Studi Kasus Penyakit Periodontal Pada Anjing Yorkshire Terrier Dengan Alat Diagnosa Radiografi Serta Penanganannya

STUDI KASUS PENYAKIT PERIODONTAL PADA ANJING
YORKSHIRE TERRIER DENGAN ALAT DIAGNOSA
RADIOGRAFI SERTA PENANGANANNYA

MUHAMMAD FAIZ HAFIZHUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Kasus Penyakit
Periodontal Pada Anjing Yorkshire Terrier Dengan Alat Diagnosa Radiografi
Serta Penanganannya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015

Muhammad Faiz Hafizhuddin
NIM B04110100

ABSTRAK
MUHAMMAD FAIZ HAFIZHUDDIN. Studi Kasus Penyakit Periodontal Pada
Anjing Yorkshire Terrier Dengan Alat Diagnosa Radiografi Serta
Penanganannya. Dibimbing oleh DENI NOVIANA dan SITI ZAENAB.
Penyakit periodontal merupakan penyakit yang sering terjadi pada anjing.
Penanganan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan teknik operasi
dibantu dengan alat diagnosa radiografi. Tujuan studi kasus ini adalah
mengetahui gambaran radiografi serta penanganan kasus penyakit periodontal
pada anjing Yorkshire Terrier. Penanganan penyakit periodontal dilakukan
dengan pemeriksaan keadaan gigi anjing yang hasilnya dicatat ke diagram gigi
anjing terlebih dahulu. Radiografi dilakukan dengan menggunakan teknik
paralel pada gigi premolar dan molar mandibula anjing. Hasil pengambilan
gambar radiografi menunjukan adanya penurunan densitas pada sekitar gigi
molar 308 yang memiliki nilai indeks plak, gingivitis, dan furcation yang tinggi

dibandingkan dengan gigi yang memiliki nilai indeks yang kecil yaitu gigi 306.
Selain itu, pada gigi 308 didapatkan sulkus gingiva sedalam 0.3 mm.
Pencabutan gigi anjing dilakukan pada seluruh gigi incisor mandibula.
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan, diagnosa untuk melakukan
penanganan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan radiografi. Selain
indeks plak, gingivitis, dan furcation pencabutan gigi dilakukan dengan melihat
mobilitas gigi.
Kata kunci: anjing, densitas, gigi, penyakit periodontal, radiografi

ABSTRACT
MUHAMMAD FAIZ HAFIZHUDDIN. Case Study of Periodontal Disease
Treatment in Yorkshire Terrier Dog with Radiography Diagnostic Equipment.
Supervised by DENI NOVIANA and SITI ZAENAB.
Periodontal disease is a threatening for dog’s life. It can be treated by
applying certain surgery technique along with radiography diagnostic
assistance. This case study is aimed to understand the radiographic changes and
periodontal disease treatment that was occured in a Yorkshire Terrier dog. As a
first step, periodontal disease treatment was done by physical examination of
the dog’s teeth condition which then recorded into the teeth diagram. The
radiography was perfomed by using parallel technique to premolar and molar

mandibula teeth of the dog. As a result, the image has shown some decrease in
density of the area around molar number 308 whose plaque index, gingivitis,
and furcation higher than number 306 that has lower index. Besides that, there
is 0.3 mm depth sulcus gingiva in tooth number 308. Dog’s teeth extraction was
applied to all incisor mandibula teeth. The case study showed that radiography
can be used as diagnostic tool in periodontal disease treatment. Teeth mobility
is also a factor when determining which teeth to extract instead of plaque,
gingivitis, and furcation index.
Keywords: density, dog, periodontal disease, radiography, tooth

STUDI KASUS PENYAKIT PERIODONTAL PADA ANJING
YORKSHIRE TERRIER DENGAN ALAT DIAGNOSA
RADIOGRAFI SERTA PENANGANANNYA

MUHAMMAD FAIZ HAFIZHUDDIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.
Judul karya ilmiah ini adalah “Studi Kasus Penyakit Periodontal Pada Anjing
Yorkshire Terier Dengan Alat Diagnosa Radiografi Serta Penanganannya”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Drh Deni Noviana, PhD
dan Drh Siti Zaenab yang telah membimbing selama studi kasus ini dilakukan.
Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Drh Chairun Nisa, MSi
selaku pembimbing akademik yang telah membimbing selama kuliah. Penulis
mengucapkan terima kasih juga kepada kedua orang tua penulis, Bapak Sambas
Waemata dan Ibu Zulminarni serta keluarga penulis Kakak Zaki, Kakak Amel,
Abang Hanif dan Adzka. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rili
Wahyu Aji yang telah menjadi teman seperjuangan sejak awal kuliah, temanteman Ganglion, dan teman-teman The Sims atas segala doa dan dukungannya

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan baik. Semoga
penulis dapat menghasilkan karya ilmiah yang bermanfaat bagi penulis dan juga
bagi pembaca.

Bogor, September 2015
Muhammad Faiz Hafizhuddin

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Studi Kasus

1


Manfaat Studi Kasus

2

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 2
Anatomi Gigi Anjing

2

Penyakit Periodontal

3

Radiografi

3

Penanganan Penyakit Periodontal


4

METODE ............................................................................................................ 4
Waktu dan Tempat

4

Alat

4

Bahan

5

Prosedur

5

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 8

SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 13
Simpulan

13

Saran

14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15
LAMPIRAN ...................................................................................................... 17
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... 158

DAFTAR TABEL
1 Hasil Pemeriksaan Complete Blood Count

8

DAFTAR GAMBAR
2 Diagram gigi anjing

3 Teknik pengambilan gambaran radiografi pada gigi premolar dan molar
Mandibula anjing
4 Hasil radiografi dengan titik lokasi pengukuran densitas
5 Keadaan gigi anjing yang mengalami penyakit periodontal
6 Diagram hasil pemeriksaan gigi anjing
7 Hasil radiografi gigi premolar dan molar mandibula anjing
8 Grafik nilai intensitas densitas periodontal gigi 306 dan 308 anjing
9 Pembersihan gigi anjing
10 Pemotongan ligamen periodontal dan pencabutan gigi anjing
11 Hasil gigi anjing yang sudah dibersihkan

2
6
7
9
9
10
11
12
12

13

DAFTAR LAMPIRAN
1

Tabel Istilah

16

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anjing merupakan hewan kesayangan yang banyak digemari oleh banyak
orang. Manfaat memelihara anjing dapat terasa secara fisik dan mental (O’Neil
et al. 2014). Perawatan yang kurang baik dapat menyebabkan penyakit. Salah
satu penyakit yang sering menderita anjing adalah penyakit periodontal.
Penyakit periodontal dapat menyebabkan kualitas hidup hewan
berkurang. Penyakit periodontal juga dapat menyebabkan hewan mengalami
kesulitan makan, bau mulut, dan kesulitan membersihkan dirinya (grooming).

Penyakit periodontal dapat menyebabkan penyakit sistemik seperti komplikasi
kardiovaskular, rheumatoid arthritis, gangguan kehamilan (Oz dan Puleo 2011)
dan artherosclerosis (Kortegaard et al. 2014).
Penilaian status periodontal pada anjing meliputi keparahan peradangan,
hilangnya perlekatan antara gigi dan gusi, jumlah plak atau kalkulus, dan
probing pocket depth (PPD). Kriteria periodontal yang sehat antara lain tidak
adanya pendarahan saat probing, tidak ada discharge pus, dan tidak adanya
mobilitas gigi (Hirai et al. 2013). Penentuan penilaiaan status periodontal juga
ditentukan dengan hasil radiografi (Kortegaard et al. 2014).
Radiografi merupakan alat bantu dalam menentukan penilaian status
periodontal. Radiografi dapat menunjukkan gambaran dua dimensi pada
struktur tiga dimensi. Faktor-faktor seperti densitas tulang, kontras radiografi,
sudut pengambilan gambar dapat mempengaruhi deteksi periodontitis (Zapata
et al. 2011).
Penanganan penyakit periodontal yang utama adalah mengurangi
mikroba patogen. Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi mikroba antara
lain scaling, root planning (Fernandes et al. 2010), dan mengontrol infeksi yang
terjadi di area gingiva (Soares et al. 2010). Kejadian penyakit periodontal dapat
dicegah dengan scaling dan polishing periodontal pocket untuk menghilangkan
sumber radang atau plak gigi (Davis et al. 2013).
Perumusan Masalah
Penyakit periodontal merupakan penyakit yang sering terjadi pada anjing.
Dalam penanganan penyakit periodontal, diagnosa dilakukan dengan
menggunakan alat bantu probe dan pemeriksaan secara inspeksi. Perlu alat
diagnosa penunjang radiografi untuk mengetahui perubahan dan kelainan pada
bagian gigi yang tidak dapat terlihat saat inspeksi serta sebagai peneguh
diagnosa.
Tujuan Studi Kasus
Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui gambaran radiografi serta
penanganan kasus penyakit periodontal pada anjing Yorkshire Terrier.

2

Manfaat Studi Kasus
Hasil dari studi kasus ini diharapkan memberikan informasi mengenai
kasus penyakit periodontal pada anjing Yorkshire Terrier dengan diagnosa
radiografi serta penanganannya.

TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Gigi Anjing
Anjing memiliki anatomi rongga mulut yang sama dengan manusia,
hanya dibedakan dengan bentuknya. Anjing memiliki 4 tipe gigi yaitu incisor
untuk memotong, mengambil makanan, dan groom, caninus untuk merobek dan
menahan makanan, sedangkan premolar dan molar untuk menghancurkan
makanan menjadi ukuran yang dapat dicerna (Perrone 2013). Mamalia memiliki
2 set gigi, deciduous (primar) dan permanen. Deciduous anjing sebanyak 28
buah (12 incisor, 4 caninus, 8 premolar dan 4 molar), sedangkan gigi permanen
sebanyak 42 buah (12 incisor, 4 caninus, 16 premolar dan 10 molar) (Pieri et
al. 2012).

Gambar 1. Diagram Gigi Anjing (Crossley 2002)
Gigi anjing secara eksternal dibagi menjadi 3 bagian crown, neck, and
root. Crown merupakan bagian gigi yang berada di atas gusi dan dilapisi oleh
enamel. Root atau akar merupakan bagian gigi yang berada di dalam gusi dan
jumlahnya berbeda-beda pada setiap tipe gigi. Anjing dewasa memiliki akar

3

pada gigi incisor, caninus, premolar pertama, dan molar ketiga mandibula
sebanyak satu buah. Premolar kedua dan ketiga maksila, premolar kedua,
ketiga, dan keempat mandibula, serta molar pertama dan kedua mandibula
memiliki dua buah akar. Premolar keempat, molar pertama dan kedua maksila
memiliki 3 buah akar. Pengetahuan tentang jumlah akar pada gigi anjing sangat
membantu dalam mengekstraksi gigi (Holmstrom et al. 2013).
Periodontium merupakan unit anatomi yang berfungsi sebagai tempat
melekatnya gigi ke rahang atau tulang (Gorrel 2008). Periodontium terdiri dari
jaringan lunak dan keras yang berfungsi sebagai penunjang, penahan, dan
pelindung gigi di dalam alveolar bone. Periodontium terdiri dari ligamen,
cementum, gingiva, dan alveolar bone (Pieri et al. 2012).
Penyakit periodontal
Penyakit periodontal merupakan hasil dari respon peradangan akibat
plak pada gigi. Penyakit periodontal merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anjing umur lebih dari 3 tahun. Penyakit periodontal berawal dari
gingivitis yang bersifat reversible, kemudian menjadi periodontitis yang
ditandai dengan kerusakan jaringan periodontal seperti cementum, ligamen
periodontal, (Hirai et al. 2013) dan alveolar bone (Gorrel 2008). Menurut
Gorman (2012) terdapat 4 tingkatan penyakit periodontal, tingkat pertama
ditandai dengan gingivitis, tingkat kedua atau awal mula periodontitis ditandai
dengan peradangan dan oedema, tingkat ketiga gigi mulai kehilangan
perlekatannya dan terbentuk kantung pada gusi, terlihatnya furcation, dan
mobilitas gigi meningkat, dan tingkat keempat adalah hilangnya jaringan
penyangga gigi sebanyak 50% dan terjadi penyusutan pada gusi.
Menurut Perrone (2013) penyakit periodontal adalah peradangan yang
disebabkan bakteri di ruang periodontium. Hewan yang menderita penyakit
periodontal memiliki nafas yang bau (halitosis), resesi pada gingiva,
terbentuknya kantung periodontal, furcation atau root exposure dan terbentuk
kalkulus. Infeksi yang terjadi di periodontium dapat menyebabkan penyakit
pada organ tubuh lain (Gorrel 2008), seperti paru-paru, ginjal, dan hati
(Holmstrom 2013).
Menurut Marshall (2014) kejadian penyakit periodontal pada anjing
antara umur 1-2 tahun sebanyak 20% dengan tanda klinis hilangnya perlekatan
antara gigi dengan gingiva. Kejadian penyakit periodontal pada anjing dengan
umur 2-3 tahun sebanyak 61% dan pada anjing dengan umur lebih dari 3 tahun
sebanyak 84%. Penyakit periodontal juga lebih sering terjadi pada anjing ras
kecil dibandingkan dengan anjing dengan ras besar. Selain ras dan umur, bentuk
rahang dan jumlah gigi juga memengaruhi terjadinya penyakit periodontal.
Radiografi
Radiografi merupakan alat diganosa penting bagi kedokteran gigi
hewan. Radiografi digunakan untuk peneguhan diagnosa dan perencanaan
operasi atau penanganan yang tepat. Anastesi umum dan evaluasi gigi
diperlukan sebelum melakukan pengambilan gambar dengan radiografi.
Radiografi berguna untuk mengevaluasi gigi dan tulang saat terjadi neoplasia

4

atau penyakit metabolit yang diduga menjadi penyebab penyakit periodontal
(Holmstrom 2013).
Radiografi dapat dilakukan pada seluruh mulut atau masing-masing gigi
untuk merepresentasikan bentuk dan ukuran gigi. Ukuran film dan jumlah film
yang digunakan tergantung pada jenis, ukuran dan bentuk mulut anjing (Gorrel
2008). Radiografi dapat membantu dalam menentukan gejala penyakit
periodontal dengan melihat hilangnya ketajaman atau berkurangnya warna atau
densitas pada bone ridge. Bone ridge pada hewan normal terlihat seperti garis
radiopaque, dengan lebar sekitar 1-2 mm. Tanda-tanda periodontitis yang dapat
dilihat dengan radiografi adalah membulatnya tepi alveolar bone, terputusnya
lamina dura, meluasnya ruang periodontal, dan hilangnya alveolar bone (Pieri
et al. 2012).
Penanganan Penyakit periodontal
Penyakit periodontal dapat ditangani dengan dua cara terapi, yaitu tanpa
operasi dan dengan operasi. Tujuan utama dalam melakukan terapi periodontal
adalah mencegah penyakit semakin menyebar dan memberikan perlindungan
jangka lama kepada jaringan periodontal yang sudah terinfeksi serta melindungi
jaringan lain yang tidak terinfeksi (Caiafa 2006).
Terdapat beberapa tahap yang dilakukan dalam melakukan penanganan
pada penyakit periodontal antara lain probing, radiografi, pencatatan evaluasi
rongga mulut, penghilangan plak dan kalkulus. Plak dan kalkulus dihilangkan
dengan alat extraction forceps dan perangkat scaler. Scaler yang paling umum
digunakan adalah ultrasonic scalers (Caiafa 2006).
Beberapa alasan dalam melakukan ekstraksi antara lain adalah
keparahan penyakit periodontal dengan indeks mobilitas dan furcation yang
tinggi, supernumerary gigi, patah gigi, caries gigi, gigi deciduous yang
permanen serta trauma. Pencabutan gigi pada anjing dan kucing sulit dilakukan
karena terdapat perbedaan rasio antara akar dan crown, ukuran, dan jumlah akar
pada setiap gigi (Caiafa 2006). Setelah penanganan penyakit periodontal
diberikan antibiotik lokal (Perrone 2013) dan antibiotik sistemik (Caiafa 2006).

METODE
Waktu dan Tempat Studi Kasus
Studi kasus dilaksanakan pada bulan Januari 2015, di My Vets Animal
Clinic Kemang - Jakarta Selatan.
Alat
Alat yang digunakan pada studi kasus ini adalah grafik gigi untuk anjing,
IV catheter 24G, tabung vakum tanpa antikoagulan, tabung vakum dengan
antikoagulan heparin, hematology analyzer, reader kimia darah, endotracheal
tube 2 mm, Computed Radiography (CR) yang terdiri dari portable sinar-X,
film fosfor ukuran 3.0 x 4.0 cm dalam pelindung plastik, apron berlapis timbal,

5

CR reader dan perangkat lunak ImageJ® dalam komputer, hook explorer,
elevator, probe, scaler, currete, extractor forceps, ultrasonic scaler, polisher,
suction, dan 3 ways syringe.
Bahan
Bahan yang digunakan pada studi kasus ini adalah satu ekor anjing
Yorkshire Terrier berumur 10 tahun, atropine sulfat 0.25 mg/ml , ketamine 100
mg/ml dan diazepam 5 mg/ml, isofluran, chlorhexidine rinse 0.12%, dan
fluoride.
Prosedur Percobaan
1. Pemeriksaan fisik hewan
Hewan diperiksa keadaan fisiknya dengan cara inspeksi dan palpasi untuk
melihat gejala klinis yang terlihat. Berat badan dan suhu tubuh hewan diukur
menggunakan timbangan dan termometer.
2. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yang dilakukan adalah Complete Blood Count dan
kimia darah. Pengambilan darah dilakukan di vena cephalica antebrachii
dorsalis sebanyak 1.5 ml, kemudian 1 ml darah dimasukkan ke dalam tabung
vakum tanpa antikoagulan untuk dilakukan pemeriksaan kimia darah dengan
reader kimia darah. 0.5 ml darah dimasukkan ke dalam tabung vakum dengan
antikoagulan heparin untuk dilakukan pemeriksaan Complete Blood Count
dengan hematology analyzer.
3. Anestesi
Anjing diberikan atropine sebagai premedikasi sebanyak 0.025
mg/kgBB. Pemberian diazepam dengan dosis 0.5 mg/kg berat badan dan
ketamine dengan dosis 10 mg/kg berat badan. Kombinasi diazepam dengan
ketamine umum digunakan pada anjing. Diazepam digunakan bersamaan
dengan ketamine untuk menghasilkan relaksasi otot yang baik, mempercepat
proses kehilangan kesadaran, dan tidak menimbulkan efek terhadap
kardiopulmonari (Ferreira et al 2015). Hewan dijaga anestesinya dengan
isofluran melalui endotracheal tube yang dimasukkan dengan bantuan
laryngoscope. Isofluran diberikan secara per inhalasi sebanyak 1.5-3% dengan
aliran oksigen 20 mL/kg/menit melalui endotracheal tube (Lee 1998). Isofluran
merupakan sedasi inhalasi dengan pemulihan kesadaran yang cepat (L’Her et
al. 2008)
4. Pemeriksaan keadaan gigi
Pemeriksaan keadaan gigi dicatat ke dalam dental chart untuk anjing.
Pemeriksaan gigi dilakukan dengan memperhatikan hilangnya gigi,
memberikan nilai indeks plak (P), furcation (F), dan gingivitis (G). Pemberian

6

nilai indeks tiap parameter dari angka 0-3. Nilai 0 untuk gigi sehat dan nilai 3
untuk tingkat keparahan yang tinggi. Pemeriksaan gigi juga dibantu dengan alat
probe.
5. Pengambilan gambaran radiografi
Pengambilan gambaran radiografi dilakukan setelah hewan teranestesi.
Hewan diposisikan latero lateral. Kaset film yang terbungkus plastik diletakkan
di dalam rongga mulut atau di bagian gigi molar dan premolar mandibula
kemudian dilakukan pengambilan gambar radiografi dengan menggunakan
portable sinar-X. Kaset film dikeluarkan dari plastik pelindungnya lalu
dimasukkan ke dalam CR reader yang terhubung dengan perangkat lunak pada
komputer.

Gambar 2 Teknik pengambilan gambaran radiografi pada
gigi premolar dan molar mandibular anjing
Pengambilan gambar radiografi dilakukan pada gigi yang memiliki nilai
indeks parameter plak, gingivitis, dan furcation yang tinggi. Gigi tersebut antara
lain gigi 305, 306, 307, 308, dan 309. Teknik yang digunakan untuk melakukan
pengambilan gambaran radiografi adalah teknik paralel. Seperti yang terlihat
pada Gambar 2 teknik paralel dilakukan dengan memposisikan film secara
paralel dengan objek yang dicitrakan dan bertolak belakang dengan mesin
sumber paparan sinar X sehingga didapatkan gambaran seluruh bagian gigi
(Noviana et al. 2014).
Tampilan gambar radiografi yang muncul pada perangkat lunak
merupakan hasil pencitraan yang akan diamati. Interpretasi dilakukan dengan
perangkat lunak ImageJ® untuk mengukur densitas bagian-bagian gigi molar
308 dan 309. Seperti yang terlihat pada Gambar 3, pengukuran dilakukan pada
titik-titik yang diberi warna. Titik biru diukur densitas dan diukur kedalaman
periodontal pocket yang terbentuk dan titik jingga diukur densitasnya kemudian
dibandingkan dengan titik biru. Titik merah diukur jarak antara garis terbawah
mandibula dengan ujung akar pertama gigi molar 309.

7

Keterangan:
Pengukuran densitas periodontal gigi molar 306
Pengukuran densitas periodontal gigi premolar 308 dan pengukuran kedalaman sulkus gingiva
Pengukuran jarak antara akar gigi pertama molar 308 dengan tulang mandibula

Gambar 3 Hasil radiografi gigi premolar dan molar dengan titik-titik lokasi
pengukuran densitas
6. Dental scalling dan dental extraction
Dental scalling dilakukan pada gigi dengan plak yang tipis. Plak atau
kalkulus yang tebal pada gigi dihilangkan dengan alat extraction forceps.
Kemudian dibersihkan dengan scaling ultrasonic kemudian gigi dilapisi dengan
fluoride.
Dental extraction dilakukan apabila indeks mobilitas gigi tinggi dan
furcation exposure sudah terlihat jelas. Ligamen-ligamen di sekitar gigi yang
menempel dengan gusi dihilangkan atau dirusak terlebih dahulu dengan
menggunakan elevator. Ligamen yang telah hilang akan mempermudah proses
pencabutan gigi menggunakan extraction forceps.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyakit periodontal merupakan hasil dari respon peradangan akibat
plak pada gigi. Penyakit periodontal merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anjing umur lebih dari 3 tahun (Gorrel 2008). Penyakit periodontal
merupakan peradangan yang disebabkan bakteri di ruang periodontium
(Perrone 2013). Salah satu penunjang diagnosa untuk mengetahui adanya
penyakit periodontal dengan menggunakan radiografi.
Studi kasus ini menggunakan anjing jantan jenis Yorkshire Terrier
bernama Twix berumur 10 tahun. Berdasarkan pemeriksaan fisik yang
dilakukan anjing memiliki berat badan 2.8 Kg, dengan suhu 38.5°C. Anjing
juga mengalami halitosis (bau mulut). Halitosis merupakan salah satu gejala
klinis hewan yang mengalami penyakit periodontal (Santin et al. 2013)
Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Complete Blood Count

Hasil pemeriksaan darah yang dilakukan seminggu sebelum operasi
menunjukkan bahwa semua nilai parameter yang diuji dalam kisaran normal
seperti yang terlihat pada Tabel 1. Hal ini membuktikan bahwa anjing dalam
keadaan sehat. Salah satu syarat untuk melakukan operasi dengan menggunakan
anestesi umum adalah hasil pemeriksaan darah harus dalam keadaan normal.

9

Gambar 4 Keadaan gigi anjing yang mengalami penyakit periodontal dengan tanda
klinis terbentuknya plak yang menutupi permukaan gigi a) Tampak kanan
b) Tampak kiri c) Tampak depan
Pemeriksaan keadaan gigi dilakukan setelah hewan hilang
kesadarannya. Gambar 4 menunjukkan keadaan beberapa gigi anjing saat
dilakukan pemeriksasan keadaan gigi yang tertutup oleh plak dan kebengkakan
pada gusi atau gingivitis. Plak merupakan lapisan tipis yang terbentuk akibat
adanya kontaminasi antara saliva dengan bakteri pada gigi. Gingivitis terjadi
akibat mineralisasi plak pada gigi dan berlanjut menjadi kalkulus. Kalkulus
menyebar ke sulkus gingiva yang menyebabkan reaksi peradangan, kehilangan
ligamen periodontal, dan yang paling parah kehilangan gigi (Pieri et al. 2012).
Pemeriksaan gigi dilakukan untuk melihat gigi yang hilang, penilaian
indeks gingivitis, plak, dan furcation yang akan terlihat setelah plak dihilangkan
menggunakan extractoion forceps. Furcation hanya ada pada gigi yang
memiliki akar lebih dari satu (multi-root) (Pieri et al. 2012). Pemeriksaan gigi
anjing bertujuan untuk menentukan tindakan operasi yang akan dilakukan.
Menurut Kylarr dan Witter (2005) pemeriksaan klinis penyakit periodontal
dapat dinilai dengan melihat indeks plak, kalkulus, gingivitis, dan furcation
dengan alat bantu probe.

Keterangan:

Plak ;

Gingivitis;

Furcation;

Gigi hilang

Gambar 5 Diagram hasil pemeriksaan gigi anjing

10

Hasil pemeriksaan keadaan gigi anjing yang terlihat pada Gambar 5
menunjukan bahwa anjing kehilangan gigi 101, 102, 103, 105, 108, 201, 202,
203, 204, 406, dan 407. Kehilangan gigi disebabkan karena anjing menderita
periodontitis yang tidak ditangani (Gorman 2012). Menurut Kyllar dan Witter
(2005) umumnya gigi anjing yang hilang pertama kali akibat penyakit
periodontal adalah premolar pertama, kemudian incisor, lalu premolar dan
molar lainnya.
Keadaan gigi yang memiliki nilai indeks plak, furcation, dan gingivitis
yang tinggi antara lain 109, 208, 209, 308, 309, 408, dan 409. Gigi yang
memiliki nilai indeks plak, furcation, dan gingivitis yang tinggi adalah gigi
molar. Gigi molar merupakan gigi yang berfungsi untuk menghancurkan
makanan. Berdasarkan fungsinya memungkinkan terdapat banyak sisa makanan
yang akan menyebabkan terbentuknya plak dan peradangan oleh bakteri (Pieri
et al. 2012). Menurut Kyllar dan Witter (2005) bagian gigi molar dan premolar
merupakan bagian yang sulit dibersihkan dengan sikat gigi biasa.

Dentin
308

305 306

309

Crown

Pulpa

307
Sulkus Gingiva
Alveolar bone
Root

Tulang
Mandibular

Gambar 6 a) Hasil radiografi gigi premolar dan molar mandibular anjing
b) Gambaran radiografi bagian-bagiuan gigi anjing
Berdasarkan gambaran radiografi yang terlihat pada Gambar 6a, dapat
terlihat urutan gigi dan jumlah akar dari gigi 305, 306, 307, 308, dan 309. Gigi
normal memiliki bagian-bagian seperti crown, neck, dan akar (root) seperti
yang terlihat pada Gambar 6b. Crown terletak di atas gusi sedangkan root
merupakan bagian gigi yang terdapat di dalam gusi. Gambaran radiografi juga
memperlihatkan alveolar bone dan lapisan gigi seperti enamel, dentin, dan
pulpa. Rongga pulpa terisi oleh pembuluh darah dan syaraf gigi yang masuk
melalui kanal pada bagian akar gigi (Noviana 2014)
Hasil gambaran radiografi pada Gambar 6b juga memperlihatkan gigi,
gusi, Sulkus gingiva, dan tulang mandibula. Berdasarkan densitasnya tulang
dan gigi memiliki densitas yang lebih besar dibandingkan dengan gusi. Hal ini
dikarenakan enamel yang melapisi gigi mengandung 96% bahan inorganik
berupa hydroxyapatite crystal dan 4% bahan organic berupa air dan jaringan
fibrosa. Bahan inorganik tersebut merupakan terkeras dalam tubuh dan hanya
melapisi bagian crown gigi (Unit RVC 2002).

11

NIlai Intensitas Densitas
Periodontal

0.35
0.30

0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
306

308
Gigi

Gambar 7 Grafik nilai intensitas densitas periodontal sekitar gigi 306 dan 308
Hasil analisis gambaran radiografi dengan ImageJ®, didapatkan nilai
intensitas densitas dari periodontal sekitar gigi premolar 306 memiliki nilai
yang lebih besar dibandingkan dengan gigi molar 308 seperti yang terlihat pada
Gambar 7. Penurunan densitas yang terjadi pada gigi molar 308 menunjukkan
hilangnya jaringan yang melekatkan gusi dengan gigi. Hilangnya perlekatan
gusi dengan gigi dikarenakan efek peradangan yang disebabkan toksin yang
dihasilkan bakteri dan sistem kekebalan tubuh inang (Caiafa 2006). Penyakit
periodontal umumnya terjadi karena bakteri gram positif yang bersifat aerobik
(Pieri et al. 2012).
Hasil gambaran radiografi juga menunjukan kedalaman sulkus gingiva
pada gigi molar 308 sebesar 4 mm. Menurut Pieri et al. (2012) sulkus gingiva
pada anjing normal yang diukur dengan probe adalah 1-3 mm. Sulkus gingiva
yang memiliki kedalaman lebih dari 3 mm akan membentuk periodontal pocket.
Periodontal pocket dapat menjadi tempat berkembang biaknya
mikroorganisme, sehingga dalam penanganannya perlu dilakukan kuret untuk
menghilangkan mikroorganisme.
Hasil gambaran radiografi menunjukan bahwa akar pertama dari gigi
molar 308 telah menembus tulang mandibula sedalam 12 mm. Tulang
mandibula yang tertembus akar gigi molar 308 hanya tersisa 9 mm. Menurut
Niemiec (2010) penyakit periodontal dapat menyebabkan berkurang atau
hilangnya tulang mandibula. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko fracture
iatrogenic saat ekstraksi gigi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan gigi dan radiografi, dilakukan scaling
dan ekstraksi pada beberapa gigi. Pembersihan gigi dengan menggunakan alat
ultrasonic scaler seperti yang terlihat pada Gambar 8a dilakukan setelah
dilakukan pembersihan gigi menggunakan extraction forceps (Gambar 8b).
Pembersihan gigi menggunakan extraction forceps bertujuan untuk
menghilangkan plak atau kalkulus yang telah terbentuk pada gigi.

12

Gambar 8 Pembersihan gigi dengan a) Scaling gigi pada caninus 204 anjing
Extraction forceps pada gigi molar 408 dan 409 anjing
Gigi anjing yang diekstraksi adalah incisor 301, 302, 303, 401, 402,
403, dan 405. Menurut Caiafa (2006) ada beberapa alasan melakukan ekstraksi
antara lain fraktur pada gigi, supernumery, dan penyakit periodontal dengan
nilai indeks furcation dan mobilitas yang tinggi. Gigi molar 308 dan 309
memiliki nilai indeks plak, gingivitis, dan furcation yang tinggi tetapi tidak
dilakukan ekstraksi. Gigi incisor pada mandibula diekstraksi dengan memotong
ligamen periodontal terlebih dahulu dengan menggunakan elevator (Gambar
9a), kemudian ekstraksi dilakukan dengan menggunakan extraction forceps
(gambar 9b). Gigi incisor diekstraksi meskipun memiliki nilai indeks dari
ketiga parameter yang kecil. Hal ini dikarenakan selain dari ketiga parameter
tersebut ada parameter lain yang perlu dipertimbangkan yaitu mobilitas gigi.
Mobilitas gigi menunjukan telah terjadinya kehilangan perlekatan antara gigi
dan gusi. (Pieri et al. 2012)

Gambar 9 a) Pemotongan ligamen periodontal pada gigi incisor 403 anjing b)
pencabutan gigi incisor 403 anjing
Setelah dilakukan scaling dan ekstraksi gigi terlihat seperti pada
Gambar 10, gigi sudah tidak tertutupi dengan plak ataupun kalkulus. Lubang
pada gusi akibat ekstraksi disemprot dengan antibakteri chlorhexidine rinse

b)

13

dengan menggunakan alat 3-ways syringes. Menurut Caiafa (2006) chlorexidine
merupakan antimikrobial dengan spektrum luas dengan efektivitas yang tinggi
di rongga mulut. Chlorexidine memerlukan jumlah yang banyak dan waktu
kontak yang lama agar kerjanya lebih efektif.

Gambar 10 Hasil gigi anjing yang sudah dibersihkan dari plak a) Tampak kiri b)
Tampak depan
Gigi yang masih ada digosok (polishing) menggunakan alat polisher
yang mengandung fluoride. Tujuan polishing adalah menghilangkan sisa plak
yang masih tersisa. Tujuan utama dari terapi penyakit periodontal adalah
mengontrol mikroorganisme, mengembalikan keadaan anatomi dan fisiologi
hewan, dan mencegah melekatnya plak yang disebabkan bakteri pada
permukaan gigi (Pieri et al. 2012).
Setelah dilakukan pembersihan gigi dan ekstraksi perlu dilakukan
pemeriksaan gigi rutin selama 5-7 hari. Perlu diberikan antibiotik selama 2
minggu dan pakan lunak setelah operasi untuk membantu proses persembuhan.
Perlu dilakukan pembersihan plak dengan menggunakan sikat gigi yang
dilakukan secara rutin (Kyllar dan Witter 2005) dan manipulasi pakan (Gorman
2012).
Berkurangnya bakteri akibat pemberian chlorexidine dan polishing
dengan flouride juga dapat membantu dalam proses persembuhan. Persembuhan
pada luka melalui beberapa tahapan yaitu fase peradangan, fase proliferasi
(granulasi) dan fase remodeling. Persembuhan pada mukosa akan lebih cepat
dibandingkan persembuhan pada kulit karena vaskularisasi pada mukosa lebih
tinggi dibandingkan di kulit. Hal tersebut mempermudah sel peradangan,
faktor-faktor pertumbuhan dan nutrisi bekerja pada luka (Brand dan Veerman
2013).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Peneguhan diagnosa penyakit periodontal dapat dilakukan dengan
radiografi. Penanganan penyakit periodontal pada anjing ditentukan dengan
melihat hasil pemeriksaan klinis gigi anjing yang dicatat pada diagram gigi
anjing serta hasil gambaran radiografi. Terdapat parameter selain indeks plak,
gingivitis, dan furcation untuk melakukan pencabutan gigi yaitu mobilitas gigi.

14

Saran
Penanganan penyakit periodontal dengan menggunakan diagnosa
radiografi dapat dianjurkan untuk dilakukan karena dapat memperlihatkan
gambaran lesio patologis pada gigi, tulang dan jaringan lunak yang tidak dapat
diobservasi pada saat pemeriksaan fisik. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
seperti gambaran radiografi pada proses persembuhan luka pada gusi.

15

DAFTAR PUSTAKA

Brand HS, Veerman ECI. 2013. Saliva and wound healing. Chin J Dent 16(1): 712.
Caiafa T. 2006. The Complete Dental Prophylaxis: Protocols including Oral
Examination, Oral Radiography, Canine and Feline Extraction
Techniques. Di dalam: Proceedings of annual seminars of the companion
animal society of the NZ Veterinary Nurses Association [Internet]. [2006
Januari dan tempat pertemuan tidak diketahui]; NZ: New Zealand
Veterinary Association. Hlm 35-35, 46-47.
Crossley D. 2002. Modified Triadan System: Tooth Numbering In The Dog.
[Internet].
[diunduh
7
Juli
2015].
Tersedia
pada:
http://www.rvc.ac.uk/review/Dentistry/Basics/triadan/dog.html.
Davis IJ, Wallis C, Deush O, Colyer A, Miella L, Loman N, Harris S.2013. A
cross-sectional survey of bacterial species in plaque from client owned
dogs with healthy gingiva, gingivitis, or mild periodontitis. PLoS
ONE. 8(12):e83158. doi:10.1371/journal.pone.0083158.
Fernandes LA, Martins TM, Almeida JMD, Nagata MJH, Theodoro LH, Garcia
VG, Bosco AF. 2010. Experimental periodontal disease treatment by
subgingival irrigation with tetracycline hydrochloride in rats. J Appl Oral
Science. 18(6):635-40. doi: 10.1590/S1678-77572010000600017.
Ferreira RRF, Gopegui RR, Matos AJFD. 2015. Volume-dependent hemodynamic
effect of blood collection in canine donors evaluation of 13% and 15% of
total blood volume depletion. Anais da Academia Brasileira de Ciencias
87(1):381-383. Doi: 10.1590/0001-376520152014210.
Gorman G. 2012. Dental Anatomy and Pathology. Di dalam: Proceedings of the
annual conference of the New Zealand Veterinary Nursing Association
[Internet]. [2012 Juni di Claudelands Events Centre]; NZ: New Zealand
Veterinary Association. Hlm 1-6.
Gorrel C. 2008. Small Animal Dentistry. Nind F, editor. US: Elsevier Science.
Hlm: 3, 22, 31.
Hirai N, Shirai M, Kato Y, Murakami M, Nomura R, Yamasaki Y, Takahashi S,
Kondo C, Nakano MM, Nakano K, Asai F. 2013. Correlation of age with
distribution of periodontitis-related bacteria in japanese dogs. J Vet Med
Sci. 75(7): 999–1001. doi: 10.1292/jvms.13-0041.
Holmstrom LA, Holmstrom SE, Lewis JR, Reiter AM. 2013. Veterinary
Dentistry. US: Elsevier Science. Hlm: 4, 8, 80-109, 151, 153, 242.
Kortegaard HE, Eriksen T, Baelum V. 2014. Screening for periodontal disease in
research dogs - a methodology study. ActaVetScand. 56(1):77.
Doi:10.1186/s13028-014-0077-8.
Kyllar M, Witter K. 2005. Prevalence of dental disorders in pet dogs. Vet. Med
Czech 50(11): 496-505.
L’Her E, Dy L, Pili R, Prat G, Tonnelier JM, Lefevre M, Renault A, Boles JM.
2008. Feasibility and potential cost/benefit of routine isoflurane sedation
using an anesthetic-conserving device: a prospective observational study.
AnaConDa 53(10):1295-1303.

16

Lee L. 1998.Canine and Feline Anesthesia. US: Center of Veterinary Health
Sciences OSU.
Marshall Wallis CV, Milella L, Colyer A, Tweedie AD, Harris S. 2014. A
longitudinal assessment of periodontal disease in 52 miniature schnauzers.
BMC VetRes 10(1):166.doi:10.1186/1746-6148-10-166.
Niemiec BA. 2010. The importance of dental radiology. EJCAP 20(3): 219-229
Noviana D, Ulum MF, Zaenab S. 2014. Pencitraan Digital Radiografi Gigi
Kucing dan Anjing. Bogor (ID): IPB.
O’Neil DG, Church DB, McGreevy PD, Thomson PC, Brodbelt DC. 2014.
Prevalence of disorders recorded in dogs attending primary-care veterinary
practices
in
England.
PLoS ONE.
9(3):
e90501.
doi:10.1371/journal.pone.0090501.
Oz HS, Puleo DA. 2011. Animal models for periodontal disease. J Biomed
Biotechnol 2011(2011):754857. doi: 10.1155/2011/754857.
Perrone JR. 2013. Small Animal Dental Procedures for Veterinary Technicians
and Nurses. US: J Wiley. Hlm: 4, 106, 219.
Pieri FA, Daibert APF, Bourguignon E, Moreira MAS. 2012. Periodontal Disease
in Dogs, A Bird’s-Eye View of Veterinary Medicine [internet]. [diunduh
2015
Juni
29];
119-140.
Tersedia
pada:
http://www.intechopen.com/books/a-bird-s-eye-view-of-veterinarymedicine/periodontal-disease-in-dogs.
Santin R, Mattei AS, Waller SB, Madrid IM, Cleff MB, Xavier MO, Nobre MdO,
Nascente PdS, Mello JRBd, Meireles MCA. 2013. Clinical and
mycological analysis of dog’s oral cavity. Braz J Microbiol 44(1):139143.
Soares PBF, Magalhaes D, Neto AJF, Castro CG, Filho PCFS, Soares CJ. 2010.
Effect of periodontal therapies on indirect restoration: a scanning electron
microscopic analysis. Braz Dent J 21(2): 130-136. doi: 10.1590/S010364402010000200007.
Unit RVC. 2002. Veterinary Dentistry Basics. [Internet]. [diunduh 7 Juli 2015].
Tersedia pada: http://www.rvc.ac.uk/review/Dentistry/.html.
Zapata RO, Bramante CM, Duarte MH, Fernandes LMPSR, Camargo EJ, Moraes
IGD, Bernardineli N, Vivan RR, Capelozza ALA, Garcia RB. 2011. The
influence of cone-beam computed tomography and periapical radiographic
evaluation on the assessment of periapical bone destruction in dog’s teeth.
Science direct 112(1):272-279. doi:10.1016/j.tripleo.2011.01.031.

17

LAMPIRAN

Lampiran 1

TABEL ISTILAH
Istilah
BAS
EOS
HCT
HGB
LYM
MCH
MCHC
MCV
MON
NEU
RBC
RDWc
WBC
PLT
PCT
MPV
PDWc
L
g/dl
fl
pg
u/l
mg/dl
mmol/l

Kepanjangan

Basophils
Eosinophils
Hematocrit
Hemoglobins
Lymphocytes
Mean Corpuscular Hemoglobin
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration
Mean Cell Volume
Monocytes
Neutrophils
Red Blood Cells
Red Cell Distribution Width
White Blood Cells
Platelet
Platelet Hematocrit
Mean Platelet Volume
Platelet Distribution Width
Liters
Gram Per Deciliter
Femtoliters
Picogram
Unit Per Liter
Milligram Per
Millimol Per Liter

18

RIWAYAT HIDU[P

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 6 Januari 1994 dan merupakan
anak ketiga dari pasangan orang tua bapak Sambas Waemata dan Ibu Zulminarni.
Tahun 2005 penulis lulus dari SD Negeri Jatiberning VIII Bekasi, tahun 2008
lulus dari SMP Negeri 20 Bekasi, Tahun 2011 lulus dari SMA Negeri 5 Bekasi.
Penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada
tahun 2011 melalui jalur SNMPTN Undangan.
Selama masa perkuliahan, penulis pernah menjadi ketua divisi eksternal di
Himpunan Profesi Satwa Liar Fakultas Kedokteran Hewan IPB pada periode
tahun 2013/2014. Selain itu juga aktif di UKM basket Agric IPB serta aktif pada
kegiatan kemahasiswaan yang dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Hewan.