Pengembangan Model Pendidikan Kewarganegaraan di Smp Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Strategi Revitalisasi Nilainilai Pancasila Untuk Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa

BIDANG ILMU: PENDIDIKAN

LAPORAN AKHIR
PENELITIAN HIBAH BERSAING

PENGEMBANGAN MODEL
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP BERBASIS
KEARIFAN LOKAL SEBAGAI STRATEGI REVITALISASI NILAINILAI PANCASILA UNTUK PENGUATAN KARAKTER
DAN JATI DIRI BANGSA
Tahun Ke-dua dari Rencana Penelitian selama Dua Tahun

Ketua dan Anggota Tim Peneliti
Prof. Dr. Bambang Sumardjoko, M.Pd.

NIDN: 0014056201

Drs. Muhammad Musiyam, MTP.

NIDN: 0626026201

Dibiayai oleh Koordinasi Perguruan Tinggi Wilayah VI,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Sesuai dengan Surat Perjanjian
Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor: 007/K6/KL/SP/PENELITIAN/2014,
tanggal 8 Mei 2014

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
NOPEMBER 2014

ABSTRAK
Globalisasi membawa negara-negara bangsa terintegrasi dalam jaringan global seakan
menyatu dalam “Global Village”.Sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat dalam rangka
memenangkan persaingan di pasar global, bangsa Indonesia harus memiliki jati diri. Para pendiri
negara telahmenetapkan Pancasila sebagai dasar Negara sekaligus sebagai pandangan
hidupbangsa. Kedudukan dan fungsi tersebut bersifat hakiki, karena itu nilai-nilai Pancasila
harus diaktualisasikan secara berkelanjutan untuk membangun karakter bangsa. Menggali dan
menanamkan nilai-nilai Pancasila yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal secara inheren
lewat pendidikan memiliki fungsi strategis bagi penguatan karakter dan jati diri bangsa.PKn
merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk “citizenship education” karena itu
perlu dilakukan penelitian pengembangan model pembelajaran Kewarganegaraan berbasis
kearifan lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk penguatan karakter dan jati
diri bangsa.

Penelitian pengembangan ini dilakukan selama dua tahapan dalam waktu dua
tahun.Tujuan umum penelitian adalah menemukan dan mengembangkan model PKn di SMP
berbasis kearifan lokal sebagai penguatan karakter dan jati diri bangsa. Adapun tujuan khusus
penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan kebutuhan PKn di SMP dalam penguatan karakter dan
jati diri bangsa yang saat ini dilaksanakan. (2) merumuskan desain model PKn berbasis kearifan
lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk penguatan karakter dan jati diri
bangsa (tentatif); (3) menemukan model; (4) menyusun perangkat pembelajaran PKn berbasis
kearifan lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk penguatan karakter dan Jati
diri bangsa.
Pada tahap ke-1, analisis fokus yang dikaji dan perencanaan desain model menggunakan
pendekatan kualitatif menempuh alur pelaksanaan sebagai berikut: (1) studi literatur; (2)
pengumpulan data lapangan dan triangulasi data dilakukan untuk mengungkap tujuan khusus
pertama, yaitu mendeskripsikan model PKn di SMP yang saat ini dilaksanakan; (3) deskripsi dan
analisis temuan (model); (4) perumusan desain model (tentatif) melalui lokakarya partisipatifkolaboratif; dan (5) penyusunan panduan model PKn di SMP berbasis kearifan lokal sebagai
strategi revitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk penguatan karakter dan jati diri bangsa.
Kemudian pada tahap ke-2, ujicoba dan validasi model menggunakan pendekatan
kuantitatif. Alur kegiatan pada penelitian tahap ke-2 sebagai berikut: (1) memberikan sosialisasi
dan orientasi tentang panduan model pada kelompok uji terbatas; (2) mengimplementasikan
panduan model dalam lingkup terbatas, yaitu salah satu SMP di kota Surakarta; (3)
mengimplementasikan panduan model dalam lingkup lebih luas, yaitu di dua SMPN level A dan

SMPN Level B di kota Surakarta; (4) menguji efektivitas model melalui pembandingan efek
keberhasilan penerapan model terhadap kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol; (5)
merumuskan hasil (kesimpulan) uji model; (6) mensosialisasikan model pada seluruh pemangku
kepentingan pendidikan di Surakarta
Hasil keseluruhan penelitian ini adalah Model Pembelajaran PKn Berbasis Kearifan
Lokal sebagai Strategi Revitalisasi Nilai-nilai Pancasila untuk Penguatan Karakter dan Jati Diri
Bangsa, Buku Panduan Implementasi Model, dan Jurnal Nasional.
Kata kunci: model, revitalisasi, Pancasila, kearifan lokal, PKn, karakter

PRAKATA
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadlirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan laporan penelitian tentang "Pengembangan
Model Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Berbasis Kearifan Lokal sebagai Strategi
Revitalisasi Nilai-nilai Pancasila untuk Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa" tahun 2014.
Penelitian Hibah Bersaing ini dikerjakan berdasarkan surat perjanjian pelaksanaan
penelitian nomor 194.2/A.3-III/LPPM/V/2014, tanggal 17 Mei 2014.
Penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya karena usaha keras tim peneliti, peran
serta, dan sumbangsih yang telah diberikan oleh berbagai pihak, baik langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang tinggi kepada berbagai pihak sebagai berikut.

1. Direktur DP-2M Ditjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia yang telah berkenan memberikan kesempatan tim peneliti dan menyediakan
dana untuk melakukan penelitian.
2. Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah mendorong peneliti untuk
kegiatan penelitian bagi para dosen.
3. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Surakarta yang telah memberikan persetujuan untuk terlaksananya kegiatan penelitian ini.
4. Guru-guru PKn SMP di Surakarta, khususnya guru PKn di SMP Negeri 10 dan SMP
Negeri 21 Surakarta, Kepala SMP Negeri, dan Pejabat Kantor Dinas Pendidikan dan
Olahraga Kota Surakarta yang telah membantu tim peneliti mendapatkan data secara
mudah dan komprehensif.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah membantu,
memberikan motivasi, dan mengilhami peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini
dengan tepat waktu.
Atas bimbingan dan sumbangsih yang telah diberikan, secara lahiriyah kami tidak dapat
membalasnya. Namun, kami senantiasa berdoa, semoga Allah SWT berkenan memberikan
karunia dan rahmat-Nya kepada semua yang telah berjasa pada karya ini dan atas kebaikan yang
telah diberikan.

Akhirnya, kami menyadari adanya berbagai kekurangan dalam penelitian ini, kami selalu

membuka diri bagi tanggapan, kritik, dan saran sebagai masukan untuk perbaikan di masa
mendatang. Semoga penelitian ini bermanfaat adanya. Amin.

Surakarta, 10 Nopember 2014
Ketua Peneliti,
Bambang Sumardjoko

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………………………………………………

i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….

ii

RINGKASAN … ……………………………………………………

iii


…… …………………………………………………

iv

DAFTAR ISI … ……………………………………………………

vi

DAFTAR TABEL…………………………………………………..

viii

BAB 1. PENDAHULUAN…………………………………………..

1

PRAKATA

A. Latar Belakang Masalah……………………………………..


1

B. Rumusan Masalah…………………………………………...

5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………….

7

A. Kajian Pustaka……………………………………………….

7

1. Konsep Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan........

7

2. Revitalisasi Nilai-nilai dan Pendidikan Pancasila............


21

3. Kearifan Lokal Budaya Jawa dan Sistim Nilai Budaya…

26

B. Penelitian yang Relevan...........................................................

38

C. Bagan Kerangka Berfikir……………………………………

41

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN……………….

42

A. Tujuan Penelitian…………………………………………….


42

B. Manfaat Penelitian……………………………………………

42

BAB 4. DESAIN DAN METODE PENELITIAN…………………..

44

A. Desain Penelitian…………………………………………….

44

B. Metode Penelitian……………………………………………

44

C. Pengembangan Model Pembelajaran PKn Berbasis Kearifan Lokal


46

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………..

53

A. Setting Kota Surakarta………………………………………….

53

B. Deskripsi Studi Pendahuluan........................................................

60

1. Pembelajaran PKn yang Dikehendaki Stakeholder................

60

2. Pengembangan Model Pembelajaran PKn Berbasis Kearifan Lokal


68

C. Uji Coba Implementasi Model (Uji Terbatas)…………………..

80

1. Deskripsi Hasil Uji Implementasi Siklus ke-1………………

80

2. Deskripsi Hasil Uji Implementasi Siklus ke-2………………

89

3. Deskripsi Uji Implementasi di SMP Negeri 21 (Uji Luas)….

98

4. Hasil Observasi dan Refleksi di SMP Negeri 21....................

107

5. Hambatan dan Keterbatasan Uji Coba Model di
SMP Negeri 10 dan 21……………………………………..

109

D. Pengujian Efektivitas Model Pembelajaran PKn Berbasis Kearifan Lokal 121
1. Hasil Uji Efektivitas Model di SMP Negeri 10…………………

121

2. Hasil Uji Efektivitas Model pada SMP Negeri 21…………….. .

124

3. Kevalidan, Kepraktisan, dan Kefektifan Model Pembelajaran
PKn Berbasis Kearifan Lokal………………………………….. .
E. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………….
BAB 6. PENUTUP…………………………………………………. …

128
130

151

A. Simpulan……………………………………………………….

151

B. Implikasi Hasil Penelitian……………………………………..

155

C. Rekomendasi…………………………………………………..

156

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………

158

LAMPIRAN
-

Artikel ilmiah (draf, bukti status submission atau reprint), jika ada.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003 pasal 3 menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab”. Salah satu instrumen pelaksana pendidikan nasional
untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi sebagai instrumen pelaksana pendidikan
nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui
penyelenggaraan Pendidikan Kewarganegaraan mulai dari tingkat pendidikan Sekolah
Dasar hingga Perguruan Tinggi diharapkan mampu membentuk watak warga negara yang
mengetahui, menyadari, dan bersedia melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga
negara sesuai dengan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan pada hakikatnya merupakan pendidikan yang
mengarah pada terbentuknya warga negara yang baik dan bertanggung jawab berdasarkan
nilai-nilai dan dasar negara Pancasila. Pendidikan Kewarganegaraan pada hakikatnya
merupakan pendidikan Pancasila dalam praktek. Secara epistemologis, Pendidikan
Kewarganegaraan dan pendidikan Pancasila dapat dilihat sebagai suatu integrated
knowledge system yang memiliki misi menumbuhkan potensi peserta didik agar memiliki
"civic intelligence", "civic participation", dan "civic responsibility" sebagai warga negara
Indonesia dalam konteks watak dan peradaban bangsa Indonesia yang ber-Pancasila
(Winatapura, 2001).
Di Indonesia kerangka sistemik Pendidikan Kewarganegaraan dibangun atas dasar
paradigma bahwa PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia
yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Secara teoretik, PKn
dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif,

2
dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam
konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang
demokratis, dan bela negara. Secara programatik, PKn dirancang sebagai subjek
pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding
values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku
yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari (Budimansyah, 2008: 24).
Dalam praktik pendidikan menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan di
tahun-tahun terakhir ini telah mengalami degradasi yang mengkawatirkan, bahkan nilainilai kearifan lokal telah tergerus oleh arus pendidikan global. Kondisi ini berakibat
menipisnya tatakrama, etika, dan kreativitas anak bangsa. Dunia pendidikan dianggap
tidak mampu melahirkan lulusan yang berkualitas, yakni manusia Indonesia seutuhnya
seperti cita-cita luhur bangsa yang diamanatkan dalam undang-undang pendidikan
Nasional. Merosotnya nilai-nilai moralitas dalam tata kehidupan kolektif sebagai bangsa
juga disebabkan karena mengendornya pemahaman dan implementasi nilai-nilai luhur
Pancasila. Padahal kesadaran kolektif tersebut merupakan modal dasar dan modal sosial
serta character and nation building guna memperkokoh integrasi bangsa.
Karakter warganegara Indonesia yang hendak dibentuk dipengaruhi oleh
kepentingan hidup berbangsa dan bernegara sesuai dengan jamannya. Cerminan dari
karakter warganegara Indonesia tampak dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.
Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dirumuskan sejumlah tujuan pendidikan nasional yang pada hakekatnya menunjuk pada
sejumlah karakter warganegara yang diinginkan.
Menurut Budimansyah (2008: 24-25), dari sejumlah kompetensi yang diperlukan,
yang terpenting adalah (1) penguasaan terhadap pengetahuan dan pemahaman tertentu;
(2) pengembangan kemampuan intelektual dan partisipatoris; (3) pengembangan karakter
dan sikap mental tertentu; serta (4) komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip dasar
demokrasi konstitusional. Berdasarkan kompetensi yang perlu dikembangkan maka
terdapat tiga komponen utama yang perlu dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge,
civic skills, dan civic dispositions.
Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) merupakan substansi materi
yang harus diketahui oleh siswa sebagai warganegara. Pada prinsipnya, pengetahuan yang
harus dimiliki oleh setiap warganegara adalah mengenai hak dan kewajibannya sebagai
warganegara. Keterampilan kewarganegaraan (civic skills) adalah keterampilan yang

3
dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan agar pengetahuan yang dimiliki
tersebut menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan untuk mengatasi
masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Keterampilan kewarganegaraan
mencakup keterampilan intelektual (intelektual skills) dan keterampilan partisipasi
(participation skills).
Kemudian, watak kewarganegaraan adalah sikap dan kebiasaan berpikir
warganegara yang menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan jaminan
kepentingan umum dari sistem demokrasi. Sebagaimana dikemukakan Quigley dkk
(1991), civic disposition adalah "...those attitudes and habit of mind of the citizen that are
conducive to the healthy functioning and common good of the democratic system". Secara
konseptual civic disposition meliputi sejumlah karakteristik kepribadian, yakni "Civility
(respect and civil discourse), individual responsibility, self-discipline, civic-mindedness,
open-mindedness (openness, skepticism, recognition of ambiguity), compromise (confIict
of principles, compassion, generosity, and loyalty to the nation and its principles”
(Quigley, Buchanan, dan Bahmueller, 1991: 13-14).
Merujuk pada penjabaran PKn di atas maka dapat dinyatakan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan memiliki misi sebagai pendidikan karakter bertujuan mempersiapkan
para peserta didik sebagai warga negara yang cerdas dan baik (to be smart dan good
citizen), yakni menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai
(attitudes and values) yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa kebangsaan
dan cinta tanah air.
Kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan untuk membentuk warga Negara
yang baik selalu menimbulkan kerumitan, karena: pertama, pendidikan kewarganegaraan
selalu bersentuhan dengan kepentingan politik kenegaraan sehingga rentan untuk
dimanfaatkan sebagai alat mempertahankan kepentingan kekuasaan suatu rezim politik.
Kedua, konsep kewarganegaraan berkaitan dengan, atribut "baik" dari seorang warga
negara juga berarti mengandaikan perlunya wilayah kajian etika (filsafat moral)
kenegaraan. Ketiga, pendidikan kewarganegaraan tidak hanya mengajarkan hak-hak dan
kewajiban warga negara terhadap negara (urusan publik) tetapi juga membangun seorang
warga negara yang berpartisipasi aktif, yakni tidak hanya menjadi “warga negara yang
baik” (good citizen) tetapi juga menjadi "warga negara yang aktif” (active citizen)
Realitas di lapangan tampak ada gejala keinginan untuk menolak pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan yang semata-mata menampilkan nilai moral. Di sisi lain

4
Pendidikan Kewarganegaraan dianggap kehilangan karakteristik akademisnya karena
tidak terdapatnya teori-teori keilmuan yang cukup memadai. Model pembelajaran PKn
dinilai lebih menekankan kepentingan rezim politik dengan materi yang tidak menarik
dan formalistik. Proses pembelajaran tidak mendorong kemampuan siswa untuk berpikir
kritis. Hal ini disebabkan karena (1) materi yang diajarkan cenderung verbalistik atas
nilai-nilai moral Pancasila sebagai civic virtues, (2) model pembelajarannya cenderung
berbentuk hafalan kognitif. Akibatnya, proses pembelajaran menimbulkan kejenuhan,
karena materi yang diajarkan cenderung monoton, teoretik, kognitif bahkan verbalistik
(Samsuri, 2010: 130).
Berdasarkan hasil penelitian tahun pertama dilakukan analisis SWOT terhadap
pembelajaran PKn yang berlangsung saat ini. Hasilnya menunjukkan hal-hal sebagai
berikut. Kekuatan pembelajaran PKn adalah 1) Adanya dukungan pemerintah, Dikpora,
dan sekolah dalam implementasi PKn, 2) Ditetapkannya PKn sebagai mata pelajaran
wajib di Pendidikan Dasar dan Menengah, 3) Komitmen dari sekolah dan Guru untuk
melaksanakan pembelajaran PKn, 4) Adanya MGMP pembelajaran PKn, 5) PKn sebagai
Pendidikan Pancasila dalam Praktek, 6) Adanya kemauan guru melakukan berbagai
variasi metode pelajaran; 7) Adanya ketegasan guru dalam menegakkan disiplin; 8)
Adanya kemauan guru meningkatkan profesionalisme dengan studi banding; 9) Kemauan
guru mengikuti perkembangan pembelajaran PKn; 10) Kemauan guru menjadi role model
dan menunjukkan tokoh-tokoh yang dapat menjadi panutan.
Kelemahan pembelajaran PKn yang sedang berlangsung, antara lain 1) Pendidikan
kewarganegaraan rentan untuk dimanfaatkan sebagai alat mempertahankan kepentingan
kekuasaan suatu rezim politik; 2) Materi PKn tidak menarik dan formalistik; 3) Konsep
kewarganegaraan berkaitan dengan atribut "baik" dari seorang warga negara yang juga
berarti mengandaikan perlunya wilayah kajian etika kenegaraan; 4) Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan semata-mata menampilkan nilai moral; 5) Pendidikan
Kewarganegaraan kehilangan karakteristik akademisnya karena tidak terdapatnya teoriteori keilmuan yang cukup memadai; 7) Proses pembelajaran cenderung verbalistik atas
nilai-nilai moral Pancasila sebagai civic virtues; 8) Pembelajarannya cenderung bersifat
hafalan kognitif; 9) Proses pembelajaran menimbulkan kejenuhan, karena materi yang
diajarkan cenderung monoton, teoretik, kognitif bahkan verbalistik.
Peluang untuk mengembangkan model pembelajaran PKn yang inovatif antara
lain adalah 1) Proses pembelajaran PKn dapat dilakukan dengan belajar sambil berbuat

5
(learning by doing), belajar memecahkan masalah sosial (social problem solving
learning), belajar melalui perlibatan sosial (socio-participatory learning), belajar melalui
pembiasaan serta interaksi sosial-kultural (enculturation and socialization), belajar
melalui interaksi sosial-kultural sesuai dengan konteks kehidupan masyarakat; 2) Materi
content informal dalam PKn yang bersifat kontekstual dapat dikembangkan sesuai dengan
realitas sosial budaya peserta didik; 3) Misi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
pendidikan karakter untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang
cerdas dan baik (to be smart dan good citizen); 4) Tujuan pendidikan kewarganegaraan
menjadi warga negara yang baik (good citizen) dan warga negara yang aktif (active
citizen); 5) Nilai-nilai Pancasila berasal dari nilai-nilai budaya bangsa.
Ancaman terhadap pembelajaran PKn adalah 1) Globalisasi berdampak pada
homogenitas budaya yang melanda dunia; 2) Menurunnya etika sopan santun dan kuatnya
budaya kekerasan; 3) Kurangnya penghargaan terhadap nilai-nilai budaya lokal; 4)
Menurunnya implementasi nilai-nilai Pancasila; 5) Pudarnya jati diri bangsa Indonesia
sebagai dampak pengaruh budaya global.
Dengan melihat berbagai kekuatan dan peluang pembelajaran PKn serta dengan
mempertimbangkan kelemahan dan ancaman terhadap pembelajaran PKn relevansinya
dengan implementasi nilai-nilai Pancasila maka perlu dilakukan revitalisasi terhadap
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
pembangunan karakter bangsa. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan
pengembangan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Berbasis Kearifan
Lokal sebagai Strategi Revitalisasi Nilai-nilai Pancasila untuk Penguatan Karakter dan
Jati Diri Bangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah bentuk awal model pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
berbasis kearifan lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk
penguatan karakter dan jati diri Bangsa?
2. Bagaimanakah desain hasil pengembangan model pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan berbasis kearifan lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai
Pancasila untuk penguatan karakter dan jati diri Bangsa? Selanjutnya, pertanyaan
penelitiannya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah hasil uji validasi model pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

6
berbasis kearifan lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk
penguatan karakter dan jati diri Bangsa oleh tim ahli?
b. Bagaimanakah deskripsi model pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
berbasis kearifan lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk
penguatan karakter dan jati diri Bangsa?
3. Bagaimanakah efektifitas model pembelajaran pendidikan kewarganegaraan berbasis
kearifan lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk penguatan
karakter dan jati diri Bangsa?

157

DAFTAR PUSTAKA
Ayatrohaedi. (1986). Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Bandung: Pustaka Jaya.
Budimansyah, Dasim & Suryadi, Karim. (2008). PKn dan Masyarakat Multi-kultural, Prodi PKnSekolah Pascasarjana–UPI Bandung: Bandung.
Doni Koesoema A. (2010). Pendidikan Karakter, Jakarta: Kompas Gramedia.
Creswell, John W. (1994). Qualitiative & Quantitative Approach. London New Delhi: SAGE
Publications.
Gall, Meredith D, Gall, Joyce P, & Borg, Walter R. (2003). Educational Research, An Introduction
(Seventh Ed). Boston: Allyn and Bacon.
Ibrahim, M., dkk.(2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press.
Kauchak, Donald P., dan Eggen, Paul D., (1993). Learning and Teaching, Research-Based Methods.
Boston: Allyn and Bacon.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Bahan Pelatihan Metodologi Belajar Mengajar Aktif.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan.
Kemendiknas. (2010). Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta:
Kemendiknas
__________. (2010). Bahan Pelatihan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
Ki Supriyoko. (2003).”Menuju Masyarakat Tertib Damai Salam Bahagia Sebagai Karakter Bangsa
Masa Depan”, Makalah. Disampaikan dalam Forum Sarasehan Kebudayaan. Yogayakarta :
19-20 Mei 2003.
Lickona, Thomas. (1992). Educating for Character. How our Schools cans teach Respect and
Responsibility, New York: Bantam Books.
Megawangi, Ratna, (2004) Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa.
Jakarta: BPMIGAS.
Winataputra, U.S. (1978). A pilot Study of Implementation of the Area of Learning Moral Education
of Pancasila in the 1975 SMA Curiculum in the Bandung Area (Postgraduate Project)
Sydney: Macquarie University.
__________(2001). “Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Pendidikan Demokrasi”,
(Disertasi) Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
_________(2005). Konsep dan Strategi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi:
Tinjauan Psiko-Pedagogis dan Sosio Andragogis, Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi (Bahan
SUSCADOS Dikwar)
_________(2006) Konsep dan Strategi Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah: Tinjauan PsikoPedagogis, Jakarta: Panitia Semiloka Pembudayaan Nilai Pancasila, Dit. Dikdas, Ditjen
Mandikdasmen (Makalah)

158
Zuriah, Nurul. (2010). “Model Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan Multikultural Berbasis
Kearifan Lokal dalam Fenomena Sosial Pasca Reformasi di Perguruan Tinggi”. Laporan
penelitian Hibah Doktor – DP2M Dikti Diknas TA. 2010.
Suyanto. (2003). Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Measuki Milenium Ketiga.
Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa.
Tilaar, HAR. (2007). Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia Tinjauan dari
Perspektif Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Tilaar, HAR.(2000), Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat madani Indonesia, Bandung: Rosda
karya.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Bandung: Citra Umbara.