86
Buku Guru SDMI Kelas VI
mulai pada tanggal 10 Februari 1946. Pada awal perundingan, H.J. van Mook
menyampaikan pernyataan politik pemerintah Belanda. Kemudian pada tanggal 12 Maret 1946, pemerintah Republik Indonesia menyampaikan pernyataan
balasan.
2. Perundingan di Hooge Veluwe 14–25 April 1946
Setelah beberapa kali diadakan pertemuan pendahuluan, kemudian dilakukan perundingan resmi antara pemerintah Belanda dengan Pemerintah RI untuk
menyelesaikan konflik yang dilakukan di Hooge Veluwe negeri Belanda. Perundingan mengalami kegagalan.
3. Perundingan gencatan senjata 20–30 September 1946
Banyaknya insiden pertempuran antara pejuang Indonesia dengan pasukan Sekutu dan Belanda mendorong diadakannya perundingan gencatan senjata.
Perundingan diikuti wakil dari Indonesia, Sekutu, dan Belanda. Perundingan tidak mencapai hasil yang diinginkan.
4. Perundingan RI dan Belanda 7 Oktober 1946
Perundingan berlangsung di rumah Konsul Jenderal Inggris di Jakarta tanggal 7 Oktober 1946. Delegasi Indonesia diketuai PM Sutan Syahrir. Delegasi
Belanda diketuai Prof. Schermerhorn. Dalam perundingan tersebut, masalah gencatan senjata yang gagal perundingan tanggal 30 September 1946 disetujui
untuk dibicarakan lagi dalam tingkat panitia yang diketuai Lord Killearn dan menghasilkan persetujuan untuk diadakan gencatan senjata serta sepakat
untuk menyelenggarakan perundingan politik “secepat mungkin”.
5. Perundingan Linggarjati 10 November 1946
Perundingan antara Pemerintah RI dan komisi umum Belanda di Linggarjati Cirebon, dihadiri oleh beberapa tokoh juru runding, seperti: Lord Killearn
Inggris, Prof. Schermerhorn Belanda, Sutan Syahrir, Mohammad Roem dan temanteman, dan menghasilkan keputusan yang disebut Perjanjian
Linggarjati:
• Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah
kekuasaan meliputi Sumatra, Jawa, dan Madura. Belanda sudah harus meninggalkan daerah de facto paling lambat pada tanggal 1 Januari 1949.
• Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk
negara Serikat dengan nama RIS. Negara Indonesia Serikat akan terdiri dari RI, Kalimantan dan Timur Besar. Pembentukan RIS akan diadakan
sebelum tanggal 1 Januari 1949.
• RIS dan Belanda akan membentuk Uni IndonesiaBelanda dengan Ratu
Belanda sebagai ketua. Perjanjian Linggarjati ditandatangani oleh Belanda dan Indonesia tanggal
25 Maret 1947 dalam suatu upacara kenegaraan di Istana Negara Jakarta. Perjanjian Linggarjati bagi Indonesia ada segi positif dan negatifnya.
Segi positifnya ialah adanya pengakuan de facto atas RI yang meliputi Jawa, Madura, dan Sumatra. Segi negatifnya ialah bahwa wilayah RI dari Sabang
sampai Merauke, yang seluas Hindia Belanda dulu tidak tercapai.
6. Melibatkan Komisi Tiga Negara
Pada tanggal 18 September 1947, Dewan Keamanan PBB membentuk sebuah Komisi Jasa Baik yaitu Komisi Tiga Negara, dengan Anggota Richard Kirby
Australia, Paul van Zeeland Belgia, dan Frank Graham Amerika Serikat.
87
Tema 2 Subtema 2: Bekerja Sama Mencapai Tujuan
Dalam pertemuannya pada tanggal 20 Oktober 1947, diputuskan bahwa tugas KTN di Indonesia adalah untuk membantu menyelesaikan sengketa antara RI
Belanda dengan cara damai. KTN tiba di Jakarta tanggal 27 Oktober 1947 untuk memulai pekerjaannya.
7. Perjanjian Renville 8 Desember 1947 – 17 Januari 1948
KTN berusaha mendekatkan RI dan Belanda untuk berunding. Atas usul KTN, perundingan dilakukan di tempat netral, yaitu di atas kapal AL Amerika Serikat
“USS Renville”, dihadiri oleh beberapa mediator PBB Frank Graham cs, delegasi RI oleh Amir Syarifuddin, Ali Sastroamidjojo, Haji Agus Salim, Dr. J. Leimena,
Dr. Coa Tik Ien, dan Nasrun. Delegasi Belanda oleh R. Abdulkadir Wijoyoatmojo, Mr van Vredenburgh, PJ Koets, dan Mr. Soumokil. Perjanjian Renville meng
hasil kan keputusan:
• Penghentian tembakmenembak.
• Daerahdaerah di belakang garis van Mook harus dikosongkan dari pasukan
RI. •
Belanda bebas membentuk negaranegara federal di daerahdaerah yang didudukinya dengan melalui plebisit terlebih dahulu.
• Membentuk Uni IndonesiaBelanda. Negara Indonesia Serikat yang ada di
dalamnya sederajat dengan Kerajaan Belanda. Perjanjian ditandatangani Amir Syarifuddin Indonesia dan Abdulkadir
Wijoyoatmojo Belanda. Perjanjian ini mempersulit posisi Indonesia karena wilayah RI semakin sempit. Kesulitan bertambah setelah Belanda melakukan
blokade ekonomi terhadap Indonesia. Perjanjian Renville kemudian
meng undang reaksi keras, baik dari kalangan partai politik maupun TNI.
Bagi kalangan partai politik, hasil perundingan memperlihatkan kekalahan perjuangan diplomasi. Bagi TNI, hasil perundingan mengakibatkan harus
ditinggalkannya sejumlah wilayah pertahanan yang telah susah payah dibangun.
8. Resolusi DK PBB 28 Januari 1949