ANALISISTINGKATPERKEMBANGANUSAHAPEDAGANGPASARSEBELUM DAN SESUDAHMENDAPATKANPEMBIAYAANDARIBAITULMAALWATTAMWIL (Studikasus:PasarImogiriBantul)

ANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN USAHA PEDAGANG PASAR SEBELUM DAN
SESUDAH MENDAPATKAN PEMBIAYAAN DARI BAITUL MAAL WAT TAMWIL
(Studi kasus: Pasar Imogiri Bantul)

SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Islam (S.EI) Strata Satu pada Prodi Ekonomi dan Perbankan Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Fikri Abdul Ghani
20110730022

FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI EKONOMI DAN PERBANKAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

ANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN USAHA PEDAGANG PASAR
SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPATKAN PEMBIAYAAN DARI BAITUL
MAAL WAT TAMWIL
( Studi kasus: Pasar Imogiri Bantul )


SKRIPSI

Oleh:
Fikri Abdul Ghani
20110730022

FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI EKONOMI DAN PERBANKAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

PERNYATAAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Fikri Abdul Ghani


Nomor Mahasiswa : 20110730022
Program Studi

: Ekonomi dan Perbankan Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul ANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN
USAHA PEDAGANG PASAR SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPATKAN PEMBIAYAAN
DARI BMT

ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan
saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 5 Desember 2016

Fikri Abdul Ghani


MOTTO

Jangan memandang seseorang dengan sebelah mata. Karena setiap orang memiliki
kemampuan yang berbeda

Dengan tekad, semangat, ketekunan dan jiwa pantang menyerah, akan mampu
mengantarkan kita kepada sebuah kesuksesan
( soichiro Honda )

Pekerjaan akan terlihat sulit ketika tidak mencobanya

PERSEMBAHAN
Allah SWT
Yang memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada umat manusia
Nabi Muhammad SAW
Junjungan seluruh umat manusia

Karya ini dipersembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta yang senantiasa memberikan semangat serta doanya
dan mendampingi saya mencapai kesuksesan.

2. Keluargaku yang senantiasa memberikan semangat serta doa dalam menempuh
perkuliahan ini.
3. Fadlilatunisa yang selalu membantu serta memberi nasehat dan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Agung, diksan, Kriting, pujek, vito yang selalu saling mengingatkan kuliah dan
selalu memberikan dukungan, memberikan suasana yang berbeda ketika berada
di Yogyakarta.
5. Teman teman EPI yang bersama sama mencari ilmu sejak awal kuliah hingga
selesai yang selalu memberi dukungan, saling memberi masukan juga
pengetahuan.
6. Kawan kawan 85 yang selalu memberikan canda tawa selama hidup di

Yogyakarta.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

i


NOTA DINAS

ii

HALAMAN PENGESAHAN

iii

HALAMAN PERNYATAAN

iii

HALAMAN MOTTO

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

v


KATA PENGANTAR

vi

DAFTAR ISI

ix

DAFTAR TABEL

xii

ABSTRAK

xiii

ABSTRACT

xiv


BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

1

B. Rumusan Masalah

6

C. Batasan Masalah

6

D. Tujuan Penelitian

7

E. Manfaat Penelitian

7


F. Sistematika Pembahasan

8

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
B. Kerangka Teori

9
11

1. Pengertian Lembaga Keuangan

11

2. Pengertian BMT

12


3. Pengertian Pembiayaan

15

4. Pengertian Nasabah

30

5. Pengertian Pasar

30

BAB III : METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian

38

B. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

38


C. Populasi Dan Sampel

39

D. Jenis Dan Sumber Data

39

E. Teknik Pengumpulan Data

40

F. Analisis Data

41

BAB IV : HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian


43

1. Pasar Tradisional Imogiri

43

2. Visi Misi Pasar Tradisional Imogiri

44

3. Relokasi Dan Penataan Pasar
B. Paparan Hasil Penelitian

46
47

1. Deskripsi Responden Penelitian

47

2. Deskripsi Hasil Wawancara Responden

50

3. Pembahasan Hasil Penelitian

57

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN

61

B. SARAN

62

DAFTAR PUSTAKA

64

DAFTAR LAMPIRAN

66

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan omzet penjualan
dan modal usaha sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan dari BMT.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif
dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara. Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh pedagang pasar Imogiri dan sampel dari penelitian ini
berjumlah 13 responden yang diambil dari nasabah yang menerima pembiayaan dari
BMT.
Dengan diketahuinya hasil temuan pada penelitian ini, bahwa terdapat perbedaan
omzet penjualan dan modal pada perkembangan usaha para pedagang sebelum dan
sesudah mendapatkan pembiayaan dari BMT. Rata-rata modal usaha sebelum
mendapatkan pembiayaan sebesar 923.076
dan rata-rata setelah menerima
pembiayaan sebesar 1.546.153 dengan peningkatan sebesar 67,5%. Rata-rata omzet
penjualan sebelum mendapatkan pembiayaan sebesar 1.384.615 dan rata-rata setelah
menerima pembiayaan sebesar 1.707.692 dengan peningkatan 23,33%.
Kata kunci: usaha mikro, pembiayaan, modal usaha, omzet penjualan.

ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the differences in turnover and capital
sales before and after obtaining financing from BMT.
In this research, the researcher used descriptive qualitative method that used
interview technique for data collecting. The population of this research is all of traders
in Imogiri market and the sample of this study is 13 respondents that were taken from
the customers who receive financing from BMT.
By knowing the finding in this research, there is a difference in market business
development from before and after obtaining financing from BMT. The average of
capital sales before financing is 923 076 and the average after receiving financing is
1,546,153 with an increase to 67.5%. The average of turnover sales before financing is
1,384,615 and the average of after receiving financing is 1,707,692 with 23.33% for
increasing.
Keywords: micro, financing, capital sales, turnover sales.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan
sangat penting di dalam perekonomian Indonesia. Lembaga ini sebagai badan
usaha yang menghimpun dana yang diterima dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Perbankan di Indonesia mengalami perkembangan dengan seiring
berkembangnya pemikiran masyarakat tentang sistem syariah yang tanpa
menggunakan bunga. Bank terbagi menjadi dua, yaitu Bank Syariah dan Bank
Konvensional. Kedua jenis bank ini memiliki produk bank yang hampir sama,
hanya berbeda pada sistem operasinya. Bank konvensional menggunakan
sistem bunga, sedangkan bank syariah menerapkan sistem bagi hasil.
Mayoritas penduduk Indonesia merupakan pemeluk agama Islam. Untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat tentunya menginginkan dalam
menjalankan perekonomian menggunakan prinsip Islam. Maka dalam hal ini
pemerintah mendukung dan merespon dengan berdirinya lembaga keuangan
Bank maupun non Bank dengan prinsip syariah (Isretno dalam Ryantiar,2013).

Kehadiran Bank di Indonesia pada zahirnya tak lebih dari berdirinya
sebuah Bank umum, namun pada hakekatnya merupakan suatu simbol dari
lahirnya suatu sistem perbankan baru yang mencoba untuk memberikan
alternatif lain kepada masyarakat. Bank syariah yang merupakan suatu proyek
sebuah bangsa diharapkan tidak saja melayani golongan ekonomi kuat saja,
akan tetapi terutama untuk meningkatkan taraf hidup dan daya beli golongann
ekonomi menengah kebawah. Lebih dari itu lembaga ini juga diharapkan akan
mampu memainkan peranan yang aktif dalam menggerakkan roda-roda
pembangungan dengan memberikan fasilitas pembiayaan alternative untuk
usaha produktif (Perwataatmadja dan Antonio, 1992:83).
Saat ini banyak sekali dijumpai lembaga pembiayaan yang ditawarkan di
suatu kalangan pedesaan belum begitu mencapai sasaran yang tepat. Maka
dengan berdirinya BMT ini diharapkan mampu mempunyai efek positif bagi
masyarakat dalam upaya penanggulangan masalah yang sering dihadapi para
pengusaha kecil (Fitra, 2011).
BMT merupakan institusi yang menyediakan jasa-jasa keuangan kepada
penduduk yang berpendapatan rendah dan termasuk dalam kelompok usaha
mikro. BMT ini bersifat spesifik karena mempertemukan permintaan dana
penduduk kelas bawah atas ketersediaan dana. Bagi lembaga keuangan formal
perbankan, penduduk kelas bawah tidak dapat terlayani karena persyaratan yang
harus dipenuhi tidak dimiliki. Dikaitkan dengan upaya-upaya penanggulangan
kemiskinan, usaha mikro, memiliki makna yang strategis.

BMT pada awalnya berdiri sebagai suatu lembaga ekonomi rakyat yang
membantu masyarakat yang kekurangan. Kegiatan utama yang dilakukan dalam
BMT adalah pengembangan usaha mikro dan usaha kecil, terutama mengenai
bantuan permodalan. Untuk memperlancar usaha pembiayaan tersebut, BMT
berupaya menghimpun dana sebanyak banyaknya yang berasal dari masyarakat
sekitar. Sebagai lembaga keuangan syariah BMT harus berpegang teguh kepada
prinsip prinsip syariah dan mampu tumbuh dan berkembang dengan konsep
konsep Islam dalam pembentukan pengorganisasiannya dalam memenuhi
tujuannya ( Ananda, 2011:3).
Salah satu ciri umum yang melekat pada masyarakat pedesaan di
Indonesia adalah permodalan yang lemah. Padahal modal merupakan suatu yang
sangat penting dalam mendukung suatu usaha peningkatan produksi dan taraf
hidup masyarakat. Golongan pengusaha kecil umumnya kekurangan modal,
sehingga sangat sulit dalam menggembangkan suatu ushanya. Pengusaha kecil
yang terdesak akan suatu modal biasanya mengambil jalan praktis dengan
mengajukan pembiayaan di suatu lembaga perbankan( Rahayu, 2014:13).
Kehadiran BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang
merupakan lembaga pelengkap dari beroprasinya sistem perbankan syariah dan
salah satu lembaga keuangan syariah yang paling diminati oleh masyarakat yang
menawarkan sistem kerja sama yang berbeda bagi pengusaha kecil yang dikenal
dengan lembaga keuangan Baitul Mal Wat tamwil (BMT).

Saat

ini

perkembangan

BMT

meningkat

dari

tahun

ke

tahun.

Perkembangan BMT saat ini tidak lepas dari kepercayaan masyarakat terhadap
pembiayaan yang dijalankan oleh BMT. Selain itu BMT mudah menjangkau
masyarakat kalangan ekonomi kecil dan menengah. Dengan adanya BMT dapat
membantu usaha usaha kecil yang tidak memiliki modal usaha untuk dapat
membuka maupun meningkatkan dan mengembangkan usahanya (Rahayu,
2014:14).
Pembiayaan merupakan penyediaan uang atau tagian berdasarkan
persetujuan antara bank dan pihak lain yang wajib untuk menggembalikan uang
atau tagihan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Pembiayaan yang disalurkan oleh BMT diprioritaskan pada pengusaha
Usaha Mikro dan Kecil (UMK) diharapkan dapat membangun/meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan para nasabahnya yang berasal dari berbagai
sektor Usaha Mikro dan Kecil (UMK), tentunya dengan memanfaatkan
pembiayaan yang diterima dari BMT secara maksimal.
Salah satu tujuan pembiayaan dari BMT adalah membantu para
pengusaha kecil yang memerlukan modal usaha untuk menjalankan dan
meningkatkan usaha dan pendapatannya. Dengan adanya bantuan atau pinjaman
dari sektor perbankan maka akan sangat membantu mereka untuk meningkatkan
pendapatan dan penjualan para pengusaha. Pembiayaan mikro dari BMT adalah
bentuk nyata penyaluran dana untuk mengenbangkan usaha usaha mandiri
masyarakat Indonesia (Russsely dan Zahroh,2014:2).

Fenomena di atas banyak terjadi di berbagai daerah terutama daerah
pinggiran atau pedesaan. Para pedagang pasar, kalangan pengusaha kecil
menengah yang ingin memajukan usahanya terhambat oleh kekurangan modal.
Para pedagang tersebut mengajukan pembiayaan kepada lembaga lembaga
keuangan guna menambah modal usaha untuk kelnagsungan hidup. Dengan
begitu mereka dapat memperoleh pendapatan lebih dan juga membuka usaha di
pasar tidak membutuhkan pendidikan tertentu sehingga tidak sulit bagi mereka
untuk bekerja.
Masalah yang terjadi di kalangan pedagang pada umumnya adalah
permodalan yang sangat terbatas. Sebagai contoh, para pedagang Imogiri
setelah terjadi gempa pada tahun 2006. Mereka memiliki keterbatasan modal
untuk usaha karena harta benda yang dimiliki tidak dapat lagi digunakan untuk
usaha. Para pedagang tersebut berharap adanya penyaluran dana dari lembaga
keuangan agar mereka dapat membangun kembali usaha mereka untuk
kelangsungan hidup.
Dari pemikiran di atas maka penulis terdorong untuk mengadakan
penelitian dengan mengambil judul

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT

PERKEMBANGAN USAHA PEDAGANG PASAR SEBELUM DAN SESUDAH
MENDAPATKAN PEMBIAYAAN DARI BMT . Motivasi dan tujuan diadakannya
penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan usaha pedagang
pasar sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan dari BMT untuk
penambahan modal usaha.

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang
perlu diteliti adalah:
1. Bagaimana perbedaan omzet penjualan sebelum dan sesudah mendapatkan
pembiayaan dari BMT?
2. Bagaimana perbedaan modal usaha sebelum dan sesudah mendapatkan
pembiayaan dari BMT?
C. Batasan masalah
Penulis membatasi penelitian ini untuk menghindari pembahasan terlalu
luas, sehingga penelitian ini di fokuskan kepada uraian tentang perkembangan
usaha para pedagang pasar yang telah mengajukan pembiayaan di BMT guna
untuk penambahan modal usaha.
D. Tujuan penelitian
Berdasarkan pada pokok permasalahan di atas peneliti bertujuan :
1. Untuk mengetahui perbedaan omzet penjualan sebelum dan sesudah
mendapatkan pembiayaan dari BMT.
2. Untuk

mengetahui perbedaan modal usaha sebelum

mendapatkan pembiayaan dari BMT.

dan sesudah

E. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini pada nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat
dan masukan terhadap para pihak yang terkait, antara lain:
1. Bagi akademis
Bertambahnya wawasan dan pengetahuan tentang pembiayaan dari
lembaga keuangan khususnya dalam penanggulangan modal usaha kecil
untuk

meningkatkan

taraf

hidup

masyarakat

dan

juga

pendapatan

masyarakat.
2. Bagi peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wacana pemikiran penulis
mengenai keadaan yang dihadapi para pengusaha kecil dalam upaya
mengembangkan usahanya dengan mengajukan pembiayaan di lembaga
keuangan.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan dalam mengkaji dan memahami secara keseluruhan
skripsi ini, peneliti akan menguraikan tentang sistematika pembahasan sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat hasil penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka
Pada bab ini membahas tentang tinjauan pustaka, kerangka teori, dan
model penelitian.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang jenis dan sumber data. Variabel penelitian,
metode penelitian, populasi sampel dan tehnik pengambilan sampel
dan tehnik pengumpulan data.
BAB IV : Analisis Data dan Pembahasan Penelitian
Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, analisa hasil
penelitian dan pembahasan.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Pada bagian ini merupakan rangkaian dari penelitian yang terdiri
dari kesimpulan, saran-saran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan pustaka
1. Penelitian yang dilakukan Shofia Nur Awami Fakultas Pertanian Universitas

Wahid Hasyim Semarang (2009) tentang peran lembaga keuangan mikro dan

kontribusi kredit terhadap pendapatan kotor rumah tangga setelah menjadi
kreditur BMT. Penelitian ini menyatakan bahwa pengajuan kredit nasabah
memberikan kontribusi pendapatan kotor sebesar 9.07% per bulan, dan
banyaknya pelaku usaha mikro yang menjadikan usahanya sebagai sumber
penghasilan, maka peran lembaga keuangan sebagai sumber pendanaan
yang berperan aktif dalam menjalankan fungsinya.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ngajiyono Fakultas Agama Islam jurusan

ekonomi perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (2011)
tentang analisis pembiayaan mudharabah terhadap peningkatan pendapatan

UMKM nasabah pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudhorobah
terhadap

pendapatan

pendapatan

nasabah

nasabah

serta untuk

mengetahui

setelah

mendapatkan

pembiayaan

peningkatan
dari

Bank

Perkreditan Rakyat Syariah. Hasil analisisnya adalah bahwa pembiayaan dari
Bank

Perkreditan

Rakyat

Syariah

berpengaruh

signifikan

terhadap

peningkatan usaha para nasabah, hal itu bisa ditunjukkan dengan
meningkatnya produksi, usaha menjadi lancar, dan pendapatan hasil usaha
meningkat.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Diah Ayu Wigati Fakultas Ekonomika dan

bisnis Universitas Diponegoro Semarang (2014) tentang peranan pembiayaan

mudharabah terhadap perkembangan usaha mikro dari anggota dan calon
anggota koperasi BMT mu’amalah syari’ah Tebuireng Jombang. Penelitian
menyatakan bahwa omzet penjualan berbeda antara sebelum dan sesudah
pembiayaan, jumlah persediaan berbeda antara sebelum dan sesudah
pembiayaan dan laba berbeda antara sebelum dan sesudah pembiayaan.
Penelitian terdahulu menyatakan bahwa pembiayaan berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan usaha dan pendapatan meningkat setelah pembiayaan dan
dana pembiayaan tersebut digunakan untuk usaha dalam skala umum.
Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada penggunaan dana pembiayaan
yang ditujukan untuk usaha yang lebih spesifik yaitu usaha para pedagang pasar
tradisional.
B. KERANGKA TEORITIK
1. Lembaga keuangan
Lembaga keuangan sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia,
karena kegiatan kredit sudah sangat biasa dilakukan oleh masyarakat
Indonesia dalam setiap sendi kehidupan masyarakat. Defenisi secara umum

dari lembaga keuangan tersebut adalah setiap perusahaan yang bergerak di
bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dana atau kedua-duanya
(Kasmir, 2002: 2).
a. Pengertian Lembaga Keuangan Bukan Bank
Lembaga

Keuangan

Bukan

Bank

tidak

memiliki

cara-cara

penghimpunan dana yang selengkap Bank, namun pada pokoknya
Lembaga Keuangan Bukan Bank mempunyai kegiatan utama yang tidak
jauh berbeda dengan Bank. Secara umum kegiatan utama Lembaga
Keuangan Bukan Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali pada masyarakat.
b. Fungsi ekonomi lembaga Keuangan Non Bank
Lembaga

Keuangan

bukan

Bank

memberikan

bantuan

serta

mendorong perkembangan pasar modal untuk membentuk permodalan
perusahaan-perusahaan

yang

memiliki

ekonomi

rendah

(Kasmir,

2000:97).
Berikut adalah fungsi lembaga keuangan bukan Bank:
1) Memberikan modal kepada masyarakat ekonomi lemah dan
meningkatkan gairah usaha masyarakat untuk melakukan usaha.
2) Mengumpulkan dana terutama dengan cara mengeluarkan kertas
berharga dan menyalurkannya kepada masyarakat terutama guna

membiayai investasi perusahaan.
3) Memperlancar pembangunan industri maupun ekonomi.
4) Memberikan kredit kepada masyarakat ekonomi rendah. Namun
kredit disini ada yang bersifat menjamin surat berharga dan ada juga
yang tidak.
5) Memaksimalkan usaha dan meningkatkan peredaran barang untuk
pemerataan pendapatan masyarakat.
2. BMT
BMT terdiri dari dua istilah, yang pertama yaitu Baitul Maal, Baitul Maal ini
lebih mengarah kepada usaha pengumpulan dana dan dana tersebut
disalurkan sebagai dana non profit seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Yang
kedua yaitu Baitut Tamwil, Baitut Tamwil ini lebih mengarah kepada
penyaluran dan pengumpulan dana komersil. Usaha tersebut tidaklah
terpisahkan dari BMT karena BMT sangat berpengaruh sebagai pendukung
kegiatan kegiatan ekonomi masyarakat kecil guna menunjang kesejahteraan
hidup yang berlandaskan asaz-asaz syariah.(Sudarsono, 2003:96)
Peristilahan Baitul Mal ditinjau dari segi bahasa terdiri dari kata Al-Baithu
yang merupakan rumah dan Al-Mal yang artinya harta. Baitul Mal berarti
rumah harta atau suatu kekayaan. Istilah lain Baitul Mal dapat diartikan
sebagai perbendaharaan Negara. Dalam istilah fikih Baitul Mal adalah suatu
lembaga atau badan usaha yang bertugas untuk mengurusi keperluan
Negara yang berkaitan dengan keuangan, baik yang berkenaan dengan

pemasukan dan pengeluaran keuangan, maupun yang berhubungan dengan
masalah pengelolaan dan yang lainnya.
Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pendanaan
berdasarkan prinsip syariah. Peran BMT ini memiliki arti penting dalam
kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaha yang bersentukan
langsung kepada masyarakat khususnya masyarakat golongan ekonomi
rendah maka BMT ini memiliki tugas tugas penting dalam mengemban misi
keislaman dalam segala kondisi masyarakat (widyaningrum,2002:157).
a. Manfaat dan tujuan BMT
Manfaat

dan

tujuan

BMT

sebagai

lembaga

pengelola

dana

masyarakat dalam skala kecil dan menengah, menawarkan pelayanan
jasa dalam bentuk kredit dan pembiayaan kepada masyarakat.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pelayanan BMT ( Suhendi
dalam Hayati, 2004:123), antara lain:
1) Meraih keuntungan bagi hasil dan investasi
2) Pengelolaan dana berdasarkan nilai kejujuran dan keadilan akan
menjadikan dana simpanan menjadi aman.
3) Komitmen kepada ekonomi kerakyatan dan bermanfaat bagi
pengembangan ekonomi umat.
4)

BMT

dan

masyarakat

dapat

berperan

perekonomian yang dikelola umat Islam.

membangun

citra

5) menggairahkan usaha kecil produktif.
6) partisipasi positif bagi kemajuan lembaga keuangan Islam.
b. Peranan BMT
1) Menjauhkan masyarakat dari praktek non syariah. Aktif melakukan
sosialisasi positif di tengah masyarakat.
2) Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil.
3) Melepaskan ketergantungan terhadap rentenir,.
4) Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang
merata.
5) Milik bersama masyarakat bawah, bersama orang kaya disekitar
BMT, bukan milik perseorangan atau orang dari luar masyarakat
sekitar.
c. Fungsi BMT
1) Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan
mengembangkan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota
muamalat dan daerah kerjanya.
2) Meningkatkan kualitas SDM anggota menjadi professional dan Islami
sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan
global.

3) Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota.
4) Menjadi perantara keuangan antara agnia ( Yang berhutang ) sebagai
shahibul maal dengan duafa sebagai mudharib, terutama untuk dana
sosial seperti zakat, infaq, sedekah wakaf hibah dll.
5) Menjadi perantara keuangan antara pemilik dana baik sebagai
pemodal

maupun

penyimpan

dengan

pengguna

dana

untuk

pengembangan usaha produktif (Soemitra dalam Rini,2009:448).
3. Pembiayaan
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok Bank dan lembaga
keuangan non Bank lainnya, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat atau pihak pihak yang
merupakan deficit unit.(Antonio, 2001:160)
Pembiayaan atau financing yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,
baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan
adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan (Rival dan Arifin, 2010:681).

a. Efektivitas pembiayaan
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek,
pengaruh atau akibat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)
efektif berarti dapat membawa hasil, berhasil guna, manjur atau mujarab,
ada efeknya (akibat, pengaruhnya, kesannya).
Lembaga keuangan Syariah memenuhi misinya sebagai penyedia jasa
keuangan bagi nasabah yang membutuhkan, terutama sebagai penyedia
modal usaha (pembiayaan) bagi nasabah yang membutuhkan. Peranan
modal yang diberikan lembaga keuangan adalah untuk menjaga
kelangsungan usahanya (Widyaningrum, 2002:158).
Kehadiran lembaga keuangan syariah tak lebih dari berdirinya bank
pada umumnya yang mencoba memberikan alternatif lain pada
masyarakat. Lembaga ini diharapkan akan mampu memainkan peranan
yang aktif dalam menggerakkan roda perekonomian dengan memberikan
fasilitas pembiayaan untuk usaha-usaha produktif (Perwataatmadja dan
Antonio, 1992:83).
b. Peranan Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan mempunyai peranan yang lebih penting, yaitu
sebagi salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial
untuk menunjang pertumbuhan perekonomian nasional disamping peran
tersebut diatas, lembaga pembiayaan juga mempunyai peran penting

dalam hal pembangunan yaitu menampung dan menyalurkan aspirasi
dan minat masyarakat, berperan aktif dalam pembangunan dimana
lembaga pembiayaan ini diharapkan masyarakat atau pelaku usaha
dapat mengatasi salah satu faktor yang umum dialami yaitu faktor
permodalan (Antonio, 2001:160).
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dibagi menjadi dua:
1) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditunjukkan untuk
memenuhi

kebutuhan

produksi

dalam

arti

luas,

yaitu

untuk

peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun
investasi.
2) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumtif, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua
hal berikut:
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah
hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas
atau mutu hasil produksi dan untuk keperluan perdagangan.
2) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barangbarang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat

kaitannya dengan itu (Antonio, 2001:160).
c. Tujuan pembiayaan
Tujuan pembiayaan adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja
dan kesejahteraan ekonomi. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati
oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri,
pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan
menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam
rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor (Rival dan
Arifin, 2010:681).
Perkembangan usaha adalah suatu bentuk usaha agar berkembang
menjadi

lebih

baik

dan

mencapai

titik

puncak

kesuksesan.

Perkembangan usaha merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan
omzet penjualan dan peningkatan pendapatan dan usaha yang dijalankan
terus meningkat (Saparingga, 2014). Disinilah kegunaan pembiayaan
yang

diberikan

oleh

lembaga

keuangan

yang

bertujuan

untuk

meningkatkan pendapatan usaha dan juga mensejahterakan para
nasabahnya.
d. Fungsi Pembiayaan
Ada beberapa fungsi dari pembiayaan yang diberikan oleh bank
syari’ah kepada masyarakat penerimaan (Rival dan Arifin, 2010:683),
diantaranya:

1) Meningkatkan daya guna uang
Para penabung menyimpan uangnya di Bank dalam bentuk giro,
tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam prosentase tertentu
ditingkatkan kegunaannya oleh Bank guna suatu usaha peningkatan
produktivitas. Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank untuk
memperluas/

memperbesar

usahanya

baik

untuk

peningkatan

produksi, perdagangan maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi
ataupun

memulai

usaha

baru.

Dengan

demikian

dana

yang

mengendap di Bank tidak menjadi idle (diam) dan disalurkan untuk
usaha-usaha yang bermanfaat, baik kemanfaatan bagi pengusaha
maupun bagi masyarakat.
2) Meningkatkan daya guna barang
Dengan bantuan pembiayaan dari bank dapat meningkatkan daya
guna barang contohnya dapat memprodusir bahan mentah menjadi
bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat.
3) Meningkatkan peredaran uang
Pembiayaan

yang

disalurkan

via

rekening-rekening

koran

pengusaha menciptakan paertambahan peredaran uang giral dan
sejenisnya seperti cek, bilyet giro, wesel, promes dan sebagainya.
Melalui pembiayaan peredaran uang kartal maupun uang giral akan
lebih berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan suatu

kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah
baik kualitatif apalagi secara kuantitatif.
4) Menimbulkan kegairahan berusaha
Setiap manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan
ekonomi yaitu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Karena itu
pulalah maka pengusaha akan selalu berhubungan bank untuk
memperoleh bantuan permodalan guna peningkatan usahanya.
5) Stabiltas ekonomi
Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilisasi
pada dasarnya diarahkan pada usaha antara lain:
a) Pengendalian inflasi
b) Peningkatan ekspor
c) Rehabiltasi prasarana
d) Pemenuh kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat
Untuk menekan arus inflasi dan berlebih-lebih lagi untuk usaha
pembangunan ekonomi maka pembiayaan Bank memegang peranan
penting.
6) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
Para usahawan yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha

untuk

meningkatkan

peningkatan

profit.

usahanya.
Bila

Peningkatan

keuntungan

ini

usaha

secara

berarti
kumulatif

dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan lagi kedalam struktur
pemodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus menerus.
Dengan earnings (pendapatan) yang terus meningkat berarti pajak
perusahaan pun akan terus bertambah. Di lain pihak pembiayaan yang
disalurkan untuk merangsang pertambahan kegiatan ekspor akan
menghasilkan pertambahan devisa negara. Disamping itu dengan
semakin efektifnya kegiatan swasembada kebutuhan-kebutuhan
pokok, berarti akan dihemat devisa keuangan negara.
7) Sebagai alat hubungan ekonomi internasional
Bank sebagai lembaga kredit/ pembiayaan tidak hanya bergerak di
dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Negara-negara yang kaya atau
kuat

ekonominya,

demi

persahabatan

antar

negara

banyak

memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang berkembang
atau membangun. Bantuan tersebut tercermin dalam bentuk bantuan
kredit dengan syarat-syarat yang ringan yaitu margin (bunga) yang
relatif rendah dan jangka waktu penggunaan yang panjang.
e. Jenis jenis pembiayaan
Berdasarkan

tujuan

dibedakan dalam :

penggunaannya

(Rival

dan

Arifin,2009:719),

1) Pembiayaan Modal kerja , yaitu pembiayaan untuk pengadaan bahan
baku atau barang yang diperdagangkan.
2) Pembiayaan Investasi , yaitu pembiayaan untuk pengadaan sarana
atau alat produksi.
3) Pembiayaan konsumtif , yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
pembelian

suatu

barang

yang

digunakan

untuk

kepentingan

perseorangan.
Berdasarkan jangka waktu :
1) Pembiayaan dalam jangka waktu pendek, umumnya dibawah 1 tahun.
2) Pembiayaan dalam jangka waktu menengah ,umumnya sama dengan
1 tahun.
3) Pembiayaan dalam jangka panjang , umumnya diatas 1 tahun sampai
dengan 3 tahun.
4) Pembiayaan dengan jangka waktu diatas 3 tahun dalam kasus yang
tertentu seperti untuk pembiayaan investasi perumahan, atau
penyelamatan pembiayaan.
f. Produk Produk Pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah
Produk-produk pembiayaan Bank Syariah dapat menggunakan empat
pola yang berbeda (Naja, 2011:41):

1) Pola bagi hasil:
Pembiayaan Musyarakah: perjanjian di antara pemilik dana modal
untuk mencampurkan dana atau modal mereka pada suatu usaha
tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik modal
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
Pembiayaan mudhorobah: perjanjian antara penanam dana dan
pengelola dana untuk melkukan kegiatan usaha tertentu, dengan
pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah
yang telah disepakati sebelumnya.
2) Pola jual beli :
Murabahah: Murabahah (al-bai’ bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai
murabahah

saja.

Murabahah,

yang

berasal

dari

kata

ribhu

(keuntungan), adalah transaksi jual-beli di mana bank menyebutkan
jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara
nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank di tambah
keuntungan (margin).
Salam: Pembiayaan salam dilakukan pada akad jual beli yang mana
barang yang diperjualbelikan belum ada. Sehingga pembayaran
dilakukan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan tunai.
Bank sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual.
Istishna: Merupakan pembiayaan yang menyerupai produk salam,

tetapi dalam istishna’ pembayaran dapat dilakukan oleh Bank dalam
beberapa kali (termin) pembayaran. Skim Istinhna’ dalam perbankan
syariah umumnya pada pembiayaan manufaktur dan kontruksi.
3) Pola sewa:
Ijarah: Prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, akan tetapi
memiliki perbedaan yang terletak dari pada objek transaksinya. Pada
transaksi ijarah objek transaksinya adalah barang maupun jasa.
Ijarah Muntahiya Bittamlik: perjanjian sewa menyewa suatu barang
yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang
memberikan sewa kepada pihak penyewa.
4) Pola pinjaman, untuk dana talangan:
Qardh: Merupakan transaksi pembiayaan yang diberikan perbankan
kepada nasabah dengan tanpa mengharapkan imbalan. Dikategorikan
sebagai aqd tathawwui atau akan saling membantu dan bukan
komersial.
g. Unsur - unsur Pembiayaan
Dalam pembiayaan mengandung berbagai maksud, atau dengan kata
lain dalam pembiayaan terkandung unsur – unsur yang direkatkan
menjadi satu ( Rival dan Arifin,2009:701).

1) Kepercayaan.
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa pembiayaan
yang diberikan benar – benar diterima kembali dimasa yang akan
datang sesuai jangka waktu yang sudah diberikan. Kepercayaan yang
diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa
suatu pembiayaan berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum
sebelum pembiayaan dikucurkan harus dilakukan penyelidikan dan
penelitian terlebih dahulu secara mendalam tentang kondisi nasabah,
baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan
tentang kondisi pemohon pembiayaan sekarang dan masa lalu, untuk
menilai kesungguhan dan etika baik nasabah terhadap Bank.
2) Kesepakatan
Kesepakatan antara si pemohon dengan pihak Bank. Kesepakatan
ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing - masing pihak
menandatangani hak dan kewajiban masing - masing. Kesepakatan
ini kemudian dituangkan dalam akad pembiayaan dan ditandatangani
kedua belah pihak.
3) Jangka Waktu
Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang
telah

disepakati.

Jangka

waktu

merupakan

batas

waktu

pengembalian angsuran yang sudah disepakati kedua belah pihak.
Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini bisa diperpanjang sesuai
dengan kebutuhan.
4) Risiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian pembiayaan
akan memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet
pemberian suatu pembiayaan. Semakin panjang jangka waktu
pembiayaan maka semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya.
Risiko ini menjadi tanggungan Bank, baik risiko disengaja, maupun
risiko yang tidak disengaja, misalnya karena bencana alam atau
bangkrutnya

usaha

nasabah

tanpa

ada

unsur

kesengajaan

lainnya,sehingga tidak mampu melunasi pembiayaan yang diperoleh.
5) Balas Jasa.
Dalam Bank konvensional balas jasa dikenal dengan nama bunga.
Disamping balas jasa dalam bentuk bunga Bank juga membebankan
kepada

nasabah

biaya

administrasi

yang

juga

merupakan

keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas
jasanya dikenal dengan bagi hasil.

h. Prinsip – Prinsip Pemberian Pembiayaan
Dalam

melakukan

penilaian

permohonan

pembiayaan

harus

memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi
secara keseluruhan calon nasabah (Muhammad, 2005:305).
1) Character
Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima
pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa
penerima pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya.
2) Capacity
Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima
pembiayaan untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur
dengan catatan prestasi penerima pembiayaan di masa lalu yang
didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya
seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan.
3) Capital
Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh
calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi perusahaan
secara keseluruhan yang ditujukan oleh rasio finansial dan penekanan
pada komposisi modalnya.

4) Collateral
Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan. Penilaian
ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko
kegagalan pembayaran tercapai terjadi , maka jaminan dapat dipakai
sebagai pengganti dari kewajiban.
5) Condition
Melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat secaraspesifik
melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh
calon penerima pembiayaan. Hal tersebut karena kondisi eksternal
berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon penerima
pembiayaan.
4. Nasabah
a. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank
 dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah
yang bersangkutan.
b. Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan
itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.
Kamus besar Bahasa Indonesia menjelaskan nasabah adalah
orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan Bank
(Dalam hal keuangan), dapat juga diartikan sebagai orang yang menjadi

tanggungan asuransi, perbandingam pertalian. Dinas Pendidikan Nasional
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, 2003, hlm. 775).
5. Pasar
Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli atau lebih
yang mendukung kekuatan adanya suatu permintaan dan penawaran yang
saling bertemu dan membentuh harga (Fuad, 2000:120).
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli
serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung,
bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los, dan dasaran terbuka
yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Seiring dengan
perkembangan jaman, pasar mengalami perkembangan baik secara fisik
(bangunan) dan non fisik (pelayanan). Pasar berkembang menjadi sebuah
kebutuhan yang harus dipenuhi karena faktor modernisasi. Istilah pasar
tradisional dan pasar modern pun muncul kepermukaan. Keberadaan pasar
yang kumuh, becek dan sempit mulai terlupakan dengan kehadiran pasar
modern di tengah – tengah masyarakat.
a. Ciri Ciri Pasar Tradisional:
1) Proses jual-beli melalui tawar menawar harga.
2) Barang yang disediakan umumnya barang keperluan dapur dan rumah
tangga.

3) Harga yang relative lebih murah.
4) Area yang terbuka dan tidak ber-AC
5) Area yang terlihat kotor

b. Kelebihan Dan Kekurangan Pasar Tradisional
Kelebihan pasar tradisional
1) Persaingan dalam pasar yang alamiah.
2) Lokasi yang trategis.
3) Harga yang relatif lebih murah.
4) Adanya proses tawar menawar antara pembeli dan penjual.
5) Salah satu pendongkrak perekonomian kalangan menengah kebawah.
Kelemahan pasar tradisional
1) Lokasi yang kurang bersih dan kotor.
2) Kurang terpecaya barang yang dijual yang dilakukan oleh oknum
penjual yang tidak bertanggung jawab.
3) Area yang terbuka alami dan tidak ber-AC.

c. Jenis Jenis Pasar
1) Pasar Menurut Luas Jangkauan
a) Pasar Daerah
Pasar Daerah membeli dan menjual produk dalam satu daerah
produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar daerah melayani
permintaan dan penawaran dalam satu daerah.
b) Pasar Lokal
Pasar lokal adalah pasar yang membeli dan menjual produk
dalam satu kota tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan
pasar lokal melayani permintaan dan penawaran dalam satu kota.
c) Pasar Nasional
Pasar nasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk
dalam satu negara tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga
dikatakan pasar nasional melayani permintaan dan penjualan dari
dalam negeri.
d) Pasar Internasional
Pasar internasional adalah pasar yang membeli dan menjual
produk

dari

beberapa

negara.

jangkauannya di seluruh dunia.

Bisa

juga

dikatakan

luas

2) Pasar Menurut Wujud
a) Pasar Konkret
Pasar Konkret adalah tempat pertemuan antara penjual dan
pembeli yang dilakukan secara langsung. Misalnya ada los-los, toko
-toko dan lain-lain. Di pasar konkret, produk yang dijual dan dibeli
juga dapat dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan produsen
juga dapat dengan mudah dibedakan. contohnya adalah: bursa
komoditi, bursa saham dan sebagainya.
b) Pasar Abstrak
Pasar abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat
dengan kasat mata. Konsumen dan produsen tidak bertemu secara
langsung. Biasanya dapat melalui internet, pemesanan telepon dan
lain-lain. Barang yang diperjual belikan tidak dapat dilihat dengan
kasat mata, tapi pada umumnya melalui brosur, rekomendasi dan
lain-lain. Kita juga tidak dapat melihat konsumen dan produsen
bersamaan, atau bisa dikatakan sulit membedakan produsen dan
konsumen sekaligus.
3) Pasar Menurut Barang Yang Diperjualbelikan
a) Pasar Barang Konsumsi
Pasar barang konsumsi adalah pasar yang menjual barangbarang yang dapat langsung dipakai untuk kebutuhan rumah tangga.

Misalnya, pasar yang memperjualbelikan beras, ikan, sayur-sayuran,
buah-buahan, alat-alat rumah tangga, pakaian, dan lain sebagainya.
c) Pasar Barang Produksi
Pasar barang produksi adalah pasar yang memperjual belikan
faktor-faktor produksi. Dalam pasar ini diperjual belikan sumber
daya produksi. Misalnya, pasar mesin-mesin, pasar tenaga kerja,
dan pasar uang.
4) Pasar Menurut Waktu Penyelenggaraan
a) Pasar Harian
Pasar harian adalah pasar yang kegiatan jual belinya dilakukan
tiap hari. Pasar harian ini umumnya terdapat di desa dan kota.

b) Pasar Mingguan
Pasar mingguan adalah pasar yang kegiatan jual belinya hanya
satu kali dalam seminggu. Pasar mingguan ini terdapat di daerahdaerah pedesaan.
c) Pasar Bulanan
Pasar bulanan adalah pasar yang kegiatan jual belinya dilakukan
setiap sebulan sekali.

d) Pasar Tahunan
Pasar tahunan adalah pasar yang kegiatan jual belinya dilakukan
setiap setahun sekali.
e) Pasar Temporer
Pasar

temporer

adalah

pasar

yang

diselenggarakan

organisasi/instansi pada acara tertentu, atau diadakannya hanya
sewaktu-waktu (tidak tetap).
d. Peran Peran Pasar
Adapun pasar memeiliki peranan, sebagai berikut :
1) Sebagai tempat untuk mempromosikan barang.
2) Sebagai tempat untuk menjual hasil produksi.
3) Sebagai tempat untuk memperoleh bahan produksi.
4) Memudahkan konsumen untuk mendapatkan barang kebutuhan.
5) Sebagai tempat bagi konsumen untuk menawarkan sumber daya
yang dimiliki.
6) Sebagai penunjang kelancaran pembangunan.
7) Sebagai sumber pendapatan Negara

e. Syarat Terbentuknya Pasar
Syarat-syarat terbentuknya pasar:
1) Terdapat penjual dan pembeli.
2) Adanya barang atau jasa yang diperjualbelikan.
3) Terjadinya kesepakatan antara penjual dan pembeli atau tawar
menawar antara pembeli dan penjual
f. Fungsi Pasar
Ada tiga fungsi yang mendasar pada keberadaan pasar, yakni :
1) Fungsi Distribusi maksudnya pasar berfungsi mendekatkan jarak
antara konsumen dengan produsen dalam melaksanakan transaksi.
Dalam fungsi distribusi, pasar berperan memperlancar penyaluran
barang dan jasa dari produsen kepada konsumen.
2) Fungsi Pembentukan Harga maksudnya pasar berfungsi sebagai
pembentuk harga pasar, yaitu kesepakatan harga antara penjual dan
pembeli.
3) Fungsi Promosi maksudnya pasar digunakan sebagai ajang promosi.
Pelaksanaan promosi dapat dilakukan dengan cara memasang
spanduk, membagikan brosur, membagikan sampel, dll.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan pendekatan penelitian
Berhubungan dengan judul di atas maka jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan wawancara yaitu dengan cara
mengambil sampel dari populasi dan wawancara secara mendalam sebagai alat
pengumpulan data.
Metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang berlandaskan pada sesuatu yang kompleks dan utuh, digunakan untuk
mnenliti pada kondisi yang masih alamiah, dimana peneliti sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna. Makna adalah suatu data
yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data
yang tampak (Sugiyono, 2015:13).
B. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan lokasi penelitian dimana peneliti melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Sesuai dengan judul yang
diambil tentang analisis tingkat perkembangan usaha pedagang pasar sebelum
dan sesudah mendapatkan pembiayaan dari BMT, maka penelitian ini akan
dilakukan di pasar tradisional imogiri bantul terhadap para pedagang yang
menjadi nasabah pembiayaan BMT.

C.

Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Dalam situasi sosial
tersebut, dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui apa
yang terjadi di dalamnya (Sugiyono, 2015;297). Populasi dalam penelitian ini
adalah pedagang pasar yang memperoleh pembiayaan dari BMT. Dipilihnya
pedagang pasar ini karena banyak pedagang yang membutuhkan
pembiayaan sebagai modal usaha.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri ciri atau
keadaan tertentu yang akan diteliti (Sugiyono, 2015:297). Sampel dalam
penelitian ini adalah menggunakan teknik simple random sampling yaitu
cara pemilihan sample dimana anggota dari populasi dipilih satu persatu
secara random (acak) yang memberikan peluang yang sama bagi setiap
unsure (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Dalam penelitian ini diambil 13 responden yang dipilih secara acak dari
total populasi dengan memilih beberapa kategori yang dibutuhkan.

D. Jenis dan Sumber data
Penelitian ini merupakan studi kasus di pasar tradisional. Pengumpulan
data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang
relevan dan akurat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Untuk mendukung penelitian diperlukan data yang

aktual.
Berdasarkan sumbernya, data-data yang diperoleh dibedakan menjadi:
b. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sugiyono, 2015:308). Data primer

yang

dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara
langsung dengan memberikan pertanyaan kepada pedagang pasar dari
anggota BMT. Pertanyaan yang diajukan disusun berdasarkan variabel
yang diteliti, sehingga diharapkan didapat data yang akurat atas penelitian
ini.
c. Data sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data. Data ini dapat diperoleh dari hasil
dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian , sumber literatur, internet,
dan data pendukung lainnya (sugiyono, 2015:308).
E. Teknik Pengumpulan Data
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam
sebuah penelitian. Metode pengumpulan data pada prinsipnya berfungsi untuk
mengungkapkan variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu (Sugiyono, 2015:316). Yaitu teknik pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan langsung kepada responden dan jawaban-jawaban
responden dicatat secara benar dan konkrit. Pengumpulan data penulis
dengan menggunakan metode wawancara, dengan mengajukan pertanyaan
kepada para pedagang pasar dan mengamati penjelasan para pedagang.
2. Dokumentasi
Yaitu metode yang bertujuan untuk mendapatkan data terkait dengan
variabel penelitian yaitu variabel pembiayaan, modal usaha, omzet penjualan
dan keuntungan yang diperoleh langsung dari para pedagang pasar.
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unitunit, memilih yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah
difahami (sugiyono, 2011:244).
Dalam menganalisis data terdapat langkah langkah aktivitas, yaitu data
reduction, data display dan conclution.
1. Data reduksi
Data reduksi adalah melakukan pemilihan dan pemusatan perhatian
untuk peyederhanaan, abstraksi, dan tranformasi data kasar yang telah
diperoleh dalam penelitian.

2. Data display
Data display adalah menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk
uraian singkat atau hubungan antar kategori agar memudahkan dalam
memahami apa yang terjadi.
3. Conclution
Conclution adalah penarikan kesimpulan. data yang telah diperoleh
diolah sehingga menimbulkan suatu kesimpulan untuk menjawab
rumusan masalah dalam penelitian.

BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum pasar tradisional Imogiri
1. Pasar tradisional Imogiri
Salah satu pasar tradisional yang cukup terkenal di kabupaten Bantul
yakni Pasar Imogiri. Pasar ini berbeda dengan pasar tradisional lainnya yang
sempit dan kecil. keadaan pasar Imogiri ini sudah jauh berbeda dengan
keadaan pasar lama, di sana kita bisa merasakan keadaan pasar yang jauh
lebih nyaman dan aman. Pasar Imogiri ini masih tergolong baru karena
adanya perpindahan lokasi yang disebabkan adanya gempa pada tahun 2006
lalu.
Pasar ini bisa dibilang pasar yang cukup besar di kabupaten Bantul
karena banyaknya para pedagang yang merintis usahanya disana. Pasar
Imogiri memiliki berbagai fasilitas unggul yang menjadi andalan dalam
menggaet masyarakat agar berbelanja di sini.
Meski tidak terletak di kota besar, Pasar Imogiri bisa memberikan
inspirasi bagi pasar tradisional lainnya. pasar Imogiri juga sudah
memperoleh berbagai penghargaan sebagai pasar terbaik di Bantul bahkan
tingkat provinsi Yogyakarta. Seperti kemajuan yang diusahakan oleh pasar

tradisional kebanyakan, Pasar Imogiri juga menawarkan pengalaman
berbelanja yang nyaman dan aman. Selain bersih dan tidak becek, tata letak
pasar ini telah dibuat sedemikian rupa guna menunjang kemajuan pasar dan
juga ketertiban pasar.
2. Visi dan misi pasar imogiri bantul
a. Visi
Terwujudnya Pasar Tradisional yang bersih, sehat, aman, nyaman,
sejahtera dan bebas dari rentenir
b. Misi
Umum
Meningkatkan
memantapkan

dukungan
pelaksanaan

dan

kualitas

koordinasi

kelembagaan
atas

serta

penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah dalam bidang pengelolaan pas