Vigor Of Lime Seed (Citrus Amblycarpa Hassk. Ohcse) On Saline And Drought Conditions

VIGOR BENIH JERUK LIMAU (Citrus amblycarpa Hassk.
Ohcse) PADA KONDISI SALIN DAN KEKERINGAN

CHOIRUL UMAM

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Vigor Benih Jeruk
Limau (Citrus amblycarpa Hassk. Ohcse) pada Kondisi Salin dan Kekeringan
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing skripsi dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015

Choirul Umam
NIM A24110173

ABSTRAK
CHOIRUL UMAM. Vigor Benih Jeruk Limau (Citrus amblycarpa Hassk. Ohcse)
pada Kondisi Salin dan Kekeringan. Dibimbing oleh FAIZA C. SUWARNO dan
ANGGI NINDITA.
Jeruk limau dibudidayakan di berbagai negara untuk digunakan sebagai
bumbu masak biasanya sebagai pewangi, penyedap dan pembersih muka.
Tanaman diperbanyak secara generatif dengan benih atau vegetatif dengan
penyambungan. Masih sedikit informasi tentang vigor benih jeruk limau pada
kondisi stress. Penelitian ini terdiri atas dua percobaan yaitu percobaan pada
kondisi salin dan kekeringan. Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu
dan Teknologi Benih Institut Pertanian Bogor sejak bulan Maret sampai Juli 2015.
Tujuan penelitian ini untuk memberikan informasi tentang vigor benih jeruk limau
pada kondisi salin dan kekeringan. Percobaan pertama yaitu menguji vigor benih
jeruk limau pada kondisi salin yang berbeda menggunakan NaCl yaitu: 0, 1500

ppm, 3000 ppm dan 4500 ppm. Percobaan kedua yaitu menguji vigor benih jeruk
limau pada berbagai kondisi kekeringan menggunakan PEG 6000 pada 0, -0.75
bar, -1.5 bar dan -2.25 bar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi salin dan
kekeringan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap penurunan daya
berkecambah, indeks vigor dan bobot kering kecambah normal. Semakin tinggi
konsentrasi NaCl (kondisi salin) atau PEG 6000 (kondisi kekeringan), nilai
persentase daya berkecambah benih jeruk limau semakin kecil.
Kata kunci: jeruk limau, kekeringan, salin, vigor

ABSTRACT
CHOIRUL UMAM. Vigor of Lime Seed (Citrus amblycarpa Hassk. Ohcse) on
Saline and Drought Conditions. Supervised by FAIZA C. SUWARNO and
ANGGI NINDITA
Lime is cultivated in many countries as food ingredient, food fragrances,
flavorings and face cleaner. The crop is propagated by seeds generatively or by
grafting vegetatively. There are limited information available on lime’s seed vigor
in stress conditions. The research was consist of two experiment, i.e. saline and
drought conditions. The experiment was conducted at the Laboratory of Seed
Science and Technology IPB from March to July 2015. The objective of this
research was to provide information related to vigor of lime seed in saline and

drought conditions. First experiment was tested the vigor of lime seeds in
different saline conditions by using NaCl, i.e. 0 ppm, 1500 ppm, 3000 ppm and
4500 ppm. Second experiment tested the vigor of lime seeds in different drought
conditions using PEG 6000 at 0 bar, -0.75 bar, -1.5 bar and -2.25 bar. The
experiment elucidated that saline and drought conditions significantly decreased
germination percentage, vigor index and dry weight of normal seedling. The
higher the concentration of NaCl (salinity condition) or PEG 6000 (drought
condition), the smaller the germination percentage of lime seeds.
Key words : drought, lime seed, saline, vigor

VIGOR BENIH JERUK LIMAU (Citrus amblycarpa Hassk.
Ohcse) PADA KONDISI SALIN DAN KEKERINGAN

CHOIRUL UMAM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah-Nya dan tidak lupa shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulisan
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul Vigor Benih Jeruk
Limau (Citrus Amblycarpa Hassk. Ohcse) pada Kondisi Salin dan Kekeringan.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Faiza C. Suwarno,
MS dan Ibu Anggi Nindita, SP MSi sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahannya selama penelitian dan penyusunan skripsi
ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih penulis
sampaikan kepada Bapak Ir. Winarso D. Widodo, MS.PhD atas masukan dan
sarannya. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Faiza C.
Suwarno, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membimbing

penulis selama perkuliahan. Penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua
orang tua yang telah memberikan do’a dan dukungan baik moril maupun materil.
Terima kasih kepada Kementerian Agama RI yang telah membiayai penulis
selama studi. Terima kasih kepada teman-teman Agronomi dan Hortikultura
angkatan 48. Semoga Allah yang Maha Mulia, dengan keluasan karunia dan
anugerah-Nya menjadikan skripsi ini bermanfaat dan memberikan pahala atas
karya ini.
Bogor, Oktober 2015

Choirul Umam

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

1

Hipotesis

2

TINJAUAN PUSTAKA

2


Jeruk Limau (Citrus amblycarpa Hassk. Ohcse)

2

Viabilitas dan Vigor Benih

2

Cekaman Lingkungan

3

Cekaman Salinitas

4

Cekaman Kekeringan

5


METODE PENELITIAN

6

Tempat dan Waktu

6

Bahan dan Alat

6

Pelaksanaan Percobaan

6

Rancangan Percobaan

9


HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Kondisi Umum

10

Vigor Kekuatan Tumbuh Benih Jeruk Limau Pada Kondisi
Cekaman Salin

11

Vigor Kekuatan Tumbuh Benih Jeruk Limau Pada Kondisi
Cekaman Kekeringan

15

KESIMPULAN DAN SARAN


20

Kesimpulan

20

Saran

20

DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

20

DAFTAR TABEL
1. Nilai daya berkecambah benih jeruk limau pada percobaan
pendahuluan

10


2. Hasil rekapitulasi analisis sidik ragam vigor kekuatan tumbuh
benih jeruk limau pada kondisi salin

11

3. Nilai tengah vigor kekuatan tumbuh benih jeruk limau pada
kondisi salin

11

4. Hasil rekapitulasi analisis sidik ragam vigor kekuatan tumbuh
benih jeruk limau pada kondisi kekeringan

15

5. Nilai tengah vigor kekuatan tumbuh benih jeruk limau pada
kondisi kekeringan

16

DAFTAR GAMBAR
1. Pengaruh kondisi salin terhadap daya berkecambah benih jeruk
limau

13

2. Pengaruh kondisi kekeringan terhadap daya berkecambah benih
jeruk limau

18

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri buah-buahan tropika mulai tumbuh cepat semenjak tahun 1980.
Perkembangan industri ini mengalami beberapa kendala, diantaranya adalah skala
usaha kebun buah-buahan yang masih sempit. Sebagai negara tropika dengan
areal yang cukup luas di dunia, peran Indonesia dalam produksi buah-buahan
tropika cukup besar. Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan banyak
lahan yang belum dimanfaatkan dengan optimal, tetapi tidak mudah untuk
mendapatkan lahan yang cukup luas dan sesuai untuk pengembangan buahbuahan. Sebagian lahan yang mempunyai tingkat kesesuaian yang tinggi sudah
dimanfaatkan untuk usaha lain (Poerwanto 2003).
Jeruk limau memiliki pohon berbentuk perdu kecil dengan tinggi 1-2 m.
Buahnya berukuran kecil dengan diameter antara 2-3 cm dan rasanya asam.
Manfaat jeruk limau hampir sama dengan jeruk nipis yaitu daun dan buahnya
sebagai campuran bumbu masak biasanya sebagai pewangi, penyedap dan
pembersih muka.
Tanaman jeruk di Indonesia sebagian besar diperbanyak dengan cara okulasi
atau penyambungan. Okulasi adalah teknik perbanyakan tanaman dengan
memadukan bibit yang unggul dari batang atas dan batang bawah. Batang bawah
dipilih dari jenis jeruk yang memiliki sifat antara lain perakaran yang bagus, tahan
terhadap hama dan penyakit, tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim
seperti kondisi salin dan kekeringan. Batang bawah biasa diperbanyak langsung
dengan biji (generatif). Batang bawah yang sudah umum digunakan di Indonesia
adalah jenis Japansche Citroen (JC) dan Rough Lemon (RL). Pengelolaan kebun
jeruk yang baik sangat ditentukan oleh kualitas bibit yang digunakan dan
ketersediaan sarana produksi dan pendukung lainnya (Deptan 2005). Penggunaan
jenis batang bawah perlu didukung informasi mengenai potensi dan sifat varietas
batang bawah. Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian ketahanan salin dan
kekeringan terhadap benih jeruk limau.
Menurut Sadjad (1993) untuk mendeteksi vigor benih terhadap kondisi
suboptimum (kekeringan dan salin) dapat dilakukan di rumah kaca atau
laboratorium dengan menguji pertumbuhan benih pada media yang dapat
dikontrol dan lebih praktis seperti pada kertas, pasir, maupun tanah. Perlakuan
kekeringan dapat menggunakan Polyethylene glycol (PEG) dan perlakuan salin
dapat menggunakan garam NaCl.
Pengujian vigor benih jeruk limau pada kondisi salin dan kekeringan
diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan informasi potensi jeruk
limau jika ditanam pada kondisi suboptimal yaitu salin dan kekeringan. Sadjad et
al.(1999) menyatakan bahwa benih yang vigor akan menghasilkan produk diatas
normal jika ditanam pada kondisi optimum.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari vigor benih jeruk limau pada
kondisi suboptimum yaitu kondisi salin dan kekeringan.

2
Hipotesis
Tingkat kekeringan dan salinitas akan memberikan pengaruh terhadap vigor
benih jeruk limau.

TINJAUAN PUSTAKA
Jeruk Limau (Citrus amblycarpa Hassk. Ohcse)
Jeruk limau termasuk perdu yang menghasilkan jeruk paling kecil diantara
jenis jeruk lainnya. Garis tengah buahnya tidak melebihi 3 cm. Jeruk limau sangat
disukai untuk pembuatan sambal. Kulit buah jeruk limau tidak rata, berwarna
hijau gelap, tebal dan tidak mudah dilepas. Kulit buah jeruk limau berwarna
kuning ketika masak (Versteegh 2003). Buah jeruk limau memiliki bulir kecil,
berwarna hijau muda dan mempunyai biji cukup banyak. Jeruk limau hampir
mirip dengan jeruk purut namun ukurannya lebih kecil. Jeruk limau rasanya asam,
sedangkan jeruk yang rasanya asam benihnya termasuk ke dalam golongan
intermediet. Benih intermediet dapat disimpan pada kadar air yang rendah tetapi
tidak tahan terhadap suhu yang rendah (dibawah 0ºC).
Jeruk limau diklasifikasikan kedalam Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil), Subkelas: Rosidae,
Ordo: Sapindales, Famili: Rutaceae (suku jeruk-jerukan), Genus: Citrus dan
Spesies Citrus amblycarpa (Hassk.) Ochse (Anonim 2015).
Biji jeruk bersifat poliembrioni yaitu dari satu benih dapat menghasilkan
kecambah vegetatif dan kecambah zigotik (Adiyanti 2013).
Viabilitas dan Vigor Benih
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui
gejala metabolisme benih dan gejala pertumbuhan, kinerja kromosom atau garis
viabilitas. Viabilitas dibedakan menjadi viabilitas potensial dan viabilitas
sesungguhnya (vigor). Viabilitas potensial merupakan daya hidup benih pada
kondisi optimum, secara potensial mampu menghasilkan tanaman normal yang
mampu berproduksi dan bereproduksi secara normal, pada pengujian benih
ditunjukkan dengan daya berkecambah dan bobot kering kecambah normal yang
tinggi (Sadjad 1994).
Benih dikatakan berkecambah bila dapat menghasilkan kecambah dengan
bagian-bagian yang normal atau mendekati normal (Justice dan Bass 2002). Benih
mempunyai daya hidup potensial karena hanya akan tumbuh menjadi tanaman
normal ketika kondisi alamnya optimum. Benih yang masih mampu
menumbuhkan tanaman normal, meski kondisi alam tidak optimum atau
suboptimum disebut benih yang memiliki vigor. Benih yang vigor akan
menghasilkan produk diatas normal jika ditumbuhkan pada kondisi optimum.
Benih dikatakan vigor bila memiliki vigor kekuatan tumbuh yang tinggi, yang
mengindikasikan bahwa vigor benih mampu menghadapi lahan pertanian yang
kondisinya suboptimum. Bila benih yang memiliki vigor kekuatan tumbuh tinggi
ditanam di lahan produksi, akan menumbuhkan tanaman yang tegar, tanaman

3
yang pada akhirnya akan membuahkan produksi yang normal walaupun kondisi
alamnya tidak optimum (Sadjad et al. 1999).
Vigor benih dapat dipilah atas dua klasifikasi, yaitu vigor kekuatan tumbuh
dan vigor daya simpan. Kedua macam vigor itu dikaitkan pada analisis suatu lot
benih, merupakan parameter viabilitas absolut yang tolok ukurnya dapat
bermacam-macam (Sadjad 1993). Benih vigor tidak cukup hanya menumbuhkan
satu individu tanaman yang tegar, tetapi mampu mewujudkan suatu pertanaman
yang homogen yang pada akhirnya membuahkan produksi pertanaman yang
optimum, meski melalui tantangan kondisi alam yang tidak optimum. Benih vigor
tidak lagi mencerminkan benih secara individual, tetapi dalam wujud sebuah lot
(Sadjad et al. 1999).
Cekaman Lingkungan
Proses perkecambahan benih dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah air, udara,
suhu dan cahaya. Air merupakan kebutuhan dasar untuk perkecambahan. Hal ini
penting untuk pengaktifan enzim, kerusakan, translokasi dan penggunaan bahan
cadangan penyimpanan. Udara terdiri atas sekitar 20% oksigen, 0.03%
karbondioksida dan 80% gas nitrogen. Oksigen sangat diperlukan untuk
perkecambahan. Benih berkecambah merupakan proses yang kompleks yang
melibatkan banyak reaksi dan fase individu, yang masing-masing dipengaruhi
oleh suhu, yaitu suhu minimum, optimum dan maksimum dimana perkecambahan
akan terjadi. Kelembaban, oksigen dan suhu yang sesuai sangat penting untuk
perkecambahan semua benih, spesies tertentu juga membutuhkan cahaya untuk
perkecambahan (Copeland dan McDonald 2001).
Penyerapan air oleh benih merupakan tahapan pertama dari proses
perkecambahan yang berlangsung hingga munculnya radikula. Faktor penting
yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah sifat kulit pelindungnya
dan jumlah air yang tersedia pada media sekitarnya (Sutopo 2002). Air memiliki
peran yang sangat penting dalam proses perkecambahan benih. Peranan air dalam
perkecambahan antara lain: melunakkan kulit benih, memberikan fasilitas untuk
masuknya oksigen ke dalam benih, mengencerkan sitoplasma sehingga dapat
mengaktifkan fungsinya dan sebagai alat transportasi larutan makanan dari
endosperma ke titik tumbuh pada perkembangan embrio (Takahashi 1995).
Kapasitas lapang adalah jumlah air maksimum yang mampu ditahan oleh
tanah. Pada kondisi kapasitas lapang, tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai
menipis, sehingga tegangan antar air dan udara meningkat hingga lebih besar dari
gaya gravitasi. Air gravitasi (pada pori-pori makro) habis dan air tersedia (pada
pori-pori meso dan mikro) bagi tanaman dalam keadaan optimum. Titik layu
permanen adalah kandungan air tanah pada saat tanaman yang berada di atas
permukaan tanah mengalami layu permanen dalam arti tanaman sulit hidup
kembali meskipun telah ditambahkan sejumlah air yang mencukupi. Air tersedia
adalah jumlah air yang memungkinkan bagi tanaman untuk dapat diabsorpsi
(Marsha et al. 2014). Kadar air tersedia tanah adalah sejumlah air yang berada di
pori tanah karena potensial matrik tanah setelah potensial gravitasi tidak bekerja
lagi pada air dalam pori tanah tersebut dan air tanah tersebut masih dapat diserap
oleh akar tanaman. Kadar air tersedia berada pada kisaran pF 4.20 – pF 2.54

4
(Murtilaksono dan Wahyuni 2004). Kebutuhan air tanaman ditentukan
berdasarkan nilai kandungan air (%) pada keadaan kapasitas lapang (pF 2.54) dan
nilai kandungan air (%) pada keadaan titik layu permanen (pF 4.20) (Marsha et al.
2014). Nilai pF adalah nilai daya ikat tanah terhadap air. Nilai pF 2.5 setara
dengan kadar air pada tekanan -0.3 bar sedangkan pF 4.2 setara dengan kadar air
pada tekanan -15 bar. Kadar air kapasitas lapang tanah andosol sebesar 45.08 %
(Bandi et al. 2014), tanah andosol yang berbeda sebesar 56.47% (Silalahi et al.
2013) dan tanah inceptisol sebesar 49.18% (Simangunsong et al. 2013). Pada jenis
tanah yang memiliki mineral liat tipe 2:1 dan bertekstur liat, titik layu permanen
dicapai pada kadar air 15%, sedangkan pada jenis tanah mineral liat tipe 1:1 yang
bertekstur lempung titik layu permanen dicapai pada kadar air 10%. Apabila
teksturnya pasir dan gambut kadar air titik layu permanen akan lebih rendah lagi
(Hardjowigeno 1992).
Cekaman Salinitas
Tersedianya air ditentukan juga oleh faktor salinitas dari air tersebut. Air
yang ada belum tentu dapat diserap oleh benih untuk proses perkecambahan.
Sadjad (1975) menyatakan kandungan garam yang tinggi pada air mengakibatkan
tekanan osmosis yang tinggi, sehingga menghambat masuknya air kedalam benih.
Misalnya di daerah pantai, air ada berlimpah-limpah tetapi tidak tersedia karena
membutuhkan tekanan osmosis yang besar untuk dapat diserap. Cekaman salinitas
berpengaruh pada perkecambahan melalui pencegahan pengambilan air dengan
tekanan osmotik dan masuknya ion beracun bagi perkembangan embrio atau
kecambah (Desai et al. 1997).
Jeruk merupakan salah satu tanaman buah yang penting didunia yang
sensitif terhadap berbagai cekaman lingkungan termasuk cekaman salin.
Syvertsen dan Sanchez (2014) menyatakan bahwa pada beberapa kondisi,
cekaman garam dapat menjadi menguntungkan. Fredj et al. (2013) menyatakan
bahwa metode priming dengan NaCl pada 4 g L-1 dapat digunakan sebagai metode
untuk meningkatkan kinerja benih ketumbar. Reninta (2012) juga menyatakan
bahwa percobaan penderaan pada kondisi salin dengan konsentrasi NaCl 5.12 g L1
terbukti efektif untuk mengidentifikasi varietas benih kedelai yang toleran
terhadap cekaman salin. Salinitas adalah cekaman komplek yang mengatur tiga
komponen berbeda: komponen ionik terkait untuk akumulasi ion terutama Clpada tanaman jeruk; komponen osmotik karena ion ini beracun di vakuola; dan
peningkatan pembentukan ROS. Crespo et al. (2012) menyatakan bahwa tanah
dengan konsentrasi garam yang tinggi praktis kering karena ion-ion tersebut
memerangkap air yang tersedia. Tanaman jeruk merespon masalah ini dengan
memproduksi osmolit kompatible seperti prolin.
Faktor tunggal tingkat salinitas menunjukkan pengaruh sangat nyata
terhadap penurunan peubah persentase kecambah normal, kecepatan tumbuh dan
indeks vigor pada tanaman kacang panjang (Erinnovita et al. 2008). Respon
tanaman kapas yang mengalami kodisi cekaman salin adalah sulit dalam
memperoleh air dari tanah yang potensial airnya negatif (Azizah 2008).
Perkecambahan benih pada stress garam terutama dipengaruhi oleh toksisitas ion
dari pada tekanan osmotik (Silva et al. 2014). Pada konsentrasi tinggi, NaCl
menghambat perkecambahan dan menurunkan jumlah benih berkecambah tetapi

5
pada konsentrasi rendah sampai dengan 0.50% hanya menghambat
perkecambahan. Tidak semua benih yang tidak mampu berkecambah dapat
berkecambah setelah dicuci, hal ini menunjukkan adanya pengaruh racun dari
NaCl (Suwarno dan Solahuddin 1983). Pada pohon-pohon jeruk, Cl- adalah ion
yang paling beracun dan toleransi garam berkorelasi dengan kemampuan batang
bawah untuk meminimalkan akumulasi Cl- (Hussain et al. 2012).
Cekaman Kekeringan
Benih membutuhkan air untuk dapat berkecambah. Imbibisi adalah proses
benih menyerap air untuk berkecambah (Nautiyal et al. 2010). Kadar air tanah
bermacam-macam tergantung pada kondisi iklim. Di alam air tidak selalu merata.
Air yang ada dan tersedia merupakan faktor yang menentukan benih untuk
berkecambah. Tersedianya air harus terjadi pada suatu waktu yang tepat. Faktor
yang menentukan tersedianya air adalah faktor osmosis dan saingan yang
dilancarkan oleh organisme lain dalam tanah atau disekitar benih terhadap air
(Sadjad 1975).
Perubahan kadar air tanah khususnya lapisan tanah bagian atas dapat
mempengaruhi keadaan air dalam akar dan merangsang peningkatan konsentrasi
ABA di ujung akar. Peningkatan konsentrasi ABA dalam xilem bersumber dari
akar dan secara kuantitatif dapat merangsang perubahan secara fisiologi tanaman
yang mengalami cekaman kekeringan pada kondisi terkontrol maupun kondisi
lapang. ABA mungkin menyebabkan penurunan kemampuan perkembangan sel
dengan berkurangnya proses relaksasi dinding. Tetapi ABA bukanlah satusatunya pengontrol awal pertumbuhan daun dan fungsi tanaman secara
keseluruhan (Bahrun 2002).
Simulasi cekaman kekeringan banyak dilakukan dengan menggunakan
larutan osmotikum yang dapat mengontrol potensial air dalam media tanaan.
Pengujian benih terhadap cekaman kekeringan dilakukan dengan cara simulasi
kondisi kekeringan menggunakan Polyethylen Glycol (PEG). Asay dan Johnson
(1983) menyatakan bahwa simulasi cekaman kekeringan dengan menggunakan
larutan PEG dapat mendeteksi dan membedakan respon tanaman terhadap
cekaman kekeringan serta tidak bersifat racun bagi tanaman. Michel dan Kaufman
(1973) menjelaskan bahwa Polyethylen Glycol menyebabkan penurunan potensial
air secara homogen sehingga dapat digunakan untuk meniru besarnya potensial air
tanah. Polyethylen Glycol juga memiliki sifat tidak beracun, tidak berbau, tidak
bereaksi dengan senyawa lain (netral), non volatil dan tidak menyebabkan iritasi.
Hasil penelitian Kurniawati (2012) menjelaskan bahwa tingkat tekanan
osmotik PEG 6000 -1 bar merupakan tingkat yang tepat untuk membedakan
ketahanan benih lima lot benih kacang hijau terhadap cekaman kekeringan. Dewi
(2012) menyatakan bahwa konsentrasi PEG paling tinggi yang dapat digunakan
untuk seleksi kekeringan pada padi varietas Sintanur adalah 174.674 g L-1 karena
tanaman masih dapat berproliferasi pada konsentrasi tersebut. Perlakuan media
seleksi kekeringan dengan PEG juga memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap jumlah anakan pada minggu kedua hingga minggu kedelapan. Hasil
penelitian Adiyanti (2013) tentang seleksi kekeringan menggunakan PEG pada
varietas batang bawah jeruk (Rough Lemon, Nipis, dan Kunci-10) secara in vitro
menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi PEG pertumbuhan tanaman

6
semakin tertekan. Kondisi tersebut dibuktikan dengan penurunan rataan tinggi,
jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor pada bulan Maret 2015 sampai Juli
2015.
Bahan dan Alat
Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian adalah benih jeruk
limau. Buah jeruk limau berasal dari kebun di Desa Karahkel, Leuwiliang, Bogor.
Bahan lain yang digunakan adalah NaCl, PEG-6000 (Polyethilene Glycol-6000),
kertas stensil, tisu, plastik, kertas label, amplop, dan aquades.
Alat yang digunakan yaitu Alat Pengecambah Benih (APB) IPB 72-1,
timbangan digital, alat tulis, cutter, magnetic stirrer, oven, saringan, pinset, hand
sprayer, penggaris dan alat pengepres kertas.
Pelaksanaan Percobaan
Penelitian terdiri atas percobaan pendahuluan dan percobaan utama.
Percobaan utama terdiri atas dua percobaan yaitu percobaan vigor benih jeruk
limau pada kondisi salin dan percobaan vigor benih jeruk limau pada kondisi
kekeringan.
Percobaan Pendahuluan
Percobaan pendahuluan dilaksanakan untuk menentukan cara ekstraksi yang
baik dan menentukan konsentrasi perlakuan yang akan digunakan untuk
percobaan. Percobaan pendahuluan terdiri atas tiga kegiatan yaitu ekstraksi benih,
pengukuran kadar air dan penanaman.
1. Ekstraksi Benih
Ekstrasi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan benih secara
fisik dari struktur buah yang menutupinya. Buah yang digunakan adalah buah
yang sudah pada kondisi masak fisiologis yang dicirikan dengan warna kulit buah
yang berwarna hijau kekuningan. Buah terpilih diiris melintang atau melingkar
sampai mengenai daging buah tetapi tidak sampai melukai biji. Hasil irisan
diputar berlawanan arah sehingga buah terpisah menjadi dua bagian. Benih
kemudian dipisahkan dengan cara diperas dengan menggunakan alat perasan jeruk
dan saringan (Setiono dan Supriyanto 2005). Lendir yang melapisi benih
dihilangkan dengan cara benih basah diremas dan dicampur dengan talc powder
kemudian dibilas dengan air bersih atau aquades. Proses ini dilakukan sampai
lendir yang melapisi benih benar-benar hilang. Benih kemudian ditiriskan dan
dikeringkan pada suhu kamar selama kurang lebih 16 jam.

7
2. Pengukuran Kadar Air Benih
Pengukuran kadar air benih jeruk limau dilakukan dengan metode langsung
dengan menggunakan oven. Benih dimasukkan kedalam cawan porselin sebanyak
5 g. Rumus perhitungan kadar air (Widajati et al. 2013) adalah sebagai berikut:
KA =

-

-

X 100%

Keterangan :
M1 : Bobot cawan dan tutup
M2 : Bobot contoh kerja dan cawan beserta tutupnya sebelum di oven
M3 : Bobot contoh kerja dan cawan beserta tutupnya setelah di oven
3. Penanaman
Benih hasil ekstraksi ditanam pada kertas stensil dengan menggunakan
metode uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp). Perlakuan benih
untuk pengujian cekaman kekeringan menggunakan PEG-6000 dan cekaman
salinitas menggunakan NaCl. Taraf yang digunakan untuk perlakuan cekaman
kekeringan adalah PEG-6000 dengan tekanan osmotik -0.5 bar, -1 bar, -1.5 bar
dan -2 bar. Pada setiap taraf perlakuan terdapat kontrol untuk menilai viabilitas
benih jeruk limau. Aplikasi untuk cekaman kekeringan adalah dengan cara
mengoleskan larutan PEG dengan kuas pada media kertas. Percobaan cekaman
salin menggunakan NaCl dengan tekanan konsentrasi 0, 2000 ppm, 4000 ppm dan
6000 ppm. Benih ditanam pada media kertas yang sudah direndam dalam larutan
NaCl. Pengamatan dilakukan dengan menghitung daya berkecambah benih.
Percobaan 1. Vigor Kekuatan Tumbuh Benih Jeruk Limau Pada Kondisi
Salin
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan benih berkecambah
normal pada kondisi salin. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor perlakuan yaitu kondisi
salin dengan menggunakan NaCl yang terdiri atas empat taraf konsentrasi NaCl
yang digunakan adalah 0 ppm, 1500 ppm, 3000 ppm dan 4500 ppm. Masing
masing taraf terdiri atas empat ulangan.
Pembuatan Konsentrasi
Larutan NaCl dibuat dengan menghitung kebutuhan NaCl sesuai dengan
konsentrasinya. Kebutuhan NaCl untuk membuat larutan 1000 ppm yaitu 1 g
NaCl per 1000 mL air, sehingga untuk membuat konsentrasi sesuai taraf yang
digunakan dengan mengkonversi dari kebutuhan 1000 ppm tersebut. Kebutuhan
NaCl untuk membuat larutan 1500 ppm, 3000 ppm dan 4500 ppm berturut-turut
adalah 1.5 g L-1, 3 g L-1 dan 4.5 g L-1. NaCl kemudian dilarutkan dalam aquades
dan diaduk menggunakan magnetic stirrer hingga larut.
Penanaman
Benih jeruk limau ditanam dengan metode uji kertas digulung didirikan
dalam plastik (UKDdp) dengan medianya adalah kertas stensil. Konsentrasi

8
larutan NaCl yang digunakan adalah 0, 1500 ppm, 3000 ppm dan 4500 ppm.
Media kertas direndam dalam larutan NaCl selama 10 menit supaya larutan dapat
meresap ke media tanam. Pengujian dilakukan sebanyak empat ulangan sehingga
terdapat 16 satuan percobaan. Benih ditanam pada media kertas yang sudah
ditiriskan sebanyak 25 butir per ulangan. Benih kemudian dimasukkan kedalam
alat pengecambah benih IPB 72-1.
Percobaan 2. Vigor Kekuatan Tumbuh Benih Jeruk Limau Pada Kondisi
Kekeringan Menggunakan Polyethylene Glycol 6000
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan benih
berkecambah normal pada kondisi kekeringan. Rancangan percobaan
menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu
faktor perlakuan yaitu tekanan osmotik dengan menggunakan PEG 6000 yang
terdiri atas empat taraf. Taraf PEG 6000 yang digunakan adalah 0, -0.75 bar, -1.5
bar, dan -2.25 bar. Masing masing taraf terdiri atas empat ulangan.
Pembuatan Larutan PEG 6000
Larutan PEG dibuat dengan menghitung kebutuhan PEG sesuai
konsentrasinya. PEG kemudian dilarutkan dalam aquades dan diaduk
menggunakan magnetic stirrer.
Penentuan kebutuhan PEG-6000 yang digunakan menggunakan rumus
Michel dan Kaufmann (1973):
-2

-4

2

-4

-7

2

Ψ = - (1.18 x 10 ) C – (1.18 x 10 ) C + (2.67 x 10 ) CT + (8.39 x 10 ) C T
s

Keterangan :

Ψ

= tekanan osmotik larutan (-bar)

s

C

= konsentrasi PEG-6000 dalam g L-1

T

= suhu ruangan dalam C

o
5

1 Bar = 0.98692 atm = 1 x 10 Pa = 1 x 10-1 Mpa
• Kebutuhan PEG-6000 untuk membuat konsentrasi -1.5 bar adalah:
-2

-4

2

-4

-7

2

-1.5 = - (1.18 x 10 ) C – (1.18 x 10 ) C + (2.67 x 10 ) CT + (8.39 x 10 ) C T
2

0.9283 C + 37.9 C – (1.5 x 104) = 0
= 108.33 g L-1
= -276.93 g L-1
• Kebutuhan PEG-6000 untuk 1 liter larutan -1.5 bar , yaitu 108.33 g L-1
Penanaman
Benih jeruk limau ditanam dengan metode uji kertas digulung didirikan
dalam plastik (UKDdp) dengan medianya adalah kertas stensil. Konsentrasi
larutan PEG-6000 yang digunakan adalah 0, -0.75 bar, -1.5 bar dan -2.25 bar.
Larutan diaplikasikan ke media tanam kertas dengan cara mengoleskan
menggunakan kuas. Pengujian dilakukan sebanyak empat ulangan sehingga
terdapat 16 satuan percobaan. Benih yang ditanam sebanyak 30 butir per ulangan.
Benih ditanam pada alat pengecambah benih IPB 72-1.

9
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada 22 HST dan 30 HST dengan tolok ukur sebagai
berikut:
1. Viabilitas Potensial dengan tolok ukur Daya Berkecambah (DB)
Pengamatan daya berkecambah dilakukan terhadap benih yang telah
berkecambah normal pada hari ke-22 dan ke-30 setelah tanam. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
DB = [

K

T

K

T

∑ enih yang dikecambahkan

] x 100 %

2. Indeks Vigor
Persentase kecambah normal pada hitungan pertama pengujian daya
berkecambah menunjukkan persentase benih yang cepat berkecambah dan hal ini
menunjukkan indeks vigor. Nilai indeks vigor selalu lebih rendah dibandingkan
nilai DB tetapi cenderung mendekati daya tumbuh (field emergence) (Copeland
dan McDonald 1995). Pada penelitian ini indeks vigor benih diamati pada hari ke
22 setelah tanam.
3. Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Seluruh kecambah normal dibungkus dengan menggunakan amplop,
kemudian di oven pada suhu
C selama 3x24 jam. Selanjutnya kecambah
dimasukkan kedalam desikator ± 30 menit dan ditimbang. Pengujian ini akan
dilakukan di akhir pengamatan ketika pengamatan daya berkecambah telah
selesai.
4. Panjang Akar
Menghitung panjang akar benih normal pada 30 HST dari pangkal akar
yang berbatasan dengan hipokotil atau batang dengan menggunakan penggaris.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini terdiri atas dua percobaan terpisah. Percobaan pertama yaitu
vigor benih jeruk limau pada kondisi salin. Percobaan kedua yaitu vigor benih
jeruk limau pada kondisi kekeringan. Analisis data masing-masing percobaan
menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor
dengan menggunakan NaCl dengan taraf konsentrasi 0, 1500 ppm, 3000 ppm dan
4500 ppm. Percobaan kekeringan menggunakan PEG-6000 dengan taraf 0, -0.75
bar, -1.5 bar, dan -2.25 bar. Setiap perlakuan terdiri atas empat ulangan sehingga
terdapat 16 satuan percobaan. Model linier yang digunakan adalah sebagai
berikut:

=µ+

+

+

Keterangan :

μ

= nilai hasil pengamatan daya berkecambah pada perlakuan ke-i,
ulangan ke-j; (i=1,2,3,4; j=1,2,3,4)
= rataan umum
= pengaruh perlakuan ke-i
= pengaruh ulangan ke-j
= galat percobaan

10
Data yang diperoleh selanjutnya diuji dengan uji F. Jika uji F menunjukkan
pengaruh perlakuan nyata maka dilakukan analisis lanjut dengan metode Duncan
Mulitiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Gomez dan Gomez 1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian ini terdiri atas dua percobaan yaitu vigor kekuatan tumbuh benih
jeruk limau pada kondisi salin dan vigor kekuatan tumbuh benih jeruk limau pada
kondisi kekeringan. Percobaan pendahuluan dilakukan untuk menentukan taraf
perlakuan baik untuk cekaman salin maupun cekaman kekeringan. Cekaman salin
menggunakan garam NaCl dan cekaman kekeringan menggunakan PEG dengan
bobot molekul 6000. Benih jeruk limau yang digunakan adalah benih hasil
ekstraksi. Buah yang digunakan adalah buah jeruk yang sudah masak fisiologi
yang ditandai dengan kulit buah yang sudah kuning. Biji hasil ekstraksi
mengandung banyak lendir sehingga digunakan talc untuk membersihkannya.
Daya berkecambah percobaan pendahuluan benih jeruk limau pada beberapa
taraf perlakuan dengan PEG-6000 dan NaCl disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai daya berkecambah benih jeruk limau pada percobaan pendahuluan
Perlakuan salin
Perlakuan kekeringan
NaCl (ppm)
Rataan DB (%) PEG 6000 (bar)
Rataan DB (%)
0 (kontrol)
78.7
0 (kontrol)
76.0
2000
58.7
-0.5
48.0
4000
54.7
-1.0
40.0
6000
32.0
-1.5
28.0
-2.0
8.0
Taraf perlakuan untuk percobaan utama ditentukan dari hasil percobaan
pendahuluan tersebut. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, taraf untuk
percobaan cekaman salin dipilih empat taraf konsentrasi percobaan NaCl yaitu: 0
ppm, 1500 ppm, 3000 ppm dan 4500 ppm. Taraf untuk percobaan cekaman
kekeringan juga dipilih empat taraf PEG 6000 yaitu: 0 bar, -0.75 bar, -1.5 bar dan
-2.25 bar.
Benih jeruk limau hasil ekstraksi dikeringkan pada suhu kamar selama ±16
jam. Benih jeruk limau memiliki kadar air awal berkisar antara 38-43%. Suhu
kisaran pada alat pengecambah benih tipe IPB 72-1 antara 27-29ºC dengan
kelembaban relatif sebesar 92%. Pertumbuhan cendawan pada media
perkecambahan masih ditemukan khusunya pada percobaan cekaman kekeringan
menggunakan PEG-6000. Kondisi ini mungkin terjadi karena sisa lendir pada
proses ekstraksi belum bersih sehingga menyebabkan adanya cendawan. Sifat dari
PEG-6000 juga yang sangat sensitif terhadap pertumbuhan cendawan membuat
cendawan mudah berkembang.
Benih jeruk limau termasuk poliembrioni yaitu dari satu benih dapat
menghasilkan sampai empat kecambah. Pada percobaan ini hanya dipilih satu

11
kecambah yang paling baik dari satu benih untuk pengamatan tolok ukur daya
berkecambah, indeks vigor, bobot kering kecambah normal dan panjang akar.
Percobaan 1. Vigor Kekuatan Tumbuh Benih Jeruk Limau pada Kondisi
Cekaman Salin
Hasil rekapitulasi analisis sidik ragam pengaruh tingkat salinitas terhadap
tolok ukur persentase daya berkecambah, indeks vigor, bobot kering kecambah
normal (BKKN) dan panjang akar ditunjukkan pada Tabel 2. Faktor perlakuan
tingkat salinitas berpengaruh sangat nyata terhadap semua tolok ukur percobaan
kecuali terhadap panjang akar.
Tabel 2. Hasil rekapitulasi analisis sidik ragam vigor kekuatan tumbuh benih jeruk
limau pada kondisi salin
Salinitas
Peubah
Perlakuan
Ulangan
KK
KT
Fhitung
KT
Fhitung
Daya berkecambah
1218.67
48.96**
114.67
4.61*
8.05
Indeks vigor
1510.33
20.20**
19.67
0.26tn
35.66
BKKN
0.07
25.59**
0.01
1.98tn
16.99
tn
tn
Panjang akar
1.08
1.30
0.08
0.10
9.37
*
**
Keterangan : = nyata pada taraf uji DMRT 5%; = sangat nyata pada taraf uji
DMRT 1%; tn = tidak nyata pada taraf uji DMRT 1%; KK =
koefisien keragaman; KT = kuadrat tengah
Panjang akar benih jeruk limau pada cekaman salin baik perlakuan maupun
ulangan tidak berpengaruh nyata. Ulangan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur
daya berkecambah benih jeruk limau pada kondisi cekaman salin. Ulangan pada
tolok ukur indeks vigor dan berat kering kecambah normal pada kondisi salin
tidak berpengaruh nyata. Koefisien keragaman pada tolok ukur indeks vigor dan
berat kering kecambah normal mempunyai nilai yang tinggi, yaitu 35.66 untuk
indeks vigor dan 16.99 untuk berat kering kecambah normal.
Hasil analisis sidik ragam yang menunjukkan pengaruh nyata kemudian
dilakukan uji lanjut DMRT. Nilai tengah tolok ukur indeks vigor, bobot kering
kecambah normal (BKKN) dan panjang akar pada masing-masing tingkat (taraf)
perlakuan salinitas mempunyai nilai yang berbeda-beda. Nilai tengah disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai tengah vigor kekuatan tumbuh benih jeruk limau pada kondisi salin
Tolok ukur
Perlakuan NaCl
(ppm)
Indeks vigor (%) BKKN (mg)
Panjang akar (cm)
a
a
0 (kontrol)
51
4.85
10.25
b
b
1500
26
2.65
9.13
c
b
3000
12
2.60
10.08
4500
8c
1.88b
9.48
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda sangat nyata pada taraf uji DMRT 1%.

12
Tolok ukur indeks vigor mempunyai nilai yang berbeda pada tiap tingkat
(taraf) salinitas yang diberikan kecuali pada taraf 4500 ppm. Taraf perlakuan
berpengaruh sangat nyata terhadap indeks vigor benih jeruk limau sampai taraf
3000 ppm. Nilai indeks vigor pada taraf 3000 ppm (12%) tidak berbeda nyata
dengan taraf 4500 ppm (8%). Hal ini menunjukkan bahwa nilai indeks vigor pada
taraf perlakuan 4500 ppm memberikan nilai yang tidak berbeda secara signifikan
dengan perlakuan 3000 ppm. Cekaman salin menunjukkan perbedaan yang nyata
pada tolok ukur bobot kering kecambah normal (BKKN) jeruk limau. Jika dilihat
dari nilai tengahnya (Tabel 3), bobot kering kecambah normal pada perlakuan
kontrol (4.85 mg) berbeda nyata dengan bobot kering kecambah normal pada
perlakuan cekaman salin. Namun demikian bobot kering kecambah normal benih
jeruk limau tidak berbeda nyata pada tingkat cekaman salin 1500 ppm (2.65 mg),
3000 ppm (2.60 mg) dan 4500 ppm (1.88 mg). Nilai panjang akar tertinggi pada
kontrol yaitu 10.25 cm dan panjang akar terendah pada taraf konsentrasi 1500
ppm sebesar 9.13 cm.
Pengaruh Kondisi Salin Terhadap Indeks Vigor Benih Jeruk Limau
Salah satu tolok ukur untuk pengujian vigor benih adalah indeks vigor
benih. Rahayu dan Widajati (2007) dalam penelitiannya menggunakan tolok ukur
indeks vigor untuk menilai vigor kekuatan tumbuh benih caisin.
Salah satu ciri benih yang bermutu tinggi adalah benih yang memiliki vigor
tinggi. Perlakuan cekaman salin berpengaruh sangat nyata terhadap vigor benih
jeruk limau. Semakin tinggi perlakuan cekaman salin, vigor benih jeruk limau
semakin rendah. Hal ini dibuktikan dengan semakin rendahnya nilai indeks vigor
seiring dengan tingginya taraf NaCl. Nilai indeks vigor pada kontrol sebesar 51%,
1500 ppm sebesar 26%, 3000 ppm sebesar 12% dan 4500 ppm sebesar 8%. Jeruk
limau memiliki nilai tengah indeks vigor tanpa perlakuan (kontrol) sebesar 51%
(Tabel 3). Jika dilihat dari data, perlakuan cekaman salin sebesar 1500 ppm saja
sudah menurunkan daya berkecambah benih jeruk limau sebesar 50% dari kontrol
yaitu menjadi 26%.
Perlakuan cekaman salin mampu mengurangi kemampuan kecepatan
berkecambah dan menghambat daya berkecambah benih jeruk limau pada awal
pengamatan (22 HST). Penurunan kemampuan berkecambah benih jeruk limau
dapat dikaitkan dengan pecegahan serapan air yang diciptakan oleh kondisi salin.
Hal ini juga dapat dikarenakan oleh efek racun dari ion Na+ dan Cl- pada proses
perkecambahan (Khajeh-hosseini et al. 2003). Perkecambahan benih juga dapat
terhambat oleh stress garam karena amonia dari proses metabolisme urea (Bu et
al. 2015). Masuknya ion beracun dari NaCl dapat mempengaruhi perkembangan
embrio atau kecambah (Desai et al. 1997). Hal ini yang mungkin menyebabkan
proses perkecambahan benih jeruk limau menjadi terhambat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Rahmawati (2006)
bahwa pengaruh cekaman salin lebih jauh dapat mengurangi perkecambahan
benih padi akibat tekanan turgor. Keshavarzi et al. (2011) menyatakan bahwa
peningkatan konsentrasi NaCl menyebabkan indeks vigor benih bayam
mengalami penurunan akibat dari ion beracun NaCl. Buchade dan Karadge (2014)
menyatakan bahwa tingkat salinitas berbeda dapat menunda perkecambahan dan
mengurangi persen perkecambahan kacang.

13
Pengaruh Kondisi Salin Terhadap Daya Berkecambah dan Bobot Kering
Kecambah Normal Benih Jeruk Limau
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui
gejala metabolisme benih dan gejala pertumbuhan, kinerja kromosom atau garis
viabilitas. Pada pengujian benih ditunjukkan dengan daya berkecambah dan bobot
kering kecambah normal yang tinggi (Sadjad 1994). Nilai daya berkecambah
benih jeruk limau tersaji pada Gambar 2.
90

84

Daya Berkecambah (%)

80

y = -0.0089x + 82.033
R² = 0.9975

67

70
60

53
44

50
40
30
20
10
0
0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

Perlakuan NaCl (ppm)

Gambar 1. Pengaruh kondisi salin terhadap daya berkecambah benih jeruk limau.
Daya berkecambah benih jeruk limau pada kondisi kontrol (tanpa
perlakuan) berbeda sangat nyata dibandingkan dengan daya berkecambah pada
taraf perlakuan salinitas. Semakin tinggi taraf NaCl yang diberikan semakin kecil
nilai daya berkecambah benih jeruk limau. Nilai daya berkecambah benih jeruk
limau paling tinggi pada kontrol (84%), 1500 ppm (67%), 3000 ppm (53%) dan
4500 ppm (44%). Pada taraf konsentrasi 3000 ppm, penanaman benih jeruk limau
perlu dipertimbangkan karena pada taraf konsentrasi ini daya berkecambah benih
jeruk limau hanya mampu tumbuh sebesar 53%. Berdasarkan hasil tersebut
didapatkan persamaan linier hubungan antara taraf perlakuan NaCl terhadap daya
berkecambah benih jeruk limau yaitu: y = -0.0089x + 82.033 dengan nilai R² =
0.9975. Berdasarkan persamaan tersebut dapat diperkirakan pada taraf konsentrasi
sekitar 9000 ppm benih jeruk limau tidak dapat berkecambah lagi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Naseri et al. (2012)
bahwa perkecambahan biji barley menurun dengan meningkatnya tingkat
salinitas. Penurunan ini siginifikan pada tingkat salinitas yang lebih tinggi. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Natsheh et al. (2012)
bahwa perkecambahan biji lentil tidak terpengaruh oleh peningkatan konsentrasi
salinitas, justru persentase perkecambahan meningkat setelah irigasi air laut
sebesar 2100 ppm. Syvertsen dan Sanchez (2014) menyatakan bahwa pada
beberapa kondisi, cekaman garam dapat menjadi menguntungkan.
Cekaman salin dapat memberikan dampak serius pada perkecambahan
benih. Suwarno dan Solahuddin (1983) menyatakan bahwa perlakuan NaCl

14
menunjukkan adanya pengaruh racun pada benih padi. Tidak semua benih yang
tidak mampu berkecambah dapat berkecambah setelah dicuci. Zakaria dan Fitriani
(2006) menyatakan bahwa perlakuan cekaman salin mempengaruhi
perkecambahan benih salah satunya pengaruh kimia atau keracunan ion-ion
spesifik yang menyusun garam. Brumos et al. (2009) menyatakan bahwa
toksisitas ion Cl- adalah faktor utama yang terlibat dalam respon molekul pada
daun tanaman jeruk terhadap salinitas dari pada toksisitas ion Na+. Pengaruh
racun ion-ion NaCl tersebut yang mungkin menyebabkan nilai daya berkecambah
benih jeruk limau mengalami penurunan. Pada tingkat 4500 ppm diduga garam
NaCl menyebabkan tingkat racun yang tinggi bagi perkecambahan benih jeruk
limau. Hal ini dibuktikan dengan tingginya nilai benih yang mati pada akhir
pengamatan. Berdasarkan hasil percobaan, nilai benih jeruk limau yang mati pada
taraf perlakuan 4500 ppm rata-rata sebesar 32% (data tidak ditampilkan).
Berkurangnya nilai daya berkecambah benih jeruk limau juga disertai
dengan berkurangnya nilai bobot kering kecambah normal benih jeruk limau.
Semakin tinggi taraf NaCl yang diberikan semakin kecil nilai bobot kering
kecambah normal benih jeruk limau. Pada uji lanjut DMRT 1% perlakuan salin
berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering kecambah normal benih jeruk
limau meskipun pada taraf perlakuan 1500 ppm (2.65 mg), 3000 ppm (2.60 mg)
dan 4500 ppm (1.88 mg) tidak berbeda nyata.
Dampak serius lainnya akibat cekaman salinitas adalah stres osmotik yang
lebih berakibat pada berkurangnya kemampuan penyerapan unsur-unsur hara oleh
akar tanaman (Santoso et al. 2012). Tekanan osmotik lingkungan lebih besar dari
tekanan osmotik tanaman menyebabkan akar tanaman tidak mampu menyerap
unsur hara dari lingkungan secara maksimal (Rachmawatie dan Nasir 2014).
Salinitas juga dapat menyebabkan kekurangan gizi atau ketidakseimbangan dalam
banyak spesies tanaman karena persaingan ion Na+ dan Cl- dengan nutrisi tanaman
(Syvertsen dan Sanchez 2014). Cekaman salin menghambat aktivitas amilase pada
tahap perkecambahan yang berfungsi sebagai energi selama perkecambahan (Hualong et al. 2014). Pada percobaan ini pengaruh stres NaCl dibuktikan dengan
semakin rendah nilai bobot kering kecambah normal benih jeruk limau seiring
dengan peningkatan taraf NaCl yang diberikan.
Pengaruh Kondisi Salin Terhadap Panjang Akar Benih Jeruk Limau
Akar merupakan organ pokok tanaman yang memiliki peran utama dalam
menjaga kelangsungan penyerapan hara dan air selama proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Akar juga merupakan organ yang paling pertama
melakukan respon terhadap kondisi lingkungan tanah misalkan garam yang tinggi.
Pertumbuhan akar dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui
respon tanaman terhadap suatu cekaman.
Kusmiyati et al. (2009) menyatakan bahwa bentuk mekanisme adaptasi
tanaman terhadap cekaman salin yaitu mekanisme morfologi dan fisiologi.
Adapun mekanisme yang paling mudah untuk diketahui sebagai respon tanaman
adalah mekanisme morfologi yaitu adanya perubahan secara morfologi organorgan tanaman misal akar, batang dan daun. Pada percobaan ini yang diamati
hanya panjang akar saja. Rachmawatie dan Nasir (2014) menyatakan bahwa
tanaman yang tahan terhadap kondisi salin mempunyai kemampuan untuk
mempertahankan kondisi air dalam tanaman dengan jalan meningkatkan

15
penyerapan melalui pemanjangan akarnya sehingga proses fisiologi berjalan
normal.
Perlakuan tanpa pemberian garam NaCl (0 ppm) menunjukkan pertumbuhan
akar yang paling panjang yaitu 10.25 cm, sedangkan pertumbuhan akar pada
perlakuan garam NaCl menunjukkan respon akar tanaman yang bervariasi
walaupun tidak berbeda nyata (Tabel 3). Perlakuan konsentrasi 3000 ppm
menunjukkan pertumbuhan panjang akar yang hampir sama dengan kontrol yaitu
sebesar 10.08 cm. Pertumbuhan akar pada taraf konsentrasi perlakuan 1500 ppm
justru memiliki panjang akar yang lebih pendek dibandingkan pertumbuhan akar
pada taraf konsentrasi yang lebih tinggi yaitu sebesar 9.13 cm (lebih kecil dari
perlakuan 3000 ppm sebesar 10.08 cm dan perlakuan 4500 ppm sebesar 9.48 cm).
Panjang akar pada perlakuan 1500 ppm, 3000 ppm dan 4500 ppm
pertumbuhannya lebih rendah jika dibanding dengan kontrol walaupun tidak
berbeda nyata. Pada percobaan ini, perlakuan cekaman salin tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap panjang akar benih jeruk limau. Hal ini bertentangan
dengan Rahmawati (2006) yang menyatakan bahwa perlakuan cekaman salin
mampu menghambat pertumbuhan akar. Hasil penelitian Rachmawatie dan Nasir
(2014) menunjukkan bahwa peningkatan perlakuan konsentrasi NaCl secara nyata
menurunkan panjang akar semua varietas kacang hijau. Naseri et al. (2012)
menyatakan bahwa panjang akar barley berkurang seiring dengan meningkatnya
tingkat salinitas. Keshavarzi et al. (2011) menyatakan bahwa salinitas yang mana
merupakan hasil dari tekanan osmotik menyebabkan penurunan dalam absorbansi
air sehingga mengurangi pembelahan dan diferensiasi sel serta mengurangi
panjang plumula dan panjang radikula.
Percobaan 2. Vigor Kekuatan Tumbuh Benih Jeruk Limau pada Kondisi
Cekaman Kekeringan
Penggunaan PEG-6000 sudah banyak dilakukan untuk simulasi cekaman
kekeringan karena beberapa sifat keunggulannya. Pada percobaan ini konsentrasi
yang digunakan untuk percobaan cekaman kekeringan yaitu: 0 bar (kontrol), -0.75
bar, -1.5 bar dan -2.25 bar. Tolok ukur yang diamati adalah indeks vigor, daya
berkecambah, bobot kering kecambah normal dan panjang akar. Hasil rekapitulasi
analisis sidik ragam pada kondisi kekeringan tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4. Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam vigor kekuatan tumbuh benih
jeruk limau pada kondisi kekeringan
Kekeringan
Peubah
Perlakuan
Ulangan
KK
KT
Fhitung
KT
Fhitung
67.39
26.46**
2.53
Daya berkecambah
2602.55
1021.72**
tn
**
24.78
0.65
20.22
Indeks vigor
2069.15
53.97
tn
**
0.01
1.68
16.38
BKKN
0.14
29.95
tn
**
2.73
2.50
9.68
Panjang akar
9.05
8.32
tn
Keterangan : **=berbeda sangat nyata pada taraf uji DMRT 1%; = tidak
nyata pada taraf uji DMRT 1%; KK = koefisien keragaman; KT =
kuadrat tengah.

16
Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat perlakuan cekaman kekeringan
berpengaruh sangat nyata terhadap indeks vigor, daya berkecambah, berat kering
kecambah normal dan panjang akar benih jeruk limau. Faktor ulangan
berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah dan tidak berpengaruh
nyata terhadap indeks vigor, bobot kering kecambah normal dan panjang akar
benih jeruk limau. Koefisien keragaman pada tolok ukur indeks vigor dan berat
kering kecambah normal masih sangat tinggi.
Hasil analisis sidik ragam yang menunjukkan pengaruh nyata kemudian
dilakukan uji lanjut DMRT. Nilai tengah tolok ukur indeks vigor, bobot kering
kecambah normal dan panjang akar benih jeruk limau pada kondisi cekaman
kekeringan tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai tengah vigor kekuatan tumbuh benih jeruk limau pada kondisi
kekeringan
Perlakuan PEG
6000 (bar)

Tolok ukur

Indeks vigor BKKN
Panjang akar
Pertambahan
(%)
(mg)
(cm)
panjang akar (cm)
60.00a
0 (kontrol)
6.38a
9.39b
b
b
b
35.00
-0.75
4.45
9.83
0.44
c
b
ab
20.84
-1.5
3.93
11.13
1.30
d
c
a
6.67
-2.25
1.85
12.74
1.61
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda sangat nyata pada taraf uji DMRT 1%.
Tingkat cekaman kekeringan memberikan respon yang berbeda pada
masing-masing tolok ukur. Taraf perlakuan cekaman kekeringan pada tolok ukur
indeks vigor memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada tiap taraf. Semakin
tinggi cekaman kekeringan, indeks vigor benih jeruk limau semakin rendah. Nilai
indeks vigor pada perlakuan kontrol yaitu 60%, -0.75 bar (35%), -1.5 bar
(20.84%) dan -2.25 bar (6.67%). Pada tolok ukur bobot kering kecambah normal
pengaruh taraf cekaman kekeringan memberikan pengaruh yang bervariasi.
Perlakuan kontrol (6.38 mg) berbeda nyata dengan perlakuan kekeringan yaitu 0.75 bar (4.45 mg), -1.5 bar (3.93 mg) dan -2.25 bar (1.85 mg). Bobot kering
kecambah normal pada taraf -0.75 bar (4.45 mg) memberikan pengaruh yang tidak
berbeda nyata dengan taraf -1.5 bar (3.93 mg). Tolok ukur panjang akar pada
perlakuan kontrol (9.39 cm), -0.75 bar (9.83 cm) dan -1.5 bar (11.13 cm)
memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata tetapi memberikan pengaruh
yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan -2.25 bar (12.74 cm).
Pengaruh Kondisi Kekeringan Terhadap Indeks Vigor Benih Jeruk Limau
Benih yang cepat tumbuh menunjukkan benih tersebut mampu mengatasi
kondisi