24
siswa. Dari sudut fasilitas belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa kontributif memberi sumbangan fasilitas fisik terhadap terciptanya
situasi belajar yang aman dan nyaman. Sedangkan dari aspek materi, kualitas dapat dilihat dari kesesuainnya dengan tujuan dan kompetensi
yang harus dikuasi siswa. Oleh karena itu kualitas pembelajaran secara operasional dapat
diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis guru, mahasiswa, kurikulum dan bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem
pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler.
2. Indikator Kualitas pembelajaran
Secara konseptual kualitas perlu diperlakukan sebagai dimensi indikator yang berfungsi sebagai indikasi atau penunjuk dalam kegiatan
pengembangan profesi,
baik yang
berkaitan dengan
usaha penyelenggaraan lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di
kelas. Hal ini diperlukan karena beberapa alasan berikut: a.
Prestasi Siswa Meningkat Prestasi siswa yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan
dalam pembelajaran yang selama ini pendidikan agama berlangsung mengedepankan aspek kognitif pengetahuan, aspek afektif rasa dan
psikomotorik tingkah laku.
25
b. Siswa Mampu Bekerjasama
Pembelajaran perlu suatu kerjasama antar siswa ataupun siswa dengan guru. Dengan adanya kekompakan akan timbul suasana
pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Keharmonisan perlu dijaga dan dipelihara dengan mewujudkan sikap: 1 adanya saling
pengertian untuk tidak saling mendominasi, 2 adanya saling menerima untuk tidak saling berjalan menurut kemauannya sendirii,
3 adanya saling percaya untuk tidak saling mencurigai, 4 adanya saling menghargai dan 5 saling kasih sayang untuk tidak saling
membenci dan iri hati. c.
Adanya Pembelajaran yang Menyenangkan Pembelajaran yang menyenangkan sangat diperlukan untuk
membantu siswa dalam menyerap dan memahami pelajaran yang diserap oleh guru, karena apabila siswa tidak menyenangi
pembelajaran maka materi pelajaran tidak akan membekas pada diri siswa. Pembelajaran yang menyenangkan ini biasanya dengan
menggunakan metode yang bervariasi dan pembentukan suasana kelas yang menarik.
d. Mampu berinteraksi dengan Mata Pelajaran Lain
Problematika kehidupan dunia tidak hanya ada pada masalah keagamaan saja, akan tetapi lebih banyak dalam bidang-bidang
keduniaan. Dalam hal ini pendidikan agama bisa menjadi solusi dari
26
semua bidang asalkan pembelajaran pendidikan agama islam yang dilaksanakan mampu berinteraksi dengan mata pelajaran lain.
e. Mampu Mengkontekstualkan Hasil Pembelajaran
Pembelajaran kontekstual sangat diperlukan untuk mebiasakan dan melatih siswa dalam bersosial, bekerjasama dan memecahkan
masalah. Belajar akan lebih bermakna apabila anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya.
f. Pembelajaran yang Efektif di Kelas dan lebih Memberdayakan Potensi
Siswa Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan
kualitas hasil pendidikan. Secara mikro ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih
memberdayakan potensi siswa. g.
Pencapaian Tujuan dan Target Kurikulum Pencapaian tujuan dan target kurikulum merupakan tugas yang
harus dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam setiap pembelajarannya. Tujuan dan target-target tersebut bisa dijadikan tujuan minimal
maupun maksimal yang harus dicapai tergantung kepada kemampuan pihak sekolah yang terdiri dari guru an unsur-unsur lain yang
melaksanakannya. Maka indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain
dari perilaku pembelajaran guru, perilaku dan dampak belajar siswa,
27
iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran.
C.
Guru PAI
Pendidik adalah orang yang mendidik.
23
Pendidik adalah orang yang sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai pendidikan.
24
Semula kata gurupendidik mengacu pada seseorang yang memberikan pengetahuan,
keterampilan, atau pengalaman kepada orang lain. Gurupendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab
memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri
dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, dan mampu melakukan
tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.
25
Pendidik merupakan bapak rohani dan spiritual father bagi peserta didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia,
dan meluruskan perilakunya yang buruk. Oleh karena itu pendidik mempunyai kedudukan tinggi dalam Islam.
23
Burhani Ms dan Hasbi Lawrens, Kamus Ilmiah Populer, Jombang: Lintas Media, tt, hal.
24
Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hal. 142
25
Abdul Mujib, et al. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006, hal. 87
28
Hal ini sesuai dalam kitab Ihya’ Ulum ad-Din yang menyatakan:
Seorang yang diberikan ilmu dan kemudian bekerja dengan ilmunya itu dialah yang dinamakan orang besar di bawah kolong langit ini. Ia
bagai matahari yang mencahayai orang lain, sedangkan ia sendiripun bercahaya ibarat minyak kasturi yang baunya dinikmati orang lain, ia
sendiripun harum.
26
Dengan demikian gurupendidik adalah profesi yang sangat mulia, karena secara naluri orang yang berilmu itu dimuliakan dan dihormati oleh
orang. Dan ilmu pengetahuan itu sendiri adalah mulia, sehingga profesinya sebagai pengajar adalah memberikan kemuliaan.
Tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri
taqarrub kepada Allah SWT. Hal tersebut karena tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jika pendidik
belum mampu membiasakan diri dalam peribadatan pada peserta didiknya, maka ia mengalami kegagalan dan tugasnya, sekalipun peserta didiknya
memiliki prestasi akademis yang luar biasa. Hal itu mengandung arti akan keterkaitan antara ilmu dan amal shaleh.
Dalam perkembangan berikutnya, paradigma pendidik tidak hanya bertugas sebagai pengajar, yang mendoktrin peserta didiknya untuk menguasai
seperangkat pengetahuan dan skill tertentu. Pendidik hanya bertugas sebagai
26
Abi Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulum Ad-Din, Juz I…, hal.
55
29
motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar. Keaktifan sangat tergantung pada peserta didiknya sendiri, sekalipun keaktifan itu berakibat
dari motivasi pemberian fasilitas dari pendidiknya. Seorang pendidik dituntut mampu memainkan peranan dan fungsinya dalam menjalankan tugas
keguruannya, sehingga pendidik bisa menempatkan kepentingan sebagai individu, anggota masyarakat, warga negara, dan pendidik sendiri. Antara
tugas keguruan dan tugas lainnya harus ditempatkan menurut proporsinya. Kadangkala seseorang terjebak dengan sebutan pendidik, misalnya
ada sebagian orang yang mampu memberikan dan memindahkan ilmu pengetahuan transfer of knowledge kepada orang lain sudah dikatakan
sebagai pendidik. Sesungguhnya seoranag pendidik bukanlah bertugas itu saja, tetapi pendidik juga bertanggung jawab atas pengelolaan manager of
learning, pengarah director of learning, fasilitator dan perencana the planner of future society
27
dalam proses belajar. Kita maksudkan sebagai proses belajar adalah realisasi atau aktualisasi sifat-sifat Ilahi pada manusia,
yaitu aktualisasi potensi-potensi manusia agar dapat mengimbangi kelemahan pokok yang dimilikinya, yaitu sifat suka lupa.
Tugas yang mulia itu seorang guru juga berhadapan dengan seperangkat komponen yang terkait dan mempunyai hubungan yang sangat
penting dalam mendidik, untuk menuju pada satu titik optimal dari
27
Abdul Mujib., Ilmu pendidikan…., hal. 91
30
pengembangan segala potensi yang dimiliki anak didik. Rangka menciptakan kondisi profesional bagi para pendidik, maka harus dilakukan beberapa hal
yang berhubungan dengan keprofesionalannya. Seorang guru profesional yang diharapkan sebagai pendidik adalah 1
Guru yang memiliki semangat juang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan ketaqwaan yang mantap, 2 Guru yang mewujudkan dirinya dalam
keterkaitan dan padanan dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan IPTEK, 3 Guru yang mampu belajar dan bekerjasama dengan profesi lain, 4
guru yang memiliki etos kerja yang kuat, 5 guru memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan karir, 6 guru yang berjiwa profesional tinggi.
28
Khoiron Rosyadi menyatakan tentang persyaratan tugas pendidik yang dapat disebutkan adalah:
1 Mengetahui karakter murid.
2 Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam
bidang yang diajarkannya maupun dalam cara mengajarkannya. 3
Guru harus mengamalkan ilmunya, jangan berbuat berlawanan dengan ilmu yang diajarkannya.
29
Hamdani Ihsan menyatakan kriteria jenis akhlak yang harus dimiliki oleh pendidik adalah: mencintai jabatannya, bersikap adil terhadap semua
muridnya, guru harus gembira, guru harus berwibawa, berlaku sabar dan
28
Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2003, hal. 84-85
29
Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hal. 180
31
tenang, guru harus bersifat manusia, bekerjasama dengan guru-guru lain, bekerjasama dengan masyarakat.
30
Selanjutnya, Al-Ghazali dalam kitabnya Bidayah Al-Hidayah menyatakan bahwa seorang guru harus memperhatikan persyaratansopan
santun dibawah ini: 1
Bertanggung jawab 2
Sabar 3
Duduk tenang penuh wibawa 4
Tidak sombong terhadap semua orang, kecuali kepada orang yang dzalim dengan tujuan untuk menghentikan kedzalimannya.
5 Mengutamakn bersikap tawadlu’ di majlis-majlis pertemuan
6 Tidak suka bergurau atau bercanda
7 Ramah terhadap para pelajar
8 Teliti dan setia mengawasi anak yang nakal
9 Setia membimbing anak yang bebal
10 Tidak gampang marah kepada murid yang bebal atau lambat
pemikirannya. 11
Tidak malu berkata: saya tidak tahu, ketika ditanyai persoalan yang memang belum ditekuninya.
12 Memperhatikan murid yang bertanya dan berusaha menjawabnya
dengan baik. 13
Menerima alasan yang diajukan kepadanya 14
Tunduk kepada kebenaran 15
Melarang murid yang mempelajari ilmu yang membahayakan 16
Memperingatkan murid mempelajari ilmu agama tetapi untuk kepentingan selain Allah
17 Memperingatkan murid agar tidak sibuk mempelajari ilmu fardhu
kifayah sebelum selesai mempelajari il mu fardhu ’ain
18 Memperbaiki ketakwaan kepada Allah dzahir dan batin
19 Mempraktekkan makna takwa dalam kehidupan sehari-harinya
sebelum memerintahkan kepada murid agar para murid meniru perbuatannya dan mengambil manfaat ucapan-ucapannya.
31
30
Hamdani Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2007, hal. 103
31
Abu Ahmad Al-Ghazali, Bidayah al- Hidayah terj. Fadlil Sa’id An-Nadwi, Bandung:
Al-Hidayah, tt, hal. 182-183
32
Dari beberapa persyaratan dan tugas pendidik di atas menunjukkan betapa berat tugas dan tanggung jawab guru. Disamping untuk dapat
memenuhi persyaratan harus juga mempunyai keikhlasan yang tinggi, dan mempunyai jiwa pengabdian kepada ilmu, sehingga nantinya mampu
menghasilkan peserta didik yang berkualitas baik dibidang keilmuan, moral maupun keimanannya terhadap Allah SWT.
Dengan demikian, jelaslah bahwa tugas dan fungsi pendidik dalam disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu:
32
1. Sebagai pengajar instruksional, yang bertugas merencanakan program
pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program berlangsung
2. Sebagai pendidik educator, yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah menciptakannya.
3. Sebagai pemimpin managerial, yang meminpin, mengendalikan kepada
diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah
yang menyangkut
upaya pengarahan,
pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program pendidikan
yang dilakukan. Dengan demikian seorang pendidik dituntut untuk menjadi tokoh
identifikasi dalam hal keluasan ilmu dan keseluruhan akhlaknya, sehingga
32
Rostiyah Nk, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1982, hal. 86
33
anak didiknya selalu berupaya untuk mengikuti langkah-langkahnya. Kesatuan antara kepemimpinan moral dan keilmuan dalam diri seorang pendidik dapat
menghindarkan anak didik dari bahaya keterpecahan pribadi. Ada lima perangkat tugas seorang guru, yaitu:
a. Menyeleksi kurikulum.
b. Mendiagnosis kesiapan, gaya dan minat murid.
c. Merancang program.
d. Merencanakan pengelolaan kelas.
e. Melaksanakan pengajaran di kelas.
33
Lebih lanjut, menurut Synder dan Anderson, yang di kutip oleh Ibrahim Bafadal keempat tugas pertama merupakan tugas merencanakan
pengajaran, sedangkan tugas yang ke lima merupakan tugas mengajar guru secara nyata di kelas, jadi tugas guru dalam perspektif baru bisa di
kelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu, merencanakan pengajaran dan mengajar di kelas.
Tugas guru dikelas dapat dibedakan: 1.
Tugas Personal Tugas ini menyangkut pribadi guru. Itulah sebabnya setiap guru
perlu menatap dirinya dan memahami konsep dirinya, ia akan melihat bukan satu pribadi, tetapi ada tiga pribadi yaitu:
a. Saya dengan konsep diri saya self concept
b. Saya dengan ide diri saya self idea
33
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru, Jakarta: Bumi Aksara.1992, hal. 25.
34
c. Saya dengan realita diri saya self reality
2. Tugas sosial
Tugas sosial guru adalah mengemban misi kemanusiaan dalam arti mengabdi kepada masyarakat. Oleh karena itu tugas guru adalah tugas
pelayanan manusia gogos humaniora. 3.
Tugas profesional Sebagai suatu profesi, guru melaksanakan peran profesi
professional role dimana guru harus menguasai pengetahuan yang diharapkan mampu memberi sejumlah pengetahuan kepada para peserta
didik dengan hasil yang baik.
34
Menurut Peters yang di kutip oleh Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusiyah, ada 3 tugas pokok guru yaitu:
1. Guru sebagai pengajar
2. Guru sebagai pembimbing
3. Guru sebagai administrator kelas.
35
Ketiga tugas guru di atas merupakan tugas pokok profesi guru. Guru sebagai pengajar lebih menekankan tugas dalam merencanakan dan
melaksanakan pengajaran. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada peserta didik dalam pemecahan
masalah yang dihadapinya. Sedangkan tugas sebagai adaministrator kelas pada hakekatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran pada
umumnya.
34
Piet Sahertian, Profil…, hal. 12 – 13.
35
Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994, hal. 23.
35
Guru dituntut mencari tahu terus menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka, apabila ada kegagalan peserta didik, guru
terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama peserta didik bukan mendiamkannya atau malahan menyalahkannya. Sikap
yang harus senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk mengenal diri dan kehendak untuk memurnikan keguruannya. Mau belajar dengan meluangkan
waktu untuk menjadi guru. Seorang guru yang tidak bersedia belajar, tidak mungkin kerasan dan bangga menjadi guru. Kerasan dan kebanggaan atas
keguruannya adalah langkah untuk menjadi guru yang profesional.
36
Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama
Islam.Ajaran-ajaran tersebut terdapat dalam al- Qur’an dan Hadits serta
melalui proses ijtihad para ulama’ mengembangkan Pendidikan Agama Islam pada tingkat yang rinci.Jadi, Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang
diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang definisi Pendidikan Agama Islam, maka penulis mengambil beberapa definisi, antara
lain: 1.
Menurut Zakiyah Daradjat. “Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang
36
Ibid., hal. 49
36
pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup way of life
”.
37
Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik
dalam rangka
mempersiapkan peserta
didik untuk
menyakini.Memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2.
Tayar Yusuf, “mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan kepada generasi muda kelak menjadi manusia bertakwa kepada All
ah SWT.” Pengertian pendidikan agama Islam di atas, menunjukkan adanya
usaha yang dilakukan oleh generasi tua kepada generasi penerusnya dengan tujuan agar suatu saat nanti benar-benar menjadi manusia yang taat dan patuh
pada Allah SWT. Dari beberapa pengertian di atas, bahwa Pendidikan Agama Islam
yang harus dilakukan umat Islam adalah pendidikan yang mengarahkan manusia kearah akhlak yang mulia dengan memberikan kesempatan
keterbukaan terhadap pengaruh dari luar dan perkembangan dari dalam diri manusia yang dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Jadi, pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan dan teori belajar yang merupakan penentu
37
Zakiyah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Bumi Aksara, 2000, hal. 86
37
utama keberhasilan. Pendidikan Agama Islam yang didalamnya terdapat proses komunikasi dua arah yang dilakukan pendidik kepada peserta didik
dengan meggunakan bahan atau materi-materi Pendidikan Agama Islam. Tiga inti ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun
iman, rukun Islam dan akhlak. Dari ketiga hal tersebut lahirlah beberapa keilmuan agama yaitu: ilmu tauhid, ilmu fiqh dan ilmu akhlak.
Tiga kelompok ilmu agama ini kemudian dilengkapi dengan pembatasan dalam rukun Islam dan materi Pendidikan Agama Islam yaitu: al-
Qur’an dan Hadits, serta ditambah lagi dengan sejarah Islam tarikh sehingga secara berurutan: 1 ilmu tauhidketuhanan, 2 ilmu fiqih, 3 al-
Qur’an, 4 hadits, 5 akhlak, 6 tarikh.
38
Ruang lingkup pembahasan, luas dan mendalam tergantung kepada jenis lembaga pendidikan yang bersangkutan, tingkatan kelas, tujuan
kemampuan anak-anak sebagai konsumennya.Untuk sekolah-sekolah agama tentunya pembahasannya lebih luas, mendalam dan terperinci dari pada
sekolahan umum, demikian pula perbedaan untuk tingkatan rendah dan tingkatan kelas yang tinggi.
Pada dasarnya tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam pendidikan, sesuai dengan ungkapan Breiter bahwa “pendidikan adalah
persoalan tujuan dan fokus”, belajar itu mempunyai tujuan agar peserta didik
38
Ibid., hal. 61
38
dapat meningkatkan kualitas hidupnya sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.
39
Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata pelajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan
kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dikembangkan dan diapresiasi. Berdasarkan mata pelajaran yang ada dalam petunjuk
kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa, dan dia harus mampu
menulis dan memilih tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna, dan dapat terukur.
40
Oleh karena itu tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran, sebab segala
kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan pembelajaran tersebut.
Sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam sendiri diarahkan pada pencapaian tujuan, yakni tujuan jangka panjang tujuan umum dan tujuan
jangka pendek atau tujuan khusus adalah merupakan hasil penjabaran dari tujuan pendidikan jangka panjang tadi atau tujuan hidup. Karena tujuan umum
tersebut akan sulit dicapai tanpa dijabarkan secara operasional dan terperinci secara spesifik dalam suatu pengajaran.
41
Tujuan Pendidikan Islam haruslah diarahkan pada pencapaian tujuan akhir tersebut, yakni membentuk insan yang
senantiasa berhamba kepada Allah dalam semua aspek kehidupannya.
39
Abdul Majid dan Andayani,...hal. 136
40
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hal. 76
41
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama Bahasa Arab Jakarta: Raja Grafindo, 1992, hal. 11
39
D. Kepemimpinan Kepala Sekolah melalui supervisi dalam meningkatkan