Respon Produksi Tanaman Tomat Varietas Tora terhadap Perbedaan Kondisi Iklim Mikro Akibat Pemakaian Mulsa Perak dan Hitam

1

RESPON PRODUKSI TANAMAN TOMAT VARIETAS TORA
TERHADAP PERBEDAAN KONDISI IKLIM MIKRO AKIBAT
PEMAKAIAN MULSA PERAK DAN HITAM

FITRI MUNAWAROH

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Produksi
Tanaman Tomat Varietas Tora Terhadap Perbedaan Kondisi Iklim Mikro Akibat
Pemakaian Mulsa Perak dan Hitam adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Fitri Munawaroh
NIM G24100039

ii

iii

ABSTRAK
FITRI MUNAWAROH. Respon Produksi Tanaman Tomat Varietas Tora Terhadap
Perbedaan Kondisi Iklim Mikro Akibat Pemakaian Mulsa Perak dan Hitam.
Dibimbing oleh YONNY KOESMARYONO dan IMPRON.
Tomat varietas Tora merupakan tomat non hibrida yang dibudidayakan dan
dikembangkan oleh IPB. Tomat ini memiliki potensi produksi yang tinggi dan

cocok ditanam di dataran rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
iklim mikro di sekitar tanaman tomat dan mengetahui pengaruh perlakuan mulsa
perak dan hitam terhadap produktivitas. Lokasi penelitian dilakukan di lahan
BMKG tepatnya di desa Situgede, Dramaga Bogor. Perlakuan yang dilakukan
adalah dengan memberikan perlakuan mulsa perak dan mulsa hitam pada tanaman
tomat, penelitian berlangsung dari bulan Februari sampai Juni 2014. Hasil
penelitian menunjukkan tanaman tomat yang berada di mulsa perak lebih optimal
dibandingkan dengan perlakuan di mulsa hitam. Komponen agronomis seperti
tinggi tanaman, jumlah daun dan berat kering total yang diperoleh menunjukkan
perlakuan mulsa perak lebih optimal namun secara statistik hanya berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Radiasi intersepsi pada perlakuan
mulsa perak dan hitam berturut-turut adalah sebesar 171.4 MJ m-2 dan 208.6 MJ m2
dalam satu musim penanaman. Efisiensi radiasi surya total dalam semusim yang
diperoleh adalah 1.7 g/MJ pada mulsa perak dan 1.8 g/MJ pada mulsa hitam.
Perbandingan radiasi pantul dan radiasi yang datang pada mulsa perak ternyata
lebih besar yaitu 0.53 sedangkan pada mulsa hitam yaitu 0.32. Bobot buah total per
tanaman pada mulsa perak sebesar 1370 g dan pada mulsa hitam sebesar 914 g.
Kata kunci: indeks luas daun, akumulasi panas, radiasi global, luas daun spesifik

iv


ABSTRACT
FITRI MUNAWAROH. Response of Tora Tomato Plants Production in Difference
Micro-climatic Condition Effect Using Silver and Black Mulches . Supervised by
YONNY KOESMARYONO and IMPRON.
Tora is non-hybrid tomatoes that cultivated and developed by IPB. This
tomato has a high potential production and suitable to be planted in the low land.
This research aims to analyze the condition of the microclimate around the tomato
plants and determine the treatment effect of mulch types that different in
productivity. Location of the research at BMKG precisely in Situgede, Dramaga
Bogor. Treatment is done is by providing silver and black mulch on tomato plants,
the research was done from February to June 2014 . Result shows that tomato plants
are growing more optimal in silver mulch than the black mulch treatment.
Agronomic components such as plant height, leaf number, and total dry weight
obtained that silver mulch treatment is optimal, but by the statistical treatment the
significantly affect only in plant height and number of leaves. Interception of
radiation in silver and black mulch treatment respectively amounted to 171.4 MJ
m-2 and 208.6 MJ m-2 in planting season. Total of radiation use efficiency in a
season was 1.7 g/MJ on silver mulch and 1.8 g/MJ on black mulch. The
Comparison of the reflected radiation and the radiation that comes in silver mulch

is 0.53, while the black mulch is 0.32. Total fruit weight of each plant in silver
mulch is 1370 g and the black mulch is 914 g.
.
Keywords: leaf area index, heat unit, global radiation, specific leaf area

v

RESPON PRODUKSI TANAMAN TOMAT VARIETAS TORA
TERHADAP PERBEDAAN KONDISI IKLIM MIKRO AKIBAT
PEMAKAIAN MULSA PERAK DAN HITAM

FITRI MUNAWAROH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

vi

vii

Judul Skripsi : Respon Produksi Tanaman Tomat Varietas Tora terhadap
Perbedaan Kondisi Iklim Mikro Akibat Pemakaian Mulsa Perak
dan Hitam
Nama
: Fitri Munawaroh
NIM
: G24100039

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Yonny Koesmaryono, MS
Pembimbing I


Diketahui oleh

Dr Ir Tania June, Msc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Dr Ir Impron, M Agr Sc
Pembimbing II

viii

ix

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
agrometeorologi, dengan judul Respon Produksi Tanaman Tomat Varietas Tora

Terhadap Perbedaan Kondisi Iklim Mikro Akibat Pemakaian Mulsa Perak dan
Hitam.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Yonny Koesmaryono
dan Dr Ir Impron selaku pembimbing.Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014
Fitri Munawaroh

x

xi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR


xii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Tomat
Tomat Varietas Tora IPB
Respon Tanaman Tomat Terhadap Cuaca
Radiasi Matahari
Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya (EPR)
Suhu Udara
Akumulasi Panas
Luas Daun Spesifik
Indeks Luas Daun

Mulsa
Curah Hujan
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Metode Pelaksanaan
Persiapan lahan dan penanaman
Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
Pengukuran kondisi iklim mikro
Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan tanaman
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Tomat
Pengolahan data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Cuaca selama Penelitian
Radiasi Global Harian
Albedo
Akumulasi Panas Tanaman
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Tomat
Tinggi tanaman
Jumlah daun

Berat kering total per tanaman
Indeks Luas Daun dan Koefisien Pemadaman
Luas Daun Spesifik
Intersepsi Radiasi
Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya
Pengaruh Faktor Lain
Bobot Buah Total

1
1
1
2
2
2
3
3
4
4
5
5

6
6
6
7
7
7
7
7
7
7
7
8
8
10
10
12
13
13
15
15
16
17
19
20
21
22
22
23

xii

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

24
24
24
25
27
39

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Akumulasi panas (AP) tanaman tomat
Laju truss tanaman tomat
Pengaruh jenis mulsa terhadap tinggi rata-rata tanaman
Pengaruh jenis mulsa terhadap tinggi rata-rata tanaman
Pengaruh jenis mulsa terhadap berat kering total rata-rata tanaman

14
15
16
18
19

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Tomat varietas Tora (Faperta IPB 2014)
Jarak antar tanaman dalam baris
Ilustrasi neraca radiasi
Kondisi suhu rata-rata saat penelitian suhu bola kering dan bola basah
Kondisi curah hujan saat penelitian
Nilai radiasi global rata rata harian selama penelitian
Nilai albedo selama penelitian di sekitar tanaman tomat pada mulsa perak
( ) dan mulsa hitam ( )
Tinggi rata-rata tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam
( )
Jumlah daun rata-rata tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa
hitam ( )
Berat kering total rata-rata tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan
mulsa hitam ( )
ILD tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( )
Nilai SLA tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( )
Nilai radiasi intersepsi tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa
hitam ( )
Hama penyakit (a) ulat buah tomat (b) bercak kering alternaria (dokumen
pribadi)
Bobot buah tomat selama masa panen pada perlakuan mulsa perak ( )
dan mulsa hitam ( )

3
7
9
11
11
12
13
16
17
18
19
20
21
22
23

xiii

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Deskripsi tomat varietas Tora IPB
Data cuaca selama penelitian
Indeks luas daun dan radiasi intersepsi (nilai k = 0.75)
Radiasi global, radiasi transmisi dan radiasi reflektan
Bobot buah total per panen
Anggaran pengeluaran dan pendapatan
Gambar dokumentasi selama penelitian

27
29
32
34
36
36
37

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tomat adalah salah satu tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis
penting dikarenakan tomat sangat digemari oleh masyarakat dan mempunyai nilai
gizi yang tinggi. Tomat juga termasuk sayuran buah yang memberikan banyak
manfaat untuk masyarakat. Buah tomat mengandung vitamin A, vitamin C dan
sedikit vitamin B yang baik untuk kesehatan dan dapat mengurangi persentase
kurang gizi yang sering terjadi di Indonesia. Buah tomat juga mengandung serat
yang berfungsi memperlancar proses pencernaan makanan dalam perut, membantu
memudahkan buang kotoran. Selain itu buah tomat juga mengandung potasium
yang dapat menurunkan gejala tekanan darah tinggi (Cahyono 2008).
Buah tomat termasuk komoditas holtikultura unggulan di Jawa Barat dan
menjadi komoditas yang berkontribusi paling besar secara nasional pada tahun
2013 dengan nilai produksi sebesar 353.3 ton (BPS 2013). Banyaknya manfaat dari
tomat menyebabkan tanaman tomat mulai dibudidayakan di dataran rendah maupun
dataran tinggi. Pada tahun 2012, tomat mengalami kemerosotan nilai produksi yaitu
17% lebih rendah dibandingkan dengan produksi tahun 2013 (BPS 2013).
Bogor merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang daerahnya termasuk
dataran rendah dan memiliki curah hujan tinggi. Rata-rata tiap tahun curah
hujannya mencapai 3500 – 4000 mm. Oleh karena itu, untuk menghindari
penurunan produksi di tahun tahun berikutnya, pembudidayaan tomat di wilayah
Bogor juga perlu dioptimalkan. Pemakaian mulsa perlu dilakukan untuk membuat
curah hujan yang tinggi di wilayah Bogor tidak begitu berpengaruh negatif bagi
pertumbuhan dan perkembangan tomat serta kualitas buahnya.
Radiasi dan suhu lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tomat. Radiasi diperlukan dalam proses fisiologis tanaman
maupun proses generatifnya (Purwati et al. 2007). Dalam hal ini radiasi matahari
digunakan sebagai sumber energi fotosintesis. Untuk mendapatkan tanaman tomat
dengan hasil yang baik maka diperlukan penyinaran matahari sepanjang hari di
tempat yang terbuka. Selain itu, perbedaan suhu lingkungan yang besar antara siang
dan malam hari dapat berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.
Suhu yang terlalu rendah dapat menghambat pertumbuhan tanaman tomat
sedangkan suhu terlalu tinggi juga dapat menyebabkan berkurangnya produksi
akibat meningkatnya kematian pada tanaman tomat.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui produksi tanaman tomat terhadap
kondisi iklim mikro akibat pemakaian tipe mulsa yang berbeda. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat bagi pembudidaya tanaman
tomat untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Tujuan
1. Menganalisis kondisi iklim mikro seperti radiasi dan suhu lingkungan di sekitar
tanaman tomat.
2. Menganalisis pengaruh pemakaian tipe mulsa plastik yang berbeda terhadap
produktivitas tanaman tomat.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Tomat
Dalam botani atau ilmu tumbuh – tumbuhan, tanaman tomat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Superorder
: Asteridae
Order
: Polemoniales
Family
: Solanaceae
Genus
: Lycopersicon
Species
: Lycopersicon esculetum Mill
Tomat merupakan tanaman herba yang tumbuh tegak dengan tinggi berkisar
antara 0.5-2.5 m dan bercabang. Tomat memiliki akar tunggang , batang berbentuk
silinder dan bercabang. Bunga tomat berwarna kuning dan tersusun dalam tandantandan bunga yang disebut rasemosa dan terdiri atas 4-12 bunga per tandan.
Tanaman tomat memiliki bunga hermaprodit dan bersimetri banyak. Buah tomat
termasuk buah buni, berdaging dan beragam dalam bentuk maupun ukurannya.
Warna buah ditentukan oleh pigmen likopen dan beta karoten. Likopen
menyebabkan warna merah pada buah sedangkan betakaroten menyebabkan warna
kuning (Wijonarko 1990). Berdasarkan tipe pertumbuhan, tanaman tomat
dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu (a) Tipe indeterminate (tidak terbatas) adalah
tipe yang memiliki pola pertumbuhan tidak terbatas atau fase vegetatifnya tetap
tumbuh meskipun telah memasuki masa generatif (b) Tipe determinate (terbatas)
adalah tipe yang memiliki pola pertumbuhan terbatas, fase vegetatif berhenti setelah
memasuki fase generatif (Purwati et al. 2007).
Bunga pada tanaman tomat termasuk dalam kategori sempurna (hermaprodit)
sehingga menurut Thompson et al. (1979), tomat dapat melakukan penyerbukan
sendiri sekaligus mampu melakukan penyerbukan silang dengan bantuan serangga
seperti lebah. Bunga tomat berwarna kuning dan tersusun dalam satu rangkaian
(dompolan) tergantung varietasnya. Bunga tomat dapat pula menghasilkan buah
tanpa adanya persarian, yaitu dengan bantuan zat hormon (fruit-tone) yang
disemprotkan langsung pada bunga. Bagian dalam buah memiliki ruang- ruang
yang dipenuhi dengan biji. Biji tomat berbentuk pipih, berbulu dan berwarna putih
kekuningan atau cokelat muda. Tanaman tomat tergolong tanaman C3 yang cepat
jenuh radiasi (Syakur 2002).

Tomat Varietas Tora IPB
Tomat varietas Tora IPB merupakan tomat non hibrida yang dikembangkan
oleh IPB. Tomat Tora IPB ini merupakan varietas tomat yang memiliki
produktivitas tinggi dan cocok ditanam pada dataran rendah. Awalnya pengujian
yang dilakukan adalah dengan mengombinasikan persilangan genotipe yang
memiliki nilai daya gabung khusus dan heterosis sehingga menghasilkan varietas

3

hibrida yang berpotensial tinggi (Arif 2012). Tomat varietas Tora IPB dapat
beradaptasi dengan baik di dataran rendah pada ketinggian 100 - 250 mdpl. Tomat
ini memiliki keunggulan yaitu memiliki potensi produksi yang tinggi.

Gambar 1 Tomat varietas Tora (Faperta IPB 2014)

Respon Tanaman Tomat Terhadap Cuaca
Tanaman tomat tergolong dalam warm season crop yang memerlukan suhu
optimum 200C-280C dengan variasi pergantian suhu sebesar 180C pada malam hari
dan 250C pada siang hari pada masa pembungaannya. Nasir (1999) mengemukakan
bahwa suhu udara optimum untuk tanaman tomat yaitu18-240C dengan suhu
minimum dan maksimum masing-masing 140C dan 260C. Suhu udara yang terlalu
panas dan kering akan menyebabkan kepala putik cepat kering dan tempat serbuk
sari tidak banyak yang tumbuh sehingga tidak banyak terjadi pembentukan buah.
Tanaman tomat menyenangi tempat yang terbuka dan cukup sinar matahari.
Kurangnya sinar matahari menyebabkan pertumbuhan memanjang (etiolasi), lemah
dan pucat karena pembentukan kloroplas tidak sempurna. Namun radiasi surya
yang terlalu terik kurang baik karena transpirasi akan meningkat serta bunga dan
buah muda gugur (Syakur 2002).
Tanaman tomat pada masa vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup.
Sebaliknya pada fase generatif memerlukan curah hujan yang sedikit. Curah hujan
yang tinggi pada fase pemasakan buah dapat menyebabkan daya tumbuh yang lebih
rendah. Curah hujan yang ideal selama pertumbuhan tanaman tomat berkisar antara
750-1250 mm/tahun. Curah hujan tidak menjadi faktor penghambat dalam
penangkaran benih tomat, dimusim kemarau jika kebutuhan air dapat dicukupi dari
air irigasi (Pitojo 2005).

Radiasi Matahari
Radiasi matahari merupakan sumber energi utama bagi proses-proses fisika
atmosfer pembentuk cuaca dan iklim serta kehidupan di bumi, karena tanpa ada
radiasi surya proses fotosintesis serta rantai makanan tidak akan terjadi. Lama
penyinaran menentukan jumlah energi radiasi surya sehingga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman melalui proses fotosintesis. Sebaliknya panjang hari
menentukan proses perkembangan tanaman melalui fotoperiodisme, yang tidak

4

bergantung pada intensitas energi radiasi surya melainkan periode pencahayaannya
mulai matahari terbit hingga tenggelam (Handoko 1993).
Suryani (1993) menyatakan bahwa, energi radiasi surya yang mengenai tajuk
tanaman tidak sepenuhnya diteruskan ke permukaan tanah. Energi radiasi yang
mengenai tajuk tanaman akan mengalami pengurangan saat menuju ke permukaan
tanah sehingga radiasi yang berada di bawah tajuk tanaman jumlahnya tidak merata.
Hal ini disebabkan adanya perubahan berkas sinar dari radiasi surya yang
diintersepsi oleh tanaman akibat gerakan tanaman yang dipengaruhi angin dan
perubahan posisi matahari. Transmisi radiasi merupakan radiasi yang diteruskan
melewati kanopi tanaman atau energi radiasi yang lolos pada permukaan tanah
dibawah tajuk. Transmisi radiasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu struktur
kanopi dan jenis tanaman, ukuran luas daun sebagai kanopi dan sudut datang
matahari (Rosenberg 1974).

Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya (EPR)
Efisiensi pemanfaatan radiasi surya adalah perbandingan antara bobot kering
yang dihasilkan dengan total radiasi intersepsi yang diperoleh selama masa
pertumbuhan (Sitaniapessy 1985). Produksi bahan kering untuk pertumbuhan dan
penyimpanan pada akhirnya akan menghasilkan berat kering tanaman. Hasil panen
ini akan setara dengan hasil berat kering tanaman yang merupakan keseimbangan
antara fotosintesis dan respirasi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
menduga nilai RUE (Sinclair dan Muchow 1999). Metode pertama adalah dengan
menghitung RUE menggunakan koefisien pemadaman tajuk (k), LAI dan tingkat
pertumbuhan tanaman (Katsura et al. 2008). Metode kedua adalah dengan
menentukan hubungan linier antara akumulasi biomassa dan akumulasi radiasi
intersepsi selama musim pertumbuhan. Rata-rata nilai RUE pada percobaaan yang
telah diteliti adalah berkidar antara 1.38g/ MJ. Nilai RUE sangat bergantung pada
proses fotosintesis yang terjadi pada kanopi tanaman dan juga dapat dipengaruhi
dari beberapa faktor seperti suhu yang ekstrim, air, dan nutrisi yang diterima
tanaman. Menurut Stockle dan Kemanian (2009) nilai RUE dalam g/MJ dari
beberapa kelompok tanaman adalah sebagai berikut: tanaman C3 semusim (1.21.7), tanaman C4 semusim (1.7-2.0), tanaman umbi-umbian (1.6-1.9). Tanaman
tomat merupakan tanaman C3 semusim yang memiliki nilai RUE berkisar 1.2-1.7
g/MJ.

Suhu Udara
Perkembangan maupun pertumbuhan tanaman sangat ditentukan oleh unsurunsur cuaca serperti suhu udara. Perubahan beberapa derajat saja sudah
menyebabkan perubahan yang nyata dalam laju pertumbuhan. Pada tahap tertentu
dalam daur hidup tanaman mempunyai suhu minimum, suhu optimum dan suhu
maksimum. Di bawah suhu minimum tanaman tidak akan tumbuh sedangkan pada
rentang suhu optimum laju tumbuhnya paling tinggi, dan diatas suhu maksimum
tanaman tidak akan tumbuh bahkan mati. Suhu tidak hanya berpengaruh pada
pertumbuhan jaringan dalam selang waktu tertentu, namun juga pada saat

5

mengawali tahap kritis pada daur hidup tanaman seperti perkecambahan biji, awal
pembungaan, dan induksi atau berakhirnya dormansi pada tanaman tahunan.
Respon perkembangan tanaman itu sering dipengaruhi oleh faktor lingkungan
selain suhu (Mavi 2004).
Pengaruh suhu udara terhadap pertumbuhan terutama pada proses respirasi
dan kecepatan proses biokimia dalam fotosintesis. Dalam proses respirasi hasil
fotosintesis akan diubah menjadi CO2 dan H2O, sehingga semakin besar respirasi
maka laju pertumbuhan tanaman menjadi berkurang. Fotosintesis dan respirasi
merupakan reaksi kimia yang dikenal dengan nama proses biokimia intensitas atau
kecepatan reaksinya sangat ditentukan oleh aktivitas katalisator (Sangadji 2001).

Akumulasi Panas
Konsep metode akumulasi panas (Heat unit) didasarkan pada teori bahwa
perkembangan tanaman tergantung pada jumlah panas yang diakumulasi selama
masa pertumbuhan. Jumlah panas yang dibutuhkan oleh tanaman setiap hari sangat
tergantung dari suhu rata-rata udara, dimana suhu udara tersebut harus melebihi
satu derajat di atas suhu dasar tanaman tertentu (Miller et al. 2001 dalam Melati
2011). Metode jumlah panas pada hakikatnya adalah adanya hubungan antara
pertumbuhan tanaman dengan suhu lingkungannya. Dalam hal ini, suhu dianggap
sebagai faktor yang mewakili penggunaan energi oleh tanaman untuk pertumbuhan
dan perkembangannya. Metode akumulasi panas juga dapat digunakan untuk
menentukan umur saat panen yang dapat digunakan berdasarkan pendekatan secara
klimatologis dan agronomis. Konsep ini hanya untuk tanaman netral yaitu yang
tidak responsive terhadap panjang hari, dengan menganggap faktor lainnya seperti
panjang hari tidak berpengaruh, laju perkembangan tanaman berbanding lurus
dengan suhu (T) di atas suhu dasar (To). Karena tanaman tomat merupakan tanaman
hari netral, maka laju perkembangan dan fenologinya didekati dengan konsep
degree-day atau heat unit. Heat unit tidak dipengaruhi oleh perbedaan lokasi dan
waktu tanam (Koesmaryono et al. 2002). Menurut Syakur (2002) tanaman tomat
memiliki akumulasi panas total sebesar 1692 oC hari.

Luas Daun Spesifik
Luas daun spesifik atau SLA adalah luas daun per satuan berat kering daun.
Indeks ini menunjukkan ketebalan daun yang dapat menggambarkan unit organela
fotosintesis. SLA dapat ditentukan dari daur pertumbuhan tanaman dalam kanopi,
atau perubahan perkembangan tanaman (Wilkerson et al 1983). Penambahan luas
daun dihitung dengan mengalikan penambahan bobot kering oleh SLA. Oleh karena
itu, perubahan luas daun dan berat kering sangat berhubungan. Nilai luas daun
spesifik yang semakin besar mengindikasikan daun semakin tipis dan nilai luas
daun spesifik tidak berpengaruh langsung pada bobot biji. Menurut Hauvelink
(1995) rata-rata SLA tanaman tomat pada musim panas adalah 175-250 cm2/gr dan
pada musim dingin adalah 300-400 cm2/gr.

6

Indeks Luas Daun
Indeks luas daun merupakan rasio antara luas kanopi tanaman dengan tempat
berdirinya tanaman (Insani 2013). Kemampuan kanopi tersebut dapat dinyatakan
dalam satuan koefisien pemadaman (k) dan besarnya dipengaruhi struktur kanopi
tanaman. Indeks luas daun mencerminkan besarnya intersepsi radiasi yang diterima
oleh tanaman. Meskipun bagian batang juga ikut mengintersepsi cahaya, tetapi
aktivitas lebih efektif terjadi pada daun. Indeks luas daun meningkat dengan
meningkatnya intesitas cahaya sampai batas optimum tanaman mengintersepsi.
Menurut Pangaribuan et al. (2008), indeks luas daun optimum pada tomat adalah
berkisar antara 1.8 – 2.0. Koefisien pemadaman pada tomat umumnya adalah
berkisar 0.75 (Hauvelink 1995).

Mulsa
Penggunaan mulsa sebagai penutup tanah merupakan suatu bentuk
modifikasi iklim mikro pada tanaman. Akibat penutupan ini akan diatur jenis
spektrum matahari yang dibutuhkan oleh tanaman dengan menggunakan jenis
penutup. Penggunaan mulsa akan menyebabkan terjadi perubahan pada iklim tanah
dan iklim mikro dekat permukaan tanah. Secara umum, pemanfaatan mulsa yang
menutup permukaan tanah dengan sisa tanaman atau plastik akan mempengaruhi
iklim tanah dan pengaruhnya dapat dilihat pada suhu, kelembaban, hama penyakit,
pertumbuhan gulma serta terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Mulsa
dapat mencegah tanah dari curah hujan langsung sehingga mengurangi evaporasi
dan mengurangi fluktuasi suhu tanah. Penggunaan mulsa pada tanaman ditujukan
untuk menjaga kelembaban tanah (Muzirman et al. 2001).
Pada mulsa hitam, warna hitam berfungsi sebagai UV stabilizer sehingga
plastiknya tahan sengatan sinar matahari dalam waktu yang lama. Sedangkan mulsa
warna perak memiliki fungsi ganda yaitu juga dapat memantulkan sinar matahari
yang intensitasnya berlebihan. Fungsi mulsa perak antara lain menekan
pertumbuhan gulma, menjaga kestabilan kelembaban udara saat musim penghujan
ataupun musim kemarau, mengontrol jumlah air yang tersedia, mengirit
pemupukan karena distribusi yang baik karena tidak hilang menguap, dan tidak
dikonsumsi oleh tumbuhan lain (tanaman pesaing), mengurangi serangan hama dan
penyakit karena pantulan sinar bagian plastik yang berwarna putih dan menghemat
biaya tenaga kerja dan waktu (Cahyono 2008).

Curah Hujan
Curah hujan yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman tomat adalah 7501250 mm per tahun. Menurut Cahyono (2008), keadaan ini berhubungan erat
dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman, terutama di daerah yang tidak memiliki
saluran irigasi teknis. Pada daerah yang tidak memiliki saluran irigasi teknis,
biasanya petani hanya mengandalkan curah hujan untuk memenuhi kebutuhan air

7

bagi tanaman. Namun di daerah yang bercurah hujan tinggi akan timbul masalah
dalam budi daya tomat.
Menurut Marjadi (1992), di daerah beriklim basah tanaman tomat mudah
terserang penyakit layu Fusarium dan penyakit-penyakit lainnya yang ditularkan
melalui tanah. Dengan demikian pertumbuhan tanaman terhambat dan pada
akhirnya produktivitas tanaman menurun. Curah hujan yang tinggi dapat
menghambat persarian (pembuahan).

METODOLOGI

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai Juni 2014 di
lahan milik Stasiun Klimatologi Klas 1 BMKG Dramaga Kota Bogor dan
Laboratorium Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut
Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah solarimeter, termometer bola
basah dan bola kering, digital multimeter, alat budidaya, timbangan analitik,
kamera, Microsoft office, Get pixel, Adobe photoshop dan SPSS Statistics 21.
Bahan yang digunakan adalah bibit tomat varietas Tora IPB, pupuk, media
tanam, mulsa, fungisida, furadan dan data cuaca selama penelitian dari Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dramaga.

Metode Pelaksanaan
Persiapan lahan dan penanaman
Persiapan lahan yang dilakukan adalah pembersihan lahan dari gulma
(rumput), lahan yang bersih akan dibentuk guludan yang juga dicampur dengan
pupuk kandang. Bedeng yang dipersiapkan adalah sebanyak 6 dengan jarak antar

Gambar 2 Jarak antar tanaman dalam baris

8

bedengan adalah 50 cm dengan jarak tanam 60 cm x 50 cm. Lebar bedengan adalah
100 cm. Populasi per bedeng adalah sebanyak 20 tanaman.
Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
1. Tinggi tanaman dan jumlah daun diukur pada 3 sampai 11 MST. Tanaman
contoh ditentukan sebanyak satu tanaman di setiap ulangan perlakuan dan bukan
tanaman pinggir (untuk menghindari boundary effect). Tinggi tanaman diukur
dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi dan jumlah daun dihitung dari
bawah sampai atas cabang.
2. Pengamatan perkembangan pada tomat dilakukan dengan mencatat setiap
perubahan yang terjadi pada tanaman seperti munculnya daun, kuncup dan
bunga di logbook sesuai tanggal atau hari setelah semai.
Pengukuran kondisi iklim mikro
1. Pengukuran radiasi dilakukan pada tiap perlakuan dengan menggunakan tube
solarimeter yang diletakkan di bawah dan di atas tajuk tanaman tomat.
Pengambilan data dilakukan diantara pukul 09.00-15.00 dengan 3-5 kali
pencatatan data.
2. Pengukuran suhu di sekitar tanaman dilakukan pada tiap ulangan dengan
menggunakan termometer bola basah dan bola kering. Pengambilan data
dilakukan pada pukul 07.00, 12.00 dan 17.00 WS.
Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan tanaman
1. Penimbangan bobot kering total dilakukan di lab terpadu Departemen Geofisika
dan Meteorologi IPB. Tanaman yang akan didestruktif merupakan tanaman acak
yang bukan tanaman pinggir (untuk menghindari boundary effect). Bobot kering
total didapatkan dari pengovenan tanaman destruktif yang dilakukan pada suhu
100oC dalam 18 jam.
2. Pengukuran nilai Indeks Luas Daun (ILD) dan Luas Daun Spesifik (LDS) adalah
dengan melakukan scan pada semua daun agar dapat diolah menggunakan
Software Get Pixel.
Pengolahan data
1. Radiasi yang diolah dalam penelitian adalah radiasi intersepsi, efisiensi
pemanfaaatan radiasi surya dan albedo
a. Nilai efisiensi pemanfaatan radiasi surya (EPR) dapat ditentukan dari
kemiringan garis plotting akumulasi intersepsi radiasi(MJ m-2) dan
penambahan berat kering (biomassa) tanaman (g m-2). Efisiensi radiasi dapat
dihitung dari persamaan sebagai berikut (Handoko 1994):
��
�=
���

= Efisiensi pemanfaatan radiasi surya (g MJ-1)
dw
= Penambahan biomassa tanaman (g m-2)
Q int
= Radiasi Intersepsi
b. Intersepsi radiasi surya merupakan besarnya jumlah radiasi yang ditahan
oleh tajuk tanaman sehingga tidak sampai ke permukaan tanah.
Penghitungannya daat dilakukan dengan rumus dibawah ini:
Qint
= 1-Q trans

9

Qint
= Qo x (1-exp(-k x ILD)
Qint
= Radiasi yang diintersepsi tajuk tanaman
Qtrans
= Transmisi radiasi surya
k
= Koefisien pemadaman
ILD
= Indeks Luas Daun
c. Nilai albedo merupakan perbandingan antara radiasi yang datang dan
dipantulkan. Nilai ini didapatkan dengan membandingkan antara radiasi
yang terbaca pada tube solarimeter yang menghadap ke atas dan menghadap
ke bawah.
Di bawah ini merupakan gambar yang menunjukkan neraca radiasi dalam
penelitian

Gambar 3 Ilustrasi neraca radiasi

Qtrans
Qtrans
Qr
Q0

=
=
=
=

(Q/Q0) x 100%
Transmisi radiasi surya (%)
Radiasi pantul dari mulsa (MJ m-2)
Radiasi di atas tajuk (MJ m-2)

2. Akumulasi panas dalam penelitian dapat dihitung dengan persamaannya adalah
sebagai berikut:
AP
= ∑��=1 � � ��� − ��� �
AP
= Akumulasi panas (Co hari);
S
= Fase perkembangan tanaman;
Trataan
= Suhu rata-rata harian;
Tdasar
= Suhu dasar tanaman tomat (10oC)
3. Indeks luas daun (ILD) dihitung dengan menggunakan software getpixel. ILD
dapat ditentukan dengan rumus:
ILD (m2 m-2) = luas daun/luas lahan x jumlah populasi.
4. Luas daun spesifik atau Specific leaf area (SLA) merupakan suatu nilai yang
menggambarkan tingkat ketebalan daun. Nilai SLA didapatkan dengan
menggunakan rumus:
SLA (cm2 g-1 ) = luas daun / berat kering daun.

10

5. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
dengan satu faktor yaitu warna mulsa. Warna mulsa yang digunakan yaitu mulsa
hitam dan perak. Penelitian ini diulang tiga kali sehingga terdapat 6 bedeng
tanaman.
Yij = µ + αi+ e ij
Yij = Hasil pengamatan perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
µ = Rataan umum
αi = Pengaruh perlakuan hasil yang diperoleh dari perbedaan pemakaian
mulsa ke-i
e ij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
i
= 1, 2
j
= 1, 2, 3,
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F, apabila terdapat pengaruh
nyata (F hitung > F tabel) maka akan diuji lanjut dengan uji duncan multiple
range test (DMRT). Analisis statistik dilakukan untuk melihat ada tidaknya
perbedaan perkembangan dan pertumbuhan tanaman tomat akibat ada tidaknya
pemakaian mulsa. Pengujian dilakukan menggunakan uji F. Pengaruh perlakuan
dikatakan sebagai pengaruh nyata apabila F tabel lebih kecil daripada F hitung.
� ��
���ℎ � � � ��
F hitung =
� ��

���ℎ �� �

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Cuaca selama Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kecamatan dramaga yang tepatnya berlokasi di
desa Situgede. Berdasarkan data BMKG yang diperoleh telah tercatat bahwa selama
penelitian daerah ini memiliki kondisi cuaca dengan suhu rata rata sebesar 25.7 oC,
rata rata kelembaban 85.8 % dan curah hujan rata rata sebesar 16 mm.
Pada Gambar 4 di bawah ini suhu rata-rata di sekitar mulsa perak adalah
sebesar 29.5 oC sedangkan suhu suhu rata-rata di sekitar mulsa hitam adalah sebesar
28.6 oC . Suhu di sekitar mulsa perak lebih tinggi dibandingkan dengan mulsa hitam
karena mulsa perak berperan untuk memantulkan cahaya di sekitar tanaman yang
menyebabkan suhu semakin meningkat. Pada awal masa penyemaian, suhu di
sekitar tanaman tomat tidak terlalu tinggi sehingga proses pertumbuhan pun tidak
mengalami gangguan. Masa penyemaian membutuhkan keadaan yang relatif
lembab dengan suhu yang tidak tinggi. Pada tinjauan pustaka mengenai iklim mikro
khususnya suhu juga telah disebutkan bahwa perubahan beberapa derajat saja dapat
menyebabkan perubahan yang nyata dalam laju pertumbuhan tanaman. Sehingga
faktor suhu yang tinggi di sekitar tanaman tomat akan menyebabkan lebih cepatnya
waktu pemanenan karena suhu sangat berpengaruh pada proses perkembangan
tomat (Redaksi agromedia 2007).

11

35
30

Suhu (OC)

25
20
bb mulsa perak

15

bk mulsa perak

10

bk mulsa hitam
bb mulsa hitam

5
14-Jun-14

07-Jun-14

31-Mei-14

24-Mei-14

17-Mei-14

10-Mei-14

03-Mei-14

26-Apr-14

19-Apr-14

12-Apr-14

05-Apr-14

0

HST

Gambar 4 Kondisi suhu rata-rata saat penelitian suhu bola kering dan suhu bola
basah
Gambar 5 menunjukkan bahwa jumlah adanya hari hujan di daerah tersebut
lebih banyak dibandingkan dengan hari tidak hujan. Hari terjadi hujan dan tidak
hujan berturut turut tercatat sebanyak 82 hari dan 23 hari. Pada awal penanaman
atau penyemaian tanaman tomat, curah hujan berada pada kisaran 2 sampai 58 mm
per hari.
160
140
120
CH (mm)

100
80

23 Maret 2014
Pindah Tanam

60
40
20
0

Hari Setelah Semai (HSS)
Gambar 5 Kondisi curah hujan saat penelitian

12

Kisaran curah hujan tersebut menyebabkan pada saat fase penyemaian terjadi
etiolasi pada pertumbuhan tanaman tomat. Hal ini akibat penutupan awan sepanjang
masa penyemaian sehingga intensitas radiasi yang diterima tanaman tomat tidak
optimal. Jumlah hari hujan yang banyak dari pemindahan tanam sampai awal masa
panen tanaman tomat membuat ketersediaan air mencukupi walaupun tidak ada
saluran irigasi teknis. Namun, curah hujan yang terlalu tinggi saat berlangsungnya
penanaman tomat juga dapat menyebabkan terjadinya penghambatan proses
persarian. Pada Gambar 5 tersebut juga dijelaskan bahwa awal mula pindah tanam
dilakukan pada tanggal 23 Maret 2014 yang menunjukkan kondisi curah hujannya
dalam tingkat sedang. Curah hujan yang terlalu tinggi pada saat melakukan pindah
tanam dapat meningkatkan resiko tanaman tidak dapat bertahan hidup karena
cabang dan batang yang masih lemah sehingga rentan dengan air hujan yang sangat
deras.
Radiasi Global Harian
Pengukuran intensitas radiasi yang didapatkan pada penelitian ini merupakan
data primer yang menggunakan tube solarimeter. Alat ini akan menunjukkan nilai
radiasi sesaat yang diterima pada saat terdapat radiasi yang sampai ke permukaan
tube solarimeter. Tidak meratanya intensitas radiasi yang didapatkan pada
penelitian disebabkan adanya penutupan awan yang sering terjadi di daerah ini.
Gambar 6 di bawah ini merupakan rataan Qo yang didapatkan dari kalibrasi dengan
BMKG untuk mengetahui kondisi radiasi yang berada di atas tajuk selama
penelitian.
Radiasi global rata-rata yang diperoleh selama penelitian adalah sebesar 20
MJ/m2/hari sedangkan total radiasi global didapatkan sebesar 1447 MJ/m2.
Penerimaan radiasi di setiap wilayah sering mengalami perbedaan dikarenakan
terjadinya penutupan awan yang berbeda dan penyinaran radiasi dalam panjang hari
yang tidak sama. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya penerimaan radiasi yang
tidak sama dikarenakan seperti jarak antara matahari dan bumi, sudut datang, dan
pengaruh dari atmosfer. Menurut Handoko (1993) besar penerimaaan radiasi surya
di permukaan bumi mengalami variasi dikarenakan perbedaan tempat dan waktu.

Gambar 6 Nilai radiasi global rata rata harian selama penelitian

13

Albedo
Radiasi surya yang sampai ke permukaan akan mengalami pemantulan dan
penyerapan radiasi. Albedo adalah perbandingan antara radiasi surya yang
dipantulkan dengan radiasi yang datang. Menurut Akbari (2008) vegetasi berdaun
lebar memiliki nilai albedo 0.15 sampai 0.18. Grafik albedo yang ada di bawah ini
menunjukkan penutupan lahan yang dikarenakan oleh mulsa. Pada penelitian ini
nilai albedo pada mulsa perak memiliki rata rata 0.53 sedangkan pada mulsa hitam
memiliki rata rata 0.32.
Radiasi reflektansi adalah pola hamburan yang berasal dari permukaan yang
seragam secara spasial seperti daun tanaman atau pun bisa zat lain yang dapat
memantulkan cahaya berbeda dari unsur serupa di dekatnya. Permukaan yang
berbeda juga memiliki albedo yang berbeda karena albedo sangat dipengaruhi oleh
distribusi spektral dan sudut cahaya yang datang (Coakley 2003).
Menurut Vukovich et al. (1987) nilai albedo dan temperatur udara permukaan
tertinggi ditemui pada daerah dengan karakeristik vegetasi jarang dan pada musim
kering. Nilai albedo terendah dan temperatur udara permukaan terendah ditemui
pada daerah yang karakteristik vegetasi yang rapat dan pada musim basah.
Nilai albedo pada Gambar 7 di bawah ini menunjukkan bahwa mulsa perak
memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan mulsa hitam disebabkan karena
mulsa perak cenderung semakin banyak memantulkan radiasi yang lebih banyak
dibandingkan mulsa hitam.
0,7
0,6
Albedo

0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0

waktu penelitian
Gambar 7 Nilai albedo selama penelitian di sekitar tanaman tomat pada mulsa perak
( ) dan mulsa hitam ( )

Akumulasi Panas Tanaman
Akumulasi panas yang diperlukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan
masak fisiologis tanaman tomat sejak dari semai hingga buah masak pada penelitian
ini adalah 1636 oC hari. Nilai ini diperoleh dari perhitungan akumulasi suhu rata-

14

rata harian dengan suhu dasar (10oC). Rata-rata suhu udara di sekitar tanaman tomat
adalah pada 26.3oC. Menurut Koesmaryono (2002) degree day tidak dipengaruhi
oleh perbedaan lokasi dan waktu tanam. Tanaman tomat ini merupakan tanaman
netral yang fenologinya dapat diukur dihitung atau diduga dengan konsep degree
day (heat unit). Penelitian sebelumnya tentang heat unit pada tanaman tomat telah
dilakukan dengan akumulasi total sampai panen adalah 1692 oC hari (Syakur 2012).
Nilai tersebut tidak berbeda jauh dengan akumulasi panas total dengan penelitian
ini. Perbedaan jumlah akumulasi panas total dikarenakan penelitian sebelumnya
dilakukan didalam rumah tanaman. Dalam rumah tanaman, suhu dan indikator
cuaca yang lain dapat diatur sedangkan penelitian ini dilakukan di lapang yang
kondisinya memang tergantung pada cuaca di sekitar lokasi penelitian. Akumulasi
panas yang yang dibutuhkan saat muncul kuncup pertama sampai matang pertama
adalah sebesar 1104.67oC hari.
Tabel 1 di bawah ini merupakan penggambaran fase perkembangan yang
dialami oleh tanaman tomat sesuai dengan akumulasi panas yang diperoleh pada
saat penelitian berlangsung.
Tabel 1 Akumulasi panas (AP) tanaman tomat
Akumulasi Panas
HSS
s
Fase Perkembangan
(˚C hari)
0
0
0
masa tanam
3
1
0.02
muncul tunas
7
5
0.05
muncul 2 daun
14
23
0.12
muncul 4 daun
46
293
0.42
cabang dan daun mulai terlihat banyak
61
532
0.57
muncul kuncup (ditutup oleh kelopak)
64
592
0.60
bunga mulai mekar
bunga mengalami mekar sempurna
67
653
0.63
(berwarna kuning)
bunga menutup kembali dan berwarna
71
736
0.67
kecoklatan
bunga mulai gugur dan muncul bakal
73
781
0.69
buah
78
900
0.74
muncul truss pertama
81
976
0.77
muncul truss kedua
85
1078
0.81
muncul truss kempat
87
1128
0.83
muncul truss ke-5 dan 6
89
1182
0.85
muncul truss ketujuh
92
1265
0.88
muncul truss ke 8
95
1351
0.91
muncul truss ke 11
96
1382
0.92
muncul truss ke 12
98
1444
0.94
muncul truss ke 15
100
1504
0.96
muncul truss ke 18
101
1537
0.97
muncul truss ke 20
104
1637
1
buah masak

15

Pada Tabel 2 di bawah ini dapat dilihat bahwa rata-rata laju akumulasi panas
munculnya truss tomat dari truss pertama sampai terakhir yang telah dihitung
adalah 0.7 truss/hari. Namun laju truss dalam satuan truss/˚C hari nilainya semakin
meningkat dari awal kemunculan truss pertama sampai terakhir yaitu dari 0.0020.013. Hal ini menunjukkan bahwa semakin hari laju truss semakin meningkat
karena semakin tinggi akumulasi panas yang didapatkan oleh tanaman
menyebabkan proses perkembangan truss semakin cepat.
Tabel 2 Laju truss tanaman tomat
Akumulasi
Panas
HSS
Perkembangan
81
976
muncul truss kedua
84
1053
muncul truss ketiga
85
1078
muncul truss kempat
87
1128
muncul truss ke-5 dan 6
89
1182
muncul truss ketujuh
92
1265
muncul truss ke 8
95
1351
muncul truss ke 11
96
1382
muncul truss ke 12
98
1444
muncul truss ke 15
100
1504
muncul truss ke 18
101
1537
muncul truss ke 20

Laju Truss
(truss/hari)
0.7
0.5
0.6
0.7
0.6
0.6
0.6
0.7
0.8
0.8
0.8

Laju Truss
(truss/˚C hari)
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.006
0.008
0.009
0.010
0.012
0.013

Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Tomat
Tinggi tanaman
Tanaman memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda karena
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kondisi lingkungan di sekitar, perlakuan,
dan sifat genetik dari tanaman itu sendiri. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan
setelah pindah tanam dari fase penyemaian untuk mengetahui terjadinya perbedaan
akibat diberikan perlakuan yang berbeda.
Hasil rata rata tinggi tanaman tomat menunjukkan bahwa perlakuan pada
mulsa perak memiliki tinggi rata rata yang lebih besar dibandingkan dengan
perlakuan pada mulsa hitam. Tinggi rata-rata pada perlakuan mulsa perak dan hitam
secara berturut-turut adalah 59 cm dan 45 cm. Tinggi maksimum pada tanaman
tomat diperoleh sebesar 110 cm pada mulsa perak. Hal ini dikarenakan mulsa perak
dapat memperbesar radiasi yang dapat diterima oleh tanaman untuk melakukan
proses fotosintesis. Proses fotosintesis yang lebih besar pada mulsa perak akan
mempengaruhi kondisi fisiologis tanaman tomat. Oleh sebab itu, perlakuan mulsa
perak menghasilkan tinggi rata-rata yang lebih besar dibandingkan dengan mulsa
hitam yang tidak dapat memantulkan radiasi yang diterima ke tanaman. Di bawah
ini merupakan grafik tinggi tanaman tomat yang dimulai dari satu minggu setelah
pindah tanam.

16

Tinggi Tanaman (cm)

120

80

40

0
1

2

3

4

5

6
7
8
9
10
MST
Gambar 8 Tinggi rata-rata tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam
.
( )
Hasil uji statistik pada tinggi tanaman tomat yang diperoleh menunjukkan
bahwa perbedaan jenis mulsa berpengaruh nyata pada umur 7 sampai 10 MST
namun pada saat setelah awal pindah tanam yaitu berkisar antara 1 sampai 6 MST
perbedaan jenis mulsa tidak berpengaruh nyata karena selisih tinggi yang rendah di
antara kedua perlakuan.
Tabel 3 Pengaruh jenis mulsa terhadap tinggi rata-rata tanaman
Tinggi rata-rata (cm)
Umur
Perak
Hitam
1 MST
11.83 a
7.83 a
2 MST
17.16 ab
10 ab
3 MST
23.67 b
16.5 bc
4 MST
40.33 c
22.67c
5 MST
55 d
35.33 d
6 MST
67 e
50.67 e
7 MST
72 e
62.33 f
8 MST
91.3 f
73 g
9 MST
101.6 g
80.33 h
10 MST
110.0 h
90.67 i
Huruf yang sama pada masing –masing baris yang dipisahkan garis menunjukkan tidak ada
perbedaan nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%

17

Jumlah daun
Pertumbuhan tanaman tomat dilihat juga dari banyaknya jumlah daun yang
muncul di tiap minggu. Jumlah daun rata-rata pada perlakuan mulsa perak lebih
besar dibandingkan dengan perlakuan mulsa hitam. Jumlah daun rata-rata pada
mulsa perak dan hitam secara berturut-turut adalah 255 dan 159 daun. Hal ini
disebabkan oleh kemampuan mulsa perak yang dapat membuat radiasi yang
diterima tanaman menjadi lebih besar karena pemantulannya sehingga proses
fotosintesis untuk pembentukan daun juga berlangsung lebih cepat dibandingkan
dengan mulsa hitam. Di bawah ini merupakan grafik jumlah daun rata-rata tanaman
tomat pada 1 sampai 11 MST.
600
500
Jumlah daun

400
300

200
100
0
1

2

3

4

5

6
7
8
9
10
MST
Gambar 9 Jumlah daun rata-rata tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa
hitam ( )
Pada Gambar 9 di atas terlihat bahwa selisih daun pada mulsa perak dan
mulsa hitam sangat berbeda. Faktor utama yang menyebabkan besarnya perbedaan
selisih jumlah daun ini adalah munculnya penyakit pada daun tomat di perlakuan
mulsa hitam, tepatnya umur 7 MST saat tanaman tomat sudah mulai berbunga.
Penyakit daun tersebut menyebabkan daun kering dan menghambat pertumbuhan
bakal daun yang muncul sehingga jumlah daun pada kedua perlakuan memiliki
perbedaan yang sangat signifikan. Pada grafik diatas, dapat dilihat pada 11 MST
terjadi penurunan jumlah daun di kedua perlakuan. Hal ini dikarenakan terjadi
pengalokasian konsentrasi energi yang biasanya ke daun telah berubah dan berpusat
ke buah tomat sehingga daun yang hijau mulai berkurang di bagian bawah dan
mengering.
Hasil uji statistik yang diperoleh pada Tabel 4 di bawah ini menunjukkan
bahwa perlakuan perbedaan jenis mulsa berpengaruh nyata pada jumlah daun saat
umur 6 sampai 11 MST sedangkan pada saat awal setelah pindah tanam antara 1
sampai 5 MST perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.

18

Tabel 4 Pengaruh jenis mulsa terhadap jumlah daun rata-rata tanaman
Jumlah daun rata-rata (cm)
Umur
Perak
Hitam
1 MST
11.0 a
9.0 a
2 MST
24.0 ab
15 a
3 MST
49 bc
23 a
4 MST
62 c
33 a
5 MST
121 d
56 b
6 MST
240 e
153c
7 MST
355 f
168 c
8 MST
426 g
227 d
9 MST
481 h
346 e
10 MST
503 hi
351 e
11 MST
530 i
368 e

Huruf yang sama pada masing –masing baris yang dipisahkan garis menunjukkan tidak ada
perbedaan nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%

Berat kering total per tanaman
Berat kering pada tanaman merupakan bukti suatu tanaman mengalami
pertumbuhan. Rata-rata berat kering tanaman tomat pada perlakuan mulsa perak
lebih besar dibandingkan dengan mulsa hitam. Berat rata-rata maksimum yang
didapatkan adalah sebesar 89 g.

Biomassa Kering Total (g)

120
100
80
60
40
20
0
3

4

5

6

7
8
9
10
11
MST
Gambar 10 Berat kering total rata-rata tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan
mulsa hitam ( )
Pada Gambar 10 diperoleh bahwa peningkatan berat kering juga
menunjukkan bahwa tanaman mengalami pertumbuhan. Hal ini dikarenakan berat
kering meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Peningkatan drastis

19

bobot kering total terjadi saat umur tanaman mencapai 11 MST. Hal ini dikarenakan
proporsi buah yang mulai banyak muncul sehingga menambah bobot kering total
pada kedua perlakuan meningkat secara signifikan.
Tabel 5 Pengaruh jenis mulsa terhadap berat kering total rata-rata tanaman
Berat kering rata-rata
Umur
Perak
Hitam
3 MST
0.03 a
0.01 a
5 MST
0.69 a
0.25 a
7 MST
9.44 a
2.19 a
9 MST
31.43 b
25.48 b
11 MST
89.84 c
87.03 c

Huruf yang sama pada masing –masing baris yang dipisahkan garis menunjukkan tidak ada
perbedaan nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%

Hasil uji statistik menyatakan bahwa perlakuan perbedaan jenis mulsa tidak
berpengaruh nyata pada rata-rata berat kering total tanaman tomat. Selisih rata rata
yang kecil menyebabkan perlakuan tidak berpengaruh nyata. Namun jika diliat dari
kondisi berat kering rata-rata saat pengukuran tercatat bahwa perlakuan
menggunakan mulsa perak lebih tinggi dibandingkan dengan mulsa hitam.

Indeks Luas Daun dan Koefisien Pemadaman
Indeks luas daun merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya
radiasi intersepsi yang diterima oleh tanaman. Besarnya nilai ILD dapat
menggambarkan kerapatan suatu tajuk tanaman.
1,6

ILD

1,2

0,8

0,4

0,0
3

5

7
MST

9

11

Gambar 11 ILD tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( )
Pada Gambar 11, semakin besarnya nilai ILD akan mempengaruhi besarnya
tajuk dan kerapatan pada tanaman. Hal ini akan menyebabkan radiasi yang sampai

20

di bawah permukaan tanah menjadi semakin sedikit. Nilai ILD pada penelitian ini
menunjukkan nilai yang semakin meningkat dari umur terendah ke umur tertinggi.
Nilai ILD tertinggi pada tanaman tomat didapatkan pada saat tanaman akan
mengalami masa panen yaitu pada 11 MST dengan nilai 1.2. Menurut Pangaribuan
et al. (2008) tanaman tomat mengalami indeks luas daun maksimum dengan nilai
1.8 – 2.0. Nilai k (koefisien pemadaman) menunjukkan seberapa besar kekuatan
tajuk tanaman tomat untuk menahan radiasi yang akan sampai ke permukaan tanah.
Koefisien pemadaman pada tomat umumnya adalah berkisar 0.75 (Hauvelink
1995), pada penelitian ini nilai k rata rata adalah 0.34. Nilai k yang terhitung ini
sangat kecil dan selisihnya jauh dengan koefisien pemadaman pada rujukan. Nilai
k = 0.75 menunjukkan bahwa radiasi transmisi pada tanaman tomat lebih kecil atau
daunnya lebih lebat dibandingkan dengan tanaman tomat yang memiliki nilai k =
0.34. Perbedaan selisih yang sangat jauh ini disebabkan oleh beberapa hal seperti
munculnya penyakit pada daun tomat, proses pengukuran radiasi dan penempatan
tube solarimeter. Koefisien pemadaman tajuk dipengaruhi oleh sifat optik daun,
sudut daun, dan transmibilitas daun. Hasil pengukuran k yang didapat menunjukkan
bahwa seiring dengan bertambahnya nilai LAI maka nilai k semakin menurun.
Menurut Boer dan Las (1994), penurunan nilai k dengan peningkatan ILD
disebabkan belum sempurnanya penutupan tajuk tanaman sehingga alat tube
solarimeter masih dapat menerima radiasi langsung.

Luas Daun Spesifik
Luas daun spesifik atau Specific Leaf Area (SLA) merupakan indikator yang
menunjukkan ketebalan daun. Semakin besar nilai SLA maka akan menunjukkan
bahwa daun yang terbentuk memiliki tekstur yang tipis. Berdasarkan gambar di
bawah ini dapat dilihat pada saat awal pemindahan tanam, daun tomat memiliki
SLA yang kecil karena daun yang muncul memiliki tekstur yang tebal dan luas daun
yang rendah.
1800
1600

SLA (cm²/gr)

1400
1200
1000
800
600
400
200
0
3

5

7
9
11
MST
Gambar 12 Nilai SLA tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( )

21

Pada umur pertengahan setelah pindah tanam yaitu pada umur 7-11 MST
terlihat penurunan nilai SLA pada daun, pada nilai tersebut daun memiliki tekstur
yang lebih tebal dengan luas daun yang lebar.
Perlakuan mulsa perak dan hitam terhadap SLA dapat dilihat pada Gambar
12 menunjukkan bahwa rata rata nilai SLA pada perlakuan mulsa perak lebih
rendah dibandingkan dengan mulsa hitam. Pada umur pertengahan tanaman tomat
dapat dilihat bahwa antara mulsa perak dan hitam memiliki nilai yang hampir sama
dengan grafik yang menurun. Hal ini menunjukkan bahwa SLA yang berbeda hanya
terjadi pada awal penanaman, sedangkan pada umur 11 MST memiliki nilai SLA
yang selisih nya sedikit. Perbedaan ketebalan pada daun yang tidak sama ini juga
dipengaruhi oleh faktor sebaran daun dalam tajuk yang menyebabkan cahaya yang
diterima oleh daun tidak selalu dalam jumlah yang sama dan rata. Menurut
Hauvelink (1995) rata-rata SLA tanaman tomat pada musim panas adalah 175-250
cm2/gr dan pada musim dingin adalah 300-400 cm2/gr.

Intersepsi Radiasi
Intersepsi radiasi merupakan besarnya radiasi yang mampu di tahan oleh tajuk
tanaman. Nilai yang didapatkan dari penelitian menunju