PENGUAPAN AIR KELAPA DENGAN PRINSIP RUMAH KACA DALAM PROSES PEMBUATAN GULA MERAH

PENGUAPAN AIR KELAPA DENGAN PRINSIP RUMAH KACA DALAM
PROSES PEMBUATAN GULA MERAH

ABSTRAK

Di Indonesia air kelapa semakin meningkat, namun pemanfaatannya belum maksimal.
Oleh karena itu peneliti mempunyai alternatif yaitu pembuatan gula merah dari bahan air
kelapa dengan cara penguapan. Penelitian ini bertujuan menguapkan sebagian air kelapa
dengan menggunakan prinsip rumah kaca, membandingkan laju penguapan di dalam
rumah kaca dengan penjemuran dan membandingkan laju penguapan air kelapa pada
wadah alumunium dan plastik. Meteode penelitian yang dilakukan yaitu, pertama
pemilihan bahan, kedua pemilihan wadah, ketiga pengaturan ketebalan, dan keempat
penjemuran. Hasil penelitian menunjukan peroses penguapan pada rumah kaca cendrung
lebih cepat 374 gram/jam dibandingkan dengan laju penguapan di luar rumah kaca 335
gram/jam. penggunaan wadah aluminium cenderung lebih cepat 195 gram/jam,
dibandingkan dengan menggunakan wadah plastik 178 gram/jam, suhu tertinggi pada
rumah kaca 53 oC.

Kata Kunci: air kelapa, gula air kelapa, alat penguap air kelapa, laju penguapan,
radiasi surya


1

PENGUAPAN AIR KELAPA DENGAN PRINSIP RUMAH KACA DALAM
PROSES PEMBUATAN GULA MERAH

ABSTRACT

In Indonesia, coconut water is increasing, with a growing number of oil production per
year, but its use is not maximized. Therefore, researchers have an alternative that is
making brown sugar made from coconut water by evaporation. This study aims to
evaporate some of the water coconut using the principle greenhouse, comparing the rate
of evaporation in the greenhouse with drying and comparing the rate of evaporation of
coconut water on aluminum and plastic containers. Research methodology, namely, the
first choice of materials, both container election, setting the thickness of the third, fourth
and drying. The results showed the process of evaporation in greenhouse tends to be
faster 374 grams / hour compared to the rate of evaporation outside the greenhouse 335
grams / hour. use aluminum containers tend to be faster 195 grams / hour, compared to
using a plastic container 178 g / h, the highest temperature in the greenhouse 53 oC
Keywords: v coconut water, coconut milk sugar, coconut water vaporizer, the rate of
evaporation, solar radiation


PENGUAPAN AIR KELAPA DENGAN PRINSIP RUMAH
KACA DALAM PROSES PEMBUATAN GULA MERAH
(skripsi)

Oleh
WAWAN SEPTIAWAN

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

PENGUAPAN AIR KELAPA DENGAN PRINSIP RUMAH
KACA DALAM PROSES PEMBUATAN GULA MERAH

oleh
WAWAN SEPTIAWAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalibalangan, Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 02
September 1990, sebagai anak terakhir dari Sembilan bersaudara dari pasangan
Bapak Mino dan Ibu Parmi.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 4 Kalibalangan
pada tahun 2002, pendidikan lanjutan di SMP Negeri 7 Kota Bumi pada tahun
2005, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 3 Kota Bumi pada tahun
2008.
Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SMPTN. Pada tahun 2012
Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Sidomulyo, kecamatan
Tanjung Bintang, kabupaten Lampung Selatan. Pada tahun 2012 penulis
melakukan Praktek Umum (PU) di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha
Rejosari dengan judul “Mempelajari Proses Dan Alat Mesin Yang Digunakan
Pada Tahap Pemurnian Minyak Kelapa Sawit Di PTPN VII (Persero) Unit
Usaha Rejosari, Natar, Lampung Selatan

Segala Puji dan Syukur kepada Allah SWT
Ku persembahkan karya sederhana ini, buah dari kerja
keras dan kesabaran.
Teruntuk :
Mamak wanita terhebat sang pahlawan hidupku dab
Bapak sang penyemangat atas segala do`a, bimbingan,
dukungan, harapan dan cinta kasihnya yang tak terhingga
serta perjuangan dan pengorbananya yang luar biasa
untukku dan saudara-saudaraku.
My sweet heart “Neti Yuliati”
Terimah kasih atas kasih sayng, perhatian, dan
kesabaran yang telah memberikanku semangat dan

inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini, ku yakin
engkau pilihan yang terbaik buatku dan masa depan ku.
Terimakasih “Nda”
Almamater tercinta Universitas Lampung

SANWACANA
Puji sukur bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, nikmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PENGUAPAN AIR KELAPA DENGAN PRINSIP RUMAH KACA DALAM
PROSES PEMBUATAN GULA MERAH”. Shalawat beriring salam senantiasa
tercurahkan kepada Rasullah Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari selama penelitian dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan, dan saran dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Tamrin, MS., selaku dosen pembimbing utama yang telah
banyak membantu, memberikan, bimbingan, saran, nasehat, dan motivasi
selama penulis melakukan penelitian hingga penulisan skripsi
2. Bapak Ahmad Tusi. S.Tp.,M.Si.,selaku dosen pembimbing kedua dan
dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saran, nasehat,

motivasi, dan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi
3. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P,. Selaku dosen penguji dan juga selaku
Ketua Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
yang telah memberikan saran, kritik, nasehat dan bimbingan yang
diberikan dalam perbaikan dan penyempurnaan skripsi

i

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
5. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Pertanian atas bimbingannya dan ilmu
pengetahuan yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa
6. Keluarga Besar Penulis yang tercinta : Bapak, Ibu, dan Kakak-Kakakku
yang tanpa henti slalu member bantuan, dukungan, semangat dan doa yang
tak pernah putus untuk penulis
7. Neti Yuliati yang selalu menemani, memberi semangat, dan selalu
mendoakan penulis
8.

Marwan, Septa, Wisnu,Juli dan Teman-teman 2008 yang selalu menjadi

motivasi dan semangat dalam menjalani kuliah. Terima kasih atas
bantuannya dan kebersamaannya

9. Keluarga Besar Teknik Pertanian
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin

Bandar Lampung , Agustus 2014

Wawan septiawan

ii

DAFTAR ISI

Halaman
SANWACANA ................................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................


i
iii
v
vii

BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................
B. Perumusan Masalah ...............................................................................
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................
D. Manfaat Penelitian .................................................................................

1
1
4
4
5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
A. Jenis Kelapa Secara Umum ...................................................................

B. Buah Kelapa ...........................................................................................
C. Air Kelapa ..............................................................................................
D. Sukrosa ..................................................................................................
E. Penguapan ..............................................................................................
F. Perpindahan Panas .................................................................................
G. Radiasi matahari ....................................................................................
H. Efek Rumah Kaca ..................................................................................
I. Pembuatan Gula Kelapa ..........................................................................

6
6
7
9
10
13
15
16
18
20


BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................
A. Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................................
B. Alat dan Bahan ......................................................................................
C. Prosedur Penelitian ................................................................................
D. Parameter Pengamatan ..........................................................................
E. Analisis Data ..........................................................................................

23
23
23
23
27
29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
A. Alat Penguapan Air Kelapa ...................................................................
B. Perbandingan Laju Penguapan ..............................................................
C. Penguapan Dengan Dua Macam Wadah Air Kelapa .............................
D. Perbandingan Bahan Air Kelapa Muda Dan Tua ..................................
E. Perbandingan Ketebalan Bahan .............................................................

F. Perbandingan Suhu.................................................................................
G. Rendemen Dan Warna Gula ..................................................................

30
30
32
34
37
39
41
42

iii

H. Efisiensi Penguapan ...............................................................................

46

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
A. Kesimpulan ............................................................................................
B. Saran ......................................................................................................

47
47
47

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................

49
51

iv

DAFTAR TABEL

Teks

Halaman

1. Perlakuan penelitian .......................................................................................... 25
2. Spesifikasi alat penguapan air kelapa ............................................................... 31
3. Laju penguapan dan rata-rata susut air kelapa sesuai tata letak ........................ 40
4. Perbandingan warna gula air kelapa ................................................................. 45
Lampiran

Halaman

5. Susut bobot air kelapa dalam rumah kaca ......................................................... 51
6. Susut bobot air kelapa pada penjemuran ........................................................... 53
7. Selisih susut bobot air kelapa selama penguapan dalam rumah kaca ............... 53
8. Selisih susut bobot air kelapa selama penjemuran ............................................ 54
9. Rata-rata laju penguapan di dalam rumah kaca pada setiap wadah .................. 53
10. Rata-rata laju penguapan penjemuran langsung pada setiap wadah ............... 54
11. Susut bobot air kelapa selama penjemuran ..................................................... 55
12. Susut bobot air kelapa pada wadah aluminium dan plastik ............................ 55
13. Susut bobot air kelapa muda dan air kelapa tua .............................................. 56
14. Perubahan intesitas radiasi matahari ............................................................... 56
15. Perubahan suhu selama penjemuran ............................................................... 57
16. Total padatan terlarut air kelapa ...................................................................... 57
17. Rendemen air kelapa ....................................................................................... 58

vii

v

DAFTAR GAMBAR
Teks

Halaman

1. Proses pembuatan gula merah ........................................................................... 26
2. Foto alat penguapan .......................................................................................... 30
3. Tata letak wadah pada alat penguapan air kelapa. ............................................ 32
4. Grafik Susut bobot air kelapa selama penjemuran. .......................................... 32
5. Grafik susut bobot air kelapa pada wadah alumunium dan plastik................... 35
6. Grafik perbandingan susut bobot air kelapa muda dan tua. ............................. 37
7. Grafik perbandingan suhu. ................................................................................ 41
8. Penjemuran dalam rumah kaca ......................................................................... 44
9. Penjemuran langsung ........................................................................................ 44
Lampiran
10. Air kelapa muda dalam rumah kaca ................................................................ 66
11. Air kelapa muda penjemuran di luar rumah kaca ........................................... 66
12. Air kelapa tua di dalam rumah kaca ................................................................ 66
13. Air kelapa tua penjemuran di luar rumah kaca ............................................... 66
14. Proes penjemuran didalam rumah kaca........................................................... 67
15. Proses penjemuran diluar rumah kaca............................................................. 67
16. Lux meter ........................................................................................................ 68
17. Thermometer ................................................................................................... 68
18. Wadah penampung air kelapa ......................................................................... 69

19. Timbangan digital ........................................................................................... 69
20. Gula kelapa...................................................................................................... 69
21. Rancangan rumah plastik untuk menguapkan air kelapa ............................... 71
22. Rancangan rumah plastik untuk mennguapkan air kelapa ............................. 72

vii

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki lahan perkebunan kelapa terluas di dunia, dengan luas areal
mencapai 3,86 juta hektare (ha) atau 31,2 persen dari total areal dunia sekitar 12
juta ha. Sebahagian besar (98%) dari total luas perkebunan kelapa di indonesia
merupakan perkebunan rakyat, dan sisanya berupa perkebunan negara dan
perkebunan swasta (Dekindo, 2009).
Kelapa adalah tanaman serba guna. Seluruh bagian tanaman bermanfaat bagi
kehidupan manusia (Setyamidjaja dalam Aristya, 2013). Keragaan perkebunan
kelapa menunjukkan (1) luas kepemilikan usaha tani kelapa rata-rata 0,5
ha/keluarga petani, (2) pertanaman umunya diusahakan dalam bentuk monokultur,
(3) adopsi teknologi budidaya belum dilaksanakan secara wajar, (4) produk usaha
tani yang dihasilkan masih bersifat produk primer berbentuk kelapa butiran dan
kopra, (5) produktivitas usaha tani kelapa rendah rata-rata 1,1 ton kopra/ha/tahun
(Tarigan, 2005).
Pohon kelapa termasuk jenis palmae yang berumah satu (monokotil). Batang
tanaman tumbuh lurus ke atas tidak bercabang. Adakalanya, pohon kelapa dapat
bercabang, namun hal ini merupakan keadaan abnormal. Dalam tata nama atau

2

sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan. Tanaman kelapa (cocos nucifera)
dimasukan dalam klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom

: Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Division

: Spermatophyte (tumbuhan berbiji)

Sub-divisio

: Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas

: Monocotyledonae (biji berkeping satu)

Ordo

: Palmales

Familia

: Palmae

Genus

: Cocos

Spesies

: Cocos nucifera L

Kelapa memiliki berbagai nama daerah. Secara umum, buah kelapa dikenal
sebagai coconut, orang Belanda menyebutnya kokosnot atau klapper, sedangkan
orang Prancis menyebutnya cocotier. Di Indonesia kelapa biasa disebut krambi
atau kelapa.
Tanaman kelapa dikelompokan ke dalam family yang sama dengan sagu
(mitroxilon sp), salak (salaca edulis), aren (arenga pinata), dan lain-lain.
Penggolongan varietas kelapa pada umumnya didasarkan pada umur pohon mulai
berbuah, bentuk dan ukuran buah, serta sifat-sifat yang lain ( Warisno, 2003 ).
Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna yang memiliki nilai ekonomi
tinggi. Seluruh bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun dan buah dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia, sehingga disebut sebagai pohon
kehidupan (Sutardi dkk, 2008).

3

Pada buah kelapa daging kelapa merupakan komponen utama dari buah kelapa,
sedangkan sabut tempurung dan air kelapa meupakan hasil sampingan. Dengan
produksi kelapa di Indonesia rata rata 15.5 milyar/tahun, total bahan ikutan yang
dapat diperoleh 3, 75 juta ton air, 0,75 juta ton arang tempurung, 1,8 ton serat
sabut, dan 3,3 juta ton debu sabut sebagai hasil sampingan (Mahmud dan Ferry,
2005).
Air kelapa atau dicampur dengan santan dapat pula digunakan untuk mengobati
penyakit cacing usus, kolera, muntah-muntah, serta gatal-gatal yang disebabkan
oleh penyakit cacar, campak, dan penyakit kulit lainnya. Air kelapa juga
mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai minuman isotonik, karena
secara alami air kelapa mempunyai komposisi mineral dan gula yang
sempursehingga mempunyai keseimbangelektrolit seperti cairan tubuh manusia
(Pengembangan Inovasi Pertanian, 2011).
Air kelapa muda mengandung air 95,5%, protein 0,1%, lemak kurang dari 0,1%,
karbohidrat 4,0%, abu 0,4%, mengandung vitamin C 2,2-3,4 mg/100 ml dan
vitamin B kompleks yang terdiri atas asam nikotinat, asam pantotenat, biotin,
asam folat, vitamin B1, dan sedikit piridoksin. Kandungan mineral air kelapa
terdiri atas kalium, natrium, kalsium, magnesium, besi, tembaga, fosfor, sulfur,
dan klorin. Kandungan mineral K pada air kelapa adalah yang tertinggi, baik pada
air kelapa tua maupun air kelapa muda. Mengkonsumsi mineral K yang tinggi
dapat menurunkan hipertensi, serta membantu mempercepat absorpsi obat-obat
dalam darah (Pratiwi dan Sutara, 2013)

4

Sampai saat ini air kelapa masih dianggap sebagai limbah, Berdasarkan analisis
financial pemanfaatan air kelapa menjadi nata de coco selama 5 tahun hanya
sekitar 1,32 dan 32 %. Sedangkan sisahnya tidak dimanfaatkan dan dibuang
begitu saja. Sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran didaerah sekitarnya
(Djamhuri, 2011). Padahal air kelapa mempunyai potensi sebagai bahan
pembuatan gula merah, dengan peroses penguapan mengunakan energi matahari
dengan bantuan rumah kaca.
Dari permasalahan di atas, maka perlu diupayakan suatu penanganan pasca panen
yang tepat untuk mengoptimalkan pemanfaatan air kelapa, Salah satu cara yang
dilakukan adalah dengan penguapan. Dalam proses penguapan ini digunakan
prinsip rumah kaca.

B. Perumusan Masalah
Rendahnya pemanfaatan air kelapa pasca panen, sehingga perlu diupayakan
penanganan untuk mengoptimalkan pemanfaatan air kelapa dengan cara
penguapan menggunakan prinsip rumah kaca.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah:
1. Menguapkan sebagian air kelapa dengan menggunakan prinsip rumah
kaca
2. Membandingkan laju penguapan di dalam rumah kaca dengan penjemuran

5

3. Membandingkan laju penguapan air kelapa pada wadah alumunium dan
plastik
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi dalam mengoptimalkan
pemanfaatan air kelapa menjadi produk yang tepat guna dan Penelitian ini juga
sebagai salah satu bahan referensi peneliti selanjutnya.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Jenis Kelapa Secara Umum

Tanaman kelapa terdiri atas banyak jenis, karena pada umumnya dihasilkan dari
penyerbukan silang dan sudah sejak lama diusahakan oleh manusia.
Penggolongan kelapa pada umumnya didasarkan pada perbedaan umur pohon,
warna buah, ukuran buah, dan beberapa sifat khusus lainya.
Karakter umur pertama tanaman yang dipanen berupa nira diketahui terdapat
perbedaan, umur tanaman dan termuda di Petanahan (5,28 tahun). Nilai ragam
karakter umur pertama tanaman dipanen nira yang turut dipengaruhi oleh
ketinggian tempat dan pengelolaan tanaman. Dan menurut umur mulai
berbuahnya kelapa digolongkan menjadi 2 (dua) jenis sebagai berikut:
a. Kelapa dalam (typical)
Kelapa dalam adalah golongan kelapa yang memiliki umur mulai berbuah cukup
tua, yaitu sekitar 6-8 tahun. Umur tanaman dapat mencapai 100 tahun atau lebih,
dengan umur produktif 50 tahun atau lebih. Golongan kelapa ini dapat
memberikan hasil buah per tahun yang mantap. Buah yang dihasilkan dapat
berwarna hijau, coklat, dan lain-lain, dengan ukuran yang besar (2 kg – 2,5 kg),
daging buah 0,5 kg, dan air 0,5 liter. Stiap butir buah dapat menghasilkan kopra
sekitar 200 g – 300 g, dan minyak sekitar 132 g. ukuran batang sangat tinggi

7

(sekitar 35 m), tumbuh lurus keatas seperti tiang, dan agak membesar pada
panggkalnya. Tanaman kelapa yang termasuk dalam golongan kelapa dalam
(talcoconut) misalnya kelapa hijau (C. veridis), kelapa merah (C. rubescens),
kelapa bali (macrocarya), kelapa manis (sakarina), kelapa nias, kelapa
Halmahera, dan sebagainya.
b. Kelapa Genjah (nana)
Kelapa genjah adalah golongan kelapa yang memiliki umur mulai berbuah relatif
muda, yaitu sekitar 3 - 4 tahun. Umur tanaman dapat mencapai 50 tahun dengan
masa produktif mencapai 25 tahun, namun hasil buah per tahun tidak mantap.
Warna buah berpariasi: hijau, kuning, atau jingga. Buah memiliki ukuran yang
kecil, yaitu 1,5 kg - 2 kg (bahkan ada yang kurang dari 1,5 kg), daging buah 0,4
kg, dan air sekitar 200 cc. setiap butir kelapa genjah dapat menghasilkan kopra
sekitar 150 gram per butir dan minyak sekitar 685. Tinggi tanaman dapat
mencapai 20 m, dengan batang lurus keatas kecuali genjah genuk yang batang
bawahnya membesar. Tanaman kelapa yang termasuk dalam golongan kelapa
genjah (dwarf coconut) antara lain kelapa gading, kelapa raja, kelapa puyuh,
kelapa raja Malabar, kelapa genjah genuk, dan sebagainya ( Warisno, 2003).

B. Buah Kelapa
Bunga betina yang telah dibuahi akan mulai tumbuh menjadi buah sekitar 3 – 4
minggu setelah manggar terbuka. Namaun, tidak semua buah yang terbentuk akan
tumbuh menjadi buah yang dapat dipetik. Diperkirakan 1/2 - 2/3 buah muda
(bluluk) akan berguguran, karena pohon kelapa tidak sanggup membesarkannya,

8

sedangkan sisanya akan terus tumbuh. Rontoknya buah muda ini berlangsung
selama selama dua bulan.
Pertumbuhan buah kelapa terjadi menjadi tiga fase. Fase pertama, yakni fase
pembesaran sabut, tempurung, dan lubang embrio, berlangsung selama 4 – 5
bulan. Pada fase ini, ruangan masih dipenuhi oleh air dan tempurung masi lunak.
Fase kedua berlangsung selama dua bulan, yakni fase penebalan tempurung, tetapi
tempurung belum mengeras. Fase ketiga merupakan fase pembentukan putih
lembaga atau endosperm, dimulai dari bagian pangkal buah menuju kebagian
ujung. Kemudian, pada bagian pangkal buah mulai terbentuklembaga (embrio) .
tempurung berangsur – angsur berubah menjadi coklat-hitam dari bagian pangkal
kearah ujung buah dan mulai mengeras. Pada tempurung dibagian pangkal buah
juga mulai terbentuk tiga buah lubang ovule.
Kelapa sebagai salah satu spesies dari genus Cocos memiliki 27 genera dan 600
spesies, yang diklesifikasikan dalam dua varietas yaitu kelapa Dalam (typica Nar)
dan kelapa Genjah (nana Griff). Ada pula yang mengklasifikasikan kelapa dalam
tiga varietas yaitu selain kelapa Dalam dan Genjah juga ada kelapa Semi Dalam
(aurantiaca). Masing-masing varietas kelapa memiliki karakteristik khusus yang
membedakannya satu sama lain. Penampilan karakter tanaman kelapa di lapangan
beragam. Hal ini disebabkan antara lain karena tetua yang digunakan dalam
proses persilangan diperoleh dari populasi menyerbuk bebas, artinya derajat
heterosigotnya masih tinggi. Kelapa Dalam umumnya menyerbuk silang, sehingga
keturunannya mempunyai penampilan yang sangat beragam karena genotipnya
masih heterosigot .

9

Pada umur 9 – 10 bulan, buah telah mencapai ukuran maksimal, dengan bobot
3kg – 4 kg dan berisi cairan sebanyak 0,3 – 0,4 liter. Pada saat mencapai tingkat
kemasakan sempurna, yakni pada umur 11 – 12 bulan, berat buah turunmenjadi
rata – rata 1,5 kg – 2 kg perbutir (kelapa genjah) dan 2 kg – 2,5 kgper butir
(kelapa dalam). Selain itu, ruang dalam endosperm tidak lagi dipenuhi air.
Demikian pula, kandungan nutrisi di dalam putih lembaga menjadi berbeda beda.
Kandungan nutrisi pada lapisan luar atau dekat tempurung menjadi lebih banyak
jika dibandingkan dengan lapisan dalam, karena lpisan paling luar ini lebih dulu
terbentuk ( Warisno, 2003 ).

C. Air Kelapa

Jumlah air kelapa makin berkurang sesuai dengan pertambahan umur buahnya
yaitu 18 gr setiap buah sebelum buah berdaging, 30 gr setiap buah muda dan 8 –
10 gr setiap buah yang sudah tua. Demikian pula warna airnya, makin tua airnya
akan makin keruh. Buah kelapa yang terlalu muda belum memiliki daging buah
yang ada hanya air yang disebut air degan. Air kelapa muda ini rasanya manis,
mengandung mineral 4%, gula 2%, abu dan gula. Bila buah makin tua, maka
airnya makin kurang manis, air kelapa dari buah tua hanya mengandung beberapa
vitamin dalam jumlah kecil. Kandungan vitamin C –nya hanya 0,7 – 3,7 mg/100
mg air buah, asam nikotinat 0,64 g/ml, asam panthotenat 0,52 g/ml, biotin 0,02
g/ml, riboflavin 0,01 g/ml dan asam folat hanya 0,003 g/ml. selain itu, air kelapa
dari buah yang tua juga mengandung asam amino bebas sebanyak 4,135 g/100 g
sisa alkohol. (Munawar. 2009).

10

D. Sukrosa

Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-monomernya
yangberupa unit glukosa dan fruktosa dengan rumus molekul C12H22O11.
Senyawa ini dikenal sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak
oleh organisme lain seperti hewan. Penambahan sukrosa dalam media berfungsi
sebagai sumber karbon. Sukrosa atau gula dapur diperoleh dari gula tebu atau gula
beet. Unit glukosa dan fruktosa diikat oleh jembatan asetal oksigen dengan
orientasi alpha. Struktur ini mudah dikenali karenamengandung enam cincin
glukosa dan lima cincin fruktosa. Proses fermentasi sukrosamelibatkan
mikroorganisme yang dapat memperoleh energi dari substrat sukrosa dengan
melepaskan karbondioksida dan produk samping berupa senyawaan alkoho l. Penggunaan
yeast ini dalam proses fermentasi diduga merupakan proses tertua dalam
bioteknologi dansering disebut dengan zymotechnology. Sukrosa diproduksi
sekitar 150 juta ton setiaptahunnya. Sukrosa (C12H22O11) ialah sejenis, yaitu
yang bersifat bukan penurun dan tidak menunjukkan fenomena Hidrolisis sukrosa.
Sukrosa atau gula tebu merupakan disakaridayang paling manis yang terdiri dari
glukosa dan fruktosa. Sukrosa bukan merupakan gulapereduksi karena sukrosa
tidak mempunyai atom karbon hemiasetal dan hemiaketal.Sukrosa tidak memilliki
atom karbon monomer bebas karena karbon anomer glukosa danfruktosa
berikatan satu dengan yang lain. Sukrosa juga mudah dihidrolisis menjadi Dglukosa dan D-fruktosa. Sumber-sumber sukrosa yang terdapat di alam antara
lain: tebu(100% mengandung sukrosa), bit, gula nira (50%), dan Selain itu pada
buah kelapa juga terkandung sukrosa dimana pada air kelapa muda kandungan
sukrosa mencapai 5 % sedangkan untuk kelapa tua hanya 3%

11

Sukrosa merupakan gula pasir biasa. Komposisi kimia dari gula adalah sama, satu
satuanfruktosa yang digabung dengan satu satuan glukosa. Ikatan glikosida
menghubungkankarbon ketal dan asetal dan bersifat β dari fruktosa dan α dari
glukosa.
Pada sukrosa kedua atom karbon anomerik digunakan untuk ikatan glikosida. Dalam
sukrosa, baik fruktosamaupun glukosa tidak memiliki gugus hemiasetal oleh
karena itu, sukrosa didalam airtidak berada dalam kesetimbangan dengan suatu
bentuk aldehid atau keto.
Sukrosa termasuk golongan Disakarisa adalah merupakan gabungan dua
unitmonosakarida yang berikatan kovalen terhadap sesamanya. Ikatan ini disebut
ikatanglikosida yang dibentuk jika gugus hidroksil pada salah satu gula bereaksi
dengan karbonanomer pada gula yang kedua. Disakarida yang banyak ditemukan di alam
yaitu laktosa, sukrosa, dan maltosa.
a. Laktosa
Laktosa sering juga disebut gula susu karena hanya terdapat dalam susu.
Biladihidrolisis, laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan D-glukosa.
Laktosamemiliki satu atom karbon hemiasetal dan mempunyai gugus karbonil
yangberpotensi bebas pada residu glukosa sehingga laktosa termasuk disakarida
pereduksi.
b. Sukrosa
Sukrosa atau gula tebu merupakan disakarida yang paling manis yang terdiri
dariglukosa dan fruktosa. Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi karena
sukrosa tidak mempunyai atom karbon hemiasetal dan hemiaketal. Sukrosa tidak
memilliki atom karbon monomer bebas karena karbon anomer glukosa dan

12

fruktosa berikatan satu dengan yang lain. Sukrosa juga mudah dihidrolisis
menjadi D-glukosa dan D-fruktosa. Sumber-sumber sukrosa yang terdapat di alam
antara lain: tebu (100%mengandung sukrosa), bit, gula nira (50%), dan jelly.
c. Maltosa
Maltosa merupakan disakarida yang paling sederhana. Maltosa terdiri dari
duaresidu D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Sebuah molekul
glukosadihubungkan melalui atom karbonnya yang pertama dengan gugus
hidroksil atomkarbon keempat pada molekul glukosa yang lainnya. Kedua residu glukosa
tersebutberada dalam bentuk piranosa. Maltosa memilliki gugus karbonil yang
berpotensibebas yang dapat dioksidasi, sehingga maltosa mempunyai sifat gula
pereduksi. Didalam tubuh, maltosa didapat dari hasil pemecahan amilum yang
lebih mudahdicerna. Maltosa banyak terdapat kecambah, susu dan pada serealia,
misalnya (Bani’ alie, 2012)
Nira kelapa sebagai bahan baku Pada proses pembuatan gula kelapa nira dapat
mengalami kerusakan jika dibiarkan beberapa waktu tanpa adanya proses
pengawetan. Proses kerusakan nira diawali dengan proses perubahan sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa, kemudian proses fermentasi glukosa dan fruktosa
menjadi etanol dan CO2 diakhiri dengan proses pembentukan asam asetat yaitu
proses perubahan etanol menjadi asam asetat ( Naufalin, 2013) dengan
berkurangnya sukrosa ini, maka gula yang di dapatkan akan cepat meleleh atau
tak membeku (Santoso, 1993).
Pada penelitian ini lama waktu penjemuran selama tiga hari diharapkan dapat
menjadi patokan untuk melihat kelayakan air kelapa.

13

E. Penguapan

Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair
dengan spontan menjadi gas. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya
cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume
signifikan. Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari
cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika
molekul-molekul saling bertumbukan mereka saling bertukar energi dalam
berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Salah satu molekul
mendapatkan energi yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi
di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan
menguap.
Penguapan akan terjadi karena adanya kontak antara droplet dengan udara panas
sehingga akan terjadi transfer panas dari udara ke droplet. Panas tersebut
digunakan sebagai panas laten selama penguapan. Penguapan ini terjadi pada
tiap- tiap droplet yang bersinggungan dengan udara pengering. Laju panas dan
“mass transfer” merupakan fungsi dari suhu, kelembaban dan transport dari udara
pengering. Juga menrupakan fungsi dari diameter droplet dan perbandingan
kecepatan antara droplet dengan udara pengering. Kecepatan evavorasi
dipengaruhi oleh komposisi bahan, terutama oleh total padatan bahan. Semakin
tinggi total padatan maka proses evaporasi akan berlangsung lebih cepat
(Koswara, 1992).
Titik didih adalah suhu (temperature) dimana tekanan uap sebuah zat cair sama
dengan tekanan eksternal yang dialami oleh cairan. Berdasarkan nilai titik didih

14

zat terlarut, larutan dapat dibagi dua yaitu titik didih zat terlarut lebih kecil
daripada pelarut sehingga zat terlarut lebih mudah menguap o2, nh2, h2s dan
alcohol didalam air. Yang kedua yaitu zat terlarut lebih besar daripada pelarutnya
dan jika dipanaskan pelarut akan lebih dulu menguap. Kenaikan titik didih larutan
tergantung pada jenis pelarut dan konsentrasi larutan, tidak tergantung pada jenis
zat terlarutnya. Untuk larutan yng sangat encer, tekanan uap zat terlarut dapat
diabaikan, sehingga yag mempengaruhi titik didih larutan hanya pelarut.
Ada cairan yang kelihatannya tidak menguap pada suhu tertentu di dalam gas
tertentu (contohnya minyak makan pada suhu kamar). Cairan seperti ini memiliki
molekul-molekul yang cenderung tidak menghantar energi satu sama lain dalam
pola yang cukup buat memberi satu molekul kecepatan lepas energi panas yang
diperlukan untuk berubah menjadi uap. Namun cairan seperti ini sebenarnya
menguap, hanya saja prosesnya jauh lebih lambat dan karena itu lebih tak terlihat.
Panas penguapan adalah jumlah energi yang diperlukan oleh suatu mol cairan
untuk menguap pada tekanan tetap. Umumnya cairan akan menjadi dingin bila
menguap yang disebabkan keluarnya molekul-molekul dengan energi yang tinggi
akan merendahkan energi kinetik rata-rata dari molekuk yang tinggal. Manfaat
dari sifat panas penguapan adalah besarnya memberikan ukuran dari kekuatan
gaya tarik cairan. Keadaan ini terjadi jika gaya tarik antar molekul kuat, lebih
banyak energi diperlukan untuk memisahkan molekul-molekul untuk menguap
ditentukan oleh suhu cairan (Brady,dalam derry 2013).
Menurut Chang (dalam derry 2013), laju penguapan adalah tetap pada suhu
tertentu, dan laju pengembunan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi
molekul dalam fase uap. Keadaan kesetimbangan dinamis (dynamic equilibrium),

15

dimana laju proses maju secara tepat diimbangi oleh laju proses kebalikannya,
tercapai ketika pengembunan dan penguapan menjadi sama.

F. Perpindahan Panas

Laju penguapan ditentukan oleh laju pada saat energi panas dapat dipindahkan ke
air atau ke es untuk melengkapi panas laten. Ketiga mekanisme perpindahan
panas, yaitu konduksi, pemancaran, dan konveksi, masuk ke dalam pengeringan.
Kepentingan relatif tiap mekanisme bervariasi dari satu proses pengeringan ke
proses pengeringan lainnya dan sangat sering salah satu cara pindah panas lebih
dominan sehingga mengatur seluruh proses yaitu :
a. Konduksi, yaitu pemanasan secara kontak atau bersinggungan. Pemanasan ini
terjadi karena molekul-molekul yang dekat dengan permukaan bumi akan
menjadi panas karena bersinggungan dengan bumi yang menerima panas
langsung dari matahari. Molekul-molekul udara yang sudah panas
bersinggungan dengan molekul-molekul udara yang belum panas; lalu saling
memberikan panas sehingga menjadi sama- sama panas.
b. Koveksi, yaitu pemanasan atau penyebaran panas yang terjadi akibat adanya
gerakan udara secara vertikal, sehingga udara di atas yang belum panas
menjadi panas karena pengaruh udara di bawahnya yang sudah panas.
c. Adveksi, yaitu pemanasan atau persebaran panas yang terjadi sebagai akibat
gerakan udara panas secara horizontal atau mendatar dan menyebabkan udara
di sekitarnya juga menjadi panas.

16

d. Turbulensi, yaitu persebaran udara panas secara tak teratur, berputar-putar. Hal
ini akan menyebabkan udara yang sudah panas bercampur dengan udara yang
belum panas, sehingga udara yang belum panas akan ikut menjadi panas.
(Dwi , 2010)

G. Radiasi Matahari

Radiasi adalah suatu bentuk energi yang dipancarkan oleh setiap benda yang
mempunyai suhu di atas nol mutlak, dan merupakan satu - satunya bentuk energi
yang dapat menjalar di dalam vakum angkasa luar. Radiasi matahari yang jatuh ke
bumi ini disebut insolasi. Hampir 99 % energi radiasi matahari berada di daerah
gelombang pendek, yaitu antara 0,15 um dan 4,0 um, sehingga radiasi matahari
dinamakan pula radiasi gelombang pendek.
Radiasi matahari dalam perjalanannya melewati atmosfer menuju permukaan
bumi mengalami penyerapan (absorpsi), pemantulan, hamburan dan pemancaran
kembali atau reradias (Yani, 2009 ).
Radiasi Matahari adalah pancaran energi yang berasal dari proses thermonuklir
yang terjadi di Matahari. Energi radiasi Matahari berbentuk sinar dan gelombang
elektromagnetik. Spektrum radiasi Matahari sendiri terdiri dari dua yaitu, sinar
bergelombang pendek dan sinar bergelombang panjang. Sinar yang termasuk
gelombang pendek adalah sinar x, sinar gamma, sinar ultra violet, sedangkan sinar
gelombang panjang adalah sinar infra merah.
Jumlah total radiasi yang diterima di permukaan bumi tergantung 4 (empat)
faktor, yaitu:

17

1. Jarak Matahari
Setiap perubahan jarak bumi dan Matahari menimbulkan variasi terhadap
penerimaan energi Matahari.
2. Intensitas radiasi
yaitu besar kecilnya sudut datang sinar Matahari pada permukaan bumi. Jumlah
yang diterima berbanding lurus dengan sudut besarnya sudut datang. Sinar dengan
sudut datang yang miring kurang memberikan energi pada permukaan bumi
disebabkan karena energinya tersebar pada permukaan yang luas dan juga karena
sinar tersebut harus menempuh lapisan atmosphir yang lebih jauh ketimbang jika
sinar dengan sudut datang yang tegak lurus.
3. Panjang hari (sun duration)
yaitu jarak dan lamanya antara Matahari terbit dan Matahari terbenam.
4. Pengaruh atmosfer
Sinar yang melalui atmosfer sebagian akan diadsorbsi oleh gas-gas, debu dan uap
air, dipantulkan kembali, dipancarkan dan sisanya diteruskan ke permukaan
bumi.selain itu, radiasi matahari bisa menangkal black hole yang bisa
memerangkap cahaya (Wikipedia, 2013).
Sebagian besar energi yang mencapai bumi berasal dari radiasi matahari sebagian
spektrum ultraviolet, tampak sampai inframerah. Radiasi mataharai merupakan
sumber energi yang mempengaruhi gerak atmosfer, berbagai proses di dalam
atmosfer, dan lapisan permukaan bumi. Distribusi radiasi elektron magnetik yang
diemisikan oleh matahari mendekati radiasi benda hitam untuk temperatur 6000
kelvin. Sekitar 99,9% energi panas yang diperlukan untuk proses – proses yang

18

terjadi di dalam sistem bumi - atmosfer berasal dari matahari. Setiap menit
matahari meradiasikan energi sekitar 56x1026 kal.
Intensitas radiasi matahari dipengaruhi besar kecilnya sudut datang sinar matahari
pada permukaan bumi. Jumlah yang diterima berbanding lurus dengan sudut
besarnya sudut datang. Sinar dengan sudut datang yang miring kurang
memberikan energi pada permukaan bumi disebabkan karena energinya tersebar
pada permukaan yang luas dan juga karena sinar tersebut harus menempuh lapisan
atmosphir yang lebih jauh ketimbang jika sinar dengan sudut datang yang tegak
lurus (Prayuda, 2013 ).

H. Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca pertama kali di kemukakan oleh Joseph Fourier pada tahun
1824, merupakan sebuah proses dimana atmosfer memanaskan sebuah planet.
Energi yang masuk ke bumi 25 % dipantulkan oleh awan atau partikel lain di
atmosfer, 25 % diserap awan, 45 % diadsorbsi permukaan bumi dan 5 %
dipantulkan kembali oleh permukaan bumi. Energi yang diadsorbsi dipantulkan
kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi.
Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan,
gas CO2 dan gas lainya untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Hal ini akan
mengakibatkan suhu permukan bumi menjadi meningkat.
Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca karena peristiwanya sama dengan
rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak
dapat menembus keluar kaca sehingga menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.

19

Rumah kaca seringkali digunakan untuk mengembangkan bunga, buah, tanaman
tembakau, selain itu banyak sayuran yang dikembangkan dirumah kaca pada akhir
musim dingin atau awal musim semi. Tanaman tersebut kemudian dipindahkan
keluar begitu cuaca menjadi hangat.
Proses pindah panas dan massa yang terjadi di dalam bangunan tembus cahaya ini
adalah energi surya (gelombang pendek) yang memancar akan dipantulkan dan
diserap sebagian serta sisanya diteruskan ke dalam bangunan. Energi yang masuk
akan diserap oleh lantai, dinding, lapisan bahan yang akan dikeringkan kemudian
merubahnya menjadi energi gelombang panjang yang terperangkap di dalamnya.
Pada pembuatan gula pada efek rumah kaca ini bangunan terbuat dari kayu
sebagai rangka bangunan, plastik fiber sebagai atap dan seng untuk dindingnya
hal ini dilakukan sebagai penangkap panas matahari agar masuk dalam ruangan,
terdapat rak penjemur untuk meletekakan wadah air kelapa yang rangkannya
terbuat dari kayu dan wadah sendiri terbuat dari seng yang berbahan alumunium
dan plastik.

I. Pembuatan Gula Kelapa

Tanaman kelapa termasuk dalam famili palmae. Dari niranya lazim digunakan
berbagai keperluan terutama untuk gula. Ketimbang gula putih gula ini beraroma
lebih sedap. Ada hidangan tertentu yang lebih lezat memakai gula kelapa daripada
menggunakan gula biasa. Nira diperoleh dari tandan bunga, sehingga bila kelapa
menghasilkan nira, dia tidak lagi berikan buah. Pembuatan gula kelapa merupakan
suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan petani, bahkan dengan menghasilkan

20

gula kelapa pendapatannya dapat jauh lebih meningkat ketimbang bila menjual
kelapa segar, bila harga kelapa/kopra lagi merosot di pasaran. Jenis gula kelapa
berdasarkan bentuknya ada gua semut, gula petak dan gula tempurung. Proses
pembuatannya hampir sama, hanya saja ada beberapa tambahan perlakuan guna
menghasilkan produk tersebut.
1. Proses Pengambilan Nira Kelapa.
a. pohon baru bisa disadap bila telah menghasilkan 3 tandan bunga yang baru
membuka dan tandan yang termuda sudah mencapai 20 cm panjangnya.
b. pada kelapa dalam umumnya sekitar umur 8 tahun dan 4 tahun untuk kelapa
hybrid.
c. mahkota pohon perlu dibersihkan dari semua kotoran begitu pula alat-alat yang
akan digunakan harus dalam keadaan bersih
d. nira diperoleh dari tandan yang seludangnya belum mekar
e. tangkai bunganya lalu dipukul pukul perlahan-lahan dan baru boleh disadap
setelah 3- 5 hari kemudian agar memudahkan keluarnya nira
f. mayang dipotong ujungnya ± 10 cm dengan pisau tajam
g. kira-kira seminggu kemudian niranya sudah akan keluar
h. agar niranya tidak asam, kotorannya mengendap dan qulanya nanti berwarna
kuning muda kedalam wadahnya perlu diberi 1 sendok makan kapur sirih atau
larutan Na bisulfit secukupnya (1 sendok Nabisulfit dalam 2 liter air). warna
gula dapat ditentukan dengan pekat/tidaknya larutan ini
i. penyadapan dilakukan pagi sebelum pukul 08.00 dan sore setelah pukul 16.00

21

j. sebelum bumbung/wadah dipasang kembali guna penderesan berikutnya,
mayang dipotong sedikit dengan sekali sentuhan agar bias melancarkan
keluarnya nira
k. setiap mayang dapat diambil niranya selama ± 40 hari, pagi dan sore hari
l. nira yang baik bercirikan masih segar, rasa manis, harum, tidak berwarna dan
derajat keasaman (pH)nya antara 6,0 - 7,0
m. nira yang jelek pHnya > 6,0 dan bila digunakan, mutu gulanya akan ikut jelek
2. Proses Pengolahan Nira Menjadi Gula Kelapa
a. nira yang telah diperoleh disaring, selanjutnya dimasukkan kedalam
wajan/panci
b. nira dimasak dengan panas yang konstan pakai bahan bakar kayu/seresah atau
bahan bakar lainnya
c. lama pemasakan tergantung
d. seludang dibalut dengan tali dari ujung ke bagian pangkalnya agar tidak mekar
e. mayang tersebut di rundukkan parlahan-lahan hingga membentuk sudut 60°
dengan garis vertikal dan diikat agar tetap pada posisi tersebut jumlah nira
yang dimasak
f. ± 15 menit sebelum gulanya masak diberi 1 cc santan (1 butir kelapa parutan
dicampur 100 cc air)
g. nira yang telah mengental diaduk cepat dengan arah memutar
h. jika telah mengental dan berwarna kemerahan dituang kedalam cetakan. ± 10
menit kemudian cairannya sudah padat, berarti proses pembuatannya telah
selesai.

22

i. bila menggunakan tempurung kelapa, pada tahap pertama diisi ¾ bahannya
terlebih dahulu, lalu didinginkan selama 15 merit.
j. keluarkan dari cetakannya setelah mengeras, lalu tempelkan pada gula yang
ada dicetakan lainnya, agar bentuk yang dihasilkan identik satu dengan yang
lainnya.
k. agar tidak lengket satu sama lainnya, diantara gala-gala tersebut dialas daun
pisang yang sudah tua serta kering.
l. pengepakan dapat juga dilakukan memakai keranjang bambu dengan dilapisi

daun pisang kering atau daun jati kering. Dengan cara pengepakan seperti ini
gula dapat bertahan ± 1 bulan (LIPTAN, 1993)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2014, bertempat di
laboratorium Mekanisasi Rekayasa bioproses dan Pasca panen Jurusan Teknik
Pertanian Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi : gergaji, meteran, mistar siku,
palu, tang, termometer, lux meter, nampan pelastik dan nampan alumunium.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah kayu kasau, bambu, plastik transparan,
paku, seng dan air kelapa.
C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai brikut
1. Pemilihan bahan
Pada penelitian ini menggunakan dua jenis air kelapa berdasarkan umur kelapa,
yaitu air kelapa muda dan air kelapa tua. Selanjutnya air kelapa ditambah 1
sendok makan kapur sirih untuk 2 liter air ( LIPTAN, 1993). Untuk mengurangi
keasaman pada air kelapa. setelah itu dilakukan penyaringan , hal ini dilakukan

24

untuk mengindari pengendapan kapur atau kotoran dalam air kelapa. Air kelapa
yang sudah bersih Selanjutnya dimasukan kedalam wadah.
2. Penempatan pada wadah
Penelitian ini menggunakan wadah dengan dua bahan yang berbeda yaitu wadah
berbahan alumunium dan wadah berbahan pelastik dimana masing-masing wadah
memiliki ukuran panjang 31 cm, lebar 23 cm dan tinggi 8 cm. Penggunaan bahan
alumunium ini sendiri adalah untuk mempercepat peroses penguapan, karena
bahan alumunium mampu menyerap radiasi matahari dengan cepat.
3. Mengatur ketebalan air kelapa pada wadah
ketebalan air kelapa pada wadah digunakan dua ketebalan yaitu 1 cm dan 2 cm,
hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peroses penguapan yang terlalu cepat
atau terlalu lama. Agar bahan atau air kelapa tidak habis menguap dan
membusuk.
4. penjemuran
Peroses penjemuran dilakukan dengan dua cara yaitu, penjemuran didalam rumah
kaca dan penjemuran dengan sinar matahari langsung. Pada penjemuran dengan
menggunakan rumah kaca, bangunan rumah kaca dibuat dari bahan kayu, dengan
bentuk prisma segitiga siku-siku, dibuat dengan dinding seng dan atap plastik.
Rumah kaca ini dinbuat dengan ukuran panjang 300 cm, tinggi 66 cm dan lebar
100 cm. Penjemuran ini dilakukan 12 jam selama tiga hari. Perlakuan penelitian
dapat dilihat pada tabel berikut

25

Tabel 1. Perlakuan penelitian
No

Penjemuran langsung

Penjemuran dengan rumah kaca

1

AM1

AM1

2

AM2

AM2

3

AT1

AT1

4

AT2

AT2

5

PM1

PM1

6

PM2

PM2

7

PT1

PT1

8

PT2

PT2

Keteranagan:
A

: wadah berbahan alumunium

P

: wadah berbahan plastik

M

: air kelapa muda

T

: air kelapa tua

1 dan 2: ketebalan air kelapa dalam wadah (cm )
Prosedur dalam pembuatan gula merah ini dapat kita lihat pada Gambar 1 dan
gambar bangunan pada penelitian ini dapat kita lihat pada Gambar 10 dan 11.

26

Mula

Air kelapa
Air kelapa
muda

Air kelapa tua

Pembersihan air kelapa dari kotoran

Memesukan air kedalam wadah

Wadah
alumunium

Wadah plastik

penjemuran
Penjemuran langsung

Mengunakan rumah
kaca

pemekatan

pendingan

Gula kelapa

selesai

Gambar 1. Proses pembuatan gula merah
.

27

D. Parameter Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi kadar air kelapa
(konsentrasi) dan gula, rendemen, warna gula kelapa, suhu, radiasi dan efisiensi
termal.

1. Rendemen
Rendemen gula air kelapa adalah kadar kandungan gula didalam air kelapa yang
dinyatakan dengan persen. Pengukuran rendemen gula dilakukan setelah air
kelapa menjadi gula merah, dihitung dengan rumus
.............................................................................1
Dimana :
BA = berat sampel sebelum penjemuran (g)
BB = berat sampel yang didapat (g)
2. Warna gula kelapa
Pengamatan warna gula dilakukan untuk membandingkan hasil penjemuran
dengan matahari langsung dan penjemuran menggunakan ruamah kaca.
Pengamatan ini berdasarkan warna gula air kelapa yang terbentuk. Di bandingkan
menggunakan cart
3. Suhu
Pengukuran suhu dilakukan menggunakan thermometer. Dimana pengukuran ini
dilakukan setiap 1 jam. Pada pengukur suhu didalam rumah kaca thermometer
digantung didalam rumah kaca, sedangkan pada pengeringan langsung
thermometer digantung pada rak penjemur.

28

4. Radiasi
Tingkat intensitas iradiasi matahari diukur dengan menggunakan luxmeter.
Intensitas iradiasi yang terukur pada alat ini dalam satuan lux, kemudian
dikonversi ke dalam satuan W/m2. Perubahan cuaca yang terjadi secara langsung
mempengaruhi intensitas iradiasi matahari

5. Laju penguapan
Laju pengeringan dan perpindahan air yang dibawa aliran udara pengering dapat
dihitung dengan menggunakan rumus
………………………………………………………………………2
dimana;
W = Laju penguapan rata-rata (kg/jam)
Ba= berat bahan awal (kg)
Bb= berat bahan akhir (kg)
t = Lama penguapan (jam)

6. Energi matahari
Energi iradiasi yang tiba di alat pengering dinyatakan dalam persamaan (Holman
J.P., Dalam Hizami, 2012)
Qrs = A × Ir × t…………………………………………………………………...3
Dimana :
A = luas plat kolektor (m2)
Ir = intensitas iradiasi surya (Watt/m2)
t

= Lama penyinaran (detik)

29

7. Efisiensi Termal
Efisiesi termal dapat dihitung berdasarkan persamaan

………….…………………………………………….. 4
………………………. 5
………………………………………………….... 6
Diman