PENGARUH PEMAKAIAN MULSA PLASTIK HITAM PERAK DAN APLIKASI DOSIS ZEOLIT PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN RADISH (Raphanus satufus L.)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMAKAIAN MULSA PLASTIK HITAM PERAK

DAN APLIKASI DOSIS ZEOLIT PADA PERTUMBUHAN

DAN HASIL TANAMAN RADISH

(

Raphanus satufus

L.

)

Oleh

Khaira Sofa Anisa

Radish (Raphanus sativus L.) adalah tanaman sayur dari keluarga Brassicaceae yang aumbinya dapat dimakan. Umbi radish sangat kaya mineral kalsium, fosfor. dan serat yang baik untuk kesehatan. Pertumbuhan dan perkembangan umbi radish sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan mikro daerah perakaran, di antaranya suhu dan perkembangan. Salah satu modifikasi suhu dan kelembaban lingkungan perakaran tanaman dapat dilakukan dengan penggunaan mulsa. Secara fisik mulsa mampu menjaga suhu tanah lebih stabil dan mempertahankan kelembaban di sekitar perakaran tanaman. Zeolit telah dimanfaatkan secara luas khususnya di bidang pertanian untuk menjaga pH tanah, meningkatkan aerasi tanah, sumber mineral pendukung pada pupuk dan tanah, serta sebagai pengontrol yang efektif dalam pembebasan ion amonium, nitrogen, dan kalium pupuk

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui apakah pemakaian mulsa plastik hitam perak berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman radish,


(2)

mempengaruhi dosis zeolit dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman radish. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kota Bandar Lampung pada bulan Juli hingga September 2012.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) aplikasi mulsa memiliki respons/hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa mulsa u ntuk tanaman radish, pada peubah bobot kering brangkasan, dan bobot basah umbi, (2) respons tanaman radish terhadap aplikasi dosis zeolit sampai 800 g/m2 masih liniear, (3) perlakuan tanpa mulsa dan tanpa zeolit menghasilkan produksi lebih tinggi 52,61 %

(1.027,42 g) daripada dengan menggunakan mulsa (486,84 g). Sedangkan pada zeolit 200 g/m2 produksi umbi dengan menggunakan mulsa lebih tinggi 81,50% (1.299,94) daripada tanpa menggunakan mulsa (716,22 g).


(3)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang berumbi. Dibandingkan dengan sayuran berumbi yang lain, misalnya wortel (Daucus carota L) dan ketela rambat (Ipomoea batatas Poir), penanaman radish di Indonesia belum begitu meluas. Sentra yang membudidayakan tanaman radish baru di daerah Cipanas, Cianjur, Lembang, dan Brastagi.

Menurut Sutomo (2009), kandungan nutrisi radish sangat kaya mineral kalsium dan fosfor. Selain itu, radish juga kaya dengan serat dan zat fitonutrien yang baik untuk kesehatan. Oleh karena itu, dapat digunakan sebagai obat untuk gangguan ginjal, demam dan obat batuk.

Menurut Kementerian Pertanian (2010), jumlah produksi tanaman radish pada tahun 2009 mencapai 11.940.075 ton dengan luas areal tanaman radish di Indonesia 15.700 ha. Hal tersebut bisa disebabkan tempat pembudidayaan tanaman radish yang masih sedikit hanya terdapat pada dataran tinggi saja. Tanaman radish merupakan tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak selama pertumbuhannya. Namun demikian, kelebihan air umumnya tanaman akan terserang penyakit. Sebaliknya bila kekurangan air, tanaman akan


(4)

yang bertemperatur rendah yaitu 15 – 22oC. Tinggi rendahnya temperatur sekitar akan berpengaruh terhadap warna dan bentuk umbi yang dihasilkan. Bila

temperatur terlalu rendah maka umbi yang dihasilkan bentuknya memanjang dengan warna pucat. Menurut Nonnecke (1989), jika selama perkembangan umbi terjadi cekaman suhu yang tinggi, umbi yang dihasilkan akan berbentuk abnormal karena terjadi pertumbuhan baru dari umbi yang telah terbentuk sebelumnya yang disebut pertumbuhan sekunder (retakan-retakan pada umbi, pemanjangan bagian ujung umbi, dan kadang-kadang terjadinya rangkaian umbi).

Salah satu cara memodifikasi lingkungan perakaran tanaman dapat dilakukan dengan penggunaan mulsa. Mulsa memiliki berbagai keuntungan, baik dari aspek fisik maupun kimia tanah. Secara fisik mulsa mampu menjaga suhu tanah lebih stabil dan mampu mempertahankan kelembaban di sekitar perakaran tanaman. Efek aplikasi mulsa ditentukan oleh jenis bahan mulsa (Bareisis dan Viselga, 2002).

Menurut Lamont (1993), penggunaan mulsa anorganik dapat memperbaiki tata udara tanah dan juga tersedianya air bagi tanaman, meningkatkan hasil per satuan luas, efisien dalam penggunaan pupuk, mengurangi erosi akibat hujan dan angin, mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman, menghambat pertumbuhan gulma dan mencegah pemadatan tanah.

Zeolit merupakan mineral yang bermuatan negatif yang dapat dinetralkan oleh logam-logam alkali atau alkali tanah seperti Na+, K+, Ca2+, dan Mg2+. Mineral zeolit merupakan bahan yang sangat efektif untuk pertukaran kation dengan nilai KTK berkisar antara 100 – 300 me/100 g. Nilai KTK zeolit tersebut hampir sama


(5)

3

dengan KTK dari humus yaitu 200 me/100 g sampai dengan 300 me/100. Mineral zeolit bersifat basa sehingga dapat menetralkan tanah yang bersifat asam,

mengurangi daya fiksasi P oleh koloid tanah dan meningkatkan KTK serta aktivitas mikroorganisme dalam tanah (Bachrein et al., 1998).

Zeolit telah dimanfaatkan secara luas khususnya di bidang pertanian untuk penetral keasaman tanah, meningkatkan aerasi tanah, sumber mineral pendukung pada pupuk dan tanah, serta sebagai pengontrol yang efektif dalam pembebasan ion amonium, nitrogen, dan kalium pupuk. Zeolit klinoptilolit yang dicampur pada tanah berpengaruh terhadap beberapa hasil komoditas pertanian.

Penambahan 10 ton zeolit klinoptilolit/ha dapat meningkatkan hasil tanaman

eggplant atau terung sampai 55%, dan untuk wortel sampai 63%.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pemakaian mulsa plastik hitam perak akan menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman radish yang lebih baik?

2. Berapa dosis zeolit yang menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman radish yang terbaik ?

3. Apakah mulsa plastik hitam perak mempengaruhi dosis zeolit dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman radish ?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:


(6)

1. Mengetahui pengaruh mulsa plastik hitam perak pada pertumbuhan dan hasil tanaman radish.

2. Mengetahui berapa dosis zeolit yang menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman radish yang terbaik.

3. Mengetahui apakah mulsa plastik hitam perak mempengaruhi dosis zeolit dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman radish.

1.3 Landasan teori

Tanaman radish akan mudah tumbuh dengan baik apabila ditanam pada dataran tinggi (pegunungan). Untuk pertumbuhannya, radish menyukai temperatur yang rendah. Kondisi tanah yang baik untuk tanaman radish menurut sifat fisika, tanah yang cocok adalah tanah yang bertekstur lempung berpasir, memiliki struktur mantap, dengan suhu yang konsisten. Sedangkan ditinjau dari sifat kimia, tanah yang cocok untuk radish dengan tingkat keasaman tanah berkisar pH 5,5 – 6,5 (Sunarjono et al., 2003).

Mulsa dapat didefinisikan sebagai setiap bahan yang dihamparkan untuk menutup sebagian atau seluruh permukaan tanah dan mempengaruhi lingkungan mikro tanah yang ditutupi tersebut (Waggoner et al., 1960). Bahan-bahan dari mulsa dapat berupa sisa–sisa tanaman atau bagian tanaman yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa organik dan bahan-bahan sintetis berupa plastik yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa non–organik.

Pengaruh mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sayuran terutama ditentukan melalui pengaruhnya terhadap keseimbangan cahaya yang menerpa permukaan plastik yang digunakan. Secara umum seluruh cahaya


(7)

5

matahari yang menerpa permukaan plastik, maka sebagian cahaya tersebut akan dipantulan kembali ke udara, dalam jumlah yang kecil diserap oleh mulsa plastik dan diteruskan mencapai permukaan tanah bukan dalam bentuk cahaya tetapi dalam bentuk radiasi panas yang ditutupi mulsa plastik. Kemampuan mulsa plastik dalam memantulkan, menyerap dan melewatkan cahaya tersebut ditentukan oleh warna dan ketebalan mulsa plastik tersebut. Cahaya yang

dipantulkan permukaan mulsa plastik ke atmosfir akan mempengaruhi bagian atas tanaman, sedangkan radiasi panas yang diteruskan ke bawah permukaan mulsa plastik akan mempengaruhi kondisi fisik, biologis dan kimiawi rizosfir yang ditutupi (Fahrurrozi et al., 2001).

Cahaya matahari yang diteruskan melewati permukaan mulsa terjebak di permukaan tanah yang ditutupinya sehingga cahaya tidak mampu menembus plastik hitam perak akan berubah menjadi panas energi dan membentuk efek rumah kaca dalam skala yang kecil. Panas yang terjebak ini akan meningkatkan suhu permukaan tanah, memodifikasi keseimbangan air tanah, karbondioksida tanah, menekan pertumbahan gulma dan meningkatkan aktivitas

mikroorganisme. (Waggoner., 1960 ; Tanner, 1974 ; Mahrer et al., 1979)

Secara umum, peningkatan suhu permukaan tanah mungkin tidak menguntungkan bagi sayuran yang ditanam di daerah tropis, tetapi hal ini sangat menguntungkan bagi tanaman yang ditanam di daerah yang dingin dan beriklim sub–tropis. Namun demikian di daerah tropis, pengaruh mulsa plastik terhadap aktivitas mikroorganisme (sebagai akibat peningkatan suhu rizosfir) sangat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman melalui peningkatan


(8)

konsentrasi karbon dioksida di zona pertanaman dan pemberian beberapa hara makro. (Fahrurrozi et al., 2001)

Mineral zeolit merupakan suatu alternatif baru yang berdasarkan sifat–sifat yang dimilikinya mempunyai prospek untuk digunakan dalam sektor pertanian. Sifat pertukaran kation, kapasitas pertukaran kation (KTK) yang tinggi, kemampuan menahan air atau unsur hara yang tinggi memungkinkan zeolit alam dapat

dipergunakan untuk memperbaiki sifat–sifat kimia dan fisik yang kurang baik dari sebagian besar lahan pertanian di Indonesia. Penggunaan zeolit dalam bidang pertanian berfungsi sebagai perantara untuk herbisida, fungisida dan insektisida. Penggunaan zeolit dalam bidang pertanian sudah lama dikenal untuk menjaga ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh setiap gram zeolit alam dapat menyerap lebih dari 1 meq ion amonium dan ion kalium yang terkandung dalam pupuk, kemudian melepaskannya secara bertahap ke dalam tanah. Dengan demikian zeolit dapat memperpanjang fungsi mineral dalam pupuk terhadap tanah. Akan tetapi pemakaian zeolit harus dikombinasikan dengan pupuk NPK karena pemakaian zeolit saja tidak menunjukkan hasil yang meningkat. Apabila zeolit digunakan sebagai penyubur tanah, maka yang perlu diketahui adalah jenis kation yang dominan dalam zeolit serta jenis tanahnya (Herawati, 2001).

Menurut Mumpton (1999), dengan menggunakan zeolit klinoptilolit sebagai pelembab tanah (soil conditioner) akan meningkatkan produksi gandum (13 – 15%), terong (19 – 55%), apel (13 – 38%), dan wortel (63%). Kebutuhan zeolit


(9)

7

untuk tanamanbawang, bawang putih, bawang daun, seledri, dan wortel 150 – 300 kg/ha.

1.4 Kerangka Pemikiran

Mulsa plastik hitam perak memiliki dua muka dan dua warna, yaitu muka pertama berwarna hitam dan muka kedua berwarna perak. Warna hitam untuk menutup permukaan tanah dan menimbulkan kesan gelap sehingga dapat menekan rumput– rumput liar atau gulma, warna perak sebagai permukaan atas tempat menanam suatu tanaman budidaya dan warna perak dari mulsa dapat memantulkan sinar matahari sehingga dapat mengurangi hama aphis, trips dan tungau, serta secara tidak langsung menekan serangan penyakit virus. Selain itu mulsa plastik hitam perak menjaga tanah tetap gembur, suhu dan kelembaban tanah relatif tetap (stabil), mencegah tercucinya pupuk oleh air hujan, dan penguapan unsur hara. Sehingga diharapkan dengan menggunakan mulsa kesuburan tanah dapat merata, sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman budidaya relatif seragam

(homogen).

Zeolit bisa digunakan untuk budidaya tanaman radish karena zeolit mempunyai kemampuan untuk mengefisiensikan penggunaan unsur hara dalam tanah dengan cara mengikat unsur hara tetapi mudah diserap oleh akar tanaman. Sedangkan nilai KTK antara 80 – 120 me/100 g, nilai yang tergolong tinggi untuk penilaian tingkat kesuburan tanah. Zeolit dengan sifat utama, memiliki kapasitas tukar kation (KTK) dan selektivitas terhadap ammonium dan kalium yang tinggi, dapat digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan anorganik seperti Urea (N), SP–36 (P) dan KCl (K).


(10)

Zeolit diketahui dapat memperbaiki sifat fisik tanah antara lain melalui

peningkatan kapasitas tukar kation, selain itu digunakan untuk mengurangi tingkat pencemaran logam berat seperti Pb, Cd, Zn, Cu2+, Mn2+, Ni2+ pada lingkungan. Dengan baiknya kondisi tanah dengan pemakaian mulsa plastik hitam perak dan pemberian aplikasi dosis zeolit diharapkan dapat mengoptimalkan hasil dari umbi tanaman radish.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran dan landasan teori yang telah dikemukakan, dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Pemakaian mulsa plastik hitam perak akan memberikan pengaruh yang lebih baik pada pertumbuhan dan hasil tanaman radish daripada tanpa menggunakan mulsa.

2. Respons tanaman radish sampai dosis 800 g/m2 akan menghasilkan hasil maksimum umbi radish.

3. Terdapat pengaruh yang berbeda antara pemakaian mulsa plastik hitam perak dan tanpa mulsa pada tanaman radish terhadap taraf dosis zeolit yang berbeda.


(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Radish

Radish (Raphanus sativus L) adalah sayuran akar dari keluarga Brassicaceae yang dapat dimakan. Radish memiliki banyak varietas, bervariasi dalam ukuran, warna dan umur panen. (Anonim, 2011). Saat ini daerah yang banyak ditanami lobak adalah dataran tinggi Pangalengan, Pacet, Cipanas, dan Bedugul.

Kedudukan tanaman radish dalam taksonomi diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Dicotiledóneae Sub-kelas : Brassicales Famili : Brassicaceae Genus : Raphanus

Spesies : Raphanus sativus L

Radish banyak ditanam di daerah pegunungan. Tanaman semusim, tinggi 50 – 100 cm. Daun tunggal, berambut, lonjong, panjang 15 – 20 cm, lebar 6 – 10 cm, tepi bergerigi, ujung dan pangkal rompang, pertulangan menyirip, tangkai daun pipih warna hijau. Bunga majemuk dalam tandan, kecil-kecil, warna putih. Buah lonjong, menggembung, panjang 3 – 7 cm, diameter ± 1,5 cm. biji lonjong,


(12)

kecil-kecil, warna kuning kecoklatan. Akarnya tunggang yang membengkak dan berdaging seperti umbi, bentuk silinder, lurus atau agak bengkok, kulit umbi putih atau merah, licin dengan sisa pada celah–celah melintang yang dangkal, bagian dalamnya berwarna putih (Syahroney, 2005).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Radish

Kondisi lingkungan tumbuh yang paling baik untuk tanaman ini adalah di dataran tinggi (pegunungan) berkisar 700 m dpl dengan suhu antara 15,60 – 21,10 oC dan kelembaban pada RH 70% - 90%, cukup mendapat sinar matahari dan keadaan air tanah memadai. Tanaman radish tidak tahan terhadap curah hujan yang tinggi selama masa pertumbuhannya karena dapat menyebabkan umbi cepat busuk dan resiko serangan penyakit cukup tinggi (Rukmana,1995). Tanah yang dikehendaki bagi tanaman lobak ialah tanah lempung ringan, gembur dan subur atau banyak mengandung humus dan pH tanah 5,0 – 6,0..

2.3 Mulsa

Mulsa adalah semua bahan yang digunakan pada permukaan tanah terutama untuk menghalangi hilangnya air karena penguapan atau untuk mematikan tanaman penggangu.

2.3.1 Manfaat terhadap Tanaman

Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, benih gulma tidak dapat tumbuh. Akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi


(13)

11

dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. Tidak adanya kompetisi dengan gulma tersebut merupakan salah satu penyebab keuntungan yaitu meningkatnya produksi tanaman budidaya (Arga, 2010)

2.3.2 Manfaat terhadap Kestabilan Agregat dan Kimia Tanah

1. Kestabilan agregat tanah

Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, energi air hujan akan ditanggung oleh bahan mulsa tersebut sehingga agregat tanah tetap stabil dan terhindar dari proses penghancuran. Semua jenis mulsa dapat digunakan untuk tujuan mengendalikan erosi.

2. Kimia tanah

Fungsi langsung mulsa terhadap sifat kimia tanah terjadi melalui pelapukan bahan-bahan mulsa. Fungsi ini hanya terjadi pada jenis mulsa yang mudah lapuk seperti jerami padi, alang-alang, rumput-rumputan, dan sisa-sisa tanaman lainnya. Hal ini merupakan salah satu keuntungan penggunaan mulsa sisa-sisa tanaman dibanding mulsa plastik (Arga, 2010).

2.3.3 Manfaat terhadap Ketersediaan Air Tanah

Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanam tidak kekurangan air karena penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses transpirasi. Melalui proses transpirasi inilah


(14)

tanaman dapat menarik air dari dalam tanah yang di dalamnya telah terlarut berbagai hara yang dibutuhkan tanaman.

2.4 Jenis Bahan Mulsa

Menurut Arga (2010), ada beberapa jenis mulsa yaitu : 1. Mulsa Organik

Meliputi semua bahan sisa pertanian yang secara ekonomis kurang bermanfaat seperti jerami padi, batang jagung, batang kacang tanah, daun dan pelepah daun pisang, daun tebu, alang-alang dan serbuk gergaji.

2. Mulsa Anorganik

Meliputi semua bahan batuan dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti batu kerikil, batu koral, pasir kasar, batu bata dan batu gravel. Untuk tanaman semusim, bahan mulsa ini jarang digunakan. Bahan mulsa ini lebih sering digunakan untuk tanaman hias dalam pot.

3. Mulsa Kimia-Sintetis

Meliputi baha -bahan plastik dan bahan–bahan kimia lainnya. Bahan-bahan plastik berbentuk lembaran dengan daya tembus sinar matahari yang beragam. Bahan plastik yang saat ini sering digunakan yang sering digunakan sebagai bahan mulsa adalah plastik transparan, plastik hitam, palstik perak, dan plastik perak hitam


(15)

13

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Jenis Bahan Mulsa

Menurut Chairumansyah (2010) terdapat kelebihan dan kekurangan dari berbagai macam mulsa seperti ;

1. Mulsa Organik (Jerami Padi). a. Kelebihannya meliputi :

Biaya murah

Memiliki efek menurunkan suhu tanah. Mengkonservasi tanah dengan menekan erosi.

Dapat menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu.

Menambah bahan organik tanah karena mudah lapuk setelah rentang waktu tertentu.

b. Kekurangannya meliputi :

Tidak tersedia sepanjang musim tanam, tetapi hanya saat musim panen saja. Hanya tersedia di sekitar sentra budidaya padi sehingga daerah yang jauh dari pusat budidaya padi membutuhkan biaya ekstra untuk transportasi. Tidak dapat digunakan lagi untuk masa tanam berikutnya.

2. Mulsa Kimia-Sintetik (plastik) a. Kelebihannya adalah :

Dapat diperoleh setiap saat.

Memiliki sifat yang beragam terhadap suhu tanah tergantung plastic. Dapat menekan erosi.

Mudah diangkut sehingga dapat digunakan setiap tempat. Menekan pertumbuhan tanaman pengganggu.

Dapat digunakan lebih dari satu musim tanam tergantung perawatan bahan mulsa.


(16)

b. Kekurangannya adalah

Tidak memiliki efek menambah kesuburan tanah karena sifatnya sukar lapuk.

Harga untuk membeli mulsa kimia–sintetik (plasik) relative mahal. 2.6 Kesesuaian Bahan Mulsa dan Tanaman

Menurut Agra (2010), kesusaian bahan mulsa dan tanaman perlu diperhatikan seperti :

1. Mulsa Jerami

Mulsa jerami sesuai digunakan untuk-untuk tanaman semusim atau non–semusim yang tidak terlalu tinggi dan memiliki struktur tajuk berdaun lebat dengan sistem perakaran dangkal. Tanaman-tanaman yang selama ini sukses diberi mulsa jerami antara lain kentang, kedelai, bawang putih dataran rendah, semangka dan melon. Dengan adanya mulsa jerami yang memiliki efek menurunkan suhu tanah, kentang pada dataran medium sampai rendah dapat menghasilkan umbi. 2. Mulsa Plastik

Mulsa plastik sesuai digunakan untuk pembudidayaan tanaman yang struktur perakannya dangkal tajuk tanaman berdaun tidak terlalu lebat dan tinggi tanaman .di atas 0,5 meter. Berdasarkan efeknya terhadap suhu tanah maka mulsa plastik dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman akan suhu tanah tanah.

a. Mulsa Plastik Putih (MPP)

Berdasarkan penelitian, mulsa plastik putih (MPP) memantulkan cahaya sekitar 45% sehingga 55% cahaya matahari yang dipantulkan dan diserap secara


(17)

15

langsung atau tidak langsung akan berinteraksi dengan tanah. Selain dapat menurunkan suhu tanah, MPP juga dapat menambah jumlah cahaya matahari yang diterima oleh tajuk tanaman karena cukup besarnya cahaya matahari yang dipantulkan. Hal ini sangat membantu tanaman dalam melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, mulsa plasik putih sangat cocok untuk budidaya semangka, melon, serta berbagai jenis cabai hibrida dan terung–terungan.

b. Mulsa Plastik Transparan (MPT)

Dari hasil penelitian pada tanah yang diberi mulsa plastik transparan (MPT), cahaya matahari yang dipantulkan dan di serap oleh bahan mulsa sangat sedikit. Sebaliknya cahaya yang diteruskan banyak. Hal ini menyebabkan MPT memiliki efek menaikkan suhu tanah. MPT sangat cocok diterapkan pada

tanaman-tanaman dataran rendah yang ingin dibudidayakan di dataran tinggi. Namun, tanaman-tanaman tersebut harus memiliki struktur tajuk yang tidak terlalu tinggi, seperti pada bawang merah dataran tinggi.

c. Mulsa Plastik Hitam (MPH)

Dengan adanya MPH, cahaya matahari yang dipantulkan dan diteruskan sangat kecil. Banyaknya cahaya matahari yang diserap dapat mencapai 90.5 %, dari jumlah cahaya matahari yang datang. Cahaya yang diserap tersebut akan

dipantukan dalam bentuk panas ke segala arah termasuk tanah. Penerapan mulsa ini dapat dilakukan pada bawang merah dan asparagus di dataran tinggi.


(18)

d. Mulsa Plastik Perak Hitam (MPPH)

Mulsa plastik perak hitam akan mnyebabkan cahaya matahari yang dipantulkan cukup besar, bahkan lebih tinggi dari MPP. Akibatnya cahaya matahari yang dipantulkan cukup besar. Di lain pihak, permukaan hitam dari MPPH akan menyebabkan cahaya matahari yang di teruskan menjadi sangat kecil, bahkan mungkin nol. Keadaan ini akan menyebabkan suhu tanah akan tetap rendah. Dewasa ini, mulsa plastik perak hitam mulai diterapkan secara luas dan sangat cocok untuk pembudidayaan semangka hibrida, melon, serta berbagai jenis cabai hibrida dan terung-terungan.

2.7 Zeolit

Zeolit banyak dimanfaatkan salah satunya di bidang pertanian, sebagai soil

condisioner dan pengefisienan pupuk karena kation-kation di dalam pupuk dilepas secara perlahan. Zeolite Powder adalah salah satu produk dari zeolit Indonesia yang sudah diolah dan diaktivasi sedemikian rupa sehingga memiliki kemampuan yang maksimal.

Komposisi mineral zeolit rata-rata dari Indonesia hampir sama yaitu SiO2, Al2O3, Fe2O3, K2O, TiO2, MgO, CaO, Na2O. Umumnya perbedaan antara

sumber/deposit yang satu dengan yang lain adalah dalam jumlah kandungan, porositas, serta KTK. Perbedaan inilah biasanya yang menyebabkan apakah zeolit itu memiliki kemampuan yang baik atau kurang kurang baik (Subagjo, 1993).


(19)

17

2.8 Struktur dan Sifat Zeolit Alam

Struktur zeolit dapat digambarkan seperti sarang lebah dengan saluran-saluran dan rongga-rongga yang dihasilkan oleh sambungan-sambungan kaku tetrahedral (Dyer, 1988). Struktur kristal dari mineral zeolit termasuk anggota kelas aluminosilikat. Umumnya zeolit tersusun oleh satuan unit pembangun primer yang merupakan satuan unit terkecil tetrahedral SiO4 dan AlO4. Dalam struktur zeolit, atom Si dan O tidak memiliki muatan, sedangkan atom Al bermuatan negatif sehingga struktur rantai aluminosilika tersebut akan dinetralkan oleh kation (contoh Na+, Ca+, dan K+).

Meier et al. (1996) telah mengklasifikasikan dan mengilustrasikan struktur zeolit berdasarkan susunan unit pembangunnya, yaitu unit pembangun primer, sekunder dan tersier.

1. Unit pembangun primer berupa tetrahedral SiO4 dan AlO4 yang merupakan satuan unit terkecil.

2. Unit pembangun sekunder terbentuk dari rangkaian unit pembangun primer dengan cara setiap satu atom oksigen secara bersama sebagai sudut dua tetrahedral, membentuk cicin tunggal maupun ganda dengan 4, 5, 6 dan 8 tetrahedral.

3. Unit pembangun tersier atau struktur ruang terbentuk dari ikatan unit

pembangun sekunder satu sama lain dengan berbagai kombinasi. Kristal zeolit merupakan rangkaian tiga dimensi unit tersier tersebut .


(20)

Menurut Subagjo (1993), adapun bentuk–bentuk dasar yang terkombinasi akan membentuk kristal berpori dengan pola dan dimensi saluran–saluran sejajar yang saling terhubungkan oleh saluran lain yang tegak lurus dengan variasi ukuran tertentu. Molekul tamu, yaitu molekul yang teradsorpsi atau bereaksi dengan bantuan permukaan zeolit, berdifusi menyusuri saluran pori untuk mencapai permukaan dalam zeolit. Berdasarkan ukuran pori zeolit terbagi tiga kelompok besar, yaitu sistem pori cincin 8 oksigen, sistem pori 10 oksigen dan sistem pori cincin 12 oksigen.

Zeolit alam mempunyai struktur kristal berdimensi tiga dengan pori – pori yang banyak. Struktur zeolit yang berpori dengan cairan di dalamnya mudah lepas karena pemanasan sehingga sifatnya spesifik, yaitu dapat menyerap bahan lain yang ukuran molekulnya lebih kecil dari ukuran porinya (Dorfner dan Hastomo, 1993). Zeolit sebagai padatan anorganik yang berwarna kebiru–biruan memiliki sifat-sifat yang sangat unik, diantaranya adalah sangat berpori, mempunyai kemampuan menukar ion, keasaman dan mudah dimodifikasi. Penukar zeolit yang luas (sangat berpori) dikarenakan adanya rangkaian-rangkaian dari unit pembangun primer tetrahedral silika dan alumina. Pori-porinya berukuran molekul yang terbentuk dari tumpukan cincin beranggotakan 6, 8, 10, atau 12 tetrahedral (Barrer, 1982).

Saluran pori pada zeolit berisi molekul air terbentuk akibat proses hidrasi udara di sekeliling kation penukar. Melalui pemanasan air akan terurai dan saluran-saluran pori akan mengadsorpsi pada permukaan dalam dari ruang (Prayitno, 1989).


(21)

19

Zeolit mempunyai selektivitas tinggi dan sering digunakan untuk mengisolasi kation-kation yang diikat.

Menurut Mumpton dan Fishman (1977), pertukaran zeolit bersifat membuka ikatan kerangka tetrahedralnya sehingga dapat terurai atau bertukar dengan mudah oleh pencucian suatu larutan yang kuat. Artinya, zeolit dapat memberikan ion- ion logam dengan adanya penambahan larutan garam (Prayitno, 1989).

Zeolit bersifat sebagai padatan asam bronsted melalui pengaturan perbandingan Si/Al dalam kerangka kristal. Tetapi cara ini hanya diterapkan pada zeolit yang kaya silika, karena tahan oleh asam (Subagjo,1993). Sifat-sifat tersebut

menjadikan zeolit banyak digunakan dalam proses-proses dasar seperti dalam proses adsorpsi, pertukaran kation, katalis yang selektif dengan memanfaatkan pusat asam dan sebagai ayakan molekul.


(22)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung mulai bulan Juli–September 2012.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih radish (Raphanus sativus L.) , pupuk kandang, Urea, KNO3, mulsa plastik hitam perak, dan zeolit.

Alat-alat yang digunakan untuk kegiatan penelitian ini adalah cangkul, koret, gembor, ember, meteran, mistar, nampan plastik, gunting, cutter, timbangan dan alat tulis.

3.3 Metode Penelitian

1) Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (5x2). Faktor pertama adalah tanpa menggunakan mulsa (m0), menggunakan mulsa plastik hitam perak (m1). Faktor kedua adalah pemberian dosis zeolit yang terdiri dari lima taraf, yaitu 0 g/m2 (z0); 200 g/m2 (z1); 400 g/m2 (z2); 600 g/m2 (z3); 800 (z4) g/m2.


(23)

21

2) Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) dengan tiga ulangan. Setiap petak percobaan diambil lima sampel tanaman. Keragaman data diuji dengan Uji Bartlett dan sifat

kemenambahan data diuji dengan Uji Tukey. Data diolah dengan analisis ragam, dilanjutkan dengan uji Polinomial Orthogonal dan ortogonal kontras pada taraf nyata 5% atau 1%.

3.4 Pelaksanaan Percobaan

3.4.1 Persiapan Lahan

3.4.1.1Penggemburan

Penggemburan tanah dilakukan dengan cara mencangkul sedalam 30 – 40 cm. Pada saat pengolahan tanah juga dilakukan pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang yang masak, dengan dosis 10 ton/ha atau 1 kg/m2. Bersamaan dengan kegiatan penggemburan, dilakukan penyiangan gulma, ataupun semak tanaman yang dapat mengganggu

3.4.1.2 Pembuatan bedengan

Tanah yang sudah digemburkan kemudian diratakan dan dibuat alur-alur atau bedengan. Banyaknya bedengan yang dibuat adalah tiga bedengan. Tiap bedeng dibagi 10 petakan. Luas tiap petakan 1,5 m2. di antara bedengan dibuat parit dengan lebar


(24)

25 – 30 cm dan kedalaman kira-kira 30 cm. Parit berguna untuk saluran drainase serta memudahkan lalu lintas pekerja memelihara tanaman.

3.4.1.3 Pemberian zeolit

Tanah yang sudah berbentuk bedengan dan gembur ditabur dengan zeolit yang sudah ditimbang sesuai dengan dosis yang akan digunakan. Zeolit tersebut ditebar hingga menutupi permukaan bedengan.

3.4.1.4 Pemupukan

Setelah lahan diolah dan didiamkan selama satu minggu maka lahan diberi pupuk kandang kambing dengan takaran 2 kg/petak kemudian diberakan selama 4 hari. Pupuk dasar Urea, SP36 dan KCL diberikan secara bersamaan dengan cara ditabur dengan dosis masing-masing 20 gram/petak, 30 gram/petak dan 10 gram/petak. Aplikasi pupuk dilakukan sekali saja, pada awal tanam.

3.4.1.2Pemasangan Mulsa

Pemasangan mulsa dilakukan setelah aplikasi pupuk. Setelah mulsa terpasang, selanjutnya mulsa dilubangi sebanyak 24 lubang. Pemasangan mulsa dilakukan sesuai denah yang telah ditentukan.


(25)

23

3.4.2 Penanaman

Benih radish langsung ditanam di dalam petakan, dengan jarak tanam dalam petakan 10 cm x 20 cm dan jarak antarpetakan 20 cm yang ditanami sebanyak 50 tanaman. Waktu penanaman dilakukan pagi hari. Tanaman radish tumbuh 4 – 5 hari setelah tanam.

3.4.3 Pemeliharaan

3.4.3.1 Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan pada tanaman berumur dua minggu. Gulma yang dominan pada pertanam lobak adalah jenis rumput. Penyiangan gulma dilakukan secara manual menggunakan koret atau mencabut gulma tesebut.

3.4.3.2 Pembumbunan

Dilakukan juga penutupan umbi yang muncul dipermukaan tanah. Bagian umbi yang terkena sinar matahari langsung warnanya akan berubah warna menjadi hijau. Hal tersebut kurang baik di mata konsumen sehingga perlu dihindari

3.4.3.3 Pengairan

Penyiraman harus dilakukan secara rutin, terutama pada musim kemarau.

Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Pada saat musim hujan penyiraman dilakukan saat tanah terlihat kering dan hujan belum juga turun.


(26)

3.4.4 Pemanenan

Pemanenan dilakukan 50 hari setelah tanam. Ciri dari radish siap panen adalah setelah memiliki 5 – 8 helai daun yang tumbuh sempurna dan umbi terlihat. Pemanenan radish sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terbit. 3.5 Variabel Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan terhadap komponen pertumbuhan, meliputi variabel: (1) Jumlah daun tanaman dihitung dengan satuan helai. Perhitungan dilakukan setiap

tiga hari sekali dengan menghitung daun yang telah membuka sempurna. (2) Bobot umbi basah diukur dalam satuan gram. Pengukuran dilakukan dengan

cara menimbang umbi basah menggunakan neraca analitik.

(3) Bobot kering berangkasan diukur dalam satuan gram. Pengukuran dilakukan pada saat setelah pengeringan konstan.

(4) Volume umbi diukur dalam satuan mililiter. Pengukuran dilakukan dengan cara menghitung selisih volume di dalam gelas ukur sebelum dan sesudah di masukkan umbi.

(5) Diameter umbi diukur dalam satuan sentimeter. Pengukuran dilakukan dengan memakai jangka sorong untuk menghitung diameter umbi.

(6) Produksi tanaman per petak, perhitungannya dilakukan pada saat panen dengan menimbang seluruh umbi radish yang telah dibersihkan dalam satu petak percobaan.


(27)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah :

1. Aplikasi mulsa memiliki respons/hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa mulsa untuk tanaman radish, pada peubah bobot brangkasan, dan bobot basah umbi dan produksi per petak.

2. Respons tanaman radish terhadap aplikasi dosis zeolit sampai dosis 800 g/m2 masih liniear.

3. Perlakuan tanpa mulsa dan tanpa zeolit menghasilkan produksi lebih tinggi 52,61 % (1.027,42 g) daripada dengan menggunakan mulsa (486,84 g). Sedangkan pada zeolit 200 g/m2 produksi umbi dengan menggunakan mulsa lebih tinggi 81,50% ( 1.299,94 g) daripada tanpa menggunakan mulsa (716,22 g)


(28)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis memberikan saran untuk menanam tanaman radish sebaiknya pada musim hujan dan dilakukan lagi penelitian lanjutan dengan menggunakan zeolit serta berbagai macam mulsa agar mendapatkan hasil

pertumbuhan yang terbaik. Suhu di lahan dicek pada dalam mulsa dan di luar permukaan.


(29)

PUSTAKA ACUAN .

Anonim. 2011. radish. http://www.sinarbarokah.com/radish/sinar-barokah radish. Diakses tanggal 1 November 2011

Anonim.2010. Peranan Cahaya Matahari Terhadap kehidupan Tanaman. Htpp ://angga.blogspot.com/2010/03. Diakses tanggal 4 Juli 2013

Arga, A. 2010. Mulsa. http://anggi-arga.blogspot.com/2010/03/mulsa.html. Diakses tanggal 4 November 2011

Bachrein, S. dan N.S. Dimyati, A. Dimyati. 1998. Pengkajian Mineral Zeolit Zeo Agro G super pada tanaman padi sawah tadah Hujan dan

Berpengairan. Makalah disajikan pada Seminar Sehari Bimas, Departemen Pertanian, Jakarta, 8 Juli 1998. Bimas. Jakarta. Bareisis R., G. dan Viselga. 2002. Trends in the development of potato

cultivation technologies. Institute of Agricultural Enginering, Raudonddevaris.

Barrer, R.M. 1982. Hydrotermal Chemistry of Zeolites. London : Academic Press.

Chairumansyah. 2010. Keuntungan Penggunaan Mulsa Plastik.

http://binatani.blogspot.com/2010/03/keuntungan-penggunaan-mulsa-plastik.html. Diakses tanggal 24 januari 2012.

Dorfiner ,K. dan A. J Hartono. 1993. Iptek Penukaran Ion. Andi offset. Yogyakarta

Dyer A. 1988. An Introduction to Zeolite Molecular Sieves. Chichester: J. Wiley & Sons. 149 p.


(30)

10 Januari 2012.

Fahrurrozi. 2010. Mulsa Plastik Hitam Perak

http://www.sinarbarokah.com/radish/sinar-barokah-radish. Diakses tanggal 24 januari 2012

Fahrurrozi, K.A. Stewart and S. Jenni. 2001. The early growth of muskmelon in mulched mini-tunnel containing a thermal-water tube. I. The carbon dioxide concentration in the tunnel. J. Amer. Soc. For Hort. Sci.. 126:757-763.

Herawati, N. 2001. Kapasitas Tukar Kation Kalium Pada Zeolit Alam Jawa Timur. ITS, Surabaya.

Kementerian pertanian. 2010. Hortikultura (Profil Tanaman Pangan dan Hortikultura). Jakarta. http://www.deptan.go.id . Diakses tanggal 24 Januari 2012

Lamont, W.J. 1993. Plastic Mulches for The Production of Vegetable Crops. Hort Technology 3(1) : 35-39.

Mahrer, Y. 1979. Prediction of soil temperatures of a soil mulched with transparent polyethylene. J. Applied Meteorology. 18:1263-1267.

Meier, W. M. and D. H. Olson, Baerlocher. 1996. Atlas of Zeolite Structure Types; Rees, L. V. C., von Ballmoos, R., Eds.; ElsevierPress: London, ; pp 62-63, 104-105, 132-133.

Midmore, D. J. 1983. The use of mulch for potato in the hot tropics. Circular II (1):1-2.

Mumpton, F. A. 1999. Uses of natural zeolites in agriculture and industry.

Proc. Natl. Acad. Sci. USA . Vol. 96, pp. 3463–3470,

Mumpton, F. A. and P. H. Fishman. 1977. The application of natural zeolitein animal science and agriculture. J. Anim. Sci. 45(5). 1188-1203 hlm. Noggle, G. R. and G.J. Fritz., 1997. Introductory Plant Physiology. 2nd ed.


(31)

Nonnecke, Ib. L. 1989. Vegetable Production. Van Nostrand Reinhold. New York. 657 hlm.

Subagjo. 1993. Struktur dan Sifat – Sifatnya. Warta Insinyur Kimia. Vol 7 No 3

Sunarjono, H. dan Ali, V.B.N. Rahayu, E. 2003. Wortel dan Lobak, Edisi Revisi.

Penebar Swadaya. Jakarta. 104 hlm.

Sutomo, B. 2009. Lobak. http://id.wikipedia.org/wiki/lobak. Diakses tanggal 29 Oktober 2011

Suwardi. 2006. Penggunaan Zeolit Di Bidang Pertanian. Prosiding Seminar Nasional Zeolit V. Bandar Lampung. 30 – 39 hlm.

Syahroney. 2005. Radish ( Raphanus sativus L)

http://syahroneiy.ngeblogs.com/category/hot-news/. Diakses tanggal 25 Februari 2012.

Tanner, B. 1074. Microclimate modification : Basic concepts. HortScience, 9:555- 560.

Rukmana, R. 1995. Bertanam Lobak. Kanisius. Malang 68 hlm. Prayitno, K.B. 1989. Zeolit sebgai Alternatif Industri Komoditi Mineral

Indonesia. BPPT No. XXXV.

Waggoner, P.E. and P.M. Miller, H.E. deRoo. 1960. Plastic Mulching; Principles and Benefits. Conn. Agr. Exp. Sta. Bul. 643. 44 pp.

Wurr, D,C.E., C.C. Hole., J.R. Fellows, J. Milling, J.R.Lynn, P. O’Brian. 1997.

The effect of some environmental factors on potato tuber number Pot. Res. 40:297-306.

Xu, X., D. Vreugdenhil, A.M. Andre, V. Lameran.1998. Cell division and cell enlargement during potato tuber formation. J. of. Experimental Botany 49:573-582.

Zainal. 2004. Efek Penggunaan Berbagai Warna Mulsa Plastik pada Iklim Mikro, Ukuran Umbi dan Produksi Tanaman Kentang Var. Granola (Solanum Fuberosum L.). IPB, Bogor.


(1)

24

3.4.4 Pemanenan

Pemanenan dilakukan 50 hari setelah tanam. Ciri dari radish siap panen adalah setelah memiliki 5 – 8 helai daun yang tumbuh sempurna dan umbi terlihat. Pemanenan radish sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terbit.

3.5 Variabel Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan terhadap komponen pertumbuhan, meliputi variabel:

(1) Jumlah daun tanaman dihitung dengan satuan helai. Perhitungan dilakukan setiap tiga hari sekali dengan menghitung daun yang telah membuka sempurna. (2) Bobot umbi basah diukur dalam satuan gram. Pengukuran dilakukan dengan

cara menimbang umbi basah menggunakan neraca analitik.

(3) Bobot kering berangkasan diukur dalam satuan gram. Pengukuran dilakukan pada saat setelah pengeringan konstan.

(4) Volume umbi diukur dalam satuan mililiter. Pengukuran dilakukan dengan cara menghitung selisih volume di dalam gelas ukur sebelum dan sesudah di masukkan umbi.

(5) Diameter umbi diukur dalam satuan sentimeter. Pengukuran dilakukan dengan memakai jangka sorong untuk menghitung diameter umbi.

(6) Produksi tanaman per petak, perhitungannya dilakukan pada saat panen dengan menimbang seluruh umbi radish yang telah dibersihkan dalam satu petak percobaan.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah :

1. Aplikasi mulsa memiliki respons/hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa mulsa untuk tanaman radish, pada peubah bobot brangkasan, dan bobot basah umbi dan produksi per petak.

2. Respons tanaman radish terhadap aplikasi dosis zeolit sampai dosis 800 g/m2 masih liniear.

3. Perlakuan tanpa mulsa dan tanpa zeolit menghasilkan produksi lebih tinggi 52,61 % (1.027,42 g) daripada dengan menggunakan mulsa (486,84 g). Sedangkan pada zeolit 200 g/m2 produksi umbi dengan menggunakan mulsa lebih tinggi 81,50% ( 1.299,94 g) daripada tanpa menggunakan mulsa (716,22 g)


(3)

36

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis memberikan saran untuk menanam tanaman radish sebaiknya pada musim hujan dan dilakukan lagi penelitian lanjutan dengan menggunakan zeolit serta berbagai macam mulsa agar mendapatkan hasil

pertumbuhan yang terbaik. Suhu di lahan dicek pada dalam mulsa dan di luar permukaan.


(4)

PUSTAKA ACUAN

.

Anonim. 2011. radish. http://www.sinarbarokah.com/radish/sinar-barokah radish. Diakses tanggal 1 November 2011

Anonim.2010. Peranan Cahaya Matahari Terhadap kehidupan Tanaman. Htpp ://angga.blogspot.com/2010/03. Diakses tanggal 4 Juli 2013

Arga, A. 2010. Mulsa. http://anggi-arga.blogspot.com/2010/03/mulsa.html. Diakses tanggal 4 November 2011

Bachrein, S. dan N.S. Dimyati, A. Dimyati. 1998. Pengkajian Mineral Zeolit Zeo Agro G super pada tanaman padi sawah tadah Hujan dan

Berpengairan. Makalah disajikan pada Seminar Sehari Bimas, Departemen Pertanian, Jakarta, 8 Juli 1998. Bimas. Jakarta.

Bareisis R., G. dan Viselga. 2002. Trends in the development of potato cultivation technologies. Institute of Agricultural Enginering, Raudonddevaris.

Barrer, R.M. 1982. Hydrotermal Chemistry of Zeolites. London : Academic Press.

Chairumansyah. 2010. Keuntungan Penggunaan Mulsa Plastik.

http://binatani.blogspot.com/2010/03/keuntungan-penggunaan-mulsa-plastik.html. Diakses tanggal 24 januari 2012.

Dorfiner ,K. dan A. J Hartono. 1993. Iptek Penukaran Ion. Andi offset. Yogyakarta

Dyer A. 1988. An Introduction to Zeolite Molecular Sieves. Chichester: J. Wiley & Sons. 149 p.


(5)

Estiaty, L.M. 2005. Pengaruh Zeolit Terhadap Media Tanam. http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_material/ pengaruh_zeolit_terhadap_media_tanam /html. Diakses tanggal 10 Januari 2012.

Fahrurrozi. 2010. Mulsa Plastik Hitam Perak

http://www.sinarbarokah.com/radish/sinar-barokah-radish. Diakses tanggal 24 januari 2012

Fahrurrozi, K.A. Stewart and S. Jenni. 2001. The early growth of muskmelon in mulched mini-tunnel containing a thermal-water tube. I. The carbon dioxide concentration in the tunnel. J. Amer. Soc. For Hort. Sci.. 126:757-763.

Herawati, N. 2001. Kapasitas Tukar Kation Kalium Pada Zeolit Alam Jawa Timur. ITS, Surabaya.

Kementerian pertanian. 2010. Hortikultura (Profil Tanaman Pangan dan Hortikultura). Jakarta. http://www.deptan.go.id . Diakses tanggal 24 Januari 2012

Lamont, W.J. 1993. Plastic Mulches for The Production of Vegetable Crops. Hort Technology 3(1) : 35-39.

Mahrer, Y. 1979. Prediction of soil temperatures of a soil mulched with transparent polyethylene. J. Applied Meteorology. 18:1263-1267.

Meier, W. M. and D. H. Olson, Baerlocher. 1996. Atlas of Zeolite Structure Types; Rees, L. V. C., von Ballmoos, R., Eds.; ElsevierPress: London, ; pp 62-63, 104-105, 132-133.

Midmore, D. J. 1983. The use of mulch for potato in the hot tropics. Circular II (1):1-2.

Mumpton, F. A. 1999. Uses of natural zeolites in agriculture and industry. Proc. Natl. Acad. Sci. USA . Vol. 96, pp. 3463–3470,

Mumpton, F. A. and P. H. Fishman. 1977. The application of natural zeolitein animal science and agriculture. J. Anim. Sci. 45(5). 1188-1203 hlm. Noggle, G. R. and G.J. Fritz., 1997. Introductory Plant Physiology. 2nd ed.


(6)

Nonnecke, Ib. L. 1989. Vegetable Production. Van Nostrand Reinhold. New York. 657 hlm.

Subagjo. 1993. Struktur dan Sifat – Sifatnya. Warta Insinyur Kimia. Vol 7 No 3

Sunarjono, H. dan Ali, V.B.N. Rahayu, E. 2003. Wortel dan Lobak, Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 104 hlm.

Sutomo, B. 2009. Lobak. http://id.wikipedia.org/wiki/lobak. Diakses tanggal 29 Oktober 2011

Suwardi. 2006. Penggunaan Zeolit Di Bidang Pertanian. Prosiding Seminar Nasional Zeolit V. Bandar Lampung. 30 – 39 hlm.

Syahroney. 2005. Radish ( Raphanus sativus L)

http://syahroneiy.ngeblogs.com/category/hot-news/. Diakses tanggal 25 Februari 2012.

Tanner, B. 1074. Microclimate modification : Basic concepts. HortScience, 9:555- 560.

Rukmana, R. 1995. Bertanam Lobak. Kanisius. Malang 68 hlm.

Prayitno, K.B. 1989. Zeolit sebgai Alternatif Industri Komoditi Mineral Indonesia. BPPT No. XXXV.

Waggoner, P.E. and P.M. Miller, H.E. deRoo. 1960. Plastic Mulching; Principles and Benefits. Conn. Agr. Exp. Sta. Bul. 643. 44 pp.

Wurr, D,C.E., C.C. Hole., J.R. Fellows, J. Milling, J.R.Lynn, P. O’Brian. 1997. The effect of some environmental factors on potato tuber number Pot. Res. 40:297-306.

Xu, X., D. Vreugdenhil, A.M. Andre, V. Lameran.1998. Cell division and cell enlargement during potato tuber formation. J. of. Experimental Botany 49:573-582.

Zainal. 2004. Efek Penggunaan Berbagai Warna Mulsa Plastik pada Iklim Mikro, Ukuran Umbi dan Produksi Tanaman Kentang Var. Granola (Solanum Fuberosum L.). IPB, Bogor.