Keanekaragaman Kultivar Ganyong Di Provinsi Bengkulu.

KEANEKARAGAMAN KULTIVAR GANYONG
DI PROVINSI BENGKULU

EVELYNE RIANDINI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Keanekaragaman
Kultivar Ganyong di Provinsi Bengkulu adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Evelyne Riandini
NIM G353120211

RINGKASAN
EVELYNE RIANDINI. Keanekaragaman Kultivar Ganyong di Provinsi
Bengkulu. Dibimbing oleh ALEX HARTANA dan MIEN A. RIFAI.
Ganyong (Canna indica L.) merupakan tanaman pangan berasal dari
Amerika Selatan yang tersebar di seluruh kawasan dunia dan banyak
dibudidayakan di daerah tropis. Di Asia diketahui empat tipe ganyong Thaipurple, Chinese-purple, Thai-green dan Japanese-green. Di pulau Jawa
ditemukan dua variasi ganyong merah dan ganyong putih. Ganyong banyak
dijumpai pembudidayaannya di Provinsi Bengkulu. Budidaya ganyong di Provinsi
Bengkulu memiliki variasi yang belum terdata. Variasi antar kultivar ganyong
perlu dikaji sebagai tanaman budi daya mengikuti standar taksonomi kultivar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi keanekaragaman tanaman
ganyong di Provinsi Bengkulu dan mengelompokkannya berdasarkan karakter
morfologi sehingga membantu dalam pengembangan dan pemuliaan kultivar
unggul.
Data morfologi meliputi rimpang, daun, bunga, buah, dan biji diamati dari
57 tanaman contoh tanaman hasil eksplorasi. Sebanyak 57 contoh tanaman
ganyong di Provinsi Bengkulu yang diamati berdasarkan 61 karakter morfologi,

dikelompokan menggunakan analisis komponen utama (Principal Component
Analysis (PCA)). Pengelompokan 57 contoh tanaman ganyong menghasilkan 7
kelompok berdasarkan komponen utama I dan II yang menentukan 55.80%
keragaman. Dengan analisis clustering menggunakan UPGMA (Unweighted Pair
Group Method with Arithmatic Average) dalam program NTSYS. Analisis ini
menghasilkan dua kelompok utama pada nilai koefisien kemiripan 0.21
berdasarkan warna rimpang dan terbagi menjadi tujuh kelompok ganyong dengan
nilai koefisien kemiripan 0.45. Penyederhanaan banyaknya karakter morfologi,
untuk kebutuhan praktis diperlukan suatu sistem pengelompokan berdasarkan
karakter penentu yang bersifat beda (distinctness), seragam (uniformity), dan
penciri yang bersifat stabil (stability). Karakter morfologi terpilih berupa 20
karakter morfologi yang mewakili karakter rimpang, daun, dan bunga.
Hasil pengelompokan ganyong di Bengkulu dibandingkan dengan tipe
ganyong yang sudah dipublikasi di Asia. Sebanyak lima kelompok ganyong di
Bengkulu diindikasikan termasuk ke dalam tipe di Asia. Kelompok I dan III
termasuk ke dalam tipe Thai―purple, kelompok II termasuk ke dalam kultivar
Chinese―purple, sedangkan kelompok IV dan V termasuk ke dalam kultivar
Japanese―green. Hubungan kekerabatan dianalisis secara kladistik menggunakan
program PAUP*. Pengelompokan berdasarkan karakter morfologi dibagi menjadi
kelompok tetua (kelompok I, II, III) dan turunan (kelompok IV, V, VI, dan VII).

Kata kunci : Bengkulu, Canna indica L., fenetik, kladistik, kultivar

SUMMARY
EVELYNE RIANDINI. Diversity of Ganyong in Bengkulu Province. Supervised
by ALEX HARTANA and MIEN A. RIFAI.
Canna (Canna indica L.) is a crop native to South America had been spread
throughout the regions of the world and is widely cultivated in the tropics. In Asia
known four canna types: Thai–purple, Chinese–purple, Thai–green, and
Japanese–green. In Java there are two types Canna: red and white canna. Canna
cultivated in the province of Bengkulu, found in the yard and in a plantation area.
Ganyong variation in Bengkulu have not been recorded. The purpose of this study
was to explore the diversity of ganyong plants in Bengkulu and cluster based on
morphological characters that could be used to develop in ganyong breeding
programme.
Rhizomes, leaves, flowers, fruits, and seeds observed 57 ganyong plants. 61
morphological characters were used to cluster Bengkulu ganyong plants using
principal component analysis (PCA), and showed seven plant groups based on
components I and II with cumulative variance 55.80%. Furthermore, clustering
analysis of those plants using using UPGMA method by NTSYS programme
showed a dendrogram of two main groups of those 57 Ganyong plants based on

the different color their rhizomes and with 0.21 similarity coefficient. However,
at 0.45 similarity coefficient, those two groups clustered to 7 groups such as PCA.
The analysis of 61 morphological characters fenetik be done simplification of
morphological characters, to the practical needs required a classification system
based on the determining character. Determinant character of each variation is
found and the criteria of cultivars grouped on the basis of a different (distinctness),
(uniformity), and identity which is stable (stability). Been selected morphological
characters form 20 characters that represent each character rhizomes, leaves, and
flowers.
Ganyong in Bengkulu compared with type in Asia. Group I and III were
Thai―purple, group II was Chinese―purple type, while groups IV and V were
Japanese―green type. Cladistic analyzed using PAUP* program. Grouping based
on morphological characters are divided into groups of ancestors (I, II, III) and
progenies (IV, V, VI, and VII).
Keywords: Bengkulu, Canna indica L., cladistic, cultivar, phenetic

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KEANEKARAGAMAN KULTIVAR GANYONG
DI PROVINSI BENGKULU

EVELYNE RIANDINI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Biologi Tumbuhan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:
Dr. Deby Arifiani
Herbarium Bogoriense, Divisi Botani,
Pusat Penelitian Biologi ― LIPI
Cibinong Science Center, Cibinong

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013 ― Januari
2014, dengan judul Keanekaragaman Ganyong di Provinsi Bengkulu.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Alex Hartana, MSc dan
Prof Dr Mien A. Rifai selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan
masukan serta semua pihak yang telah membantu dalam penelitian. Di samping
itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi (DIKTI) dalam program Beasiswa Unggulan tahun 2012 yang telah
mendanai penelitian ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada temanteman mahasiswa Biologi tumbuhan 2012, laboran dan teman-teman di
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan IPB. Ungkapan terima kasih juga

disampaikan kepada keluarga Andri Evi (ayah), Yenni Susilawati (ibu), Adella
Thiananda S.Ked (adik), dan Eki Susanto M.Si serta seluruh keluarga, atas segala
doa dan kasih sayangnya.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat memberikan informasi yang berguna
dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Agustus 2015
Evelyne Riandini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii


1 PENDAHULUAN

1

2 TINJAUAN PUSTAKA

2

3 BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan Tumbuhan
Pengambilan Koleksi di Lapangan
Pengamatan Morfologi
Analisis Data

6
6
6
6

6
6

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Distribusi Ganyong di Bengkulu
Pengelompokan Ganyong Berdasarkan Analisis Fenetik
Karakter Penciri Ganyong
Hubungan Antar kelompok Tanaman Ganyong Berdasarkan Analisis
Kladistik
Taksonomi Ganyong
Kunci Identifikasi Kultivar Ganyong
Kultivar Ganyong
Pemanfaatan Ganyong oleh Masyarakat

8
8
9
11

5 SIMPULAN DAN SARAN


27

DAFTAR PUSTAKA

28

LAMPIRAN

31

RIWAYAT HIDUP

44

14
16
24
24
26


DAFTAR TABEL
1 20 karakter morfologi ganyong

13

DAFTAR GAMBAR
1 Morfologi Canna hybrida, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun,
(D & E) Perbungaan, (F) Buah, (G) Biji
2 Morfologi Ganyong, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D & E)
Perbungaan, (F) Buah, (G) Biji
3 Peta persebaran pembudidayaan tanaman ganyong di Provinsi
Bengkulu, ( ) lokasi pembudidayaan
4 PCA (Principal Component Analysis) dari 57 contoh tanaman ganyong
5 Dendogram dari 57 contoh tanaman ganyong menggunakan clustering
UPGMA berdasarkan fenetik
6 Dendogram 61 karakter morfologi tanaman ganyong menggunakan
clustering UPGMA
7 Dendogram dari 57 contoh tanaman ganyong. dengan 20 karakter
morfologi menggunakan clustering UPGMA
8 Phylogram ganyong dan outgroup Canna hybrid ‘Picasso’
9 Kelompok I, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan, (E)
Buah.
10 Kelompok II, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan,
(E) Buah
11 Kelompok III, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan,
(E) Buah
12 Kelompok IV, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan,
(E) Buah
13 Kelompok V, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan,
(E) Buah
14 Kelompok VI, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan,
(E) Buah
15 Kelompok VII, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan,
(E) Buah

2
4
8
9
10
12
14
15
17
18
19
20
21
22
24

DAFTAR LAMPIRAN
1 Contoh tanaman ganyong yang ditemukan di Provinsi Bengkulu
2 Lokasi pengambilan contoh tanaman ganyong di Provinsi Bengkulu
3 Karakter morfologi yang diamati. Beberapa karakter diambil dan
dimodifikasikan dari deskriptor Canna “A Preliminary Synopsis of
Canna Descriptors” (*) dan penambahan karakter morfologi baru (**).
4 Karakter morfologi yang diamati dan dipilih, untuk analisis kelompok
menggunakan NTSYS. Beberapa karakter diambil dan dimodifikasi
dari deskriptor Canna “A Preliminary Synopsis of Canna Descriptors”
(*) dan penambahan karakter morfologi baru (**).
5 Nilai Eigenvalue dari analisis analisis komponen utama (Principal
Component Analysis (PCA))
6 Produk ganyong dikelola oleh masyarakat

33
35

36

39
42
43

1 PENDAHULUAN
Canna satu-satunya genus dibawah Cannaceae yang berasal dari Amerika
Selatan sudah tersebar di seluruh kawasan dunia dan banyak dibudidayakan di
daerah tropis (Flach dan Rumawas 1996). Spesies Canna di kawasan tropis
dibudidayakan terutama untuk pati pada bagian rimpang, dan beberapa hibrid
dibudidayakan sebagai tanaman hias. Jenis Canna ini yang dimanfaatkan
masyarakat yaitu Canna indica L. (= Canna edulis Kerr.) (Maas van de kamer dan
Maas 2008). Rimpang diolah menjadi tepung dapat digunakan dalam pembuatan
mie yang berkualitas dan dimanfaatkan sebagai sumber bahan pangan industri
(Piyachomkwan et al. 2002; Jayakumari dan Stephen 2009).).
Canna indica di Indonesia dikenal dengan nama ganyong, buah tasbeh,
dan ubi pikul. Penyebaran ganyong di Indonesia dapat ditemukan dari Sabang
sampai Merauke terutama di Pulau Jawa, Sumatra, dan Bali (DKU 2002). Di
pulau Jawa ditemukan dua variasi ganyong merah dan ganyong putih. Ganyong
merah ditandai dengan warna batang, daun, dan pelepahnya berwarna merah atau
lembayung, sedangkan ganyong putih ditandai dengan batang, daun, dan pelepah
hijau serta sisik rimpang kecoklatan. Di Asia diketahui empat tipe ganyong Thaipurple, Chinese-purple, Thai-green dan Japanese-green (Tonwitowat 1994;
Piyachomkwan et al. 2002).
Ganyong banyak dijumpai pembudidayaannya di Provinsi Bengkulu,
ditemukan di pekarangan rumah dan kawasan perkebunan sebagai tanaman
tumpang sari (Yulfia 2012). Masyarakat Bengkulu masih memanfaatkan tanaman
ganyong secara tradisional dengan cara direbus. Pemerintah Provinsi Bengkulu
kerja sama dengan Dinas Pertanian tahun 2012 mengembangkan tanaman
ganyong sebagai sumber pangan nonberas. Pengembangan budidaya tanaman
ganyong berada di Kabupaten Bengkulu Tengah, sebagai salah satu komoditi
unggulan di daerah ini. Masyarakat melalui Usaha Kecil Menengah (UKM)
membudidayakan tanaman ganyong dan mengolah rimpang ganyong menjadi
beberapa produk.
Potensi tanaman ganyong sebagai bahan pangan memerlukan peningkatan
ketersediaan variasi kultivar melalui program pemuliaan tanaman. Untuk
memperoleh kultivar unggul baru diperlukan pengumpulan sumber plasma nutfah
dari berbagai kultivar, guna dijadikan bahan pemuliaan untuk menghasilkan
ganyong unggul. Pengelolaan plasma nutfah ganyong akan efektif apabila
tercirikan dan terindentifikasi secara baik, mengikuti suatu sistematik
pengelompokan tanaman yang memiliki batasan guna dijadikan rujukan. Untuk
itu dilakukannya penelitian ini yang bertujuan mengeksplorasi keanekaragaman
tanaman ganyong yang sudah dibudidayakan di Provinsi Bengkulu dan
mengelompokkannya berdasarkan karakter morfologi sehingga membantu dalam
proses pemuliaan dan kultivar unggul.

2

2 TINJAUAN PUSTAKA
Asal-usul dan Persebaran Ganyong
Cannaceae terdiri hanya marga Canna, ditempatkan pada halaman pertama
dari Spesies Plantarum oleh Linnaeus 1753 karena pada bagian bunga memiliki
hanya satu benang sari dan satu tangkai putik. Pada 1576 De Lobel memberikan
deskripsi pertama dari Canna sebagai Indica florida, tanaman diperoleh dari biji
yang berasal dari Indiae Occiduae hal ini menjelaskan asal–usul julukan indica.
Canna indica atau ganyong berdasarkan klasifikasi merupakan marga Canna,
suku Cannaceae, ordo Zingiberales (Maas-van de Kamer dan Maas 2008).
Beberapa jenis Canna yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias atau lebih
disebut dengan canna berbunga tergolong dalam Canna flaccida Salibs., Canna
liliiflora Warsz. ex Planch., Canna iridiflora Ruiz & Pav., dan Canna glauca L
(Maas-van de Kamer & Maas 2008). Jenis Canna ini telah dibudidayakan dengan
mengembangkan kultivar bunga besar beserta warna yang beragam. Petani
mengenal kultivar Canna berbunga sebagai Canna hybrida (Gambar 1), kultivar
ini cenderung memiliki perawakan lebih pendek dan rimpang yang dihasilkan
lebih sedikit dibandingkan dengan Canna berimpang (Mishra et al. 2011). Canna
berimpang atau ganyong dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang memiliki
karakter bunga berukuran lebih kecil dan rimpang berukuran besar (18—65 cm)
(Maas-van de Kamer dan Maas 2008).

Gambar 1 Morfologi Canna hybrida, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun,
(D & E) Perbungaan, (F) Buah, (G) Biji
Pusat asal usul ganyong berasal dari daerah Neotropical lebih tepatnya di
Amerika Selatan yaitu wilayah Andean, kemudian dibawa oleh bangsa Portugis ke
beberapa wilayah jajahan antara lain tersebar di Asia, Australia, dan Afrika
(Widyastuti et al. 2000). Clusius menulis dalam herbal terkenal tahun 1601
tanaman yang bernama Canna indica atau Flos Cancri (karena bunga tertutup
menyerupai cakar lobster) sudah lebih dulu dibudidayakan untuk waktu yang lama.
Clusius juga mengatakan tanaman ini umumnya dibudidayakan dalam pot dengan

3
rei herbariae studiosis (orang yang tertarik dalam botani) (Clusius 1601; Maasvan de Kamer dan Maas 2008).
Tanaman ini tersebar di dunia dan dikenal nama lokal seperti Chisgua di
Colrimpanga, Capacho di Venezuela, Imbirg di Brazil, Tous les mois di Hindia
Barat, Queensland garut di Australia, Zembu di Filipina, Lotus tuber di Taiwan,
dan Sagu di Thailand (Tonwitowat 1994). Budidaya tanaman ganyong telah
meluas ke Asia, terutama China, Vietnam, Taiwan, dan Thailand. Di Asia secara
umum terutama pati digunakan dalam industri makanan untuk produksi mie
(Thitipraphunkul et al. 2003). Di Indonesia, ganyong ditemukan hampir di seluruh
kawasan daerah terutama Pulau Sumatera, Jawa, dan Bali (DKU 2002). Sentra
pembudidayaan ganyong di Indonesia terutama di Pulau Jawa terletak di Jawa
Tengah (Klaten, Wonosobo, Purworejo), Jawa Barat (Majalengka, Sumedang,
Ciamis, Cianjur, Garut, Subang, dan Karawang), dan Jawa Timur (Malang dan
Pasuruan) (Suhartini dan Hadiatmi 2010).
Budidaya Ganyong
Karakter ganyong yang ada di Indonesia mempunyai kemiripan dengan
ganyong di Amerika Selatan (Tatit et al. 1991). Di Amerika Selatan ganyong
merah dikenal dengan nama Morados dan ganyong putih dikenal dengan nama
Verdes (DKU 2002). Kebutuhan terutama pati ganyong sebagai sumber makanan
telah menjadikan pembudiayaan tanaman ganyong di Asia menyebar luas.
Di Asia tanaman ganyong yang telah dibudidayakan masyarakat dikenal
Thai-green, Japanese-green, Thai-purple, dan Chinese-purple (Tonwitowat 1994;
Piyachomkwan et al. 2002). Di Indonesia tanaman ganyong di Pulau Jawa dan
Maluku dibedakan menjadi ganyong merah dan ganyong putih. Rimpang ganyong
merah berwarna merah dengan batang semu merah, sedangkan ganyong putih
berimpang putih tetapi batang semu berwarna hijau.

Pemanfaatan Ganyong
Ganyong atau Canna berimpang (Gambar 2) yang dimanfaatkan sebagai
bahan pangan yang memiliki karakter bunga berukuran lebih kecil dan rimpang
berukuran besar (18—65 cm). Ganyong mudah untuk dibudidayakan karena dapat
hidup di daerah beriklim tropis dengan curah hujan tinggi dan dapat hidup
sepanjang tahun.
Tanaman ini tumbuh pada ketinggian 0―2550 meter dpl. Ganyong
dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah kecuali pada tanah liat berat.
Produksi optimum akan dicapai bila ditanam pada tanah liat berpasir yang kaya
akan humus, di daerah kering ganyong dapat tumbuh asal sistem drainase
yang baik (Ilmi 2012).

4

Gambar 2 Morfologi Ganyong, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun,
(D & E) Perbungaan, (F) Buah, (G) Biji
Produktivitas Ganyong
Perbanyakan ganyong dilakukan dengan menggunakan bagian rimpang
yang telah mucul 1–2 tunas sehat. Rimpang dapat ditanam sedalam 5―15 cm
dalam tanah. Rimpang yang telah matang dapat dipanen pada umur 6―10 bulan
setelah penanaman awal. Pemanenan ganyong setelah delapan bulan akan
memberikan produktivitas yang tinggi karena rimpang mengalami perbesaran
maksimum. Ganyong akan menjadi keras apabila lebih dari 10 bulan tidak
dipanen dan menyebabkan kandungan pati berkurang (Flach dan Rumawas 1996).
Curah hujan tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah dibutuhkan dalam
penanaman ganyong, sehingga dapat tumbuh baik di musim kemarau atau di
daerah kering. Jumlah embun mempengaruhi pertumbuhannya. Embun terlalu
banyak menyebabkan kelainan pertumbuhan daun dan merusak perkembangan
rimpangnya. Hasil atau produksi per hektar dari tanaman ini sangat tergantung
pada perawatan tanaman, jenis tanah, dan faktor produksi lainnya (Margarita et al.
2012). Di Pulau Jawa 1 ha areal pertanaman ganyong menghasilkan 30 ton (Ilmi
2012).
Pembudidayaan Ganyong di Indonesia
Bengkulu salah satu Provinsi di Pulau Sumatera telah mengembangkan
tanaman ganyong sebagai tanaman pangan. Masyarakat Bengkulu
Membudidayakan tanaman ganyong sebagai tanaman pekarangan rumah,
sebagian secara tradisional menanam sebagai tanaman perkebunan untuk
keperluan bahan baku industri rumah tangga (Yulfia 2012). Pada tahun 2012
Dinas Pertanian bekerjasama dengan pemerintah Provinsi telah mengembangkan
tanaman ganyong di daerah Bengkulu Tengah dalam rangka memproduksi pati
rimpang ganyong, sebagai bahan baku bagi masyarakat untuk produksi pangan
strategis di Provinsi Bengkulu.
Keanekaragaman terutama pada tanaman budi daya di Indonesia, membantu
dalam pengembangan dari kultivar unggul yang unik, beragam, dan stabil dari
karakter agronomi serta sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Indonesia

5
memiliki jumlah kultivar cukup banyak tetapi dari setiap kultivar yang ada belum
mempunyai standar klasifikasi tanaman budi daya. Keperluan standardisasi ini
dapat memberikan informasi bagi para petani, pemulia, peneliti, dan masyarakat
dalam hal ketetapan keseragaman atau kualitas pada setiap kultivar yang
dikembangkan (Rifai 2010). Standarisasi kultivar ini telah di atur khusus untuk
tanaman budi daya yang dibahas dalam International Code of Nomenclature for
Cultivated Plants (ICNCP) yang mendefinisikan dasar aturan klasifikasi tanaman
budi daya (Brickell et al. 2009; Rivera et al. 2014).
Kegiatan standardisasi kultivar mengacu pada pembeda dari yang lain
(distinctness), seragam dalam kultivarnya (uniformity) dan sifat-sifat penciri yang
bersifat stabil (stability) (Brickell et al. 2009). Standardisasi ini membantu dalam
memetakan, mengelompokan secara lengkap sehingga menyediakan dan dapat
menyusun sistem dari setiap variasi kultivar. Setiap tanaman budi daya di
Indonesia dalam jangka panjang akan tercirikan dengan beberapa karakter
pengenal, dapat dipertelakan dengan tegas sehingga dapat dibedakan dengan jelas
dengan kultivar lain (Rifai 2010).

6

3 BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 ― Januari 2014 di
Provinsi Bengkulu, meliputi Kota Bengkulu dan 7 Kabupaten (Bengkulu Tengah,
Kepahiang, Rejang Lebong, Lebong, Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, dan
Seluma) pada 57 lokasi (Lampiran 1). Pengamatan morfologi tanaman dilapangan
dan dilanjutkan di Laboratorium Taksonomi dan Sistematika Tumbuhan IPB
Bogor.
Bahan Tumbuhan
Bahan pengamatan morfologi berjumlah 57 contoh tanaman ganyong dan
ditambah 1 kultivar Canna hybrida ‘Picasso’. Contoh tanaman ganyong
dikumpulkan berasal dari 57 lokasi di Provinsi Bengkulu.
Pengambilan koleksi di lapangan
Pengambilan contoh tanaman ganyong dikumpulkan menggunakan
metode eksplorasi (Rugayah et al. 2004) dengan menelusuri lokasi tempat
masyarakat membudidayakan ganyong di perkarangan rumah dan perkebunan
(Lampiran 2). Setiap contoh tanaman ganyong dari setiap lokasi dikoleksi bagian
rimpang, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Contoh tanaman yang dikumpulkan
dari lapangan dibuat spesimen herbarium sebanyak dua duplikat dari masingmasing individu (van Steenis 1950; Kartawinata1977).
Pengamatan morfologi
Karakter morfologi tanaman gayong yang diamati meliputi rimpang,
batang, daun, bunga, buah, dan biji mengacu pada panduan deskriptor ganyong
diantaranya 34 karakter (Jiri dan Bela 2001) dengan beberapa modifikasi menjadi
65 karakter (Lampiran 3). Modifikasi karakter meliputi sisik, akar, ukuran
rimpang, bentuk daun (muda, ketiga, dan tua), warna serta pola warna daun (muda,
ketiga, dan tua), pola warna bibir mahkota (labellum), pola warna kepala sari
(stigma), warna buah (muda dan matang), produksi duri buah, warna duri (muda
dan tua), dan jumlah biji dalam satu karpel.
Analisis Data
Karakter morfologi yang diamati meliputi 61 karakter (Lampiran 4)
selanjutnya dianalisis berdasarkan karakter terpilih hasil dari karakterisasi
morfologi. Karakter yang tidak memiliki variasi dan karakter kuantitatif yang
bersifat kontinyu tidak digunakan dalam karakterisasi. Karakter morfologi terpilih
disajikan dalam bentuk skor. Bentuk skor berupa karakter menggunakan karakter
multistate ditransformasikan dengan angka 0, 1, 2, dan seterusnya. Hasil skor
karakter morfologi membentuk matriks data menggunakan program Microsoft

7
Excel. Matriks data dianalisis dengan menggunakan analisis komponen utama
(Principal Component Analysis (PCA)) untuk menunjukkan sebaran dan
pengelompokan dari setiap contoh tanaman ganyong, selanjutnya matrik data
dianalisis untuk melihat kemiripan antar kelompok menggunakan SIMQUAL (of
similarity for qualitative data) dan koefisien kemiripan SM (Simple Matching)
yang dilanjutkan menggunakan SAHN (Sequential Agglomerative Hierarchical
and Nested Clustering) dengan metode UPGMA (Unweighted Pair Group
Method with Arithmatic Average) menghasilkan dendogram 57 contoh tanaman
dengan 61 karakter morfologi. Selanjutnya, dilakukan pengelompokan karakter
morfologi untuk menyederhanakan 61 karakter morfologi dengan menggunakan
UPGMA sehingga didapatkan dendogram karakter morfologi. Hasil dendogram
61 karakter dipilih berdasarkan kriteria DUSS yaitu karakter pembeda dari yang
lain (distinctness), seragam dalam kultivarnya (uniformity), kemudahan (simple),
dan sifat-sifat penciri bersifat stabil (stability). Hasil dendogram karakter
morfologi pilihan berupa 20 karakter morfologi, kemudian dianalisis kembali
menggunakan UPGMA untuk mendapatkan dendogram 57 contoh tanaman
dengan 20 karakter morfologi. Semua analisis diuji tersebut menggunakan
program NTSYSpc (Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System)
versi 2.02 (Rolf 1998) yang menghasilkan dendogram.
Hasil pemilihan karakter morfologi (20 karakter) dianalisis dengan
program PAUP* (Phylogenetic Analysis Using Parsimony) versi 4.0b10
(Swofford 2002) untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai hubungan
filogenetik. Hasil pengelompokan dibuat kunci identifikasi kultivar tanaman
ganyong.

8

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Distribusi Pembudidayaan Ganyong di Bengkulu
Provinsi Bengkulu memiliki total Kabupaten yaitu sembilan Kabupaten,
sementara dari hasil eksplorasi dua kabupaten (Kabupaten Muko-Muko dan
Kabupaten Kaur) tidak ditemukan lokasi pembudidayaan ganyong. Ditemukan 57
lokasi pembudidayaan dari tujuh Kabupaten dan Kota Bengkulu (Gambar 3).

Gambar 3 Peta persebaran pembudidayaan tanaman ganyong di Provinsi
Bengkulu, ( ) lokasi pembudidayaan
Di Provinsi Bengkulu ganyong ditemukan tumbuh di dataran rendah
sampai dataran tinggi mulai ketinggian 0 hingga 1.250 mdpl. Titik terendah
ditemukan di kawasan dekat pesisir pantai, sedangkan titik tertinggi ditemukan
pada daerah kaki gunung (Lampiran 1). Sentra penanaman ganyong di Provinsi
Bengkulu paling banyak ditemukan di Kabupaten Rejang lebong. Masyarakat
banyak melakukan pembudidayaan tanaman ganyong secara tumpang sari yaitu
sebagai tanaman sela. Selain itu, ganyong tumbuh dan sengaja ditanam oleh
masyarakat di pekarangan rumah. Pengembangan budi daya ganyong dan
pengelolaannya telah dilakukan di Kabupaten Bengkulu Tengah tepatnya di Desa
Harapan Makmur. Ganyong telah menjadi komoditas unggulan pangan daerah
Bengkulu Tengah. Masyarakat setempat telah menanam ganyong dan telah
mengolah bahan baku ganyong menjadi produk-produk pangan yang telah
dipasarkan. Pemerintah daerah bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu telah mendirikan rumah produksi
masyarakat bernama “Anggrek Putih”.

9
Pengelompokan Ganyong berdasarkan Analisis Fenetik
Sebanyak 57 contoh tanaman ganyong di Provinsi Bengkulu yang diamati,
berdasarkan 61 karakter morfologi untuk mengetahui pengelompokan dianalisis
menggunakan komponen utama (Principal Component Analysis (PCA))
(Gambar 4). Pengelompokan 57 contoh tanaman ganyong menghasilkan 7
kelompok berdasarkan komponen utama I dan II yang menentukan 55.80%
keragaman (Lampiran 5). Analisis PCA ini menunjukkan adanya sebaran data dari
masing-masing contoh tanaman ganyong dalam bentuk yang lebih ringkas,
sehingga menampilkan variasi antar kelompok (Sebola dan Balkwill 2013) dan
memunculkan pembagian plot kelompok dari setiap variasi ganyong.
0.23

PC II (15.5%)

0.18

0.13

0.09

0.04
-0.24

-0.22

0.01

0.14

0.27

PCI (40.3%)

Gambar 4 PCA (Principal Component Analysis) dari 57 contoh tanaman ganyong
Berdasarkan analisis PCA dari 7 kelompok yang dihasilkan, belum dapat
diidentifikasi karakter morfologi penyebab pengelompokan dan hubungan antar
57 tanaman ganyong yang diamati. Salah satu contoh pada kelompok I dan III
masing-masing kelompok terpisah pada komponen I dan II tetapi tidak diketahui
hubungan antar kelompok tersebut. Maka dilakukan analisis clustering untuk
mengetahui hubungan antar kelompok berdasarkan nilai koefisien kemiripan
menggunakan metode UPGMA terbentuk dendogram (Gambar 5). Hasil analisis
pengelompokan yang diturunkan dari matriks kemiripan morfologi, ganyong tidak
mengelompok berdasarkan daerah asal ataupun ketinggian daerah.
Pengelompokan dibentuk berdasarkan kemiripan 61 karakter morfologi tertentu.
Seluruh individu menjadi satu kelompok pada kemiripan morfologi 0.21.
Pengelompokan berdasarkan karakter morfologi menunjukkan bahwa 57 contoh
tanaman ganyong berada pada kisaran kemiripan 0.21–1.00. Pada kemiripan 0.45
ganyong terbagi atas dua kelompok utama (A dan B). Kedua kelompok utama ini

10
10
terpisah berdasarkan karakter rimpang, warna sisik rimpang, warna akar serabut
dan warna daging rimpang.
Kelompok utama A terdiri dari 31 contoh tanaman. Kelompok ini
mewakili kelompok ganyong dengan karakter rimpang putih kecokelatan, warna
sisik cokelat hingga cokelat kehitaman, warna akar pada permukaan rimpang
serabut cokelat muda dan warna daging rimpang putih hingga putih krem
sehingga dinamai kelompok utama ini kelompok rimpang putih. Kelompok utama
ini memiliki tingkat kemiripan lebih rendah dibanding kelompok utama B.
Kelompok utama A terbagi menjadi empat kelompok dengan nilai kemiripan 0.53
yaitu kelompok IV, V, VI dan VII setiap kelompok terpisah berdasarkan karakter
daun, bunga berupa braktea, kelopak, mahkota, benang sari tidak berkembang
(steril). Kelompok IV terdiri dari 15 contoh tanaman dan terpisah pada nilai
kemiripan 0.84. Memiliki karakter ukuran rimpang sedikit lebih kecil bekisar
antara 18―45 cm, bangun daun bulat telur dengan tepi rata. Karakter pembeda
lain berupa karakter bunga yaitu bentuk ujung benang sari tidak berkembang
(steril) lebih tumpul dan warna benang tidak berkembang (steril) merah hingga
merah-jingga.
Bk1
Bk2
Bk4
Bt6
Kp3
Bu2
Bu6
Bs2
Bk9
Bu7
Sl5
Sl6
Sl4
Bu1
Bt1
Bt7
Rl11
Bt10
Lb2
Bu4
Bk7
Bt4
Bt9
Kp5
Kp6
Rl6
Bs3
Rl10
Bt2
Bu3
Bu5
Bk3
Kp2
Rl2
Bk8
Bk6
Bt8
Sl1
Sl2
Sl3
Bs1
Bk5
Kp1
Bt3
Kp4
Kp7
Lb1
Rl1
Rl12
Rl5
Rl8
Rl13
Rl3
Rl4
Rl7
Rl9
Bt5
0.21

0.21

0.41

0.41

0.45

0.53

0.61 0.61

Coefficient

0.80

0.80

1.00

1.00

Koefisien kemiripan

Gambar 5 Dendogram dari 57 contoh tanaman ganyong menggunakan clustering
UPGMA berdasarkan fenetik

IV

V

VII
VI
III
I

II

11
11
Masing-masing kelompok V, VI, VII terpisah pada karakter bentuk daun,
struktur, warna bunga, bentuk, dan warna buah. Kelompok V terpisah pada nilai
kemiripan 0.88. Karakter khusus yang memisahkan kelompok V berupa bangun
daun bulat telur hingga bulat telur lebar, mahkota merah dan benang sari tidak
berkembang (steril) dalam berwarna merah-jingga kekuningan. Kelompok ini
terdiri 5 contoh tanaman. Kelompok VI karakter yang membedakan berupa warna
braktea hijau keputihan, mahkota berwarna kuning muda hingga kuning-merah
muda dan warna benang sari kuning. Kelompok ini memiliki nilai kemiripan 0.92.
Kelompok VII terdiri dari 8 contoh tanaman ganyong dan terpisah pada nilai
kemiripan 0.84. Kelompok ini memiliki karakter berupa daging rimpang putih
kekuningan dengan ukuran rimpang lebih besar dibandingkan kelompok lain
antara 20.5―40.5 cm. Karakter lain berupa ukuran bunga lebih besar berkisar 6.6
x 1.2 cm. Mahkota berwarna kuning muda hingga kuning kehijauan dan benang
sari tidak berkembang (steril) berwarna kuning bercak jingga dan ujung robek.
Kelompok ini memiliki karakter sangat berbeda dari setiap kelompok yang
ditemukan.
Kelompok utama B terbagi menjadi 3 kelompok terdiri dari kelompok I, II,
III dengan nilai kemiripan 0.49. Kelompok utama B memiliki karakter rimpang
putih kemerahan, warna sisik coklat kemerahan, warna akar serabut pada
permukaan rimpang coklat, dan warna daging rimpang merah muda sehingga
dinamai kelompok utama rimpang merah. Masing-masing kelompok I, II, III
terpisah berdasarkan karakter rimpang, daun, bunga, dan buah. Kelompok I terdiri
dari 4 koleksi dengan nilai kemiripan 0.96. Kelompok ini memiliki karakter
berupa rimpang berwarna putih kemerahan, daging rimpang merah muda dengan
panjang rimpang mencapai 50-65 cm. Bangun daun bulat telur hingga bulat telur
lebar dan pinggir daun mengombak. Karakter pembeda lain berupa warna benang
sari tidak berkembang (steril) merah-jingga dan memiliki ujung tumpul dan robek.
Karakter buah memiliki warna hijau muda kemerahan hingga hijau. Kelompok II
terdiri dari 16 contoh tanaman ganyong dan memiliki nilai kemiripan 0.80.
Kelompok ini disatukan oleh karakter rimpang kemerahan, daging rimpang merah
muda dengan ukuran 45―50 cm. Karakter lain berupa bentuk daun berupa bulat
telur dan lanset, tepi daun rata, warna daun merah kehijauan serta memiliki pola
pigmentasi warna daun pada bagian tulang daun utama, dan pinggir daun.
Kelompok terakhir pada kelompok utama B yaitu kelompok III memiliki nilai
kemiripan 0.92 terdiri dari 4 contoh tanaman ganyong. Memiliki karakter
pembeda pada bentuk daun bulat telur, tepi daun rata dan mengombak. Memiliki
pola pigmentasi warna daun merah kehijauan terletak di tulang dan pinggir daun.
Karakter Penciri Ganyong
Pengelompokan yang dihasilkan dari analisis fenetik berupa 61 karakter
morfologi (Lampiran 2) dapat dijadikan penentu tingkat kedekatan dalam
klasifikasi tanaman ganyong. Untuk kebutuhan praktis diperlukan suatu sistem
pengelompokan berdasarkan karakter diagnosis dan tetap didukung dengan
karakter lainnya. Pemilihan karakter ini dianalisis menggunankan clustering
dengan membalik karakter sebagai acuan analisis dari 57 contoh tanaman
ganyong. Berdasarkan hasil dendogram (Gambar 6) diperoleh pengelompokan

12
12
berdasarkan 61 karakter morfologi menghasilkan kisaran kemiripan berada antara
0.12―1.00.

0.12
0.12

0.34
0.34

0.56

0.56
Koefisien kemiripan

0.78
0.78

1.00
1.00

Gambar 6 Dendogram 61 karakter morfologi tanaman ganyong menggunakan
clustering UPGMA
Penyederhanaan karakter berarti memberikan nilai lebih atau kurang pada
karakter yang akan diujikan. Ada beberapa tipe penyederhanaan karakter yaitu
menyaring karakter didasarkan pada tujuan penelitian, ketersedian material dan
pengalaman (Dunn dan Everitt 1982). Berdasarkan hasil dendogram 61 karakter
morfologi dilakukan pemilihan karakter penting dari tanaman ganyong.
Penyederhanaan karakter morfologi tanaman ganyong disusun berdasarkan
pengamatan di lapangan berupa karakter penentu dari setiap variasi ditemukan,
sifat biologi tanaman, dan kriteria kultivar dikelompokan atas dasar pembeda dari
yang lain (distinctness), seragam dalam kultivarnya (uniformity) dan sifat-sifat
penciri yang bersifat stabil (stability) (Brickell et al. 2009) dan kemudahan

13
13
(simple). Karakter morfologi terpilih berupa 20 karakter morfologi yang mewakili
setiap karakter rimpang, daun, dan bunga (Tabel 1).
Penyederhanaan 20 karakter morfologi juga didasari pengamatan di
lapangan berupa karakter penentu dari setiap variasi ditemukan (Tabel 1).
Karakter morfologi ini dapat digunakan untuk melihat hubungan antar kelompok
dan menghasilkan sistem pengelompokan kultivar tanaman ganyong.
Pengelompokan karakter morfologi memudahkan dalam sistem pengelompokan
tanaman budi daya. Hasil pengelompokan dijadikan rujukan praktis bagi para
pemulia, petani, dan masyarakat.
Tabel 1. 20 karakter morfologi tanaman ganyong
No
No
No
No
Karakter
Karakter morfologi
Karakter
keKe1.
1
Warna rimpang
11.
35
2.
4
Warna daging rimpang
12.
33
3.
7
Bentuk daun
13.
34
4.
8
Tepi daun
14.
37

5.

15

Warna pinggir daun
muda

15.

38

6.

21

Warna daun muda atas

16.

39

7.
8.
9.

26
28
30

Pola warna daun tua
Warna tangkai daun
Warna braktea

17
18.
19.

43
44
42

10.

31

Jumlah braktea

20.

45

Karakter morfologi
Warna petal
Warna sepal
Bentuk sepal
Warna benang sari
tidak berkembang
(steril)
Pola warna benang
sari tidak
berkembang (steril)
Bentuk benang sari
tidak berkembang
(steril)
Warna stigma
Pola warna stigma
Bentuk benang sari
fertil
Warna petaloid
filament

Hasil analisis pengelompokan clustering UPGMA pada tanaman ganyong
berdasarkan kemiripan dari 20 karakter morfologi. Seluruh individu menjadi satu
kelompok pada kemiripan morfologi 0.12. Pengelompokan berdasarkan karakter
morfologi menunjukkan bahwa 57 contoh tanaman ganyong berada pada kisaran
kemiripan 0.12―1.00 (Gambar 7).
Dibandingkan dengan hasil dendogram 61 karakter morfologi dan 20
karakter morfologi ganyong, hanya dibedakan berdasarkan nilai koefisien
kemiripan antar dua dendogram. Pembagian kelompok utama antar dendogram
yang dihasilkan tidak berbeda, yaitu terbagi atas dua kelompok ganyong rimpang
merah dan rimpang putih. Pembagian dari tujuh kelompok dan anggota kelompok
masing-masing kelompok yang dihasilkan tidak ada perbedaan. Sebagai contoh
pada anggota kelompok VI terdiri dari tiga anggota kelompok yaitu Bt 2, Bu 3,
dan Bu 5. Anggota kelompok ini sama dengan dendogram 61 karakter maupun 20
karakter. Perbedaan hanya terletak pada posisi antara kelompok I dan II. Pada
dendogram 61 karakter morfologi terpisah pada nilai koefisien kemiripan 0.49,

14
14
sedangkan dendogram 20 karakter nilai koefisien kemiripan 0.30. Hasil
dendogram 20 karakter memperlihatkan bahwa struktur dendogram lebih baik
dibandingkan 61 karakter. Dalam hal pengamatan morfologi tanaman ganyong
apabila dilakukan pengamatan 61 karakter morfologi maka bagi para pemulia
akan tidak efisien, sehingga akan lebih baik menggunakan 20 karakter untuk
memudahkan mengamati tanaman ganyong. Dari 20 karakter yang dihasilkan ini
dapat dijadikan rujukan untuk para pemulia membudidayakan dan merakit
tanaman ganyong dan menghasilkan kultivar atau benih unggul.
Bk1
Bk2
Bk4
Bt6
Kp3
Bu2
Bu6
Bk9
Bu7
Sl4
Sl5
Sl6
Bu1
Bs2
Bt1
Bt7
Bt10
Lb2
Rl11
Bu4
Bk7
Bt4
Bt9
Rl10
Kp5
Kp6
Rl6
Bs3
Bt2
Bu3
Bu5
Bk3
Bk8
Kp2
Rl2
Bk5
Rl3
Lb1
Rl1
Rl5
Rl8
Rl12
Rl13
Bt3
Kp1
Kp4
Kp7
Rl4
Rl7
Rl9
Bt5
Bk6
Bt8
Sl1
Sl2
Sl3
Bs1

IV

V

VII
VI
III

II
I

0.12

0.12

0.30

0.34

0.34

0.52

0.56

0.56
Coefficient

0.78

0.78

1.00

1.00

Koefisien kemiripan
Gambar 7 Dendogram dari 57 contoh tanaman ganyong dengan 20 karakter
morfologi menggunakan clustering UPGMA
Hubungan Antar Kelompok Tanaman Ganyong Berdasarakan Analisis
Kladistik
Hasil analisis kladistik dengan menggunakan PAUP* 4.0b10 (Swofford
2002), terhadap tujuh kelompok ganyong dan satu outgroup yaitu Canna hybrida
‘Picasso’. Dengan menggunakan 20 karakter morfologi, diperoleh nilai CI (indeks
konsistensi) sebesar 0.974, bahwa kelompok ganyong, cukup konstan dan tingkat

15
15
evolusi rendah. Nilai CI ini menunjukkan tingkat evolusi dari setiap kelompok
yang di analisis. Nilai RI (indeks retensi) adalah 0.894, berarti ciri apomorph
tinggi dan homoplasi ciri rendah. Hal ini menunjukkan bahwa phylogram ini
dapat dipercaya.
Phylogram diihasilkan (Gambar 8) membagi atas dua kelompok utama.
Kelompok utama I terpisah pada nilai bootstrap 87, yaitu kelompok 1, 2, dan 3.
Pembagian klad antara kelompok 3 dan 1 kurang dari 70 sehingga susunan sister
klad dan anggotanya masih dapat berubah. Kelompok utama II terpisah dengan
nilai bootstrap 80 yaitu kelompok 6, 7, 4, dan 5. Nilai bootstrap kelompok ini
mencapai lebih dari 70, menunjukkan bahwa susunan masing-masing klad telah
mencapai konsistensinya dan peluang terjadinya perubahan susunan adalah rendah.
Nilai bootstrap dapat menunjukkan antar klad tersebut merupakan spesies yang
sama tetapi diduga berbeda varian. yang terbentuk dari hasil analisis
menggunakan maximum parsimony menunjukkan adanya monofiletik pada setiap
kelompok (Simpson 2006).
Dalam hasil analisis ini kelompok utama I menjadi nenek moyang untuk
kelompok utama II. Kelompok utama I merupakan kelompok rimpang merah,
sedangkan kelompok utama II adalah kelompok rimpang putih. Adapun dua
kelompok utama ini terpisah berdasarkan karakter penting yaitu rimpang (warna
dan daging rimpang), daun (bentuk daun, warna pinggir daun muda dan pola
warna daun tua), bunga (warna braktea, sepal, petal, benang sari tidak
berkembang (steril), stigma). Pemisahan antar kelompok ini menimbulkan adanya
hubungan kekerabatan antar variasi kelompok yang ada. Adanya variasi suatu
organisme dan susunan hubungan kekerabatan, muncul akibat perubahanperubahan terjadi selama evolusi menjadi sebuah sistem klasifikasi yang
mencerminkan evolusinya (Kim et al. 2014).

Gambar 8 Phylogram ganyong dan outgroup Canna hybrid ‘Picasso’

16
16
Taksonomi Ganyong
Kelompok kultivar ganyong
Kelompok I
Kelompok I (Gambar 9) secara morfologi memiliki karakter rimpang
merah, rimpang ini dikonsumsi masyarakat, daun bulat telur dan bulat telur lebar,
tepi mengombak, berwarna hijau muda hingga hijau kemerahan, tulang, urat, dan
pinggir daun berwarna merah, benang sari tidak berkembang (steril) berwarna
merah jingga, buah hijau muda kemerahan.
Habitat. Ketinggian 26―225 meter dpl.
Persebaran. Perkebunan dan halaman rumah masyarakat. Kota Bengkulu,
Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Seluma, Kabupaten Bengkulu Selatan.
No koleksi : Bk 6, Bt 8, Sl 1, Sl 2, Sl 3, Bs 1 (Lampiran 1).
Rimpang, putih kemerahan, sisik pada permukaan coklat, akar serabut coklat,
daging rimpang merah muda, panjang 50–65 cm, diameter 3–10 cm. Daun, bulat
telur lebar (6:5), pangkal daun dan ujung daun meruncing, tepi mengombak, daun
hijau muda kemerahan, hijau kemerahan, 13–35.6 x 7.7–19 cm, pinggir daun
merah, merah tua hingga merah kehijauan, pola pigmentasi warna daun di urat,
tulang dan pinggir daun, tulang daun merah, merah tua hingga merah lembayung,
pelepah daun merah keunguan, lapisan lilin pada pelepah daun, tangkai daun
merah lembayung, terdapat lapisan lilin pada tangkai daun. Bunga, braktea 1,
merah muda, bulat telur terbalik, pola pigmentasi warna merata, ujung braktea
rompong dan tumpul, daun kelopak 3, merah muda, bulat telur, pola pigmentasi
warna merata, ujung runcing, daun mahkota 3, merah-jingga, pola pigmentasi
warna merata, ujung bibir mahkota runcing, pola pigmentasi warna merata,benang
sari tidak berkembang (steril) 3, merah-jingga, pola pigmentasi warna merata,
ujung tumpul dan robek, benang sari tidak berkembang (steril) dalam 1, merah
jingga, ujung tumpul, kepala putik 1, kuning kemerahan, pola pigmentasi warna
merata, ujung tumpul, benang sari fertil 1, merah bercak jingga, pola pigmentasi
warna bercak, ujung tumpul, kepala sari 1, coklat-keputihan, pola pigmentasi
warna merata, memanjang, ujung tumpul, serbuk sari kedua, putih, serbuk. Buah,
bakal buah hijau muda-kemerahan, buah dalam satu percabangan 2, bulat, buah
muda hijau muda kemerahan hingga hijau, buah matang hijau muda hingga hijau,
permukaan buah duri tumpul, duri muda hijau muda hingga hijau kemerahan, duri
matang coklat, daun buah 3, lapisan dalam daun buah putih, bergetah. Biji, bulat
dan bulat telur, biji muda putih, biji matang hitam.

17
17

Gambar 9 Kelompok I, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan,
(E) Buah
Kelompok II
Kelompok II (Gambar 10) secara morfologi memiliki karakter rimpang
putih kemerahan, rimpang ini dikonsumsi masyarakat, daun bulat telur dan lanset,
tepi rata, tulang daun dan pinggir daun berwarna merah lembayung, benang sari
tidak berkembang (steril) berwarna merah lembayung, buah merah lembayung.
Habitat. Ketinggian 25 –1123 meter dpl.
Persebaran. Perkebunan dan halaman rumah masyarakat. Kota Bengkulu,
Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Lebong,
Kabupaten Rejang Lebong.
No koleksi : Bk 5, Bt 3, Bt 5, Kp 1, Kp 4, Kp 7, Lb 1, Rl 1, Rl 3, Rl 4, Rl 5, Rl 7,
Rl 8, Rl 9, Rl 12, Rl 13 (Lampiran 1).
Rimpang, putih kemerahan, sisik pada permukaan rimpang coklat kemerahan,
akar serabut coklat, daging rimpang merah muda, panjang 45–50 cm, diameter 3–
8 cm. Daun, bulat telur dan lanset, pangkal daun dan ujung daun meruncing, tepi
rata, daun merah lembayung, merah kehijauan, hijau muda kemerahan, hijau
kemerahan, hijau kemerahan-kuning hingga hijau kekuningan, 6.7–40.5 x 4.2–
15.6 cm, pinggir daun merah lembayung, merah hingga merah kehijauan, pola
pigmentasi warna daun tulang dan pinggir daun, tulang daun merah lembayung,
merah kehijauan, hijau kemerahan hingga hijau, pelepah daun merah lembayung,
pelepah daun tidak ada lapisan lilin, tangkai daun merah lembayung, tidak ada
lapisan lilin. Bunga, braktea 1, lembayung, pola pigmentasi warna merata, ujung
tumpul, daun kelopak 3, lembayung, pola pigmentasi warna merata, menjorong,
ujung runcing, daun mahkota 3, merah lembayung, pola pigmentasi warna merata,
ujung bibir mahkota runcing, pola pigmentasi warna merata, benang sari tidak
berkembang (steril) 3, merah, pola pigmentasi warna merata, ujung tumpul dan
rompong, benang sari tidak berkembang (steril) dalam 1, merah, ujung tumpul
dan menggulung, kepala putik 1, merah, pola pigmentasi warna merata, ujung
tumpul, benang sari fertil 1, merah, pola pigmentasi warna merata, ujung tumpul,

18
18
kepala sari 1, putih kecoklatan, pola pigmentasi warna merata, memanjang,
bergaris pada bagian tengah, ujung tumpul, serbuk sari kedua, putih kecoklatan,
serbuk. Buah, bakal buah merah lembayung, buah dalam satu percabangan 2,
buah bulat, buah muda merah lembayung, buah matang hijau muda hingga hijau,
permukaan buah duri tumpul, duri muda merah lembayung, duri matang coklat
hingga coklat kehitaman, daun buah 3, lapisan dalam daun buah putih,bergetah.
Biji, bulat, biji muda putih hingga putih krem, biji matang hitam.

Gambar 10 Kelompok II, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan,
(E) Buah
Kelompok III
Kelompok III (Gambar 11) secara morfologi memiliki kemiripan dengan
kelompok I, tetapi memiliki rimpang berwarna krem kemerahan, rimpang ini
dikonsumsi masyarakat, daun bulat telur, tepi rata, tulang daun dan pinggir daun
berwarna merah lembayung, benang sari tidak berkembang (steril) berwarna
merah.
Habitat. Ketinggian 18–1089 meter dpl.
Distribusi. Perkebunan dan halaman rumah masyarakat. Kota Bengkulu,
Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Rejang Lebong.
No koleksi : Bk 3, Bk 8, Kp 2, Rl 2 (Lampiran 1).
Rimpang krem kemerahan, sisik pada permukaan rimpang coklat kemerahan,
akar serabut coklat, daging rimpang merah muda, panjang 48–56 cm, diameter 3–
8 cm. Daun bulat telur, pangkal daun dan ujung daun meruncing, tepi utuh dan
mengombak, warna daun merah kehijauan, hijau kemerahan hingga hijau, tulang
daun merah kehijauan, merah hingga hijau, ukuran 10–30 x 5.8–15 cm, pinggir
daun merah lembayung, merah hingga hijau, pola pigmentasi warna daun tulang
dan pinggir daun, tulang daun merah kehijauan, merah hingga hijau, pelepah
daun merah lembayung, memiliki lapisan lilin pada pelepah daun, tangkai daun
merah, memiliki lapisan lilin pada tangkai daun. Bunga, braktea 1, merah
kehijauan, pola pigmentasi warna merata, ujung memotong, daun kelopak 3,

19
19
merah hijau, pola pigmantesi warna merata, menjorong, ujung tumpul, daun
mahkota 3, merah, pola pigmentasi warna merata, ujung bibir mahkota runcing,
pola pigmentasi warna merata, benang sari tidak berkembang (steril) 3, merah,
pola warna pigmentasi merata, ujung tumpul dan rompong, benang sari tidak
berkembang (steril) dalam 1, merah, ujung tumpul, kepala putik 1, merah, pola
pigmentasi warna merata, ujung tumpul, benang sari fertil 1, merah, pola
pigmentasi warna merata, ujung tumpul, kepala sari putih kecoklatan, pola
pigmentasi warna merata, memanjang, bergaris pada bagian tengah, ujung tumpul,
serbuk sari kedua putih, serbuk. Buah, bakal buah hijau kemerahan, buah dalam
satu percabangan 2, buah bulat, buah muda hijau kemerahan, buah matang coklat,
permukaan buah duri tumpul, duri muda hijau kemerahan, duri matang coklat,
daun buah 3, lapisan dalam daun buah putih, bergetah. Biji bulat, biji muda putih
hingga putih krem, biji matang hitam.

Gambar 11 Kelompok III, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan,
(E) Buah
Kelompok IV
Kelompok IV (Gambar 12) secara morfologi memiliki karakter rimpang
putih kecoklatan, rimpang ini dikonsumsi masyarakat, daun bulat telur, tepi rata,
daun berwarna hijau muda, hijau hingga hijau kekuningan, benang sari tidak
berkembang (steril) berwarna merah jingga, pola warna bunga bercak, buah hijau
muda.
Habitat. Ketinggian 0–543 meter dpl
Distribusi. Perkebunan dan halaman rumah masyarakat. Kota Bengkulu,
Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Bengkulu Utara,
Kabupaten Seluma, Kabupaten Bengkulu Selatan.
No koleksi : Bk 1, Bk 2, Bk 4, Bk 9, Bt 1, Bt 6, Kp 3, Bu 1, Bu 2, Bu 6, Bu 7, Sl 4,
Sl 5, Sl 6, Bs 2 (Lampiran 1).
Rimpang putih kecoklatan, sisik pada permukaan rimpang sisik coklat, akar
serabut coklat muda, daging rimpang putih, panjang 30–45 cm, diameter 2.5–6

20
20
cm. Daun bulat telur (2:3), pangkal daun dan ujung daun meruncing, tepi daun
rata, daun hijau muda, hijau hingga hijau kekuningan, ukuran 4.9–37.6 x 3.6–15
cm, pinggir daun hijau muda-putih, hijau muda, hijau hingga hijau kekuningan,
pola pigmentasi warna daun merata seluruh daun, tulang daun hijau muda, hijau
hingga hijau kekuningan, pelepah daun hijau muda, memiliki lapisan lilin pada
pelepah daun, tangkai daun hijau, tidak memiliki lapisan lilin. Bunga, braktea 1,
putih kehijauan, pola pigmentasi warna merata, ujung memotong, daun kelopak 3,
hijau kemerahan, pola pigmentasi warna merata, menjorong, ujung runcing, daun
mahkota 3, merah muda hingga merah jingga, pola pigmentasi merata, ujung bibir
mahkota runcing, pola pigmentasi merata, benang sari tidak berkembang (steril)
3, merah, pola pigmentasi warna merata, ujung tumpul dan rompong, benang sari
tidak berkembang (steril) dalam 1, merah jingga, ujung tumpul, kepala putik 1,
merah jingga, pola pigmentasi warna bercampur, ujung tumpul, benang sari fertil
1, merah jingga, pola pigmentasi warna bercak, ujung tumpul, kepala putik 1,
kuning kecoklatan, pola pigmentasi warna merata, memanjang, bergaris pada
bagian tengah, ujung tumpul, serbuk sari kedua, kuning-putih, serbuk. Buah,
bakal buah hijau muda, buah dalam satu percabangan 2, buah bulat hinga lonjong,
buah muda hijau muda, buah matang coklat kehitaman, permukaan buah duri
tumpul, duri muda hijau muda, duri matang hitam, daun buah 3, lapisan dalam
daun buah putih, bergetah. Biji bulat, biji muda putih, biji matang hitam.

Gambar 12 Kelompok IV, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan,
(E) Buah
Kelompok V
Kelompok V (Gambar 13) secara morfologi memiliki karakter rimpang
putih kecoklatan, rimpang ini dikonsumsi masyarakat, daun bulat telur dan bulat
telur lebar, tepi rata, daun berwarna hijau muda, hijau hingga hijau kek