Periode Kenyamanan Manusia dalam Mushola Surau Gadang, Sumatera Barat

PERIODE KENYAMANAN MANUSIA DALAM MUSHOLA
SURAU GADANG, SUMATERA BARAT

RANDY

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Periode Kenyamanan
Manusia dalam Mushola Surau Gadang, Sumatera Barat adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Randy
NIM E24080032

ABSTRAK
RANDY. Periode Kenyaman Manusia dalam Mushola Surau Gadang, Sumatera
Barat. Dibimbing oleh EFFENDI TRI BAHTIAR.
Penelitian dilakukan di Mushola Surau Gadang, Koto Baru, Sumatera Barat
selama 25 hari. Mushola Surau Gadang sekitar 80% terbuat dari kayu. Penelitian
ini bertujuan untuk mengukur siklus harian dari iklim dan cuaca yang dibatasi
pada intensitas cahaya matahari di halaman Mushola Surau Gadang serta suhu dan
RH di dalam Mushola Surau Gadang diukur menggunakan Environment meter
Krisbow KW06-291. Empat model yaitu linear-sinus, eksponensial-sinus, powersinus dan logaritma-sinus yang digunakan untuk mengepas intensitas cahaya
matahari. Persamaan sinus merupakan persamaan terbaik dibandingkan yang lain.
Intensitas cahaya matahari didominasi oleh zona tidak nyaman pada pukul 07:5317:39 WIB, selebihnya yaitu pukul 06:23-07:53 WIB dan pukul 17:39-18:27 WIB
intensitas cahaya matahari berada pada zona nyaman. Suhu di dalam ruangan
Mushola Surau Gadang berada pada zona nyaman sepanjang hari baik siang hari
maupun malam hari, karena Mushola Surau Gadang tersebut berada di daerah
perbukitan. Kelembaban (RH) berada pada dua zona yaitu cukup nyaman (pukul

10:00-18:30 WIB) dan tidak nyaman (pukul 18:30-10:00 WIB). Kombinasi suhu
dan RH merupakan indikator yang baik dalam mengukur tingkat kenyaman
manusia. Suhu dan RH digunakan untuk mengukur indeks ketidaknyamanan
Thom dan Indeks panas US NOAA. Berdasarkan klasifikasi Thom kelas nyaman
di dalam Mushola Surau Gadang berada pada dua zona yaitu B dan C. Zona B
menunjukkan beberapa orang merasa tidak nyaman terjadi pada pukul 20:0009:15 WIB, sedangkan zona C yaitu sebagian orang merasa tidak nyaman terjadi
pada pukul 09:15-20:00 WIB, sementara itu menurut klasifikasi US NOAA, zona
nyaman dapat dirasakan pada pukul 00:00-07:00 WIB, zona waspada pukul
07:00-12:30 WIB dan 17:50-00:00 WIB, zona sangat waspada terjadi pada pukul
12:30-17:50 WIB.

Kata kunci: Mushola, iklim, indeks panas, kenyamanan manusia, intensitas cahaya
matahari

ABSTRACT
RANDY. Human Comfort Period Inside Mushola Surau Gadang, West Sumatera.
Supervised by EFFENDI TRI BAHTIAR.
This study conducted in Mosque Surau Gadang, Koto Baru, West Sumatera
for 25 days. Mosque of Surau Gadang was approximately 80% made of wood.
The study was porposed to measure the daily cycle of climate and weather

element limited to sunlinght intensity in outside Mosque of Surau Gadang,
temperature and RH inside Mosque of Surau Gadang measured using tool
Environment meter Krisbow KW06-291. Four models (linear sine, exponentialsine, power-sine and logarithmic –sine) were conducted to fit the sunlight
intensity. Linear sine curve was the best among others. The sunlight intensity was
dominated by uncomfort zone at 07:53-17:39 GMT+7, the rest is 06:23-07:53

GMT+7 and 17:39-18:27 GMT+7 sunlight intensity in comfort zone. Temperature
inside Mosque of Surau Gadang are in a comfort zone all day either during the
day or night, because Mosque of Surau Gadang located in the hills. Humidity
(RH) is in two zones: comfort enough (at 10:00-18:30 GMT+7) and uncomfort (at
18:30-10:00 GMT+7). The combination of temperature and RH is a good
indicator to measure the level of human comfort. Temperature and RH used to
measure discomfort index Thom and heat index US NOAA. Base on Thom’s
classification, the level of human comfort inside Surau Gadang’s Mosque located
in two zones B and C. Zone B showing few people feel uncomfort at 20:00-09:15
GMT+7, zone C showing a half people feel uncomfort at 09:15-20:00 GMT+7,
while, according to the classification of the US NOAA, comfort zone can be felt
at 00:00-07:00 GMT+7, caution zone at 07:00-12:30 GMT+7 and 17:50-00:00
GMT+7, extreme caution at 12:30-17:50 GMT+7.
Key word: Mosque, climate, Heat indeks, human comfort, sunlight intensity.


PERIODE KENYAMANAN MANUSIA DALAM MUSHOLA
SURAU GADANG, SUMATERA BARAT

RANDY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi: Periode Kenyamanan Manusia dalam Mushola Surau Gadang,
Sumatera Barat

Nama
: Randy
NIM
: E24080032

Disetujui oleh

Effendi Tri Bahtiar, S.Hut, M.Si
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, M.S
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini

dilaksanakan sejak bulan Juli 2014 sampai Agustus 2014 dengan judul Periode
Kenyaman Manusia dalam Mushola Surau Gadang, Sumatera Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Effendi Tri Bahtiar, S.Hut,
M.Si selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
masyarakat kanagarian Koto Baru, Maninjau, Sumatera Barat yang telat
memberikan izin untuk tinggal dan mengumpulkan data bagi penelitian saya dan
kepada teman-teman yang telah memberikan semangat dan dukungannya.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015
Randy

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

METODE


2

waktu dan Tempat

2

Alat

2

Pengukuran Intensitas Cahaya Matahari

2

Pengukuran Suhu dan Kelembaban (RH)

3

Estimasi Fase Tambahan untuk Efek Energi Permukaan Bumi (K1)


3

Estimasi Fase Tambahan Untuk Efek Radiasi Sinar Matahari (K2)

4

Indeks ketidaknyamanan dan indeks panas

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Intensitas Cahaya Matahari

5

Suhu dan Kelembaban (RH)


9

Indeks Ketidaknyamanan dan Indeks Panas
SIMPULAN DAN SARAN

16
18

Simpulan

18

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

18


LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

22

DAFTAR TABEL
1 Klasifikasi Indeks Ketidaknyamanan Thom
2 Klasifikasi Indeks Panas US NOAA
3 Panjang hari, waktu matahari terbit dan matahari terbenam di Koto
Baru
4 Model Analisis Regresi untuk Intensitas Cahaya Matahari (Lux)
5 Klasifikasi Luminance Fagerhult
6 Estimasi Terbaik untuk Suhu dan RH

4
5
6
7
9
12

DAFTAR GAMBAR
1 Intensitas Cahaya Matahari Berdasarkan Kurva Linear
2 Hasil pengamatan intensitas cahaya matahari dan diklasifikasikan
berdasarkan Reinhart
3 Luminance yang diperoleh pada siang hari dan klasifikasikan
berdasarkan Fagerhult
4 Fase Penambahan Energi Permukaan Bumi (K1) untuk Suhu(a) dan
RH(b) dengan Memaksimalkan Koefisien Determinasi.
5 Fase Penambahan Radiasi Sinar Matahari (K2) untuk Suhu(a) dan
RH(b) dengan Memaksimalkan Koefisien Determinasi.
6 Estimasi terbaik dari suhu (a) dan RH (b)
7 Hasil pengamatan suhu di dalam Mushola menurut Bradshaw
8 RH di dalam Surau Gadang yang dihasilkan berdasarkan indeks
ketidaknyamanannya
9 Hasil pengamatan ketidaknyamanan di Surau Gadang yang dihasilkan
berdasarkan indeks ketidaknyaman Thom(a), indeks panas US
NOAA(b)

8
8
9
11
12
13
14
16

17

DAFTAR LAMPIRAN
1 Denah Lokasi Penelitian

20

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman
hayati yang melimpah diantaranya adalah pohon. Sejak zaman dahulu kala
sebelum ditemukannya bahan material untuk membangun rumah dan prasarana
lainnya, masyarakat biasanya menggunakan kayu sebagai salah satu bahan
utamanya. Kayu digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan seperti rumah dan
jembatan. Pemanfaatan kayu untuk konstruksi pada zaman dahulu di Indonesia
tercermin dalam bangunan rumah adat. Hampir setiap daerah di Indonesia
menggunakan kayu sebagai bahan utamanya, baik sebagai tiang penyangga utama
rumah atau dinding serta furniture di dalamnya. Masyarakat percaya bahwa
bangunan yang terbuat dari kayu mampu menyerap suhu panas dan dingin. Ketika
suhu di luar ruangan panas maka dalam ruangan tidak akan terlalu panas dan
begitu pula sebaliknya.
Manusia dalam setiap aktifitasnya sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
Intensitas cahaya matahari, suhu, dan RH merupakan elemen dari iklim dan cuaca
yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Manusia harus bisa beradaptasi
terhadap perubahan iklim dan cuaca agar dapat bertahan hidup. Intensitas cahaya,
suhu dan kelembaban (RH) merupakan faktor penentu bagi manusia untuk
memilih tempat tinggal, jenis makanan dan pakaian yang mempengaruhi
kesehatan dan kondisi psikologi (mental dan emosi). Agar dapat beradaptasi
terhadap perubahan iklim dan cuaca, manusia melakukan cara yang berbeda-beda
tergantung pada kondisi fisik, umur, makanan, dan budaya.
Beberapa peneliti (Thom 1959, Kawamura 1965, Epstein dan Moran
2006) mengembangkan metode untuk menentukan tingkat kenyamanan manusia
dengan menggunakan persamaan yang didapatkan dari gabungan dua atau lebih
elemen dari iklim dan cuaca. Salah satu metodenya adalah indeks
ketidaknyamanan yang biasa disebut indeks suhu-kelembaban karena variabel
utamanya adalah suhu dan kelembaban. Indeks ketidaknyamanan ini merupakan
ukuran rasa ketidaknyamanan seseorang dalam suatu tempat bekerja. Indeks
ketidaknyamanan ini diperkenalkan secara empiris berdasarkan kebudayaan dan
kondisi lingkungan, sehingga kriteria indeks berbeda pada setiap lokasi. US
National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA, 2014) mengadopsi
indeks ketidaknyamanan dengan mengklasifikasikan tempat bekerja berdasarkan
indeks panas. Indeks panas merupakan kombinasi dari suhu dan kelembaban (RH)
terhadap hilangnya panas tubuh. Kondisi yang paling nyaman terjadi ketika panas
yang dihasilkan oleh proses metabolisme tubuh dan kondisi lingkungan berada
pada tingkat yang sama dengan hilangnya panas tubuh. Departemen
ketenagakerjaan Amerika (Occupational Safety and Health Administration)
mengadopsi indeks panas ini untuk memberlakukan peraturan standar
perlindungan tenaga kerja (OSHA 2014).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur siklus harian iklim dan cuaca yang
dibatasi pada intensitas sinar matahari di halaman Mushola Surau Gadang, serta
suhu dan kelembaban (RH) di dalam ruangan Mushola Surau Gadang. Mushola

2
Surau Gadang sekitar 80% terbuat dari kayu, yaitu tiang penyangga, dinding,
lantai, dan rangka atap.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dimulai pada Juli 2014 hingga Agustus 2014 di Mushola
Surau Gadang, Koto Baru, Kec. Tanjung Raya, Kab. Agam, Sumatera Barat yang
80% terbuat dari kayu yaitu bagian dinding, lantai, tiang penyangga, dan rangka
atap.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Environment meter
Krisbow KW06-291, Kamera digital, tallysheet, dan alat tulis.
Pengukuran Intensitas Cahaya matahari
Pengukuran siklus harian dari intensitas cahaya dimulai dari matahari terbit
sampai matahari terbenam yang dilakukan di luar ruangan mushola setiap satu jam
selama 25 hari, pengukuran intensitas cahaya matahari dapat diperkirakan dengan
empat model persamaan yaitu linear-sinus, sinus-eksponensial, power-sinus,
logaritmik-sinus (persamaan 1-4). Metode dasar perhitungannya menggunakan
model analisis regresi yaitu linear, eksponensial, power dan logaritmik dimana
variabel bebasnya adalah sinus dari waktu. Persamaan-persamaan tersebut
merupakan gelombang. Permukaan bumi hanya menerima sinar matahari pada
siang hari saja, sehingga data pengukuran intensitas cahaya matahari hanya pada
siang hari saja. Berdasarkan keempat persamaan yang didapatkan lalu diperoleh
satu persamaan yaitu yang memiliki nilai koefisien determinasinya (R2) paling
tinggi.
Linear sinus :
Eksponensial sinus :
Power sinus :
Logaritma sinus :
Keterangan :
I
a, b
t
t0
L

I = a sin (  ( t - t0 ) L-1 ) – b
I = a exp ( b sin (  ( t – t0 ) L-1 ) )
I = a ( sin (  ( t - t0 ) L-1 ) ) b
I = a ℓn ( sin (  ( t - t0 ) L-1 ) ) + b

(1)
(2)
(3)
(4)

= intensitas cahaya matahari (lux)
= koefisien regresi
= waktu pengamatan (jam)
= waktu matahari terbit (jam)
= panjang hari (jam)

Waktu pengukuran, matahari terbit dan panjang hari dikonversi menjadi
bentuk bilangan desimal contohnya 06:15 menjadi 6.25, 12:30 menjadi 12.5.

3
Pengukuran suhu dan kelembaban (RH)
Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan di dalam ruangan mushola
setiap satu jam selama 25 hari. Siklus harian dari suhu dan kelembaban
dipengaruhi oleh dua variabel yaitu radiasi sinar matahari dan energi permukaan
bumi yang dijelaskan oleh Persamaan 5-8.
π

π

y = a + b sin ( 12 ( t - t 0 - k1 ) + c zsin ( L ( t - t0 - k2 )

y = a + b sin (

π
(
12

(5)

π

t - t 0 - k1 ) + c zexp sin ( L ( t - t0 - k2 )
π

y = a + b exp sin ( 12 ( t - t 0 - k1 )

y = a + b exp sin (

π
(
12

t - t 0 - k1 )

(6)

π

+ c zsin ( L ( t - t0 - k2 )

(7)

π

+ c zexp sin ( L ( t - t0 - k2 )

(8)

Keterangan :
y
a, b, c
z
t
t0
k1
k2
L

= suhu (T) (F) atau RH (%)
= koefisien regresi
= dummy variable ( bilangan biner, bernilai 0 pada malam hari, 1 pada
siang hari
= waktu pengamatan (jam)
= matahari terbit (jam)
= fase tambahan untuk efek energi permukaan bumi (jam)
= fase tambahan untuk efek radiasi sinar matahari (jam)
= panjang hari (jam)

Estimasi fase tambahan untuk efek energi permukaan bumi dan efek radiasi
sinar matahari (k1 dan k2) dilakukan dengan metode dibawah.
Estimasi Fase Tambahan untuk Efek Energi Permukaan Bumi (k1)
Pada malam hari, siklus dari suhu dan RH hanya dipengaruhi oleh energi
permukaan bumi karena tidak ada sinar matahari. Persamaan 9 dan 10 bertujuan
untuk memperkirakan efek dari energi permukaan bumi terhadap data yang diukur
pada malam hari saja. Pada langkah ini data yang diukur pada siang hari tidak
digunakan. Nilai estimasi terbaik untuk k1 dipilih dengan metode iterasi yang
meminimalkan nilai jumlah kudrat dari nilai sisaan (residual). Minimalkan
jumlah kuadrat dari sisaan sama dengan memaksimalkan koefisien determinasi.
y = a + b sin (

π
(
12

y = a + b exp sin (

t - t 0 - k1 ))

π
(
12

t - t 0 - k1 ))

(9)

(10)

4
Estimasi Fase Tambahan untuk Efek Radiasi Sinar Matahari (k2)
Suhu dan RH pada siang hari dipengaruhi oleh kombinasi radiasi sinar
matahari dan energi permukaan bumi. Ini dapat diasumsikan bahwa energi bersih
yang dilepaskan oleh permukaan bumi pada malam hari adalah sama banyaknya
dengan energi yang diserap selama siang hari. Nilai estimasi terbaik dari K 2 yang
dihasilkan dari Persamaan 9 dan 10 dapat digunakan untuk siang dan malam hari.
Persamaan 5-8 digunakan untuk mengestimasi siklus harian dari suhu dan RH
berdasarkan kombinasi dari radiasi sinar matahari dan energi permukaan bumi.
Nilai k2 didapatkan dengan metode iterasi yang meminimalikan nilai jumlah
kuadrat dari nilai sisaan (residual). Semua data yang diukur pada siang dan
malam hari digunakan pada langkah ini. Dari empat persamaan (persamaan 5-8)
dipilih satu yang memiliki nilai koefisien determinasi yang paling tinggi dan
standar deviasinya kecil. Kurva estimasi tersebut digambarkan dalam diagram
kartesius bersamaan dengan data observasi.
Indeks Ketidaknyamanan dan Indeks Panas
Thom (1959) menjelaskan bahwa indeks ketidaknyamanan dihitung dengan
Persamaan 11-12. Pemerintah Amerika mengadopsi indeks ketidaknyamanan ini
dan mengkasifikasikannya menjadi empat kelas (Tabel 1).
IK = 0.4 (T+Td) + 15
IK = T-0.55 (1-0.01R) (T-58)

(11)
(12)

Tabel 1 Klasifikasi indek ketidaknyamanan (IK) Thom
nilai ik
kode
kondisi
125 : Sangat
Bahaya

HASIL DAN PEMBAHASAN
Intensitas Cahaya Matahari
Matahari merupakan sumber energi utama bagi setiap makhluk hidup di
bumi. Perubahan dan pergerakan atmosfer bumi secara umum dipengaruhi oleh
energi matahari, sehingga matahari diperhitungkan sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi iklim dan cuaca. Panjang hari dapat didefinisikan sebagai lamanya
matahari bersinar pada suatu tempat, bervariasi tergantung garis lintang suatu
lokasi. Variasi ini disebabkan oleh sudut rotasi bumi sumbunya miring sebesar
23.5 dari orbit selama berevolusi mengelilingi matahari. Karena sudut ini
matahari seakan-akan bergerak dari 23.5 LU ke 23.5 LS dalam setengah tahun
dan kembali berbalik arah dalam setengah tahun berikutnya. Pada daerah equator
panjang hari tidak sepenuhnya 12 jam tapi rata-rata 12 jam 7 menit karena
dimensi matahari dan pembiasan cahaya matahari di atmosfer. Ada beberapa situs
yang menyediakan data panjang hari, waktu matahari terbit dan terbenam di

6
beberapa lokasi, seperti http://www.timeanddate.com. Dari situs ini, panjang hari,
waktu matahari terbit dan matahari terbenam di Koto Baru, Sumatera Barat
selama penelitian diperoleh panjang hari terpendek adalah 12 jam 4 menit 15 detik
dan terpanjang 12 jam 4 menit 39 detik. Matahari terbit pada jam 6:22-6:23 WIB
dan matahari terbenam pada jam 18:26-18:27 WIB selama penelitian.
Tabel 3 Panjang hari, waktu matahari terbit dan matahari terbenam di Koto Baru
Month

Date

Agustus 2014

Juli 2014

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
30
31
1
2
3
4
5
http://www.timeanddate.com

Sunrise

Sunset

6:22
6:22
6:22
6:22
6:22
6:22
6:22
6:23
6:23
6:23
6:23
6:23
6:23
6:23
6:23
6:23
6:23
6:23
6:23
6:23
6:23
6:23
6:23
6:22
6:22

18:26
18:26
18:26
18:26
18:27
18:27
18:27
18:27
18:27
18:27
18:27
18:27
18:27
18:27
18:27
18:27
18:27
18:27
18:27
18:27
18:27
18:27
18:27
18:27
18:27

Daylength
12:04:15
12:04:15
12:04:16
12:04:16
12:04:17
12:04:18
12:04:18
12:04:19
12:04:20
12:04:21
12:04:22
12:04:22
12:04:23
12:04:24
12:04:25
12:04:26
12:04:27
12:04:28
12:04:32
12:04:33
12:04:34
12:04:35
12:04:36
12:04:38
12:04:39

Energi cahaya matahari mengalami pengurangan karena diserap oleh
atmosfer sebelum cahaya matahari mencapai permukaan bumi. Beberapa energi
cahaya matahari diserap oleh uap air, O2, O3, dan CO2 yang tersebar berbentuk
partikel yang dimensi nya lebih kecil dari gelombang cahaya matahari. Banyaknya
intensitas cahaya matahari sangat terkait dengan kesehatan dan kenyamanan
manusia. Fonn (2011) dan Cullen (2002) mengungkapkan bahwa kekuatan radiasi
dari sinar ultra violet (UV) dari cahaya matahari dapat menyebabkan kulit
terbakar dan conjunctivis. Conjunctivis adalah kelainan pada mata yang
mengalami peradangan pada bagian lapisan terluar mata dan bagian dalam
kelopak mata. Gejalanya conjunctivis antaranya mata merah dan merasa perih

7
ketika terkena cahaya matahari. Harper et al. (2008) mengatakan bahwa mata
dapat mengalami kelainan biologi seperti photo keratitis (peradangan kornea) dan
erythema (radang pada mata) jika terkena paparan radiasi UV yang sangat kuat
dari sinar matahari atau cahaya buatan. Pechacek et al. (2008) menyatakan bahwa
cahaya merupakan petunjuk utama kondisi di sekitar yang mengontrol awal mula
detak jantung manusia. Cahaya merupakan jam endogeneus bagi hypothalamus,
yang mengotrol ritme psikologi manusia dan kebiasaanya. Intensitas cahaya yang
berlebihan dapat menimbulkan kelainan pada ritme detak jantung manusia yang
mengganggu kinerja manusia, kesehatan, dan keamanan. Intensitas cahaya yang
diterima permukaan bumi diukur dalam satuan lux.
Pada pagi hari sinar matahari datang dengan sudut yang miring sehingga
area permukaan bumi yang menerima cahaya matahari lebih lebar. Sudut sinar
matahari secara bertahap akan semakin tinggi sampai tegak lurus pada tengah hari
dan seterusnya menurun. Karena area minimum ini terjadi saat tengah hari, maka
intensitas cahaya matahari menjadi maksimum pada tengah hari. Berdasarkan
pengukuran selama 25 hari, terlihat bahwa siklus harian intensitas matahari sesuai
dengan persamaan linear-sinus dengan sumbu x-nya merupakan fungsi sinus
terhadap waktu. Estimasi kurva linear sinus menunjukkan nilai koefisien
determinasi yang paling besar dibandingkan persamaan yang lain (eksponensialsinus, power-sinus dan logaritma sinus). Persamaan linear sinus ini menghasilkan
nilai koefisien determinasi sebesar 87.9%. Detil dari persamaan-persamaan
dimuat dalam Tabel 4. Dari persamaan linear sinus kemudian dibuat kurva
intensitas matahari pada diagaram kartesius. Kurva dapat dilihat pada Gambar 1.
Tabel 4 Model analisis regresi untuk intensitas cahaya matahari (Lux)
Persamaan
Linear sinus
Exponensial sinus
Power sinus
Logarithma sinus

Model
I = 18798 sin ( (t-t0) L-1) – 1727.7
I = 303.34 exp 4.5862 (sin ( (t-t0) L-1))
I = 11557 sin ( (t-t0) L-1) 0.7711
I = 2414.41 ℓn (sin ( (t-t0) L-1)) + 12174

R2
0.879
0.8789
0.8477
0.4947

Pada Gambar 1 terlihat bahwa intensitas cahaya matahari tertinggi adalah
20000 lux dan terendah 105,4 lux. Mata manusia dapat memproses cahaya
matahari dari 1 sampai 100 000 lux. Reinhart et al (2006) telah meneliti
kenyamanan manusia ketika bekerja pada siang hari dan terpapar oleh penerangan
yang berbeda-beda didapatkan bahwa rasa nyaman berada pada level 100-2 000
lux. Ruangan menjadi gelap saat level penerangan berada dibawah 100 lux dan
ketika level penerangan lebih tinggi dari 2000 lux mengakibatkan
ketidaknyamanan pada penglihatan pekerja. Berdasarkan klasifikasi Reinhart,
kurva intensitas cahaya matahari diklasifikasikan menjadi dua zona yaitu zona
nyaman (A) dan tidak nyaman (B) yang dapat dilihat pada Gambar 2. Dapat
dilihat bahwa intensitas cahaya matahari di halaman Surau Gadang didominasi
oleh zona tidak nyaman. Zona nyaman terjadi pada jam 06:23-07:53 WIB dan jam
17:39-18:27 WIB. Selebihnya merupakan zona tidak nyaman.

8

Gambar 1 Inte
ntensitas cahaya matahari berdasarkan kurva line
linear

20000

I estimate

18000

I observasi

Intensitas cahaya (lux)

16000
14000
12000
10000
8000
6000
B

4000
2000

A

A

0
6

8

10

12

14

16

18

waktu pengamatan (jam)

Gambar 2 Ha
Hasil pengamatan intensitas cahaya mataharii da
dan
diklasi
klasifikasikan berdasarkan Reinhart
Fagerhult (2014) menc
enciptakan sistem klasifikasi untuk menentuka
ukan rata-rata
knya cahaya
luminance dari sebuah perm
rmukaan (Tabel 5). Luminance adalah banyakn
dari sebuah
yang dipantulkan suatu per
permukaan. Luminance mengukur kecerahann da
permukaan yang diterimaa oleh mata manusia. Persamaan matemati
atika antara
luminance (LV) dan illumina
inasi (EV) dapat dilihat dari Persamaan 14:
LV
EV = 
Keterangan:
EV : Iluminasi (Lux)
LV : luminance (candela
ela m-2)

(14)

9
Tabel 5 Klasifikasi
si lum
luminance Fagerhult
Kelas
A

Luminance
nce (cd m-2)
5000
5000

Deskripsii
Luminance rata-rata rendah, untuk ruangan yang
membutuhkan anti-glare seperti ruang
uangan kantor
Luminance rata-rata rendah, dianjurk
urkan untuk ruangan
umum. Resiko silau rendah
Luminance rata-rata cukup tinggi.. R
Resiko silau dapat
dikurangi jika luminance di sekitar ting
tinggi
Luminance rata-rata sangat tinggi.. M
Menyilaukan mata
walaupun luminance di sekitar jug
juga tinggi. Harus
dihindari.

Terdapat empa
pat katagori pada klasifikasi Fagerhult yaituu A
A, B, C, dan D.
Klasifikasi Fagerhul
hult memiliki range yang lebih besar da
dan lebih detil
dibandingkan klsifika
ikasi Reinhart. Berdasarkan klasifikasi Fagerhul
hult, luminance di
halaman Surau Gadan
dang (Gambar 3) didominasi oleh kelas D dari
ri jam 11:00 WIB
sampai jam 14:00 WIIB saat matahari mencapai puncaknya. Kelas
as D menunjukkan
luminance sangat tin
tinggi dapat menyilaukan mata dan harus
us di
dihindari. Untuk
mengurangi silau disa
disarankan untuk membuat naungan dalam bent
bentuk penanaman
pohon-pohon di sekit
kitar halaman Surau Gadang. Tajuk pohon da
dapat mengurangi
intensitas cahaya mata
atahari yang langsung diterima oleh permukaan
ukaan ttanah.

200000

I estimate
ate

180000

I observa
rvasi

Intensitas cahaya (lux)

160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
B

A

C

D

B

C

A

0
6

8

10

12

14

16

18

waktu pengamatan (jam)

Gambar 3 Lum
Luminance yang diperoleh pada siang hari dan klasifikasikan
berdasarkan Fagerhult
Suhu dan Kelembaban (RH)
Matahari me
merupakan sumber energi utama bagi bum
bumi. Matahari
melepaskan gelombang
bang eelektromagnetik secara langsung dengann ke
kecepatan 3x1010
cm s-1. Radiasi darii m
matahari berkurang karena dibiaskan olehh at
atmosfer sebelum

10

1

Suhu (sin)

a

Koefisien determinasi(R2)

0,9
Suhu (ekspo.
Sin)

0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0

5

10

Fase penambahan energi permukaan bumi (k1)

11
0,7

RH(sin)

b

Koefisien determinasi (R2)

0,6

RH(espon. Sin)

0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0

5

10

Fase penambahan energi permukaan bumi (k1)

0,95

Koefisien determinasi (R2)

0,9
0,85
sin sin
0,8

exp sin sin

0,75

sin exp sin

0,7
0,65
0,6
0,55
0,5
0

5

10

15

Fase penambahan radiasi sinar matahari (k2)

12

Koefisien determinasi (R2)

0,8
0,75
0,7
sin sin
0,65

exp sin sin
sin exp sin

0,6

exp sin exp sin

0,55
0,5
0

5

10

15

Fase penambahan radiasi sinar matahari (k2)

Estimasi terbaik

Model
Persamaan 5
Persamaan 6
Persamaan 7
Persamaan 8

K1

K2

a

b

c

Multiple R

R2

Adj-R2

SE

N

Suhu
RH
Suhu

3.1
2.8
4.5

1.5
1.5
0.2

77.73
73.14
73.98

3.09
-2.51
2.47

2.58
-4.58
4.46

0.95
0.87
0.95

0.903
0.758
0.897

0.903
0.76
0.897

1
1.92
1.03

538
538
538

RH
Suhu

4
3.1

0.8
1.4

76.23
77.81

-2.15
3.42

-5.48
0.71

0.87
0.94

0.76
0.889

0.76
0.889

1.92
1.07

538
538

RH
Suhu

2.8
4.5

1.4
0.4

72.97
74.00

-3.18
2.33

-1.20
1.57

0.85
0.93

0.725
0.871

0.72
0.870

2.05
1.15

538
538

RH

4

0.8

76.51

-2.33

-1.79

0.85

0.726

0.73

2.05

538

)
)

13

14

Suhu udara merupaka
upakan faktor utama yang mempengaruhi ken
kenyamanan
manusia pada suatu tempa
pat. Suhu udara secara langsung berhubunga
gan dengan
perpindahan panas tubuh
ubuh (konduksi
(konduksi, konveksi dan radiasi) dan pengua
uapan untuk
menyeimbangkan suhu tubuh. Penggambaran secara fisiologi untuk
uk suhu yang
paling nyaman adalah keti
ketika keseimbangan panas dapat tercapai denga
dengan gerak
tubuh yang minimum. Manusi
Manusia merasa tidak nyaman ketika tubuh
ubuh ha
harus kerja
keras untuk mencapai kondi
ondisi keseimbangan panas. Pada kondisi nyam
aman, panas
yang dihasilkan mekanisme
me metabolisme tubuh berada pada tingkatt yyang sama
dengan transfer panas dan
an penguapan dari tubuh ke sekitarnya, sehingga
hingga tubuh
tidak harus menjalankan m
mekanisme pengontrolan panas yang berlebi
ebihan. Pada
kondisi nyaman , tubuh beke
bekerja secara efisien ketika pikiran dan emosi
osi menjadi
tenang. Pada kondisi nyama
man, produktivitas maksimum dapat tercapai,
i, sementara
kemungkinan kecelakaann m
meningkat ketika suhu udara lebih tinggii aatau lebih
rendah (Mohamed dan Srim
rimavin 2002).
Suhu udara bervariasi
riasi pada ketinggian yang berbeda. Bradsha
dshaw (2010)
menunjukkan bahwa suhu
hu udara yang ideal pada ketinggian 0-180
180 cm dari
 atau 62.6–84.2F.
 Selang suhu ud
udara yang
permukaan tanah yaitu 17
17-29C
nyaman ini terjadi sepanjang
jang waktu selama penelitian ini dilakukann sepe
seperti yang
ditunjukkan Gambar 7. Ha
Hal ini disebabkan bagunan mushola yang te
terbuat dari
kayu mampu menahan pana
anas dan dingin sehingga suhu didalam ruang te
tetap terasa
nyaman. Mushola ini juga
ga berada di bukit sehingga suhu lingkungann
annya cukup
nyaman.

88

Suhu observasi
asi
(°F)

86

suhu estimasii
(°F)

Suhu ( F)

84
82
80
78
76

zona
nyaman

74
72
0

2

4

6

8

10 12 14 16 18 20 22 24

Waktu pengamatan (jam)

Gambar 7 Hasil
sil pe
pengamatan suhu di dalam Surau Gadang me
menurut
Bradshaw

15
Beban dari jantung manusia meningkat disebabkan oleh panas
disekelilingnya, seingga jantung harus berdetak lebih kencang untuk
memompakan darah ke seluruh tubuh. Perubahan panas sekitar lingkungan, suhu
tubuh biasanya lebih tinggi karena mekanisme transfer panas dari tubuh ke
lingkungan secara alami terjadi dalam tingkat yang lebih lambat. Penguapan air
melalui keringat merupakan satu-satunya mekanisme tubuh untuk menurunkan
suhu tubuh dari kondisi panas sekeliling. Penguapan air bertanggung jawab pada
banyaknya panas tubuh yang hilang. Panas tubuh yang hilang bisa juga
disebabkan oleh aktivitas paru-paru dan pernafasan yang menguapkan air dari
dalam tubuh manusia.
Pada lingkungan yang dingin, tubuh manusia beradaptasi untuk menahan
kehilangan panas tubuh dengan cara mempersempit pembuluh darah terluar untuk
mengurangi tingkat aliran darah ke kulit. Mekanisme ini menunjukkan bahwa
kulit merupakan isolator panas antara dalam tubuh dan sekitarnya. Jika panas
tubuh yang hilang terlalu tinggi pada kondisi dingin, tubuh akan menggigil dan
otot tidak dapat dikontrol (kram), kelelahan fisik ini dapat terjadi beberapa lama
pada kondisi dingin (Bradshaw 2010). Jika kehilangan panas ini terjadi secara
cepat menyebabkan manusia merasa kelelahan dan meningkatkan kebodohan
mental (mental dullness). Mental dullness terjadi karena aliran darah secara
langsung dari jantung ke pembuluh darah terluar dan kembali lagi ke jantung
tanpa melewati otak dan beberapa organ lainnya (Bradshaw 2010)
Di samping suhu, kelembaban udara berkontribusi dalam ketidaknyamanan
manusia dalam ruangan. Kelembaban udara adalah jumlah uap air dalam volume
udara kering tertentu. Perbandingan berat uap air (kg) di udara dengan volume
udara kering (m3) merupakan kelembaban absolut (kg m-3). Rasio kelembaban
atau kelembaban spesifik (kg kg-1) merupakan berat uap air di udara dibandingkan
berat udara kering. Pada udara hangat kadar air biasanya meningkat. Kadar air di
udara dibandingkan dengan kadar air maksimum pada suhu tertentu tanpa
menyebabkan kondensasi disebut dengan derajat kejenuhan. Rasio ini dikalikan
dengan 100 disebut dengan persen kelembaban. Persen kelembaban menentukan
keringnya suatu udara. Jika nilai persen kelembaban ini rendah menunjukkan
bahawa udara kering, jika nilainya tinggi menunjukkan udara basah. Persen
kelembaban biasanya disebut dengan Relative Humidity (RH). RH adalah rasio
tegangan parsial kandungan air di udara dibandingkan tegangan kejenuhan udara
dalam suhu bola kering dikalikan 100. Nilai persen kelembaban dapat sama
dengan relative humidity tetapi sebenarnya tidak sepenuhnya sama.
Manusia dapat mentoleransi variasi dari kelembaban dalam selang yang
panjang dibandingkan dengan suhu, namun kontrol terhadap kelembaban pada
tempat tinggal atau tempat kerja cukup penting. Kelembaban yang tinggi
meningkatkan masalah kondensasi pada permukaan kulit yang menghalangi
penguapan keringat dan respirasi sehingga pendinginan panas tubuh menjadi
lambat. Tingginya kadar air mengurangi kemampuan udara untuk menyerap uap
air dari kulit. RH yang lebih tinggi dari 70% meningkatkan kemungkinan
timbulnya jamur perusak kayu (Li, 2007), karat (Syed, 2006) dan kerusakan
lainnya yang berhubungan dengan kadar air. RH yang rendah dapat menyebabkan
retakan pada cat dinding dan penyusutan pada perabot dan lantai kayu. Manusia
mungkin dapat tinggal dengan nyaman pada kisaran RH (20-70%) (Gilmore 1972)
tetapi idealnya di bawah 60% (Arundel et al 1986). Jika RH lebih dari 60%

16
manusia mulai merasakann ttidak nyaman. Selama 25 hari pengukurann di
ditemukan
bahwa RH di mushola Sur
urau Gadang ini memiliki kelembaban yangg ttinggi. RH
tertinggi sebesar 78% dan terendah 67% . Dari hasil pengukurann RH dapat
diklasifikasikan menjadi
di dua zona yaitu tidak nyaman dan cukup nyam
yaman. Zona
cukup nyaman terjadi pada
ada jam10:00-18:30 WIB dapat dilihat darii G
Gambar 8.
Kelembaban yang terjadi
di cukup tinggi hal ini diduga karena lokasi mushol
ushola yang
berada pada daerah perbuki
ukitan dan di tepi danau serta kurangnya venti
ntilasi udara
di dalamnya.
RH observasi
si
80

RH estimasii

75

RH(%)

70
65
60
55
50
0

2

4

6

8

10 12 14 16 18 20 22 244

Waktu pengamatan (jam)

Gambar 8 RH di dal
dalam Surau Gadang yang dihasilkan berdasarka
rkan indeks
ketidaknyamanannya
Indekss Ke
Ketidaknyamanan dan Indeks Panas
Kombinasi dari suhu dan RH memberikan hasil yang ba
baik dalam
pengukuran ketidaknyamana
anan pekerja pada tempat kerjanya. Sebagaii cont
contoh saat
 dan RH 0%,, kul
kulit mungkin akan merasa dingin seperti ke
ketika suhu
suhu 24C
21C,
 sebaliknya pada suhu 24C
 dan RH 100% kulit akan kepanasa
nasan seperti
ketika suhu 27C.
 Jika sese
seorang bekerja dalam suhu dan RH yang tingg
nggi, tingkat
transfer panas tubuh ke se
sekitarnya akan berkurang karena mekanism
sme transfer
panas dan penguapan terhal
halangi. Pada kondisi ini, angin harus ditiupkan
upkan ke tubuh
untuk menguapkan kering
ingat dan menerbangkannya dari kulit. Dua
ua variabel
tersebut secara umum diguna
unakan sebagai variabel utama untuk menghitun
hitung indeks
ketidaknyamanan. Indekss ketidaknyamanan Thom digunakan olehh pe
pemerintah
Amerika untuk mengukurr ke
ketidaknyamanan lokasi tempat kerja.
Pada tahun 1978, inde
indeks panas dikembangkan oleh George
ge Wintering
kemudian diadopsi oleh US National Wheater dari tahun 1979 sampai
pai sekarang
(Bradshaw 2010). Indekss pa
panas dikenal dengan humiture atau humide
idex. Indeks
panas mengukur efek dari
ri suhu dan RH terhadap tingkat kehilangann pa
panas tubuh

17
manusia ke lingkunga
gannya. Nilai indeks panas terbukti lebih valid
lid dari pada suhu
atau RH saja dalam
m memperkirakan resiko buruh mengatasi sum
sumber panas di
lingkungannya. Sema
makin tinggi nilai indeks panas, para pekerja
ja aakan merasakan
udara yang panass sa
saat keringat tidak dapat secara mudahh m
menguap untuk
mendinginkan kulit.
t. P
Pekerja yang bekerja di luar ruangan dan terpa
erpapar oleh panas
dan udara lembab (pe
(petani, nelayan dll) atau yang bekerja di dalam
lam ruangan yang
panas memiliki resiko
siko yang lebih besar terhadap penyakit yangg di
disebabkan oleh
panas. Resiko ini aka
akan meningkat ketika udara menjadi bertam
tambah panas dan
basah (lembab). Peny
nyakit yang berhubungan dengan panas (contohn
ontohnya heat stroke,
heat exhaustion, heat cramps, heat rash) menyerang ketika tubuh tidak dapat
melepaskan panas dal
dalam jumlah yang cukup dibandingkan panas
nas yang dihasilkan
dari aktivitas fisik,
k, me
metabolisme dan sumber panas lainnya dari ling
lingkungan.
Dari Gambar 9(
9(a) indeks ketidaknyaman menurut Thom se
selama penelitian
di Mushola Surau Ga
Gadang dibagi menjadi dua zona yaitu B da
dan C. Dari hasil
grafik zona B menunj
nunjukkan beberapa orang merasa tidak nya
nyaman pada jam
00:00-09:15 WIB da
dan jam 20:00-00:00 WIB. Zona C menunj
nunjukkan sebagian
orang merasa tidakk nyaman pada jam 09:15-20:00 WIB. Inde
ndeks panas yang
didapatkan dari klasif
asifikasi US NOAA Gambar 9(b) menunjukka
ukkan zona nyaman
dapat dirasakan pada
da jam 00:00-07:00 WIB. Zona waspada pada
da jjam 07:00-12:30
WIB dan jam 17:50
50-00:00 WIB. Berdasarkan indeks panass U
US NOAA zona
sangat waspada darii ja
jam 12:30-17:50 WIB.
A
a

A
b

Gambar 9 Hasi
asil pengamatan ketidaknyamanan di Surauu Ga
Gadang yang
dihasilkan berdasa
dasarkan indeks ketidaknyaman Thom(a), indeks
ndeks pa
panas US
NOAA(b)

18

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Siklus harian dari cahaya matahari di Mushala Surau Gadang kanagarian
Koto Baru Kecamatan Tanjung Raya, Kab. Agam, Sumatera Barat lebih
mendekati persamaan linear sinus dibandingkan persamaan yang lainnya seperti
Power sinus, logaritma sinus dan Eksponensial sinus. Intensitas cahaya matahari
didominasi oleh kelas D pada klasifikasi Fagerhault, yaitu luminance sangat tinggi
dan menyilaukan mata. Secara umum suhu di dalam mushola kayu berada pada
zona yang nyaman selama penelitian. RH rata-rata selama penelitian didominasi
oleh zona yang tidak nyaman selama kurang lebih 16 jam. Berdasarkan indeks
ketidaknyamanan Thom membentuk dua zona yaitu B dan C. Zona B
menunjukkan beberapa orang merasa tidak nyaman pada jam 00:00-09:15 WIB
dan jam 20:00-00:00 WIB. Zona C menunjukkan sebagian orang merasa tidak
nyaman pada jam 09:15-20:00 WIB. Klasifikasi Indeks panas US NOAA
menunjukkan zona nyaman yang dirasakan dari jam 00:00-07:00 WIB.

Saran
Perlu dibangun naungan disekitar mushola Surau Gadang, naungan dapat
berbentuk penanaman pohon-pohon disekitar Mushola Surau Gadang. Tajuk dari
pepohonan dapat mengurangi intensitas cahaya matahari yang langsung diterima
oleh permukaan tanah.

DAFTAR PUSTAKA
Arundel, A.V., E.M. Sterling, J.H.Biggin and T.D. Sterling, 1986. Indirect health
effects of relative humidity in indoor environments. Environ.Health Perspect.,
65: 351-361
Bradshaw, V., 2010. Human Comfort and Health Requirements. In: The Building
Environment: Active and Passive Control Systems, Bradshaw, V. (Ed.). 3rd
Edn., John Wiley and Sons, Washington, USA., ISBN: 9781118010129.
Cullen, A.P., 2002. Photokeratitis and other phototoxic effects on the cornea and
conjunctiva.Int. J. Toxicol., 21: 455-464.
Epstein, Y. and D.S. Moran, 2006. Thermal comfort and the heat stress indices.
Ind. Health, 44: 388-398.
FAGERHULT, 2014. Luminance classification of decorative luminaires with opal
surfaces. Fagerhults Belysning AB, Habo, Sweden, January 2, 2014.
Fonn, D., 2011. A special issue on ultraviolet radiation and its effects on the eye.
Eye Contact Lens, 37: 167-167.
Gilmore, C.P., 1972. Exciting new developments help you get more comfort for
your heating dollar. Popular Sci., 99: 947-950.
Harper, C., R.J. Emery and D.M. Casserly, 2008. An assessment of occupational
exposures to ultraviolet radiation from transilluminator light boxes in the

19
courseof biomedical research procedures. J. Chem. Health Safety, 15: 1622.
Kawamura, T., 1965. Distribution of discomfort index in Japan in summer
season. J. Meteorol. Res., 17: 460-466.
Li, Y., 2007. Mould on building materials: A calorimetric study of fungal activity
as a function of environmental factors. Ph.D. Thesis, Lund University,
Sweden.
Mohamed, S. and K. Srinavin, 2002. Thermal environment effects on construction
workers' productivity. Work Study, 51: 297-302.
NOAA, 2014. What is the heat index? National Oceanic and Atmospheric
Administration (NOAA), Silver Spring, MD, USA., January 24, 2014.
OSHA, 2014. Using the heat index: A guide for employers. United States
Department of Labor, Occupational Safety and Health Administration,
January 24, 2014.
Pechacek, C.S., M.Andersen and S.W.Lockley, 2008.Preliminary method for
prospective analysis of the circadian efficacy of (day) light with applications
to healthcare architecture. Leukos: J. Illum. Eng. Soc. North Am.,5: 1-26
Reinhart, C.F., J. Mardaljevic and Z. Rogers, 2006. Dynamic daylight
performance metrics for sustainable building design. LEUKOS: J. Illum. Eng.
Soc. North Am., 3: 7-31.
Syed, S., 2006. Atmospheric corrosion of materials. Emirates J. Eng. Res.,11: 124.
Thom, E.C., 1959. The discomfort index. Weatherwise, 12: 57-61.
Time and Date. 2014. Sun Calculator: Padang, Indonesia-Sunrise, sunset and
daylength
[internet].
[diacu
2014
Juli
9].Tersediadari:
http://www.timeanddate.com/sun/indonesia/padang.
Tjasyono, B., 1998. Klimatologi. Penerbit ITB, Bandung, Indonesia.
Zhang, Y., Q. Liu, B. Liu, Y. Li and T. Zhang, 2013. Influence of
relative humidity and temperature
on quantity of electric charge of
static protective clothing used in petrochemical industry. J. Phys.: Conf.
Ser., Vol. 418. 10.1088/1742-6596/418/1/012025.

20

21

22

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lubuk Basung pada tanggal 2 Februari 1990. Penulis
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Rostam dan Ibu
Yenni Wirda. Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Lubuk Basung
dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa jurusan Teknologi Hasil
Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan
Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa penulis telah mengikuti beberapa kegiatan
praktek lapang diantaranya yaitu Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH)
pada tahun 2010 di Cilacap dan Batu Raden, Jawa Tengah. Pada tahun 2011
penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) dengan lokasi di
Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur, Taman Nasional Gunung
Halimun Salak, dan PGT Sindangwangi. Kemudian pada tahun 2013, penulis
mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Perusahaan Omocha Toys,
Bogor, Jawa Barat.
Selain aktif mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif dalam kepanitiaan
kegiatan kampus. Penulis merupakan anggota Divisi Kelompok Minat Rekayasa
dan Desain Bagunan Kayu pada tahun 2009 dan merupakan pengurus Himpunan
Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) Divisi Kewirausahaan pada tahun 2010.
Kemudian penulis juga merupakan ketua angkatan 45 Teknologi Hasil Hutan.
Selain itu, penulis berhasil mendapatkan prestasi di bidang olahraga, yaitu Juara 1
cabang basket putra pada OMI 2009.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis
melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Periode
Kenyamanan Manusia dalam Mushola Surau Gadang, Sumatera Barat” dibawah
bimbingan Effendi Tri Bahtiar, S.Hut, M.Si.