Efisiensi Pemanfaatan Bahan Baku Kayu Lapis Di PT. Kutai Timber Indonesia, Probolinggo-Jawa Timur

EFISIENSI PEMANFAATAN BAHAN BAKU KAYU LAPIS DI
PT. KUTAI TIMBER INDONESIA, PROBOLINGGO-JAWA
TIMUR

DYKA INDIANI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efisiensi Pemanfaatan
Bahan Baku Kayu Lapis Di PT. Kutai Timber Indonesia, Probolingg-Jawa Timur
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Dyka Indiani
NIM E24100042

ABSTRAK
DYKA INDIANI. Efisiensi Pemanfaatan Bahan Baku Kayu Lapis Di PT. Kutai
Timber Indonesia, Probolinggo-Jawa Timur. Dibimbing oleh Muh. Yusram
Massijaya.
Efisiensi merupakan suatu indikator keberhasilan yang mengukur kinerja
dengan cara mengevaluasi suatu unit produksi. Efisiensi bahan baku merupakan
suatu cara untuk mengukur tingkat kompetitif dan pemanfaatan bahan baku secara
efektif. Dengan meningkatkan efisiensi, industri dapat mengurangi limbah yang
dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi pemanfaatan bahan
baku pada proses produksi kayu lapis di PT. Kutai Timber Indonesia. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah: 1) Tingkat efisiensi pemanfaatan bahan baku kayu lapis
di PT. Kutai Timber Indonesia pada tahun 2011-2013 adalah 53.40% per tahun. 2)
Proses yang paling tidak efisien yaitu penyambungan atau perbaikan finir core
dengan volume limbah yang dihasilkan (13.37%). 3) PT Kutai Timber Indonesia

masih kurang efisien dalam pemanfaatan bahan baku kayu lapis menurut
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.17/Menhut-II/2004. 4) Untuk meningkatkan
efisiensi pemanfaatan bahan baku, limbah yang dihasilkan dimanfaatkan untuk
memproduksi wood pellet, papan partikel, wood working, dan bahan baku untuk
boiler.
Kata kunci: Efisiensi, Kayu Lapis, Bahan Baku. PT. KTI.

ABSTRACT
DYKA INDIANI. Raw Material Efficiency Utilization for Plywood in PT. Kutai
Timber Indonesia, Probolinggo-East Java. Supervised by Muh. Yusram
Massijaya.
Raw material efficiency utilization is one of a success indicator that
measures the plywood industry performance by which production units are
evaluated. Raw materials efficiency utilization is a simple way to measure the
level of competitiveness and effective usage of wood raw material. By increasing
the efficiency, the industry can reduce the resulted waste. The purpose of this
research is to find out the efficiency of wood raw materials utilization in plywood
production process in PT. Kutai Timber Indonesia. The conclusions of the
research results are as follows: (1) The average efficiency level of wood raw
material utilization at PT. Kutai Timber Indonesia in 2011-2013 was 53.40% per

year. (2) The most inefficiency step process was arranging core veneer as
reflected by the average highest waste volume (13.37%). (3) PT Kutai Timber
Indonesia failed to meet the efficient plywood industry according to Ministry of
Forestry Regulation No. P.17/Menhut-II/2004 regarding Standard Operation
procedure for Primary Forest Products Industries Efficiency Evaluation. (4) In
order to increase the level of wood raw material utilization, PT. Kutai Timber
Indonesia use most of the wood waste resulted from the plywood industry for
wood pellet, particleboard, wood working and boiler raw material.
Key words: Efficiency, Plywood, Raw Material, PT. KTI

EFISIENSI PEMANFAATAN BAHAN BAKU KAYU LAPIS DI
PT. KUTAI TIMBER INDONESIA, PROBOLINGGO-JAWA
TIMUR

DYKA INDIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada

Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Efisiensi Pemanfaatan Bahan Baku Kayu Lapis Di PT. Kutai
Timber Indonesia, Probolinggo-Jawa Timur
Nama
: Dyka Indiani
NIM
: E24100042

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Muh. Yusram Massijaya, MS.
Pembimbing


Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 ini ialah
efisiensi bahan baku kayu lapis, dengan judul Efisiensi Pemanfaatan Bahan Baku
Kayu Lapis Di PT. Kutai Timber Indonesia, Probolinggo-Jawa Timur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Muh. Yusram
Massijaya, MS selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Bapak Bhakti Krisnoly S.H dan Bapak Suseno selaku
pembimbing lapang di PT. Kutai Timber Indonesia beserta staf PT. Kutai Timber
Indonesia yang telah membantu selama proses pengamatan di lapang. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik, dan seluruh keluarga atas
doa dan dukungannya. Tak lupa ucapan terimakasih juga disampaikan kepada

teman-teman THH 47 yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam
penyelesaian karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014
Dyka Indiani

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

vii

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii


DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2


Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

METODE
Prosedur Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN

3
3
6

Deskripsi Perusahaan

6


Efisiensi Bahan Baku

12

SIMPULAN DAN SARAN

17

Simpulan

17

Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

18


LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL
1
2
3

Perhitungan volume limbah dari setiap proses produksi kayu lapis di
PT. Kutai Timber Indonesia
Keragaman kondisi limbah kayu PT. Kutai Timber Indonesia
Limbah kayu dari kayu lapis PT. Kutai Timber Indonesia

3
14

15

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Wrapping grade plywood
Ordinary plywood
Floor base
Block board / Lumber core
Light weight plywood
Scarf joint plywood
Structural panel
Bending plywood
Alur proses produksi kayu lapis PT. Kutai Timber Indonesia
Limbah kayu dari produksi kayu lapis di PT. Kutai Timber Indonesia

6
7
7
7
8
8
8
9
10
13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Jumlah input dan limbah kayu dari proses produksi kayu lapis di PT.
Kutai Timber Indonesia tahun 2011
Jumlah input dan limbah kayu dari proses produksi kayu lapis di PT.
Kutai Timber Indonesia tahun 2012
Jumlah input dan limbah kayu dari proses produksi kayu lapis di PT.
Kutai Timber Indonesia tahun 2013
Rata-rata limbah per tahun

19
20
21
22

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri kayu lapis pernah menjadi salah satu produk unggulan kehutanan di
Indonesia, namun saat ini industri kayu lapis mengalami penurunan. Tercatat pada
tahun 1980-an produksi kayu lapis mencapai 6,709,836 m3 (Departemen
Kehutanan 2002) sementara pada tahun 2011 produksinya menurun menjadi
3,302,843 m3 (Departemen Kehutanan 2012). Penurunan produksi tersebut
disebabkan karena adanya penurunan potensi hutan alam sehingga pasokan bahan
baku untuk produksi kayu lapis pun menurun (Departemen Kehutanan 2002).
Kelangkaan bahan baku ini menyebabkan harga kayu yang dijual mahal. Guna
mengatasi langkanya ketersediaan bahan baku dari hutan alam, beberapa
perusahaan juga memasok kayu dari hutan tanaman agar perusahaan mereka tetap
berjalan. Namun kualitas kayu dari hutan tanaman tentu berbeda dengan kayu dari
hutan alam, sehingga berpotensi untuk menurunkan rendemen dari produksi kayu
lapis.
Industri kayu lapis menghasilkan limbah yang tidak dapat dihindari. Adapun
limbah yang pada umumnya dihasilkan dari industri kayu lapis di Indonesia
adalah limbah padat berupa sisa-sisa potongan log dan veneer, limbah cair berupa
sisa tumpahan bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan kayu lapis, serta
limbah udara atau limbah gas (Inrasti 2006). Limbah padat merupakan limbah
terbesar yang dihasilkan dari proses produksi kayu lapis. Hampir semua proses
produksi kayu lapis menghasilkan limbah dengan jumlah dan karakteristik yang
berbeda (Subari et. al. 2012a). Mulai dari pemotongan log, pengupasan kulit,
pembuatan lembar veneer, pengempaan, hingga finishing menghasilkan limbah.
Hingga saat ini, berbagai upaya penanganan limbah sudah diterapkan di industri
kayu lapis agar dampaknya terhadap lingkungan dapat diminimalisir.
Tingginya limbah yang dihasilkan dalam suatu industri, menunjukan
rendahnya efisiensi pemanfaatan bahan baku dalam industri tersebut (Thamrin
et.al. 2008). Efisiensi bahan baku merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh
setiap industri kayu lapis agar dapat kompetitif dalam pasar dan menghemat kayu
yang menjadi bahan baku industri ini. Industri kayu masih dikatakan boros dalam
penggunaan bahan baku, menurut Effendy (2000) dalam Subari et al. (2012b)
limbah kayu yang dihasilkan dari industri kayu lebih dari 40% dari 100% log
yang siap diolah di pabrik. Tingginya limbah yang dihasilkan dari suatu industri
kayu dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti cara pengelolaan bahan baku,
jumlah dan kondisi kayu yang digunakan, serta mesin-mesin yang digunakan
dalam proses produksinya.
Salah satu perusahaan pengolahan kayu yang cukup besar di Indonesia
yaitu PT. Kutai Timber Indonesia. PT. Pabrik PT. Kutai Timber Indonesia
berlokasi di Pelabuhan Probolinggo, Kecamatan Mayangan, Kota Madya
Probolinggo, Propinsi Jawa Timur. Kayu lapis merupakan produk unggulan dari
PT. Kutai Timber Indonesia. Setiap proses produksi kayu lapis di PT. Kutai
Timber Indonesia menghasilkan berbagai bentuk limbah dengan jumlah yang
berbeda. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat

2
efisiensi penggunaan bahan baku di perusahaan kayu lapis PT. Kutai Timber
Indonesia melalui jumlah limbah dan rendemen yang dihasilkan.
Perumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini difokuskan pada proses produksi kayu lapis di
PT. Kutai Timber Indonesia
1. Bagaimana proses produksi kayu lapis di PT. Kutai Timber Indonesia
2. Banyaknya limbah yang dihasilkan dari setiap proses produksi kayu lapis di
PT. Kutai Timber Indonesia setiap tahun
3. Tingkat efisiensi penggunaan bahan baku dalam produksi kayu lapis di PT.
Kutai Timber Indonesia
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan
bahan baku di perusahaan kayu lapis PT. Kutai Timber Indonesia melalui jumlah
limbah dan rendemen yang dihasilkan dari setiap proses produksinya.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat
efisiensi penggunaan bahan baku dalam proses pembuatan kayu lapis di PT. Kutai
Timber Indoensia, sehingga perbaikan atau peningkatan efisiensi dapat dilakukan
secara cepat dan tepat.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pengamatan proses produksi serta
limbah yang dihasilkan dari setiap tahapan pembuatan kayu lapis di pabrik PT.
Kutai Timber Indonesia.

3

METODE
Prosedur Analisis Data
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2013. Penelitian dilakukan
di Pabrik PT. Kutai Timber Indonesia di Pelabuhan Probolinggo, Kecamatan
Mayangan, Kota Madya Probolinggo, Propinsi Jawa Timur. Penelitian dilakukan
dengan cara mengamati proses produksi serta limbah yang dihasilkan dari setiap
tahap proses pembuatan kayu lapis di pabrik PT. Kutai Timber Indonesia. Adapun
data yang diambil mengenai jumlah limbah kayu dari setiap proses produksi
merupakan data dari PT. Kutai Timber Indonesia pada tahun 2011, 2012, dan
2013.
Pengukuran limbah yang dihasilkan dilakukan dalam setiap tahap proses
produksi kayu lapis, kemudian limbah yang dihasilkan dari setiap proses dihitung
volumenya lalu dinyatakan presentasinya terhadap input bahan baku (log dan
veneer yang dibeli).
Tabel 1 Perhitungan volume limbah dari setiap proses produksi kayu lapis di PT.
Kutai Timber Indonesia
Proses

Elemen

a) Chain saw

Sisa chain saw

b) Pemotongan
tepi

Sisa tepi log

c) Peeling
(Rotary)

Sisa empulur log

d) Clipper

Sisa clipper

e) Pengeringan

Penyusutan dryer

f) Arranging
face/back

g) Arranging
center core

h) Arranging core

Sisa
penyambungan /
perbaikan veneer
face/back
Sisa
penyambungan /
perbaikan veneer
center core
Sisa
penyambungan /
perbaikan veneer
core

Volume Limbah
(volume log + volume veneer*) (volume log hasil proses chainsaw +
volume veneer*)
volume log output a + volume
veneer*) - (volume log hasil
pemotongan tepi log + volume
veneer*)
(volume log output b + volume
veneer*) - (volume hasil proses
peeling + volume veneer*)
(volume total veneer - volume veneer
hasil proses clipper)
volume veneer output d - volume
veneer hasil proses dryer)
volume veneer output e - volume
veneer hasil proses
penyambungan/perbaikan face/back
volume veneer output e - volume
veneer hasil proses
penyambungan/perbaikan center
core
volume veneer output e - volume
veneer hasil proses
penyambungan/perbaikan core

4

i) Double saw

Sisa potongan
tepi kayu lapis

volume kayu lapis- volume kayu
lapis hasil proses double saw

j) Pengampelasan,
pendempulan

Sisa finishing

volume output kayu lapis proses i volume kayu lapis hasil proses
finishing

Keterangan:
Veneer*
Total veneer
Volume log (m3)
Volume veneer (m3)
Volume kayu lapis (m3)

= Veneer yang dibeli oleh perusahaan
= Veneer* + Veneer yang dibuat
= π x r2 x p
=pxlxt
=pxlxt

Pengukuran efisiensi terdiri dari dua komponen, yaitu efisiensi teknis
merupakan kemampuan unit produksi untuk memproduksi output yang maksimal
berdasarkan sejumlah input tertentu dan efisiensi alokatif yang mencerminkan
penggunaan input yang optimal dengan mempertimbangkan harga input dan
teknologi yang digunakan (Ma et al. 2000 dalam Alviya 2011). Besarnya efisiensi
penggunaan bahan baku yang dihitung dalam penelitian ini merupakan efisiensi
teknis. Perhitungan efisiensi teknis membutuhkan data kuantitatif output dan input
perusahaan (Alviya 2011). Besarnya output dan input dari produksi kayu lapis
dapat dicerminkan dari nilai limbah yang tersedia.
Penentuan sudah efisien atau tidaknya dalam penggunaan bahan baku
produksi kayu lapis di PT. Kutai Timber Indonesia dapat dilihat dari rendemen
yang dihasilkan dan mengacu pada standar Peraturan Dirjen Bina Produksi
Kehutanan Nomor P.13/VI-BPPHH/2009 tentang rendemen kayu olahan industri
primer hasil hutan (Subari et al. 2012b). Pengukuran efisiensi penggunaan bahan
baku juga dapat dilakukan dengan melihat limbah yang dihasilkan, dan adapun
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Subari et al. 2012b):
Efisiensi pemanfaatan bahan baku (%) = 100% - limbah yang dihasilkan(%)
Penentuan tingkat efisiensi penggunaan bahan baku kayu lapis di PT. Kutai
Timber Indonesia dapat dilihat melalui peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.17/Menhut-II/2004 (Departemen Kehutanan 2007). Berikut merupakan skema
pengamatan limbah yang dilakukan dalam penelitian ini.

5

Receiving log

Limbah round up,
sisa tepi log dan sisa
chain saw

Log cutting
Block grading
Peeling
Dryer

Penyusutan dryer
Sisa penyambungan
serta perbaikan
(Arranging) veneer

Log grading

Limbah empulur
log dan sisa proses
Clipper

Veneer selection &
repairing
Receiving resin
LAY UP
Glue mixing
Glue spreading

Repairing
1

Cold press

2

Hot press
Spray / catcher
Cutting

Sisa tepi kayu
lapis

Sanding

Sisa finishing

Sorting
Laboratory test
Grading
Marking
Packing
Shipping

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Perusahaan
PT Kutai Timber Indonesia berdiri pada tahun 1970 sebagai hasil merger
antara PT Kaltimex Jaya dan Sumitomo Forestry Group. PT Kaltimex Jaya
merupakan sebuah perusahaan di Kalimantan yang bergerak dalam bidang
pembelian log, sementara Sumitomo Forestry Co. Ltd adalah sebuah perusahaan
Jepang yang bergerak dalam bidang kehutanan. Pada tahun 1973 PT Kutai Timber
Indonesia mendirikan pabrik kayu lapis yang berlokasi di Pelabuhan Probolinggo,
Kecamatan Mayangan, Kota Madya Probolinggo, Propinsi Jawa Timur dan pada
tahun 1974 PT Kutai Timber Indonesia sudah mulai aktif memproduksi kayu lapis.
PT Kutai Timber Indonesia juga mengembangkan usahanya dengan memproduksi
wood working pada tahun 1992 dan memproduksi papan partikel pada tahun 2008.
Sampai saat ini 99% saham di PT KTI dipegang oleh Sumitomo Forestry Co. Ltd.
Hingga saat ini produk yang dihasilkan dari PT. Kutai Timber Indonesia
yaitu kayu lapis, block board, LVL (Laminated Veneer Lumber), bending board,
scarf joint, papan partikel, dan wood working. PT. Kutai Timber Indonesia
memproduksi kayu lapis dengan berbagai ukuran yang disesuaikan dengan
pemesanan, jumlah lapisan veneer dalam kayu lapis yang dibuat oleh PT. Kutai
Timber Indonesia berjumlah 3, 5, 7, dan maksimal 13 veneer. Bahan baku yang
digunakan oleh PT. Kutai Timber Indonesia beragam, namun bahan baku utama
yang digunakan dalam pembuatan kayu lapisnya adalah meranti merah. Sebagian
besar bahan baku log PT Kutai Timber Indonesia didatangkan dari beberapa HPH
di Kalimantan Timur dan dari perhutani serta inhutani. Sementara untuk bahan
baku berupa veneer didatangkan dari Candipuro, Gresik, Pare, dan Cirebon. Guna
mengatasi kelangkaan bahan baku yang disediakan oleh hutan alam, PT. Kutai
Timber Indonesia juga membuka areal plantation di beberapa daerah di Jawa
Timur, seperti Probolinggo, Lumajang, Kediri dan Banyuwangi dengan total luas
4000 ha. Berikut merupakan contoh produk kayu lapis yang diproduksi oleh PT.
Kutai Timber Indonesia.
1. Wrapping grade plywood
Wrapping grade plywood digunakan untuk surface wrapping dan wall.
Kayu lapis ini memiliki ukuran panjang 6-8 kaki, lebar 3-4 kaki, dan tebal 2.4-3.7
mm.

Gambar 1 Wrapping grade plywood

7
2. Ordinary plywood

Gambar 2 Ordinary plywood
Ordinary plywood digunakan untuk kebutuhan eksterior dan interior. Kayu
lapis ini memiliki ukuran panjang 6-8 kaki, lebar 3-4 kaki, dan tebal 5.5-30 mm.
3. Floor base

Gambar 3 Floor base
Floor base dapat digunakan untuk lantai. Kayu lapis ini memiliki ukuran
panjang 6-7 kaki, lebar 3 kaki, dan tebal 7-12 mm.
4. Block board / lumber core

Gambar 4 Block board / Lumber core
Block board atau lumber core digunakan untuk keperluan interior. Memiliki
ukuran panjang 6-8 kaki, lebar 3-4 kaki, dan tebal 12-30 mm.

8
5. Light weight plywood

Gambar 5 Light weight plywood
Light weight plywood Digunakan untuk keperluan bagian mobil. Memiliki
ukuran panjang 6-8 kaki, lebar 3-4 kaki, dan tebal 9-30 mm.
6. Scarf joint plywood

Gambar 6 Scarf joint plywood
Scarf joint plywood digunakan untuk dinding atau lantai. Memiliki ukuran
panjang 8-20 kaki, lebar 3-4 kaki, dan tebal 2.5-22 mm.
7. Structural panel

Gambar 7 Structural panel
Structural panel Digunakan untuk kerangka bangunan. Memiliki ukuran
panjang 6-8 kaki, lebar 3-4 kaki, dan tebal 12, 15, dan 17 mm.

9
8. Bending plywood

Gambar 8 Bending plywood
Bending plywood digunakan untuk keperluan interior dan eksterior.
Memiliki ukuran panjang 6-8 kaki, lebar 3-4 kaki, dan tebal 9-12 mm.

10
Proses Produksi Kayu Lapis
Proses produksi kayu lapis pada PT. Kutai Timber Indonesia perlu dipahami
guna mengetahui tingkat efisiensi penggunaan bahan baku perusahaan tersebut.
Receiving log

Log grading

Log cutting
Block grading
Peeling
Dryer
Veneer selection &
repairing
Receiving resin
LAY UP
Glue mixing
Glue spreading
Repairing
1

Cold press

2

Hot press
Spray / catcher
Cutting
Sanding
Sorting
Laboratory test
Grading
Marking
Packing
Shipping

Gambar 9 Alur proses produksi kayu lapis PT. Kutai Timber Indonesia

11
Proses produksi kayu lapis PT. Kutai Timber Indonesia secara garis besar
adalah sebagai berikut:
1. Penyimpanan log
Kayu yang tersimpan dalam log pond atau log yard disusun berdasarkan
jenis, kualitas, dan kelas kuatnya. Adapun jenis kayu yang digunakan dalam
produksi kayu lapis di PT. Kutai Timber Indonesia adalah meranti, kapur,
palapi, mersawa, nyatoh, kenari, jelutung, agathis, matoa, medang, duabunga,
sengon, pinus, dan terentang. Berdasarkan atlas kayu Indonesia jilid I, jenisjenis kayu yang digunakan oleh PT. Kutai Timber Indonesia sudah cocok
untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan veneer (Martawijaya et. al.
1981)
2. Pemotongan log
Setelah log diambil dari tempat penyimpanan, log dipotong menggunakan
chainsaw.
3. Pengulitan log
Log dikuliti menggunakan mesin debarker. Log yang dikuliti harus bersih
dari benda-benda keras lainnya. Pengulitan log sangat penting agar produksi
kayu lapis lebih ekonomis (Kollan et.al. 1975) karena kulit log mengandung
zat ekstraktif yang dapat merusak mata pisau.
4. Pembuatan Veneer Menggunakan rotary lathe
Terdapat 5 mesin rotary pada PT. Kutai Timber Indonesia dengan lebar 5
dan 9 kaki. Bagian rotary merupakan faktor yang sangat menentukan mutu
permukaan baik dalam bentuk veneer face, veneer back, veneer core, dan
veneer center core. Kelemahan menggunakan mesin rotary yaitu kehalusan
pada permukaan veneer tidak seragam (Kollan et al. 1975) dan dapat timbul
keretakan pada veneer (Walker 2006). Kelebihan penggunaan mesin rotary
yaitu lebih cepat dan murah (Burton 2006).
5. Pemotongan veneer menggunakan clipper
Pemotongan veneer bertujuan untuk mendapatkan ukuran yang diinginkan,
selain itu pada tahap ini juga dilakukan seleksi terhadap veneer. Veneer yang
tidak terpakai dapat digunakan untuk bahan baku boiler.
6. Pengeringan
Terdapat 4 mesin pengering yang dimiliki oleh PT. Kutai Timber
Indonesia dengan 2 tipe, yaitu continous dryer dan roll dryer. Kedua mesin
tersebut mengeringkan veneer dengan kadar air dan ketebalan yang berbeda.
Continous dryer digunakan untuk mengeringkan veneer yang tipis, sementara
roll dryer untuk mengeringkan veneer yang lebih tebal. Veneer face dan back
dikeringkan hingga mencapai kadar air maksimal 12-17% dan kadar air
maksimal 10% untuk veneer core.
7. Penyambungan atau perbaikan veneer (Arrangement)
Veneer yang terputus-putus dapat disambung kembali menggunakan mesin
jointer. Terdapat 3 jenis mesin jointer yaitu face composser, core builder, dan
scarf veneer composser. Mesin jointer ini digunakan untuk menyambung
veneer dengan arah serat tertentu.
8. Pelaburan perekat
Veneer kemudian saling direkatkan menggunakan perekat yang
disesuaikan dengan tujuan penggunaan kayu lapis. Perekat dilaburkan ke

12
kedua sisi veneer core menggunakan mesin spreader. Terdapat 5 unit mesin
spreader.
9. Pengempaan
Terdapat 2 tahap pengempaan, yaitu kempa dingin dan dilanjutkan dengan
kempa panas. Kempa dingin bertujuan untuk meratakan perekat dan
membantu penetrasi perekat ke dalam pori-pori kayu. Kempa panas bertujuan
untuk menyatukan antar veneer dan membantu pengerasan perekat. Terdapat
10 unit mesin kempa dingin dan 4 unit mesin kempa panas dengan jumlah
opening 30, 35, dan 40. Kayu lapis yang terbentuk kemudian dilewatkan ke
mesin roll catcher untuk mengurangi emisi formaldehid.
10. Finishing
Finishing terdiri dari:
a. Meratakan ukuran kayu lapis dengan double saw.
b. Pendempulan, dilakukan secara manual untuk menutupi kerusakan pada
veneer
c. Pengampelasan menggunakan mesin sander guna meratakan permukaan
kayu lapis.
d. Pemilihan mutu (grading)
e. Pengemasan, dilakukan setelah pengujian mutu kayu lapis.
Efisiensi Bahan Baku
Besarnya limbah yang dihasilkan dalam suatu industri, menunjukan
rendahnya efisiensi pemanfaatan bahan baku dalam industri tersebut (Thamrin
et.al. 2008). Dalam industri kayu lapis (plywood), efisiensi bahan baku merupakan
hal yang perlu diperhatikan agar setiap industri menjadi lebih kompetitif dalam
pasar dan menghemat kayu yang menjadi bahan baku industri kayu lapis. Efisiensi
adalah kemampuan suatu unit produksi untuk memperoleh output yang maksimal
berdasarkan sejumlah input tertentu (Alviya 2011). Analisis efisiensi dan
produktivitas industri kayu olahan Indonesia perlu dilakukan untuk memberikan
gambaran kinerja industri tersebut dengan tujuan untuk mewujudkan industri
kehutanan yang tangguh, efisien, dan kompetitif dengan memperhatikan
kemampuan daya dukung hutan secara lestari.
Limbah padat merupakan limbah terbesar yang dihasilkan dari proses
produksi kayu lapis (Inrasti 2006). Limbah padat yang dihasilkan sebagian besar
berupa kayu. Limbah ini dapat berupa sisa potongan log dengan chain saw (saw
dust), kulit log, limbah pembulatan atau perataan log hingga berbentuk silindris
(round up), sisa log yang tidak dapat dibentuk veneer lagi (empulur), sisa perataan
pinggir veneer (spureknife), veneer yang tidak terpakai, sisa proses finishing (saw
dust), serta sisa potongan tepi kayu lapis.

13

Potongan log dan round up

Kulit kayu

Saw dust

Empulur log

Spureknife dan Veneer rusak

Sisa potongan tepi kayu lapis

Gambar 10

Limbah kayu dari produksi kayu lapis di PT. Kutai Timber
Indonesia

14
Faktor yang mempengaruhi timbulnya limbah padat yaitu jumlah dan
kondisi kayu yang digunakan, cara pengolahan dan banyaknya limbah kayu yang
digunakan kembali untuk proses produksi lanjutan, dan mesin-mesin produksi
yang digunakan (Inrasti 2006).
Tabel 2

Keragaman kondisi limbah kayu PT. Kutai Timber Indonesia
Bulan

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Rata-rata
Standar deviasi dari data total limbah
per bulan
Standar deviasi dari rata-rata limbah
yang dihasilkan per tahun

Total limbah kayu
2011
2012
46.71
45.31
46.41
48.46
46.28
46.64
47.79
47.98
43.13
49.47
44.67
47.90
46.76
49.06
45.59
46.31
48.43
45.15
44.69
46.94
48.23
45.76
46.66
44.82
46.16
47.10
1.58

1.49

2013
47.05

45.15
45.15
45.98
47.27
47.71
47.55

46.55
1.11

0.47

Standar deviasi yang dimiliki pada tahun 2013 lebih kecil daripada tahun
sebelumnya. Semakin kecil standar deviasi, artinya suatu data yang diperoleh
semakin seragam. Total limbah yang dihasilkan setiap bulannya pada tahun 2013
paling seragam dibandingkan total limbah yang diperoleh setiap bulan pada tahun
2011 dan 2012 dengan standar deviasi sebesar 1.11%. Standar deviasi dari ratarata limbah yang dihasilkan per tahun sebesar 0.47%, artinya limbah yang
dihasilkan setiap tahunnya dari tahun 2011 sampai tahun 2013 hampir sama atau
seragam. Oleh karena itu penelitian mengenai efisiensi pemanfaatan bahan baku
dilakukan terhadap limbah yang dihasilkan selama 3 tahun terakhir, yaitu tahun
2011 sampai tahun 2013.

15
Tabel 3 Limbah kayu dari kayu lapis PT. Kutai Timber Indonesia
Elemen
Sisa Chain saw
Sisa tepi log
Sisa empulur log
Sisa clipper
Penyusutan dryer
Sisa penyambungan / perbaikan veneer face/back
Sisa penyambungan / perbaikan veneer center core
Sisa penyambungan / perbaikan veneer core
Sisa potongan tepi kayu lapis
Sisa finishing
Total

Rata-rata limbah per
tahun (%)
1.22
±
0.05
2.31
±
0.04
3.32
±
0.37
9.04
±
0.98
4.54
±
0.04
3.58
±
0.19
2.86
±
0.48
13.37
±
0.40
5.70
±
0.41
0.64
±
0.01
46.60
±
0.30

Berdasarkan Tabel 3. bahan baku kayu yang dapat diolah untuk produksi
kayu lapis rata-rata sebesar 53.40%. Berdasarkan Peraturan Dirjen Bina Produksi
No. P.13/IV-BPPHH/2009 dalam Subari et al. (2012b), suatu perusahaan kayu
lapis dapat dikatakan sudah melakukan efisiensi bahan baku kayu apabila tingkat
efisiensi bahan bakunya sebesar 50-65%. Dengan efisiensi bahan baku sebesar
53.40%, PT. Kutai Timber Indonesia dapat dikatakan telah melakukan efisiensi
penggunaan bahan baku. Kapasitas produksi PT. Kutai Timber Indonesia yaitu
12,000 m3 per bulan atau 144,000 m3 per tahun dan dengan tingkat efisiensi
sebesar 53.40% , maka kebutuhan bahan baku PT. Kutai Timber Indonesia pling
tidak berkisar antara 269,662.92 m3 per tahun.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No P.17/Menhut-II/2004
mengenai tata cara penilaian kinerja industri primer hasil hutan kayu, terdapat dua
kriteria untuk mengukur tingkat efisiensi pengguaan bahan baku yaitu dilihat dari
segi efisiensi penggunaan bahan baku dan rendemen yang dihasilkan (Departemen
Kehutanan 2007).
1. Jika dilihat dari segi efisiensi penggunaan bahan baku:
a. Penggunaan bahan baku dapat dikatakan efisien apabila limbah yang
dihasilkan kurang dari 45% dan dapat dimanfaatkan untuk produksi lain
(diversifikasi produk) sebelum limbah dijadikan bahan bakar boiler atau
besarnya limbah yang dibuang sebesar 15%;
b. Penggunaan bahan baku dapat dikatakan kurang efisien apabila limbah
yang dihasilkan lebih besar atau sama dengan 45% dan lebih kecil atau
sama dengan 55% dan dapat dimanfaatkan untuk produksi lain sebelum
limbah tersebut dijadikan bahan bakar boiler atau limbah yang dibuang
sebesar 15-30%.
c. Penggunaan bahan baku dapat dikatakan tidak efisien apabila limbah yang
dihasilkan lebih besar dari 55% dan tidak dimanfaatkan untuk produksi
lain atau limbah kayu yang digunakan sebagai bahan bakar boiler dan
limbah yang dibuang lebih besar dari 30%.

16
2. Jika dilihat dari rendemen yang dihasilkan.
a. Penggunaan bahan baku dapat dikatakan efisien jika rendemen yang
dihasilkan lebih dari 55% untuk plymill;
b. Penggunaan bahan baku dapat dikatakan kurang efisien jika rendemen
yang dihasilkan lebih besar atau sama dengan 50% sampai 55% untuk
plymill;
c. Penggunaan bahan baku dapat dikatakan tidak efisien jika rendemen yang
dihasilkan kurang dari 50% untuk plymill.
Berdasarkan data pada Tabel 3. Limbah yang dihasilkan dari produksi kayu
lapis yaitu sebesar 46.60% per tahun sementara rendemen yang dihasilkan dari
produksi kayu lapis sebesar 53.40% per tahun, sehingga penggunaan bahan
bakunya dapat dikatakan kurang efisien menurut Peraturan Mentri Kehutanan No
P.17/Menhut-II/2004.
Limbah kayu terbesar dari proses produksi kayu lapis PT. Kutai Timber
Indonesia berupa veneer yang dihasilkan dari sisa clipper, penyambungan atau
perbaikan bagian face, back, core, dan center core yaitu sebesar 28.86%. Limbah
dari proses penyambungan atau perbaikan veneer core merupakan limbah terbesar
yang dihasilkan dari proses pembuatan kayu lapis di pabrik PT. Kutai Timber
Indonesia, yaitu sebesar 13.37% per tahun. Hal ini dapat disebabkan oleh
kesalahan teknis dalam mengatur lebar dan panjang pada mesin composser
sehingga kualitas yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diinginkan atau
perlakuan terhadap bahan yang akan dimasukan ke dalam mesin composser tidak
hati-hati sehingga veneer patah atau rusak dan tidak dapat digunakan kembali.
Guna meningkatkan efisiensi pemanfaatan bahan baku dapat dilakukan
dengan meningkatkan rendemen dari produksi kayu lapis. Rendemen merupakan
kriteria untuk menghitung besarnya limbah yang dihasilkan dalam suatu proses
produksi (Rachman dan Malik 2011). Menurut Ruhendi (1979) dalam Thamrin
et.al 2008, tinggi rendahnya rendemen dalam suatu proses produksi dapat
dijadikan salah satu kriteria keberhasilan proses produksi tersebut. Faktor yang
dapat mempengaruhi rendemen, diantaranya (Abidin et al. 2013):
1. Kualitas bahan bahan baku
Rendahnya kualitas kayu dicirikan oleh diameter log yang semakin menurun
saat ini. Kondisi tersebut dapat menurunkan rendemen pembuatan kayu lapis
(Thamrin et al. 2008). Kondisi kayu yang memiliki banyak cacat seperti mata
kayu misalnya dapat menyulitkan dalam proses permesinan pada industri kayu
lapis.
2. Jenis kayu
Kayu dengan arah serat yang lurus, pori-pori yang kecil, kadar air yang rendah,
tidak mengandung silika, atau jenis kayu lunak biasanya lebih disukai dalam
pembuatan kayu lapis karena mudah dalam proses pembuatan veneernya
(Thamrin e. al. 2008).
3. Mesin atau peralatan yang digunakan.
Kondisi mesin yang sudah usang dan tua dapat mempersulit proses pembuatan
kayu lapis yang dapat menyebabkan rendemen yang dihasilkan rendah.
4. Keterampilan tenaga kerja
5. Pola kerja.

17
Berdasarkan faktor yang dapat mempengaruhi besarnya rendemen, kurangnya
efisiensi penggunaan bahan baku dalam produksi kayu lapis di PT. Kutai Timber
Indonesia dapat disebabkan karena rendahnya kualitas beberapa kayu yang
digunakan di dalam produksinya, misalnya kayu yang berasal dari hutan tanaman
atau hutan rakyat. PT. Kuta Timber Indonesia tidak hanya mendatangkan bahan
bakunya dari hutan alam saja, melainkan juga dari non hutan alam seperti hutan
tanaman dan kayu hutan rakyat. Untuk meningkatkan kualitas bahan baku yang
digunakan, sebaiknya PT. Kutai Timber Indonesia bekerjasama dengan pihak
silvikultur untuk menghasilkan jenis kayu yang cocok untuk industr pengolahan
kayu.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Limbah padat berupa kayu merupakan limbah terbesar dalam proses
produksi kayu lapis. Total limbah kayu yang dihasilkan oleh PT. Kutai Timber
Indonesia yaitu 46.60% sehingga tingkat efisiensi pemanfaatan bahan bakunya
sebesar 53.37%. Limbah kayu yang dihasilkan PT. Kutai Timber Indonesia dalam
proses produksi kayu lapis sebagian besar berupa veneer sebesar 28.86%. Limbah
veneer terbesar dihasilkan pada proses penyambungan atau perbaikan veneer core
yaitu sebesar 13.37%. Berdasarkan limbah dan rendemen rata-rata pertahun dari
proses produksi kayu lapis, PT. Kutai Timber Indonesia sudah melakukan
efisiensi bahan baku menurut Peraturan Dirjen Bina Produksi No. P.13/IVBPPHH/2009, sementara untuk tingkat efisiensinya, PT. Kutai Timber Indonesia
dapat dikatakan kurang efisien dalam penggunaan bahan baku menurut kriteria
Peraturan Mentri Kehutanan No P.17/Menhut-II/2004. PT. Kutai Timber
Indonesia juga menggunakan limbah dari produksi kayu lapis untuk memproduksi
wood working, papan partikel,wood pellet, dan bahan bakar boiler untuk
meningkatkan penggunaan bahan baku kayunya.
Saran
Perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut khususnya pada proses
penyambungan atau perbaikan veneer core guna menekan limbah yang dihasilkan
sehingga efisiensi dapat ditingkatkan. Selain itu perlu dilakukan pengamatan
mengenai Environmental Product Declaration di PT. Kutai Timber Indonesia
untuk melihat kinerja lingkungan dari suatu produk yang dihasilkan.

18

DAFTAR PUSTAKA
Abidin Z, Budi AS, Supraptono B, dan Budiarso E. 2013. Optimalisasi
pemanfaatan bahan baku pada PT. Surya Satria Timur Corporation di
Kalimantan Selatan. JHT.1(1):54-63.
Alviya I. 2011. Efisiensi dan produktivitas industri kayu olahan Indonesia periode
2004 - 2007 dengan pendekatan non parametrik data envelopment analysis.
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 8(2):122-138.
Burton M. 2006. Veneering: A Foundation Course. New York (US): Sterling
publishing co., inc 387 park avenue south.
Departemen Kehutanan. 2002. Informasi umum kehutanan. [internet]. [diacu 2014
Maret
14].
Tersedia
dari:
http://www.dephut.go.id/Halaman/Bukubuku/2002/InfKhtn_02.PDF.
Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan menteri kehutanan no. P.17/MenhutII/2004 tentang tata cara penilaian kinerja industri primer hasil hutan kayu
[internet]. [diacu 2014 Maret 10]. Tersedia dari: http://www.dephut.go.id.
Departemen Kehutanan. 2012. Produksi kayu hutan menurut jenis produksi (m3)
2002-2011. [internet]. [diacu 2014 Mei 20]. Tersedia dari:
http://www.bps.go.id/ index.php.
Inrasti N S. 2006. Panduan Praktis Pengelolaan Lingkungan Industri Plywood.
Jakarta (ID): Deputi bidang pengendalian dan pencemaran agro industri,
kementrian negara lingkungan hidup.
Kollann FFP, Edward WK, dan J Stamm. 1975. Principles of Wood Science and
Technology. New York (US): Verlag Berlin Heidelberg.
Martawijaja A, Kartasujama I, Kadir K, dan Prawira SA. 1981. Atlas Kayu
Indonesia Jilid I. Bogor (ID): Balai Penelitian Hasil Hutan.
Rachman O dan Malik J. 2011. Penggergajian dan Pemesinan Kayu untuk
Industri Perkayuan Indonesia. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan.
Subari D, Udiansyah, Yanuwiyadi B, dan Setiawan B. 2012a. Efektifitas
pengelolaan limbah cair pada industi kayu lapis di Kalimantan Selatan. Buana
Sci. 12(1):99-108.
__________________________________________________.
2012b.
Ekoefisiensi dan faktor pendukung dalam implementasinya pada proses produksi
industri kayu lapis di Kalimantan Selatan. JPHH. 30(3):171-182.
Thamrin GAR, Sari NM, dan Rahmawaty YI. 2008. Rendemen finir pada mesin
rotary computerize berdasarkan jenis kayu di PT. Hendratna Plywood
Banjarmasin Kalimantan Selatan. JHT Borneo. 22:39-48.
Walker JCF. 2006. Primary Wood Processing: Principle and Practice 2nd Ed.
Netherland (NL): University of Cantebury.

Lampiran 1 Jumlah input dan limbah kayu dari proses produksi kayu lapis di PT. Kutai Timber Indonesia tahun 2011

19

20

Lampiran 2 Jumlah input dan limbah kayu dari proses produksi kayu lapis di PT. Kutai Timber Indonesia tahun 2012

Lampiran 3 Jumlah input dan limbah kayu dari proses produksi kayu lapis di PT. Kutai Timber Indonesia tahun 2013

21

22
Lampiran 4 Rata-rata limbah per tahun

Elemen

Total Limbah per
Tahun (%)
2011

Rata-rata limbah per
tahun

4.59

2012
1.26
2.29
3.48
9.37
4.51

2013
1.17
2.36
2.90
9.81
4.52

1.22
2.31
3.32
9.04
4.54

±
±
±
±
±

0.05
0.04
0.37
0.98
0.04

Sisa penyambungan /
perbaikan veneer face/back

3.39

3.76

3.61

3.58

±

0.19

Sisa penyambungan /
perbaikan veneer center core

3.13

3.16

2.31

2.86

±

0.48

13.07 13.37

±

0.4

±
±

0.41
0.01

Sisa Chain saw
Sisa tepi log
Sisa empulur log
Sisa clipper
Penyusutan dryer

Sisa penyambungan /
perbaikan veneer core
Sisa potongan tepi kayu lapis
Sisa finishing

1.25
2.29
3.59
7.95

13.82 13.22
5.53
0.63

5.41
0.64

6.17
0.63

5.70
0.64

23

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 30 Januari 1993 yang merupakan putri
pertama dari dua bersaudara pasangan bapak Rchmana Djuanda dan Astina.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 33 Jakarta dan pada tahun yang sama
diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Penulis memilih Mayor Teknologi Hasil Hutan,
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan, penulis telah
mengikuti beberapa kegiatan praktek lapang antara lain Praktek Pengenalan
Ekosistem Hutan (PPEH) di Hutan Mangrove Sancang Timur dan Gunung
Papandayan pada tahun 2012, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) dengan lokasi
Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur, Taman Nasional Halimun Salak,
dan PGT Sindangwangi pada tahun 2013, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) pada
tahun 2013 di PT Kutai Timber Indonsia, Probolinggo, Jawa Timur.
Selain aktif mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif berorganisasi dan
pernah menjadi panitia FORCUP 2011. Divisi Kewirausahaan Mahasiswa Hasil
Hutan pada tahun 2011-2012. Penulis juga merupakan anggota Divisi Kelompok
Minat Biokomposit Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan pada tahun 2012-2013.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan dari
Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Efisiensi Pemanfaatan Bahan Baku Kayu Lapis di PT.
Kutai Timber Indonesia, Probolinggo-Jawa Timur” dibawah bimbingan Prof Dr Ir
Muh. Yusram Massijaya, MS.