Crustacea Air Tawar (Decapoda: Brachyura Dan Caridea) Di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat

CRUSTACEA AIR TAWAR (DECAPODA: BRACHYURA DAN
CARIDEA) DI KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN
BARAT

NOVESE TANTRI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Crustacea air tawar
(Decapoda: Brachyura dan Caridea) di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016

Novese Tantri

G352140151

RINGKASAN
NOVESE TANTRI. Crustacea air tawar (Decapoda: Brachyura dan Caridea) di
Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Dibimbing oleh ACHMAD
FARAJALLAH dan DYAH PERWITASARI.
Kepiting infraordo Brachyura dan udang infraordo Caridea merupakan
Crustacea yang tersebar mulai dari perairan air laut sampai perairan air tawar.
Sungai-sungai di Kabupaten Sintang menjadi salah satu habitat bagi kepiting dan
udang air tawar. Habitat tepian sungai di daerah Sintang yang beragam dapat
menjadi tempat hidup yang baik bagi hewan air. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi jenis kepiting dan udang air tawar yang terdapat di sungai-sungai
di Kabupaten Sintang. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi informasi dasar
untuk mengetahui keberadaan kepiting dan udang air tawar di Kabupaten Sintang.
Koleksi sampel dilakukan di enam sungai di Kabupaten Sintang, yaitu

sungai Lebak, sungai Melawi, sungai Kelam, sungai Kapuas, sungai Anak Sepauk
dan sungai Bubur. Lokasi ditentukan dengan metode purposive sampling dan
dilanjutkan metode road sampling dari arah hilir menuju hulu sungai. Sampel
dikoleksi dengan metode koleksi bebas. Sampel ditangkap menggunakan alat
tangkap bubu bambu, kemansai dan hand net. Identifikasi sampel menggunakan
kunci identifikasi Ng (2004) untuk kepiting air tawar dan Wowor et al. (2004)
untuk udang air tawar. Faktor lingkungan yang diamati meliputi kedalaman air
(cm), kecerahan air (cm), suhu udara (°C), suhu air (°C) dan tipe substrat sungai.
Keanekaragaman spesies dianalisis menggunakan indeks keragaman ShannonWeiner, indeks kemerataan Pielou (Evennes) dan indeks dominansi Simpson.
Diversitas spesies kepiting dan udang air tawar dan korelasi terhadap faktor
lingkungan serta lokasi dianalisis menggunakan Canonical Coresspondence
Analysis (CCA) dalam perangkat lunak.
Dua puluh spesies Crustacea air tawar yang terdiri dari tiga spesies kepiting
air tawar (Parathelphusa sarawakensis, Parathelphusa pulcherrima,
Perithelphusa borneensis) dan tujuh belas udang air tawar (Macrobrachium
horstii, M. lopopodus, M. lanatum, M. lanchesteri, M. nipponense, M.
scabriculum, M. platycheles, M. gua, M. pilimanus, M. idae, M. sintangense, M.
meridionalis, M. malayanum, M. forcifatum, M. latidactylus, M. rhodochir dan
M. rosenbergii). Individu terbanyak dari ke enam sungai untuk kepiting air tawar
adalah Parathelphusa sarawakensis ditemukan di sungai Bubur, sedangkan untuk

udang air tawar adalah M. idae yang ditemukan sungai Kapuas.
Keanekaragaman (H’= 1.894) dan kemerataan (E= 0.9492) tertinggi
terdapat pada sungai Kelam. Dominansi (D= 0.66) tertinggi terdapat pada sungai
Anak Sepauk. Berdasarkan analisis CCA menunjukkan spesies kepiting dan
udang air tawar dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa suhu udara, suhu air,
kedalaman air, kecerahan air dan pH air. Beberapa sungai menunjukan terdapat
satu spesies spesifik. Pada penelitian ini, ditemukan dua spesies yang tercatat baru
di Indonesia yaitu M. lopopodus dan M. gua yang sebelumnya hanya ditemukan
Di Brunei dan Malaysia.
Kata Kunci: Crustacea, air tawar, Macrobrachium, Parathelphusa, sungai.

3

SUMMARY
NOVESE TANTRI. Freshwater Crustacea (Decapoda: Brachyura and Caridea) in
Sintang District West Kalimantan. Supervised by ACHMAD FARAJALLAH and
DYAH PERWITASARI.
Brachyuran crabs and Caridean shrimps are Crustaceans spreading from sea
water to freshwater. Rivers in Sintang are Crustaceans habitats. Diverse riverbank
habitat in Sintang can be suitable habitat to aquatic Crustacea. The objective of

this study was to identify the types of freshwater crabs and shrimps found in
Sintang river. Hopefully this research can become basic information to determine
the existence of freshwater crabs and shrimps.
Collection of samples carried out in six rivers in Sintang, which is Lebak,
Melawi, Kelam, Kapuas, sungai Anak Sepauk, and Bubur. Purposive sampling
was used for determining the location and sampling direction was conducted from
downstream to upstream using road sampling method. Samples were collected
with free sampling method. Samples were caught using bubu bambu, kemansai,
and hand net. Samples were identified using key identification by Ng (2004) for
freshwater crabs and Wowor et al. (2004) for freshwater shrimps. Environmental
factors were recorded by measuring water depth (cm), brightness of the water
(cm), air temperature (°C), water temperature (°C), and substrate types. Species
diversity was analyzed using Shannon-Weinner diversity index, Pileou evennes
index and dominance Simpson index. Species diversity of freshwater crabs and
shrimps and environmental factors as well as locations were analyzed by
Coresspondence Canonical Analysis (CCA).
Twenty species of freshwater Crustacean which consists of three freshwater
crabs species (Parathelphusa sarawakensis, Parathelphusa pulcherrima, and
Perithelphusa borneensis) and seventeen freshwater shrimp (Marobrachium
horstii, M. lopopodus, M. lanatum, M. lanchesteri, M. nipponense, M.

scabriculum, M. platycheles, M. gua, M. pilimanus, M. idae, M. sintangense, M.
meridionalis, M. malayanum, M. forcifatum, M. latidactylus, M. rhodochir and M.
rosenbergii) were found in Sintang river. Most individual of the six rivers for
freshwater crab was Parathelphusa sarawakensis found in Bubur river while
freshwater shrimp was M. idae found in Kapuas river.
The highest diversity (H'= 1.894) and evenness index (E= 0.9492) were
found in Kelam river as well as the highest dominance index was found in sungai
Anak Sepauk (D= 0.66). CCA showed that freshwater crabs and shrimps species
were influenced by environmental factors such as air temperature, water
temperature, water depth, water brightness and pH water. This study discovered
two new record species in Indonesia, namely M. lopopodus and M. gua previously
reported in Brunei and Malaysia.
Key words: Crustacea, freshwater, Macrobrachium, Parathelphusa, rivers

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

5

CRUSTACEA AIR TAWAR (DECAPODA: BRACHYURA DAN
CARIDEA) DI KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN
BARAT

NOVESE TANTRI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis: Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc

7
Judul Tesis

:

Nama
NIM

:
:

Crustacea air tawar (Decapoda: Brachyura dan Caridea) di
Kabupaten Sintang Kalimantan Barat
Novese Tantri
G352140151


Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Achmad Farajallah, MSi
Ketua

Dr Ir RR Dyah Perwitasari, MSc
Anggota

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Biosains Hewan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir RR Dyah Perwitasari, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr


Tanggal Ujian: 8 September 2016

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis merupakan
salah satu syarat penyelesaian pendidikan pada Program Studi Biosains Hewan,
Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Tesis ini disusun berdasarkan
penelitian yang dilakukan di Kabupaten Sintang dari bulan Juli hingga September
2015. Analisis data, penyusunan karya ilmiah dan publikasi jurnal dilakukan dari
bulan Maret hingga Juli 2016.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi terhadap penyelesaian tesis ini. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada Ayah dan Ibu serta keluarga yang telah
memberikan dukungan baik moral maupun material. Dr Ir Acmad Farajallah, MSi
selaku dosen pembimbing utama dan Dr Ir RR. Dyah Perwitasari, MSc selaku
dosen pembimbing anggota yang telah bersedia meluangkan waktu dan pemikiran
hingga tesis ini selesai. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak dan
ibu pengajar Program Studi Biosains Hewan (BSH) atas semua ilmu, bimbingan,

pengalaman, dan nasihat selama ini. Ucapan terima kasih untuk teman-teman
BSH 2014, Fani Irwan, Lies Suwinarsih, Metty Andriyani, Ervin Septiani,
Usmiyanto, Indra Prayoga untuk bantuan selama di lapang dan Zoocorner atas
kebersamaan, semangat, persahabatan dan keceriaan yang telah diberikan. Kepada
rekan seperjuangan S1 Biologi UNTAN 2006 (Biosix) atas dukungan dan
kebersamaan.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, semoga tesis
ini dapat bermanfaat.

Bogor, September 2016
Novese Tantri

9
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3

Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
Sungai sebagai habitat Crustacea air tawar ............................................... 4
Crustacea.................................................................................................... 4
Kelas Malacostraca .................................................................................... 5
Kepiting air tawar infraordo Brachyura ..................................................... 5
Udang air tawar infraordo Caridea ............................................................ 6
BAHAN DAN METODE ....................................................................................... 7
Waktu dan Tempat ..................................................................................... 7
Koleksi sampel........................................................................................... 8
Identifikasi sampel ..................................................................................... 9
Analisis Data.............................................................................................. 9
HASIL ................................................................................................................... 10
Identifikasi kepiting dan udang air tawar................................................ 11
Komposisi individu Kepiting dan Udang Air Tawar di Enam Sungai .. 12
Keanekaragaman jenis kepiting dan udang air tawar ............................. 13
Pengaruh faktor lingkungan sungai ........................................................ 14
PEMBAHASAN ................................................................................................... 16
Identifikasi kepiting dan udang air tawar ............................................... 17
Komposisi kepiting dan udang air tawar di enam sungai ....................... 18
Keanekaragaman jenis kepiting dan udang air tawar ............................. 18
Pengaruh faktor lingkungan sungai ........................................................ 19
SIMPULAN .......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22
LAMPIRAN .......................................................................................................... 26
RIWAYAT HIDUP

31

DAFTAR TABEL
1 Daftar spesies kepiting dan udang air tawar di Kalimantan
2 Klasifikasi Crustacea air tawar infraordo Brachyura dan Caridea
3 Pengukuran faktor lingkungan
4 Nilai tolak ukur indeks keanekaragaman
5 Jumlah individu dan spesies di enam lokasi sungai di kabupaten Sintang
6 Faktor lingkungan di enam lokasi sungai

1
5
8
10
12
14

DAFTAR GAMBAR
1 Morfologi kepiting infraordo Brachyura
2 Morfologi udang air tawar
3 Lokasi sampling udang air tawar di kabupaten Sintang
4 Jumlah spesies di enam lokasi sungai
5 Komposisi kepiting dan udang air tawar di masing-masing lokasi sungai
6 Diagram indeks keanekaragaman jenis kepiting dan udang air tawar
7 Diagram analisis Canonical Correspondence (CCA)

6
7
9
11
13
14
17

DAFTAR LAMPIRAN
1 Lokasi sampling enam sungai di Kabupaten Sintang
2 Foto sampel udang air tawar
3 Foto sampel udang air tawar
4 Foto sampel kepiting

27
28
29
30

1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kepiting air tawar infraordo Brachyura dan udang air tawar infraordo
Caridea merupakan anggota kelompok Decapoda yang tersebar di perairan di
seluruh dunia. Kepiting dan udang air tawar memiliki habitat yang sangat
beragam mulai dari perairan laut, payau sampai pada perairan tawar dengan
kondisi air tenang atau mengalir, berarus lambat sampai berarus deras (Garth
1991; Ng 2004; Dobson et al. 2007). Kepiting air tawar di Asia Tenggara
didominasi oleh famili Potamidae, Gecarcinudae dan Parathelphusidae (Ng 2004;
Cumberlidge 2011), sedangkan udang air tawar didominasi oleh Carididae dan
Palaemonidae (Kannupandi et al. 2000; Grave et al. 2008). Grave et al. (2008,
2009); Cumberlidge et al. (2009) melaporkan jumlah kepiting air tawar sebanyak
1280 spesies dan jumlah udang air tawar sebanyak 655 spesies di dunia.
Kepiting dan udang air tawar tersebar luas di pulau Kalimantan termasuk di
daerah Malaysia dan Brunei Darussalam (Tabel 1). Sejauh ini kepiting air tawar
yang banyak ditemukan di Kalimantan dari famili Potamidae, Gecarcinucidae dan
Parathelphusidae (Ng 2004). Udang air tawar yang banyak ditemukan di pulau
Kalimantan berasal famili Palaemonidae, Atyidae dan Alphidae (Wowor et al.
2004). Udang dari genus Macrobrachium dari famili Palaemonidae merupakan
genus yang umum tersebar di sungai dan danau di daerah tropis (Wowor et al.
2009).
Tabel 1 Daftar spesies kepiting dan udang air tawar di Kalimantan
Spesies
Lokasi
Serawak, Sabah,
a. Kepiting Adeleana Champani
Brunei
Arachnothelphusa
Serawak
kadamaiana,
A.
rhadamanthysi, A. terrapes
Bakousa sarawakensis
Serawak, Sabah,
Brunei
Coccusa cristicervix
Serawak
Lepidothelphusa cogniti

Serawak

Ibanum aethes, I. pilimanus
Isolapotamon anomalum, I.
bauense, I. borneensis, I.
collinsi, I. consobrinum, I.
doriae, I. griswoldi, I.
grusophallus, I. ingeri, I.
Kinabaluense, I. nimboni,
I. stuebingi

Serawak
Serawak

Pustaka
Ng (2004)
Ng (2004)
Ng (2004)
Ng (2004),
Grinang dan
Ng (2014)
Ng (2004),
Grinang dan
Ng (2015)
Ng (2004)
Ng (2004)

2
Tabel 1 Daftar spesies kepiting dan udang air tawar di Kalimantan (Lanjutan)
Spesies
Lokasi
Pustaka
b. Kepiting Parathelphusa sarawakensis, Serawak, Sabah
P. pulcherrima, P. valida, P.
ovum, P. oxygona,
Perithelphusa borneensis, P. Serawak, Brunei
Ng (2004),
lehi
Sundathelphusa aspera, S.
Serawak
Ng (2004)
tenebrosa
Stygothelphusa bidiensis, S.
Serawak
Ng (2004)
nobilii
Terrathelphusa kuchingensis,
Serawak
Ng (2004),
T. ovis, T. telur,
Grinang dan
Ng (2015)
Thelphusula baramensis, T.
Serawak
Ng (2004)
dicerophilus T. granosa, T.
luidana, T. sabana, T. styx, T.
tawauensis, T. dicerophilus,
Choy (1993),
Atyopsis
moluccensis, Serawak, Sabah,
a. Udang
Brunei
Wowor et al.
Caridina endehensis, C.
(2004)
gracilirostris, C. elongapoda,
C. gracilipes, C. peninsularis,
C. bruneiana, C. bakoensis,
C. temasek, C. propinqua, C.
thambipilaii,
Macrobrachium rosenbergii, Serawak, Sabah,
Wowor et al.
M. lopopodus, M. horstii, M.
Brunei,
(2004)
Idae, M. latidactylus, M.
Kalimantan
equidens, M. sintangense, M.
Timur
lanchesteri, M. mirabile, M.
scabriculum, M. malayanum,
M. gua, M. pilimanus, M. lar,
M. javanicum, M. neglectum,
M.
callirrhoe,
M.
leucodactylus, M. rhodochir,
M. clymene
Macrobrachium urayang, M.
Kalimantan
Wowor dan
kelianse
Timur
Short (2007)
Caridina
nilotica
Serawak
Iwata et al.
peninsularis, Macrobrachium
(2003)
trompii
M. rosenbergii dacqueti
Kalimantan
Wowor dan
Ng 2007)
Di perairan, kepiting dan udang air tawar berfungsi sebagai bioindikator
yang berperan dalam pengolahan bahan organik. Kedua hewan ini menguraikan
bahan organik baik tumbuhan maupun hewan untuk dimakan. Menurut siklus
hidupnya, kepiting dan udang air tawar memiliki perbedaan dengan kepiting dan

3
udang laut. Kepiting air tawar dapat hidup di daratan dalam waktu yang lebih
lama tanpa harus kembali ke dalam air sehingga memiliki sifat hidup terestrial
maupun semi-terestrial. Sedangkan udang air tawar memiliki sifat khusus dalam
fase reproduksinya. Banyak spesies udang air tawar yang tidak lagi memerlukan
kembali ke air laut untuk melepas telurnya sehingga disebut dengan land-lock
species. Beberapa spesies kepiting dan udang air tawar bahkan dapat ditemukan
berada di perairan di dalam gua yang tidak memiliki aliran dengan sungai ataupun
laut.
Kabupaten Sintang merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak
aliran sungai dan dikenal dengan sebutan “daerah seribu sungai”. Sungai Kapuas
dan Melawi merupakan sungai terbesar dan utama di kabupaten Sintang yang
digunakan sebagai jalur transportasi, keperluan rumah tangga, Mandi Cuci Kakus
(MCK) dan budidaya ikan air tawar. Sungai Kapuas melintasi Kalimantan Barat
mulai dari daerah Kapuas Hulu sampai bermuara di kabupaten Pontianak menuju
laut China Selatan. Tepian sungai di kabupaten Sintang yang masih berupa
riparian dengan substrat yang berlumpur, menjadi tempat hidup yang baik bagi
berbagai jenis Crustacea air tawar. Substrat berpasir dan lumpur merupakan
substrat tertinggi ditemukannya beberapa jenis udang (Sheaves et al. 2012). Tidak
hanya sungai utama yang dapat menjadi tempat hidup bagi berbagai jenis
Crustacea air tawar, tetapi juga cabang dan anak sungai yang terbentuk dari sungai
utama yang membentuk aliran ke daerah yang jauh dari sungai utama.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis kepiting dan
udang air tawar yang terdapat di sungai-sungai yang ada di Kalimantan Barat
terutama di Kabupaten Sintang serta mengumpulkan informasi mengenai
keberadaan kepiting dan udang air tawar di sungai-sungai di Kabupaten Sintang.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar mengenai
keberadaan dan jenis kepiting dan udang air tawar yang terdapat di sungai-sungai
di Kabupaten Sintang.

4
TINJAUAN PUSTAKA
Sungai Sebagai Habitat Crustacea Air Tawar
Berdasarkan PP No. 38 (2011) sungai merupakan alur aliran air atau wadah
air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air didalamnya,
mulai dari hulu sampai muara yang dibatasi oleh garis sempadan. Sungai sendiri
berfungsi sebagai penunjang bagi makhluk hidup (Putri 2011). Sebagai penunjang
bagi makhluk hidup, sungai digunakan untuk tempat tinggal hewan akuatik dari
jenis makrozoobenthos berupa Gastropoda, Bivalvia, Oligochaeta, Insecta,
Hirudinae, Amphibia dan Crustacea (Yuniawati et al. 2012). Kondisi suatu sungai
mendukung keanekaragaman dan kelimpahan hewan akuatik yang hidup dan
bergantung di dalamnya. Sungai dan hewan akuatik memiliki hubungan timbal
balik. Suatu badan sungai akan diketahui tingkat pencemarannya dengan
mengetahui jenis hewan akuatik yang hidup di dalamnya. Hewan akuatik lebih
sensitif pada kerusakan sungai termasuk pencemaran air dan lingkungan sungai
(Mahajoeno et al. 2011). Hewan akuatik akan berpindah tempat dari badan sungai
yang tercemar logam ke badan sungai yang tidak tercemar (Stormboek 2007).
Crustacea
Crustacea filum Arthropoda adalah hewan akuatik yang terdapat di air laut
dan di air tawar. Crustacea berasal dari bahasa latin yaitu crusta atau cangkang
keras. Crustacea memiliki cangkang yang keras disebabkan adanya endapan
kalsium karbonat pada kutikula. Spesies dari Crustacea air tawar dibagi menjadi
dua kategori yang berbeda yaitu spesies yang hanya ditemukan pada di air tawar
dan spesies yang dapat berpindah dari air tawar, air payau bahkan asin (Keith
2002). Crustacea air tawar yang sering ditemui adalah kepiting dan udang air
tawar. Crustacea ordo Decopoda (Tabel 2) dominan ditemukan di perairan
dangkal dan dapat pula ditemukan di daerah dengan salinitas rendah dan air tawar
(Mayer et. al 2009). Seperti Arthropoda lainnya, Crustacea memiliki tali saraf
ventral, yang terhubung dengan semua anggota badan, eksoskeleton ditandai
dengan segmen pada tubuh yang sering disebut tagmata (Vanhook dan Patel
2008).
Kepiting air tawar dapat dibedakan dengan udang air tawar berdasarkan
empat pasang kaki jalan dan satu pasang kaki yang termodifikasi menjadi capit
yng berfungsi sebagai kait atau penjepit makanan dan juga sebagai pertahanan diri
(Carpenter dan Niem 1998). Tubuh udang air tawar terbagi menjadi dua bagian,
yaitu bagian kepala (chepa) dan torak (thorax) yang bergabung menjadi
chepalothorax dan abdomen (pleon); dua pasang antena sebagai alat peraba;
sepasang rahang untuk mengunyah; dua pasang maxiliped sebagai pendorong
makanan ke dalam mulut; pereiopod untuk bergerak dan pleiopod menyimpan
telur dan berenang (Gong, 2003).

5
Tabel 2 Klasifikasi Crustacea air tawar infraordo Brachyura dan Caridea
Klasifikasi
Kepiting air tawar
Udang air tawar
Kelas:

Malacostraca

Malacostraca

Ordo:

Decapoda

Decapoda

Infraordo:

Brachyura

Caridea

Famili:

- Parathelphusidae

- Atydae

- Perithelphusidae

- Alphidae
- Palaemonidae

Genus:
Spesies:

-

Parathelphusa

-

Perithelphusa

-

Parathelphusa sp.

-

Perithelphusa sp.

Macrobrachium
Macrobrachium sp.

Kelas Malacostraca
Malacostraca merupakan taksa dengan jumlah spesies terbanyak termasuk
di dalamnya kepiting, kepiting pasir, lobster dan udang sejati (Alkabut et al.
2009). Anggota dari kelas Malacostraca memiliki ciri-ciri yaitu mata pengintai
yang unik, tubuh terdiri dari berapa segmen tetap, posisi gonopod yang tetap,
memiliki dua pasang antena, memiliki empat pasang kaki jalan, sepasang capit
yang termodifikasi menjadi penjepit dan berukuran besar untuk mengambil
makanan dan melindungi diri, tubuh membentuk karapas yang keras berasal dari
lipatan segmen tubuh (Lowry 1980).

Kepiting Air Tawar Infraordo Brachyura
Kepiting air tawar ordo Decapoda infraordo Brachyura merupakan kepiting
sejati (Garth dan Abbott 1980; Ng 2004). Kepiting dianggap sejati karena telah
beradaptasi pada model hidup air tawar, semi-terestrial, terestrial dan
terkarakterisasi oleh kemampuan hidupnya tanpa siklus hidup yang dipengaruhi
oleh faktor lingkungan laut (Yeo et al. 2008) seperti dari famili Potamidae,
Gecarcinucidae, Parahtlephusidae. Namun, beberapa spesies dari famili tertentu
seperti Sesarmidae, Varunidae dan Hymenosomatidae masih dipengaruhi salinitas
air laut untuk melepas telur dan larvanya, tetapi akan kembali ke perairan tawar
untuk melanjutkan siklus hidupnya (Ng 2004).
Kepiting ditandai dengan ciri karapas berbentuk persegi, terdapat duri pada
bagian samping karapas, memiliki lima pasang kaki dengan kaki pertama yang
berevolusi menjadi penjepit dan empat pasang lainnya menjadi kaki jalan atau
kaki renang, memilki antena dan antenula yang pendek, mata yang tersembunyi
dibawah karapas dan dapat melipat kesamping, pada punggung karapas terdapat

6
garis dengan bentuk menyerupai huruf H dan memiliki abdomen yang terlipat ke
posterior tubuh (Gambar 1) (Dobson et al. 2004; Ng 2004; Yeo et al. 2008).

Gambar 1 Morfologi kepiting infraordo Brachyura modifikasi Carpenter dan
Niem 1998
Udang Air Tawar Infraordo Caridea
Subordo Caridea merupakan subordo yang memiliki keanekaragaman
tertinggi, diikuti Dendrobrachiata dan Stenopodidae (Coelho et al. 2006). Caridea
terdapat di semua habitat dan subordo ini dapat ditemukan mulai dari laut sampai
air tawar (Grave et al. 2008). Famili dari Caridea ada tiga: Palaemonidae, Atydae
dan Alphidae dengan satu famili Palaemonidae genus Macrobrachium merupakan
spesies yang penting dipasaran maupun untuk dibudidaya di dunia (Wowor et al.
2004). Genus Macrobrachium merupakan genus dengan jumlah spesies relatif
banyak mulai dari lingkungan air tawar sampai air payau (Guo dan He 2008).
Udang air tawar infraordo Caridea dicirikan dengan rostrum yang
memanjang, karapas memiliki tonjolan duri hepatic, abdominal kedua pada
segmen tubuh yang menutupi sebagian abdominal pertama dan ketiga, memiliki
dua pasang capit pada kaki jalan kedua, memiliki tiga sampai lima kaki jalan,
antena dan antenula yang panjang, telson dengan duri pada bagian samping serta
telur yang dilindungi dibagian abdomen betina dibawah kaki renang (Gambar 2)
(Wowor et al. 2004; Valencia dan Campos 2007).

7

Gambar 2 Morfologi udang modifikasi dari Wowor et al. 2004

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di kabupaten Sintang provinsi Kalimantan Barat pada
bulan Juli sampai dengan September 2015. Daerah pengambilan sampel
ditentukan dengan metode purposive sampling, pengambilan sampel kemudian
dilanjutkan dengan metode road sampling yang dilakukan mulai dari arah hilir
sampai hulu sungai dengan cara berjalan melawan arah arus sungai (Bookhout
1996). Road sampling disesuaikan dengan kondisi pinggiran sungai yang dapat
dilalui dengan berjalan kaki. Daerah sampling juga ditentukan dari informasi
masyarakat lokal mengenai daerah dan sungai yang bisa ditemukan kepiting dan
udang air tawar (Oliveira et al. 2011). Sampel dikoleksi dengan metode koleksi
bebas. Pengambilan sampel dilakukan di enam sungai, yaitu sungai Lebak, sungai
Kapuas, sungai Melawi, sungai Bubur, sungai Kelam dan sungai Anak Sepauk.
Sampel dikoleksi sebanyak satu kali untuk masing-masing sungai (Gambar 3).

8

Gambar 3 Lokasi sampling kepiting dan udang air tawar di kabupaten Sintang
Koleksi Sampel
Sampel dikoleksi menggunakan alat tangkap bubu, kemansai, pukat, hand
net dan ditangkap secara manual. Bubu dan kemansai terbuat dari bambu yang
biasa digunakan masyarakat lokal. Bubu biasa digunakan pada anak sungai
dengan kedalaman 200 sampai 400 cm dengan cara dipasang pada pinggiran anak
sungai secara menggantung atau ditenggelamkan sampai semua badan bubu
berada di dalam air dengan posisi mengambang, kemudian bubu diikat pada
batang pohon dan dibiarkan selama sehari. Bubu dapat pula digunakan pada anak
sungai kecil dan rawa tergenang dengan kedalaman 30 sampai 100 cm, bubu
dipasang pada tengah aliran air secara vertikal dengan lubang masuk menghadap
ke arah arus dan bagian pinggiran bubu di tutup dengan rumput dan dahan sebagai
bendungan. Kemansai memiliki fungsi yang sama dengan hand net. Kemansai dan
hand net digunakan pada pinggiran sungai. Jaring pukat digunakan pada sungai
besar dengan arus yang kuat, jala ditebar ke dalam sungai kemudian diangkat.
Sampel yang ditangkap kemudian diawetkan menggunakan alkohol 96%.
Faktor lingkungan yang diukur adalah faktor fisik dan kimia air (Tabel 3),
pengukuran dilakukan sebanyak satu kali pada awal pengambilan sampel. Faktor
fisik yang diamati adalah suhu air, suhu udara, kedalaman air, kecerahan air dan
tipe substrat. Tipe substrat diamati secara visual mengunakan penggolongan
substrat berdasarkan kode dengan kategori angka 1 sampai 3 (1= lumpur berpasir

9
atau tanah berlumpur; 2= lumpur berpasir dan serasah daun; 3= lumpur berpasir,
serasah daun dan batuan) (Wentworth 1922). Pengukuran faktor fisik seperti suhu
udara dan air menggunakan termometer batang raksa, kedalaman air di ukur
dengan meteran dan kecerahan air diukur menggunakan keping sechie (Sechie
disc). Faktor kimia yang diukur adalah pH air.
Tabel 3 Pengukuran faktor lingkungan
Faktor lingkungan
Satuan
0
Suhu air
C
0
Suhu udara
C
-pH air
Kecerahan air
cm
Kedalaman air
cm
Jenis Substrat
--

Alat
Termometer
Termometer
pH meter
Sechie disc
Meteran
--

Lokasi
In situ
In situ
In situ
In situ
In situ
In situ

Identifikasi Sampel
Sampel diidentifikasi di Laboratorium bagian Biosistematika dan Ekologi
Hewan Departemen Biologi FMIPA, IPB Bogor. Identifikasi kepiting air tawar
menggunakan kunci identifikasi Ng (2004) sedangkan identifikasi udang air tawar
menggunakan kunci identifikasi Wowor et al. (2004). Karakter yang diamati
untuk kepiting air tawar antara lain bentuk karapas, bentuk kaki jalan dan kaki
renang, bentuk capit, maxilliped ketiga, warna karapas, telson, bentuk abdomen
betina dan jantan, kelamin pada jantan, duri bagian samping karapas. Karakter
udang air tawar yang diamati antara lain bentuk karapas, rostrum, pereiopod
kedua, segmen abdominal kedua, kelamin pada pleopod kedua, chela, carpus dan
merus pereipod kedua.
Analisis Data
Analisis struktur komunitas kepiting dan udang air tawar meliputi Indeks
Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), indeks Kemerataan Pielou (E) dan
Dominansi (D). Faktor lingkungan, lokasi dan keberadaan spesies kepiting dan
udang air tawar dianalisis menggunakan Cannonical Corespondence Analysis
(CCA) dalam program PAST versi 2.17c yang diaplikasikan pada perangkat
lunak.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Indeks Shannon-Wiener :
Indeks Pielou:
Indeks Simpson:

10
Dengan keterangan: H’ : indeks keanekaragaman; E: indeks kemerataan;
Ds: indeks dominansi; N : Total individu; ni : Jumlah individu i spesies; S : Total
spesies. Nilai tolak ukur indeks keanekaragaman ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4 Nilai tolak ukur indeks keanekaragaman (Krebs 1978)
Keterangan
Nilai tolak ukur
H’ < 1,0
1,0 < H’ < 3
H’ > 3

Keanekaragaman rendah, miskin, produktivitas
sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan
yang berat dan ekosistem tidak stabil.
Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup,
kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan
ekologis sedang.
Keanekaragaman tinggi, stabilitas ekosistem
mantap, produktivitas tinggi, tahan terhadap
tekanan ekologis.

11
HASIL
Identifikasi Kepiting dan Udang Air Tawar
Dua puluh spesies Crustacea air tawar yang terdiri dari tiga spesies kepiting
air tawar dan tujuh belas udang air tawar ditemukan di enam sungai di kabupaten
Sintang. Tujuh spesies (25%) ditemukan di sungai Kelam dan Kapuas, enam (21.
42%) spesies ditemukan di sungai Lebak, tiga (10.71%) spesies ditemukan di
sungai Bubur dan sungai Anak Sepauk, dan dua spesies (7.14%) ditemukan di
sungai Melawi (Gambar 4).

Gambar 4 Presentase jumlah spesies kepiting dan udang air tawar di enam lokasi
sungai, catatan: KP: sungai Kapuas, ML: sungai Melawi, KL: sungai
Kelam, LB: sungai Lebak, BB: sungai Bubur, SP: sungai Anak Sepauk
182 individu Crustacea dari jenis kepiting dan udang air tawar diperoleh
dari enam sungai di kabupaten Sintang. Kepiting air tawar yang ditemukan
merupakan infraordo Brachyura dari genus Parathelphusa dan Perithelphusa,
yaitu Parathelphusa sarawakensis, Parathelphusa pulcherrima dan Perithelphusa
borneensis. Udang air tawar yang ditemukan merupakan infraordo Caridea dari
genus Macrobrachium yaitu Macrobrachium horstii (M. horstii), M. lanchesteri,
M. lopopodus, M. lanatum, M. nipponense, M. scabriculum, M. platycheles, M.
gua, M. pilimanus, M. idae, M. sintangense, M. meridionalis, M. malayanum, M.
forcifatum, M. latidactylus, M. rhodochir dan M. rosenbergii (Tabel 5).

12
Tabel 5 Jumlah individu dan spesies di enam lokasi sungai di kabupaten Sintang
Lokasi (sungai)
Spesies
KP
LB
BB
KL
SP
ML
M. horstii
0
0
3
2
0
0
M. lopopodus
2
0
0
1
8
2
M. lanatum
0
0
1
2
0
0
M. lanchesteri
0
0
0
1
0
0
M. nipponense
0
0
0
1
0
0
M. scabriculum
0
5
0
2
0
0
M. platycheles
0
2
0
0
0
0
M. gua
0
1
0
0
0
0
M. pilimanus
0
5
0
0
0
4
M. idae
21
0
0
0
0
0
M. sintangense
1
0
0
0
1
0
M. meridionalis
2
0
0
0
0
0
M. malayanum
1
0
0
0
0
0
M. forcifatum
1
0
0
0
0
0
M. latidactylus
0
0
0
0
1
0
M. rhodochir
0
4
0
0
0
0
M. rosenbergii
2
0
0
0
0
0
Parathelphusa pulcherrima
0
2
0
0
0
0
P. sarawakensis
0
0
0
0
0
14
Perithelphusa borneensis
0
0
0
2
0
0
Jumlah individu
30
19
18
11
10
6
Catatan: KP: sungai Kapuas, ML: sungai Melawi, KL: sungai Kelam, LB: sungai
Lebak, BB: sungai Bubur, SP: sungai Anak Sepauk
Komposisi Individu Kepiting dan Undang Air Tawar di Enam Sungai
Sungai Kapuas merupakan sungai dengan komposisi individu terbanyak,
khususnya udang air tawar sebanyak 21 individu dengan jenis Macrobrachium
idae, sedangkan kepiting air tawar terbanyak ditemukan di sungai Bubur sebanyak
14 individu dengan jenis Parathelphusa sarawakensis. M. lopopodus spesies yang
ditemukan lebih dari satu lokasi sungai yaitu di sungai Kelam, sungai Melawi dan
sungai Anak Sepauk. Sedangkan M. horstii, M. lanatum, M. scabriculum, M.
pilimanus, M. sintangense dan M. rosenbergii ditemukan pada dua lokasi sungai.
Beberapa spesies seperti Marobrachium lanchesteri, M. nipponense, M. gua, M.
meridionalis, M. forcifatum, M. malayanum, M. latidactylus, M. rhodochir, P.
pulcherrima dan P. borneensis hanya ditemukan pada satu lokasi sungai dengan
masing-masing jenis sebanyak 1 individu (Gambar 5).

13

Gambar 5 Komposisi kepiting dan udang air tawar di masing-masing lokasi
sungai, Catatan: KP: sungai Kapuas, ML: sungai Melawi, KL: sungai
Kelam, LB: sungai Lebak, BB: sungai Bubur, SP: sungai Anak
Sepauk

Keanekaragaman Jenis Kepiting dan Udang Air Tawar
Indeks keanekaragaman (H’) tertinggi sebesar 1.894 (H’> 1) dan dengan
nilai kemerataan tertinggi (E) terdapat pada sungai Kelam sebesar 0.9492 (E= 0 1). Nilai dominansi (D) tertinggi terdapat pada sungai Anak Sepauk sebesar 0.66
(D= 0.61- 1) (Gambar 6).
Indeks keanekaragaman pada enam lokasi sungai berkisar antara 0.6
sampai 1.8 yang menunjukkan bahwa lokasi sungai masih masuk dalam kategori
keanenakagaman rendah sampai sedang (1< H’< 3). Indeks kemerataan pada
enam lokasi sungai berkisar antara 0.4 sampai 0.9 yang menunjukkan bahwa
lokasi sungai masuk kategori kemerataan sedang. Indeks dominansi pada enam
lokasi sungai berkisar antara 0.2 sampai 0.6 yang dikategorikan dominansi sedang
sampai tinggi.

14

Gambar 6 Indeks keanekaragaman kepiting dan udang air tawar di enam sungai di
Kabupaten Sintang, Catatan: KP: sungai Kapuas, ML: sungai Melawi,
KL: sungai Kelam, LB: sungai Lebak, BB: sungai Bubur, SP: sungai
Anak Sepauk

Pengaruh Faktor Lingkungan Sungai
Beberapa faktor lingkungan dari enam lokasi sungai diukur dan substrat
sungai ditentukan secara visual. Tingkat kecerahan air rata-rata berkisar 21.25 cm.
Suhu udara di sekitar rata-rata antara 30 °C. Suhu air sungai rata-rata 24.5 °C dan
kedalaman sungai rata-rata 60 cm. pH air rata- rata 5. Substrat di masing-masing
lokasi di dominasi oleh lumpur berpasir dan serasah daun dengan nilai 1.6 (Tabel
6).
Tabel 6 Faktor lingkungan di enam lokasi sungai
Habitat

Kecerahan
air (cm)

Suhu
air (°C)

Suhu udara
(°C)

Ph

Kedalaman
(cm)

Substrat
(nilai 1-3)

LB
KL
.ML
BB
KP
SP
Rataan

20.8
11.7
30.8
22.5
15.2
15.6
21. 25

26
25
23
24
23
23
24.5

33
33
27
33
27
32
30

5
5
6
5
6
5
5

30
20
60
50
100
30
60

3
2
1
1
1
2
1.6

Catatan: LB: sungai Lebak, KL: sungai Kelam, ML: sungai Melawi, BB: sungai
Bubur, KP: sungai Kapuas dan SP: sungai anak sepauk.

15
Berdasarkan Canonical Correspondence Analysis (CCA) menunjukkan
beberapa spesies kepiting dan udang air tawar dipengaruhi oleh faktor lingkungan
berupa suhu udara, suhu air, kecerahan air, kedalaman air dan tipe substrat. pH
dan kedalaman air berkorelasi positif dengan tujuh spesies dan sungai Kapuas.
Kecerahan air berkorelasi positif dengan lima spesies dari sungai Melawi dan
sungai Bubur. Suhu udara, suhu air dan tipe substrat berkorelasi positif dengan
dua belas spesies dari sungai Kelam dan Lebak. Sungai Anak Sepauk tidak terlalu
dipengaruhi faktor lingkungan. Beberapa spesies hanya ditemukan pada satu
lokasi sungai antara lain di sungai Bubur (Parathlephusa sarawakensis, M.
platycheles), sungai Lebak (M. gua, M. platycheles, M. rodochir), sungai Kelam
(Parathelphusa borneensis, M. nipponense M. lanchesteri), sungai Anak Sepauk
(M. latidactylus), dan sungai Kapuas (M. rosenbergii, M. meridionalis, M.
malayanum, M. forcifatum,M. idae) (Gambar 7).

16

Gambar 7 Diagram analisis Canonical Correspondence (CCA): Faktor lingkungan: Suhu udara, Suhu air, Kedalaman sungai, Kecerahan
sungai, pH. Lokasi sungai: S._Bubur, S._Kelam, S._anak Sepauk, S._Melawi, S._Kapuas, S._Lebak.

17
PEMBAHASAN
Identifikasi Kepiting dan Udang Air Tawar
Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan 20 spesies Crustacea air tawar
yang terdiri dari kepiting air tawar famili Parathelphusidae dan udang air tawar
famili Palaemonidae. Jumlah individu dari kepiting air tawar yang banyak
ditemukan adalah famili Parathelphusidae. Hal ini sesuai dengan penelitian Ng
(2004) yang menyatakan bahwa famili ini adalah famili terbanyak dari kepiting
air tawar yang dapat hidup di daratan rendah sampai ke daerah pegunungan, mulai
dari air tidak mengalir sampai di habitat daratan. Jumlah individu udang air tawar
yang banyak ditemukan adalah famili Palameonidae. Hal ini sesuai dengan
penelitian Wowor et al. (2004) yang menyatakan bahwa udang air tawar famili
Palaemonidae merupakan salah satu famili yang dapat menempati berbagai habitat
air seperti danau, sungai, rawa, kolam, sungai bawah tanah dengan kondisi air
yang mengalir deras, berarus lambat dan air yang tidak mengalir.
Kepiting air tawar yang ditemukan adalah genus Parathlephusa dan
Perithelphusa. Menurut Ng (2004) genus Parathelphusa adalah genus yang
umum ditemukan di Kalimantan karena memiliki persebaran yang luas di pulau
Kalimantan, sedangkan Perithelphusa merupakan genus ”Borneo” yang banyak
tersebar di daerah Serawak. Udang air tawar yang ditemukan adalah dari genus
Macrobrachium. Guo dan He (2008) menyatakan genus Macrobrachium
merupakan grup dengan spesies relatif banyak dan tercatat sebagai spesies dengan
keragaman tertinggi di negara China.
Kepiting air tawar yang teridentifikasi sebanyak tiga spesies terdiri dari
Parathelphusa sarawakensis, pulcherrima dan Perithelphusa borneensis yang
semuanya masuk dalam famili Parathelphusidae, tiga spesies ini ditemukan di
sungai dengan substrat batuan dan lumpur berpasir. Hal ini didukung penelitian
Freitag dan Yeo (2004) yang menyatakan spesies kepiting air tawar yang
mendominasi adalah Parathelphusa yang ditemukan di sungai dan danau dengan
substrat batuan di Filipina.
Udang air tawar yang teridentifikasi sebanyak tujuh belas spesies yang
terdiri dari M. horstii, M. lanchesteri, M. pilimanus, M. gua, M. latidactylus, M.
malayanum, M. rosenbergii, M. lopopodus, M. sintangense, M. platycheles, M.
lanatum, M. nipponense, M. scabriculum, M. idae, M. meridionalis, M. forcifatum
dan M. rhodochir. Beberapa dari spesies tersebut merupakan spesies yang umum
tersebar dari Singapura, semenanjung Malaysia sampai Indonesia (Wowor et al.
2004). Spesies yang ditemukan pada beberapa sungai menandakan bahwa spesies
tersebut dapat hidup pada kondisi habitat dan substrat yang mendukung.
Penelitian Rayes (2015) menyimpulkan bahwa spesies Decapoda akan berpindah
ke habitat yang lebih luas untuk mendapatkan material organik yang sesuai
dengan populasinya.

18
Komposisi Kepiting dan Udang Air Tawar Di Enam Sungai
Kepiting dan udang air tawar yang ditemukan masing-masing menempati
komposisi sungai dengan perbandingan yang berbeda. Individu terbanyak dari
kepiting air tawar adalah Parathelphusa sarawakensis di sungai Bubur. Kondisi
sungai Bubur yang memiliki substrat batuan dan lumpur berpasir dan tinggi muka
air yang rendah sangat disukai kepiting air tawar. Lara et al. (2013) menyatakan
bahwa kepiting banyak dijumpai di muka air yang rendah dengan substrat batuan
dengan beragam ukuran.
Individu terbanyak dari jenis udang air tawar adalah M. idae yang
ditemukan di sungai Kapuas. Menurut Wowor dan Choy (2001), M. idae
merupakan spesies yang persebarannya luas di Indo-pasifik mulai dari selatan
India sampai Australia. Sungai Kapuas menjadi habitat untuk M. idae karena
kondisi sungai yang memiliki jenis substrat tanah berpasir sampai batuan, dengan
arus yang lambat sampai deras di bagian tengah sungai. Hal ini sesuai dengan
penelitian Short (2004) yang menyatakan M. idae umum ditemukan dari daerah
pesisir sampai ke air tawar dengan berbagai jenis substrat dan pada sungai berarus
lambat hingga sedang.
Macrobrachium lopopodus merupakan spesies yang ditemukan di empat
lokasi dari enam lokasi sungai. Kondisi ke empat sungai memiliki substrat yang
beragam berupa tanah berlumpur, lumpur berpasir sampai batuan dan memiliki
aliran air yang deras. Menurut (Wowor dan Choy 2001), M. lopopodus menyukai
sungai dengan aliran yang deras, berada pada substrat batuan dan berpasir. Tujuh
belas spesies lainnya menempati masing-masing satu atau dua sungai dengan
substrat batuan sampai lumpur berpasir dan berarus lambat sampai deras.
Keanekaragaman Jenis Kepiting dan Udang Air Tawar
Keanekaragaman H’= 1.894 dan kemerataan E= 0.9492 tertinggi kepiting
dan udang air tawar ditemukan di sungai Kelam. Tingginya nilai keanekaragaman
dan kemerataan di sungai Kelam terjadi karena kondisi sungai yang berarus
sedang dengan substrat lumpur berpasir dan serasah daun sebagai sumber
makanan mendukung kelangsungan hidup kepiting dan udang air tawar. Menurut
Krishanthan et al. (2015), keanekaragaman yang tinggi pada spesies dapat
disebabkan oleh ketersediaan makanan yang cukup pada suatu badan air.
Dominansi tertinggi terdapat pada sungai Anak Sepauk D= 0.66. Spesies
yang ditemukan di sungai anak Sepauk sebanyak tiga spesies yaitu M.
sintangense, M. latidactylus dan M. lopopodus yang didominansi oleh M.
Lopopodus. Sungai Anak Sepauk memiliki ciri lebar sungai bekisar antara 3
sampai 10 m dengan kedalaman sekitar 2 m. Menurut Wowor dan Choy (2001)
M. lopopodus banyak ditemukan di sungai dengan lebar berkisar 5 sampai 30 m
dan lebih menyukai anak sungai untuk menghindari predator.

19
Pengaruh Faktor Lingkungan Sungai
Sungai-sungai di Kabupaten Sintang memiliki kondisi lingkungan yang
bervariasi (Tabel 4). Berdasarkan hasil penelitian, kecerahan air berkisar 11.7
sampai 30. 8 cm, suhu air 23 sampai 26 °C, suhu udara 27 sampai 33 °C, pH 5
sampai 6, kedalaman air 20 sampai 100 cm dan jenis substrat batuan, lumpur
berpasir, serasah daun dan tanah berlumpur. Kondisi lingkungan tersebut
dianggap masih merupakan toleransi kondisi lingkungan bagi Crustacea air tawar
seperti kepiting dan udang air tawar. Grave et al. (2008) menyatakan beberapa
spesies kepiting dan udang dapat beradaptasi secara morfologi dan hidup pada
kondisi lingkungan tertentu. Menurut Chen et al. (2010) dan Salman et al. (2006),
beberapa spesies udang air tawar umum ditemukan dibeberapa aliran sungai
diseluruh pulau karena udang cepat beradaptasi dengan lingkungan lokal sungai
dan dapat segera beradaptasi di perairan tawar dalam tiga generasi.
Hasil analisis Canonical Correspondence (CCA) menunjukan beberapa
spesies berkorelasi positif dengan faktor lingkungan sekitar sungai berupa suhu
air, suhu udara, kedalaman air, kecerahan air, pH dan substrat. Parathelphusa
sarawakensis, M. horstii dan M. lanatum, memiliki korelasi positif terhadap
kecerahan air. Kecerahan air sungai Bubur tempat ditemukannya P. sarawakensis,
M. horstii dan M. lanatum merupakan sungai dengan air berwarna coklat
kehitaman, seperti air rawa. Menurut Oliver et al. (1998), kepiting air tawar
Parathelphusa banyak ditemukan pada sungai dengan warna air gelap dan pada
bagian rawa yang mengalir. Sedangkan udang air tawar M. horstii dan M. lanatum
sering ditemukan bersama-sama dalam satu habitat sungai yang sama pada sungai
dengan arus lambat sampai deras dan bersembunyi di bawah substrat batuan
(Wowor dan Choy 2001).
Macrobrachium lopopodus dan M. pilimanus yang ditemukan di sungai
Melawi juga berkorelasi positif dengan kecerahan air. Menurut penelitian Wowor
dan Choy (2001); Purnamasari (2013), M. lopopodus ditemukan pada kedalaman
0.2 m sampai dengan 1,5 m dan M. pilimanus banyak ditemukan pada tingkat
kecerahan 0. 48 m yang masih memiliki tingkat kecerahan yang tinggi.
Macrobrachium idae, M. sintangense, M. lopopodus, M. malayanum, M.
forcifatum dan M. rosenbergii ditemukan pada sungai Kapuas yang berkorelasi
positif dengan kedalaman dan pH air. M. rosenbergii merupakan spesies udang air
tawar yang tersebar pada berbagai kondisi air dengan pH dan kedalaman yang
beragam (Wowor dan Ng 2007). M. malayanum dan M. forcifatum dapat
ditemukan pada kedalaman 0.3 sampai 1 m dan pH 6 sampai 7 sering ditemukan
dalam satu habitat sungai di daerah Sumatra, Malaysia dan Kalimantan (Yeo dan
Ou 1995; (Purnamasari 2013).
Macrobrachium sintangense ditemukan pada kedalaman 1 m dengan pH air
6. Menurut penelitian Taufik (2011) dan Montagna (2011), M. sintangense
ditemukan pada sungai dengan kedalaman 0.35 sampai 1.5 m dan pH 7. Sungai
Kapuas sendiri memiliki pH berkisar 5 sampai 8 (Utomo dan Adji 2011; Ilmiyani
dan Junaidi 2015). M idae ditemukan mulai dari perairan tawar sampai perairan
payau dengan kedalaman dan pH beragam (Wowor dan Choy 2001).
Perithelphusa borneensis, M. scabriculum, M. nipponense, M. lanchesteri,
M. lanatum, M. lopopodus dan M. horstii dari sungai Kelam berkorelasi positif
dengan suhu air, suhu udara dan substrat. Ng (1995) menyatakan bahwa kepiting

20
air tawar Perithelphusa borneensis dapat ditemukan pada semua tipe habitat
sungai dengan suhu air, suhu udara rendah sampai tinggi, substrat batuan dan
berlumpur dan dengan vegetasi yang rapat. Sedangkan untuk udang air tawar M.
nipponense, M. scabriculum dan M. lanatum dapat ditemukan pada sungai pada
dataran rendah sampai pada muara sungai dengan kisaran suhu air maupun suhu
udara rendah sampai tinggi pada tipe substrat lumpur berpasir (Wowor dan choy
2001). Udang air tawar M. lopopodus sejauh ini baru ditemukan di Brunei
Darussalam di sungai dengan tipe substrat batuan dan suhu air 20 sampai 25 °C
(Wowor dan Choy 2001). Ditemukannya M. lopopodus di sungai di Kabupaten
Sintang merupakan catatan baru (new record) untuk Indonesia.
Parathelpusa pulcherrima, M. scabriculum, M. platycheles, M. gua, M.
pilimanus dan M. rhodochir dari sungai Lebak berkorelasi positif dengan suhu air,
suhu udara dan substrat. Sungai Lebak memiliki suhu air berkisar 24.5 °C, suhu
udara 30 °C dan tipe substrat batuan sampai lumpur berpasir. P. pulcherrima
banyak dijumpai pada sungai yang terlindungi vegetasi pohon yang rindang
dengan suhu udara maupun suhu air yang rendah (Ng 1990). Menurut Bahir et al.
(2005), Parathlephusa dapat ditemukan pada hutan hujan basah. Sedangkan
udang air tawar M. pilimanus, M. rhodochir, M. scabriculum menurut Wowor dan
Choy (2001) ketiga spesies ini sering ditemukan pada sungai secara bersama-sama
dan pada konsisi sungai pada daerah dataran rendah sampai dataran tinggi dengan
suhu rendah sampai tinggi pada berbagai tipe substrat.
Macrobrachium platycheles dan M. gua sejauh ini persebarannya baru
diketahui berada di Semenanjung Malaysia dan Sabah pada daratan rendah dan
berada di dalam gua yang lembab dengan substrat batuan dan lumpur berpasir
(Chong 1989; Ou dan Yeo 1995). Ditemukannya M. gua di sungai di kabupaten
Sintang sebagai catatan baru (new record) untuk Indonesia.
Sungai Anak Sepauk dengan spesiesnya M. lopopodus, M. sintangense, M.
latidactylus tidak terlalu dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sungai Anak Sepauk
merupakan anak sungai yang mengalami kekeringan di musim kemarau, sehingga
hanya terdapat aliran kecil pada sungai. Salah satu spesies yang ditemukan di
sungai Anak Sepauk adalah M. latidactylus. Menurut Riyanto (2015), M.
latidactylus ditemukan pada sungai air tawar sampai dengan muara di daerah
Bantul.

21
SIMPULAN
Dua puluh spesies ditemukan di enam sungai di Kabupaten Sintang
sebanyak 20 spesies yang terdiri dari tiga spesies kepiting air tawar dari genus
Parathelphusa dan Perithelphusa dan tujuh belas spesies udang air tawar dari
genus Macrobrachium. Spesies yang paling banyak ditemukan adalah
Parathelphusa sarawakensis dari kelompok kepiting air tawar
dan
Macrobrachium idae dari kelompok udang air tawar yang masing-masing hanya
ditemukan di satu sungai, yaitu sungai Kapuas dan sungai Bubur.

22
DAFTAR PUSTAKA
Alkabut M, Ustaoglu MR, Celik ES. 2009. Freshwater and brackish water
Malacostraca (Crustacea-Arthropoda) fauna of sinop and samsun their
ecology. J Black Sea 15. 47-60.
Bahir MM, Ng PKL, Crandall K, Pethiyagoda R. 2005. A conservation assesment
of the freshwater crabs of Sri Langka. Raff Bull Zoo. 12:121-126.
Bookhout TA. 1996. Research Dan Management Techniques For Wildlife and
Habitats. Kansas (US): Allen Press Inc.
Carpenter KE, Niem VH. 1998. FAO species identification guide for fishery
purposes. The living marine resources of the western central pacific. Vol. 2.
Chepalopods, Crustaceans, Holothurians and Sharks. Rome (IT). 68713962.
Chen RT, Chang ST, Yeh MF, Chen HP. 2010. Distribution of the freswater
prawn (Mcrobrachium Bate, 1868) in Taiwan in relation to their
Biogeographic origins. J Biodivers. 12: 83-95.
Coelho PA, Almeida AO, Filho-souza F, Bezerra LEA, Giraldes BW. 2006.
Diversity and distribution of the marine and estuarine shrimps
(Dendrobrachiata, Stenopodidea and Caridea) from North and Northest
Brazil. Zootaxa 1221: 41-62.
Cho