesesuaian lahan untuk ekowisata
dibagi dalam 4 tingkatan, yaitu: sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai
marginal (S3) dan tidak sesuai (N). Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk
ekowisata diperoleh wilayah yang sangat sesuai sekitar 0,41%, cukup sesuai
sekitar 29,02% yang terletak di bagian timur dan barat provinsi, wilayah sesuai
marginal sekitar 69,68% yang terletak di bagian tengah provinsi dan wilayah yang
tidak sesuai yaitu 0,89%.
Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh
dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena
yang dikaji (Lillesand dan Kiefer 1997). Belal dan Moghanm (2011)
menambahkan bahwa teknologi penginderaan jauh memiliki kemampuan untuk
mengatasi permasalahan terkait sumberdaya bumi.
Citra satelit merupakan sumber data terbaik untuk mendapatkan kualitas
lahan karena mudah didapat, cepat, stabil dan temporal (Liu et al. 2010). Menurut
Rozenstein dan Karnieli (2011), data penginderaan jauh adalah sumber data yang
sesuai dan akurat dalam pembuatan peta penggunaan lahan sehingga peta tersebut
dapat selalu diperbaharui secara efisien. Salah satu cara untuk mengekstrak
informasi penggunaan lahan dari data penginderaan jauh adalah melalui
interpretasi visual. Namun, interpretasi visual terbatas pada sebuah band tunggal
atau band komposit tiga warna (RGB). Selanjutnya Al-Mashreki et al. (2011)
menjelaskan bahwa pemanfaatan data satelit harus didukung dengan survei di
lapangan untuk mendapatkan data yang akurat dalam menilai potensi dan
keterbatasan lahan.
Shalaby dan Tateishi (2007) menggunakan teknologi penginderaan jauh
dalam mengamati perubahan tutupan lahan tahun 1987 dan 2001 di Barat Laut
Mesir. Citra yang digunakan yaitu Landsat 4, Landsat 5, Landsat TM dan Landsat
ETM+. Citra tersebut digunakan untuk memantau dan menganalisis perubahan
tutupan lahan secara temporal. Metode yang digunakan dalam klasifikasi tutupan
yaitu klasifikasi terbimbing dengan verifikasi di lapangan. Untuk memperbaiki
hasil klasifikasi yang kurang tepat, dilakukan interpretasi secara visual
berdasarkan pengamatan di lapangan. Tren dan laju konversi tutupan lahan sangat
9
diperlukan perencana pembangunan dalam rangka membangun kebijakan
penggunaan lahan yang rasional. Integrasi penginderaan jauh dan GIS dalam studi
deteksi perubahan tutupan lahan memberikan informasi penting tentang sifat dan
distribusi spasial perubahan tutupan lahan. Pertimbangan yang sangat penting
adalah ketepatan dalam mengklasifikasikan tutupan lahan, karena jika salah akan
mempengaruhi keakuratan deteksi perubahan.
Komoditas Unggulan
Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama (prime mover)
pembangunan perekonomian dan dapat memberikan kontribusi yang signifikan
pada peningkatan produksi, pendapatan maupun pengeluaran (Alkadri dan
Djajadiningrat 2002). Menurut Djakapermana (2010), pengembangan sektor
memiliki relevansi yang kuat dengan pengembangan wilayah. Selanjutnya sektor
yang lain akan berkembang dan mendorong sektor lainnya yang terkait sehingga
membentuk suatu sistem keterkaitan antar sektor. Pengembangan sektor menjadi
salah satu pendekatan yang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan wilayah.
Penentuan sektor unggulan yang memiliki keunggulan komparatif dan spesialisasi
lokasi perlu dilakukan untuk efisiensi pengembangan wilayah.
Keunggulan komparatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang menurut
perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan daerah sedangkan
keunggulan kompetitif menganalisis kemampuan suatu daerah untuk memasarkan
produknya di luar daerah. Analisis keunggulan komparatif dapat digunakan untuk
melihat suatu komoditas memiliki prospek untuk dikembangkan. Keunggulan
komparatif dapat dijadikan pertanda awal bahwa suatu komoditas layak untuk
dikembangkan baik untuk memenuhi kebutuhan lokal maupun untuk pasar
sekitarnya. Keunggulan kompetitif tidak membandingkan potensi komoditas yang
sama di suatu wilayah dengan wilayah lainnya, melainkan membandingkan
potensi komoditas suatu wilayah terhadap komoditas semua wilayah pesaing
dalam pasar global (Tarigan 2007).
Menurut Rustiadi et al. (2011), Location Quotient (LQ) dan Shift Share
Analysis (SSA) merupakan dua metode yang sering dipakai sebagai indikasi
sektor basis yang selanjutnya digunakan sebagai indikasi sektor unggulan. Metode
LQ digunakan untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan
indikasi sektor basis dan non-basis. SSA digunakan untuk melihat potensi
pertumbuhan produksi sektoral dari suatu wilayah. Menurut Daryanto dan
Hafizrianda (2010), bahwa konsep SSA berfungsi untuk mengurangi kelemahan
dari LQ. Metode SSA memperhitungkan faktor waktu dan bersifat dinamik.
Metode LQ tidak dapat menjelaskan faktor penyebab terjadinya perubahan
struktur sementara SSA mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab perubahan
struktur.
Hasil Penelitian Tanaman Pangan Terdahulu
Baehaqi (2010) melakukan penelitian pengembangan komoditas unggulan
tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah. Pengembangan komoditas
10
unggulan tanaman pangan didasarkan pada pertimbangan aspek ekologi, ekonomi
dan sosial. Secara ekologi, pemilihan komoditas disesuaikan dengan daya dukung
lahan yang dapat dilihat dari kesesuaian lahan. Aspek ekonomi
mempertimbangkan keuntungan komoditas bagi petani. Aspek sosial
mempertimbangkan aspirasi dan penguasaan teknologi oleh petani. Aspek
legalitas dalam penentuan lahan tersedia telah dipertimbangkan agar kemungkinan
konflik sosial dan hukum terkait lahan dalam rencana tata ruang dapat
diminimalkan. Lahan tersedia dengan luas 134.758 ha diasumsikan merupakan
lahan yang tidak berstatus Hak Guna Usaha (HGU) atau dikuasai Departemen
Kehutanan, lahan yang tidak direncanakan sebagai kawasan lindung berdasarkan
RTRW dan lahan yang berdasarkan penggunaannya bukan perkebunan, kebun
campuran dan permukiman. Penentuan komoditas unggulan menggunakan
Metode Location Quotient (LQ) dan tren luas panen. Dari beberapa komoditas
basis, dipilih komoditas unggulan prioritas menggunakan Analytical Hierarchy
Process (AHP). Hasil AHP menunjukkan komoditas padi sebagai komoditas
unggulan prioritas pertama, jagung sebagai prioritas kedua dan ubi kayu sebagai
prioritas ketiga. Metode penentuan lokasi dengan cara coba-coba (trial and error)
hingga diperoleh kombinasi arahan pengembangan yang dinginkan.
Syamson (2011) merekomendasikan arahan pengembangan tanaman padi
sawah di Kabupaten Baru pada Areal Penggunaan Lain (APL) dengan luas 49.339
ha. Berdasarkan peta paduserasi hutan, Kabupaten Baru terbagi atas 3 kawasan
yaitu: hutan lindung, hutan produksi terbatas dan Areal Pengunaan Lain (APL).
Dari lahan APL yang tersedia tersebut, hanya 28.626 ha dapat diusulkan sebagai
lahan aktual dan lahan potensial untuk Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(KP2B). Penetapan KP2B mengacu pada kondisi penutupan lahan di Kabupaten
Baru. Penutupan/penggunaan lahan di APL berupa sawah irigasi dan sawah tadah
hujan dikategorikan sebagai lahan aktual dengan pertimbangan lahan tersebut
telah digunakan untuk kegiatan pertanian pangan khususnya padi sawah dengan
luas 14.006 ha. Lahan aktual ini selanjutnya diusulkan menjadi Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (LP2B). Penutupan/penggunaan lahan berupa
semak/belukar, kebun/perkebunan, ladang/tegalan dan hutan di APL yang
memiliki kesesuaian lahan S (sesuai) dikategorikan sebagai lahan potensial untuk
tanaman padi sawah, dengan pertimbangan jika dimasa akan datang lahan
pertanian pangan mengalami degradasi akibat alih fungsi lahan atau penyebab
lainnya, maka lahan-lahan tersebut dapat dialihfungsikan menjadi areal pertanian
pangan (sawah). Luas lahan potensial yang direkomendasikan yaitu 14.619 ha dan
diusulkan menjadi Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B).
Iwan (2010) mengidentifikasi komoditas unggulan untuk pengembangan
sektor pertanian di Kabupaten Sumbawa. Untuk menentukan alternatif komoditas
tanaman pangan unggulan digunakan analisis Location Quotient (LQ) dan analisis
Tipologi Klassen berdasarkan aspek sumberdaya lahan dan nilai ekonomi.
Penentuan prioritas pengembangan dilakukan dengan Analytical Hierarchy
Process (AHP). Arahan pengembangan dirumuskan secara deskriptif berdasarkan
proyeksi konsumsi dan hasil analisis spasial zona agroekologi dengan pola
penggunaan lahan yang ada. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa
komoditas jagung, kedelai, kacang hijau, ubi jalar dan cabe rawit merupakan
alternatif komoditas unggulan. Indikator keunggulan ditunjukkan oleh estimasi
nilai ekonomi dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata daerah
11
acuan yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan hasil AHP, komoditas
jagung menempati urutan teratas dengan skor 0,33 dan diikuti oleh kacang hijau
dengan skor 0,23. Produksi jagung dan kacang hijau saat ini sudah mampu
memenuhi kebutuhan konsumsi regional dengan indeks kecukupan lebih dari 1,
masing-masing sebesar 2,58 dan 8,09. Indeks kecukupan didefinisikan dengan
cara membagi jumlah produksi terhadap tingkat konsumsi tiap komoditas.
3 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi yang
terdiri dari 11 kecamatan, yaitu: Mestong, Sungai Bahar, Bahar Selatan, Bahar
Utara, Kumpeh Ulu, Sungai Gelam, Kumpeh, Maro Sebo, Taman Rajo, Jambi
Luar Kota dan Sekernan. Waktu pelaksanaan penelitian selama 9 (sembilan)
bulan, yait
LAHAN PERTANIAN PANGAN
DI KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI
AGUS KURNIAWAN M.
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis dan Arahan
Pengembangan Lahan Pertanian Pangan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi
Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Agus Kurniawan M.
A156110041
RINGKASAN
AGUS KURNIAWAN M. Analisis dan Arahan Pengembangan Lahan Pertanian
Pangan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Dibimbing oleh
MUHAMMAD ARDIANSYAH dan UNTUNG SUDADI.
Muaro Jambi merupakan kabupaten baru di Provinsi Jambi hasil pemekaran
dari Kabupaten Batanghari pada tahun 1999. Letak geografisnya yang strategis,
sebagai hinterland, membentuk hubungan ketergantungan dan keterkaitan yang
erat dengan ibukota provinsi yaitu Kota Jambi. Kabupaten Muaro Jambi berperan
sebagai wilayah produsen pangan, sedangkan Kota Jambi sebagai wilayah inti dan
pasar. Untuk mengantisipasi kebutuhan pangan yang akan meningkat seiring
dengan perkembangan Kota Jambi maupun Kabupaten Muaro Jambi diperlukan
perencanaan pengembangan pertanian pangan yang komprehensif. Dalam
perspektif ini, lahan pertanian pangan eksisting di Kabupaten Muaro Jambi perlu
dipertahankan dan bahkan diperluas.
Upaya peningkatan produksi pangan melalui perluasan areal memerlukan
sumberdaya lahan dengan kondisi biofisik yang spesifik. Oleh karena itu, upaya
tersebut perlu didukung hasil analisis kesesuaian dan arahan alokasi sumberdaya
lahan agar sinkron dengan kebutuhan lahan untuk sektor-sektor pembangunan
lainnya.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis penggunaan dan ketersediaan
lahan untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi, (2)
menganalisis kesesuaian lahan tersedia untuk pengembangan tanaman pangan di
Kabupaten Muaro Jambi, (3) mengetahui komoditas pangan unggulan tiap
kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi, (4) menganalisis kebutuhan pangan dan
lahan sampai tahun 2031 di Kabupaten Muaro Jambi dan (5) mengetahui
konsistensi penggunaan lahan pangan eksisting terhadap rencana pola ruang lahan
pangan dan menyusun arahan pengembangan lahan pangan di Kabupaten Muaro
Jambi.
Penelitian ini terdiri atas tujuh tahapan analisis data. Penggunaan lahan
eksisting diinterpretasi dari Citra Landsat 7 ETM. Lahan tersedia untuk perluasan
pertanian pangan dianalisis dengan tidak memasukkan kawasan moratorium hutan
dan lahan gambut, tambang, hutan, perairan, Hak Guna Usaha (HGU),
perkebunan dan permukiman eksisting. Analisis kesesuaian lahan dilakukan
terhadap delapan komoditas pangan, yaitu padi sawah, padi ladang, jagung,
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Analisis komoditas
unggulan tiap kecamatan dilakukan dengan metode Locational Quotient (LQ) dan
komponen Differential Shift (DS) dalam Shift Share Analysis (SSA). Analisis
kebutuhan lahan dilakukan sampai tahun 2031 berdasarkan jumlah penduduk,
tingkat konsumsi pangan dan produktivitas lahan. Analisis konsistensi
penggunaan lahan dilakukan dengan overlay peta penggunaan lahan pangan
eksisting dan peta rencana pola ruang lahan pangan dalam RTRW. Hasil dari
enam tahapan analisis tersebut selanjutnya disintesis untuk penyusunan arahan
pengembangan lahan pertanian pangan secara deskriptif.
Total luas lahan di Kabupaten Muaro Jambi adalah 532.165 ha. Penggunaan
lahan eksisting terluas adalah perkebunan (310.280 ha; 58,31%). Lahan seluas
481.204 ha (90,42%) teridentifikasi sebagai kawasan moratorium hutan dan lahan
gambut, tambang, hutan, perairan, HGU, perkebunan dan permukiman eksisting.
Sebagian dari sawah dan pertanian lahan kering eksisting termasuk dalam
kawasan ini.
Lahan tersedia untuk pengembangan pertanian pangan termasuk sawah
eksisting teridentifikasi seluas 50.961 ha atau 9,58% dari luas total lahan di
Kabupaten Muaro Jambi. Hasil analisis kesesuaian lahan terhadap lahan tersedia
tersebut menunjukkan areal seluas 36.202 ha dengan kelas S2 (cukup sesuai)
untuk padi ladang dan S3 (sesuai marginal) untuk padi sawah serta 14.759 ha
dengan kelas S3 untuk jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan
ubi jalar.
Prioritas pengembangan pertanian pangan diarahkan pada padi sawah dan
padi ladang karena merupakan makanan pokok. Kecamatan yang paling banyak
memiliki komoditas unggulan tanaman pangan lahan kering adalah Kumpeh Ulu
dengan komoditas jagung, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Kecamatan
Sekernan hanya memiliki komoditas unggulan kedelai dan Kecamatan Kumpeh
tidak memiliki komoditas unggulan.
Tanpa upaya perbaikan kelas kesesuaian lahan, agar tercapai swasembada
pangan di tahun 2031 dibutuhkan lahan sawah seluas 11.093 ha dan lahan kering
seluas 713 ha. Dalam rencana pola ruang Kabupaten Muaro Jambi dialokasikan
lahan untuk pertanian pangan seluas 72.256 ha, terdiri atas sawah seluas 6.208 ha
dan lahan kering seluas 66.048 ha. Dengan mempertimbangkan kebutuhan lahan
untuk swasembada pangan pada tahun 2031, maka alokasi rencana pola ruang
untuk lahan sawah masih kurang 4.885 ha sedangkan untuk pertanian lahan kering
berlebih 65.335 ha sehingga dapat dialokasikan untuk penggunaan lainnya. Dari
hasil analisis terhadap kondisi saat ini, seluas 31.190 ha lahan pangan tidak sesuai
dengan rencana pola ruang karena digunakan untuk selain pertanian pangan. Oleh
karena itu, rencana pola ruang lahan pangan dalam RTRW Kabupaten Muaro
Jambi diusulkan untuk direvisi.
Kata kunci :
arahan pengembangan lahan, kesesuaian lahan, ketersediaan lahan,
komoditas unggulan, rencana pola ruang.
SUMMARY
AGUS KURNIAWAN M. Analysis and Development Direction of Food
Agriculture Land in Muaro Jambi Regency, Jambi Province. Supervised by
MUHAMMAD ARDIANSYAH and UNTUNG SUDADI.
Muaro Jambi is new regency in Jambi Province as resulted from regional
development of Batanghari Regency in 1999. Its strategic geographical location,
as the hinterland, established a closely dependency relationship to the province
capital, i.e. Jambi City. Muaro Jambi Regency played a role as a food producer
region, while Jambi City was as a core and market region. In order to anticipate
the increasing food demand in line with the development of Jambi City as well as
Muaro Jambi Regency, a comprehensive food agriculture development plan
should be prepared. In this perspective, the existing food agriculture land in
Muaro Jambi Regency must be maintained and even extensified.
Efforts to increase food production through land extensification require land
resources with specific biophysical conditions. Therefore, these efforts need to be
supported by land suitability analysis and land resources allocation direction in
order to synchronize with the land requirement for any other development sectors.
This research aimed at to: (1) analyze landuse and land availability for food
crop development in Muaro Jambi Regency, (2) analyze suitability of available
land for food crop development in Muaro Jambi Regency, (3) determine leading
food commodities in each subregency in Muaro Jambi Regency, (4) analyze food
and land requirement until year 2031 in Muaro Jambi Regency, and (5) determine
consistency of existing food crop landuses with spatial pattern plan for food crop
land and arrange development direction of food agriculture land in Muaro Jambi
Regency.
This research was divided into seven stages of data analysis. Existing
landuse was interpreted from Landsat 7 ETM imageries. Available land for food
agriculture development was analyzed by not including existing peatland and peat
forest moratorium, mining, forest, waters, Hak Guna Usaha (HGU), plantation and
settlement areas. Land suitability analyses were conducted for eight food
commodities, i.e. wetland rice, upland rice, corn, soybeans, peanuts, green beans,
cassava and sweet potato. Leading commodity in subregency level was analyzed
by using Location Quotient (LQ) and Differential Shift (DS) component in Shift
Share Analysis (SSA) methods. Analysis of food and land requirement was done
up to 2031 based on population, food consumption level and land productivity.
Analysis of landuse consistency was conducted by overlaying map of existing
landuse for food crop and map of spatial pattern plan for food crop in RTRW.
Results of the preceding analyses were then synthesized to arrange direction for
food agriculture land development by description method.
The total land resource area in Muaro Jambi Regency was amounted to
532,165 ha. The dominant existing landuse was for plantations (310,280 ha;
58.31%). Lands amounted to 481,204 ha (90.42%) were identified as the existing
areas of peatland and peat forest moratorium, forest, waters, mining, HGU,
settlement and plantation. Parts of the existing wetland ricefields and upland
agriculture were included in these areas.
The available land for food agriculture development including the existing
wetland ricefield, was identified to be 50,961 ha or 9.58% of the total land
resource in Muaro Jambi Regency. The results of land suitability analysis of this
available land showed areas amounted to 36,202 ha with S2 class (moderately
suitable) for upland rice and S3 class (marginally suitable) for wetland rice, and
14,759 ha with S3 class for corn, soybeans, peanuts, green beans, cassava and
sweet potato.
The priority of food agriculture development was directed to wetland rice
and upland rice because they were the main staple food. Subregency which had
the most numerous leading commodities of upland food crops was Kumpeh Ulu
which including corn, peanuts, cassava and sweet potato. Sekernan subregency
has only soybeans as the leading commodity, while Kumpeh subregency had none.
Without any land suitability class improvement, in order to achieve food
self-sufficiency in 2031, it was required 11,093 ha wetland ricefield and 713 ha
upland. In the spatial pattern plan of Muaro Jambi Regency, it was allocated land
for food agriculture as amounted to 72,256 ha, which consisting of 6,208 ha
wetland ricefield and 66,048 ha upland. By considering land requirement for food
self-sufficiency in 2031, then it was required an addition of 4,885 ha wetland
ricefield to the present spatial pattern plan. While, for upland agriculture, it was
already in excess up to 65,335 ha so that it could be allocated for other landuses.
The results of analysis of the present condition showed a 31,190 ha land which
was not in accordance with the spatial pattern plan because it was used for other
than food agriculture. Therefore, the spatial pattern plan for food agriculture in
RTRW of Muaro Jambi regency was proposed to be revised.
Keywords : development direction, land availability, land suitability, leading
commodity, spatial pattern plan.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS DAN ARAHAN PENGEMBANGAN
LAHAN PERTANIAN PANGAN
DI KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI
AGUS KURNIAWAN M.
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Widiatmaka, DAA.
Judul Tesis : Analisis dan Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan di
Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
Nama
: Agus Kurniawan M.
NIM
: A156110041
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Muhammad Ardiansyah
Ketua
Dr. Ir. Untung Sudadi, M.Sc.
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
Tanggal Ujian: 5 Februari 2014
Tanggal Lulus:
JuduJ Tesis : Analisis dan Arahan Pengembangan Lahan Pe11anian Pangan di
Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
: Agus Kurniawan M.
Nama
NIM
: A I 56 I I 004 I
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
_ -- -- ... u
ah
Dr. Ir. Untung Sudadi, M.Sc.
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
llmu Perencanaan Wilayah
Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus
Tanggal Ujian: 5 Februari 2014
Tanggal LuJus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan November 2012 sampai Juli 2013 ini adalah
perencanaan pengembangan lahan pertanian pangan, dengan judul Analisis dan
Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan di Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perencanaan Wilayah dan Ibu Dr. Dra. Khursatul Munibah, M.Sc selaku
Sekretaris Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana
IPB.
2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Ardiansyah selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Bapak Dr. Ir. Untung Sudadi, M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing atas
semua motivasi dan bimbingan dari tahap awal sampai penyelesaian tesis ini.
3. Bapak Dr. Ir. Widiatmaka, DAA selaku penguji luar komisi atas saran dan
masukannya.
4. Seluruh dosen pengajar, asisten dan staf pada Program Studi Ilmu
Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana IPB.
5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Muaro Jambi, Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Muaro Jambi, Badan
Pusat Statistik, Stasiun Klimatologi Jambi dan instansi terkait lainnya yang
telah membantu selama pengumpulan data.
6. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan atas beasiswa pendidikan pascasarjana yang telah diberikan.
7. Rekan-rekan Angkatan 2011 di Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan
khususnya Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah atas dukungan dan kerja
samanya.
Penulis juga menghaturkan hormat dan terima kasih yang tak terhingga
kepada ayah, ibu, istri serta seluruh keluarga tercinta atas segala do’a, kasih
sayang dan dukungannya selama menempuh pendidikan.
Semoga karya ini bermanfaat. Amiin.
Bogor, Maret 2014
Agus Kurniawan M.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
1
1
2
3
3
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang
Lahan dan Penggunaan Lahan
Evaluasi Kesesuaian Lahan
Sistem Informasi Geografi
Penginderaan Jauh
Komoditas Unggulan
Hasil Penelitian Tanaman Pangan Terdahulu
5
5
6
6
7
8
9
9
3 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan
Alat
Pengumpulan Data
Teknik Analisis Data
Analisis Penutupan/Penggunaan Lahan dan Ketersediaan Lahan
untuk Pengembangan
Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan
Analisis Kebutuhan Pangan dan Lahan
Analisis Konsistensi Lahan Pangan Eksisting dan Menyusun
Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan
11
11
11
11
11
12
14
4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Geografis
Administrasi Wilayah
Kondisi Fisik Wilayah
Curah Hujan
Suhu
Kelembaban Udara
Fisiografi Wilayah
21
21
22
22
22
22
23
23
14
16
18
20
Sosial dan Ekonomi
Kependudukan
Struktur Perekonomian
Sarana Penunjang Wilayah
Jalan
Pasar
Lahan dan Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Muaro Jambi
25
25
26
27
27
27
28
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Penutupan/Penggunaan Lahan dan Ketersediaan Lahan
Penutupan/Pengggunaan Lahan
Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan
Evaluasi Kesesuaian Lahan
Evaluasi Kualitas dan Karakteristik Lahan
Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pangan
Usaha Perbaikan dalam Rencana Pengelolaan
Komoditas Unggulan Tanaman Pangan
Keunggulan Komparatif Tanaman Pangan
Keunggulan Kompetitif Tanaman Pangan
Kebutuhan Pangan dan Lahan Kabupaten Muaro Jambi
Proyeksi Jumlah Penduduk
Konsumsi Bahan Pangan
Produktivitas Lahan
Proyeksi Kebutuhan Pangan dan Lahan
Konsitensi Lahan Pangan Eksisting dan Arahan Pengembangan
Lahan Pertanian Pangan
Konsistensi Lahan Pangan Eksisting
Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan
31
31
31
34
35
36
37
44
45
46
47
49
49
50
50
51
52
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
60
60
61
DAFTAR PUSTAKA
62
LAMPIRAN
67
RIWAYAT HIDUP
78
52
56
DAFTAR TABEL
1 Jenis data yang dibutuhkan dan sumber data
2 Matrik hubungan tujuan penelitian, jenis data, sumber data, metode
analisis dan hasil analisis
3 Jenis data biofisik yang digunakan berdasarkan sumber data tiap satuan
lahan
4 Asumsi perhitungan kebutuhan pangan dan lahan
5 Luas wilayah kecamatan, jumlah desa dan kelurahan di Kabupaten
Muaro Jambi
6 Grup fisiografi menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi
7 Jumlah dan kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten
Muaro Jambi
8 Persentase PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha
Kabupaten Muaro Jambi tahun 2007-2011
9 Panjang jalan menurut kecamatan dan pemerintah yang berhak
mengelolanya di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011
10 Jumlah pasar desa, kios dan los di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011
11 Pertambahan luas dan produksi tanaman pangan Kabupaten Muaro
Jambi
12 Produktivitas tanaman pangan Kabupaten Muaro Jambi tahun 20002011
13 Rencana pertambahan luas panen dan produksi tanaman pangan
Kabupaten Muaro Jambi
14 Luas kelas penutupan/penggunaan lahan Kabupaten Muaro Jambi
tahun 2013
15 Luas lahan tersedia untuk pengembangan tanaman pangan menurut
kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi
16 Kelas kesesuaian lahan untuk padi sawah menurut kecamatan di
Kabupaten Muaro Jambi
17 Kelas kesesuaian lahan untuk padi ladang menurut kecamatan di
Kabupaten Muaro Jambi
18 Kelas kesesuaian lahan untuk jagung menurut kecamatan di Kabupaten
Muaro Jambi
19 Kelas kesesuaian lahan untuk kedelai menurut kecamatan di
Kabupaten Muaro Jambi
20 Kelas kesesuaian lahan untuk kacang tanah menurut kecamatan di
Kabupaten Muaro Jambi
21 Kelas kesesuaian lahan untuk kacang hijau menurut kecamatan di
Kabupaten Muaro Jambi
22 Kelas kesesuaian lahan untuk ubi kayu menurut kecamatan di
Kabupaten Muaro Jambi
23 Kelas kesesuaian lahan untuk ubi jalar menurut kecamatan di
Kabupaten Muaro Jambi
24 Faktor pembatas lahan dan jenis usaha perbaikan lahan untuk tanaman
pangan
25 Nilai LQ tanaman pangan tahun 2011 di Kabupaten Muaro Jambi
26 Nilai DS tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi
12
13
15
19
22
23
26
26
27
28
28
30
30
31
34
38
39
40
40
41
42
43
44
45
46
48
27 Komoditas unggulan tanaman pangan menurut kecamatan di
Kabupaten Muaro Jambi
28 Konsumsi bahan pangan tahun 2010-2011
29 Kebutuhan lahan tahun 2012-2031
30 Rencana pola ruang menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi
31 Konsistensi dan inkonsitensi penggunaan lahan pangan terhadap
rencana pola ruang
32 Matrik kriteria pertimbangan dalam penentuan arahan pengembangan
lahan pertanian pangan
33 Arahan pengembangan lahan pertanian pangan di Kabupaten Muaro
Jambi
34 Arahan pola tanam komoditas pangan tiap kecamatan
49
50
51
53
54
56
57
59
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bagan kerangka pemikiran
Administrasi Kabupaten Muaro Jambi
Fisiografi Kabupaten Muaro Jambi
Produktivitas lahan tanaman pangan Kabupaten Muaro Jambi tahun
2000-2011
Penggunaan lahan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2013
Lahan tersedia untuk pengembangan pertanian pangan di Kabupaten
Muaro Jambi
Rencana pola ruang Kabupaten Muaro Jambi
Sketsa konsistensi dan inkonsistensi lahan pertanian pangan eksisting
terhadap pola ruang lahan pangan di Kabupaten Muaro Jambi
Arahan pengembangan lahan pertanian pangan di Kabupaten Muaro
Jambi
4
21
24
29
32
35
54
55
58
DAFTAR LAMPIRAN
1 Bagan alir penelitian
2 Satuan lahan Kabupaten Muaro Jambi
3 Luas panen (ha) dan produksi (ton) tanaman pangan tahun 2000-2011
Kabupaten Muaro Jambi
4 Curah hujan, suhu dan kelembaban bulanan Kabupaten Muaro Jambi
tahun 2002-2012
5 Nilai karakteristik lahan menurut satuan lahan di Kabupaten Muaro
Jambi
6 Hasil evaluasi kesesuaian lahan tanaman pangan menurut satuan lahan
di Kabupaten Muaro Jambi
7 Hasil analisis LQ untuk tanaman pangan tahun 2007-2011 di
Kabupaten Muaro Jambi
8 Proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten Muaro Jambi
9 Tingkat konsumsi menurut komoditas pangan tahun 2011-2031
10 Produktivitas lahan tiap komoditas pangan tahun 2012-2031
67
68
69
70
72
73
74
75
76
77
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan lahan pertanian pangan dilakukan sebagai langkah
pemenuhan kebutuhan pangan lokal maupun nasional. Lahan pertanian pangan
eksisting perlu dipertahankan dan bahkan diperluas, agar swasembada pangan
dapat terwujud. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2009
menyatakan bahwa lahan pertanian pangan harus dilindungi agar menjadi lahan
pertanian pangan berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya, perencanaan lahan
pertanian pangan berkelanjutan disusun baik di tingkat nasional, provinsi, maupun
kabupaten/kota, sehingga peranan pemerintah kabupaten sangat penting dalam
mengatur dan mengelola lahan pertanian pangan yang ada.
Kabupatan Muaro Jambi merupakan salah satu kabupaten baru di Provinsi
Jambi sebagai hasil pemekaran wilayah dari Kabupaten Batanghari pada tahun
1999. Sebagai wilayah pemekaran, kabupaten ini memerlukan sumberdaya lahan
untuk pembangunan infrastruktur serta penyediaan sarana prasarana sosial
ekonomi termasuk pembangunan pertanian. Salah satu pembangunan di bidang
pertanian adalah penyediaan lahan pertanian pangan.
Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Muaro
Jambi. Berdasarkan data BPS tahun 2011, sektor pertanian menyumbang 31,03%
dari total PDRB. Sumbangan subsektor tanaman bahan makanan terhadap PDRB
sebesar 19,02% dan menduduki peringkat kedua setelah subsektor tanaman
perkebunan (sebesar 54,41%) dalam kelompok sektor pertanian. Besarnya
kontribusi terhadap PDRB ini mengindikasikan peluang yang masih cukup besar
bagi pengembangan tanaman pangan, agar memberikan nilai tambah bagi
perekonomian Kabupaten Muaro Jambi. Untuk itu, subsektor tanaman bahan
makanan perlu mendapatkan perhatian serius dengan berbagai kebijakan
pengembangan yang didukung oleh ketersediaan informasi sumberdaya lahan
yang akurat.
Secara geografis letak Kabupaten Muaro Jambi sangat strategis, karena
menjadi hinterland dari ibukota Provinsi Jambi yaitu Kota Jambi. Dalam konsep
wilayah, hubungan antara Kabupaten Muaro Jambi sebagai kawasan budidaya dan
Kota Jambi sebagai kawasan non budidaya memiliki ketergantungan dan
keterkaitan yang erat. Sebagai hinterland, Kabupaten Muaro Jambi merupakan
produsen bahan pangan sedangkan Kota Jambi yang merupakan wilayah inti
adalah pasar bagi produk tanaman pangan. Melihat hubungan keterkaitan ini,
maka peluang pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi
memiliki prospek yang cukup baik dalam menunjang kebutuhan pangan di kedua
wilayah tersebut.
Pengembangan lahan pertanian pangan umumnya dihadapkan pada berbagai
masalah, antara lain: status kepemilikan dan penggunaan lahan, sosial budaya
masyarakat serta kondisi biofisik lahan. Beberapa faktor biofisik pada lahan
merupakan pembatas kesesuaian lahan dan penyebab rendahnya produksi tanaman
pangan. Pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan kesesuaian lahan
mengakibatkan rendahnya produktivitas lahan. Menurut Wang et al. (2011),
penilaian paramater fisik lahan memberikan informasi tentang keterbatasan lahan
2
untuk pengembangan pertanian. Noor dan Pribadi (2007) menyatakan bahwa
informasi kesesuaian kondisi biofisik lahan dengan persyaratan tumbuh suatu
komoditas akan sangat membantu penataan lahan yang sesuai dengan
peruntukkannya. Karakteristik lahan atau tanah di suatu tempat akan menentukan
kualitas dan arahan sistem produksi pertanian serta komoditas yang sesuai untuk
dikembangkan. Dengan demikian, data biofisik lahan sangat berguna dalam
perencanaan penggunaan lahan.
Ketersediaan data yang valid dapat membantu perencanaan pemanfaatan
lahan. Keterbatasan data biofisik lahan menjadi penghambat utama
pengembangan lahan untuk tanaman pangan. Menurut Alkasuma (2007), belum
tersedianya data dan informasi sumberdaya lahan di wilayah yang diteliti
merupakan salah satu kendala yang signifikan dalam perencanaan pembangunan
pertanian, karena data dan informasi sumberdaya alam tersebut merupakan salah
satu komponen utama yang mempunyai peranan sangat penting dalam menunjang
keberhasilan program pengembangan agribisnis.
Penentuan komoditas unggulan yang spesifik sesuai dengan kelas
kesesuaian lahan harus dilakukan sebagai dasar pengambilan keputusan agar
usaha pengembangan lahan untuk tanaman pangan lebih terarah. Menurut
Hendayana (2003), penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal
menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi. Syafruddin
et al. (2004) menyatakan bahwa pengembangan sentra-sentra produksi komoditas
unggulan dilakukan berdasarkan data sumberdaya lahan, iklim dan sosial ekonomi
serta dengan menerapkan teknologi spesifik lokasi disertai kebijakan daerah yang
tepat.
Ketersediaan lahan yang sesuai bagi komoditas unggulan masing-masing
wilayah menjadi faktor penentu keberhasilan usaha pengembangan lahan
pertanian pangan. Melalui inventarisasi lahan pertanian, pengembangan tanaman
pangan yang lebih baik dapat diarahkan.
Perumusan Masalah
Jumlah penduduk Kabupaten Muaro Jambi tahun 2000 sebanyak 233.993
jiwa (BPS 2000) dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 351.551 jiwa (BPS
2011). Penduduk yang bertambah memerlukan pertambahan bahan pangan.
Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan pertambahan lahan
pertanian pangan dapat mengakibatkan defisit pangan dimasa mendatang.
Perluasan lahan pertanian pangan baru diperlukan untuk mengatasi
permasalahan produksi pangan terkait dengan jumlah penduduk yang meningkat.
Pemanfaatan lahan baru sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan
terkendala dengan kondisi biofisik lahan. Kondisi lahan untuk pengembangan
lahan pertanian pangan sangat beragam dan memiliki tingkat kesesuaian lahan
yang berbeda. Selain masalah biofisik, pengembangan lahan pangan juga
terkendala status pemanfaatan lahan sehingga dapat memperkecil peluang
pengembangan lahan pangan.
Setiap tanaman pangan memiliki pertumbuhan yang berbeda. Perbedaan ini
akan berdampak pada perbedaan luas panen dan hasil produksi pada wilayah yang
diusahakan. Selain mempertimbangkan kesesuaian lahan, perencanaan
3
pengembangan lahan pertanian pangan berbasis komoditas unggulan mutlak
diperlukan, agar lebih efisien dan terarah.
Alokasi pola ruang lahan pangan dalam RTRW Kabupaten merupakan salah
satu upaya pemerintah dalam penyediaan lahan pangan. Penyediaan luas pola
ruang lahan pangan seringkali tidak mengacu pada kebutuhan lahan dan pangan
penduduk. Analisis ketersediaan dan kebutuhan lahan pangan dapat dijadikan
acuan dalam penetapan kebutuhan lahan pangan minimum di Kabupaten Muaro
Jambi.
Beberapa pertanyaan yang akan dijawab dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penggunaan lahan saat ini dan bagaimana ketersediaan lahan yang
sesuai untuk pengembangan tanaman pangan saat ini di Kabupaten Muaro
Jambi?
2. Bagaimana kesesuaian lahan tersedia untuk pengembangan komoditas pangan?
3. Apa komoditas pangan unggulan setiap kecamatan di Kabupaten Muaro
Jambi?
4. Bagaimana kebutuhan pangan dan lahan hingga 20 tahun ke depan?
5. Bagaimana status pola ruang lahan pangan dalam RTRW dan arahan
pengembangan lahan pertanian pangan di Kabupaten Muaro Jambi?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis penggunaan lahan dan ketersediaan lahan untuk pengembangan
tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi.
2. Menganalisis kesesuaian lahan tersedia untuk pengembangan tanaman pangan
di Kabupaten Muaro Jambi.
3. Mengetahui komoditas pangan unggulan tiap kecamatan di Kabupaten Muaro
Jambi.
4. Menganalisis kebutuhan pangan dan lahan sampai tahun 2031 di Kabupaten
Muaro Jambi.
5. Mengetahui konsistensi penggunaan lahan pangan eksisting terhadap rencana
pola ruang lahan pangan dan menyusun arahan pengembangan lahan pertanian
pangan di Kabupaten Muaro Jambi.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini yaitu:
1. Sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan lahan pertanian untuk tanaman
pangan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi.
2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
untuk menetapkan kawasan pertanian pangan dalam RTRW Kabupaten.
4
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian “Analisis dan Arahan Pengembangan Lahan
Pertanian Pangan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi” dapat dilihat pada
Gambar 1. Peningkatan jumlah penduduk dapat memberikan tekanan pada
sumberdaya lahan, di sisi lain jumlah lahan pertanian yang berkurang
menyebabkan menurunnya produksi tanaman pangan. Hal tersebut dapat diatasi
dengan penambahan lahan baru, namun harus didukung dengan analisis
pemanfaatan lahan yang tepat.
Pertambahan Jumlah Penduduk
Komoditas:
- padi sawah
- padi ladang
- jagung
- kedelai
- kacang tanah
- kacang hijau
- ubi kayu
- ubi jalar
Peningkatan kebutuhan
pangan
Peningkatan kebutuhan
perumahan dan industri
Membutuhkan
ketersediaan lahan
Penurunan luas lahan
pertanian
Perlu
pengembangan
lahan pertanian
tanaman pangan
Masalah :
- status lahan
- lahan marginal
- produktivitas rendah
- banyak faktor pembatas
Perlunya kajian kebutuhan lahan pertanian pangan
berdasarkan kebutuhan pangan penduduk sebagai
dasar arahan pengembangan
Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran
Selain berkurangnya lahan pertanian, pengembangan budidaya tanaman
pangan terkendala berbagai masalah di lapangan, terlebih pada lahan pertanian
yang baru dibuka. Tingkat kesuburan tanah yang rendah dan faktor fisik lahan
yang tidak sesuai menjadi kendala utama. Diperlukan analisis kesesuaian lahan
agar tanaman yang diusahakan dapat memberikan hasil yang optimal. Analisis
kesesuaian lahan bertujuan untuk mengetahui faktor pembatas dalam budidaya
tanaman sehingga dapat diberikan tindakan untuk meningkatkan produktivitas
lahan. Data yang digunakan meliputi karakteristik fisik lahan dan kesuburan
5
tanah. Berdasarkan pedoman teknis evaluasi lahan, dapat diketahui persyaratan
lahan yang sesuai tiap komoditas.
Pemilihan komoditas unggulan tanaman pangan dilakukan agar budidaya
tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi menjadi lebih terarah. Identifikasi
komoditas unggulan menggunakan data luas panen. Hasil analisis komoditas
unggulan tiap kecamatan dijadikan dasar dalam arahan pengembangan lahan
pertanian pangan.
Untuk mengetahui apakah luas dan produksi tanaman pangan mencukupi
kebutuhan pangan wilayah, perlu dilakukan analisis kebutuhan pangan dan lahan.
Analisis juga diperlukan untuk mengetahui luasan lahan pangan yang harus
dialokasikan dalam Rencana Pola Ruang Kabupaten Muaro Jambi, agar
swasembada pangan dapat tercapai.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama
lindung atau budi daya (Dirjen Penataan Ruang 2007).
Perencaanaan wilayah bertujuan mengetahui dan menganalisis kondisi saat
ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan,
memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang
diperkirakan dapat dicapai, menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan
tersebut serta menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.
Selain itu, perencanaan wilayah dapat menciptakan kehidupan yang efisien,
nyaman serta lestari dan pada tahap akhirnya menghasilkan rencana yang
menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan (Tarigan 2010).
Pengembangan wilayah adalah seluruh tindakan yang dilakukan dalam
rangka memanfaatkan potensi wilayah yang ada, untuk mendapatkan kondisi dan
tatanan kehidupan yang lebih baik (Mulyanto 2008). Menurut Djakapermana
(2010), pengembangan wilayah dilaksanakan melalui optimasi pemanfaatan
sumberdaya yang dimilikinya secara harmonis, serasi dan terpadu melalui
pendekatan yang bersifat komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial,
budaya dan lingkungan hidup. Dalam pengembangan wilayah diperlukan penataan
ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang (Dirjen Penataan Ruang 2007).
Menurut Hariadjaja (2012), rencana tata ruang memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan pemanfaatan lahan. Rencana tata ruang harus dibarengi dengan
pengendalian pemanfaatan tata ruang yang tegas dan konsisten untuk menjamin
agar pemanfaatan lahan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
6
Lahan dan Penggunaan Lahan
Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan
fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang mempengaruhi
penggunaannya seperti: iklim, relief, topografi, drainase dan kondisi lingkungan
lain untuk mendukung kehidupan atau kegiatan pada suatu hamparan lahan
(Sitorus 2004; Rustiadi et al. 2010). Menurut Arsyad (2010), penggunaan lahan
diartikan sebagai setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan kedalam
dua golongan besar yaitu pertanian dan bukan pertanian. Penggunaan lahan
pertanian dibedakan berdasarkan atas penyediaan air serta komoditas yang
diusahakan dan dimanfaatkan atau atas jenis tumbuhan atau tanaman yang
terdapat pada lahan tersebut.
Penggunaan lahan secara terperinci merupakan tipe penggunaan lahan yang
diperinci sesuai dengan syarat-syarat teknis untuk suatu daerah dengan keadaan
fisik dan sosial ekonomi tertentu. Tipe penggunaan lahan dapat terdiri dari: (1)
hanya satu jenis tanaman dan (2) lebih dari satu jenis tanaman (Hardjowigeno dan
Widiatmaka 2007).
Penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh nilai land rent. Alih fungsi lahan
merupakan bentuk dan konsekuensi logis dari perkembangan potensial land rent
di suatu lokasi dan akan berlangsung dari aktivitas dengan land rent yang lebih
rendah ke aktivitas dengan land rent yang lebih tinggi. Proses alih fungsi lahan
dapat dipandang sebagai bagian dari pergeseran-pergeseran dinamika alokasi dan
distribusi sumberdaya menuju keseimbangan baru yang lebih produktif (Rustiadi
et al. 2011).
Evaluasi Kesesuaian Lahan
Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk
penggunaan-pengunaan spesifik yang dilakukan dengan cara tertentu dan
selanjutnya akan menjadi dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
penggunaan lahan. Evaluasi lahan didasarkan pada analisis hubungan antara lahan
dan penggunaan lahan, mengestimasi input yang dibutuhkan serta output yang
dinginkan. Tujuan utama evaluasi lahan adalah menyeleksi penggunaan lahan
yang optimal untuk masing-masing satuan lahan tertentu dengan
mempertimbangkan faktor fisik dan sosial ekonomi serta konservasi sumberdaya
lingkungan untuk penggunaan yang lestari (Rayes 2007). Manfaat mendasar
evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu
penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan
pengguaan lahan yang akan dilakukan (Sitorus 2004).
Semua jenis komoditas pertanian yang berbasis lahan, untuk dapat tumbuh
dan berproduksi optimal memerlukan persyaratan tertentu. Persyaratan
penggunaan lahan dikaitkan dengan kualitas dan karakteristik lahan untuk
memudahkan dalam pelaksanaan evaluasi (Djaenudin et al. 2003). Hazain et al.
(2012) berpendapat, untuk menghasilkan komoditas yang berkualitas,
pemanfaatan sumberdaya lahan perlu mempertimbangkan kesesuaian lahan.
7
Dalam analisis kesesuaian lahan diperlukan beberapa data dan informasi, antara
lain: curah hujan, suhu udara, ketinggian, kemiringan, sifat fisik dan kimia tanah.
Menurut Sitorus (2004) kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat
kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Selanjutnya Wang et al.
(2011) menyatakan bahwa kesesuaian lahan merupakan penilaian gabungan dari
faktor-faktor ekologi yang komplek tanpa adanya campur tangan dari kepentingan
perencana.
Kesesuaian lahan terbagi atas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian
potensial. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), kesesuaian lahan
aktual adalah kesesuaian lahan saat ini dalam keadaan alami, tanpa ada perbaikan
lahan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau
faktor-faktor pembatas yang ada. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian
lahan setelah dilakukan usaha perbaikan lahan.
Evaluasi kesesuaian lahan melibatkan hubungan antara kualitas lahan
masing-masing Satuan Peta Lahan (SPL) bagi penggunaan lahan spesifik yang
akan diusahakan di suatu daerah (Rayes 2007). Menurut Hardjowigeno dan
Widiatmaka (2007), satuan peta lahan adalah kelompok lahan yang mempunyai
sifat-sifat yang sama atau hampir sama, yang penyebarannya digambarkan dalam
peta sebagai hasil dari suatu survei sumberdaya alam. Kualitas lahan merupakan
sifat-sifat lahan yang tidak dapat diukur langsung, karena merupakan interaksi
dari beberapa karakteristik lahan yang mempunyai pengaruh nyata terhadap
kesesuaian lahan untuk penggunaan-pengunaan tertentu.
Istilah pembandingan (matching) digunakan untuk menguraikan proses
dimana persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan dibandingkan
dengan kondisi lahan untuk menduga kemampuan penggunaan lahan (land use
performance). Pembandingan antara persyaratan pertumbuhan tanaman atau
persyaratan dari suatu tipe penggunaan lahan dan kualitas lahan setiap SPL akan
menghasilkan kelas kesesuaian lahan beserta faktor pembatasnya (Rayes 2007).
Sistem Informasi Geografi
Salah satu kemampuan Geographic Information System (GIS) adalah dapat
menyimpan data, tersedia dalam format yang mudah dianalisis dan mudah
diperbarui untuk berbagai jenis pengolahan digital. GIS merupakan sistem
pendukung pengambilan keputusan secara spasial (Mendas dan Delali 2012).
Menurut Javadian et al. (2011), GIS berfungsi menentukan kelayakan suatu
wilayah untuk penggunaan tertentu dalam perencanaan penggunaan lahan.
Al-Mashreki et al. (2011) menggunakan tools Model Builder GIS dalam
penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman gandum di Yamen. Kelebihan dari
Model Builder secara spasial yaitu mudah untuk membangun, menjalankan,
menyimpan dan memodifikasi. Penilaian kesesuaian lahan menggunakan
informasi biofisik yang tersedia antara lain: iklim, tanah, bahaya erosi dan
topografi. Keempat parameter ini di overlay dan model yang dikembangkan
adalah weighted overlay dengan memberikan bobot pada masing-masing
parameter untuk menghasilkan kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan
yang diperoleh divalidasi melalui pengecekan lapangan dengan melihat produksi
tanaman dan penilaian dari para ahli. Hampir 5% dari lokasi penelitian sangat
8
cocok, 25% cukup sesuai, 31% sesuai marginal, 24% tidak sesuai saat ini dan
15% lainnya tidak sesuai permanen untuk produksi sorgum.
Bunruamkaew dan Murayama (2011) menggunakan GIS yang
dikombinasikan dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk
mengidentifikasi dan memprioritaskan lokasi ekowisata yang potensial di Provinsi
Surat Thani, Thailand. Evaluasi situs ekowisata dilakukan berdasarkan 9
(sembilan) kriteria yaitu: visibilitas/keunikan lokasi, penggunaan lahan, jenis
kawasan lindung, keragaman spesies, elevasi, kemiringan, kedekatan dengan situs
budaya, jarak dari jalan dan permukiman. AHP digunakan untuk memberikan
bobot dari masing-masing kriteria berdasarkan pendapat para ahli. Data tematik
dari kriteria tersebut masing-masing disimpan dalam layer dengan format data
GIS. Proses overlay dilakukan terhadap semua kriteria untuk mendapatkan nilai
kesesuaian lahan ekowisata tiap wilayah. Kelas kesesuaian lahan untuk ekowisata
dibagi dalam 4 tingkatan, yaitu: sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai
marginal (S3) dan tidak sesuai (N). Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk
ekowisata diperoleh wilayah yang sangat sesuai sekitar 0,41%, cukup sesuai
sekitar 29,02% yang terletak di bagian timur dan barat provinsi, wilayah sesuai
marginal sekitar 69,68% yang terletak di bagian tengah provinsi dan wilayah yang
tidak sesuai yaitu 0,89%.
Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh
dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena
yang dikaji (Lillesand dan Kiefer 1997). Belal dan Moghanm (2011)
menambahkan bahwa teknologi penginderaan jauh memiliki kemampuan untuk
mengatasi permasalahan terkait sumberdaya bumi.
Citra satelit merupakan sumber data terbaik untuk mendapatkan kualitas
lahan karena mudah didapat, cepat, stabil dan temporal (Liu et al. 2010). Menurut
Rozenstein dan Karnieli (2011), data penginderaan jauh adalah sumber data yang
sesuai dan akurat dalam pembuatan peta penggunaan lahan sehingga peta tersebut
dapat selalu diperbaharui secara efisien. Salah satu cara untuk mengekstrak
informasi penggunaan lahan dari data penginderaan jauh adalah melalui
interpretasi visual. Namun, interpretasi visual terbatas pada sebuah band tunggal
atau band komposit tiga warna (RGB). Selanjutnya Al-Mashreki et al. (2011)
menjelaskan bahwa pemanfaatan data satelit harus didukung dengan survei di
lapangan untuk mendapatkan data yang akurat dalam menilai potensi dan
keterbatasan lahan.
Shalaby dan Tateishi (2007) menggunakan teknologi penginderaan jauh
dalam mengamati perubahan tutupan lahan tahun 1987 dan 2001 di Barat Laut
Mesir. Citra yang digunakan yaitu Landsat 4, Landsat 5, Landsat TM dan Landsat
ETM+. Citra tersebut digunakan untuk memantau dan menganalisis perubahan
tutupan lahan secara temporal. Metode yang digunakan dalam klasifikasi tutupan
yaitu klasifikasi terbimbing dengan verifikasi di lapangan. Untuk memperbaiki
hasil klasifikasi yang kurang tepat, dilakukan interpretasi secara visual
berdasarkan pengamatan di lapangan. Tren dan laju konversi tutupan lahan sangat
9
diperlukan perencana pembangunan dalam rangka membangun kebijakan
penggunaan lahan yang rasional. Integrasi penginderaan jauh dan GIS dalam studi
deteksi perubahan tutupan lahan memberikan informasi penting tentang sifat dan
distribusi spasial perubahan tutupan lahan. Pertimbangan yang sangat penting
adalah ketepatan dalam mengklasifikasikan tutupan lahan, karena jika salah akan
mempengaruhi keakuratan deteksi perubahan.
Komoditas Unggulan
Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama (prime mover)
pembangunan perekonomian dan dapat memberikan kontribusi yang signifikan
pada peningkatan produksi, pendapatan maupun pengeluaran (Alkadri dan
Djajadiningrat 2002). Menurut Djakapermana (2010), pengembangan sektor
memiliki relevansi yang kuat dengan pengembangan wilayah. Selanjutnya sektor
yang lain akan berkembang dan mendorong sektor lainnya yang terkait sehingga
membentuk suatu sistem keterkaitan antar sektor. Pengembangan sektor menjadi
salah satu pendekatan yang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan wilayah.
Penentuan sektor unggulan yang memiliki keunggulan komparatif dan spesialisasi
lokasi perlu dilakukan untuk efisiensi pengembangan wilayah.
Keunggulan komparatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang menurut
perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan daerah sedangkan
keunggulan kompetitif menganalisis kemampuan suatu daerah untuk memasarkan
produknya di luar daerah. Analisis keunggulan komparatif dapat digunakan untuk
melihat suatu komoditas memiliki prospek untuk dikembangkan. Keunggulan
komparatif dapat dijadikan pertanda awal bahwa suatu komoditas layak untuk
dikembangkan baik untuk memenuhi kebutuhan lokal maupun untuk pasar
sekitarnya. Keunggulan kompetitif tidak membandingkan potensi komoditas yang
sama di suatu wilayah dengan wilayah lainnya, melainkan membandingkan
potensi komoditas suatu wilayah terhadap komoditas semua wilayah pesaing
dalam pasar global (Tarigan 2007).
Menurut Rustiadi et al. (2011), Location Quotient (LQ) dan Shift Share
Analysis (SSA) merupakan dua metode yang sering dipakai sebagai indikasi
sektor basis yang selanjutnya digunakan sebagai indikasi sektor unggulan. Metode
LQ digunakan untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan
indikasi sektor basis dan non-basis. SSA digunakan untuk melihat potensi
pertumbuhan produksi sektoral dari suatu wilayah. Menurut Daryanto dan
Hafizrianda (2010), bahwa konsep SSA berfungsi untuk mengurangi kelemahan
dari LQ. Metode SSA memperhitungkan faktor waktu dan bersifat dinamik.
Metode LQ tidak dapat menjelaskan faktor penyebab terjadinya perubahan
struktur sementara SSA mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab perubahan
struktur.
Hasil Penelitian Tanaman Pangan Terdahulu
Baehaqi (2010) melakukan penelitian pengembangan komoditas unggulan
tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah. Pengembangan komoditas
10
unggulan tanaman pangan didasarkan pada pertimbangan aspek ekologi, ekonomi
dan sosial. Secara ekologi, pemilihan komoditas disesuaikan dengan daya dukung
lahan yang dapat dilihat dari kesesuaian lahan. Aspek ekonomi
mempertimbangkan keuntungan komoditas bagi petani. Aspek sosial
mempertimbangkan aspirasi dan penguasaan teknologi oleh petani. Aspek
legalitas dalam penentuan lahan tersedia telah dipertimbangkan agar kemungkinan
konflik sosial dan hukum terkait lahan dalam rencana tata ruang dapat
diminimalkan. Lahan tersedia dengan luas 134.758 ha diasumsikan merupakan
lahan yang tidak berstatus Hak Guna Usaha (HGU) atau dikuasai Departemen
Kehutanan, lahan yang tidak direncanakan sebagai kawasan lindung berdasarkan
RTRW dan lahan yang berdasarkan penggunaannya bukan perkebunan, kebun
campuran dan permukiman. Penentuan komoditas unggulan menggunakan
Metode Location Quotient (LQ) dan tren luas panen. Dari beberapa komoditas
basis, dipilih komoditas unggulan prioritas menggunakan Analytical Hierarchy
Process (AHP). Hasil AHP menunjukkan komoditas padi sebagai komoditas
unggulan prioritas pertama, jagung sebagai prioritas kedua dan ubi kayu sebagai
prioritas ketiga. Metode penentuan lokasi dengan cara coba-coba (trial and error)
hingga diperoleh kombinasi arahan pengembangan yang dinginkan.
Syamson (2011) merekomendasikan arahan pengembangan tanaman padi
sawah di Kabupaten Baru pada Areal Penggunaan Lain (APL) dengan luas 49.339
ha. Berdasarkan peta paduserasi hutan, Kabupaten Baru terbagi atas 3 kawasan
yaitu: hutan lindung, hutan produksi terbatas dan Areal Pengunaan Lain (APL).
Dari lahan APL yang tersedia tersebut, hanya 28.626 ha dapat diusulkan sebagai
lahan aktual dan lahan potensial untuk Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(KP2B). Penetapan KP2B mengacu pada kondisi penutupan lahan di Kabupaten
Baru. Penutupan/penggunaan lahan di APL berupa sawah irigasi dan sawah tadah
hujan dikategorikan sebagai lahan aktual dengan pertimbangan lahan tersebut
telah digunakan untuk kegiatan pertanian pangan khususnya padi sawah dengan
luas 14.006 ha. Lahan aktual ini selanjutnya diusulkan menjadi Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (LP2B). Penutupan/penggunaan lahan berupa
semak/belukar, kebun/perkebunan, ladang/tegalan dan hutan di APL yang
memiliki kesesuaian lahan S (sesuai) dikategorikan sebagai lahan potensial untuk
tanaman padi sawah, dengan pertimbangan jika dimasa akan datang lahan
pertanian pangan mengalami degradasi akibat alih fungsi lahan atau penyebab
lainnya, maka lahan-lahan tersebut dapat dialihfungsikan menjadi areal pertanian
pangan (sawah). Luas lahan potensial yang direkomendasikan yaitu 14.619 ha dan
diusulkan menjadi Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B).
Iwan (2010) mengidentifikasi komoditas unggulan untuk pengembangan
sektor pertanian di Kabupaten Sumbawa. Untuk menentukan alternatif komoditas
tanaman pangan unggulan digunakan analisis Location Quotient (LQ) dan analisis
Tipologi Klassen berdasarkan aspek sumberdaya lahan dan nilai ekonomi.
Penentuan prioritas pengembangan dilakukan dengan Analytical Hierarchy
Process (AHP). Arahan pengembangan dirumuskan secara deskriptif berdasarkan
proyeksi konsumsi dan hasil analisis spasial zona agroekologi dengan pola
penggunaan lahan yang ada. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa
komoditas jagung, kedelai, kacang hijau, ubi jalar dan cabe rawit merupakan
alternatif komoditas unggulan. Indikator keunggulan ditunjukkan oleh estimasi
nilai ekonomi dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata daerah
11
acuan yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan hasil AHP, komoditas
jagung menempati urutan teratas dengan skor 0,33 dan diikuti oleh kacang hijau
dengan skor 0,23. Produksi jagung dan kacang hijau saat ini sudah mampu
memenuhi kebutuhan konsumsi regional dengan indeks kecukupan lebih dari 1,
masing-masing sebesar 2,58 dan 8,09. Indeks kecukupan didefinisikan dengan
cara membagi jumlah produksi terhadap tingkat konsumsi tiap komoditas.
3 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi yang
terdiri dari 11 kecamatan, yaitu: Mestong, Sungai Bahar, Bahar Selatan, Bahar
Utara, Kumpeh Ulu, Sungai Gelam, Kumpeh, Maro Sebo, Taman Rajo, Jambi
Luar Kota dan Sekernan. Waktu pelaksanaan penelitian selama 9 (sembilan)
bulan, yait