Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau pada Rencana Tata Ruang Wilayah dan Tutupan Lahan di Kota Bekasi

KESESUAIAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA RENCANA
TATA RUANG WILAYAH DAN TUTUPAN LAHAN DI KOTA
BEKASI

KASAYA ANNISA RAHMANIAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kesesuaian Ruang
Terbuka Hijau pada Rencana Tata Ruang Wilayah dan Tutupan Lahan di Kota
Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Kasaya Annisa Rahmaniah
NIM E14100076

ABSTRAK
KASAYA ANNISA RAHMANIAH. Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau
pada Rencana Tata Ruang Wilayah dan Tutupan Lahan di Kota Bekasi.
Dibimbing oleh NINING PUSPANINGSIH.
Perubahan tutupan lahan di Kota Bekasi yang semakin pesat mengakibatkan
potensi ketidaksesuaian antara Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dengan
tutupan lahan yang ada. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis perubahan
tutupan lahan hasil klasifikasi menggunakan Citra Landsat 7 ETM+ dan Landsat 8
OLI di Kota Bekasi pada tahun 2003, 2009 dan 2013, (2) menganalisis kesesuaian
antara Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada tutupan lahan dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bekasi. Metode penelitian yang digunakan adalah
analisis citra digital menggunakan metode klasifikasi supervised, serta analisis
thematic change menggunakan sistem informasi geografis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesesuaian RTH pada RTRW dan tutupan lahan antara tahun
2003, 2009 dan 2013 menunjukkan RTH yang paling sesuai antara RTRW

dengan tutupan lahan adalah pada tahun 2009 yaitu sebesar 312,54 Ha sedangkan
yang paling tidak sesuai adalah RTH pada tahun 2003 yaitu sebesar 129,89 Ha.
Kata Kunci : perubahan tutupan, ruang terbuka hijau, Kota Bekasi
ABSTRACT
KASAYA ANNISA RAHMANIAH. Suitability of green open space on
Spatial Planning and Land Cover in Bekasi City. Under supervision of NINING
PUSPANINGSIH.
Changes in land cover in Bekasi City, which grew rapidly resulting in a
potential unsuitable between the Spatial Planning (RTRW) with existing land
cover. The purpose of this study was (1) To analyze changes in land cover
classification results using Landsat 7 ETM + and Landsat 8 OLI in Bekasi City in
2003, 2009 and 2013, (2) To analyze the suitability of green open space (RTH) on
theland cover with the Spatial Plan (RTRW) of Bekasi City. The method used
was the digital image analysis using supervised classification method, and the
thematic change analysis using geographic information system The results
showed that the suitability of green open space on Spatial Planning and land cover
between 2003, 2009 and 2013 indicated the most appropriate RTH between
Spatial Planning with land cover was in 2009 in the amount of 312.54 Ha while
the most unsuitable was the RTH of 2003 in the amount of 129.89 ha.
Keywords: cover change, green open spaces, Bekasi City


KESESUAIAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA RENCANA
TATA RUANG WILAYAH DAN TUTUPAN LAHAN DI KOTA
BEKASI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau pada Rencana Tata Ruang
Wilayah dan Tutupan Lahan di Kota Bekasi
Nama

: Kasaya Annisa Rahmaniah
NIM
: E14100076

Disetujui oleh

Dr Nining Puspaningsih, Msi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini adalah Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau pada

Rencana Tata Ruang Wilayah dan Tutupan Lahan di Kota Bekasi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Nining Puspaningsih, Msi
selaku dosen pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Uus Saepul dan rekan- rekan Laboratorium Fisik Remote sensing
dan GIS atas bantuan dan semangat yang diberikan. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada orangtua dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2014
Kasaya Annisa Rahmaniah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

Alat dan Data

2

Analisis Perubahan Tutupan Lahan

6

Analisis Kesesuaian RTRW Kota Bekasi dengan Hasil Klasifikasi Tutupan
Lahan


6

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Klasifikasi Tutupan Lahan

7

Analisis Separibilitas dan Evaluasi Akurasi

9

Klasifikasi Tutupan Lahan pada Citra Landsat 7 ETM+ dan Citra Landat 8

10

Analisis Perubahan Tutupan Lahan


14

Analisis Kesesuaian antara RTH pada RTRW dan RTH di Lapangan

17

SIMPULAN DAN SARAN

24

Simpulan

24

Saran

24

DAFTAR PUSTAKA


24

LAMPIRAN

26

RIWAYAT HIDUP

28

DAFTAR TABEL
1 Matriks kesalahan (confusion matrix)
2 Karakteristik kelas tutupan lahan
3 Luas tutupan dan penggunaan lahan Kota Bekasi tahun 2003, 2009 dan
2013
4 Perubahan tutupan lahan Kota Bekasi tahun 2003-2009
5 Perubahan tutupan lahan Kota Bekasi tahun 2003-2013
6 Kesesuaian antara RTH di RTRW dan citra Landsat 7 ETM+
7 Kesesuaian antara RTH di RTRW dan citra Landsat 7 ETM+
8 Kesesuaian antara RTH di RTRW dan citra Landsat 8 tahun 2013


5
8
10
14
17
18
21
21

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Citra Landsat 7 ETM+ band 543 area Kota Bekasi tahun 2003
Citra Landsat 7 ETM+ band 543 area Kota Bekasi tahun 2009
Citra Landsat 8 band 754 area Kota Bekasi tahun 2013
Peta tutupan lahan Kota Bekasi tahun 2003
Peta tutupan lahan Kota Bekasi tahun 2009
Peta tutupan lahan Kota Bekasi tahun 2013
Peta perubahan tutupan lahan Kota Bekasi tahun 2003-2009
Peta perubahan tutupan lahan Kota Bekasi tahun 2003-2013
Peta RTRW Kota Bekasi tahun 2012-2013
Peta kesesuaian RTRW dan RTH Kota Bekasi Tahun 2003
Peta kesesuaian RTRW dan RTH Kota Bekasi Tahun 2009
Peta kesesuaian RTRW dan RTH Tahun 2013 Kota Bekasi

6
7
7
11
12
13
15
16
19
20
22
23

DAFTAR LAMPIRAN
1 Separabilitas citra Landsat 7 ETM+ tahun 2003
2 Separabilitas citra Landsat 7 ETM+ tahun 2009
3 Separabilitas citra Landsat 8 tahun 2013
4 Matriks kontingensi tutupan lahan Kota Bekasi tahun 2013

26
26
26
27

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan tutupan lahan adalah bergesernya jenis tutupan lahan dari jenis satu ke
jenis lainnya diikuti dengan bertambah atau berkurangnya tipe penggunaan dari waktu
ke waktu, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada waktu yang berbeda (Rachmawanti
2003). Beberapa hal yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan diantaranya
pertambahan jumlah penduduk yang menyebabkan kebutuhan lahan untuk pemukiman
dan untuk keperluan aktivitas perekonomian misalnya kawasan perdagangan dan
perindustrian. Di sisi lain perubahan tutupan lahan dapat juga dipengaruhi oleh adanya
kemajuan teknologi misalnya dari segi penggarapan lahan yang sebelumnya memakan
waktu yang lama dibandingkan dengan sekarang yang penggarapannya lebih singkat.
Bekasi merupakan salah satu daerah yang berbatasan dengan Daerah Khusus
Ibukota (DKI) Jakarta. Pengaruh yang ditimbulkan karena berbatasan dengan DKI
Jakarta adalah semakin pesatnya pertumbuhan di daerah Bekasi. Pesatnya pertumbuhan
daerah menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan
sumberdaya lahan, khususnya kebutuhan untuk lahan pemukiman dan lahan industri.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 1 tahun 2007 tentang
penataan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan, ruang terbuka hijau adalah ruangruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area atau kawasan
maupun dalam bentuk area memanjang atau jalur dimana di dalam penggunaannya lebih
bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Hutan kota merupakan bentuk
persekutuan vegetasi pohon yang mampu menciptakan iklim mikro dan lokasinya di
perkotaan atau dekat kota. Keberadaan hutan kota berfungsi sebagai sistem hidrologi,
menciptakan iklim mikro, menjaga keseimbangan oksigen (O2) dan karbon dioksida
(CO2), mengurangi polutan, dan meredam kebisingan. Selain itu, berfungsi juga untuk
menambah nilai estetika dan keasrian kota sehingga berdampak positif terhadap kualitas
lingkungan dan kehidupan masyarakat (Sibarani 2001). Pada RTRW tahun 2012˗2013
Kota Bekasi luasan ruang terbuka hijau (RTH) sebesar 5.3%. Hal itu tidak sesuai
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 1 tahun 2007 tentang penataan ruang
terbuka hijau kawasan perkotaan yang menyatakan luasan RTH seharusnya minimal
30% dari luas kawasan perkotaan, itu menunjukkan rencana tata ruang wilayah(RTRW)
Kota Bekasi tidak mengikuti aturan yang ada.
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu
alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand
dan Kiefer 1990). Upaya untuk mengetahui kondisi penutupan lahan pada suatu daerah
dapat dilakukan secara lengkap, cepat dan relatif akurat melalui teknologi penginderaan
jauh. Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu sistem informasi yang dapat
memadukan antara data grafis dengan data teks (atribut) objek yang dihubungkan secara
geografis di bumi (georeference). Di samping itu, SIG ini juga dapat menggabungkan
data, mengatur data dan melakukan analisis data. Dengan SIG, analisis perubahan
tutupan lahan dan kesesuaian antara RTH pada RTRW dengan hasil klasifikasi tutupan
lahan dapat diolah dengan mudah dan cepat. Hasilnya berupa peta aktual digital
penggunaan lahan kota yang berguna bagi perencana dan pengelola kota.

2

Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi perubahan tutupan lahan melalui citra
satelit Landsat 7 ETM+ pada tahun 2003 dan 2009 serta Landsat 8 pada tahun 2013.
Penelitian menggunakan Landsat 8 diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam
mengidentifikasi karakteristik citra untuk tutupan lahan dibandingkan pada Landsat 7
ETM+ yang mengalami kerusakan (striping) semenjak Mei 2003.

Tujuan Penelitian
1.
2.

Tujuan penelitian ini adalah :
Menganalisis perubahan tutupan lahan hasil klasifikasi menggunakan citra Landsat
7 ETM+ dan Landsat 8 di Kota Bekasi pada tahun 2003, 2009 dan 2013.
Menganalisis kesesuaian antara Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada tutupan lahan
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bekasi.

Manfaat Penelitian
1.
2.

Dapat memberikan informasi terbaru mengenai keadaan tutupan lahan di Kota
Bekasi.
Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah dalam kegiatan perencanaan
dan pengelolaan tutupan lahan yang baik.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, tahap pertama yaitu pra-pengolahan
citra di Laboratorium Remote Sensing dan GIS, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor pada bulan Juni 2014. Tahap kedua yaitu pengambilan data lapangan, dilakukan
pada tanggal 9 sampai dengan 11 Juni 2014 di Kota Bekasi dengan letak geografis
106º48’28” - 107 º27’29” Bujur Timur dan 6º10’6” - 6º30’6” Lintang Selatan. Tahap
ketiga pengolahan data yang dilakukan di Laboratorium Remote Sensing dan GIS,
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor pada bulan Juni sampai dengan September
2014.
Alat dan Data
Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi tally sheet, alat tulis, Global
Positioning System (GPS), kamera, software Erdas Imagine 9.1, ArcGis 9.3, dan
Microsoft Excel 2013. Data yang digunakan adalah Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2003
dan 2009 serta Citra Landsat 8 tahun 2013 path/row 122/64 , peta batas administrasi dan
peta jaringan jalan Kota Bekasi.

3

Metode Penelitian
Analisis perubahan tutupan lahan di Kota Bekasi antara tahun 2003, 2009 dan
2013 memerlukan adanya peta tutupan lahan untuk setiap tahun yang diteliti. Peta
klasifikasi tutupan lahan dihasilkan melalui beberapa tahapan, yaitu: pra pengolahan
citra, interpretasi visual citra satelit, pengambilan data lapangan (ground check),
pengolahan citra digital, uji ketelitian klasifikasi, dan analisis perubahan tutupan lahan.
Pra pengolahan citra
Pra-pengolahan citra adalah pemrosesan awal sebelum dilakukan pengolahan citra
lebih lanjut. Pra-pengolahan citra ini terdiri dari beberapa langkah yaitu perubahan
format, pemotongan citra dan koreksi geometrik.
1.
Perubahan Format
Citra Landsat yang digunakan terdiri dari Landsat 7 ETM+ tahun 2003 dan tahun
2009 serta Landsat 8 tahun 2013 yang masih berbentuk format TIFF sehingga perlu
dibuat band citra komposit dengan melakukan layer stack terhadap masing-masing
band. Berdasarkan karakteristik spasial citra Landsat, band yang digunakan dalam
proses layer stack untuk Landsat 7 ETM+ adalah band 1-5 dan 7 sedangkan Landsat 8
OLI adalah band 1-7 dan 9. Untuk Landsat 8 menggunakan band 754 dan untuk
Landsat 7 ETM+ menggunakan band 543.
2.
Pemotongan Citra (Cropping)
Pemotongan citra (cropping) dilakukan untuk mendapatkan areal yang menjadi
fokus penelitian. Citra dipotong menggunakan peta batas administrasi Kota
Bekasi.
3.
Koreksi Geometrik
Koreksi geometrik dilakukan karena terdapat kesalahan geometrik yang terjadi
pada saat perekaman. Koreksi geometrik dilakukan untuk menghilangkan distorsi
geometrik pada citra. Sistem koordinat yang dipilih untuk koreksi ini adalah
Universal Tranverse Mercator (UTM) zona 48. Pemilihan proyeksi ini
disesuaikan dengan pembagian area pada sistem UTM. Kota Bekasi termasuk
wilayah Jawa Barat yang terletak pada zona UTM 48, sedangkan datum yang
digunakan adalah World Geographic System 84 (WGS 84).
Interpretasi visual citra satelit
Interpretasi visual citra satelit merupakan perbuatan mengkaji citra dengan
maksud mengidentifikasi tutupan lahan yang tergambar di dalam citra (Purwadhi 2001).
Karakteristik tutupan lahan dapat dikenali berdasarkan unsur- unsur interpretasi seperti
warna, bentuk, pola ukuran, bayangan, letak dan asosiasi kenampakan objek.
Interpretasi visual citra satelit dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara umum
kondisi dan jumlah tutupan lahan di Kota Bekasi. Data yang digunakan adalah citra
Landsat 8 tahun 2013 dengan menampilkan warna komposit RGB (Red Green Blue)
dengan komposisi band 754.

Pengambilan Data Lapangan (Ground Check)
Kegiatan ground check dilakukan untuk mendapatkan beberapa informasi, yaitu
informasi mengenai keadaan tutupan lahan yang sebenarnya di lapangan dan titik-titik
koordinat yang berguna untuk mengecek kebenaran hasil klasifiksi visual yang hasilnya
dapat digunakan sebagai area contoh (training area) dalam klasifikasi citra digital.

4

Pengambilan titik contoh koordinat tersebut dilakukan dengan bantuan alat GPS (Global
Positioning System). Jumlah titik pengamatan sebanyak 54 yang dipilih secara
purposive sampling pada setiap tipe tutupan lahan.
Pengolahan citra digital
Pengolahan citra digital adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari hal-hal
yang berkaitan dengan perbaikan kualitas gambar (peningkatan kontras, transformasi
warna, restorasi citra), transformasi gambar (rotasi, translasi, skala, transformasi
geometrik), melakukan pemilihan citra ciri (feature images) yang optimal untuk tujuan
analisis, melakukan proses penarikan informasi atau deskripsi objek atau pengenalan
objek yang terkandung pada citra, melakukan kompresi atau reduksi data untuk tujuan
penyimpanan data, transmisi data dan waktu proses data. Input dari pengolahan citra
adalah citra, sedangkan outputnya adalah citra hasil pengolahan (Purwadhi 2001).
Analisis ini merupakan suatu proses penyusunan, pengurutan, atau pengelompokan
suatu piksel citra digital multi-spektral ke dalam beberapa kelas berdasarkan kategori
objek. Pengolahan Citra Digital dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Penentuan area contoh (Training area)
Penentuan dan pemilihan lokasi-lokasi area contoh dilakukan berdasarkan
interpretasi citra secara visual, peta rupa bumi dan pemilihan lokasi area contoh
(training area). Pengambilan informasi statistik (nilai digital number) dilakukan
dengan cara mengambil contoh-contoh piksel dari setiap kelas tutupan lahan dan
ditentukan lokasinya pada citra. Informasi statistik dari setiap kelas tutupan lahan
ini digunakan untuk menjalankan fungsi separabilitas dan fungsi akurasi.
2. Analisis separabilitas
Sebelum melakukan klasifikasi terhadap kelas-kelas tutupan lahan dari area contoh
yang telah dibuat, maka terlebih dahulu dilakukan analisis separabilitas. Analisis
separabilitas adalah analisis kuantitatif yang memberikan informasi mengenai
evaluasi keterpisahan area contoh dari setiap kelas. Metode analisis separabilitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Tranformasi Divergensi (TD).
Menurut Jaya (2010), metode ini digunakan untuk mengukur tingkat keterpisahan
antar kelas dengan menggunakan semua elemen dalam matrik. (Jensen 2005)
menguraikan nilai tingkat keterpisahan menggunakan metode Transformasi
Divergensi memiliki skala 0 sampai dengan 2000. Nilai 2000 menunjukan
keterpisahan antar kelas yang sangat baik. Nilai di atas 1900 mencerminkan tingkat
keterpisahan yang baik, sedangkan nilai di bawah 1700 dapat dikatakan buruk.
3. Klasifikasi terbimbing (Supervised classification)
Metode yang digunakan dalam klasifikasi citra ini adalah metode kemungkinan
maksimum (maximum likelihood method). Pada metode ini terdapat pertimbangan
berbagai faktor, diantaranya adalah peluang dari suatu piksel untuk dikelaskan ke
dalam kelas atau kategori tertentu. Klasifikasi menggunakan maximum likelihood
method menyangkut beberapa dimensi, sehingga pengelompokkan jenis tutupan
lahan dilakukan pada jenis tutupan lahan yang memiliki nilai piksel yang sama dan
identik pada citra yang diklasifikasi (Purwadhi 2001).
Uji ketelitian klasifikasi
Uji ketelitian klasifikasi digunakan untuk melihat tingkat kesalahan yang terjadi
pada klasifikasi area contoh sehingga dapat ditentukan besarnya persentase ketelitian
pemetaan. Evaluasi ini menguji tingkat keakuratan secara visual dari klasifikasi

5

terbimbing. Akurasi ketelitian pemetaan dilakukan dengan membuat matrik kontingensi
atau matrik kesalahan (confusion matrix) seperti yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Matriks kesalahan (confusion matrix)
Diklasifikasikan ke dalam kelas
(data kelas di peta)
Data referensi
Jumlah
A
B
C
D
A
Xii
Xi+
B
C
D
Xii
Total kolom
X+i
N
User’s
Xii/X+i
accuracy

Producer’
s accuracy
Xii /Xi+

Akurasi yang bisa dihitung berdasarkan tabel di atas antara lain, User’s accuracy,
Producer’s Accuracy dan Overall accuracy. Secara matematis akurasi diatas dapat
dinyatakan sebagai berikut:
ii

U er’ accurac

ii

roducer’ accurac
verall accurac

100

i

i

∑ri

ii

100
100

Keterangan:
Xii
= nilai diagonal dari matrik kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i
Xi+
= jumlah piksel dalam baris ke-i
X+i
= jumlah piksel dalam kolom ke-i
Menurut Jaya (2010), saat ini akurasi yang dianjurkan adalah akurasi kappa,
karena overall accuracy secara umum masih over estimate. Akurasi kappa ini sering
juga disebut dengan indeks kappa. Secara matematis akurasi kappa disajikan sebagai
berikut:
∑ri ii ∑ri i
i
appa k
100
2
r
∑i i
i
Keterangan :
N
= banyaknya piksel dalam contoh
Xii
= nilai diagonal dari matriks kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i
Ki+
= jumlah piksel dalam baris ke-i
K+i
= jumlah piksel dalam kolom ke-i

6

Analisis perubahan tutupan dan penggunaan lahan
Analisis perubahan tutupan dan lahan dilakukan dengan menumpang tindihkan
(overlay) dua citra yang telah diklasifikasi secara terpisah. Selanjutnya, untuk
mengetahui perubahan tutupan lahan dilakukan Thematic Change dengan menggunakan
formula ebagai berikut [Tuplah_2003] “_” [Tuplah_2013].
Analisis kesesuaian antara RTH pada RTRW Kota Bekasi Barat dengan
hasil klasifikasi tutupan lahan
Ruang Terbuka Hijau pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi kemudian
dioverlay dengan hasil klasifikasi tutupan lahan tahun 2003, 2009, dan 2013. Hasil
overlay tersebut kemudian dianalisis kesesuaiannya dengan menggunakan Thematic
Change.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Citra landsat yang diolah adalah Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2003 dan 2009
serta Citra Landsat 8 tahun 2013. Citra Landsat yang digunakan untuk analisis tutupan
lahan dipotong terlebih dahulu untuk membatasi area penelitian, tetapi area penelitian
tidak langsung dipotong dengan batas administrasi Kota Bekasi melainkan dipotong
dengan bentuk area of interest berbentuk persegi. Hal tersebut dilakukan untuk
mencegah terpotongnya piksel saat klasifikasi tutupan lahan dilakukan. Langkah
selanjutnya citra diperbaiki secara geometrik dan radiometrik agar memiliki proyeksi
koordinat yang tepat dan tampilan yang sama pada tiap tahunnya. Gambar 1, 2 dan 3
merupakan citra tahun 2003, 2009 dan 2013 yang telah dibatasi sesuai area penelitian.
Citra inilah yang merupakan data dasar yang digunakan dalam klasifikasi tutupan lahan
di Kota Bekasi.

Gambar 1 Citra Landsat 7 ETM+ band 543 area Kota Bekasi tahun 2003

7

Gambar 2 Citra Landsat 7 ETM+ band 543 area Kota Bekasi tahun 2009

Gambar 3 Citra Landsat 8 band 754 area Kota Bekasi tahun 2013

Klasifikasi Tutupan Lahan
Klasifikasi tutupan lahan di Kota Bekasi yang dilakukan berdasarkan ground
check didapatkan 6 tutupan lahan yaitu kebun campuran, semak belukar, rawa, hutan
kota, badan air, dan lahan terbangun. Karakteristik kelas tutupan lahan dapat dilihat
pada Tabel 2.

8

Tabel 2 Karakteristik kelas tutupan lahan
No

1

2

3

4

5

6

Kelas
Tutupan
Lahan

Semak
belukar

Kebun
Campuran

Keterangan *)
Semak belukar merupakan areal
yang terdiri dari campuran jenis
rumput-rumputan, alang-alang, dan
tumbuhan
bawah
lainnya
merupakan tumbuhan kecil sampai
sedang.
Kebun campuran yang ditemukan
di lapangan terdiri dari kombinasi
tanaman seperti pisang, singkong,
jabon, pepaya, dan mahoni.

Genangan air yang terbentuk
secara alamiah yang terjadi terusmenerus atau musiman akibat
drainase alamiah yang terhambat
serta mempunyai ciri-ciri yang
Rawa
khusus secara fisik, kimia, dan
biologi. Rawa yang ditemukan
dilapangan
berupa
hamparan
genagan air berwarna gelap.
Daerah atau lokasi yang tergenang
air tanpa ada vegetasi yang
Badan Air menaunginya. Badan Air yang
ditemukan berupa kali, sungai, dan
danau.
Bangunan yang terdiri dari
Lahan
pemukiman dan bangunan industri
terbangun tersusun mengelompok pada suatu
tempat
Suatu hamparan yang bertumbuhan
pohon-pohon yang kompak dan
rapat di dalam wilayah perkotaan
baik pada tanah negara maupun
tanah hak, yang ditetapkan sebagai
hutan kota oleh pejabat berwenang.
Hutan Kota
Hutan kota yang ditemukan berupa
hamparan luas berisikan pohonpohon serta lapangan yang
berfungsi untuk kegiatan bersantai
masyarakat.
*) Baplan(2008) dan pengamatan di lapangan

Gambar di
citra

Gambar
di lapangan

9

Analisis Separabilitas dan Evaluasi Akurasi
Evaluasi pada klasifikasi terbimbing ada dua yaitu evaluasi separabilitas dan
kontingensi. Analisis separabilitas adalah analisis kuantitatif yang memberikan
informasi mengenai evaluasi keterpisahan area contoh dari setiap kelas, juga untuk
mengetahui kombinasi band mana saja yang memberikan separabilitas yang terbaik
untuk klasifikasi. Analisis ini dilakukan sebelum proses klasifikasi terhadap kelas-kelas
tutupan lahan hasil area contoh dilakukan. Evaluasi separabilitas digunakan untuk
menunjukan keterpisahan masing-masing kelas (Hermawan 2008).
Analisis separabilitas pada kelas tutupan lahan area contoh tahun 2003 memiliki
keterpisahan sangat baik dan baik. Nilai separabilitasnya sebagian besar 2000 hanya
rawa dan semak belukar yang memiliki nilai separabilitas 1844.86. Matriks separabilitas
citra Landsat 7 ETM+ tahun 2003 disajikan pada Lampiran 1. Nilai analisis
separabilitas pada kelas tutupan lahan area contoh tahun 2009 menghasilkan nilai
separabilitas yang beragam antara 1806.48 sampai 2000. Walaupun demikian hasil
separabilitas tersebut masih dikategorikan bernilai baik karena menurut Jensen (2005)
nilai minimum separabilitas yang diperbolehkan adalah 1700. Matriks separabilitas citra
Landsat 7 ETM+ tahun 2009 disajikan pada Lampiran 2. Hasil analisis separabilitas
pada kelas tutupan lahan area contoh tahun 2013 menghasilkan nilai yang sangat baik
dikarenakan semua keterpisahan memiliki nilai 2000, hal itu menunjukan bahwa semua
jenis tutupan lahan dapat dibedakan dengan sangat baik dan tidak ada kelas tutupan
lahan yang nilai spektralnya tidak dapat dibedakan. Matriks separabilitas citra Landsat
8 tahun 2013 disajikan pada Lampiran 3.
Evaluasi hasil uji akurasi selanjutnya adalah evaluasi kontingensi. Evaluasi ini
menguji tingkat keakuratan secara visual dari hasil klasifikasi terbimbing dengan
menggunakan titik-titik kontrol lapangan untuk uji akurasi. Titik-titik lain yang
ditentukan sebanyak kelas-kelas yang telah ditetapkan dalam klasifikasi pada lokasi
diluar area contoh yang telah digunakan sebelumnya. Evaluasi akurasi terhadap
besarnya kesalahan klasifikasi area contoh untuk menentukan besarnya persentase
ketelitian pemetaan. Evaluasi ketelitian pemetaan meliputi jumlah piksel area contoh
yang diklasifikasikan dengan benar atau salah, pemberian nama kelas secara benar,
persentase banyaknya piksel dalam masing-masing kelas serta persentase kesalahan
total. Akurasi ketelitian pemetaan diuji dengan membuat matriks kontingensi yang lebih
sering disebut dengan matriks kesalahan (confusion matrix) (Hermawan 2008).
Akurasi yang bisa dihitung berdasarkan tabel matriks kontingensi antara lain
user’s accuracy, producer’s accuracy dan overall accuracy. Nilai akurasi yang paling
banyak digunakan adalah akurasi Kappa, karena nilai ini memperhitungkan semua
elemen (kolom) dari matriks. Nilai overall accuracy yang merupakan perbandingan
jumlah total area (piksel) yang diklasifikasikan dengan benar terhadap total area (piksel)
observasi, menunjukkan tingkat kebenaran citra hasil klasifikasi. Producer’s accuracy
dan user’s accuracy menunjukkan tingkat akurasi dari sisi pengamatan yang berbeda.
Producer’s accuracy adalah probabilitas atau peluang rata-rata (%) suatu piksel akan
diklasifikasikan dengan benar dan secara rata-rata menunjukkan seberapa baik setiap
kelas di lapangan telah diklasifikasi. Sedangkan user’s accuracy adalah probabilitas
atau peluang rata-rata (%) suatu piksel dari citra yang telah terklasifikasi, secara aktual
mewakili kelas-kelas tersebut di lapangan (Hermawan 2008).
Uji akurasi hasil klasifikasi citra tahun 2013 diperoleh hasil user’s accuracy
sebesar 100%, producer’s accuracy sebesar 100%, overall accuracy sebesar 100%

10

kappa accuracy sebesar 100%. Hal ini menunjukkan ahwa piksel-piksel dalam area
contoh telah terkelaskan dengan baik, dimana tingkat akurasinya mencapai 100%. Pada
producer’s accuracy, keseluruhan kelas mempunyai nilai producer’s accuracy sebesar
100%. Ini menunjukkan bahwa pada kelas-kelas tutupan dan penggunaan lahan tersebut
tidak terjadi kesalahan klasifikasi dengan tidak mengambil piksel dari kelas lain.
Perhitungan akurasi klasifikasi citra tahun 2003 dan 2009 tidak dilakukan karena dalam
mengklasifikasikan kedua citra tersebut digunakan informasi berdasarkan interpretasi
hasil klasifikasi citra tahun 2013. Matriks kontingensi citra Landsat 8 tahun 2013
disajikan dalam Lampiran 4.
Klasifikasi Tutupan Lahan pada Citra Landsat 7 ETM+ dan Citra Landat 8
Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2003 dan 2009 serta citra landsat 8 tahun 2013
diolah menggunakan metode supervised. Menurut Purwadhi (2001), klasifikasi citra
secara digital akan mengkategorikan semua piksel ke dalam kelas tutupan lahan atau
suatu tema tertentu secara otomatis. Hasil klasifikasi citra tahun 2003, 2009 dan 2013
disajikan pada Gambar 4, 5 dan 6.
Penutupan lahan merupakan istilah yang berkaitan dengan jenis kenampakan
yang ada di permukaan bumi (Lillesand dan Kiefer 1990). Ada juga yang menyebutkan
bahwa penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup
permukaan lahan. Konstruksi tersebut seluruhnya tampak secara langsung dari citra
penginderaan jauh (Lo 1996). Hasil klasifikasi digital pada gambar memperlihatkan
penggunaan dan penutupan lahan di Kota Bekasi tahun 2003, 2009 dan 2013 didominasi
oleh lahan terbangun yang memiliki tampilan warna merah muda atau dapat dilihat pada
Tabel 3 luas lahan terbangun memiliki luasan sebesar 4225.38 ha (67.58% ), 4147.44 ha
(66.33%) dan 4501.77 ha (72%) di tiap tahunnya.
Tabel 3 Luas tutupan dan penggunaan lahan Kota Bekasi tahun 2003, 2009 dan
2013
Kelas tutupan
lahan

Badan air
Hutan kota
Kebun
campuran
Lahan
terbangun
Rawa
Semak
belukar
Total

Luas tutupan lahan
Landsat 7 ETM+ tahun Landsat 7 ETM+
Landsat 8 tahun 2013
2003
tahun 2009
Hektar
%
Hektar
%
Hektar
%
639.58
10.23
813.83
13.02
432.73
6.92
339.60
5.43
92.70

1.48

257.88

4.12

285.86

4.57

4225.38

67.58

4147.44

66.33

4501.77

72.00

1097.28

17.55

686.15

10.97

550.16

8.80

197.57

3.16

347.21

5.55

142.39

2.28

6252.51

100.00

6252.52

100.00

6252.51

100.00

Gambar 4 Peta tutupan lahan Kota Bekasi tahun 2003

11

12

Gambar 5 Peta tutupan lahan Kota Bekasi tahun 2009

13

Gambar 6 Peta tutupan lahan Kota Bekasi tahun 2013

14

Analisis Perubahan Tutupan Lahan
Hasil analisis tutupan lahan antara tahun 2003 dan 2009 menunjukkan terjadi
perubahan tutupan lahan semak belukar menjadi lahan terbangun sebesar 68.9 ha. Hal
itu terjadi karena pada tahun 2007 terjadi perluasan bangunan-bangunan untuk komersil
di daerah Harapan Indah yang menyebabkan luasan ruang terbuka hijau sangat
berkurang dan berubah menjadi lahan terbangun. Pengurangan luasan rawa pun terjadi
karena pada tahun 2008 telah didirikan tempat perbelanjaan Bekasi Square dan Petronas
yang mengubah rawa menjadi lahan terbangun. Keterbatasan lahan di perkotaan
mengakibatkan lahan yang seharusnya berfungsi sebagai daerah konservasi dan ruang
terbuka hijau berubah menjadi lahan terbangun. Akibatnya, daerah resapan air semakin
sempit sehingga terjadi peningkatan aliran permukaan dan erosi. Perubahan tutupan
lahan antara tahun 2003 dan 2009 di Kota Bekasi disajikan pada Tabel 4.

Tahun

2003

Tabel 4 Perubahan tutupan lahan Kota Bekasi tahun 2003-2009
2009
Tutupan
Badan
Kebun
Lahan
Semak
Rawa
lahan(Ha)
air
campuran terbangun
belukar
Badan air
521.05
118.53
Kebun
60.73
30.85
1.12
campuran
Lahan
187.78
3805.83
231.77
terbangun
Rawa
278.41
123.30
686.15
9.42
Semak
14.37
9.37
68.93
104.90
belukar
Total
813.83
257.88
4147.44
686.15 347.21

Total
639.58
92.70
4225.38
1097.28
197.57
6252.51

Tabel 4 menunjukkan luasan air yang yang mengalami perubahan menjadi lahan
terbangun sebanyak 118.53 ha. Hal ini diakibatkan adanya pengerukan badan air untuk
pembangunan yang berdampak pada pendangkalan (penyempitan) sungai, sehingga air
meluap dan memicu terjadinya bencana banjir. Selain perubahan ruang terbuka hijau
menjadi lahan terbangun, terdapat pula perubahan lahan terbangun menjadi kebun
campuran sebesar 187.78 ha dan semak belukar sebesar 231.77 ha oleh kegiatan
penghijauan yaitu pembuatan hutan jati oleh jasa marga di sekitar pinggiran tol Bekasi.
Peta perubahan lahan tahun 2003 sampai dengan 2009 disajikan pada Gambar 7.
Hasil analisis tutupan lahan antara tahun 2003 dan 2013 menunjukkan terjadi
perubahan tutupan lahan ruang terbuka hijau yaitu kebun campuran dan semak belukar
menjadi lahan terbangun sebesar 39.67 ha dan 61.20 ha. Hal itu disebabkan salah
satunya karena pada tahun 2011 didirikan apartemen Kemang View yang sebelumnya
merupakan kebun campuran. Pelebaran perumahan Kemang Pratama di daerah Pekayon
tahun 2010 pun turut mengurangi luasan ruangan terbuka hijau yang berubah menjadi
lahan terbangun. Peta perubahan lahan tahun 2003 sampai dengan 2013 disajikan pada
Gambar 8.

15

15

Gambar 7 Peta perubahan tutupan lahan Kota Bekasi tahun 2003-2009

16

16

Gambar 8 Peta perubahan tutupan lahan Kota Bekasi tahun 2003-2013

17

Pemerintah Daerah Bekasi membuat kebijakan untuk membuat hutan kota
sehingga terjadi peningkatan luas ruang terbuka hijau yang berasal dari lahan terbangun
menjadi hutan kota sebesar 315.49 ha. Perubahan fungsi ruang terbuka hijau kebun
campuran dan semak belukar pun berubah menjadi hutan kota sebesar 6.17 ha dan 17.94
ha. Terjadi pula penyempitan badan air menjadi lahan terbangun sebesar 206.85 ha
sehingga mengakibatkan luas badan air pada tahun 2013 mengalami penurunan.
Perubahan tutupan lahan antara tahun 2003 dan 2013 di Kota Bekasi disajikan pada
Tabel 5.
Tabel 5 Perubahan tutupan lahan Kota Bekasi tahun 2003-2013

Tahun

2003

Tutupan
lahan
(Ha)
Badan air
Kebun
campuran
Lahan
terbangun
Rawa
Semak
belukar
Total

2013
Kebun
Lahan
campuran terbangun

Badan
air

Hutan
kota

Rawa

Semak
belukar

432.73

-

-

-

6.17

-

315.49

-

-

206.85

-

-

45.64

39.67

-

1.22

92.70

226.99

3671.94

-

10.96

4225.38

522.11

550.16

25.01

1097.28

-

17.94

13.23

61.20

-

105.20

197.57

432.73

339.60

285.86

4501.77

550.16

142.39

6252.51

-

Total

639.58

Analisis Kesesuaian antara RTH pada RTRW dan RTH di Lapangan
Pemerintah kota senantiasa membangun struktur dan pola ruang kotanya untuk
memaksimalkan angka laju pertumbuhan ekonomi dan persoalan tekanan pertumbuhan
penduduk yang tinggi sehingga mengabaikan tingginya konversi lahan pertanian atau
lahan bervegetasi lainnya menjadi lahan terbangun yang cenderung mengancam
keberlanjutan pembangunan itu sendiri. Menurunnya kuantitas RTH dari aspek ekologi
dapat mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan seperti banjir,
tingginya polusi udara, rendahnya kualitas air tanah, dan kebisingan (Briassoulis 1999).
Ruang terbuka hijau dinyatakan sebagai ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang
lebih luas, baik dalam bentuk membulat maupun dalam bentuk memanjang/jalur yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, yaitu tanpa bangunan permanen (Dahlan 1992).
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah dokumen rencana tata
ruang wilayah kota yang dikukuhkan dengan Peraturan Daerah. Tujuan penyusunan
rencana tata ruang adalah terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan
lingkungan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional, terselenggaranya
pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya, tercapainya
pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas,
berbudi luhur dan sejahtera, mewujudkan keterpaduan dalam penggunaaan sumber daya
alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia,
meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mewujudkan perlindungan fungsi ruang

18

dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan (contoh yang
paling sering kita alami adalah banjir, erosi dan sedimentasi), serta mewujudkan
keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan (Siswanto 2009). Untuk
menjamin perkembangan ruang kota agar sesuai dengan kriteria perancangan diperlukan
perangkat pengendali berupa zoning ordinance (peraturan zoning). Menurut Direktorat
Departemen Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, peraturan zonasi
merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok atau zona peruntukan yang
penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang. Ketentuan di atas dimaksudkan
untuk menjamin kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan umum bagi penghuni kota.
Rencana tata ruang wilayah Kota Bekasi Barat tahun 2012-2013 membagi land use
menjadi lahan terbangun, ruang terbuka hijau dan badan air. Peta RTRW Kota Bekasi
disajikan pada Gambar 9.
Analisis kesesuaian tatanan tutupan lahan pada RTRW di overlay dengan hasil
klasifikasi tutupan lahan tahun 2003, 2009 dan 2013 dengan menggunakan kelas
tutupan lahan yang sama. Tutupan lahan pada RTRW dan hasil klasifikasi citra Landsat
direklasifikasi untuk mendapatkan kelas tutupan lahan yang sama yaitu lahan terbangun
dan ruang terbuka hijau (RTH). Berdasarkan pengelompokan tersebut maka dapat
diketahui luas ruang terbuka hijau Kota Bekasi pada RTRW seluas 350.60 ha atau
sebesar 5.3%.
Hasil klasifikasi tutupan lahan citra Landsat tahun 2003, 2009 dan 2013 turut
dikelompokan menjadi 2 jenis tutupan lahan menjadi lahan terbangun dan RTH. Jenis
tutupan lahan yang dikategorikan sebagai RTH adalah semak belukar, kebun campuran,
dan hutan kota. Matrik kesesuaian antara RTH di RTRW Kota Bekasi dan di citra
Landsat tahun 2003 disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Kesesuaian antara RTH di RTRW dan citra Landsat 7 ETM+ tahun
2003

RTRW

Tutupan
lahan (Ha)
Lahan
terbangun
RTH
Total

Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2003
Lahan
RTH
terbangun

Total

5781.4

120.51

5901.91

129.89
5911.29

220.71
341.22

350.60
6252.51

Berdasarkan Tabel 6 RTH pada RTRW memiliki luasan sebesar 350.60 ha tetapi
pada tahun 2003 RTH di lapangan seluas 341.22 ha. RTH pada RTRW dan RTH di
lapangan yang tidak sesuai yaitu sebesar 9.38 ha. RTH yang tidak sesuai tersebut adalah
berubahnya luasan RTH menjadi lahan terbangun sebesar 129.89 ha. Peta kesesuaian
RTRW dengan RTH tahun 2003 dapat dilihat pada Gambar 10.

19

Gambar 9 Peta RTRW Kota Bekasi tahun 2012-2013

20

20

Gambar 10 Peta kesesuaian RTRW dan RTH Kota Bekasi Tahun 2003

21

Tabel 7 Kesesuaian antara RTH di RTRW dan citra Landsat 7 ETM+ tahun 2009
Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2009
Tutupan
Lahan terbangun
RTH
Total
lahan (Ha)
Lahan
6133.94
112.54
5901.91
RTRW
terbangun
RTH
38.06
312.54
350.60
Total
6172.00
425.08
6252.51
Berdasarkan Tabel 7 RTH pada RTRW memiliki luasan sebesar 350.60 ha tetapi
pada tahun 2009 RTH di lapangan seluas 425.08 ha. RTH pada RTRW dan RTH di
lapangan yang tidak sesuai yaitu sebesar 74.48 ha, tetapi hasil ini menunjukkan
perubahan yang positif karena luasan RTH pada tahun 2009 luasannya lebih besar
daripada luasan RTH pada RTRW. Hal ini terjadi karena pada tahun 2009 Jasa Marga
melakukan kegiatan penghijauan yaitu dengan menanam pepohonan di sekitar jalan tol.
Peta kesesuaian RTRW dengan RTH tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 11.
Tabel 8 Kesesuaian antara RTH di RTRW dan citra Landsat 8 tahun 2013
Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2013
Tutupan lahan
(Ha)
Lahan
RTRW
terbangun
RTH
Total

Lahan terbangun

RTH

Total

5803.66

98.25

5901.91

64.08
5867.74

286.52
384.77

350.60
6252.51

Berdasarkan Tabel 8 RTH pada RTRW memiliki luasan sebesar 350.60 ha tetapi
pada tahun 2013 RTH di lapangan seluas 384.77 ha. RTH pada RTRW dan RTH di
lapangan yang tidak sesuai yaitu sebesar 34.17 ha, walaupun hasil ini menunjukkan
perubahan yang positif karena luasan RTH pada tahun 2013 luasannya lebih besar
daripada luasan RTH pada RTRW tetapi luasan tersebut berkurang apabila
dibandingkan dengan luasan RTH pada tahun 2009. Hal ini terjadi karena pada tahun
2013 kebutuhan pemukiman warga Kota Bekasi mengalami peningkatan sehingga
luasan RTH berubah menjadi lahan terbangun sebesar 64.08 ha. Peta kesesuaian RTRW
dengan RTH tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 12.

22

22

Gambar 11 Peta kesesuaian RTRW dan RTH Kota Bekasi Tahun 2009

23

Gambar 12 Peta kesesuaian RTRW dan RTH Tahun Kota Bekasi 2013
23

24

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Penutupan lahan hasil klasifikasi digital menggunakan citra Landsat 7 ETM+
tahun 2003 dan 2009 serta citra Landsat 8 tahun 2013 terdiri atas semak belukar, kebun
campuran, hutan kota, rawa, lahan terbangun dan badan air. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesesuaian RTH pada RTRW dan tutupan lahan tahun 2003, 2009
dan 2013 menunjukkan RTH yang paling sesuai antara RTRW dengan tutupan lahan
adalah pada tahun 2009 yaitu sebesar 312,54 ha sedangkan yang paling tidak sesuai
adalah RTH pada tahun 2003 yaitu sebesar 129,89 ha.
Saran
Dibutuhkan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang Kota Bekasi yang
baik dalam rangka menghasilkan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah. Perlu dilakukannya kegiatan penghijauan lebih lanjut agar luasan RTH
memenuhi kriteria luasan RTH di kawasan perkotaan.

DAFTAR PUSTAKA
[BAPLAN] Badan Planologi Kehutanan, Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Hutan,
Badan Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan. 2008. Pemantauan Sumber
Daya Hutan. Jakarta (ID): PIPH BAPLAN DEPHUT.
[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi. 2014. Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bekasi Tahun 2011-2020.
Briassoulis H. 1999. Analysis of Land Use Change: Theoretical and Modeling
Approaches. Australia (AU): Rainforest CRC.
Dahlan E.N. 1992. Hutan Kota Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas
Lingkungan (ID): Institut Teknologi Bandung
Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. 2006. Modul Tata
Cara Penyusunan Peraturan Zonasi. Jakarta (ID): Departemen Pekerjaan Umum
Hermawan, I. 2008. Deteksi Perubahan Penutupan Lahan Di Taman Nasional Gunung
Halimun Salak Menggunakan Citra LANDSAT Multiwaktu. Jakarta (ID):
Gramedia Pustaka Utama
Jaya INS. 2010. Perspektif Penginderaan Jauh Untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam.
Teori dan Praktik Menggunakan Erdas Imagine. Bogor (ID): Jurusan Manajemen
Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Jensen J. 2005. Introductory Digital Image Processing A Remote Sensing Perspective.
United States (US): Pearson Prentice Hall.
Lillesand TM, Kiefer RW. 1990. Penginderaan Jauh dan Penafsiran Citra. Dulbahri,
Suharsono P, Hartono, Suharyadi, Penerjemah; Susanto, editor. Yogyakarta(ID):
Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Remote Sensing and Image
Interpretation.

25

Lo CP. 1996. Penginderaan Jauh Terapan. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.
Purwadhi F. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta (ID): Gramedia Widiasarana.
Rachmawanti H. 2003. Pemanfaatan penginderaan jauh dan sistem informasi geografis
dalam pemetaan penutupan dan penggunaan lahan di kawasan hutan Kabupaten
Bogor tahun 2000 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sibarani A. 2001. Karikatur dan Politik. Jakarta (ID): Isal, Garba Budaya dan Media
Lintas Inti Nusantara.
Siswanto S. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta (ID): Damar Mulia Pustaka.
Sitorus SRP. 2009. Kualitas, Degradasi dan Rehabilitasi Lahan. Edisi ketiga. Bogor
(ID): Sekolah Pascasarjana IPB
Suryantoro A. 2002. Perubahan Penggunaan Lahan Kota Yogyakarta Tahun 1959-1996
dengan Menggunakan Foto Udara : Kajian Utama Perubahan Luas, Jenis,
Frekuensi dan kecepatan perubahan Penggunaan Lahan serta Faktor Pengaruhnya
[Thesis]. Tidak diterbitkan.

26

LAMPIRAN
Lampiran 1 Separabilitas citra Landsat 7 ETM+ tahun 2003
Kelas
Lahan
Semak
Tutupan
Badan air
Rawa
terbangun
belukar
Lahan
Badan air
0
2000
2000
2000
Lahan
2000
0
2000
2000
terbangun
Semak
2000
2000
0
1844.86
belukar
Rawa
2000
2000
1844.86
0
Kebun
2000
2000
2000
2000
campuran

Lampiran 2 Separabilitas citra Landsat 7 ETM+ tahun 2009
Kelas
Lahan
Semak
Badan air
Rawa
Tutupan
terbangun
belukar
Lahan
Lahan
0
1999.97
1996.89
2000
terbangun
Badan air
1999.97
0
1960.83
2000
Rawa
1996.89
1960.83
0
1992.25
Semak
2000
2000
1992.25
0
belukar
Kebun
2000
1998.17
1806.48
1812.91
campuran

Lampiran 3 Separabilitas citra Landsat 8 tahun 2013
Kelas
Lahan
Tutupan
Badan air
Rawa
terbangun
Lahan
Lahan
0
2000
2000
terbangun
Badan air
2000
0
2000
Rawa
2000
2000
0
Semak
2000
2000
2000
belukar
Kebun
2000
2000
2000
campuran

Semak
belukar

Kebun
campuran
2000
2000
2000
2000
0

Kebun
campuran
2000
1998.17
1806.48
1812.91
0

Kebun
campuran

2000

2000

2000
2000

2000
2000

0

2000

2000

0

27

Lampiran 4 Matriks kontingensi tutupan lahan Kota Bekasi tahun 2013
Kelas Tutupan Lahan
User's
Producer's
accuracy(%)
accuracy(%)
Lahan Terbuka
100
100
Hutan Kota
100
100
Rawa
100
100
Semak Belukar
100
100
Badan Air
100
100
Kebun Campuran
100
100

28

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 1 November 1992 sebagai anak
kedua dari pasangan Edy Nasriadi Sambas dan Surti Mardianti. Penulis menjalani
pendidikan formal dari TK Pertiwi 3 Bogor (1996-1998), SD Bina Insani Bogor (19982004), SMP Negeri 1 Bogor (2004-2007), dan SMA Negeri 5 Bogor (2007-2010).
Penulis masuk IPB melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) Institut Pertanian
Bogor dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Hutan Fakultas
Kehutanan IPB.
Sejak Tingkat Persiapan Bersama (TPB) penulis sudah aktif di organisasi Gentra
Kaheman (2010-2011). Setelah masuk fakultas penulis bergabung dengan Forest
Management Student Club (FMSC) (2011-2012). Penulis juga tergabung dalam
kepengurusan International Forestry Students Association (IFSA) LC (Local
Committee) IPB sebagai anggota Divisi Human Resources Development (2011-2012).
Penulis juga menjadi anggota Publikasi dan Dokumentasi dalam acara SEA-FYM
(South East Asia – Forest Youth Meeting) (2011).
Praktik yang pernah diikuti penulis, yaitu: Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan
(PPEH) Jalur Pangandara dan Sawal Kabupaten Ciamis pada tahun 2012, Praktik
Pengelolaaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi
pada tahun 2013 dan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Perum Perhutani KPH Madiun
Unit II Jawa Timur pada tahun 2014.
Skripsi berjudul Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau pada Rencana Tata Ruang
Wilayah dan Tutupan Lahan di Kota Bekasi merupakan karya penulis sebagai syarat
untuk mendapatkan gelar sarjana kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dibawah bimbingan Dr Nining
Puspaningsih, MSi.