PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU KAYU PADA PT. KUTAI TIMBER INDONESIA KOTA PROBOLINGGO

(1)

i

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU KAYU

PADA PT. KUTAI TIMBER INDONESIA KOTA PROBOLINGGO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi

Oleh

CHAFID KHOIRUL FATAH 201110160311115

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ii

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU KAYU

PADA PT. KUTAI TIMBER INDONESIA KOTA PROBOLINGGO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi

Oleh

CHAFID KHOIRUL FATAH 201110160311115

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(3)

(4)

(5)

v

Surat Pernyataan

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Chafid Khoirul Fatah NIM : 201110160311115 Jurusan : Manajemen

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Malang

Dengan ini menyatakan yang sebenar – benarnya bahwa :

1. Tugas akhir dengan judul “ PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU KAYU PADA PT. KUTAI TIMBER INDONESIA KOTA PROBOLINGGO “ adalah hasil karya saya, dalam naskah tugas akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini disebutkan dalam sumber kutipan daftar pustaka.

2. Apabila didalam tugas akhir ini dapat dilakukan unsur PLAGIASI saya bersedia TUGAS AKHIR INI DIGUGURKAN DAN GELAR AKADEMIK YANG SAYA PEROLEH DIBATALKAN serta diproses sesuai dengan ketentuan hokum yang berlaku.

3. Tugas akhir ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTI NON EKSKLUSIF.

Demikian pernyataan saya buat dengan sebenar – benarnya untuk digunakan sebagaimna mestinya.

Malang, 15 Juni 2015 Yang Menyatakan

Chafid Khoirul Fatah 201110160311115


(6)

(7)

(8)

viii


(9)

(10)

iii

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Mu peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Pemilihan Supplier Terbaik pada PT. Kutai Timber Indonesia Kota Probolinggo”

Di dalam tulisan ini disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi Pemilihan Supplier Terbaik pada PT. Kutai Timber Indonesia Kota Probolinggo dengan pertimbangan kriteria-kriteria pemilihan supplier yaitu finansial dengan sub kriteria penawaran dan potensi ; Ketepatan waktu kirim dengan sub kriteria jarak, potensi dan spesifikasi barang ; Kualitas dengan sub kriteria sertifikasi, praktek kualitas dan kesan pelanggan; Inovasi dengan sub kriteria tekhnologi dan tim R&D ; komunikasi dengan sub kriteria infrastruktur dan manajer.

Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Nazaruddin Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. Marsudi, MM selaku ketua program studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dr. Fien Zulfikarijah, M.M selaku Dosen Pembimbing Utama dan Dosen Wali yang telah mengajarkan untuk menjadi seseorang yang lebih kuat, sabar, dan memberikan bimbingan hingga terselesainya penulisan skripsi.

4. Dra. Aniek Rumijati, M.M, selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah mengajarkan bagaimana untuk memaknai hidup, serta dengan penuh kesabaran membimbing dan memberi petunjuk hingga terselesainya penulisan skripsi.


(11)

iv

5. Ayahanda H. Nurrochmad, Ibunda Hj. Kustiani, dan kakanda Feri Romidhoni Eprilianto yang telah memberikan segenap dukungan, cinta, dan kasih sayang. 6. Teman-teman tercinta yang selalu ada. Terima kasih atas dukungan dan kasih

sayangnya.

Disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki peneiliti, oleh karena itu peneliti mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Malang, 25 April 2015 Peneliti


(12)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu ... 7

B. Landasan Teori ... 9

1. Supply Chain Management ... 9

a. Kepentingan Strategi Rantai Pasokan ... 9

b. Area Cakupan Manajemen Rantai Pasokan ... 10

2. Supplier ... 14

a. Kriteria Pemilihan Supplier... 14

b. Teknik Mengurutkan/Memilih Supplier ... 14

c. Portfolio Hubungan dengan Supplier ... 15

d. Langkah-langkah dalam Pengembangan Supplier ... 18

3. AHP (Analitical Hierarchy Process) ... 20

C. Kerangka Pikir Penelitian ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 24

B. Jenis Penelitian ... 24


(13)

vi

D. Jenis dan Sumber Data ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 27

F. Teknik Analisis Data ... 28

IV. HASIL PENELITIAN A. Tinjauan Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat UD. Tani Makmur ... 38

2. Visi dan Misi Perusahaan ... 40

3. Struktur Organisasi Perusahaan ... 41

4. Personalia ... 43

5. Produksi dan Hasil Produksi ... 43

a. Standar mutu bahan ... 43

b. Bahan yang dibutuhkan ... 45

c. Mesin dan Peralatan ... 46

d. Proses Produksi ... 48

6. Karakteristik Data Perusahaan ... 56

B. Analisis Data... 58

C. Pembahasan ... 131

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 136

B. Saran ... 137 DAFTAR PUSTAKA


(14)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keterlambatan Pengiriman Bahan Baku Kayu PT. Kutai Timber

Indonesia periode Januari-Desember 2014... 4

Tabel 2.1 Empat Klasifikasi Supplier... 18

Tabel 3.1 Matriks Perbandingan Berpasangan... ... 30

Tabel 3.2 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan... 31

Tabel 3.3 Interpretasi perbandingan berasangan pada AHP... 31

Tabel 3.4 Hasil Awal Perbandingan Berpasangan... 32

Tabel 3.5 Hasil perbandingan berpasangan (lengkap) dengan jumlah kolom.. 32

Tabel 3.6 Perhitungan akhir bobot masing – masing kriteria... 33

Tabel 3.7 Perbandingan berpasangan sub-kriteria untuk kriteria waktu kirim.. 33

Tabel 3.8 Bobot dari kriteria dan sub kriteria dan sub-kriteria... 34

Tabel 3.9 Penilaian Sub-Kriteria Tekhnologi... 34

Tabel 3.10 Hasil penilaian akhir calon supplier... 35

Tabel 3.11 Nilai Indeks Random... 37

Tabel 4.1 Matriks Perbandingan Berpasangan Awal... 63

Tabel 4.2 Perbandingan Berpasangan Awal... 64

Tabel 4.3 Hasil Perbandingan Berpasangan Akhir... 64

Tabel 4.4 Perhitungan akhir bobot masing-masing kriteria... 65

Tabel 4.5 Penjumlahan Tiap Kolom Pada Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Pemilihan Supplier... 6

Tabel 4.6 Perbandingan Berpasangan Awal Sub-Kriteria untuk Kriteria Finansial... 67

Tabel 4.7 Perbandingan Berpasangan Akhir Sub-Kriteria untuk Kriteria Finansial... 67

Tabel 4.8 Nilai Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria untuk Kriteria Finansial Awal... 68

Tabel 4.9 Nilai Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria untuk Kriteria Finansial Akhir... 69


(15)

viii

Tabel 4.10 Perbandingan Berpasangan Awal Sub-Kriteria untuk kriteria Ketepatan Waktu Kirim... 69 Tabel 4.11 Perbandingan Berpasangan Akhir Sub-Kriteria untuk kriteria

Ketepatan Waktu Kirim... 70 Tabel 4.12 Nilai Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria untuk kriteria

Ketepatan Waktu Kirim Awal... 70 Tabel 4.13 Nilai Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria untuk kriteria

Ketepatan Waktu Kirim Akhir... 71 Tabel 4.14 Perbandingan Berpasangan Awal Sub-Kriteria untuk kriteria

Kualitas... 71 Tabel 4.15 Perbandingan Berpasangan AkhirSub-Kriteria untuk kriteria

Kualitas... 72 Tabel 4.16 Nilai Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria untuk kriteria

Kualitas Awal... 72 Tabel 4.17 Nilai Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria untuk kriteria

Kualitas Akhir... 73 Tabel 4.18 Perbandingan Berpasangan Awal Sub-Kriteria untuk kriteria

Inovasi... 74 Tabel 4.19 Perbandingan Berpasangan Akhir Sub-Kriteria untuk kriteria

Inovasi... 74 Tabel 4.20 Nilai Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria untuk kriteria Inovasi

Awal... 74 Tabel 4.21 Nilai Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria untuk kriteria Inovasi

Akhir... 75 Tabel 4.22 Perbandingan Berpasangan Awal Sub-Kriteria untuk kriteria

Komunikasi... 76 Tabel 4.23 Perbandingan Berpasangan Akhir Sub-Kriteria untuk kriteria

Komunikasi... 76 Tabel 4.24 Nilai Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria untuk kriteria

Komunikasi Awal... 76


(16)

ix

Tabel 4.25 Nilai Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria untuk kriteria Komunikasi Akhir... 77 Tabel 4.26 Jumlah Bobot Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria... 78 Tabel 4.27 Matrik Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria dengan Supplier PT.

Kutai Timber Indonesia Awal. ... 79 Tabel 4.28 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Finansial dengan

Sub-Kriteria Penawaran Awal... 80 Tabel 4.29 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Fiansial dengan

Sub-Kriteria Penawaran Kedua... 80 Tabel 4.30 Matrik Jumlah dan Pembobotan Perbandingan... 81 Tabel 4.31 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Kualitas dengan

Sub-Kriteria Potensi Awal... 82 Tabel 4.32 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Kualitas dengan

Sub-Kriteria Potensi Kedua... 82 Tabel 4.33 Matrik Jumlah dan Bobot Perbandingan Berpasangan Kriteria

Kualitas dengan Sub-Kriteria Potensi... 83 Tabel 4.34 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Ketepatan Waktu Kirim

dengan Sub-Kriteria Jarak Awal... 84 Tabel 4.35 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Ketepatan Waktu Kirim

dengan Sub-Kriteria Jarak Kedua... 85 Tabel 4.36 Matrik Jumlah dan Bobot Perbandingan Berpasangan Kriteria

Ketepatan Waktu Kirim dengan Sub-Kriteria Jarak Awal………….. 86 Tabel 4.37 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Ketepatan Waktu Kirim

dengan Sub-Kriteria Kapasitas Awal... 87 Tabel 4.38 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Ketepatan Waktu Kirim

dengan Sub-Kriteria Kapasitas Kedua... 87 Tabel 4.39 Matrik Jumlah dan Bobot Perbandingan Berpasangan Kriteria

Ketepatan Waktu Kirim dengan Sub-Kriteria Kapasitas………. 88 Tabel 4.40 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Ketepatan Waktu Kirim


(17)

x

Tabel 4.41 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Ketepatan Waktu Kirim dengan Sub-Kriteria Spesifikasi Barang Kedua……….. 90 Tabel 4.42 Matrik Jumlah dan Bobot Perbandingan Berpasangan Kriteria

Ketepatan Waktu Kirim dengan Sub-Kriteria Spesifikasi Barang….. 91 Tabel 4.43 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Kualitas dengan

Sub-Kriteria Sertifikasi Awal... 92 Tabel 4.44 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Kualitas dengan

Sub-Kriteria Sertifikasi Kedua... 92 Tabel 4.45 Matrik Jumlah dan Bobot Perbandingan Berpasangan Kriteria

Kualitas dengan Sub-Kriteria Sertifikasi... 93 Tabel 4.46 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Kualitas dengan

Sub-Kriteria Praktek Kualitas Awal... 94 Tabel 4.47 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Kualitas dengan

Sub-Kriteria Praktek Kulitas Kedua... 95 Tabel 4.48 Jumlah dan Bobot Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria

Kualitas dengan Sub-Kriteria Praktek Kulitas kedua... 96 Tabel 4.49 Jumlah dan Bobot Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria

Kualitas dengan Sub-Kriteria Praktek Kulitas... 97 Tabel 4.50 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Kualitas dengan

Sub-Kriteria Kesan Pelanggan Awal... 97 Tabel 4.51 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Kualitas dengan

Sub-Kriteria Kesan Pelanggan Kedua... 98 Tabel 4.52 Matrik Jumlah dan Bobot Perbandingan Berpasangan Kriteria

Kualitas dengan Sub-Kriteria Kesan Pelanggan Awal... 99 Tabel 4.53 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Inovasi dengan

Sub-Kriteria Teknologi Awal... 100 Tabel 4.54 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Inovasi dengan

Sub-Kriteria Teknologi Kedua... 101 Tabel 4.55 Matrik Jumlah dan Bobot Perbandingan Berpasangan Kriteria


(18)

xi

Tabel 4.56 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Inovasi dengan

Sub-Kriteria Tim R&D Awal... 103

Tabel 4.57 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Inovasi dengan Sub-Kriteria Tim R&D Kedua... 104

Tabel 4.58 Matrik Jumlah dan Bobot Perbandingan Berpasangan Kriteria Inovasi dengan Sub-Kriteria Tim R&D... 105

Tabel 4.59 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Komunikasi dengan Sub-Kriteria Infrastruktur Awal... 105

Tabel 4.60 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Komunikasi dengan Sub-Kriteria Infrastruktur Kedua... 106

Tabel 4.61 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Komunikasi dengan Sub-Kriteria Manajer Awal... 107

Tabel 4.62 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Komunikasi dengan Sub-Kriteria Manajer Kedua... 108

Tabel 4.63 Matrik Jumlah dan Bobot Perbandingan Berpasangan Kriteria Komunikasi dengan Sub-Kriteria Manajer... 109

Tabel 4.64 Bobot Global Supplier Kriteria Finansial... 111

Tabel 4.65 Bobot Global Supplier Kriteria Ketepatan Waktu Kirim……… 113

Tabel 4.66 . Bobot Global Supplier Kriteria Kualitas... 115

Tabel 4.67 Bobot Global Supplier Kriteria Inovasi... 117

Tabel 4.68 Bobot Global Supplier Kriteria Komunikasi... 118

Tabel 4.69 Pembobotan pada masing-masing Supplier... 119

Tabel 4.70 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Utama Pemilihan Supplier... 120

Tabel 4.71 Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria Finansial Pemilihan Supplier... ... 120

Tabel 4.72 Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria Ketepatan Waktu Kirim Pemilihan Supplier……… 121


(19)

xii

Tabel 4.73 Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria Kualitas Pemilihan

Supplier………. 121

Tabel 4.74 Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria Inovasi Pemilihan Supplier………. 122 Tabel 4.75 Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria Inovasi Pemilihan Supplier………. 122

Tabel 4.76 Perkalian Kriteria Utama aij dengan nilai bobot……….. 123

Tabel 4.77 Perhitungan Kriteria Utama aij dengan nilai bobot……….. 124

Tabel 4.78 Weight Sum Vector Kriteria Utama……….. 127

Tabel 4.79 λmax Sub-Kriteria... 128

Tabel 4.80 Indeks Konsistensi (CI) Sub-Kriteria... 129


(20)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Kutai Timber Indonesia………... 41 Gambar 4.2 Proses Produksi Kayu Plywood PT. Kutai Timber Indonesia………... 49 Gambar 4.3 Hieraki Pemilihan Supplier Terbaik pada PT. Kutai Timber Indonesia 62


(21)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Supplier PT. Kutai Timber Indonesia Lampiran 2. Pengiriman Kayu Perum Perhutani Unit I Lampiran 3. Pengiriman Kayu PT. Inhutani I ( Sambarata ) Lampiran 4. Pengiriman Kayu PT. Hutanindo Lestariraya Timber Lampiran 5. Pengiriman Kayu PT. Gunung Gajah Abadi

Lampiran 6. Pengiriman Kayu PT. Karya Lestari Lampiran 7. Pengiriman Kayu PT. Wana Potensi Nusa Lampiran 8. Pengiriman Kayu Perum Perhutani Unit II Lampiran 9. Pengiriman Kayu Perum Perhutani Unit II Lampiran 10. Pengiriman Kayu PT. Dewata Cipta Semesta Lampiran 11. Pengiriman Kayu PT. Utama Damai Indah Timber Lampiran 12. Pengiriman Kayu PT. Fitamaya Asmapara


(22)

xv

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Hani Nofan, 2012, AHP Sebagai Dasar Pemilihan Supplier dan Penentuan Anggaran Pembiayaan Bahan Baku di CV.Karya Bahari Surabaya, Istitut Tekhnologi Adhi Tama . Surabaya.

Angelawati, Ria, 2013. Analisis Pemilihan Pemasok Bahan Baku Bisnis Daur Ulang. Universitas Bina Nusantra, Jakarta.

Diharjo, H dan Agus S. 2000. Dampak Pembangunan Sektoral terhadap Konversi dan Degradasi Hutan Alam: Kasus Pembangunan HTI dan Perkebunan di Indonesia. CIFOR Occasional Paper No 26 (I). Bogor.

Djokopranoto, Richardus, 2002, Konsep Manajemen Supply Chain, PT. Grasindo, Jakarta.

Evi Yuliawati dan Winda Sulistiana, 2010, Analisa Pemilihan Supplier Bahan Baku Dengan Menggunakan Metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP), Institut Tekhnologi Adhitama. Surabaya.

Fernandes R. Ricardo, 1996, Mutu Terpadu dalam Manajemen Pembelian dan Pemasok. Diterjemahkan oleh Edi Nugroho, Penerbit PT. Taruna Grafika, Jakarta.

Haygreen and Bowyer, 1993. Hasil Penelitian Hutan dan Ilmu Kayu (Suatu Pengantar). Diterjemahkan oleh Sutjipto A. Hadikusumo. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Hendra, Tanjung, 2003, Manajemen Operasi, PT. Grasindo, Jakarta.

Indriantoro, Nur, Bambang Supomo. 2009. Metodologi Penelitan Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Ira Setyaningsih dan Ngatawi, 2011, Aalisa Pemilihan Supplier Menggunakan Metode Analytic Hirarchy Process (AHP). UIN Sunan Klijaga. Yogyakarta.

Jay Heyzer and Barry render, 2010, Manajemen Operasi, Salemba Empat. Jakarta. Kuncoro, Mudrajad, 2009, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi Ketiga,

Erlangga, Jakarta.

Muslim, Bilal. Iriani, Yani, 2010, Pemilihan Supplier Bahan Baku Tinta dengan Menggunakan Metode Analytical Hyrarchy Process (AHP) (Studi Kasus di PT. Infigo), Universitas Widyatama, Bandung.


(23)

xvi

Mulyono Sri. 1996, Teori Pengambilan Keputusan, Fakultas ekonomi UI. Jakarta. Pujawan I Nyoman, 2010, Supply Chain Management, Guna Widya, Surabaya. Saaty L. Thomas, 1993, Pengambilan Keputusan, Diterjemahkan Oleh Ir. Liana

Soetiono, Gramedia, JakartSanusi, Anwar, 2013, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Ketiga, Salemba Empat, Jakarta.

Suryadi Kadarsah. 2002. Sistem Pendukung Keputusan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

www.prosespembuatanplywood.co.id. Februari, 25, 2015 www.mobile.repository.ipb.ac.id. Februari, 15, 2015

Triono Agus Rahmadi. 2012. Pengambilan Keputusana Manajerial: Teori dan Praktik Untuk Manajer dan Akademisi, Salemba Empat, Jakarta Selatan


(24)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Salah satunya adalah kekayaan sumber daya alam berupa hutan. Kebutuhan kayu selama ini diperoleh dari penebangan pohon di hutan. Dampak yang dirasakan dengan menurunnya jumlah pasokan kayu adalah industri kayu mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku sehingga menyebabkan naiknya harga bahan baku serta harga jual dari produk kayu tersebut.

Industri kayu mulai dikembangkan dan diekspor oleh pabrik-pabrik di wilayah Indonesia dengan kebijaksanaan dilarang untuk ekspor kayu bulat dan hanya memperbolehkan mengekspor kayu gergajian maupun kayu olahan sejenisnya seperti kayu lapis (plywood). Pada tahun 1980-an semenjak diberlakukannya larangan ekspor kayu bulat oleh pemerintah. Pada tahun tersebut kondisi hutan di Indonesia masih sangat mendukung perkembangan industry kayu lapis, ketersediaan log-log berdiameter besar dan silindris yang berasal dari hutan alam sebagai syarat utama bahan baku dalam pembuatan kayu lapis (plywood) masih cukup melimpah ( Haygreen and Bowyer, 1993 ). Keunggulan bersaing pada era ini tidak hanya ditentukan oleh kemampuan sebuah industri untuk menghasilkan banyak output per satuan waktu. Namun, konsep-konsep lain seperti time-based competition, produk murah, berkualitas dan cepat juga perlu dipertimbangkan seiring dengan


(25)

2

tuntutan konsumen yang semakin komplek sebagai strategi unggul untuk memenangkan pasar. Dalam supply chain, peranan supplier sangatlah penting dalam mendukung sebuah industri untuk mampu bersaing dalam memenuhi bahan baku yang murah, berkualitas dan tepat waktu.

Oleh karena itu dalam pemilihan supplier harus benar-benar diperhatikan oleh perusahaan. Kesalahan dalam pemilihan supplier akan berdampak buruk yang sangat kritis karena pada supply chain perusahaan akan sangat bergantung pada supplier dalam pemenuhan bahan baku maupun bahan penolong yang akan digunakan untuk memproduksi sebuah produk. Dampak buruk dari kesalahan pemilihan supplier seperti keterlambatan pengiriman bahan baku oleh supplier akan mengacaukan jadwal produksi yang sudah ada bahkan dapat memaksa perusahaan berhenti berproduksi untuk sementara waktu, oleh karena itu perusahaan perlu menerapkan strategi pemilihan supplier yang tepat.

Strategi yang dapat dilakukan perusahaan adalah mencari pemasok yang dapat memenuhi kebutuhan bahan bakunya, sehingga proses operasi perusahaan tidak terhambat dan perusahaan selalu dapat memenuhi kebutuhan para konsumennya. Untuk memilih supplier yang tepat diperlukan kriteria yang tepat, karena dengan adanya pemasok yang tepat akan memperlancar kegiatan operasional perusahaan dan perusahaan akan selalu dapat memenuhi permintaan para konsumen.

Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan dan dipertimbangkan dalam memilih dan mengevaluasi calon-calon supplier yang tepat, diantaranya


(26)

3

Inovasi; Ketepatan waktu kirim; Kualitas; komunikasi; dan Aspek Finansial (Pujawan, 2010:168). Dengan adanya kriteria tersebut, perusahaan dapat melakukan pemeringkatan untuk menentukan supplier yang akan dipilih atau mana yang akan di jadikan supplier oleh perusahaan, sehingga perusahaan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku kayu yang diperlukan oleh perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ria Angelawati (2013), menyebutkan hasil penelitian bahwa untuk menilai kinerja pemasok perlu mempertimbangkan 23 kriteria supplier. Maka dari itu terlebih dahulu dilakukan analisis faktor untuk mengelompokkan kriteria-kriteria tersebut. Hasil yang dicapai dari Analisis Faktor terbentuk beberapa faktor yang lebih sedikit jumlahnya. Untuk mencapai hal itu maka perusahaan menerapkan Analytic Hierarchy Process untuk menilai kinerja pemasok berdasarkan factor yang telah terbentuk sehingga pada akhirnya dapat diketahui Pemasok Bahan Baku Terbaik bagi CV. Rejeki Mapan Lestari.

PT. Kutai Timber Indonesia (KTI) merupakan perusahaan manufaktur yang kegiatan operasional salah satunya memproduksi kayu plywood. Kondisi supply chain management di PT. KTI masih belum belum berjalan dengan baik, terutama pada suppliernya. Perusahaan selalu mengalami keterlambatan datangnya pasokan bahan baku. Bahkan keterlambatan yang dialami dalam pengiriman bahan baku ini sehingga menghambat proses produksi. Adapun data keterlambatan pengiriman bahan baku pada PT. Kutai Timber Indonesia disajikan pada tabel 1.1.


(27)

4

Tabel 1.1 Keterlambatan Pengiriman Bahan Baku Kayu PT. Kutai Timber Indonesia periode Januari-Desember 2014.

No Supplier Asal Pengiriman

Kayu

Keterlambatan Pengiriman Kayu 1 Perum Perhutani Unit I Kab.

Probolinggo

43 kali 7 kali

2 PT. Hutanindo Lestariraya Timber

Kotawaringin 12 kali 38 kali

3 PT. Gunung Gajah Abadi Samarinda 7 kali 43 kali

4 PT. Karya Lestari Samarinda 12 kali 38 kali

5 PT. Wana Potensi Nusa Ambon 8 kali 42 kali

6 PT. Inhutani I ( Sambarata ) Sulteng 8 kali 42 kali 7 Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 14 kali 36 kali 8 PT. Kayu Lapis Indonesia Semarang 31 kali 19 kali

9 PT. Dewata Cipta Semesta Surabaya 8 kali 42 kali

10 PT. Utama Damai Indah Timber

Berau 13 kali 37 kali

11 PT. Fitamaya Asmapara Katingan 8 kali 42 kali

Sumber : PT. Kutai Timber Indonesia

Berdasarkan data pada tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa masing-masing supplier PT. Kutai Timber Indonesia pernah mengalami keterlambatan pengiriman, karena perusahaan memiliki standart pengiriman sebanyak 50 kali dalam setahun untuk semua supplier. Perusahaan yang selama ini dalam pemilihan supplier mempunyai pertimbangan berbagai kriteria, diantaranya waktu pengiriman, harga, kualitas, jumlah barang dan reputasi perusahaan. Namun perusahaan masih mengalami keterlambatan dikarenakan belum adanya metode yang benar-benar teruji sebagai dasar untuk membantu pemilihan supplier seperti halnya menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process).

Hal tersebut seringkali membuat kebutuhan atau stock bahan baku pada perusahaan sering kali mengalami kekurangan sehingga perusahaan tetap


(28)

5

memproduksi kayu plywood dengan bahan baku kayu seadanya atau dengan menggunakan kayu sisa/bahan baku yang kurang baik. Perusahaan terus memproduki kayu dengan bahan baku sisa karena perusahaan terus melakukan proses produksi dan apabila perusahaan tidak melakukan proses produksi maka akan berdampak terhadap tingginya biaya produksi. Selain itu perusahaan juga harus terus memenuhi kebutuhan konsumen, sehingga konsumen tidak akan beralih ke perusahaan lain untuk memenuhi kebutuhannya.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka begitu pentingnya kegiatan pemilihan supplier yang tepat dan dapat memenuhi pasokan bahan baku kayu yang dapat menunjang kelancaran proses produksi, maka penulis tertarik untuk memilih judul “Pemilihan Supplier Bahan Baku Kayu Pada PT. Kutai Timber Indonesia Kota Probolinggo”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumusan permasalahan yang dapat diambil adalah supplier bahan baku kayu manakah yang terbaik bagi perusahaan kayu PT.KTI ?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini yaitu membatasi ruang lingkup dengan difokuskan pada pabrik yang menghasilkan produksi plywood dengan supplier bahan baku kayu alam dan kayu jawa. Pembatasan kriteria pemilihan pemasok difokuskan pada kriteria finansial dengan sub kriteria penawaran dan potensi; ketepatan waktu kirim dengan sub kriteria jarak, kapasitas dan


(29)

6

spesifikasi barang; kualitas dengan sub kriteria sertifikasi; praktek kualitas dan kesan pelanggan; inovasi dengan sub kriteria tekhnologi dan tim r&d dan kriteria komunikasi dengan sub kriteria infrastruktur dan manajer. Untuk dapat menentukan supplier yang terbaik maka digunakan alat analisis AHP (Analythical Hirarcy Process).

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan supplier bahan baku kayu yang terbaik bagi perusahaan kayu PT.Kutai Timber Indonesia sebagai supplier yang tepat berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

E. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan bagi perusahaan untuk dapat mengurangi keterlambatan pengiriman bahan baku dengan pertimbangan pemilihan supplier yang terbaik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan yang dapat dikaji lebih lanjut oleh peneliti selanjutnya yang sejenis mengenai supply chain management dalam pemilihan supplier.


(30)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Penelitian Terdahulu

Ria Angelawati (2013) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pemasok bahan baku terbaik bagi CV.Rejeki Mapan Lestari. Perusahaan harus mengambil keputusan yang tepat agar kinerja perusahaan bisa meningkat, salah satunya adalah keputusan pemilihan supplier. Metode Penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menilai Kinerja Pemasok berdasarkan kriteria penilaian yang didapatkan dari jurnal penelititan yang berjumlah 23 kriteria. Maka dari itu terlebih dahulu dilakukan Analisis Faktor untuk mengelompokkan kriteria-kriteria tersebut. Hasil yang dicapai dari Analisis Faktor yaitu terbentuk beberapa faktor yang lebih sedikit jumlahnya. Setelah itu digunakan Analytic Hierarchy Process untuk menilai kinerja pemasok berdasarkan factor yang telah terbentuk sehingga pada akhirnya dapat diketahui Pemasok Bahan Baku Terbaik bagi CV. Rejeki Mapan Lestari.

Winda Sulistiana dan Evi Yuliawati (2012) melakukan penelitian dengan tujuan untuk 1) Mengidentifikasi kriteria yang digunakan dalam pemilihan supplier; 2) Menentukan supplier yang memiliki performansi terbaik dalam menyediakan bahan baku untuk PT. Mitra Mandiri Perkasa; dan 3) Mengetahui hasil uji sensitivitas karena perubahan penilaian salah satu kriteria terhadap hasil keputusan yang diperoleh. Metode yang digunakan adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Fuzzy Set, yang


(31)

8

untuk selanjutnya disebut dengan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP). Metode FAHP ini digunakan untuk mengatasi keterbatasan yang ada pada metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yaitu ketidakmampuan dalam mempertimbangkan ketidakpastian yang muncul akibat subjektivitas manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 kriteria yang harus dipertimbangkan dalam menentukan supplier PT. Mitra Mandiri Perkasa. Kelima kriteria tersebut adalah kualitas barang, harga barang, pengiriman barang, garansi dan layanan pengaduan, serta kapasitas dan fasilitas produksi. Hasil dari tahapan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP) didapatkan urutan supplier sebagai berikut : bobot 0,38 diperoleh untuk PT. Aneka Lokanusa Utama, bobot 0.33 untuk UD. Berkah dan bobot 0,29 untuk PK. Tiga Saudara.

Bilal Muslim dan Yani Irianin (2010) melakukan penelitian dengan tujuan untuk 1) mengetahui rancangan pemilihan supplier PT. INFIGO dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process; dan 2) mengetahui kinerja para supplier yang bekerjasama dengan PT. INFIGO dalam pengelolaan persediaan bahan baku tinta perusahaan tersebut. Alat analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pengolahan data dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan bantuan software expert choice ver. 2000 diperoleh bobot masing-masing kriteria Quality (0,359), Cost (0,100), Flexibility (0,084), Delivery (0,267), dan kriteria Responsiveness (0,190). Dari hasil tersebut maka diperoleh bobot


(32)

9

tertinggi adalah kriteria Quality, artinya pihak perusahaan memandang baha kriteria Quality merupakan kriteria paling utam dalam pemilihan supplier. Sedangkan hasil dari evaluasi supplier menunjukkan kriteria PT. Media Science Supplier mendapatkan bobot paling tinggi (0,427), disusul oleh PT. Surya Palace Jaya (0,323) dan PT. Aneka Warna Indah Foto (0,249). Hasil evaluasi supplier ini dapat digunakan perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan kebijakan pengadaan material bahan baku tinta dari masing-masing supplier pada periode berikutnya.

Berdasarkan ketiga peneliti terdahulu tersebut ada persamaan dan perbedaan penelitian. Persamaan penelitian ini adalah sama – sama memilih kriteria pemasok dengan menggunakan metode AHP. Sedangkan perbedaannya terdapat pada tujuan, alat analisis dan hasil penelitian.

B. Landasan Teori

1. Supply Chain Management

a. Kepentingan Strategi Rantai Pasokan

Manajemen rantai pasokan (supply chain management) menurut Pujawan ( 2010 ) adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan pengalidayaan, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara pemasok dengan distributor. Tujuannya adalah membangun sabuah rantai pasokan yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan.


(33)

10

Saat perusahaan bekerja keras untuk meningkatkan daya saing melalui penyesuaian produk, mutu tinggi, pengurangan biaya, dan kecepatan ke pasar mereka yang efektif menjadikan para pemasok sebagai mitra dalam strategi perusahaan untuk memenuhi pasar yang selalu berubah. Suatu keunggulan bersaing dapat bergantung pada hubungan strategi jangka panjang yang dekat dengan sedikit pemasok.

Manajer perusahaan harus mempertimbangkan permasalahaan rantai pasokan untuk memastikan bahwa rantai pasokan mendukung strategi perusahaan. Aktivitas manajer rantai pasokan meliputi ilmu akuntansi, keuangan, pemasaran, dan operasi. Jika fungsi MO mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan, maka rantai pasokan harus mendukung strategi manajemen operasi. Strategi biaya rendah atau respon cepat membutuhkan hal yang berbedah dari rantai pasokan dari pada suatu strategi diferensiasi.

b. Area Cakupan Manajemen Rantai Pasokan

Menurut menurut Ricardo (1996), majanemen rantai pasokan pada hakekatnya mencakup lingkup pekerjaan dan tanggungjawab yang luas. Kalau kita kembali pada definisi supply chain management diatas maka kita bisa katakan secara umum bahwa semua kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi, dan uang di sepanjang supply chain adalah kegiatan dalam cakupan supply chain. Apabila kita mengacu pada sebuah perusahaan manufaktur, kegiatan-kegiatan utama yang


(34)

11

masuk dalam klasifikasi supply chain mangement adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan merancang produk baru (product development)

2) Kegiatan mendapatkan bahan baku (Procurement, Purchasing, or supply)

3) Kegiatan merencanakan produk dan persdiaan (Planning and Control)

4) Kegiatan melakukan produksi (Production)

5) Kegiatan melakukan pengiriman / distribusi (Distribution) 6) Kegiatan pengelolaan pengembalian produk / barang (Return)

Keenam klasifikasi tersebut biasanya tercemin dalam bentuk pembagian departemen atau divisi pada perusahaan manufaktur. Pembagian tersebut sering dinamakan function division karena mereka dikelompokkan sesuai dengan fungsinya. Umumnya sebuah perusahaan manufaktur akan memiliki bagian pengembangan produk, bagian pembelian atau bagian pengadaan (dalam bahasa inggris biasanya disebut purchasing, procurement, atau supply chain function), bagian produksi, bagian perencanaan produksi (sering dinamakan dengan production planning and inventory control), dan bagian pengiriman atau dintribusi.

c. Strategi Rantai Pasokan

Menurut Pujawan (2010) dalam menyusun strategi operasi, kebutuhan pasar maupun ketersediaan sumber daya harus sama-sama


(35)

12

dipakai sebagai acuan. Dengan kata lain, suatu strategi harus mampu menerjemahkan kebutuhan pasar kedalam keputusan-keputusan operasi dan mampu mengeksploitasi kemampuan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut. (Slack dan Lewis) mengatakan bahwa strategi operasi pada hakekatnya adalah rekonsiliasi antara kebutuhan pasar dengan kemampuan sumber daya suatu perusahaan.

Strategi tidak bisa dilepaskan dari tujuan jangka panjang. Tujuan inilah yang diharapkan akan tercapai, Keputusan-keputusan jangka pendek dan di lingkungan, lokal mestinya harus mendukung organisasi atau supply chain ke arh tujuan-tujuan strategis tersebut. Tujuan-tujuan strategis tersebut perlu dicapai untuk membuat supply chain menang atau setidaknya bertahan dalam persaingan pasar. Untuk bisa memenangkan persaingan pasar maka supply chain harus bisa menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi.

Ke-empat tujuan strategi tersebut sangat penting dimata pelanggan. Namun perlu disadari tingkat kepentingan untuk masing-masing tujuan diatas berbeda-beda untuk tiap jenis produk dan segmen pelanggan. Ada produk yang dibeli oleh pelanggan dengan pertimbangan utama harga yang murah, sedangkan ada pelanggan yang membeli dengan kualitas sebagai pertimbangan utama. Untuk mencapai tujuan maka supply chain harus bisa menerjemahkan tujuan kedalam kemampuan sumber daya yang dimiliki. Dalam konteks operasi supply chain,


(36)

13

tujuan bisa dicapai apabila memiliki kemampuan beroperasi secara efisien, menciptakan kualitas, cepat, fleksibel, dan inovatif.

Strategi supply chain harus mencerminkan pada kebijakan atau keputusan taktis supply chain. Kebijakan ataukeputusan mengenai dimana fasilitas lokasi akan didirikan, bagaimana cara mengatur dan mengendalikan sistem produksi, bagaimana kebijakan-kebijakan tentang persediaan dan transportasi, pemasok bagaimana yang akan dipilih, dan kebijakan mengenai pengembangan produk harus besinergi dengan strategi supply chain. Apabila supply chain memilih efisiensi fisik sebagai strategi maka semua keputusan sub bidang tersebut harus mendukung.

Gambar 2.1. Komponen keputusan taktis untuk mendukung strategi

Sumber : Nyoman Pujawan (2010:36)

Selanjutnya, strategi persediaan juga besar pengaruhnya terhadap efisiensi fisik dan kecepatan merespon pasar. Efisiensi pada supply chain bisa dicapai apabila ada upaya untuk meminimumkan persediaan secara terus menerus. Salah satu ukuran kinerja yang penting diukur adalah tingkat perputaran persediaan (inventory turnover rate). Sebaliknya, perubahan permintaan yang terjadi secara tiba-tiba pada

Strategi supply chain Lokasi

Fasilitas

Sistem Produksi

Persediaan Transportasi Pasokan Perkembangan Produk


(37)

14

produk-produk inovatif membutuhkan supply chain untuk menyimpan cadangan persediaan ekstra ditempat-tempat tertentu.

Dalam memilih supplier, strategi efisiensi harus didukung dengan melihat ongkos sebagai kriteria utama dalam memilih maupun mengevaluasi kinerja pemasok. Sebaliknya, kalau supply chainingin responsif terhadap pasar, memilih pemasok yang paling murah tidak akan menciptakan sinergi. Kriteria fleksibel dan kecepatan harus diberikan prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kriteria lainnya. Oleh karena itu, untuk menciptakan sinergi, fokus pengembangan produk pada supply chain yang ingin responsif harus disukung dengan kemampuan.

2. Supplier

a. Kriteria Pemilihan Supplier

Memilih supplier menurut Pujawan (2010) merupakan kegiatan strategis, terutama apabila supplier tersebut akan memasok item yang kritis dan/atau akan digunakan dalam jangka panjang sebagai supplier penting. Kriteria pemilihan adalah salah satu hal penting dalam pemilihan supplier. Kriteria yang digunakan tentunya harus mencerminkan strategi supply chain maupun karakteristik dari item yang akan dipasok.

b. Teknik Mengurutkan/Memilih Supplier

Setelah kriteria ditetapkan dan beberapa kandidat supplier diperoleh maka perusahaan harus melakukan pemilihan. Dalam proses


(38)

15

pemilihan ini perusahaan harus melakukan peringkingan untuk menentukan mana supplier yang akan dipilih atau mana yang akan dijadikan supplier utama dan mana yang akan dijadikan supplier cadangan. Salah satu metode yang digunakan cukup lumrah dalam merangking supplier. Pembaca bisa mendapatkan teori AHP pada buku-buku tentang pengambilan keputusan (decision making). Pada pemilihan supplier, prosesnya bisa diringkas sebagai berikut:

1) Tentukan kriteria-kriteria pemilihan 2) Tentukan bobot masing-masing kriteria

3) Identifikasi alternative ( supplier yang akan dievaluasi) 4) Evaluasi masing-masing alternative dengan kriteria di atas 5) Hitung nilai berbobot masing-masing supplier

6) Urutkan supplier berdasarkan nilai berbobot trsebut. Pemilihan Supplier

Inovasi Waktu Kirim Kualitas Komunikasi Finansial - Teknologi - Jarak - Serifikasi - Infrastruktur - Penawaran

-Tim R&D - Kapasitas - Praktek - Manajer - Potensi -Histori - Kesan plg


(39)

16

c. Portfolio Hubungan dengan Supplier

Salah satu yang menjadi tugas penting bagian pengadaan adalah menciptakan hubungan yang proposional dengan supplier. Hubungan yang proposional yang dimaksud adalah hubungan yang secara tepat mencerminkan kepentingan strategi tiap-tiap supplier. Suatu perusahaan mungkin memiliki puluha, ratusan, atau bahkan ribuan supplier yang memasok item yang berbeda-beda. Ada supplier yang hanya memasok beberapa item dengan dengan nilai ratusan ribu rupiah per tahun, ada juga supplier yang memasok ratusan item dengan nilai transaksi miliaran rupiah dalam setahun\. Untuk menciptakan hubungan model yang sesuai, perusahaan perlu membuat klasifikasi supplier berdasarkan berbagai kriteria yang relevan.

Ada dua faktor yang bisa digunakan dalam merancang hubungan dengan supplier. Yang pertama adalah tingkat kepentingan strategis item yang dibeli bagi perusahaan / supply chain. Logikanya, semakin strategis pasisi suatu sebuah item dalam perusahaan, makin perlu untuk menciptakan hubungan yang dekat dan berorientasi jangka panjang dengan supplier dari item tersebut. Strategi tidaknya suatu item dipengaruhi oleh beberapa hal seperti :

1) Konstribusi item tersebut terhadap kegiatan / kompetensi inti perusahaan

2) Nilai pembelian dalam setahun 3) Image / brand nama dari supplier


(40)

17

4) Risiko ketidaktersediaan item yang bersangkutan

Faktor yang kedua adalah tingkat kesulitan mengelola pembelian item tersebut. Semakin tinggi tingkat kesulitannya, semakin banyak diperlukan intervensi dari manajemen.

Secara umum tingkat kesulitan pembelian suatu item ditentukan oleh beberapa hal seperti:

1) Kompleksitas dan keunikan item

2) Kemampuan supplier dalam memenuhi permintaan

3) Ketidakpastian (ketersediaan, kualitas, harga, waktu pengiriman) Suppier yang tingkat kepentingannya rendah dan relatif mudah untuk ditangani diklasifikasikan sebagao non critical supplier. Supplier dari barang-barang yang relatif standar, ketersediannya cukup, mudah dicari substitusinya, dan nilainya reatif rendah masuk dalam klasifikasi ini. Sebaliknya, critical stratigic supplier adalah mereka yang memasok barang atau jasa dengan nilai yang besar dan barang atau jasa tersebut kritis bagi perusahaan. Ketidaktersediaannya bisa mengakibatkan masalah serius bagi kelangsungan perusahaan.

Bottleneck supplier adalah pemasok item-item yang sebenarnya tidak terlalu penting bagi perusahaan dan nilai transaksinya juga relatif rendah, namun barang atau jasa tersebut tidak mudah diperoleh. Ii mumngkin disebabkan karena supplier barang atau jasa tersebut relatif sedikit sedangkan yang membutuhkannya banyak. Klasifikasi terakhir yang berkebalikan dengan bottleneck supplier adalah leverage supplier.


(41)

18

Yang masuk dalam kelompok ini adalah supplier-supplier yang memasok item yang tingkat kepentingannya tinggi bagi perusahaan namun item-item tersebut relatif mudah diperoleh karena mungkin spesifikasinya standar dan banyak supplier yang bisa memasoknya.

Hubungan yang bersifat jangka panjang yang membutuhkan investasi bersama dari pihak perusahaan maupun supplier hanya rasional dilakukan untuk critical strategic supplier. Investasi perusahaan untuk mengembangkan kemampuan supplier yang masuk golongan critical trategic supplier perlu dilakukan sehingga mereka bisa memasok barang atau jasa dengan kualitas yang lebih baik dengan pengiriman yang lebih tepat waktu. Untuk supplier dalam kelompok ini, kriteria pemilihan dan penilaiannya lebih ditekankan pada patensi kerjasama dan perbaikan janka panjang, dan bukan semata-mata pada kualitas, harga, dan ketepatan pengiriman yang dijanjikan.

Tabel 2.1. Empat Klasifikasi Supplier Bottle Supplier

- Sulit mencari substitusi - Pasar monopoli

- Supplier baru sulit masuk

Critikal strategic supplier - Penting / strategis

- Substitusi sulit Non-critical supplier

- Ketersediaan cukup - Item-item cukup standar - Substitusi dimungkinkan - Nilainya relatif rendah

Leverage supplier - Ketersediaan cukup - Substitusi dimungkinkan - Spesifikasi standar - Nilainya relatif tinggi Sumber : Pujawan ( 2010 :159 )

Untuk supplier yang termasuk dalam kategori non-critical, fokus manajemen hendaknya pada penyederhanaan proses pembelian dengan memberikan otoritas bagi tingkat manajemen yang lebih rendah untuk


(42)

19

mengambil keputusan pembelian dan mengurangi proses-proses yang memakan waktu dan biaya. Karena item-item yang dipasok biasanya relatif standar dan tidak berniali strategis, kriteria utama keputusan pembelian adalah harga per-unit.

3. AHP (Analytical Hierarchy Process)

AHP (Analytical Hierarchy Process) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty (1993), dapat memecahkan masalah yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Juga kompleksitas ini disebabkan oleh struktur masalah yang belum tersedianya data statistic yang akurat yang dirasakan dan diamati perlu diambil secepatnya, tetapi variasinya rumit sehingga datanya tidak mungkin dapat dicatat secara numeric, hanya secara kualitatif saja yang dapat diukur, yaitu berdasarkan persepsi pengalaman atau intuisi. Namun, tidak menutup kemungkinan, bahwa model-model lainnya ikut dipertimbangkan pada saat proses pengambilan keputusan dengan pendekatan AHP, khususnya dalam memahami para pengambil keputusan individual pada saat proses penerapan pendekatan ini. (Suryadhi dan Ramdhani, 2002)

Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif. Menurut Suryadhi dan Ramdhani (2002), AHP (Analytical Hierarchy Process) adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki.


(43)

20

Dalam penjabaran hirarki tujuan, tidak ada pedoman yang pasti seberapa jauh pengambil keputusan menjabarkan tujuan menjadi tujuan yang lebih rendah. Pengambil keputusanlah yang menentukan saat penjabaran tujuan ini berhenti, dengan memperhatikan keuntungan atau kekurangan yang diperoleh bila tujuan tersebut diperinci lebih lanjut. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam melakukan proses penjabaran hirarki tujuan, yaitu: (Suryadhi dan Ramdhani, 2002)

a. Pada saat penjabaran tujuan ke dalam subtujuan, harus diperhatikan apakah setiap aspek dari tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam subtujuan tersebut.

b. Meskipun hal tersebut terpenuhi, perlu meghindari terjadinya pembagian yang telampau banyak, baik dalam arah horizontal maupun vertical.

c. Untuk itu sebelum menetapkan suatu tujuan untuk menjabarkan hirarki tujuan yang lebih rendah, maka dilakukan tes kepentingan, “Apakah suatu tindakan/ hasil yang terbaik akan diperoleh bila tujuan tersebut tidak dilibatkan dalam proses evaluasi?”

Dalam penggunaan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) ada beberapa kelebihannnya. Adapun kelebihan penggunaan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) adalah:

a. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuaensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam


(44)

21

berbagai kriteria dan alternative yang dipilih oleh para pengambil keputusan

c. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambil keputusan.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir merupakan suatu cara yang diperlukan untuk mempermudah alur pemikiran yang akan dilakukan dalam penelitian. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini disajikan pada gambar 3.1.


(45)

22

Gambar 3.1. Kerangka Pikir Penelitian

Sumber : Pujawan (2010 : 173), diolah

Kerangka pikir di atas menjelaskan bagaimana memilih supplier terbaik pada PT. Kutai Timber Indonesia. Untuk memilih supplier terbaik didasarkan Memilih Supplier Terbaik Finansial Pengiriman Kualitas Inovasi Komunikasi Penawaran Potensi Jarak Kapasitas Spesifikasi Barang Sertifikasi Kesesuaian Penilaian Pelanggan Teknologi

Tim R & D

Infrastruktur Informasi Pimpinan Supplier 4 Supplier 2 Supplier 3 Supplier 1 Supplier 5 Supplier 6 Supplier 7 Supplier 8 Supplier 9 Supplier 10 Supplier 11


(46)

23

pada pertimbangan kriteria-kriteria pemilihan supplier. Menurut Pujawan (2010:166), ada beberapa kriteria pemilihan atau evaluasi supplier, yaitu kualitas, delivery, performance histori, warranties and claim policies, proce, technical capability, financial position, procedural compliance, communication system, reputation and position industry, desire for business, management and organization, operating controls, repair service, attitudes, impression, packaging ability, labor reations records, geograpichal location, amount of past business, training aids, dan reciprocal arragements.

Adapun dalam memilih supplier terbaik pada PT. Kutai Timber Indonesia adalah dengan mempertimbangkan lima kriteria, yaitu finansial, ketepatan waktu kirim, kualitas, inovasi dan komunikasi. Untuk memberikan bobot atau penilaian terhadap masing-masing kriteria tersebut adalah dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process), maka perusahaan dapat memilih supplier terbaik berdasarkan supplier yang memiliki nilai bobot tertinggi.


(1)

Yang masuk dalam kelompok ini adalah supplier-supplier yang memasok item yang tingkat kepentingannya tinggi bagi perusahaan namun item-item tersebut relatif mudah diperoleh karena mungkin spesifikasinya standar dan banyak supplier yang bisa memasoknya.

Hubungan yang bersifat jangka panjang yang membutuhkan investasi bersama dari pihak perusahaan maupun supplier hanya rasional dilakukan untuk critical strategic supplier. Investasi perusahaan untuk mengembangkan kemampuan supplier yang masuk golongan critical trategic supplier perlu dilakukan sehingga mereka bisa memasok barang atau jasa dengan kualitas yang lebih baik dengan pengiriman yang lebih tepat waktu. Untuk supplier dalam kelompok ini, kriteria pemilihan dan penilaiannya lebih ditekankan pada patensi kerjasama dan perbaikan janka panjang, dan bukan semata-mata pada kualitas, harga, dan ketepatan pengiriman yang dijanjikan.

Tabel 2.1. Empat Klasifikasi Supplier Bottle Supplier

- Sulit mencari substitusi - Pasar monopoli

- Supplier baru sulit masuk

Critikal strategic supplier - Penting / strategis

- Substitusi sulit Non-critical supplier

- Ketersediaan cukup - Item-item cukup standar - Substitusi dimungkinkan - Nilainya relatif rendah

Leverage supplier - Ketersediaan cukup - Substitusi dimungkinkan - Spesifikasi standar - Nilainya relatif tinggi Sumber : Pujawan ( 2010 :159 )

Untuk supplier yang termasuk dalam kategori non-critical, fokus manajemen hendaknya pada penyederhanaan proses pembelian dengan memberikan otoritas bagi tingkat manajemen yang lebih rendah untuk


(2)

mengambil keputusan pembelian dan mengurangi proses-proses yang memakan waktu dan biaya. Karena item-item yang dipasok biasanya relatif standar dan tidak berniali strategis, kriteria utama keputusan pembelian adalah harga per-unit.

3. AHP (Analytical Hierarchy Process)

AHP (Analytical Hierarchy Process) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty (1993), dapat memecahkan masalah yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Juga kompleksitas ini disebabkan oleh struktur masalah yang belum tersedianya data statistic yang akurat yang dirasakan dan diamati perlu diambil secepatnya, tetapi variasinya rumit sehingga datanya tidak mungkin dapat dicatat secara numeric, hanya secara kualitatif saja yang dapat diukur, yaitu berdasarkan persepsi pengalaman atau intuisi. Namun, tidak menutup kemungkinan, bahwa model-model lainnya ikut dipertimbangkan pada saat proses pengambilan keputusan dengan pendekatan AHP, khususnya dalam memahami para pengambil keputusan individual pada saat proses penerapan pendekatan ini. (Suryadhi dan Ramdhani, 2002)

Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif. Menurut Suryadhi dan Ramdhani (2002), AHP (Analytical Hierarchy Process) adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki.


(3)

Dalam penjabaran hirarki tujuan, tidak ada pedoman yang pasti seberapa jauh pengambil keputusan menjabarkan tujuan menjadi tujuan yang lebih rendah. Pengambil keputusanlah yang menentukan saat penjabaran tujuan ini berhenti, dengan memperhatikan keuntungan atau kekurangan yang diperoleh bila tujuan tersebut diperinci lebih lanjut. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam melakukan proses penjabaran hirarki tujuan, yaitu: (Suryadhi dan Ramdhani, 2002)

a. Pada saat penjabaran tujuan ke dalam subtujuan, harus diperhatikan apakah setiap aspek dari tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam subtujuan tersebut.

b. Meskipun hal tersebut terpenuhi, perlu meghindari terjadinya pembagian yang telampau banyak, baik dalam arah horizontal maupun vertical.

c. Untuk itu sebelum menetapkan suatu tujuan untuk menjabarkan hirarki tujuan yang lebih rendah, maka dilakukan tes kepentingan, “Apakah suatu tindakan/ hasil yang terbaik akan diperoleh bila tujuan tersebut tidak dilibatkan dalam proses evaluasi?”

Dalam penggunaan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) ada beberapa kelebihannnya. Adapun kelebihan penggunaan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) adalah:

a. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuaensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam


(4)

berbagai kriteria dan alternative yang dipilih oleh para pengambil keputusan

c. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambil keputusan.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir merupakan suatu cara yang diperlukan untuk mempermudah alur pemikiran yang akan dilakukan dalam penelitian. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini disajikan pada gambar 3.1.


(5)

Gambar 3.1. Kerangka Pikir Penelitian

Sumber : Pujawan (2010 : 173), diolah

Kerangka pikir di atas menjelaskan bagaimana memilih supplier terbaik pada PT. Kutai Timber Indonesia. Untuk memilih supplier terbaik didasarkan Memilih Supplier Terbaik Finansial Pengiriman Kualitas Inovasi Komunikasi Penawaran Potensi Jarak Kapasitas Spesifikasi Barang Sertifikasi Kesesuaian Penilaian Pelanggan Teknologi

Tim R & D

Infrastruktur Informasi Pimpinan Supplier 4 Supplier 2 Supplier 3 Supplier 1 Supplier 5 Supplier 6 Supplier 7 Supplier 8 Supplier 9 Supplier 10 Supplier 11


(6)

pada pertimbangan kriteria-kriteria pemilihan supplier. Menurut Pujawan (2010:166), ada beberapa kriteria pemilihan atau evaluasi supplier, yaitu kualitas, delivery, performance histori, warranties and claim policies, proce, technical capability, financial position, procedural compliance, communication system, reputation and position industry, desire for business, management and organization, operating controls, repair service, attitudes, impression, packaging ability, labor reations records, geograpichal location, amount of past business, training aids, dan reciprocal arragements.

Adapun dalam memilih supplier terbaik pada PT. Kutai Timber Indonesia adalah dengan mempertimbangkan lima kriteria, yaitu finansial, ketepatan waktu kirim, kualitas, inovasi dan komunikasi. Untuk memberikan bobot atau penilaian terhadap masing-masing kriteria tersebut adalah dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process), maka perusahaan dapat memilih supplier terbaik berdasarkan supplier yang memiliki nilai bobot tertinggi.