Perumusan Masalah Tujuan Penelitian

7 menguntungkan bagi dirinya dan kroni-nya. Kita dapat melihatnya dari cara kerja mereka dalam mendorong penegakan hukum untuk mengungkap kasus bank Century, kasus Pengadaan Wisma Atlit, dan kasus-kasus besar lainnya seakan begitu rumitnya sehingga memakan waktu panjang dan berbelit-belit dan tidak selesai sampai sekarang . Mungkin bagi sebagian wakil rakyat banyak peristiwa dan persoalan yang bertubi- tubi menikam negeri ini tak lebih dari sebuah ―komedi‖, namun bagi rakyat, ini adalah tragedi. Seharusnya, anggota DPR maupun DPRD memiliki gaya komunikasi yang efektif dan efisien dalam melakukan komunikasi politik. Ketika ia terkena masalah harus dihadapi dan di selesaikan dengan cepat sehingga tidak mengganggu tugas-tugas kedewanan. Oleh karena itu, penelitian tentang Gaya Komunikasi Politik Pimpinan DPRD Provinsi Jawa Tengah pada saat reses ini penting untuk dilakukan. Di tengah keterbatasan sarana dan prasarana yang diperoleh bagi setiap anggota DPRD pada saat reses serta persoalan ketidakmaksimalan fungsi DPRD sehingga mereka berupaya dengan gaya komunikasi masing-masing untuk memaksimalkan kegiatan reses tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Sebagai lembaga legislatif, DPRD Provinsi Jawa Tengah memiliki fungsi pengawasan, anggaran, dan kontrol. Namun, memasuki paruh kedua jabatan mereka belum menunjukkan kualitas kinerja yang lebih baik. 8 Masalah di atas seharusnya tidak perlu terjadi jika anggota DPRD mampu melaksanakan secara maksimal kegiatan reses yang dilakukan selama tiga kali seminggu dalam setahun. Kegiatan Reses yang seharusnya dijadikan sebagai sarana untuk menjaring aspirasi rakyat yang kelak akan diperjuangkan DPRD dalam menyusun kebijakan pembangunan yang tertuang dalam APBD belum dilaksanakan secara maksimal. Kenyataannya, reses hanya dijadikan sebagai ajang pulang kampung dan silaturahmi dengan para pengurus partai politik di daerah. Kalaupun dilaksanakan forum terbuka dengan konstituennya, itu pun hanya dalam rangka konsolidasi internal untuk agenda politik tertentu seperti Pilkada. Ketiadaan dana transportasi bagi konstituen yang diatur dalam UUU 27 tahun 2009 juga membuat anggota DPRD melakukan upaya sedemikian rupa untuk memaksimalkan kegiatan reses, baik itu harus ―nomboki‖ atau melakukan kegiatan reses yang sesederhana mungkin. Faktor ini seharusnya bukan menjadi penghalang sukses tidaknya kegiatan reses yang dilakukan selama ini. Di sisi lain, buruknya gaya komunikasi yang dilakukan oleh anggota DPR maupun DPRD yang terkesan multitafsir dan serba remang-remang apalagi ketika banyaknya mereka yang terjerat kasus-kasus hukum makin menganggu kinerja mereka di parlemen. Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang ingin penulis lihat adalah: Bagaimana gaya komunikasi politik Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam kegiatan Reses di daerah pemilihannya dan apa faktor-faktor penghambat gaya komunikasi politik tersebut ? 9

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah merupakan jawaban dari masalah penelitian sehingga segala permasalahan yang ada diharapkan dapat terurai dan tercapai kondisi ideal sesuai yang diharapkan. Dari perumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan gaya komunikasi politik dan untuk mengetahui faktor-faktor penghambat komunikasi politik yang dihadapi pimpinan DPRD Provinsi Jawa Tengah terhadap konstituen di daerah pemilihannya pada masa reses. 1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan Akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan memperkaya khasanah kajian komunikasi politik political communication, yang masih merupakan sebuah konsep kajian yang relatif baru. Kegunaan Praktis, penelitian ini diharapkan akan memberikan wawasan dan pengetahuan baru serta memberikan pemahaman kepada anggota dewan perwakilan rakyat daerah untuk meningkatkan tanggungjawabnya terhadap masyarakat, khususnya pada konstituen di daerah pemilihannya. 1.5. Kerangka Teori 1.5.1. Penelitian Sebelumnya