Metode Ekstraksi, Pengujian Daya Berkecambah Dan Kadar Air Kritikal Benih Jeruk Limau (Citrus Amblycarpa (Hassk.) Ochse)

METODE EKSTRAKSI, PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH
DAN KADAR AIR KRITIKAL BENIH JERUK LIMAU (Citrus
amblycarpa (Hassk.) Ochse)

SITI FATIMAH

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Metode Ekstraksi,
Pengujian Daya Berkecambah dan Kadar Air Kritikal Benih Jeruk Limau (Citrus
ambycarpa (Hassk.) Ochse) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016
Siti Fatimah
NIM A24110079

ABSTRAK
SITI FATIMAH. Metode Ekstraksi, Pengujian Daya Berkecambah dan Kadar Air
Kritikal Benih Jeruk Limau (Citrus amblycarpa (Hassk.) Ochse). Dibimbing oleh
FAIZA CHAIRANI SUWARNO dan ANGGI NINDITA.
Jeruk limau di berbagai negara umumnya digunakan sebagai bumbu
masakan. Tanaman jeruk limau di Indonesia masih dibudidayakan secara
tradisional dengan hasil yang rendah. Ketersediaan benih berkualitas diperlukan
untuk meningkatkan produksi jeruk limau. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan metode yang tepat untuk ekstraksi benih, waktu pengamatan dalam
pengujian daya berkecambah, media perkecambahan, dan kadar air kritikal untuk
benih jeruk limau. Ketiga percobaan dilakukan di Laboraturium Ilmu dan
Teknologi Benih, dari bulan Mei 2015 sampai bulan Januari 2016. Penelitian
terdiri atas tiga percobaan. Percobaan pertama adalah pengaruh metode ekstraksi

pada viabilitas benih jeruk limau menggunakan bahan yang berbeda yaitu,
aquadest, abu gosok, talek, dan HCl 1%. Percobaan kedua adalah pengujian daya
berkecambah benih jeruk limau menggunakan tiga media yaitu, pasir, campuran
pasir:tanah (1:1), dan tisu towel. Percobaan ketiga adalah penentuan kadar air
kritikal benih jeruk limau dengan 7 taraf pengeringan yaitu 0 x 24 jam, 1 x 24
jam, 2 x 24 jam, 3 x 24 jam, 4 x 24 jam, 5 x 24 jam, dan 6 x 24 jam. Percobaan
disusun menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat ulangan. Variabel
yang diamati adalah kadar air benih, daya berkecambah, berat kering kecambah
normal, potensi tumbuh maksimum, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh. Hasil
percobaan pertama menunjukkan bahwa metode ekstraksi tidak berpengaruh nyata
terhadap semua variabel yang diamati kecuali kadar air benih. Hasil percobaan
kedua menunjukkan bahwa media perkecambahan terbaik adalah pasir dan
campuran pasir:tanah (1:1) dengan hitungan pertama dan hitungan kedua adalah
hari ke-20 dan hari ke-29. Hasil percobaan ketiga belum dapat menentukan kadar
air kritikal pada benih jeruk limau, namun berdasarkan percobaan pertama dapat
diperkirakan berada di bawah 16.47%.
Kata kunci:

hitungan pertama, hitungan terakhir, media perkecambahan,
pengeringan benih, perkecambahan benih


ABSTRACT
SITI FATIMAH. Extraction Method, Germination Test and Critical Moisture
Content of Lime Seed (Citrus amblycarpa (Hassk.) Ochse). Supervised by FAIZA
CHAIRANI SUWARNO and ANGGI NINDITA.
Lime in various countries is generally used as seasoning. The crop is
traditionally cultivated with low production in Indonesia. The availability of
quality seed is needed to increase the production of lime. This study aims to find
the proper method for seed extraction, observation time in germination testing,
germination media, and the critical moisture content for lime seeds. Two
experiment were conducted at Seed Science and Technology Laboratory, from

May 2015 to January 2016. The study consisted of three experiments. The first
experiment was the effects of extraction method on lime seed viability using
different materials i.e. aquadest, ash, talc, and HCl 1%. The second trial was
germination testing of lime seed using three media i.e. sand, mixed sand:soil (1:1),
and towel tissue. The third experiment was determination of the critical moisture
content of lime seed by treatments of 7 drying levels i.e. 0 x 24 hours, 1 x 24
hours, 2 x 24 hours, 3 x 24 hours, 4 x 24 hours, 5 x 24 hours, and 6 x 24 hours.
The experiment was arranged in a completely randomized design with four

replication. Variables observed were seed moisture content, germination rate, dry
weight of normal seedling, maximum growth potential, vigor index, and speed of
seed growth. The results of the first experiment showed that the seed extracted by
any materials had no significant different effect on all variables observed except
for the seed moisture content. Results of the second experiment showed that the
best germination media were sand and the mixture of sand:soil (1:1) with the first
and the second count at 20th and 29th day respectively. The results of the third
experiment had not been able to determine the critical moisture content of the lime
seeds, but it was estimated based on the first experiment to be under 16.47%.
Keywords: final count, first count, germination media, seed drying, seed
germination

METODE EKSTRAKSI, PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH
DAN KADAR AIR KRITIKAL BENIH JERUK LIMAU (Citrus
amblycarpa (Hassk.) Ochse)

SITI FATIMAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini adalah viabilitas benih, dengan judul Metode Ekstraksi, Pengujian
Daya Berkecambah dan Kadar Air Kritikal Benih Jeruk Limau (Citrus
amblycarpa (Hassk.) Ochse).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Faiza Chairani Suwarno,
MS dan Ibu Anggi Nindita, SP MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan pengarahan dan saran. Penulis ucapkan terima kasih juga kepada
Bapak Candra Budiman, SP MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan dan saran, serta penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Ir Ketty

Suketi, MSi selaku dosen pembimbing akademik. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada kedua orang tua, keluarga serta seluruh teman-teman atas
segala doa, bantuan dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016
Siti Fatimah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Jeruk Limau
Ekstraksi Benih
Pengujian Daya Berkecambah dan Media Perkecambahan

Kadar Air Benih
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat
Rancangan percobaan
Analisis Data
Pelaksanaan Percobaan
Pengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Benih Jeruk Limau
Metode Ekstraksi Benih Jeruk Limau
Pengujian Daya Berkecambah Benih Jeruk Limau
Kadar Air Kritikal Benih Jeruk Limau
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
vii

vii
1
1
2
2
2
2
2
3
3
4
4
4
4
6
6
7
9
9
9

11
14
16
16
18
21

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh metode ekstraksi terhadap
peubah yang diamati
Nilai tengah dari peubah yang diamati pada perlakuan metode ekstraksi
Hasil pengamatan hitungan pertama dan kedua pada ketiga media

perkecambahan
Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh media perkecambahan terhadap
peubah yang diamati
Nilai tengah dari peubah yang diamati pada perlakuan media
perkecambahan
Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh lama pengeringan terhadap
peubah yang diamati
Nilai tengah dari peubah yang diamati pada perlakuan lama pengeringan
terhadap peubah yang diamati

10
10
12
12
13
14
14

DAFTAR GAMBAR
1

2
3
4

Perbandingan media perkecambahan
Struktur buah dan benih jeruk limau
Struktur kecambah normal benih jeruk limau
Grafik penentuan waktu pengamatan daya berkecambah benih jeruk
limau pada berbagai media
5 Perbandingan kecambah normal pada berbagai media perkecambahan
6 Kurva hubungan antara lama pengeringan dengan kadar air benih

6
9
9
11
13
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel penentuan waktu pengamatan daya berkecambah pada media pasir 18
2 Tabel penentuan waktu pengamatan daya berkecambah pada media
campuran pasir:tanah perbandingan 1:1
19
3 Tabel penentuan waktu pengamatan daya berkecambah pada media tisu
towel
20

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis dimana berbagai jenis jeruk banyak
dijumpai dan dibudidayakan mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi.
Bahkan beberapa jenis jeruk telah menjadi unggulan daerah maupun nasional
seperti jeruk manis Pacitan dari daerah Pacitan, Jawa Timur, jeruk manis
Waturejo dari Jawa Tengah, Keprok Batu 55 dari Batu, Jawa Timur, Siam Madu,
Keprok Maga, dan Beras Sitepu dari Medan, Sumatra Utara, Siam Pontianak dari
Kalimantan Barat, Pamelo Nambangan, Sri Nyonya, dan Magetan dari Magetan,
Jawa Timur (Chaireni 2008).
Jeruk limau merupakan jenis jeruk yang belum dikembangkan dengan baik
di Indonesia. Umumnya buah jeruk limau digunakan sebagai penyedap masakan
karena memiliki aroma yang segar. Penggunaan jeruk limau dalam berbagai
masakan khususnya masakan Indonesia menunjukkan bahwa buah jeruk limau
memiliki potensi pasar yang baik. Namun usaha tani jeruk limau di Indonesia
sebagian besar masih dilakukan secara tradisional, umumnya pada lahan
pekarangan dan kebun rumah. Hal ini menyebabkan ketersediaan jeruk limau di
dalam negeri masih tergolong rendah. Faktor lain yang dapat menyebabkan
produksi jeruk limau rendah adalah karena mutu benih yang kurang baik.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas buah jeruk limau adalah
dengan menyediakan bibit unggul. Bibit unggul dapat diperoleh dengan cara
memperbanyak tanaman secara vegetatif, atau gabungan antara vegetatif untuk
batang atas dan generatif untuk batang bawah. Secara umum, bibit okulasi dapat
dikatakan paling diminati karena merupakan perpaduan dua sifat unggul tetuanya.
Batang bawah bibit okulasi tidak diperoleh dari jeruk sembarangan namun harus
diperoleh dari benih yang memiliki mutu yang baik (Anindiawati 2011). Menurut
Samira (1999), salah satu tahap awal dalam memperoleh benih bermutu tinggi
adalah cara ekstraksi benih yang tepat. Pembersihan lendir yang tepat pada jeruk
besar dapat membantu meningkatkan mutu benih jeruk besar. Sadjad et al. (1980)
menyatakan bahwa ekstraksi benih jeruk besar dengan HCl memberikan hasil
yang terbaik serta dapat meningkatkan permeabilitas kulit benih.
Faktor lain yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah media
perkecambahan dan kadar air benih. Media perkecambahan memiliki pengaruh
penting terhadap pertumbuhan kecambah. Penggunaan media perkecambahan
akan menunjukkan hasil yang berbeda pada komoditas yang berbeda, sehingga
diperlukan penggunaan media perkecambahan yang tepat agar dapat membantu
meningkatkan viabilitas benih yang ditanam. Hal lain yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan kecambah adalah kadar air. Menurut Widajati et al. (2013), kadar air
benih menentukan tingkat kerusakan mekanis saat pengolahan, kemampuan benih
mempertahankan viabilitasnya selama di penyimpanan serta menentukan lulus
tidaknya dalam pengujian benih bersertifikat.
Penelitian ini merupakan langkah awal dalam mencari informasi tentang
sifat benih jeruk limau dan penanganannya dalam pengembangan buah jeruk
limau sebagai salah satu bumbu masakan.

2
2
2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode ekstraksi terbaik,
menentukan waktu pengamatan daya berkecambah yang tepat, dan mendapatkan
media perkecambahan terbaik, serta mengetahui kadar air kritikal benih jeruk
limau.
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Terdapat metode ekstraksi terbaik untuk benih jeruk limau.
2. Diperoleh waktu pengamatan daya berkecambah benih jeruk limau.
3. Terdapat media perkecambahan terbaik untuk benih jeruk limau.
4. Kadar air kritikal benih jeruk limau berkisar antara 10-12%.

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Jeruk Limau
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina
dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun lalu,
jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Jenis
jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk keprok (C. reticulata
L.), jeruk siam (C. sinensis L.) yang terdiri atas Siam Pontianak, Siem Garut,
Siam Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. dan C. sinensis L.), jeruk
sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C. maxima Merr.) yang terdiri atas jeruk
Nambangan-Madiun dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yang terdiri atas jeruk
nipis (C. aurantifolia), jeruk purut (C. histrix), dan jeruk sambal (C. amblycarpa)
(Prihatman 2000).
Jeruk limau merupakan tanaman perdu atau pohon kecil dengan tinggi bisa
mencapai 5 m. Buah jeruk limau memiliki diameter sekitar 2-3 cm, tebal, dan sulit
dikupas. Buahnya berwarna hijau dan akan menguning jika sudah matang. Buah
jeruk limau memiliki biji yang banyak dan kecil-kecil, licin, dan berbentuk bulat
telur sungsang. Tjitrosoepomo (2003) menyatakan bahwa biji jeruk memiliki
lapisan kulit luar (testa) yang tipis dan bagian pelindung utama bagian biji yang
ada di dalam dan lapisan kulit dalam (tegmen) biasanya tipis seperti selaput.
Ekstraksi Benih
Ekstraksi adalah suatu kegiatan mengeluarkan benih dari buah dan
membersihkan benih dari lendir sehingga diperoleh benih dalam keadaan bersih.
Terdapat banyak cara yang dapat diterapkan dalam proses ekstraksi tetapi setiap
varietas dari jenis yang sama sekalipun memerlukan penanganan yang berbeda.
Penggunaan cara ekstraksi yang tidak tepat dapat mengakibatkan pelukaan benih

3

dan keracunan. Setiap lot benih dapat berbeda daya tahannya terhadap suatu jenis
cara ekstraksi tergantung dari karakteristik benihnya (Sumartuti 2004).
Stubsgaard dan Moestrup dalam Samira (1999) menyatakan bahwa pada
umumnya lendir yang menyelimuti benih mengandung senyawa kimia yang dapat
menghambat perkecambahan. Oleh karena itu lendir yang melekat pada kulit
benih harus dibersihkan setelah benih dikeluarkan dari buah. Lendir pada benih
dapat dibersihkan dengan cara: (1) merendam benih dalam air selama beberapa
waktu (fermentasi); (2) menggosok benih dengan abu gosok atau serbuk gergaji
(mekanik); (3) menggosok benih pada ayakan dengan perlahan dengan dialirkan
air (mekanik) dan (4) merendam benih dengan menggunakan larutan asam atau
larutan kimia.
Menurut Sadjad et al. (1980) ekstraksi benih jeruk besar dengan HCl
memberikan hasil yang terbaik karena asam yang digunakan selain membersihkan
lendir yang menempel pada benih juga meningkatkan permeabilitas kulit benih.
Samira (1999) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh cara ekstraksi, suhu
penyimpanan dan periode simpan terhadap viabilitas benih jeruk besar (Citrus
maxima Merr.), menunjukkan bahwa vigor kekuatan tumbuh dan vigor daya simpan
dari benih yang diekastraksi dengan HCl 0.5% selama 20 menit lebih tinggi dari
pada ekstraksi benih dengan air dan abu gosok.
Pengujian Daya Berkecambah dan Media Perkecambahan
Menurut Widajati et al. (2013), penentuan pada uji daya berkecambah
benih dilakukan dua kali. Pengamatan pertama ditunjukkan untuk menjaga kondisi
lingkungan perkecambahan tetap optimum selama periode pengujian, benih yang
telah tumbuh menjadi kecambah normal dihitung, dicatat jumlahnya, setelah itu
dikeluarkan dari media. Benih yang busuk, bercendawan juga disingkirkan. Benih
yang belum berkecambah atau kecambah belum tumbuh normal dibiarkan dalam
media tanam hingga akhir pengujian. Pengamatan kedua atau hitungan kedua
semua kecambah normal, abnormal, benih mati dan benih segar tidak tumbuh
dijumlah.
Perkecambahan benih merupakan suatu proses awal yang penting untuk
kehidupan tanaman selanjutnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses
perkecambahan adalah media perkecambahan benih. Media perkecambahan yang
baik haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan
menyimpan air dan bebas dari organisme penyebab penyakit (Murniati 2005).
Febriyan (2014) menyatakan bahwa media pasir merupakan media yang nyata
lebih tinggi untuk benih pala berdasarkan peubah daya berkecambah (2.67%) dan
tinggi tunas (7.13 cm). Penelitian Murniarti (2005), menyatakan bahwa media
perkecambahan yang optimum untuk perkecambahan benih mengkudu adalah
media tanah campur kompos dengan perbandingan 1:1.
Kadar Air Benih
Kadar air benih adalah kandungan air dalam benih terhadap bobot basah
atau bobot kering benih dalam hitungan persen (Widajati et al. 2013). Dinarto
(2010) menyatakan kadar air benih merupakan suatu fungsi dari kelembaban
relatif udara sekitarnya dan kadar air suatu benih bergantung pada kelembaban

4
2
2
relatif udara sekitarnya. Pada saat kelembaban relatif udara sekitar benih
meningkat (tinggi), maka kadar air benih akan meningkat pula sampai terjadi nilai
keseimbangan antara kadar air benih dengan kelembaban relatif udara sekitarnya.
Benih dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan sifat kepekaannya terhadap
pengeringan dan suhu yaitu benih ortodoks, rekalsitran, dan intermediet. Benih
ortodoks adalah benih yang pada masak panen atau fisiologi memiliki kandungan
kadar air yang relatif rendah (BBPPTP 2013). Widajati et al. (2013) menyatakan
bahwa batasan kadar air pada benih ortodoks adalah 5-14% dengan batasan suhu
0-30oC. Benih rekalsitran peka terhadap penurunan kadar air dengan kadar air
kritikalnya berkisar 12-31%. Benih intermediet adalah benih yang lebih toleran
terhadap penurunan kadar air sampai dengan 5-10% tetapi tidak toleran terhadap
suhu rendah yaitu berkisar 15-20oC.
Widajati et al. (2013) menyatakan, bahwa kategori benih ortodoks,
rekalsitran maupun intermediet dapat berbeda diantara setiap spesies bahkan
dalam satu lot benih dalam satu varietas, seperti pada jeruk yang memiliki
perbedaan jenis benih dalam satu spesies. Penelitian Mulsanti (2002) berjudul
pengaruh lama pengeringan berdasarkan viabilitas benih jeruk JC (Japanese
citroen) menunjukkan, benih mengalami penurunan viabilitas pada saat benih
dikeringkan hingga di bawah kadar air kritisnya dimana kadar air kritis untuk
benih jeruk JC berada antara kadar air 45.15% dan 20.26%.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Mei 2015 sampai bulan Januari 2016.
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jeruk
limau. Benih yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari ekstraksi buah
jeruk limau secara manual. Bahan lain yang digunakan adalah aquadest, abu
gosok, talek, HCl 1%, pasir, campuran pasir:tanah (1:1), dan tisu towel ukuran
22.5 cm x 22.5 cm. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
timbangan digital, cawan porselen, oven kadar air, oven BKKN, desikator, kertas
CD, amplop, alat pengecambah benih tipe IPB 72-1, alat pengepres kertas merang
IPB 75-1, plastik mika ukuran 26 cm x 26 cm, saringan pasir, dan label.
Rancangan Percobaan
Percobaan 1. Metode ekstraksi benih jeruk limau
Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
satu faktor yang terdiri atas empat taraf yaitu, aquadest, abu gosok, talek, dan HCl

5

1%. Setiap perlakuan terdiri atas 4 ulangan sehingga terdapat 16 satuan
percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 30 benih untuk ditanam dan 20
benih untuk pengukuran kadar air, sehingga jumlah benih yang digunakan adalah
800 benih. Model rancangan yang digunakan adalah:
Yej = µ + αe + εej
Yej
µ
αe
εej

= Respon perlakuan ekstraksi ke-e dan ulangan ke-j
= Rataan umum percobaan
= Pengaruh perlakuan ekstraksi ke-e (e = 1, 2, 3,4)
= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ekstraksi ke-e dan ulangan ke-j

Percobaan 2. Pengujian daya berkecambah benih jeruk limau
Penentuan dalam memperoleh hitungan pertama dan hitungan kedua dalam
pengujian daya berkecambah dilakukan dengan mengamati kecambah normal
setiap hari hingga diperoleh persentase kecambah normal harian tertinggi sebagai
hitungan pertama dan persentase kecambah normal kumulatif tertinggi sebagai
hitungan kedua. Percobaan pada media perkecambahan disusun dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yang terdiri atas tiga
taraf yaitu, pasir, campuran pasir:tanah (1:1), dan tisu towel. Percobaan dilakukan
sebanyak empat kali ulangan sehingga terdapat 12 satuan percobaan. Setiap satuan
percobaan terdiri atas 30 benih untuk ditanam dan 20 benih untuk pengukuran
kadar air, sehingga jumlah benih yang digunakan adalah 440 benih. Model
rancangan yang digunakan adalah :
Ymj = µ + αm + εmj
Ymj
µ
αm
εmj

= Nilai pengamatan dari perlakuan ke-m ulangan ke-j
= Rataan umum percobaan
= Pengaruh perlakuan ke-m (m = 1, 2,3)
= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-m ulangan ke-j

Percobaan 3. Kadar air kritikal benih jeruk limau
Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
satu faktor yang terdiri atas tujuh taraf yaitu , 0 x 24 jam, 1 x 24 jam, 2 x 24 jam, 3
x 24 jam, 4 x 24 jam, 5 x 24 jam, dan 6 x 24 jam. Percobaan akan dilakukan
sebanyak empat kali ulangan sehingga terdapat 28 satuan percobaan. Setiap satuan
percobaan terdiri atas 30 benih untuk ditanam dan 20 benih untuk pengukuran
kadar air, sehingga jumlah benih yang digunakan adalah 1 400 benih. Model
rancangan yang digunakan adalah :
Yaj = µ + αa + εaj
Yaj
µ
αa
εaj

= Nilai pengamatan dari perlakuan ke-a ulangan ke-j
= Rataan umum percobaan
= Pengaruh perlakuan ke-a (a = 1, 2, 3,4,5,6,7)
= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-a ulangan ke-j

6
2
2
Analisis Data
Data yang diperoleh dari ketiga percobaan di atas akan dianalisis dengan
uji F menggunakan perangkat lunak SAS (Statistical Analysis System). Uji lanjut
Duncen Multiple Range Test (DMRT) dilakukan apabila terdapat perbedaan nyata
pada taraf 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Percobaan 1. Metode ekstraksi benih jeruk limau
Benih jeruk limau yang sudah dikeluarkan dari daging buah kemudian
direndam di dalam air untuk memisahkan antara benih yang mengembang dan
tenggelam. Benih yang mengembang dibuang sedangkan benih yang tenggelam
selanjutnya diekstraksi sesuai perlakuan.
Ekstraksi menggunakan aquadest dilakukan dengan cara merendam benih
selama 30 menit kemudian benih dibersihkan sambil diremas-remas. Ekstraksi
menggunakan abu gosok dan talek dilakukan dengan cara meremas-remas benih
hingga benih bersih dari lendir. Ekstraksi menggunakan HCl 1% dilakukan
dengan cara merendam benih dalam larutan HCl 1% selama 20 menit. Uji
viabilitas benih dilakukan dengan metode uji kertas digulung dan dilapisi plastik
(UKDdp). Benih dikecambahkan di dalam alat pengecambah benih tipe IPB 72-1
selama 30 hari.
Percobaan 2. Pengujian daya berkecambah benih jeruk limau
Benih jeruk limau yang telah diekstraksi menggunakan talek selanjutnya
dikecambahkan pada tiga media perkecambahan yang berbeda, yaitu media pasir,
campuran pasir:tanah (1:1) dan tisu towel. Pasir yang digunakan disaring terlebih
dahulu kemudian dicuci. Tanah yang digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu
sebelum dicampur dengan pasir seperti membuang batu dan kotoran lainnya. Tisu
towel yang digunakan adalah sebanyak tiga lembar dan harus dilembabkan
terlebih dahulu menggunakan aquadest. Ketiga media tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam wadah mika plastik.

(a)
(b)
(c)
Gambar 1 Perbandingan media perkecambahan: (a) Media pasir; (b) Media
campuran pasir:tanah (1:1); Media tisu towel
Penanaman pada media pasir dan campuran pasir:tanah dilakukan dengan
metode top of sand, dimana benih hanya ditekan di atas permukaan. Penanaman

7

pada media tisu towel dilakukan dengan metode uji diatas kertas (UDK). Benih
dikecambahkan hingga diperoleh waktu pengamatan daya berkecambah yaitu
hitungan pertama dan hitungan kedua pada benih jeruk limau.
Percobaan 3. Kadar air kritikal benih jeruk limau
Benih jeruk limau yang telah diekstraksi menggunakan talek selanjutnya
dibilas dan dikeringkan sesuai perlakuan. Lama pengeringan terdiri atas, 0 x 24
jam, 1 x 24 jam, 2 x 24 jam, 3 x 24 jam, 4 x 24 jam, 5 x 24 jam, dan 6 x 24 jam.
Penanaman benih dilakukan pada media pasir dengan cara penanaman top of sand
dan dikecambahkan selama 29 hari.
Pengamatan
Pengamatan pada percobaan metode ekstraksi dilakukan terhadap lima
peubah yaitu kadar air (KA), daya berkecambah (DB), berat kering kecambah
normal (BKKN), potensi tumbuh maksimum (PTM), dan indeks vigor (IV).
Pengamatan yang dilakukan pada percobaan pengujian daya berkecamabah yaitu
dengan mengamati jumlah kecambah normal pada tiga media yang berbeda, yaitu
pasir, campuran pasir:tanah, dan tisu towel. Pengamatan dilakukan hingga dapat
ditentukan hitungan pertama dan hitungan kedua untuk pengujian daya
berkecambah pada benih jeruk limau. Selain itu, dilakukan pengamatan lain untuk
melihat pengaruh dari ketiga media perkecambahan tersebut yaitu, daya
berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM), indeks vigor (IV) dan
kecepatan tumbuh (KCT). Pengamatan pada percobaan kadar air kritikal dilakukan
terhadap lima peubah yaitu kadar air (KA), daya berkecambah (DB), potensi
tumbuh maksimum (PTM), indeks vigor (IV) dan kecepatan tumbuh (KCT).
1. Kadar air
Kadar air benih diukur dengan menggunakan 20 butir benih. Kadar air
dihitung menggunkan metode oven suhu rendah 103±2oC selama 17±1 jam.
=
Keterangan :
KA
= Kadar air
M1
= Bobot cawan
M2
= Bobot cawan dan benih sebelum dioven
M3
= Bobot cawan dan benih sesudah dioven
2. Daya Berkecambah (DB)
Daya berkecambah adalah kemampuan benih untuk berkecambah dan
berproduksi normal dalam kondisi optimum. Kriteria kecambah normal yang
digunakan adalah kriteria kecambah normal secara umum yaitu, kecambah
tumbuh sehat, epikotil tumbuh normal, dengan pertumbuhan dua kali panjang
benih dan daun pertama sudah membuka sempurna (Mulsanti 2002). Daya
berkecambah dihitung berdasarkan jumlah kecambah normal pada hitungan
pertama dan kedua.

8
2
2
=
3. Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Pengukuran bobot kering kecambah normal dilakukan pada benih yang
berbeda. Benih yang telah dikecambahkan pada meode UKDdp dimasukkan ke
dalam amplop yang berisi kecambah normal yang terdiri atas plumula, epikotil
dan radikula, selanjutnya amplop dimasukkan ke dalam oven pada suhu 60 oC
selama 3 hari. Bobot kering kecambah normal tersebut selanjutnya ditimbang.
Nilai berat yang telah dikeringkan dengan oven tersebut dinyatakan sebagai bobot
kering kecambah normal.
4. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)
Potensi tumbuh maksimum mengidentifikasi viabilitas total benih. Potensi
tumbuh maksimum dilakukan dengan menghitung jumlah benih yang
berkecambah hingga akhir waktu pengamatan. Potensi tumbuh maksimum
dihitung dengan menggunakan rumus:
=
5. Indeks Vigor (IV
Indeks vigor merupakan salah satu peubah dalam pengamatan vigor benih.
Semakin tinggi nilai persentase indeks vigor dari suatu lot benih maka semakin
tinggi vigornya untuk mampu tumbuh menjadi kecambah normal pada kondisi
suboptimum. Penghitungan indeks vigor dilakukan berdasarkan persentase
kecambah normal pada hitungan pertama. Indeks vigor dihitung menggunakan
rumus:
=
6. Kecepatan Tumbuh (KCT)
Kecepatan tumbuh benih mencerminkan vigor individual benih dikaitkan
dengan waktu. Kecepatan tumbuh dihitung berdasarkan jumlah kecambah normal
yang dapat tumbuh setiap satu etmal (24 jam), dengan rumus :

Keterangan :
KCT = Kecepatan tumbuh
N
= Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan hari ke-i
t
= Waktu pengamatan ke-i (etmal)
i
= Lama waktu pengamatan

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Benih Jeruk Limau
Benih jeruk limau yang digunakan merupakan benih yang berasal dari
kebun petani di Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Benih yang
digunakan berasal dari buah yang sudah mencapai matang fisiologis berwarna
kuning kehijauan hingga kuning merata (Gambar 2). Buah jeruk limau dipanen
kurang lebih enam bulan setelah bunga mekar. Satu buah jeruk limau berkisar
antara 5-10 biji.

(a)
(b)
Gambar 2 Buah dan benih jeruk limau: (a) Buah jeruk limau; (b) Benih jeruk
limau
Pada pengamatan kecambah normal benih jeruk limau, terdapat kecambah
poliembrioni pada setiap ulangan (Gambar 3). Kecambah poliembrioni yang
tumbuh berkisar antara 9-12 kecambah poliembrioni dari 30 benih yang ditanam.

(a)
(b)
Gambar 3 Struktur kecambah benih jeruk limau: (a) Struktur kecambah normal;
(b) Struktur kecambah normal poliembrioni
Kriteria kecambah normal untuk benih jeruk limau sejauh ini belum
diketahui. Menurut Widajati et al. (2013), struktur kecambah normal yang harus
diperhatikan adalah adanya perakaran primer dan sekunder, kedua kotiledon,
epikotil, dan plumula.
Metode Ekstraksi Benih Jeruk Limau
Ekstraksi benih merupakan metode untuk membersihkan lendir dari kulit
biji. Lendir yang menempel pada kulit biji dapat menjadi salah satu faktor

10
2
2
penghambat dalam perkecambahan benih. Penelitian Samira (1999) melaporkan
bahwa pembersihan lendir dapat dipercepat menggunakan larutan asam. Hasil
rekapitulasi analisis sidik ragam pada metode ekstraksi terhadap seluruh peubah
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh metode ekstraksi terhadap peubah
yang diamati
Peubah
KT
F-Hitung
KK (%)
Kadar Air (%)
48.637
13.81*
9.62
tn
Daya Berkecambah (%)
43.667
1.66
5.95
tn
Berat Kering Kecambah Normal (g)
0.006
1.09
6.52t (21.89)
Potensi Tumbuh Maksimum (%)
9.000
0.73tn
3.65
tn
Indeks Vigor (%)
0.709
1.64
10.69t (21.76)
Keterangan : * = berpenga
p
α=5 ; =
p
tengah; KK = koefisien keragaman; t = data ditransformasi ke √

;

=

Berdasarkan Tabel 1, perlakuan metode ekstraksi menunjukkan hasil yang
berbeda nyata berdasarkan peubah kadar air, sedangkan perlakuan metode
ekstraksi menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan peubah daya
berkecambah, berat kering kecambah normal, potensi tumbuh maksimum, dan
indeks vigor. Nilai tengah pengaruh perlakuan metode ekstraksi terhadap peubah
kadar air, daya berkecambah, berat kering kecambah normal, potensi tumbuh
maksimum, dan indeks vigor dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai tengah dari peubah yang diamati pada perlakuan metode ekstraksi
KA (%) DB (%) BKKN (g) PTM (%) IV (%)
Perlakuan
Aquadest
22.71a
82
0.39
95
27
Abu gosok
16. 50b
87
0.52
98
31
Talek
16.47b
90
0.46
97
34
HCl 1%
22.33a
86
0.46
95
38
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
p
α = 5 ; KA = kadar air; DB = daya berkecambah; BKKN = berat kering
kecambah normal; PTM = potensi tumbuh maksimum; IV = indeks vigor

Berdasarkan peubah kadar air, perlakuan metode ekstraksi menggunakan
aquadest dan HCl 1% memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan metode
ekstraksi menggunakan abu gosok dan talek. Hal tersebut diduga karena
perbedaan dalam perlakuan metode ekstraksi benih. Menurut Raganatha et al.
(2014), benih memiliki sifat higroskopis, yaitu mudah menyerap uap air dari
lingkungan sekitarnya sampai tercapai keseimbangan antara kadar air di dalam
benih dan lingkungannya. Perlakuan perendaman benih pada metode ekstraksi
menggunakan aquadest dan HCl 1% diduga menyebabkan kandungan air di dalam
benih menjadi lebih tinggi (Tabel 2).
Berdasarkan peubah daya berkecambah, perlakuan metode ekstraksi
menggunakan talek menunjukkan hasil yang paling optimum yaitu sebesar 90%.
Berdasarkan peubah berat kering kecambah normal dan potensi tumbuh
maksimum, perlakuan metode ekstraksi menggunakan abu gosok menunjukkan
hasil yang paling optimum yaitu sebesar 0.52 g dan 98%. Berdasarkan peubah

11

indeks vigor, perlakuan metode ekstraksi menggunakan HCl 1% menunjukkan
hasil yang paling optimum yaitu sebesar 38% (Tabel 2).
Pengujian Daya Berkecambah Benih Jeruk Limau
a. Penentuan Waktu Pengamatan Daya Berkecambah
Daya berkecambah dihitung berdasarkan persentase kecambah normal
pada pengamatan pertama dan kedua. Menurut Sadjad (1994), penentuan waktu
pengamatan pertama didasarkan pada bertambahnya persentase perkecambahan
normal yang terjadi setiap hari dengan menghitung pada saat kapan mencapai
persentase tambahan kecambah normal yang maksimum. Pengamatan kedua
dilakukan hal yang sama tetapi terhadap jumlah kecambah normal secara
kumulatif atau dengan kata lain pengamatan hari kedua terjadi pada hari
pencapaian akumulasi persentase perkecambahan yang maksimum. Grafik
penentuan waktu pengamatan daya berkecambah benih jeruk limau pada media
pasir, campuran pasir:tanah (1:1), dan tisu towel disajikan dalam Gambar 4.

(a)

(b)

(c)
Gambar 4 Grafik penentuan waktu berkecambah benih jeruk limau pada berbagai
media perkecambahan: (a) Media pasir; (b) Media campuran pasir:tanah (1:1); (c)
Media tisu towel
Berdasarkan Gambar 4, hitungan pertama pada media perkecambahan
pasir adalah hari ke-20 dengan persentase daya berkecambah harian maksimum
yaitu sebesar 22.50%, dan hitungan kedua adalah hari ke-29 dengan persentase
daya berkecambah kumulatif maksimum yaitu sebesar 86.67% (Lampiran 1).
Hitungan pertama pada media perkecambahan campuran pasir:tanah (1:1) adalah
hari ke-20 dengan persentase daya berkecambah harian maksimum yaitu sebesar
20%, dan hitungan kedua adalah hari ke-29 dengan persentase daya berkecambah
kumulatif maksimum yaitu sebesar 84.17% (Lampiran 2). Hitungan pertama pada

12
2
2
media tisu towel adalah hari ke-23 dengan persentase daya berkecambah harian
maksimum yaitu sebesar 6.67%, dan hitungan kedua adalah hari ke-30 dengan
persentase daya berkecambah kumulatif maksimum yaitu sebesar 47.50%
(Lampiran 3).
Tabel 3 Hasil pengamatan hitungan pertama dan kedua pada ketiga media
perkecambahan
Kecambah Normal (%)
Waktu Pengamatan Hari Ke
Media
Perkecambahan
I
II
I
I+II
Pasir
20
29
22.50
86.67
Pasir tanah (1:1)
20
29
20.00
84.17
Tisu towel
23
30
6.67
47.50
Berdasarkan Tabel 3, waktu pengamatan daya berkecambah benih jeruk
limau pada media perkecambahan pasir dan campuran pasir:tanah (1:1)
menunjukkan waktu pengamatan yang lebih cepat dibandingkan waktu
pengamatan pada media tisu towel. Hitungan pertama pada media pasir dan
campuran pasir:tanah (1:1) lebih cepat tiga hari dibandingkan waktu pengamatan
pada media tisu towel. Hitungan kedua pada media pasir dan campuran
pasir:tanah (1:1) lebih cepat satu hari dibandingkan pada media tisu towel.
b. Media Perkecambahan Benih Jeruk Limau
Hasil rekapitulasi analisis sidik ragam pada media perkecambahan
terhadap seluruh peubah disajikan pada Tabel 4. Perlakuan media perkecambahan
menunjukkan hasil yang berbeda nyata berdasarkan peubah daya berkecambah
dan kecepatan tumbuh, sedangkan media perkecambahan menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata berdasarkan peubah potensi tumbuh maksimum dan indeks
vigor.
Tabel 4 Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh media perkecambahan terhadap
peubah yang diamati
Peubah
KT
F-Hitung
KK (%)
*
Daya Berkecambah (%)
2008.592
127.53
5.47
Potensi Tumbuh Maksimum (%)
6.482
0.45tn
4.02
tn
Indeks Vigor (%)
2.531
2.13
17.85 t (39.02)
-1
*
Kecepatan Tumbuh (% etmal )
4.863
63.28
8.42
:*=
p
p
α=5 ; =
p
tengah; KK = koefisien keragaman; t = data ditransformasi ke √

;

=

Nilai tengah perlakuan media perkecambahan terhadap peubah daya
berkecambah, potensi tumbuh maksimum, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh
dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5, media perkecambahan pasir dan
campuran pasir:tanah (1:1) menunjukkan hasil yang nyata lebih tinggi
viabilitasnya dibandingkan media perkecambahan tisu towel pada seluruh peubah.
Berdasarkan seluruh peubah, media pasir menunjukkan hasil yang paling
optimum.

13

Tabel 5 Nilai tengah dari peubah yang diamati pada perlakuan media
perkecambahan
KCT
Perlakuan
DB (%)
PTM (%)
IV (%)
(% etmal-1)
Pasir
86.67a
95.83
38.33
3.967a
Pasir tanah (1:1)
84.17a
95.00
37.50
3.890a
Tisu towel
47.50b
93.33
22.50
2.020b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
p
α=5 ;
=
;
=p
s
s
;
=
indeks vigor; KCT = kecepatan tumbuh

Sudomo (2012) menyatakan bahwa kebutuhan akan air dan aerasi setiap
jenis tanaman berbeda-beda sehingga penggunaan media yang berbeda akan
memberikan respon perkecambahan yang berbeda pula. Hasil penelitian Sudomo
(2012) menunjukkan bahwa media pasir memberikan persentase perkecambahan
yang paling baik dibandingkan media perkecambahan tanah, serbuk gergaji dan
cocopeat. Media pasir memberikan persentase terbaik disebabkan karena media
tersebut mempunyai porositas dan aerasi yang baik. Penyiraman yang dilakukan
setiap hari akan mengakibatkan kondisi media lembab tetapi dengan porositas dan
aerasi media yang baik maka air tersebut akan mudah lewat sehingga benih tidak
busuk. Penelitian tersebut sesuai dengan penelitian ini, dimana media
perkecambahan pasir menunjukkan hasil yang paling optimum berdasarkan
seluruh peubah, yaitu daya berkecambah sebesar 86.67%, potensi tumbuh
maksimum sebesar 95.83%, indeks vigor sebesar 38.33%, dan kecepatan tumbuh
sebesar 3.967% etmal-1 (Tabel 4).
Berdasarkan Tabel 4, media perkecambahan pada tisu towel menunjukkan
hasil terendah berdasarkan peubah daya berkecambah yaitu sebesar 47.50%,
potensi tumbuh maksimum sebesar 93.33%, indeks vigor sebesar 22.50%, dan
kecepatan tumbuh sebesar 2.020% etmal-1. Hal tersebut diduga karena perlakuan
pada media tisu towel dilakukan dengan cara yang kurang tepat. Penanaman
dengan Metode Uji Diatas Kertas (UDK) seharusnya dikecambahkan
menggunakan alat pengecambah benih, sehingga kondisi perkecambahan lebih
terkontrol. Berdasarkan peubah potensi tumbuh maksimum, ketiga media
menunjukkan hasil yang relatif sama tinggi, yaitu sebesar 95.83% (media pasir),
95% (media campuran pasir:tanah (1:1)), dan 93.33% (media tisu towel). Data
tersebut menunjukkan bahwa pada ketiga media, benih jeruk limau memiliki
potensi pertumbuhan yang relatif sama tinggi.

(a)
(b)
(c)
Gambar 5 Perbandingan kecambah normal pada berbagai media perkecambahan:
(a) Media pasir; (b) Media campuran pasir:tanah (1:1); (c) Media tisu towel

14
2
2
Berdasarkan Gambar 5, kecambah pada media pasir dan campuran
pasir:tanah (1:1) menunjukkan keragaan kecambah yang relatif sama tinggi dan
daun sama besar. Keragaan kecambah pada media tisu towel menunjukkan
keragaan kecambah yang lebih pendek dan daun yang lebih kecil.
Kadar Air Kritikal Benih Jeruk Limau
Hasil rekapitulasi analisis sidik ragam pada lama pengeringan terhadap
seluruh peubah disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6, perlakuan lama
pengeringan menunjukkan hasil yang berbeda nyata berdasarkan peubah kadar air,
daya berkecambah, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh, sedangkan perlakuan
lama pengeringan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan
peubah potensi tumbuh maksimum.
Tabel 6 Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh lama pengeringan terhadap
peubah yang diamati
Peubah
KT
F-Hitung
KK (%)
*
Kadar Air (%)
906.461
409.29
5.25
*
Daya Berkecambah (%)
225.405
7.10
7.78
tn
Potensi Tumbuh Maksimum (%)
12.833
1.24
3.91
*
Indeks Vigor (%)
135.016
6.76
15.58
Kecepatan Tumbuh (% etmal-1)
0.566
9.47*
7.31
:*=
p
p
α=5 ;
tengah; KK = koefisien keragaman

=

p

;

=

Nilai tengah pengaruh perlakuan lama pengeringan terhadap kadar air,
daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, indeks vigor dan kecepatan
tumbuh dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Nilai tengah dari peubah yang diamati pada perlakuan lama pengeringan
KCT (%
Perlakuan
KA (%)
DB (%)
PTM (%) IV (%)
etmal-1)
0 x 24 jam
52.16a
80.84a
85.00
35.83a
3.737a
1 x 24 jam
42.02b
75.00ab
83.33
34.17ab
3.609ab
2 x 24 jam
32.75c
72.50ab
82.22
31.67ab
3.387ab
3 x 24 jam
26.68d
78.33ab
83.33
29.17ab
3.642abc
4 x 24 jam
19.80e
70.84b
80.84
20.84bc
3.129bc
5 x 24 jam
15.09f
71.67b
80.84
27.50c
3.260c
6 x 24 jam
10.05g
57.50c
80.00
21.67c
2.651d
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
p
α=5 ;
=
;
=
;
= potensi tumbuh
maksimum; IV = indeks vigor; KCT = kecepatan tumbuh

Perlakuan lama pengeringan menyebabkan penurunan kadar air dengan
nilai yang berbeda nyata untuk setiap taraf lama pengeringan benih. Penelitian
Mulsanti (2002) melaporkan, bahwa daya berkecambah jeruk JC menurun sejalan
dengan menurunnya kadar air benih. Hal tersebut tidak sesuai dengan percobaan
ini dimana nilai daya berkecambah cenderung fluktuatif. Benih jeruk limau pada

15

lama pengeringan 0 x 24 jam memiliki kadar air yang cukup tinggi yaitu sebesar
52.16% dan setelah dikeringkan selama 6 x 24 jam kadar air menurun hingga
10.05%. Menurut Athiyah (2008), penurunan kadar air dengan pengeringan secara
manual tidak terkontrol dan sulit untuk dijadikan standar. Hubungan antara lama
pengeringan dengan kadar air benih menghasilkan kurva hubungan dengan
persamaan y = 0.001x2 - 0.4264x + 51.836; dengan nilai R2 = 0.9989.

Gambar 6 Kurva hubungan antara lama pengeringan dengan kadar air benih
Perlakuan lama pengeringan 0 x 24 jam menunjukkan hasil yang paling
optimum berdasarkan peubah daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum,
indeks vigor, dan kecepatan tumbuh dengan nilai secara berurutan yaitu sebesar
80.84%, 85%, 35.83%, dan 3.737% etmal-1. Perlakuan lama pengeringan 6 x 24
jam memiliki nilai terendah berdasarkan peubah daya berkecambah, potensi
tumbuh maksimum, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh dengan nilai secara
berurutan yaitu sebesar, 57.50%, 80%, 21.67%, dan 2.651% etmal-1 (Tabel 7).
Berdasarkan Tabel 7, nilai daya berkecambah rata-rata dibawah 80%, nilai
daya berkecambah yang mencapai 80% hanya pada perlakuan lama pengeringan 0
x 24 jam yaitu sebesar 80.84%, pada lama pengeringan 1 x 24 jam dengan nilai
kadar air sebesar 42.02% nilai daya berkecambah sudah menurun menjadi sebesar
75%. Athiyah (2008) menyatakan bahwa standar mutu benih nasional yaitu
memiliki nilai daya berkecambah sebesar 80%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
nilai daya berkecambah pada perlakuan lama pengeringan 1 x 24 jam sudah
berada di bawah standar mutu nasional. Namun, kadar air sebesar 42.02% pada
perlakuan lama pengeringan 1 x 24 jam tersebut tidak dapat disumpulkan sebagai
kadar air kritikal pada benih jeruk limau. Hal tersebut dapat dibandingkan dengan
percobaan pertama yaitu mengenai metode ekstraksi. Benih jeruk limau mampu
diturunkan kadar airnya hingga 16.47% menggunakan talek dengan nilai daya
berkecambah sebesar 90% (Tabel 2). Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar air
kritikal benih jeruk limau dapat diperkirakan berada dibawah 16.47%. Rendahnya
nilai daya berkecambah pada percobaan kadar air kritikal diduga karena buah
jeruk limau yang digunakan memiliki kualitas yang kurang baik. Buruknya
kualitas buah disebabkan karena musim kemarau yang berkepanjangan sehingga
berpengaruh pada mutu benih jeruk limau.

16
2
2

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Metode ekstraksi benih jeruk limau (Citrus amblycarpa (Hassk.) Ochse)
menggunakan aquadest, abu gosok, talek, dan HCl 1% menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata berdasarkan peubah daya berkecambah, dan berkisar antara
82-90%. Meskipun demikian, kadar air benih yang dihasilkan dari ekstraksi
dengan abu gosok dan talek mencapai nilai terbaik yaitu, 16.50% dan 16.47%.
Penentuan untuk waktu pengamatan daya berkecambah, hitungan pertama dan
hitungan kedua pada media pasir dan campuran pasir:tanah (1:1) adalah hari ke 20
dan hari ke 29, sedangkan pada media tisu towel adalah hari ke 23 dan hari ke 30.
Benih jeruk limau yang ditanam pada media perkecambahan pasir dan campuran
pasir:tanah (1:1) nyata lebih tinggi viabilitasnya dibandingkan media tisu towel
kecuali pada peubah potensi tumbuh maksimum dan indeks vigor.
Kadar air kritikal benih jeruk limau belum dapat ditentukan. Namun
berdasarkan percobaan pertama, daya berkecambah benih jeruk limau masih tetap
tinggi (90%) pada kadar air 16.47%, sehingga kadar air kritikal benih jeruk limau
diperkirakan berada di bawah 16.47%.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang metode penurunan kadar air
benih yang terbaik sehingga diperoleh kadar air kritikal yang tepat untuk benih
jeruk limau.

DAFTAR PUSTAKA

Anindiawati Y. 2011. Pengaruh perlakuan masa penyimpanan dan bahan
pembungkus entres terhadap pertumbuhan awal bibit jeruk (Citrus sp.)
secara okulasi [skripsi]. Surakarta (ID). Universitas Sebelas Maret.
Athiyah Z. 2008. Studi dormansi, kadar air kritikal, dan peningkatan kecepatan
perkecambahan benih kenanga (Cananga odorata Lam. Hook. F. &
Thoms.) [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
[BBPPTP] Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. 2013.
Media Simpan benih untuk mempertahankan viabilitas benih kakao
[internet]. [diunduh 2016 Jan 19]. Surabaya (ID). Tersedia pada :
www.ditjenbun.pertanian.go.id.
Chaireni M. 2008. Teknik identifikasi varietas jeruk. J Iptek Hortikultura. 4:6-12.
Dinarto w. 2010. Pengaruh kadar air dan wadah simpan terhadap viabilitas benih
kacang hijau dan populasi hama kumbang bubuk kacang hijau
callosobruchus Chinensis L. J Agri Sains. 1(1):68-78.

17

Febriyan DG. 2014. Pengaruh teknik skarifikasi fisik dan media perkecambahan
terhadap daya berkecambah benih pala (Myristica fragrans) [skripsi].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Mulsanti IW. 2002. Pengaruh lama pengeringan terhadap viabilitas benih jeruk jc
(Japanese citroen) [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Murniati E. 2005. Pengaruh jenis media perkecambahan dan perlakuan pra
perkecambahan terhadap viabilitas benih mengkudu (Morinda citrifolia L.)
dan hubungannya dengan sifat dormansi benih [skripsi]. Bogor (ID).
Institut Pertanian Bogor.
Prihatman K. 2000. Jeruk (Citrus sp.). BPP Teknologi. 1-16.
Raganatha IN, Raka IGN, Siadi IK. 2014. Daya simpan benih tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.) hasil beberapa teknik ekstraksi. J
Agroteknologi Tropika. 3 (3): 183-190.
Sadjad S, Suseno H, Harjadi SS, Sutakaria J, Sugirhaso, Sudarsono. 1980. Dasar Dasar Teknologi Benih Kapasita Selekta. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Sadjad S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Jakarta (ID) : Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Sadjad S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Jakarta (ID): PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Samira D. 1999. Pengaruh cara ekstraksi, suhu penyimpan dan periode simpan
terhadap viabilitas benih jeruk besar (Citrus maxima Meer) [skripsi].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Sudomo A. 2012. Perkecambahan Benih Sengon (Falcataris muluccana (Miq.)
Barnerby & J. W. Grimes) Pada 4 Jenis Media. Seminar Nasional
Penelitian dan PKM : Sains Teknologi dan Ilmu Kesehatan (SNaPP); 2012
Nov 13-14; Bandung, Indonesia. Bandung (ID). Balai Penelitian Teknologi
Agroforesty Ciamis. hlm 37-42.
Sumartuti H. 2004. Pengaruh cara ekstraksi dan pengeringan benih terhadap
viabilitas benih dan vigor bibit pepaya (Carica papaya L.) [skripsi]. Bogor
(ID). Institut Pertanian Bogor.
Tjitrosoepomo G. 2003. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta (ID): Gajah Mada
University Press.
Widajati E, Murniarti E, Palupi ER, Kartika K, Suhartanto MR, Qodir A. 2013.
Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press.

18
2
2

LAMPIRAN
Lampiran 1 Penentuan waktu pengamatan daya berkcecambah pada media pasir
Jumlah
Jumlah
Persentase
Persentase
Kecambah
Kecambah
Kecambah Normal Kecambah Normal
Hari
Normal
Normal
Harian
Kumulatif
Harian
Kumulatif
1
0.00
0.00
0.00
0.00
2
0.00
0.00
0.00
0.00
3
0.00
0.00
0.00
0.00
4
0.00
0.00
0.00
0.00
5
0.00
0.00
0.00
0.00
6
0.00
0.00
0.00
0.00
7
0.00
0.00
0.00
0.00
8
0.00
0.00
0.00
0.00
9
0.00
0.00
0.00
0.00
10
0.00
0.00
0.00
0.00
11
0.00
0.00
0.00
0.00
12
0.00
0.00
0.00
0.00
13
0.00
0.00
0.00
0.00
14
0.00
0.00
0.00
0.00
15
0.00
0.00
0.00
0.00
16
0.25
0.25
0.83
0.83
17
0.00
0.25
0.00
0.83
18
1.25
1.50
4.17
5.00
19
3.25
4.75
10.83
15.83
20
6.75
11.50
22.50
38.33
21
3.00
14.50
10.00
48.33
22
0.75
15.25
2.50
50.83
23
1.25
16.50
4.17
55.00
24
2.00
18.50
6.67
61.67
25
2.00
20.50
6.67
68.33
26
1.50
22.00
5.00
73.33
27
2.25
24.25
7.50
80.83
28
0.25
24.50
0.83
81.67
29
1.50
26.00
5.00
86.67
30
0.00
26.00
0.00
86.67
31
0.00
26.00
0.00
86.67
32
0.25
26.25
0.83
87.50
33
0.50
26.75
1.17
89.17

19

Lampiran 2 Penentuan waktu pengamatan daya berkcecambah pada media
campuran pasir:tanah (1:1)
Jumlah
Jumlah
Persentase
Persentase
Kecambah
Kecambah
Kecambah Normal Kecambah Normal
Hari
Normal
Normal
Harian
Kumulatif
Harian
Kumulatif
1
0.00
0.00
0.00
0.00
2
0.00
0.00
0.00
0.00
3
0.00
0.00
0.00
0.00
4
0.00
0.00
0.00
0.00
5
0.00
0.00
0.00
0.00
6
0.00
0.00
0.00
0.00
7
0.00
0.00
0.00
0.00
8
0.00
0.00
0.00
0.00
9
0.00
0.00
0.00
0.00
10
0.00
0.00
0.00
0.00
11
0.00
0.00
0.00
0.00
12
0.00
0.00
0.00
0.00
13
0.00
0.00
0.00
0.00
14
0.00
0.00
0.00
0.00
15
0.00
0.00
0.00
0.00
16
0.25
0.25
0.83
0.83
17
0.75
1.00
2.50
3.33
18
1.50
2.50
5.00
8.33
19
2.75
5.25
9.17
17.50
20
6.00
11.25
20.00
37.50
21
2.75
14.00
9.17
46.67
22
0.75
14.75
2.50
49.17
23
1.75
16.50
5.83
55.00
24
2.00
18.50
6.67
61.67
25
2.00
20.50
6.67
68.33
26
1.75
22.25
5.83
74.17
27
1.50
23.75
5.00
79.17
28
0.25
24.00
0.83
80.00
29
1.25
25.25
4.17
84.17
30
0.00
25.25
0.00
84.17
31
0.00
25.25
0.00
84.17
32
0.00
25.25
0.00
84.17
33
0.50
25.75
1.67
85.83

20
2
2
Lampiran 3 Penentuan waktu pengamatan daya berkcecambah pada media tisu
jenis towel
Jumlah
Jumlah
Persentase
Persentase
Kecambah
Kecambah
Kecambah Normal Kecambah Normal
Hari
Normal
Normal
Harian
Kumulatif
Harian
Kumulatif
1
0.00
0.00
0.00
0.00
2
0.00
0.00
0.00
0.00
3
0.00
0.00
0.00
0.00
4
0.00
0.00
0.00
0.00
5
0.00
0.00
0.00
0.00
6
0.00
0.00
0.00
0.00
7
0.00
0.00
0.00
0.00
8
0.00
0.00
0.00
0.00
9
0.00
0.00
0.00
0.00
10
0.00
0.00
0.00
0.00
11
0.00
0.00
0.00
0.00
12
0.00
0.00
0.00
0.00
13
0.00
0.00
0.00
0.00
14
0.00
0.00
0.00
0.00
15
0.50
0.50
1.67
1.67
16
0.00
0.50
0.00
1.67
17
0.00
0.50
0.00
1.67
18
0.00
0.50
0.00
1.67
19
1.00
1.50
3.33
5.00
20
0.50
2.00
1.60
6.67
21
1.25
3.25
4.17
10.83
22
1.50
4.75
5.00
15.83
23
2.00
6.75
6.67
22.50
24
1.00
7.75
1.50
25.83
25
1.50
9.50
5.00
31.67
26
0.25
9.50
0.83
32.67
27
1.50
11.00
5.00
36.67
28
1.50
12.50
5.00
41.67
29
1.50
14.00
5.00
46.67
30
0.25
14.25
4.17
47.50
31
0.00
14.25
0.00
47.50
32
0.00
14.25
0.00
47.50
33
0.25
14.50
4.17
48.33

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 12 Juli 1993 dari Bapak Amrit
dan Ibu Neneng Karsa