Analisis kebijakan pengembangan perikanan di Wilayah Pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi

ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN
DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN
TANJUNG JABUNG TIMUR, PROVINSI JAMBI

RISWANDI

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN
DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN
TANJUNG JABUNG TIMUR, PROVINSI JAMBI

RISWANDI

TESIS
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains
pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan


SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

Judul Tesis
Nama
N R P
Program Studi

: Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan di Wilayah
Pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi
: Riswandi
: C251030061
: Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL)

Menyetujui:

Komisi Pembimbing


(DR. Ir. Mennofatria Boer, DEA)
Ketua

(DR. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si.)
Anggota

Diketahui:

Ketua Program Studi SPL – IPB

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

(Prof. DR. Ir. H. Rokhmin Dahuri, M.S.) (Prof. DR. Ir. Syarida Manuwoto, M.Sc.)

Tanggal Ujian :

11 April 2006

Tanggal Lulus:


Torehan penghargaan dan kenangan kupersembahkan buat orang orang
yang tetap kukenang yang telah mendahului di panggil kepangkuanNya

Anaku tersayang Fadela Suluh Pratiwi (30 Agustus 2005)
Ibu mertua yang kuhormati Nurlena (19 Juni 2005)

Yang selalu berdoa dan berharap atas keselamatan dan keberhasilanku
menempuh pendidikan disini

ABSTRACT
RISWANDI, Policy Analysis of Fisheries Development in Coastal Area of Tanjung Jabung Timur
Regency. Under supervised of MENNOFATRIA BOER and ACHMAD FAHRUDIN as Co-supervisor.
Tanjung Jabung Timurb was established by Regulation Number 44 1999. In the future, the role of
fisheries sector can be expected increase because the simple of control span as consequences of
autonomy. On the other hand, decision making needs consideration on economy, ecology and social
aspect to ensure the sustainable development. One of three aspect to formulate decision is by research.
This research was carried out on April to June 2005. The aim of this research is to formulate policy,
strategy, action plan of fisheries development and to assess autonomy and function of related institution.
Data analysis use AHP (Analytical Hierarchy Process) in Cost and Benefit Frame, SWOT (Strength,

Weakness, Opportunities and Threat) Analysis and Authority and Function Analysis. The first of analysis
result is capture fisheries, the second quality control of fish product, the third shrimps culture, the fourth
shrimps breeding and the last marine culture development There are 10 strategies to follow up this policy,
which was implemented on 31 programs. Utilization of coastal fisheries resources in this regency can be
expected based on policy, priority strategy and also related institution. .

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis
ini dengan judul „Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan di Wilayah
Pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi“, disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Selesainya penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan, masukan,
dorongan dan semangat. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang tulus
kepada: (1) Bapak DR. Ir. Mennofatria Boer, DEA dan Bapak DR. Ir. Achmad
Fahrudin, M.Si masing- masing sebagai sebagai ketua dan anggota komisi
pembimbing; (2) Bapak Gubernur Jambi dan Bapak Kepala Balitbangda Provinsi

Jambi yang telah memberikan kesempatan tugas belajar pada penulis di Institut
Pertanian Bogor ini; (3) Bapak Ir. Kiagus Abdul Aziz, M.Sc selaku penguji luar
komisi dan Bapak DR. Ir. Unggul Aktani, M.Sc wakil dari Program Studi yang
telah menyempatkan hadir pada ujian tesis penulis; (4) Bapak Zailnal, Mas Helmi,
Mas Yoyo dan rekan-rekan angkatan 10 mahasiswa Program Studi-SPL - IPB.
Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan pada isteri (Ayeni)
dan anak-anak tercinta atas pengertian, pengorbanan, dorongan moril dan sprituil
serta kesabaran selama ditingggal menyelesaikan studi.. Buat ananda ”Fadela
Suluh Pratiwi” yang telah dipanggil keharibaaan Allah SWT saat penulis sedang
mengikuti pendidikan disini Papa mohon maaf yang tulus seandainya kasih
sayang Papa berkurang karena berada di Bogor untuk mengikuti pendidikan.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena
keterbatasan yang ada pada diri penulis. Semoga tulisan ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis sendir i khususnya, pihak berkepentingan dan pembaca
umumnya.

Bogor,

Mei 2006
Penulis


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada 4 Maret 1963 dari ibu
bernama Nismar dan ayah bernama Anwar (Almarhum).
yang merupakan anak ke-5 dari 11 orang bersaudara.
Penulis menamatkan pendidikan SD, SMP dan SPP-SPMA di Kota Jambi,
kemudian pada tahun 1984 meneruskan pendidikan di Akademi Usaha Perikanan
(AUP) Jakarta dan tamat pada tahun 1987. Selesai menamatkan pendidikan di
AUP penulis diterima menjadi PNS dan bekerja pada Dinas Perikanan Propinsi
Jambi, Dinas Perikanan Kota Jambi dan terakhir sejak Nopember 2000 penulis
bekerja pada Balitbangda Provinsi Jambi. Pada Agustus 1992 mendapatkan
kesempatan untuk meneruskan pendidikan Strata Satu (S1) di Fakultas Perikanan
Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang dan menamatkan pendidkan pada 18
Januari 1995. Selanjutnya pada semester Ganjil 2003/2004 penulis diberi
kesempatan untuk mengikuti pendidikan Strata Dua (S2) di Institut Pertanian
Bogor (IPB) pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
(PS-SPL IPB). Setamat dari Unibraw pernah pernah mengajar di Universitas
Batanghari (Unbari) dengan mata kuliah Hama dan Penyalit Ikan dan Avertebrata
Air dari tahun 1995 -1996.

Pada tanggal 7 Agustus 1992 penulis menikah dengan Ayeni putri dari ibu
Nurlena (almarhum) dan Bapak Hasan Zaini dan telah dikarunia 3 orang putri
yaitu Fadela Suluh Pratiwi (almarhum), Anisa Dwi Rachmadika (9 tahun) tahun
dan Dinda Indah Putriwani (5 tahun).
Selama menjadi PNS penulis telah mengikuti berbagai kursus dan pelatihan
antara lain Peradilanan Tata Usaha Negara, Manajemen Proyek, Dasar-dasar
Penyuluhan, Hama dan Penyakit Ikan serta Perencanaan Peningkatan Sumberdaya
Manusia.

Wassalam

Bogor,

Mei 2006

ix

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................................


ix

DAFTAR TABEL.....................................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv
PENDAHULUAN ....................................................................................................
Latar Belakang ...................................................................................................
Perumusan Masalah ............................................................................................
Tujuan Penelitian ................................................................................................
Manfaat Penelitian .............................................................................................

1
1
3
4
4


TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................................
Analisis Kebijakan .............................................................................................
Analytical Hierarcy Process (AHP) ...................................................................
Pendekatan AHP dalam Kerangka Manfaat-Biaya .............................................
Analisis SWOT ..................................................................................................
Fungsi dan Kewenangan .....................................................................................
Wilayah Pesisir ...................................................................................................
Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir .........................................................
Potensi Perikanan Wilayah Pesisir ......................................................................
Penelitian Terdahulu ...........................................................................................

5
5
5
8
9
9
11
12

13
14

KERANGKA PEMIKIRAN ....................................................................................

16

METODOLOGI.........................................................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................................
Metode Penelitian ..............................................................................................
Pengumpulan Data .............................................................................................
Analisis Data .......................................................................................................
Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Kerangka Manfaat-Biaya .....
Analisis SWOT .............................................................................................
Analisis Fungsi dan Kewenangan .................................................................
Pengintegrasian Analisis ..............................................................................

18
18
18

19
20
20
28
31
32

KONDISI WILAYAH STUDI ................................................................................
Geografi dan Demografi ....................................................................................
Sarana dan Prasarana ..........................................................................................
Perikanan .............................................................................................................
Ekosistem Pesisir ................................................................................................
Kualitas Perairan Pesisir dan Kondisi Oceanografi ............................................
Iklim ....................................................................................................................
Produk Domestik Bruto (PDRB) ......................................................................

34
35
35
38
41
42
43
44

x

Halaman

Basis Ekonomi ..................................................................................................
Pemanfaatan Lahan .............................................................................................
Visi dan Tujuan Pembangunan Perikanan Pesisir Kabupaten
Tanjung Jabung Timur .......................................................................................
Sosial Budaya ......................................................................................................

46
47

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................
Hasil ....................................................................................................................
Hasil Analisis AHP Penentuan Prioritas .....................................................
Hasil Analisis SWOT Pengembangan Perikanan Pesisir ............................
Hasil Analisis Peran Pihak Terkait Dalam Pengembangan
Perikanan Pesisir ..........................................................................................
Pembahasan .........................................................................................................
Kebijakan Prioritas Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir..................
Manfaat Pengembangan Perikanan Wilayah Wilayah Pesisir .....................
Kerugian Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir .................................
Arahan Strategi Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir .....................
Peran Lembaga Terkait Dalam Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir
Integrasi Atau Keterkaitan Analisis ............................................................

50
50
50
52
55
57
57
65
67
69
81
88

KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................
Kesimpulan ...................................................................................................
Saran ..............................................................................................................

90
90
91

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

92

LAMPIRAN ..............................................................................................................

95

48
49

xi

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Pengumpulan data ...............................................................................................

19

2. Skala banding secara berpasangan ......................................................................

24

3. Jumlah elemen berpasangan untuk setiap tingkat hirarki ...................................

25

4. Nilai Random Indeks (RI) .................................................................................

27

5. Format matriks manfaat biaya alternatif kebijakan pengembangan
perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur........................

28

6. Contoh tabulasi faktor internal ............................................................................

29

7. Contoh tabulasi fak tor eksternal .........................................................................

29

8. Contoh format tabulasi penentuan rangking strategi .........................................

30

9. Matriks analisis SWOT ......................................................................................

30

10. Peran dari berbagai pihak terkait dalam pengembangan perikanan di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur ......................................................................

31

11. Format isian skor keterkaitan peran lembaga terkaitan dalam
pengembangan perikanan wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung timar .....

32

12. Format integrasi program atau kegiatan dengan kebijakan, strategi
dan
peran pihak terkait ..............................................................................................

33

13. Integrasi atau keterkaitan kebijakan, strategi dan program atau kegiatan ..........

33

14. Pembagian administratif dan jumlah penduduk pesisir Kabupaten Tanjung
Jabung Timur tahun 2003 ...................................................................................

36

15. Sarana ibadah di pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 ............

37

16. Sarana ekonomi di pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 ........

37

17. Sarana pedidikan di pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 .....

38

18. Sarana kesehatan di pesisirKabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 .......

38

19. Produksi perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2004 ...................

39

20. Daftar penanam modal/pengusaha subsektor perikanan .....................................

39

21. Jumlah alat tangkap di Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2004 ...............

40

22. Jumlah armada penangkap ikan laut di Kabupaten Tanjung Jabung Timur ......

40

23. KUD perikanan di pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 ........

41

24. Potensi, pemanfaatan dan sarana perikanan Kab. Tanjung Jabung Timur .......

41

25. Parameter kualitas air perairan pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur .......

43

26. Kondisi oceanografi kawasan pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur ........

44

27. Curah hujan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 ...........................

45

xii

Halaman
28. Indeks LQ Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2000 – 2003......................

47

29. Pemanfataan lahan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur ...................................

48

30. Hasil analisis manfaat biaya menentukan skenario kebijakan pengembangan
perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur ........................

50

31. Manfaat pengembangan perikanan wilayah pesisir ...........................................

51

32. Kerugian pengembangan perikanan wilayah pesisir ...........................................

51

33. Pengaruh faktor internal pengembangan perikanan wilayah pesisir ...................

52

34. Pengaruh faktor eksternal pengembangan perikanan wilayah pesisir ................

53

35. Strategi pengembangan perikanan wilayah pesisir .............................................

55

36. Rata-rata skor peran pihak terkait dalam pengembangan perikanan wilayah
pesisir ..................................................................................................................

57

37. Estimasi potensi, produksi dan tingkat pemanfaatan perikanan tangkap
WPP 2 Laut Cina Selatan ..................................................................................

59

38. Tindak pencurian ikan kasus di WPP 2 laut Cina Selatan 2001-2004 ................

60

39. Matriks analisis SWOT ......................................................................................

70

40. Integrasi atau keterkaitan kebijakan, strategi dan program/kegiatan ..................

89

xiii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka pikir analisis kebijakan pengembangan perikanan di wilayah
pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur ..................................................

18

2. Lokasi penelitian ........................................................................................

19

3. Manfaat (benefit) pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten
Tanjung Jabung Timur ................................................................................

23

4. Biaya/ kerugian (cost) pengembangan perikanan di wilayah Pesisir
Kabupaten Tanjung Jabung Timur ..............................................................

24

5. Integrasi analisis dalam rangka pemanfaatan sumberdaya perikanan
pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur secara optimal .........................

33

6. Kuadran strategi pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten
Tanjung Jabung Timur ...............................................................................

55

7. Dendogram peran lembaga terkait (Hasil analisis ) ....................................

57

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1. Manfaat pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung
Jabung Timur ...................................................................................................

99

2. Kerugian pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung
Jabung Timur ...................................................................................................

100

3. Rekapitulasi hasil pengisian pertanyaan AHP ................................................

101

4. Hasil wawancara menentukan faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan internal (peluang dan ancaman) pengembangan perikanan
di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur .....................................

107

5. Rekapitulasi komponen manfaat (B) pengembangan perikanan di wilayah
pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur .......................................................

113

6. Hasil pengisian skor keterkaitan berbagai pihak dalam pengembangan
perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur .....................

114

7. Peran berbagai pihak terkait dalam pengembangan perikanan di wilayah pesisir
Kabupaten Tanjung Jabung Timur .......................................................................

115

8. Asal kapal perikanan asing ilegal di WPP-Indonesia khususnya WPP 2
Laut Cina Selatan, makalah pada forum pengkajian stock 27- 28
Desember 2005 (Ditjend. Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan DKP RI, 2005) ..........................................................

116

9. Penilaian kuantitatif lokasi Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur (Gunarso et al. 2002) .................................................

117

10. Cara penilaian penentuan lokasi pembangunan hatchery pantai (Gunarso
et al. 2002) ........................................................................................................

120

11. Integrasi atau keterkait program/kegiatan, kebijakan dan srtategi pengembangan
perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur .............................

121

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan daerah yang memiliki wilayah
pesisir terluas di Provinsi Jambi yang di dalamnya terdapat sumberdaya perikanan
(SDP) yang cukup besar. Wilayah ini memiliki garis pantai sepanjang 225 Km
dan potensi tambak seluas 18 757 Ha, yang mana saat ini dan baru dimanfaatkan
seluas 446 Ha (DKP Kabupaten Tanjung Jabung Timur, 2004; DKP Provinsi
Jambi, 2002). Berdasarkan Undang- undang Nomor 32, Kabupaten ini memiliki
wilayah laut seluas 1 114 700 Ha (BPN Kabupaten Tanjung Jabung Timur, 2001).
Potensi SDP pesisir ini diharapkan memberikan dampat posisitf bagi
perekonomian masyarakat setempat. Dahuri (2004) menyebutkan bahwa sektor
kelautan dan perikanan pada masa mendatang diharapkan menjadi penggerak
utama (prime mover) ekonomi karena besarnya potensi yang dimiliki.
Perikanan pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur

relatif belum

berkembang, khususnya budidaya laut, pembibitan ikan/udang pantai (hatchery)
dan budidaya tambak. Sedangkan perikanan tangkap telah lama dilakukan oleh
masyarakat pesisir disana,

walaupun dalam usahanya masih menggunakan

teknologi, armada dan alat tangkap

tradisional.

Kegiatan pasca panen dan

pengolahan hasil perikanan telah dilakukan seiring dengan adanya kegiatan
produksi ikan, tetapi sampai saat ini masih dalam skala kecil (rumah tangga)
dengan tujuan mencegah pembusukan (kerusakan), meningkatkan nilai tambah,
antisipasi saat kelebihan produksi saat musim ikan dan pemanfaatan hasil tangkap
sampingan (by catch).
Potensi perikanan pesisir yang ada di wilayah seharusnya dikelola secara baik
dengan memperhatikan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial sehingga dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan. Eksploitasi perikanan tangkap berlebihan
(over fishing) dan pengembangan tambak yang berakibat destruktif harus
diantisipasi agar kerusakan seperti yang terjadi di berbagai daerah Indonesia tidak
terjadi atau paling tidak dapat dikurangi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Dengan berlakunya Undang-Undang (UU) nomor 54 tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Muara Jambi
dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan UU nomor 32 tahun 2004 tentang

2

Pemerintahan Daerah telah memberikan keleluasan bagi pemerintah daerah
Kabupaten Tanj ung Jabung Timur dalam mengelola SDA yang dimilikinya,
termasuk pengelolaan sumberdaya perikanan (SDP) pesisir. Pemberian otonomi
dapat mempersingkat rentang kendali pembangunan, termasuk dalam rangka
pengembangan perikanan wilayah peisisr dan laut. Pada masa lalu sebelum
dimekarkan, wilayah ini merupakan bagian dari Kabupaten Tanjung Jabung yang
relatif sulit dijangkau transportasi sehingga pengembangan wilayahnya relatif
lambat bila dibandingkan dengan Kabupaten dan Kota lain di Provinsi Jambi
Dengan adanya payung hukum berupa UU nomor 54 tahun 1999 tentang
Pembentukan Pembentukan Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten
Muara Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan UU nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah,
kewenangan besar

maka pemerintah daerah ini mempunyai

dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut sehingga

diperkirakan pengeksploitasian sumberdaya perikanan wilayah pesisir akan
semakin intensif guna meningkatkan pendapatan daerah, penciptaan lapangan
kerja, peningkatan pendapatan masyarakat peningkatan devisa dan ekspor daerah
serta pembangunan wilayah secara umum.
Potensi SDP pesisir yang dimiliki, kewenangan yang ada dan rentang
kendali yang semakin singkat setelah wilayah ini menjadi Kabupaten baru (daerah
otonom) merupakan modal besar bagi pemanfaatan dan pengembangan perikanan
wilayah pesisir pada masa mendatang. Namun demikian dalam pemanfaatan dan
pengembangan sumberdaya alam tersebut perlu memperhatikan keseimbangan
aspek lingkungan, ekonomi dan sosial.

Pemanfaatan dan pengembangan

sumberdaya perikanan pesisir tanpa konsep kebijakan yang memperhatikan
keseimbangan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial dapat menyebabkan
kegagalan di tingkat pelaksanaannya dan dipastikan pengusahaanya tidak dapat
berkelanjutan. The Word Commision on Enviroment and Development (WCED)
(1987) in Dahuri et al. (2001) menyebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan
adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa menurunkan atau
menghancurkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.
Salah satu cara untuk merumuskan

kebijakan yang diharapkan dapat

mengakomodasi keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan agar
pembangunan perikanan pesisir dapat berkelanjutan dengan penelitian kebijakan.

3

Perumusan Masalah
Potensi SDP pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi masyarakat dan pemerintah. Dengan adanya potensi
sumberdaya tersebut bagi diharapkan merupakan sumber mata pencarian dan
penyerapan tenaga kerja yang pada giliranya dapat meningkatkan kesejahteraan
mereka, sedangkan bagi pemerintah keberadaan sumberdaya perikanan ini
diharapkan dapat mempercepat pembangunan wilayah, sumber devisa dan
pendapatan negara atau daerah. Pada sisi lain penge mbangan SDP harus
memperhatikan aspek sosial dan lingkungan agar kegiatan pemanfataan
sumberdaya tersebut dapat optimal dan berkelanjutan.
Permasalahan yang ditemui berkaitan pengembangan perikanan wilayah
pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur mencakup aspek teknis, kapital,
sumberdaya manusia (SDM) dan menajemen antara lain; belum dikuasainya
teknologi, masih kurangnya modal, rendahnya SDM, indikasi tangkap lebih pada
wilayah tepi (batas 2 mil), pasca panen kurang baik, harga ikan yang berfluktuasi
yang cendrung merugikan petani dan nelayan, masalah kepemilikan lahan yang
kuarng jelas, alat dan armada penangkapan

tidak memadai serta masalah

ketersedian benih ikan/udang dan pakan untuk budidaya yang terkadang harganya
mahal dan sulit mendapatnya (DKP Tanjung Jabung Timur, 2003).
Penyebab la in belum berkembangnya perikanan di wilayah pesisir Kabupaten
Tanjung Jabung Timur adalah belum terbangunnya kesamaan persepsi dan
koordinasi yang baik dari beberapa pihak atau lembaga

terkait dengan

pengelolaan SDP di wilayah pesisir. Belum berkembangnya perikanan wilayah
pesisir daerah ini juga disebabkan kurangnya kemauan politik "political will"
pemerintah masa lalu baik Pemerintah Pusat, Provinsi Jambi maupun Kabupaten
sebelum pemekaran (Kabupaten Tanjung Jabung) menyebabkan potensi SDP
pesisir yang ada belum dimanfaatkan secara baik dan optimal.
Beragamnya kegiatan sektor perikanan di wilayah pesisir Kabupaten
Tanjung Jabung Timur

yang dapat dikembangkan menuntut dikeluarkannya

kebijakan yang tepat untuk menjalankan pembangunan sektor perikanan dengan
skala prioritas dan konsep keterpaduan sehingga dapat memberikan dampak sosial
dan ekonomi yang positif kepada masyarakat tanpa harus mengabaikan kelestarian
lingkungan.

4

Berdasarkan latar belakang, kondisi dan permasalahan yang ada, maka dapat
dibuat rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

”Bagaimana arahan

kebijakan yang diperlukan Kabupaten Tanjab Timur sebagai Kabupaten yang baru
dibentuk dalam rangka memanfaatkan potensi perikanan wilayah pesisir”
Tujuan Penelitian
1. Merumuskan kebijakan pengembangan perikanan di wilayah pesisir
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
2. Merumuskan strategi dan rencana aksi pengembangan perikanan di
wilayah pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur
3. Mengkaji fungsi dan kewenangan lembaga terkait dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung
Timur.
Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan dan informasi bagi perencana dan pengambil
keputusan dalam rangka pengembangan perikanan wilayah pesisir
Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
2. Diharapkan merupakan salah satu referensi dalam kajian pengembangan
perikanan wilayah pesisir, khususnya di Kabupaten Tanj ung Jabung Timur

5

TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Kebijakan
Kebijakan merupakan dasar pelaksanaan kegiatan atau pengambilan
keputusan dengan maksud membangun landasan yang jelas dalam mengambil
keputusan dan langkah yang akan dilaksanakan (Dunn, 1998). Menurut Quade
(1998) analisis kebijakan merupakan analisis yang menghasilkan dan menyajikan
informasi sedemikian rupa, sehingga dapat memberikan landasan bagi para
pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan. Sedangkan Dunn (1998)
menyebutkan analisis kebijakan adalah setiap analisis yang menghasilkan
informasi sehingga dapat menjadi dasar bagi pengambil kebijakan atau keputusan.
Studi kebijakan merupakan

disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan

berbagai metoda penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan
informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan pada
tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah publik (Dunn, 1998).
Pengambilan keputusan atau kebijakan akan lebih mudah bila menggunakan
model kebijakan karena merupakan sajian sederhana mengenai aspek terpilih dari
situasi problematis didasari atas tujuan-tujuan khusus. Model- model kebijakan
tersebut yaitu model deskriptif, model normatif, model verbal, model simbolik,
model prosedural, model pengganti dan model perspektif (Dunn, 1998). Lebih
lanjut disebutkan, dari beberapa model yang dikenali dalam merumuskan
kebijakan tidak satupun model yang dianggap baik, karena masing- masing model
memfokuskan perhatian pada aspek yang berbeda.

Analytical Hierarcy Process (AHP)
Sumber kerumitan pengambilan keputusan (kebijakan) bukan hanya pada
faktor ketidakpastian atau ketidaksempurnaan informasi dan data saja, tetapi
masih terdapat penyebab lain seperti banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap
pilihan-pilihan yang ada dengan beragam kriteria dan jika pembuatan keputusan
lebih dari satu, maka hal ini merupakan suatu bentuk penyelesaian yang kompleks
(Kosasi, 2002).

6

Salah satu model analisis data yang dapat digunakan untuk menelaah
kebijakan adalah AHP dikembangkan oleh Saaty (1991). Model ini banyak
digunakan pada pengambilan keputusan dengan banyak kriteria perencanaan,
alokasi sumberdaya dan penentuan prio ritas strategi yang dimiliki pengambil
keputusan dalam situasi konflik (Saaty, 1991). Dalam perkembangannya metode
AHP tidak saja digunakan untuk menentukan prioritas pilihan dengan banyak
kriteria (multikriteria), tetapi dalam penerapannya telah meluas sebagai metode
alternatif untuk menyelesaikan bermacam- macam masalah seperti memilih
portofolio yang menguntungkan, analisis manfaat biaya dan membuat ramalan.
Hal ini dimungkinkan karena metode AHP dapat digunakan dengan cukup
menga ndalkan pada instuisi atau persepsi sebagai masukan utamanya, namun
instuisi atau persepsi tersebut harus datang dari orang yang mengerti
permasalahan, pelaku dan pembuat keputusan yang memiliki cukup informasi dan
memahami masalah keputusan yang dihadapi (Kosasi, 2002).
Motode AHP ditujukan untuk memodelkan perihal tidak terstruktur baik
dibidang ekonomi, sosial, maupun manajemen. Penerapan metode ini membuka
kesempatan adanya perbedaan pendapat dan konflik sebagaimana terdapat dalam
kenyataan sehari- hari dalam usaha mencapai konsensus (Eryatno, 1996). AHP
merupakan alat analisis yang dapat dipakai pada kondisi ketidakpastian informasi,
keterbatasan data dan beragamnya kriteria pengambilan keputusan (Saaty, 1991).
Pendekatan

AHP merupakan salah satu alat untuk memilih alternatif

kebijakan serta dapat digunakan untuk menilai kesesuaian kebijakan. AHP dipilih
karena memiliki keunggulan dalam memecahkan permasalahan komplek dimana
aspek atau kriteria dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria alternatif
yang dipilih cukup banyak. Selain itu AHP juga mampu menghitung validasi
sampai pada pengambilan keputusan.

Peralatan utama AHP adalah sebuah

hirarki fungsional dengan input utama berupa persepsi manusia. Dengan hierarki
suatu masalah yang komplek dan tidak terstruktur dapat dipecahkan ke dalam
kelompok-kelompoknya, kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi
suatu bentuk hirarki (Suryadi dan Ramdhani, 1998).
Mulyono (1998) in

Kosasi (2000) menyebutkan

bahwa dalam

menyelesaikan persoalan dengan menggunakan AHP ada beberapa prinsip yang
harus menjadi perhatian sebagai berikut:

7

1. Decomposition; yaitu memecahkan persoalan yang utuh menjadi unsur-unsur.
Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat maka pemecahan juga dilakukan
terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih
lanjut sehingga didapatkan beberapa tingkatan persoalan.
2. Comparative judgemen,

prinsip ini mengandung arti membuat penilaian

tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkatan tertentu dalam
kaitannya dengan tingkat di atasnya. Ini merupakan inti dari metoda AHP,
karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen yang ada. Hasil
analisis AHP akan lebih baik bila dituangkan dalam bentuk

matriks

berpasangan yang sering disebut" pairwise comparation".
3. Synthesis of priority, dari setiap matrik pairwise comparasion lalu dicari
eigen vektornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise
comparation terdapat pada setiap tingkatan, maka untuk mendapatkan global
priority harus dilakukan sintesis diantara local priority. Prosedur melakukan
sintesis berbeda dengan bentuk hirarki. Pengurutan elemen menurut
kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority setting.
4. Logical consistency; dalam hal ini konsistensi memiliki 2 makna, pertama
bahwa obyek-obyek serupa dapat dikelompokan sesuai dengan keseragaman
dan relevansi dan kedua tingkat hubungan antar obyek-obyek didasarkan pada
kriteria.
Sifat data yang diperlukan dalam metode AHP berupa pesepsi atau
judgement, membuat AHP mudah digunakan terutama di negara berkembang
dengan kualitas data sekunder sering dipertanyakan keakuratanya. Saaty (1991)
menyebutkan beberapa keuntungan dari metode AHP yaitu;
1. AHP memberi suatu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk
aneka ragam persolan tidak terstruktur.
2. AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dan
pemecahan persoalan kompleks.
3. AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu
sistem dan memaksakan pemikiran linier.
4. AHP menuntun kesuatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan suatu
alternatif.

8

5. AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang
representatif dari berbagai penilaian yang berbeda.
6. AHP mempertimbangkan prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan
memungkinkan orang memilih alternatif terbaik beradasarkan tujuan
mereka.
Pendekatan AHP dalam Kerangka Manfaat Biaya
Barbier (1991) in Barton (1994) menyebutkan bahwa pendekatan AHP dalam
kerangka manfaat biaya merupakan suatu alternatif tradisional dari alokasi
sumberdaya untuk mendapatkan pilihan terbaik dari pemanfaatan sumberdaya
tersebut. Sedangkan Saaty (1991) menyebutkan bahwa AHP dalam kerangka
manfaat biaya merupakan metoda praktis untuk ;
- Memutuskan apakah akan melaksanakan suatu proyek,
- Memilih aktifitas paling produktif dengan rasio manfaat biaya tertinggi,
- Memilih proyek yang manfaatnya dapat didistribusikan diantara penduduk
dengan cara yang khusus,
- Memaksimumkan manfaat total dalam kendala tertentu (seperti anggaran),
- Meninjau ulang seperangkat proyek yang ada, untuk melihat kemungkinan
untuk menghapus atau merelokasi sumberdaya.
Penelitian dengan pendekatan metode AHP dalam kerangka manfaat biaya
yang pendekatannya sama-sama bertujuan untuk memperoleh alokasi optimal
dari pemanfaatan sumberdaya. Menurut Saaty (1991) konsep-konsep pokok dari
AHP dalam kerangka manfaat dan biaya adalah sebagai berikut:
1. AHP mampu mengkonversi faktor faktor yang tidak terukur (intangible) ke
dalam aturan biasa yang memungkinkan untuk perbandingan dan evaluasi.
2. AHP dapat digunakan untuk memecahkan pengambilan keputusan manfaat
biaya yang kompleks dan mengalokasikan sumberdaya dan aktifitas
campuran.
3. Ada dua tujuan pengalokasian sumberdaya yaitu, pertama untuk menangani
kriteria berkaitan dengan evaluasi manfaat atau keuntungan berbagai
alternatif kedua yang berkaitan dengan biaya atau kerugian.

9

Dengan demikian pendekatan AHP dalam kerangka manfaat biaya dapat
menyelesaikan permasalahan-permasalahan faktor yang intangible sehingga
perhitungan manfaat biaya atau dapat dilakukan sebagaimana mestinya.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan AHP dalam
kerangka manfaat dan biaya. Pemecahan permasalahan dan solusi guna
mendapatkan skenario yang optimal dari pengembangan perikanan di wilayah
pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur, maka untuk menyusun suatu analisa
yang mengapliksi dua pendekatan (pendekatan manfaata biaya) tersebut perlu
diketahui lebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi manfaat dan biaya dalam
pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Analisis SWOT
Analisis SWOT disebut juga analisis situasi atau analisis KEKEPAN
(kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) yaitu suatu analisis kualitatif yang
digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistemantis untuk
memformulasikan strategi suatu kegiatan (Rangkuti, 2000).

Analisis SWOT

didasarkan pada logika untuk memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang
(Opportunities) namum secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 2000 in Marimin, 2004). Salah
satu strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan perikanan adalah
analisis SWOT,

karena

memiliki

kelebihan

yaitu sederhana,

fleksibel,

menyeluruh, menyatukan dan elaborasi. Melalui analisis SWOT dapat diketahui
keterkaitan antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal
(peluang dan ancaman) sehingga dapat menghasilkan alternatif strategis.
David (2002) menyebutkan analisis

SWOT merupakan alat pencocokan

penting yang dapat membantu pimpinan mengembangkan 4 strategi yaitu strategi
SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT. Lebih lanjt dikatakan David (2002)
bahwa mencocokan faktor internal dan eksternal merupakan bagian sulit untuk
mengembangkan matriks SWOT dan memerlukan penilaian yang baik serta tidak
ada satupun kecocokan terbaik. Strategi SO (Strenghts-Opurtinity) atau strategi
menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal, Strategi
WO (Weaknesess–Opurtinity) atau srategi yang bertuj uan untuk mengatasi
internal kelemahan

dengan memanfaatkan peluang eksternal, strategi ST

10

(Strenght–Threats) atau strategi menggunakan kekuatan internal untuk mengatasi
dampak ancaman eksternal, strategi WT (Weaknesess–Threats) atau strategi
mengurangi kelemahan internal untuk menghadapi ancaman eksternal yang akan
datang (Rangkuti, 2000).

Fungsi dan Kewenangan
Nikijuluw (2002) menyebutkan bahwa keterlibatan pemerintah dalam
pengelolaan sumberdaya perikanan secara penuh atau sebagian memiliki alasan
dasar atau prinsip yang sama dengan keterlibatan pemerintah pada sektor ekonomi
lain yaitu

untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat dan perlindungan

sumberdaya perikanan. Ini diwujudkan dalam fungsi alokasi, fungsi distribusi dan
fungsi stabilisasi. Fungsi alokasi dilakukan melalui relokasi untuk membagi
sumberdaya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Fungsi distribusi

dijalankan agar terwujudnya keadilan dan kewajaran sesuai dengan pengorbanan
dan biaya yang dipikul setiap orang. Sementara itu fungsi stabilisasi dilakukan
agar kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan tidak berpotensi instabilitas
yang dapat merusak dan menghancurkan tatanan sosial ekonomi masyarakat.
Keterlibatan pemerintah dalam pengembangan perikanan wilayah pesisir
Kabupaten Tanjung Jabung Timur dapat dilihat dari peran berdasarkan payung
hukum berupa peraturan, perjanjian, kerjasama, kesepakatan, anggran dasar dan
anggaran rumah termasuk kearifan lokal yang berlaku.
Jentoft (1989 in Nikijuluw (2002) mengatakan bahwa pemerintah harus
terlibat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan karena 3 alasan dasar yaitu:
1. Alasan efisiensi, keikutsertaan pemerintah dalam mengelola sumberdaya
perikanan supaya efisiensi dapat ditingkatkan. Sumberdaya ikan (perikanan
tangkap) bersifat open acsess dan public proverty yang pemanfatannya dapat
membawa akibat eksternalitas dan deplesi sumberdaya. Untuk itu pemerintah
perlu terlibat dalam mengatur pemanfatannya agar dampak eksternalitas dan
deplesi sumberdaya dapat dikurangi atau dihindari.
2. Alasan keadilan, jika pemerintah tidak campur tangan maka pemodal kuat
akan mengambil manfaat secara berlebihan dan membiarkan nelayan dan
petani ikan yang bermodal kecil bahkan tidak punya modal dalam kemiskinan

11

dan kemalaratan.

Selanjutnya pada saat ketimpangan sudah terlalu lebar dan

matang serta sulit diatasi maka hal ini dapat menjadi sumber konflik.
3. Alasan administrasi, asumsi dan fakta menyatakan bahwa pemerintah berhak
menjalankan administrasi

dengan otoritas dan kemampuannya. Dengan

otoritas dan kemampuan pemerintah dapat melaksanakan peran dan fungsi
dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Peran pemerintah sangat diperlukan
dalam menjalankan kegiatan yang tidak langsung menghasilkan keuntungan
ekonomi, artinya tanpa insentif tidak ada pihak swasta mau melakukannya.
Peran pemeritnah tetap diperlukan dimasa datang, salah satunya

atas

permintaan lembaga dunia Food Agriculture Organization (FAO) melalui Code
of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) agar setiap negara berdaulat
memaksimalkan peran yang signifikan untuk mewujudkan pembangunan
perikanan yang bertanggungjawab dengan prinsip-prinsip (Nikijuluw, 2002)
sebagai berikut :
1. Setiap negara harus melakukan konservasi ekosisitem perairan.
2. Setiap negara harus mencegah dan menghindari kelebihan jumlah dan
kapasitas penangkapan.
3. Setiap negara harus menjamin dalam pembangunan harus dalam kerangka
dan konteks pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu dan terintegrasi.
4. Setiap negara harus menerapkan prinsip kehati- hatian dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan.
5. Setiap negara yang memberikan izin penangkapan ikan atau usaha
perikanan harus mampu melakukan pengawasan dan pengendalian secara
efektif.
6. Setiap negara sesuai dengan kompetensi dan hukum internasional harus
bekerjasama dengan berbagai pihak sebagai upaya mempromosikan
konservasi dan pelaksana pembangunan perikanan yang bertanggungjawab
7. Setiap negara sesuai dengan peraturan yang berlaku dinegaranya harus
menjamin bahwa proses pengambilan keputusan dibuat secara transparan
untuk mengahadapi masalah- masalah yang dihadapi.
8. Setiap negara harus bekerjasama untuk memecahkan perselisihan dan
perbedaan pendapat dengan cepat dan damai koorperatif.

12

9. Setiap negara harus mengakui dan menyadari bahwa nelayan dan
pembudidaya patut mendapatkan pemahaman yang benar terhadap
konservasi dan pengelolaan sumberdaya perikanan. Karena itu harus
mengembangkan penyadaran masyarakat melaui pendidikan, penyuluhan
dan pelatihan.
10. Setiap negara harus menjamin bahwa sarana dan prasarana penangkapan
dan budidaya memenuhi standar internsional. Sarana dan prasarana
tersebut harus menjamin keselamatan nelayan dan petani ikan serta
masyarakat.
11. Setiap negara harus mempertimbangkan kegiatan budidaya dan perikanan
tangkap berbasis budidaya sebagai strategi diversifikasi usaha dan
peningkatan pendapatan.
Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut yang
mana

ke arah darat meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air

yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan
rembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian yang
masih dipengaruhi proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran
air tawar maupun oleh kegiatan masnusia seperti penggundulan hutan dan
pencemaran (Supriharyono, 2000). Beberapa pakar terutama pakar ilmu sosial
berpendapat bahwa wilayah pesisir juga tidak bisa dilepaskan dari permasalahan
sosial ekonomi masyarakat pesisir itu sendiri (Supriharyono, 2000).
Wilayah pesisir merupakan suatu ekosistem yang unik, Dahuri et al. (2001)
menyebutkan dalam suatu wilayah pesisir terdapat 1 atau lebih sistem lingkungan
(ekosistem) dan sumberdaya pesisir. Lebih lanjut disebutkan Dahuri et al. (2001)
bahwa ekosistem tersebut ada yang secara terus menerus dan berkala tergenang air
seperti; hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, rumput laut, estauria,
pantai berpasir, pantai berbatu, pulau-pulau kecil dan laut terbuka. Disamping itu
terdapat juga ekosisitem pesisir tidak tergenang air (uninundated coast) seperti
formasi Pescarpae yang didominasi oleh vegetasi pionir khususnya kangkung laut
(Ipomea pescarpae) dan formasi barington dimana ekosisitem ini berkembang
pada pantai berbatu tanpa deposit pasir dimana formasi pescarpae tidak mampu

13

tumbuh. Habitat berbatu ditandai oleh komunitas rerumputan dan belukar yang
dikenal dengan formasi baringtonia. Burbrige dan Maragos (1985) in Dahuri et al.
(2001) mengusulkan suatu sistem klasifikasi lebih sederhana dan fungsional
dengan 10 tipe ekosistem ya itu; agroekosisitem, tambak, rawa air tawar, pantai,
estuaria, hutan rawa pasang surut, hutan mangrove, padang lamun, terumbu
karang, ekosistem demersal (dasar laut), dan ekosistem pelagik (laut permukaan).
Wilayah pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur, seperti halnya pesisir
timur pulau Sumatera memiliki karakteristik pantai relatif lebih datar, umumnya
terbentuk dari tanah aluvial ya ng merupakan endapan sedimen, umumnya relatif
datar dan berlumpur (mud flat),

banyak muara sungai dan hamparan hutan

mangrove di sepanjang pantainya (Kasry, 1997). Wilayah daratan pada pesisir
timur Sumatra, termasuk pesisir Tanjung Jabung Timur menurut Verstappen
(1964a;1964b) in Kasry (1997) bahwa pembentuk utama adalah sedimentasi.
Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir
Manurung et al. (1997) mengatakan bahwa “pengembangan” merupakan
suatu proses membawa peningkatan kemampuan penduduk (khususnya di
pedesaan) mengenai lingkungan sosial yang disertai dengan meningkatkan taraf
hidup mereka sebagai akibat dari penguasaan sumberdaya alam. Dengan kata lain
pengembangan merupakan proses menuju pada suatu kemajuan atau keadaan yang
lebih baik dari yang ada pada saat ini. Rustiadi et al. (2004) menyebutkan bahwa
pengembangan merupakan pembangunan dalam arti luas mencakup aspek spasial
, sosial ekonomi dan lingkungan dari apa yang sudah ada agar lebih baik lagi.
Pengembangan perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan manusia
untuk meningkatkan produksi dibidang perikanan dan sekaligus meningkatkan
kesejateraan masyarkat dan pendapatan negara melalui penerapan teknologi yang
lebih baik dan ramah lingkungan. Barus et al. (1991) berpendapat bahwa dalam
pengelolaan

dan

pengembangan

perikanan

di

wilayah

pesisir

harus

memperhatikan aspek biologis, teknis, sosial budaya dan ekonomi.
Pada wilayah pesisir terdapat beberapa sektor perikanan yang dapat
diusahakan atau

dikembangkan seperti; budidaya laut dan pantai (culture),

penangkapan (capture), pengolahan hasil serta sektor hulu dan hilir dari kegiatan
perikanan.

Sektor perikanan mempunyai keterkaitan ke belakang “backward

14

linkages” dan keterkaitan ke depan “forward linkages” yang luas, sehingga bila
sektor ini dikembangkan secara baik besar artinya bagi pengembangan ekonomi di
wilayah tersebut. Sektor perikanan merupakan sektor yang menghasilkan produk
yang memiliki dampak terbentuknya usaha sektor usaha hulu dan hilir yang
cukup banyak seperti industri pembuatan kapal, alat tangkap, pengolahan hasil,
pembibitan ikan, pabrik es, usaha pakan dan tepung

ikan, transportasi,

perdagangan dan bahan pengawet alat tangkap.
Pengembangan perikanan pesisir merupakan bagian dan sejalan dengan
program Gerakan Nasional Pengembangan Kelautan dan Perikanan (GERBANG
MINA BAHARI) yang dicanangkan Presiden Megawati Oktober 2003. Program
ini dilaksanakan serentak dan terpadu serta dikendalikan diseluruh daerah meliputi
pesisir, laut dan perairan tawar potensial (Departemen Kelautan dan Perikanan,
2003).

Provinsi Jambi telah menindaklanjuti GERBANG MINA BAHARI

dengan pencanangan gerakan ini oleh Gubernur Jambi pada tanggal 28 November
2004 di Kuala Tungkal Kabupaten Tanj ab Barat (Jambi Ekpres 29 Novemper
2004). Pencanangan GERBANG MINA BAHARI di Provinsi Jambi merupakan
komitmen untuk mengembangkan potensi perikanan di Provinsi Jambi, termasuk
pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Potensi Perikanan Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir dan lautan, ditinjau dari berbagai macam peruntukanya
merupakan wilayah yang sangat produktif, hal ini ditandai juga dengan tingginya
produktivitas primernya. Produktivitas primer wilayah pesisir seperti estuaria,
hutan bakau, padang lamun dan terumbu karang ada yang mencapai lebih dari
10.000 gram C /m2//tahun yaitu 100-200 kali lebih besar dibandingkan dengan
produktifitas primer perairan laut bebas (Kasry, 1997). Tingginya produktivitas
primer wilayah pesisir mengindikasikan tingginya proktivitas sekunder dan tersier
berupa ikan dan hewan laut lainnya (Supriharyono, 2000).
Perairan pesisir dan

laut Jambi menurut Martosubroto (1973) in Kasry

(1997) memiliki potensi perikanan cukup besar yaitu densitas ikan demersal
sebesar 0.6-0.8 ton/km2 .

Hasil survey Ditjen Perikanan menemukan bahwa

densitas stok ikan pelagis sebesar 4.60 ton/km2 , ikan demersal 4.00 ton/km2 dan
udang 0.90 ton/km2 (Susanto, 1985).

Menurut laporan Dinas Kelautan dan

15

Perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Timur potensi