Pengukuran efisiensi teknis perikanan purse seine di Pekalongan

w / 5 7 M
PENGUKURAN EFlSlENSl TEKNIS
PERIKANAN PURSE SEINE
Dl PEKALONGAN

HUFIADI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI TESlS
DAN SUMBER INFORMAS1

Dengan ini, saya menyatakan bahwa tesis yang bejudul Pengukuran
Efisiensi Teknis Perikanan Purse Seine di Pekalongan adalah benar merupakan
hasil karya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum pemah diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
infomasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain, telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis

ini.

Bogor, Juli 2008

Hufiadi
NRP:451060191

ABSTRACT

HUFIADI. Measurement Technical Efficiency of Purse Seine in Pekalongan.
Under the Supervision of Sugeng Hari Wisudo and Eko Sri Wiyono.
As an attempt to remain in purse seine fishing business in northern Java,
the businessmen are improving both their fishing system and technique. Lately,
the management of fishing capacity and its measurement methods had become
an important issue on sustainable fisheries management. Excess capacity and
over fishing have been identified as the two most important problems presently
faced by small pelagic fisheries in Java Sea. Management study based on
fishing capacity as alternatively for to bridle of not efficient input factors use
fishing business. The objective of study is to measure the level of technical
efficiency and purse seine capacity utilization in Pekalongan. Efficient fishing

and purse seine capacity utilization were analyzed by season, gross tonnage
(GT) and fishing ground. Data were analyssed by data envelepment analysis
(DEA) technique with AB.QM version 3.0 and Microsoft Excel version 2000
software. The analysis result as general showed that Pekalongan's purse seine
On seasons, gross tonnage and fishing grounds are fishing capacity utilization
factor's level still not optimum. The fleets more than one have been experiencing
some levels excess capacity. These show that fishing system have over capacity
used of inputs means on fuels and lamp capacity. These due to making inputs
not efficient.
Keywords:

Technical efficiency, fishing capacity, capacity utilization,
purse seine, Pekalongan

HUFIADI. Pengukuran Efisiensi Teknis Perikanan Purse Seine Di Pekalongan.
Dibimbing oleh Sugeng Hari Wisudo dan Eko Sri Wiyono.
Para para pelaku usaha perikanan purse seine di utara Jawa terus
mengembangkan baik sistem maupun teknik penangkapannya untuk
mempertahankan usahanya. Akhir-akhir ini, pengelolaan kapasitas penangkapan
ikan berikut metoda pengukurannya sudah menjadi isu penting (isu tentang

kapasitas berlebih dan penangkapan berlebih) merupakan masalah serius yang
sumberdaya
kecil di Laut Jawa dan
dihadapi dalam .pengelolaan
- pelagis
.
sekitarnya. Kajian pengelolaan perikanan ber6asis kapasitas penangkapan
merupakan alternatif pendekatan guna mengendalikan faktor-faktor input yang
tidak efisien yang digunakan dalam usaha penangkapan. Tujuan penelitian ini
adalah mengukur tingkat dari efisiensi teknis dan pemanfaatan kapasitas alat
tangkap purse seine di Pekalongan. Efmiensi penangkapan dan pemanfaatan
kapasitas dari alat tangkap purse seine yang dikaji dianalisis berdasarkan musim,
ukuran kapal (GT) dan daerah penangkapan.
Analisis perkembangan perikanan purse seine berdasarkan data produksi
selama 10 tahun periode 1997-2006. Penghitungan efisiensi penangkapan
berdasarkan data catatan kapal purse seine yang masuk dan keluar dari PPN
Pekalongan tahun 2007. Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk
mengetahui input-input penangkapan ikan dengan menggunakan purse seine
yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan (output).
Pengukuran efisiensi penangkapan dilakukan dengan rnenggunakan

teknik data envelopment analysis (DEA). Data di analisis menggunakan
program linear (Iinier programming) dengan bantuan software AB.QM version
3.0 kemudian pengolahan analisis dilanjutkan menggunakan program Microsoff
Excel version 2000.
DEA adalah analisis program matematik untuk
mengestimasi efisiensi teknis kegiatan produksi secara simultan. Dalam analisis
tersebut menggunakan model panel data dengan multi input terdiri dari input
tetap (fixed input) dan input berubah (variable input), single output (total
tangkapan) dan multi output (tangkapan domindn) yaitu: kembung (Rastrelliger
sp.), bentong (Selar c~menophthalmus), layang (Decapterus spp.), lemuru
(Sardinella spp.) dan tongkol (Auxis sp.). Analisis efisiensi teknis dilakukan
dengan membandingkan nilai efisiensi antar kapal purse' seine yang dijadikan
sebagai DMU (decision making unit) baik menurut musim, GT dan daerah
penangkapan. Proses penghitungan yaitu dengan menetukan nilai konitanta
dari output (p), fixed input (x) dan variable input A pada masing-masing DMU
sehingga diperoleh nilai efisiensi penangkapan berdasarkan tingkat pemanfaatan
kapasitas (CU) penangkapan dan tingkat pemanfaatan kapasitas variabel input
OllU).
Hasil peneiitian ini menunjukkan bahwa Kegiatan operasi armada purse
seine yang berbasis di Pekalongan berlangsung sepanjang tahun. Intensitas

kegiatan operasi penangkapan purse seine pada musim Barat (DesemberPebruari) relatii tinggi mencapai 219 trip dengan rata-rata tangkapan 28,60
tonltrip. Selanjutnya, aktivitas penangkapan menurun pada musim peralihan I
(Maret-Mei) dan musirn Timur (Juni-Agustus) kemudian naik kembali pada
musim peralihan II (September-November) mencapai 197 trip dengan rata-rata
tangkapan 33,23tonltrip.
'

'

Perbandingan tdatif tingkat pemanfaatan kapasitas penangkapan purse
seine Pekalongan berdasarkan musim penangkapan selama tahun 2007
menggunakan multi output (kembung, bentong, layang, lemuru, tongkol),
menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pemanfaatan kapasitas penangkapan (CU)
berada pada tingkat optimum hanya terjadi pada musim Peralihan I.
Berlangsung pada musim Timur dan Peralihan II rata-rata tingkat pemanfaatan
kapasitas penangkapan belum opt~mum. Sementara yang tetjadi pada musim
Barat rata-rata tingkat pernanfaatan kapasitas penangkapan jauh melebihi dari
nilai opt~mumnyadan diduga telah terjadi kelebihan pemanfaatan kapasitas
inputannya. Hasil penghitungan dengan menggunakan single output (total
tangkapan) diperoleh bahwa berlangsung pada musim Timur dan musim

Peralihan II tingkat pemanfaatan kapasitas penangkapan belum optimum.
Sementara pada musim Barat dan Peralihan I pernanfaatan kapasitas
penangkapan sudah mengarah pada pemanfaatan yang melebihi dari nilai
optimumnya. Berdasarkan pada nilai VIU (pemanfaatan variabel lampu dan
BBM) dari setiap musim penangkapan rata-rata telah melebihi dari tingkat
optimumnya, diduga gejala disebabkan bukan karena kurangnya inputan yang
digunakan tetapi lebih disebabkan karena ketidak efisienan dalam menggunakan
inputan.
Berdasarkan hasil perhitungan ukuran kapal menunjukkan bahwa kapal
purse seine berukuran gross tonnage (GT) relatii lebih kecil (40-65 GT)
cenderung mempunyai tingkat efisiensi penangkapannya leb~hbaik dibandingkan
dengan kapal purse seine berukuran relatii lebih besar (70-95 dan >I00 GT).
Berdasarkan tingkat pemanfaatan kapasitas variabel input (VIU) dengan
perhiiungan single output (total tangkapan), nilai tingkat pemanfaatan variabel
input (VIU-iampu dan VIU-BBM) pada ukuran kapal berkisar 4065 GT rata-rata
belum optimal dan daiam pemanfaatan kapasitas penangkapannya dapat
ditingkatkan melalui peningkatan penianfaatan variabel input (lampu dan BBM).
Sementara pada kapal berukuran 70-95 GT dalam pemanfaatan inputan BBM
telah berlebih dan untuk kapal berukuran >I00 GT telah berlebih dalam
pemanfaatan inputan lampu.

Berdasarkan konsentrasi pengoperasian purse seine pada beberapa
daerah penangkapan menunjukkan bahwa hampir di setiap musim penangkapan,
perairan Matasiri menjadi tujuan daerah penangkapan purse seine yang
berbasis di Pekalongan. Berdasarkan perhiiungan nilai efisiensi penangkapan
diperoleh bahwa nilai rata-rata pemanfaatan kapasitas yang optimal (CU=l)
hanya terjadi pada musim Peralihan II(September-Nopember) di perairan Lumulumu. Sementara pemanfaatan kapasitas penangkapan pada musim yang lain dl
beberapa daerah penangkapan, sebagian kapal purse seine telah melebihi dari
nilai optimumnya. Berdasarkan pada nilai VIU (VIU-lampu dan VIU-BBM) ratarata VIUI00 GT .......................................................

29

Distribusitingkat pemanfaatan kapasitas variabel input (VIU)
kapal berukuran >I00 GT ...........................................................

30

Distribusi tingkat pemanfaatan kapasitas (CU)
kapal berukuran >I00 GT ......................................................

31


Distribusi kingkat pernanfaatan kapasitas variabel input (VIU)
kapal berukuran >I00 GT ..........................................................

32

Musim dan rata-rata nilai CU pada daerah penangkapan
purse seine Tahun 2007 .............................................................

33

Musim dan rata-rata nilai VIU-1 (Larnpu) pada daerah
penangkapan purse seine Tahun 2007 .......................................

-

-

-


-

34 Musim dan rata-rata nilai VIU-2 (BBM) pada daerah
penangkapan purse seine Tahun 2007 ................................

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Daerah penangkapan purse seine Pekalongan ...........................

55

2

Hasil perhitungan DEA multi output
(nilai CU dan VIU musim Barat) ..................................................

56


3

Hasil perhiiungan DEA muni output
(nilai CU dan VIU musim Peralihan I)

57

4

Hasil perhitungan DEA muMi output
(nilai CU dan VIU musim Timur ) .................................................

58

5

Hasil perhiiungan DEA muit; output
(nilai CU dan VIU musim Peralihan I\).........................................

59


6

Hasil perhiiungan DEA single output
(nilai CU dan VIU musim Barat) ..................................................

80

7

Hasil perhiiungan BEA single output
(nilai CU dan VIU musim Peralihan I)..........................................

61

8

Hasil pemitungan DEA single output
(nilai CU dan VIU musim Timur) .................................................

62

Hasil pefhiiungan DEA single output
(nilai CU dan VIU musim Peralihan llj .........................................

63

9

..........................................

10 Hasil perhitungan DEA multi output
(nilai CU dan VIU kapal 40-65 GT ) ............................................

64

11 Hasil perhiungan DEA muMi output
(nilai CU dan VIU kapal 70-95 GT ...............................................

65

12 Hasil perhitungan DEA rnulti output
(nilai CU dan VIU kapal >I00 GT ) .............................................

66

Hasil perhitungan DEA single output
(nilai CU dan VIU kapal 40-65 GT ...............................................

67

Hasil perhitungan DEA single output
(nilai CU dan VIU kapal 70-95 GT ) ............................................

68

13
14

15 Hasil perhitungan DEA single output
(nilai CU dan VIU kapal >I00 GT ) .............................................

69

16 Input dan output kapal purse seine Pekalongan pada musim dan

daerah penmgkapan Tahun 2007 ..............................................

70

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap purse seine merupakan
salah satu metoda pernanfaatan ikan-ikan pelagis yang ada di suatu perairan.
Alat tangkap purse seine banyak digunakan oleh nelayan di utara Jawa dan
telah mengalarni perkembangan yang pesat, baik kapasitas maupun teknologi
penangkapannya. Namun berdasarkan data hasil tangkapan purse seine di
seluruh perairan Laut

Jawa pada tahun 1999, rata-rata hasil tangkapan

Ikapallhari cenderung menurun (Amin et a/., 2001).
Perkembangan alat tangkap di tingkat nelayan cenderung terus meningkat
baik efisiensi maupun efektivitas penangkapannya, namun peningkatan efisiensi
dan efektivitas ini sering tidak sejalan dengan isu yang tengah berkembang.
Perolehan hasil tangkapan secara berkelanjutan (sustainable yield) merupakan
salah satu isu yang kuat dihembuskan untuk mengkritisi kecenderungan usaha
pernanfaatan sumberdaya perikanan yang tidak mengindahkan kelestarian baik
terhadap sumberdaya itu sendiri rnaupun lingkungan.
Para pelaku usaha perikanan purse seine di utara Jawa terus
mengernbangkan

baik

sistem

maupun

teknik

penangkapannya untuk

mernpertahankan usahanya. Pemilihan daerah penangkapan yang efektii dan
pengurangan jumlah trip saat rnusirn paceklik merupakan sebagian usaha yang
telah ditempuh untuk mencapai efisiensi teknis dan ekonomis penangkapan
puse seine di utara Jawa.
Pengelolaan usaha penangkapan dengan purse seine tidak lepas dari
pertimbangan yang bersifat teknis rnaupun ekonomis. Dengan demikian usaha
penangkapan dapat

diketahui

efisiensi secara pasti,

dengan melihat

pengaruhnya dari proses produksi. Konsep efisiensi teknis merupakan konsep
hubungan rasio input-output pada suatu proses produksi baik dalam satuan fisik,
nilai atau kombinasi keduanya, tanpa secara khusus memperhatikan keuntungan
maksimum. Terhadap nilai ini yang penting adalah memaksirnumkan produksi
dengan menggunakan sejumlah input tertentu dan jika ini tercapai maka secara
teknis proses produksi telah efisien.
Seperti negara berkembang lainnya, peningkatan kapasitas armada
penangkapan ikan skala kecil di perairan Indonesia telah menirnbulkan penoalan
yang berkaitan dengan overcapacity dan pengurangan kelebihan jumlah upaya

penangkapan (Berkes et a/., 2001 dalam Wiyono dan Wahju, 2006). Secara de
jure perikanan Indonesia dibawah kendali pengawasan pemerintah namun

secara de fado masih bersifat open access dan tidak ada pembatasan kapasitas
upaya penangkapan (Nikijuluw, 2002). Dalam kondisi open access, orang bebas
melakukan eksploitasi sumber daya semaksimal mungkin tanpa memperhatikan
akibat negatif dari tindakannya, karena semua orang berfikir sama, maka
terjadilah apa yang disebut sebagai tragedy of the common, yakni kehancuran
kondisi biologi, ekologi, ekonomi dari sumber daya alam, dan juga konflik-konflik
sosial.
Akhir-akhir ini, pengelolaan kapasitas penangkapan ikan berikut metoda
pengukurannya sudah menjadi isu penting pada upaya pengelolaan perikanan
yang berkelanjutan. The Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF)
mengajak kepada seluruh negara untuk menghindari overfishing dan kelebihan
kapasitas penangkapan sehingga kelebihan kapasitas penangkapan dapat
dikurangi sampai pada level dimana keberlanjutan kegiatan penangkapan akan
tejamin (SEAFDEC, 1999).
Pengelolaan kapasitas penangkapan merupakan suatu pendekatan
pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkaitan dengan pembatasan
kapasitas upaya penangkapan ikan.

Kapasitas upaya penangkapan

keberadaannya ditentukan beberapa variabel lain, seperti ukuran kapal, ukuran
mesin kapal, ukuran jaring, dan teknologi alat bantu penangkapan. Oleh karena
itu, rnembatasi kapasitas upaya penangkapan harus dilakukan melalu~
pembatasan variabel-variabel tersebut (Nikijuluw, 2002).
Untuk membantu para pengelola perikanan mengetahui lebih baik atas
kodisi perikanan yang ada khususnya bagaimana menentukan keragaan alat
tangkap, pengkajian tentang efisiensi teknis dan pemanfaatan kapasitas
penangkapan ikan penting untuk dilakukan. Pengaplikasian konsep efisiensi
teknis dan pemanfaatan kapasitas penangkapan dilaksanakan dl Pekalongan
pada alat tangkap purse seine.

1.2 Perumusan Masalah
Pada kondisi perikanan bebas kompetitif tanpa terkendali, kapasitas upaya
penangkapan akan cenderung terus meningkat.

Secara umum peningkatan

upaya penangkapan akan memberikan dampak pada peningkatan produksi hasil
tangkapan. Akan tetapi jika peningkatan upaya tersebut tidak dikelola dengan

baik akan merusak kebedangsungan sumberdaya perikanan.

Agar kapasitas

upaya penangkapan tersebut tidak melebihi kapasitas rnaksimum, tanpa
mengabaikan tujuan peningkatan produksi dan keuntungan yang optimum
dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya ikan diperlukan suatu
pengelolaan berupa penetapan pemanfaatan kapasitas upaya penangkapan.
Sejauh ini, pengelolaan kapasitas upaya penangkapan berikut pengukurannya
guna menentukan tingkat efisiensi pemanfaatan kapasitas penangkapan belum
banyak dilakukan di Indonesia.
Pengelolaan usaha penangkapan ikan dengan purse seine tidak lepas dari
pertimbangan yang bersifat teknis maupun ekonornis.

Untuk mengetahui

permasalahan bagairnana perkembangan armada penangkapan purse seine di
Pekalongan dan sejauh mana tingkat pemanfaatan kapasitas penangkapannya
saat ini dalam menjamin efisiensi usaha serta produMivitas yang optimum.
Sehingga usaha penangkapan dapat diketahui efisiensi secara pasti, dengan
mengukur level dari efisiensi teknis dan pemanfaatan kapasitas alat tangkap
purse seine di Pekalongan.
Sampai saat ini, tingkat efisiensi teknis dan pemanfaatan kapasitas
penangkapan purse seine di Pekalongan belum banyak diketahui sehingga
pengkajian pemanfaatan kapasitas penangkapan purse seine di Pekalongan
perlu

dilakukan.

Hasilnya

menjadi

penilaian

efisiensi

dalarn

usaha

penangkapannya.

1.3 Tujuan Penelitian

Mengukur level dari efisiensi teknis dan pernanfaatan kapasitas alat
tangkap purse seine di Pekalongan. Efisiensi penangkapan dan pernanfaatan
kapasitas dari alat tangkap purse seine yang dikaji dianalisis berdasatkan musim,
ukuran kapal (GT) dan daerah penangkapan.

1.4 Hipotesis
1) Pemanfaatan kapasitas penangkapan perikanan purse seine di Pekalongan

sudah tidak optimal.

2)

FaMor-faktor input perikanan purse seine Pekalongan dalam pemanfaatan
sumberdaya perikanan saat ini sudah tidak efisien.

3) Tingkat efisiensi teknis dan pemanfaatan kapasitas perikanan purse seine di

Pekalongan berbeda antar musim, ukuran kapal dan daerah penangkapan.

1.5 Manfaat Peneliian
1) Sebagai informasi tentang metoda pengukuran efisiensi pemanfaatan
kapasitas perikanan pada perikanan multi species seperti di Indonesia.
2) Dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai altematif kajian dalam
pengelolaan perikanan purse seine di Pekalongan.

1.6 Kerangka Pemikian
Pemanfaatan sumberdaya yang optimal dipengaruhi oleh kemampuan
armada penangkapan dan komponen komponen yang ada di dalamnya.
Pengetahuan tentang faktor-faktor produksi purse seine yang berperan dalam
menentukan tingkat pemanfaatan sumberdaya dapat menghasilkan efisiensi
pada komponen-komponen tertentu.

Faktor-faktor produksi terpilih tersebut

dapat mengoptimalkan hasil tangkapan (output).
Penentuan tingkat pemanfaatan penangkapan purse seine di Pekalongan
dilakukan untuk mengetahui level efisiensi armada purse seine yang optimal
sesuai dengan tingkat pemanfaatanya terhadap sumberdaya. Untuk penentuan
kapasitas penangkapan purse seine di Pekalongan dilakukan pengukuran level
dari efisiensi teknis dan pemanfaatan kapasitas alat tangkap purse seine.
Efisiensi penangkapan ikan dan pemanfaatan kapasitas dari alat tangkap purse
seine di Pekalongan yang dikaji dianalisis berdasarkan musiman dan GT dengan
menggunakan metoda data envelopment analysis (DEA).

Analisis efisiensi

teknis pemanfaatan kapasitas penangkapan purse seine yang dilakukan dapat
menjadi acuan dalam pengelolaan usaha perikanan, sehingga sumberdaya
perikanan tetap lestari dan nelayan dapat meningkatkan pendapatannya dari
sumberdaya yang termanfaatkan.

I

Perikanan purse seine

1

-,

Fixed input :
Kapal (GT, LOA)
Mesin
Jaring

Variable input :
r BBM
Palkah
ABK
Alat bantu
penangkapan (lampu)

1

Sumberdaya
lkan

Analisis DEA+
l

Efisiensi teknis

r---l

Pengelolaan perikanan

Gambar 1 Kerangka pemikiran pengukuran efisiensi teknis
penangkapan perikanan purse seine di Pekalongan

2 TINJAUAN PUSTAKA

~~

~.~
~ - ~~~.
.
~-

2.1 Perikanan purseseine
Purse seine adalah jaring yang urnurnnya berbentuk empat persegi
panjang, dilengkapi dengan tali kerut yang dilewatkan rnelalui cincin yang
diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan rnenarik tali
kerut bagian bawah jaring dapat dikuncupkan, jaring akan berbentuk seperti
mangkok sehingga gerornbolan ikan tidak dapat melarikan diri ke arah
bawahldalam dan sarnping, rnereka terkurung didalarn jaring. Tali kerut
rnernpunyai ukuran yang terbesar di antara ukuran tali-tali yang lain. Hal ini
dikarenakan tali kerut rnernerlukan kekuatan yang cukup besar bila dibandingkan
dengan tali-tali yang lain (Subani dan Barus, 1989).
Pada urnurnnya purse seine terdiri dari kantong (bag, bunt), badan jaring,
tepi jaring, pelampung (float, corck), tali pelampung (corck line, float line), sayap
(wing), pemberat (singker, lead) tali penarik (purse line) tali ancin ( p m ring)
dan silvege.

Fungsi rnata jaring (mesh size) dan jaring yaitu sebagai dinding

penghadang dan bukan sebagai penjerat ikan, sehingga perlu ditentukan
besarnya ukuran rnata jaring (mesh size) dan ukuran benang jaring (twine) yang
sesuai untuk setiap ikan yang rnenjadi tujuan penangkapannya (Ayodhyoa.
1981).
Alat tangkap purse seine digolongkan sebagai jaring lingkar dalarn
(surrounding net), karena dalarn pengoperasiannya jaring akan mernbentuk
pagar yang rnengelilingi kawanan ikan yang akan ditangkap. Alat tangkap yang
melingkari kawanan ikan ini, pengoperasiannya akan dipengaruhi oleh
kemarnpuan (skill) nelayan dalarn mencari kawanan ikan, tingkah laku species
ikan yang dituju dan sifat-sifat teknologi alat tangkap. Sifat teknologi tadi faktorfaktor ukuran kapal, tenaga rnesin, bahan bakar rninyak, panjang jaring, larnanya
operasi dan tenaga keja, rnemegang peranan penting sehingga perlu
diperhitungkan kombinasinya dari beberapa parameter agar dapat diperoleh
suatu indeks daya tangkap yang sesuai (Von Brandt, 1984).

2.2 Perkembangan Purse Seine di Utara Jawa
Perkernbangan purse seine di perairan utara Jawa dapat ditandai melalui
perluasan daerah penangkapan, perubahan ukuran kapal, komposisi hasil

tangkapan. Dan laporan Atmaja (2006), dikatakan bahwa secara umum ada tiga
tahap yang penting mengenai perkembangan alat tangkap purse seine di pantai
utara Jawa sejak pasca pelarangan trawl, yaitu: 1) perubahan kapal trawl
menjadi kapal purse seine, daerah operasinya masih terbatas di daerah
penangkapantradisional. 2) Pada tahun 198211983, investasi kapal baru dengan
meningkatkan kapasitas kapal (ukuran kapal 80-100

GT) dan kekuatan

mesinnya (160 HP), daerah penangkapan meluas ke bagian timur Laut Jawa dan
perairan sekitar P. Pejatan (Laut Cina Selatan). 3) pada Tahun 198611987,
lnvestasi kapal baru dengan kapasitas palkah 120 ton dan kekuatan mesin 250

HP, serta peningkatan efisiensi penangkapan melalui alat bantu pengumpui ikan.
Daerah penangkapan yang dieksploitasi mencakup dari perairan Kep. Natuna
sampai perairan Balikpapan.

2.3 Alat Bantu Penangkapan lkan
Dalam operasi penangkapan dengan alat tangkap purse seine pada
awalnya menggunakan alat bantu berupa rumpon tetap dan alat bantu berupa
lampu petromak. Seiring diperkenalkannya armada penangkapan ikan purse
seine pada tahun 1975-an, maka penggunaan alat bantu lampu pada kapal
berubah menjadi lampu mercury dengan kekuatan 2.400-4.000 watt. Selanjutnya
pada tahun 1981, kapal purse seine mulai menggunakan generator tambahan
sebagai alat bantu penangkapan dengan lampu halogen yang berkekuatan
mencapai 3.100 watt, disamping tetap menggunakan rumpon (Atmaja, 2006).
Disamping lampu halogen kapal purse seine menggunakan larnpu mercury
dengan kekuatan 5.500 watt dan dilengkapi radio sebagai alat komunikasi.
Perubahan yang revolusioner pada alat bantu ini terjadi pada tahun 1987,
dimana disamping rumpon tetap, generator, lampu mercury dengan kekuatan
7.500

-

20.000 watt, juga mulai menggunakan alat radio komunikasi, Global

positioning System (GPS) dan fish finder.

Alat bantu penangkapan ini

berkembang terus, dimana lampu mercury yang dipergunakan pada tahun 1999
mempunyai kekuatan antara 20.000 - 30.000 watt (Atmaja, 2006).

2.4 Sumberdaya lkan
lkan adalah salah satu bentuk sumberdaya alam yang bersifat renewable
atau mempunyai sifat dapat pulih.

Disamping sifat dapat diperbaharui.

sumberdaya ikan pada umumnya dianggap bersifat open access dan common
property yang artinya pemanfaatan bersifat terbuka oleh siapa saja dan
kepemilikannya bersifat umum (Widodo dan Nurhakim, 2002). Siat sumberdaya
seperti ini menimbulkan beberapa konsekuensi, antara lain:
(1) Tanpa adanya pengelolaan akan menimbulkan gejala eksploitasi berlebihan

(over exploitation), investasi berlebihan (over investment) dan tenaga keja
berlebihan (over employmenf).
(2) Perlu adanya hak kepemilikan (property rights), misalnya oleh negara (state
property rights), oleh masyarakat (community property rights) atau oleh
swasta lperorangan (private property rights).
Sifat-sifat sumberdaya seperti di atas menjadikan sumberdaya ikan bersifat
unik, dan setiap orang akan merasa mempunyai hak untuk memanfaatkan
sumberdaya tersebut dalam batas-batas kewenangan hukum suatu negara.
Dengan demikian, kondisi ini memungkinkan bagi setiap orang atau perusahaan
dapat dengan bebas dapat masuk dan mengambi manfaatnya.

Selanjutnya,

dengan adanya orang atau perusahaan yang berdesakan karena mereka bebas
masuk maka akan tejadi interaksi yang tidak menguntungkan dan secara
kuantiiati berupa biaya tambahan yang hams diderita oleh masing-masing orang
atau perusahaan, sebagai akibat keadaan berdesakan tersebut.

Dengan

dernikian, secara prinsip sumberdaya milik bersama yang dicirikan dengan
pengambilan secara bebas maupun akibat-akibat lain yang ditirnbulkan seperti
biaya ekstemalitas (tidak ekonomis) dan lain sebagainya, akan menimbulkan
kecenderungan pengelolaan secara deplesi (Suparmoko, 1997).
Disisi lain, terdapat tiga sifat khusus yang dimiliki oleh sumberdaya yang
bersifat milik bersama (Nikijuluw, 2002). Ketiga sifat khusus tersebut adalah:
(1) EksWudabilitas

Sifat ini berkaitan dengan upaya pengendalian dan pengawasan terhadap
akses ke sumbedaya bagi stakeholder tertentu. Upaya pengendalian dan
pengawasan ini rnenjadi sulit dan sangat mahal oleh karena sifat fiisik
sumberdaya ikan yang dapat bergerak, disamping lautan yang cukup luas.
Dalam kaitan ini, orang akan dengan mudah memasuki area perairan untuk
memanfaatkan sumberdaya ikan yang ada didalamnya, sementara disisi
lain otoritas menejamen sangat sulit untuk mengetahui serta memaksa
mereka untuk keluar.

(2) Substraktabilitas
SubstraMabilifas adalah suatu situasi dimana seseorang mampu dan dapat
menarik sebagian atau seluruh manfaat dan keuntungan yang dimiliki oleh
orang lain.

Dalam kaitan ini, meskipun para pengguna sumberdaya

melakukan kerjasama dalam pengelolaan, akan tetapi kegiatan seseorang
didalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia akan selalu berpengaruh
secara negatif pada kemarnpuan orang orang lain didalam pernanfaatan
sumberdaya yang sama. Dengan demikian, sifat ini pada dasamya akan
menimbulkan persaingan yang dapat mengarah pada rnunculnya konflik
antara rasionalitas individu dan kolektii.
(3) lndivisibilitas

Sifat ini pada hakekatnya menunjukkan fakta bahwa sumberdaya milik
benama adalah sangat sulit untuk dibagi atau dipisahkan, walaupun secara
adrninistratii pembagian rnaupun pernisahan ini dapat dilakukan oleh
otoritas rnemejemen.

2.5

Efisiensi Usaha Penangkapan lkan
Menentukan masalah efisiensi pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan

dengan prinsip dasar dari teori ekonomi, yaitu bagaimana menghasilkan tingkat
keluaran (output) tertentu dengan rnenggunakan masukan (input) seminimal
mungkin, atau sebaliknya bagaimana menghasilkan tingkat keluaran yang
semaksimal mungkin dengan menggunakan sejumlah masukan tertentu.
Apabila prinsip di atas diterapkan dalam suatu proses produksi seperti usaha
penangkapan ikan, maka ini berarti kita berusaha mencapai suatu efisiensi
pengguna faktor produksi.
Menurut Saragih (1980), terdapat 3 (tiga)

pendekatan yang dapat

dilakukan didalam mempelajari efisiensi suatu usaha, yaitu melakukan
pendekatan efisiensi harga (allocative efficiency), pendekatan efisiensi teknis
(technical efficiency) dan melalui pendekatan kombinasi antara efisiensi harga
dan efisiensi teknis. Efisiensi teknis adalah mengukur tingkat keluaran yang
dicapai pada tingkat penggunaan masukan tertentu, sedangkan efisiensi harga
adalah mengukur keberhasilan dalam mengalokasikan masukan untuk mencapai
keuntungan maksimum.

Selanjutnya, kombinasi antara efisiensi teknis dan

efisiensi harga menunjukkan efisiensi ekonomi suatu perusahaan.

2.6

Pegukuran Kapasitas Pemanfaatan dengan Pendekatan DEA
Efisiensi teknis

mengukur pencapaian output

maksimal dengan

menggunakan sejumlah input tertentu, sementara efisiensi alokatii lebih
membahas penggunaan input dalam proporsi yang optimal pada tingkat harga
tertentu. Farrel (1957), memfokuskan konsepnya pada technical efficiency (TE)
dengan alasan kernudahan didalam menjelaskan konsep stochastic frontier.
Untuk menghitung besamya efisiensi harus diketahui fungsi pmduksi pada
tingkat efisiensi penuh atau penggunaan input optimum. Secara teori, terdapat
dua cara untuk mengestimasi efisiensi produksi pada kondisi optimal, yaitu data
envelopment analysis (DEA) dan stochhastic frontier (Coelli et al., 1998).
Dafa envelopment analysis (DEA) menrpakan teknik non-parametrik untuk
menentukan sebuah solusi optimal dengan kendala tertentu (Charnes eta/., 1978
dalam Walden and Kirkley, 2000), yang dapat digunakan untuk mengukur
kapasitas dan pemanfaatan kapasitas (Fare et al., 1994 dalam Vestergaard et
a/., 2002). Dalam kajian-kajian ekonomi yang lain, pendekatan DEA banyak
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi produksi. Model DEA dikembangkan
berdasarkan konsep pengukuran efisiensi yang dilakukan Farrel (1957),
selanjutnya metode pengukurannya dibedakan atas pengukuran berorientasi
input (input orientation model) dan orientasi output (output orientation model).
Model pengukuran DEA berorientasi input dengan asumsi constant retum to
scale (CRS) atau kegiatan yang return to scale-nya tetap.

Model tersebut

kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Chames et a/. (1994) dalam Walden
and Kirkley (2000), dikenal dengan model BCC dalam bentuk model variable
return to scale (VRS).
Diasumsikan bahwa terdapat K input dan M output pada tiap-tiap N firm
(perusahaan) atau DMU.

Dari sebanyak i DMU masing-masing mempunyai

fektor xi dan yi, sehinga terbentuk KxN input matrik X dan MxN output matrik Y
yang mempresentasikan data selunrh N DMU. Tujuan DEA adalah membangun
model nonparametnk sehingga data obsewasi terletak difungsi produksi frontier
atau dibawahnya.
Pada dasarnya, asumsi CRS mendefinisikan efisiensi yang tidak sematamata diukur dari rasio dari output dan input, tetapi juga memasukkan faktor
pembobotan dari setiap output dan input yang digunakan. Pada CRS juga
ditujukan isokuan pada perbandingan antar input. Untuk tiap-tiap DMU kemudian
dilakukan pengukuran ratio terhadap semua output atas semua input. Seperti

9 dimana u
v x,

adalah bentuk vektor Uxl yang dibobot dan v merupakan

vector Kxl dari input yang dibobot. Untuk mengetahui pembobotan optimal
digunakan analisis pemograman matematik sebagai berikut:

st

U'Y~
< l , j = 1 , 2..... N ,

v'x,

Salah satu kendala persamaan 1 tersebut adalah ketika hasil perhitungan
diperoleh nilai takterhingga (infinite).

Untuk menghindari masalah tersebut,

fungsi kendala pada pesamaan 20 dapat diubah menjadi v,xi=l sehingga
menjadi:

Notasi u dan v pada persamaan diatas kemudian di transpormasi menjadi p, dan

v. Dengan menggunakan linier programming, Coelli menderivasi persamaan
tersebut kedalam bentuk persamaan DEA sebagai berikut:

Dimana 8 adalah skala dan d adalah vektor N x l .

Bentuk envelopment

memerlukan lebih sedikit kendala dari bentuk multiplier K + M < N

+ 1).

Parameter 8 menunjukkan nlai efisiensi teknis (TE) relatif terhadap kapasitas
output atau menggambarkan skor efisiensi DMU ke-i, dengan nilai 8 21.0
llustrasi mengenai pendekatan dapat diamati pada Gambar 2.

Garnbar 2 Efisiensi teknis dan alokatii (Coelli, 1998).
Farrel (1957). rnengilustrasikan gagasannya dengan rnenggunakan contoh
sederhana. Dengan asurnsi keadaan usaha bersifat constant return to scale
(dalarn keadaan demikian berarti penambahan input akan secara proporsional
rnenyebabkan terjadinya penarnbahan output yang diperoleh), perusahaan
menggunakan dua input (x, dan x2) untuk rnernproduksi sebuah output (y). Pada
kondisi pengukuran berorientasi input, isokuan yang digambarkan oleh kurva SS'
rnenunjukkan kondisi efisien (fully efficient).
Jika perusahaan menggunakan input sejumlah P untuk rnernproduksi 1 unit
output, maka nilai efisiensi teknis dicerminkan oleh jarak QP. Pada ruas garis
QP jurnlah input yang digunakan dapat dikurangi tanpa haws rnengurangi jumlah
Output yang dihasilkan.

QP yang
Kondisi dernikian dinotasikan dalarn bentuk -

OP

rnernpresentasikan persentase jurnlah input yang dapat dikurangi untuk
rnencapai kondisi efisien secara teknis. Nilai efisiensi teknis biasa diformulasikan
sebagai:

Besarnya nilai TE berkisar antara 0 dan 1 menunjukkan derajat efisiensi teknis
yang dapat dicapai. Garnbar 2 tersebut juga rnemperlihatkan etisiensi alokatif
yaitu rasio harga input yang ditunjukkan oleh kurva biaya AA' yang secara
metematis diiormulakan dalarn bentuk :

Ruas garis RQ menunjukkan biaya produksi yang dapat dikurangi agar tercapai
kondisi efisien secara alokatif dan teknis pada titik Q', sedangkan titik Q
dipandang efisien secara teknis tetapi pada titik tersebut tidak efisien secara
alokatif.

3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2007 sampai dengan bulan
Januari 2008 di Pekalongan, Jawa Tengah, mengingat kawasan tersebut
mempunyai konstribusi yang cukup besar pada perikanan purse seine di utara
Jawa. Tempat yang dijadikan obyek penelitian adalah Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Pekalongan, merupakan lokasi pendaratan utama kapal-kapal
purse seine yang beroperasi di Laut Jawa dan sekitarnya.

3.2

Pengumpulan Data
Untuk melakukan pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan

metode sutvei. Sumber data dari penelitian ini adalah pemilik kapal, nelayan,
dan instansi-instansi terkait yang dianggap perlu untuk memperoleh data
menyangkut rantai produksi perikanan dan inforrnasi lainnya yang berkalan
dengan usaha perikanan tangkap purse seine.
Metode yang digunakan dalam pengurnpulan data adalah melalui
pengamatan secara langsung di lapangan, wawancara dan diskusi dengan
semua sumber data yang telah ditentukan (purposive) serta pencacatan data
yang telah tersedia pada semua instansi terkait. Penggalian contoh dilakukan
melalui kegiatan wawancara, dengan bantuan daftar pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Data untuk analisis perkembangan perikanan purse
seine diperoleh dari data time series periode 1997-2006 dan untuk analisis
efisiensi penangkapan p