Faktor Risiko Obesitas Sentral Pada Anggota Kepolisian Resort Kabupaten Ogan Komering Ilir

FAKTOR RISIKO OBESITAS SENTRAL PADA ANGGOTA KEPOLISIAN
RESORT KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

AL MUKHLAS FIKRI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor Risiko Obesitas
Sentral pada Anggota Kepolisian Resort Kabupaten Ogan Komering Ilir adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015
Al Mukhlas Fikri
NIM I14110002

4

ABSTRAK
AL MUKHLAS FIKRI. Faktor Risiko Obesitas Sentral pada Anggota Kepolisian
Resort Kabupaten Ogan Komering Ilir. Dibimbing oleh SRI ANNA MARLIYATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor risiko obesitas sentral
pada anggota Kepolisian Resort Kabupaten Ogan Komering Ilir. Desain penelitian
yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah subjek 50 orang. Subjek
adalah polisi laki-laki yang bersedia untuk menjadi responden penelitian. Tempat
penelitian dipilih secara purposive dengan pengambilan subjek secara accidental
sampling. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari–Februari 2015. Berdasarkan
uji korelasi pearson terdapat hubungan signifikan antara usia (p=0.02; r=0.423),

pangkat (p=0.011; r=0.355), tingkat kecukupan lemak (p=0.01; r=0.360) dan
aktivitas fisik (p=0.01; r=-0.363) dengan lingkar perut. Berdasarkan uji korelasi
spearman terdapat hubungan antara status perkawinan (p=0.001; r= 0.513), ukuran
keluarga (p=0.007; r=0.374) dengan lingkar perut. Tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara lingkar perut dengan pendidikan terakhir, pengetahuan gizi,
pendapatan, kebiasaan merokok, riwayat obesitas orang tua, tingkat kecukupan
energi, protein dan serat (p>0,05). Berdasarkan uji regresi logistik, variabel yang
berpengaruh signifikan yaitu tingkat kecukupan lemak (p=0.027; OR =1.181).
Kata kunci : faktor risiko, obesitas sentral, polisi

ABSTRACT
AL MUKHLAS FIKRI. Factors Affecting Central Obesity in The Police of Ogan
Komering Ilir. Supervised by SRI ANNA MARLIYATI.
This research was aimed to study the risk factors of central obesity in The
Police of Ogan Komering Ilir. The study design was cross sectional with 50
subjects. The subjects were policeman who were willing to be respondent. Place
were selected purposively while subjects by accidental sampling. The research was
conducted on January-February 2015. Pearson correlation test showed significant
correlation between age (p=0.02; r=0.423), rank (p=0.011; r=0.355), the
adequacy of fat (p=0.01; r =0.360), physical activity (p=0.01; r=-0.363) and waist

circumference. Spearman correlation test showed significant correlation between
marital status (p = 0.001; r=0513), family size (p=0.007; r=0.374) and waist
circumference. There was no significant relationship between education level,
nutritional knowledge, income, smoking, history of parental obesity, the adequacy
of energy, protein, fiber and waist circumference (p>0.05). Logistic regression
showed the variable that had a significant effect was the adequacy level of fat
(p=0.027; OR=1.181).
Key words : central obesity, police, risk factors

6

FAKTOR RISIKO OBESITAS SENTRAL PADA ANGGOTA KEPOLISIAN
RESORT KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

AL MUKHLAS FIKRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

8

Judul
Nama
NIM

: Faktor Risiko Obesitas Sentral pada Anggota Kepolisian Resort
Kabupaten Ogan Komering Ilir
: Al Mukhlas Fikri
: I14110002

Disetujui oleh


Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Rimbawan
Ketua Departemen

Tanggal lulus :

10

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 sampai Februari 2015 ini
adalah obesitas sentral, dengan judul Faktor Risiko Obesitas Sentral pada Anggota
Kepolisian Resort Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS selaku
pembimbing akademik dan skripsi dan dr. Naufal Muharam Nurdin, S.ked, M.Si

selaku dosen penguji. Penulis juga ucapkan terimakasih banyak kepada Ibu Siti
Maryam dan Bapak Hatta serta Mareta, yang telah memeberikan dukungan yang
luar biasa kepada penulis. Terimakasih kepada Kepolisan Resort Kabupaten Ogan
Komering Ilir yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. Ungkapan
terimakasih juga penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman Gizi Masyarakat
46,47,48 dan 49 yang telah menjadi keluarga penulis di Institut Pertanian Bogor.
Selain itu, ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Imam Faqih sebagai
orang yang secara tidak langsung mengkader saya, teman-teman Pongiz (Iqbal,
Gagah, Sahl, Panji, Ijul dan Ahsan) sahabat SMA (Luki, Aby, Rike, Misbah, Juai
dan Rani), Kantin Gizi Ceria dan BPH Kadiv HIMAGIZI (Kustarto, Ajeng, Dora,
Dyas, Yuni, Nisfa, Vieta, Anggar, Nisya, Ina, Ifah) teman-teman Cebong (Lutfi,
Andi dan Agus) dan adik saya Yusuf Malik. Terimaksih atas segala bantuannya dan
semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2015

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang

iv
iv
1

Tujuan Penelitian

2

Hipotesis

3

Manfaat

3


1

KERANGKA PEMIKIRAN
METODE
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

6

Jumlah dan Cara Pemilihan Subjek

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

6

Pengolahan dan Analisis Data

8


HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Polres Resort Ogan Komering Ilir

4
6

12

12

Karakteristik Subjek

13

Kebiasaan Merokok

20

Pola Konsumsi Pangan


21

Tingkat Kecukupan Gizi

24

Aktivitas Fisik

28

Riwayat Berat Badan

29

Hubungan Karakteristik Subjek, Kebiasaan Merokok, Pola Konsumsi Pangan,
Tingkat Kecukupan Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Lingkar Perut

30

Faktor Risiko Obesitas Sentral


35

SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

36
38
44

iv

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Jenis dan cara pengumpulan data
Cara pengkategorian variabel penelitian
Sebaran subjek berdasarkan pangkat
Sebaran subjek berdasarkan usia, pendidikan terakhir, status perkawinan dan
ukuran keluarga
5 Sebaran subjek berdasarkan divisi kerja
6 Sebaran subjek berdasarkan pangkat
7 Sebaran subjek berdasarkan pendapatan
8 Sebaran subjek berdasarkan pengetahuan gizi
9 Sebaran subjek berdasarakn kategori IMT
10 Sebaran subjek berdasarkan tingkat obesitas sentral
11 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan merokok
12 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan makan
13 Frekuensi konsumsi makanan berisiko
14 Tingkat kecukupan energi
15 Sebaran subjek berdasarkan kategori kecukupan energi
16 Tingkat kecukupan protein
17 Sebaran subjek berdasarkan kategori kecukupan protei
18 Tingkat kecukupan lemak
19 Sebaran subjek berdasarkan kategori tingkat kecukupan lemak
20 Tingkat kecukupan serat subjek
21 Tingkat aktivitas fisik subjek
22 Sebaran subjek berdasarkan tingkat aktivitas fisik
23 Sebaran subjek obesitas sentral berdasarkan riwayat obesitas orang tua
24 Faktor risiko obesitas sentral

7
10
12
13
15
16
17
18
18
19
20
22
23
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
36

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Korelasi Karakteristik Subjek, Kebiasaan Merokok, Pola Konsumsi
Pangan, Tingkat Kecukupan Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Lingkar Perut 44
2 Hasil uji beda tingkat kecukupan energi, protein, lemak, serat, aktivitas fisik,
dan kebiasaan konsumsi makanan berisiko antara subjek obesitas sentral dan
normal
49

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah gizi ganda. Belum selesai
dengan masalah gizi kurang, masalah gizi lebih kian meningkat. Berdasarkan
Riskesdas (2013) balita pendek di Indonesia mencapai 37.2% dan underweight
19.6%. Namun di sisi lain berdasarkan sumber yang sama, prevalensi gizi lebih
pada kelompok usia dewasa telah mencapai 26.3%. Angka ini meningkat jika
dibandingkan dengan data Riskesdas (2010) dimana prevalensi gizi lebih di
Indonesia baru mencapai 21.7%. Gizi lebih tidak hanya terjadi pada masyarakat
perkotaan saja melainkan juga pada masyarakat pedesaan dengan status sosial
ekonomi menengah ke bawah. Indonesia sendiri saat ini menempati peringkat
sepuluh sebagai negara dengan angka obesitas terbesar di dunia (Gakidou et al.
2014).
Obesitas merupakan kondisi dimana tubuh mengalami kelebihan lemak
yang mengakibatkan berat badan berlebih. Pengukuran obesitas didasarkan pada
indeks massa tubuh (IMT) yang memiliki korelasi kuat terhadap proporsi lemak
(WHO 2000). Indeks massa tubuh merupakan perbandingan antara berat (kg) dan
kuadrat tinggi badan (m). Badan yang terlalu gemuk cenderung membuat tubuh
sulit untuk bergerak sehingga dapat menurunkan produktifitas dan meningkatkan
biaya untuk pemeliharaan kesehatan (Colditz 1992). Timbunan lemak yang
berlebih berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular dan sindrom metabolik
(Abbasi et al. 2013). Benotti et al. (1992) menemukan bahwa obesitas dapat
meningkatkan workload dan hipertensi sehingga memicu terjadinya hipertrofi
jantung. Menurut WHO (2000), obesitas merupakan masalah gizi kronis yang
memerlukan waktu cukup panjang dalam pencegahan dan menejemennya. Obesitas
bukan hanya masalah tunggal melainkan dalam penanganannya memerlukan
pendekatan yang terintegrasi.
Jenis obesitas berdasarkan distribusi lemak dibedakan menjadi dua, yaitu
obesitas umum dan obesitas sentral. Prevalensi obesitas sentral di Indonesia kian
meningkat. Menurut Riskesdas (2013), obesitas sentral mencapai 26.6%,
meningkat jika dibandingkan dengan data Riskesdas (2010) sebesar 18.8%. Banyak
studi yang telah menjelaskan bahwa obesitas sentral lebih berisiko terhadap
kesehatan dibandingkan dengan obesitas umum. Obesitas sentral merupakan
prediktor yang kuat terhadap kejadian diabetes tipe 2 (Wang et al. 2005). Penelitian
yang dilakukan oleh Lee et al. (2007) menemukan bahwa obesitas sentral memiliki
hubungan terhadap kejadian aterosklerosis akibat penumpukan lemak viseral di
bagian perut. Lemak viseral tepat berada di atas organ perut dan langsung
berhubungan dengan vena porta. Lemak viseral relatif resisten terhadap kerja
insulin. Semakin banyak jumlah lemak viseral semakin tinggi kemungkinan
seseorang mengalami resistensi insulin. Hasil serupa juga ditemukan oleh KohBanerjee et al. (2003), bahwa obesitas sentral merupakan faktor risiko dari total
mortality, coronary heart diseases dan stroke.

2

Pertambahan lingkar perut dapat disebabkan oleh peningkatan asupan
lemak trans, rendahnya asupan serat, merokok, rendahnya aktivitas fisik (KohBanerjee et al. 2003), rendahnya konsumsi sayur dan buah (Newby et al. 2003).
Studi cohort yang dilakukan oleh Guallar-Castillón et al. (2007) juga menemukan
bahwa konsumsi fried food yang berlebih dapat meningkatkan jumlah asupan
energi dan berisiko meningkatkan kejadian obesitas sentral. Risiko obesitas sentral
akan meningkat seiring dengan pertambahan usia. Hal ini berkaitan dengan
menurunnya aktivitas fisik dan degenerasi fungsi-fungsi organ tubuh. Menurut
Dekkers et al. (2004), penumpukan lemak di bagian perut dipengaruhi oleh jenis
kelamin, status sosial ekonomi, usia namun tidak dipengaruhi oleh ras.
Obesitas tidak hanya terjadi pada masyarakat sipil. Anggota kepolisian juga
banyak yang mengalami obesitas terutama obesitas sentral. Fenomena berat badan
berlebih pada polisi mulai terlihat ketika polisi tersebut selesai melaksanakan
pendidikan kepolisian. Prevalensi obesitas pada polisi di Amerika mencapai 40.5%.
Kejadian obesitas pada polisi dapat disebabkan oleh ketidakteraturan jam tidur,
tingkat stres yang tinggi dan pola makan yang tidak sehat (Takushi 2014). Hal yang
sama juga terjadi pada anggota kepolisian di Indonesia. Banyak polisi terkena
sanksi akibat berat badan dan lingkar perut yang tidak ideal. Hal inilah yang
menjadi latar belakang peneliti menjadikan polisi sebagai subjek penelitian.
Menurut UUD 1945 pasal 30 (4), Kepolisian Republik Indonesia (Polri)
sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum. Tugas lebih lanjut
Polri ditetapkan berdasarkan UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Agar dapat menjalankan tugas dengan baik, anggota kepolisian
harus menjaga kondisi tubuh terutama status gizi agar tetap berada dalam kondisi
ideal. Saat ini peningkatan aktivitas fisik telah dilaksanakan untuk menurunkan
berat badan anggota polisi yang berlebih. Namun penelitian terkait upaya-upaya
preventif terhadap masalah tersebut belum banyak dilakukan. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk mengetahui penyebab-penyebab terjadinya obesitas sentral
pada anggota kepolisian.

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor risiko obesitas
sentral pada anggota Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik anggota Kepolisian Resort Kabupaten Ogan
Komering Ilir, meliputi : usia, pangkat, pendapatan, pendidikan, pengetahuan
gizi dan ukuran keluarga.
2. Menganalisis pola konsumsi pangan anggota Kepolisian Resort Kabupaten
Ogan Komering Ilir, meliputi : jenis pangan, frekuensi konsumsi pangan,
jumlah konsumsi pangan dan tingkat kecukupan energi, protein dan lemak.

3

3.
4.

Menilai aktivitas fisik anggota Kepolisian Resort Kabupaten Ogan Komering
Ilir.
Menganalisis faktor risiko obesitas pada anggota Kepolisian Resort Kabupaten
Ogan Komering Ilir

Hipotesis
H0

H1

: Konsumsi pangan yang berlebih (TKE, TKP, TKL berlebih), asupan serat
rendah, kurangnya aktivitas fisik, riwayat obesitas orang tua dan usia bukan
merupakan faktor risiko obesitas sentral pada anggota Kepolisian Resort
Kabupaten Ogan Komering Ilir.
: Konsumsi pangan yang berlebih (TKE, TKP, TKL berlebih), asupan serat
rendah, kurangnya aktivitas fisik, riwayat obesitas orang tua dan usia
merupakan faktor risiko obesitas sentral pada anggota Kepolisian Resort
Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi terutama kepada
Polres Kabupaten Ogan Komering Ilir tentang faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya obesitas sentral pada anggtoa kepolisian. Hal ini dapat
menjadi bahan evaluasi dan rekomendasi dalam program kebugaran dan kesehatan
anggota Polri. Harapannya dapat membantu kepolisian dalam menjaga status
kesehatan para anggotanya sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja.
Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam mengetahui
hal-hal yang dapat menimbulkan kegemukan, sehingga masyarakat dapat memilih
pola hidup yang sehat yang pada akhirnya dapat mempertahankan dan mencapai
status gizi ideal.

4

KERANGKA PEMIKIRAN
Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah gizi ganda. Disamping gizi
kurang yang belum terselesaikan, prevalensi gizi lebih terus meningkat setiap
tahunnya. Obesitas atau kelebihan berat badan dapat dijumpai dari balita hingga
lansia (Riskesdas 2013). Obesitas bukan hanya menjadi masalah masyarakat
golongan atas saja melainkan juga masyarakat dengan golongan ekonomi
menengah ke bawah. Sebanyak satu dari lima orang dewasa di Indonesia
mengalami obesitas sentral. Risiko obesitas sentral terus meningkat apabila tidak
ada upaya untuk pencegahan lebih lanjut.
Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan menjadi masalah utama
terjadinya penumpukan lemak berlebih di tubuh. Asupan yang berlebih dapat
disebabkan oleh frekuensi makan yang terlalu sering atau pola konsumsi pangan
yang tidak seimbang. Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa konsumsi
pangan tinggi energi dan rendahnya kebiasaan mengonsumsi sayur dan buah dapat
meningkatkan risiko obesitas. Makanan-makanan yang tinggi energi biasanya
merupakan makanan yang berlemak dan memiliki rasa yang manis (GuallarCastillón et al. 2007). Kaitan konsumsi sayur dan buah dengan risiko obesitas
adalah jumlah asupan serat. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa konsumi
serat yang cukup mampu membantu pemeliharaan berat badan agar tetap ideal.
Selain pola konsumsi pangan, gaya hidup juga mempengaruhi risiko seseorang
terkena obesitas. Aktivitas fisik yang kurang dapat mengakibatkan terjadinya
penumpukan lemak di tubuh. Ganggauan keseimbangan energi juga dipengaruhi
oleh kebiasaan merokok.
Faktor genetik merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi terhadap
kejadian obesitas pada seseorang. Orang dengan riwayat keluarga obes memiliki
kecenderungan untuk terkena obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak.
Disamping faktor risiko yang telah disebutkan di atas, karakteristik subjek juga
menjadi faktor yang ikut menentukan kejadian obesitas pada seseorang.
Karakteristik yang dimaksud seperti usia, jenis kelamin, pengetahuan gizi,
pendapatan, pendidikan, ukuran keluarga dan status perkawinan. Usia yang
semakin tua mengakibatkan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dan fungsi
organ semakin menurun sehingga memicu kejadian obesitas. Laki-laki memiliki
kecenderungan untuk menyimpan lemak di bagian abdomen. Faktor-faktor lain
seperti pengetahuan, pendapatan, pendidikan dan ukuran keluarga menjadi faktor
risiko yang juga diteliti oleh peneliti. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat
digambar pada skema Gambar 1.

5

Karakteristik subjek
 Usia
 Jenis kelamin
 Jabatan
 Pengetahuan gizi
 Pendapatan
 Pendidikan
 Ukuran keluarga
 Status perkawinan

Pola konsumsi pangan
 Frekuensi makan
sehari
 Kebiasaan
konsumsi sayur dan
buah
 Asupan energi,
protein dan lemak

Gaya hidup
 Kebiasaan merokok
 Aktivitas fisik

Faktor keturunan
 Status gizi orang tua

Tingkat kecukupan energi,
protein dan lemak

Obesitas sentral
Gambar 1 Kerangka pemikiran faktor-faktor risiko obesitas pada anggota
Kepolisian Resort Kab. Ogan Komering Ilir
: Variabel yang diteliti
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti

6

METODE
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Lokasi
dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di Kepolisian Resort Kabupaten Ogan
Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan atas pertimbangan prevalensi obesitas
sentral di Sumatera Selatan meningkat sangat cepat. Sumsel merupakan provinsi
dengan prevalensi obesitas sentral paling kecil pada tahun 2007 namun pada tahun
2013 prevalensi obesitas sentral di Sumsel telah melebihi angka 20% (Riskesdas
2013). Pertimbangan lainnya adalah kemudahan akses karena dekat dengan tempat
tinggal peneliti. Pengambilan sampel secara accidental sampling. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2015.

Jumlah dan Cara Pemilihan Subjek
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Polres Kabupaten Ogan
Komering ilir. Sampel penelitian adalah anggota polisi yang memiliki status gizi
obes sentral dan normal. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu 1) laki-laki
dewasa 2) bersedia untuk menjadi subjek penelitian. Adapun kriteria eksklusinya
adalah mengisi kuisioner tidak lengkap.
Prevalensi obesitas sentral pada anggota kepolisian di Indonesia belum
banyak diketahui. Peneliti melakukan pendekatan dengan menggunakan data
obesitas sentral Riskesdas (2013) yaitu 26.6%. Penentuan jumlah minimal sampel
menggunakan rumus berikut (Lwanga dan Lemeshow 1991).

n 

z

1 / 2

P (1  P )  z 1  
( P1  P )

P1 (1  P1 )



2

2

n
Z1-α/2
Z1-β
P
P1
P-P1

= besar sampel minimum
= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α = 0,05
= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β = 0,2
= proporsi di populasi (P=26,6%)
= perkiraan proporsi di populasi yang diteliti (P1 = 10%)
= perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di
populasi
Berdasarkan rumus, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan sebanyak 46 orang.
Untuk menghindari terjadinya drop out, ditambahkan 10% sehingga menjadi 51
sampel.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan yaitu data primer. Data primer tersebut meliputi
karakteristik subjek (usia, pangkat, jenis kelamin, pengetahuan gizi, pendapatan,
pendidikan, ukuran keluarga dan status perkawinan), status gizi (berat badan, tinggi

7

badan dan lingkar perut), pola konsumsi pangan (jenis, frekuensi, jumlah konsumsi
pangan), aktivitas fisik subjek, tingkat kecukupan gizi dan riwayat obesitas orang
tua. Secara singkat, jenis dan cara pengumpulan data disajikan pada Tabel 1,
sedangkan kuisioner disajikan pada Lampiran 3. Kuisioner diadopsi dari kuisioner
yang dikembangkan oleh Firdaus (2014).
No
1

2

3

4

5

6

7

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Variabel
Jenis data
Cara pengumpulan data
Karakteristik subjek
Primer
- Usia
Wawancara dengan kuisioner
- Jabatan
Wawancara dengan kuisioner
- Jenis kelamin
Wawancara dengan kuisioner
- Pengetahuan gizi
Wawancara dengan kuisioner
- Pendapatan
Wawancara dengan kuisioner
- Pendidikan
Wawancara dengan kuisioner
- Ukuran keluarga
Wawancara dengan kuisioner
- Status perkawinan
Wawancara dengan kuisioner
Status gizi
Primer
- Berat badan
Pengukuran dengan timbangan
injak
- Tinggi badan
Pengukuran dengan microtoice
- Lingkar perut
Pengukuran dengan pita
Pola konsumsi pangan
Primer
- Jenis pangan
FFQ semikuantitatif
- Jumlah pangan
FFQ semikuantitatif
- Frekuensi konsumsi
FFQ semikuantitatif
Kebiasaan merokok
Primer
- Jumlah rokok yang
Wawancara dengan kuisioner
dihisap subjek
- Lama merokok
Wawancara dengan kuisioner
Aktivitas fisik
Primer
Kuisioner recall activity 2x24
- Jenis dan durasi
hours
kegiatan
Tingkat kecukupan gizi
Primer
- Jumlah dan jenis
Kuisioner Recall konsumsi
konsumsi pangan
pangan 2x24 jam
dalam sehari
Riwayat obesitas orang
Primer
Wawancara dengan kuisioner
tua

Semua data karakteristik subjek didapat dengan melakukan wawancara.
Variabel status gizi diketahui dengan mengukur berat badan, tinggi badan dan
lingkar perut. Berat badan dan tinggi badan digunakan untuk menghitung indeks
massa tubuh subjek (IMT) menurut WHO 2000 sedangkan lingkar perut digunakan
untuk mengetahui status obesitas sentral pada subjek. Berat badan subjek diukur
langsung dengan menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0.1 kg, dan
pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice dengan ketelitian 0.1 cm.

8

Adapun lingkar perut juga diukur langsung menggunakan pita pengukur
yang tidak meregang. Pengukuran obesitas sentral dengan menggunakan lingkar
perut lebih direkomendasikan daripada rasio pinggang dengan lingkar pinggul. Hal
ini menurut Wang et al. (2005), terkait dengan kemampuan untuk memprediksi
diabetes tipe 2. Pola konsumsi pangan subjek diketahui dengan menggunakan Food
Frequency Questioner (FFQ) semi kuantitatif. Wawancara juga dilakukan untuk
mengetahui kebiasaan merokok dan riwayat obesitas orang tua. Untuk aktivitas
fisik, disediakan formulir tersendiri, meliputi : alokasi waktu dan jenis kegiatan
selama 2 x 24 jam yaitu hari dinas dan hari libur. Untuk mengukur tingkat
kecukupan gizi, jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi menggunakan food
recall 2x24 hours.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh kemudian disajikan ke dalam bentuk tabel untuk
dilakukan analisis deskriptif dan inferensia. Uji Kolmogorov-smirnov digunakan
untuk melihat normalitas data hasil penelitian. Uji korelasi spearman dan pearson
digunakan untuk melihat hubungan antara usia, pengetahuan gizi, pendapatan,
pendidikan, kebiasaan merokok, asupan zat gizi, aktivitas fisik, ukuran keluarga
dan status perkawinan dengan obesitas sentral. Uji korelasi juga digunakan untuk
mengetahui hubungan antara riwayat obesitas orang tua dengan obesitas sentral.
Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui nilai faktor risiko variabel
independen terhadap variabel dependen. Seluruh variabel yang diduga sebagai
penyebab obesitas sentral dimasukkan ke dalam uji logistic regression.
Data usia yang diperoleh melalui wawancara diklasifikasikan menjadi dua
yaitu usia 5 juta (Setkab RI 2013). Data kebiasaan merokok diperoleh dari
hasil jawaban wawancara pada kuisioner. Pengkategorian tipe perokok didasarkan
pada jumlah rokok .Menurut Cahyono (2012), jika jumlah rokok yang dihisap per hari
yaitu kategori ringan jika ≤ 10 batang, sedang 11-20 batang, dan berat ≥ 21 batang.
Data konsumsi pangan didapat dengan menggunakan hasil wawancara food
recall 2x24 hours dan FFQ. Jenis pangan yang dicatat dalam bentuk ukuran rumah
tangga (URT) kemudian dikonversikan ke dalam satuan gram. Jumlah zat gizi
masing-masing pangan dihitung dengan menggunakan daftar komposisi bahan
makanan (DKBM). Rumus yang digunakan sebagai berikut.
� = ��/
×� × /
Keterangan :
KGij = Kandungan gizi i pada pangan j
BDD = Berat dapat dimakan
Gij
= kandungan zat gizi i pada pangan j dalam DKBM
Bj
= berat pangan j
Pengukuran tingkat kecukupan gizi (TKG) diperoleh dengan
membandingkan jumlah asupan gizi dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang
sudah disepakati berdasarkan WNPG 2012. Rumus yang digunakan sebagai
berikut.

��
� � =
×
%

��
Tingkat kecukupan tersebut kemudian dikategorikan sebagai berikut :
1. Defisit berat : 80%)
Pendapatan
1. Rp. 1-2 juta
(Sekretariat Kabinet Republik2. Rp. 2-3 juta
Indonesia 2013)
3. Rp. 3-4 juta
4. Rp. 4-≤ 5 juta
5. Rp. > 5 juta
Pendidikan (Dahlianti et al. 2005) 1. SMA/Sederajat
2. Perguruan Tinggi
Ukuran keluarga (BKKBN 1997)
1. Kecil (≤ 4 orang)
2. Sedang (5-6 orang)
3. Besar (≥ 7 orang)
Status perkawinan
1. Belum kawin
2. Sudah kawin
Status gizi (WHO 2000)
1. Kurus (IMT < 18.5)
2. Normal (18.5 ≤ IMT < 25.0)
3. Overweight (25.0 ≤ IMT < 30.0)
4. Obesitas (IMT ≥ 30.0)
Kebiasaan merokok (Cahyono
1. Ringan (≤ 10 batang/hari)
2012)
2. Sedang (11-20 batang/hari)
3. Berat (≥ 21 batang/hari)
Riwayat obesitas orang tua
1. Ya
2. Tidak
Aktivitas Fisik (FAO/WHO/UNU 1. Rendah (1.40 ≤ PAL ≤ 1.69)
2001)
2. Sedang (1.70 ≤ PAL ≤ 1.99)
3. Tinggi (2.00 ≤ PAL ≤ 2.39)
Tingkat kecukupan energi dan
1. Defisit Berat (< 70%)
protein (Hardinsyah et al. 2002)
2. Defisit Sedang (70-79%)
3. Defisit Ringan (80-89%)
4. Normal (90-109%)
5. Berlebih (≥ 110%)
Tingkat kecukupan lemak
1. Cukup (20-30% kecukupan
(Hardinsyah dan Tambunan dalam energi)
WNPG VIII 2004)
2. Berlebih (> 30% kecukupan
energi)
Frekuensi makan sehari
1. 1-2 kali/hari
2. 2-3 kali/hari
Kebiasaan konsumsi makanan
1. Ya
berlemak
2. Tidak
Kebiasaan konsumsi makanan
1. Ya
manis
2. Tidak
Kebiasaan konsumsi fast food
1. Ya
2. Tidak

11

Defenisi Operasional
Subjek adalah pria dewasa yang memiliki pekerjaan sebagai polisi dan memenuhi
kriteria inklusi
Obesitas sentral adalah kondisi distribusi lemak tidak normal dimana ukuran
perut laki-laki >90 cm dan perempuan >80 cm.
Karateristik subjek adalah sifat, ciri, atau hal-hal yang melekat pada subjek yang
meliputi, berat badan, tinggi badan, lingkar perut, usia, jenis kelamin,
pendapatan, pengeluaran, pendidikan, pengetahuan gizi dan ukuran
keluarga.
Berat badan adalah nilai yang didapat dari hasil penimbangan berat tubuh dalam
satuan kilogram.
Tinggi badan adalah ukuran panjang badan yang diukur dengan menggunakan
microtoice dalam satuan cm.
Lingkar perut adalah ukurang keliling perut yang diukur dengan menggunakan
pita ukur dalam satuan cm.
Usia adalah lama hidup subjek terhitung sejak hari pertama dilahirkan.
Pendidikan adalah kegiatan edukasi formal yang pernah didapatkan oleh subjek.
Pendapatan adalah jumlah uang yang didapat subjek baik digunakan untuk
konsumsi harian atau ditabung
Pengetahuan gizi adalah tingkat kognitif subjek terkait gizi.
Ukuran keluarga adalah besaranya keluarga yang dihitung berdasarkan jumlah
anggota keluarga.
Status perkawinan adalah status yang menunjukan bahwa subjek telah resmi
menikah atau belum.
Pola konsumsi pangan adalah kebiasaan konsumsi pangan subjek yang meliputi
jumlah dan jenis pangan.
Jumlah pangan adalah ukuran berat pangan yang dikonsumsi oleh subjek.
Jenis pangan adalah macam pangan yang dikonsumsi oleh subjek.
Frekuensi konsumsi adalah tingkat keseringan konsumsi suatu pangan oleh subjek
baik dalam minggu, bulan maupun tahun.
Kebiasaan merokok adalah pola jumlah rokok yang dihisap setiap harinya.
Aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan sehari-hari yang diketahui melalui
recall activity 2x24 hours meliputi jenis dan durasi kegiatan.
Jenis kegiatan adalah macam-macam kegiatan yang dilakukan oleh subjek.
Tingkat kecukupan gizi adalah perbandingan antara jumlah zat gizi yang diasup
dengan angka kecukupan.
Riwayat obesitas orang tua adalah riwayat berat badan orang tua subjek.

12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Polres Resort Ogan Komering Ilir
Kepolisian Resort Ogan Komering Ilir (OKI) terletak di Jalan Letnan
Muchtar Saleh No. 120, Kota Kayuagung. Kantor Polres OKI berada di wilayah
administratif Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Polres
OKI diresmikan pada tanggal 18 Desember 1981 dan saat ini telah membawahi
beberapa sektor yaitu Polisi sektor Kayuagung, Pedamaran, Mesuji, Tanjung
Lubuk, Tulung Selapan, Pampangan, SP. Padang, Lempuing, Air Sugihan, Cengal
dan Jejawi. Polsek tersebut tersebar di seluruh wilayah kecamatan Kabupaten OKI
dan dibantu oleh beberapa sub sektor di bawahnya.
Jumlah personel Polres Ogan Komering Ilir berdasrkan Laporan Bulanan
Kekuatan Personel pada bulan September 2014 sebanyak 618 personel. Personelpersonel tersebut tersebar dari berbagai pangkat yaitu AKBP, KOMPOL, AKP,
IPTU, IPDA, AIPTU, AIPDA, BRIPKA, BRIGADIR, BRIPTU dan BRIPDA.
Personel terbanyak berasal dari pangkat BRIGADIR dengan jumlah personel
sebanyak 272 dan personel paling sedikit berasal dari pangkat AKBP yaitu
sebanyak satu personel. Tabel 3 berikut menyajikan sebaran personel Kabupaten
OKI berdasarkan pangkat sebagai anggota Polri.
Tabel 3 Sebaran subjek berdasarkan pangkat
Pangkat
n
AKBP
1
KOMPOL
4
AKP
14
IPTU
8
IPDA
34
AIPTU
79
AIPDA
16
BRIPKA
130
BRIGADIR
272
BRIPTU
91
BRIPDA
30
Total
618
Sumber : Laporan Kekuatan Personel Polres OKI Bulan September 2014

Pimpinan Polres OKI terdiri atas Kapolres dan Wakapolres dengan pangkat
AKBP dan KOMPOL. Divisi-divisi yang terdapat di Polres OKI yaitu Bagian
Operasional, Sumda, Perencanaan, Sikeu, Sie Propam, Sie Was, SPKT, Sat
Intelkam, Sat Reskrim, Sat Narkoba, Sat Binmas, Sat Sabhara, Sat Lantas, Sat
Polair, Sat Tahti dan Sitipol. Dalam pelaksanaan kegiatannya, Polres OKI juga
dibantu oleh tenaga kontrak sebanyak tiga belas orang dan Pegawai Negeri Sipil
sebanyak sepuluh orang. Pendidikan personel tersebar dari mulai SMA hingga
sarjana.

13

Karakteristik Subjek
Karakteristik subjek dalam penelitian ini meliputi usia, pendidikan terakhir,
pangkat pekerjaan, divisi, status perkawinan, ukuran keluarga, pengetahuan gizi,
pendapatan, lingkar perut dan status gizi. Tabel di bawah ini menyajikan beberapa
data terkait karakteristik subjek yang diteliti.
Tabel 4 Sebaran subjek berdasarkan usia, pendidikan terakhir, status perkawinan
dan ukuran keluarga
Karakteristik subjek
n
%
Usia
a. ≤45
42
84
b. >45
8
16
Total
50
100
Pendidikan terakhir
a. SMA/sederajat
31
62
b. PT/sederajat
19
38
Total
50
100
Status Perkawinan
a. Belum kawin
14
28
b. Sudah kawin
36
72
Total
50
100
Ukuran keluarga
a. Kecil (≤4)
41
82
b. Sedang (5-6)
9
18
c. Besar (≥7)
0
0
Total
50
0
Usia
Usia merupakan faktor yang tidak dapat diubah terhadap kejadian obesitas.
Rata-rata usia subjek 32.6 ± 10.2 tahun dengan rentang 18-58 tahun. Subjek dengan
usia termuda merupakan anggota polisi yang baru saja menyelesaikan sekolah
kepolisian sedangkan subjek dengan usia tertua merupkan anggota polisi yang akan
memasuki masa purna tugas. Sebagian besar subjek (84%) berusia ≤45 tahun
selebihnya subjek berusia >45 tahun (Tabel 4). Berdasarkan uji Kolmogorovsmirnov, diperoleh nilai signifikansi p=0.354 atau p>0.05 yang menunjukkan
bahwa data tersebar normal.
Menurut Triwinarto et al. (2012), semakin tua usia maka prevalensi
obesitas sentral semakin meningkat. Laki-laki dengan usia di atas 45 tahun
mengalami peningkatan prevalensi obesitas kemudian turun pada kelompok usia
55-74 dan meningkat kembali setelah umur 74 tahun. Terjadi penurunan massa otot
dan perubahan hormon yang memicu penumpukan lemak di perut. Hasil serupa
juga didapatkan oleh Young & Sevenhusyen (1989) yang melakukan penelitian di
bagian utara Kanada dan India bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan
penumpukkan lemak adalah usia. Usia juga menjadi perhatian pada penelitian yang
dilakukan oleh Baumgartner et al. (1990) bahwa prevalensi kelebihan lemak di
bagian perut semakin meningkat dengan semakin meningkatnya usia pada laki-laki

14

namun tidak pada perempuan. Selaras dengan Riskesdas (2013) bahwa prevalensi
obesitas semakin meningkat dengan semakin bertambahnya usia. Meningkatnya
prevalensi obesitas sentral pada usia tua menurut Kantachuvessiri et al. (2005)
diduga karena lambatnya metabolisme, kurangnya aktivitas fisik, dan frekuensi
konsumsi pangan yang lebih sering. Selain itu, orang tua biasanya tidak begitu
memperhatikan ukuran tubuhnya.
Pendidikan Terakhir
Tingkat pendidikan subjek dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sekolah
menengah atas (SMA)/sederajat dan perguruan tinggi (PT)/sederajat (Dahlianti et
al. 2005). Pemilihan kategori ini didasarkan pada syarat minimal untuk menjadi
anggota polisi yaitu lulusan SMA/sederajat. Sebanyak 62% pendidikan terakhir
subjek merupakan lulusan SMA/sederajat, selebihnya merupakan lulusan
perguruan tinggi (Tabel 4). Subjek dengan pendidikan akhir SMA merupakan
anggota polisi lulusan Sekolah Polisi Negara (SPN) sedangkan subjek dengan
pendidikan akhir PT/sederajat merupakan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol)
atau yang melanjutkan pendidikan umum ke perguruan tinggi. Berdasrkan uji
Kolmogorov-smirnov, didapatkan nilai signifikansi p=0.001 atau p0.05 yang menunjukkan data
IMT tersebar normal. Tabel 9 di bawah ini menyajikan sebaran subjek berdasarkan
kategori status gizi yang ditentukan mengggunakan indeks massa tubuh (IMT)
Tabel 9 Sebaran subjek berdasarakn kategori IMT
Status gizi
n
%
Kurus
1
2
Normal
21
42
Overweight
15
30
Obesitas
13
26
Total
50
100
Obesitas merupakan kondisi yang tidak sehat dimana tubuh mengalami
kelebihan lemak. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko berbagai macam penyakit
dan kematian dini. Badan yang terlalu gemuk cenderung membuat tubuh sulit untuk
bergerak sehingga dapat menurunkan produktifitas dan meningkatkan biaya untuk
pemeliharaan kesehatan (Colditz 1992). Timbunan lemak yang berlebih berisiko
tinggi terkena penyakit kardiovaskular dan sindroma metabolik (Abbasi et al.
2013). Benotti et al. (1992) menemukan bahwa obesitas dapat meningkatkan
workload dan hipertrofi jantung sehingga memicu terjadinya hipertensi. Menurut
Guallar-Castillón et al. (2007) seringnya mengonsumsi makanan yang digoreng dan
rendahnya asupan serat menjadi salah satu penyebab terjadinya obesitas.

19

Lingkar Perut
WHO (2000) membagi obesitas menjadi dua jenis. Pembagian tersebut
berdasarkan distribusi lemak, yakni obesitas umum (general obesity) dan obesitas
sentral (central obesity). Obesitas sentral ditentukan berdasarkan besarnya
penumpukan lemak di bagian abdominal (abdominal obesity). Apabila lingkar perut
lebih dari 90 cm maka dapat dikategorikan ke dalam obesitas sentral. Sebagian
besar lemak yang menumpuk di bagian perut merupakan jenis lemak visceral.
Lemak visceral merupakan komponen lemak tubuh penting sebagai faktor
risiko sindrom metabolik. Jaringan lemak visceral memiliki sel per unit massa lebih
banyak, aliran darah lebih tinggi, reseptor kortisol, testosteron dan ketakolamin
lebih banyak dibandingkan dengan lemak subkutan. Tingginya lemak visceral
memicu jaringan adiposa menghasilkan hormon dalam jumlah yang tidak normal.
Hormon insulin akan dihasilkan lebih banyak karena terjadi resistensi insulin.
Selain itu, akumulasi lemak visceral juga mengakibatkan tingginya level
testosteron, kortisol, dan rendahnya hormon pertumbuhan (WHO 2000).
Pengukuran obesitas sentral telah distandarisasi oleh WHO pada tahun
1995. Menurut WHO (1995) subjek berdiri tegak dengan jarak antar kaki 25-30 cm.
Berat badan terdistribusi secara merata. Bagian yang diukur merupakan titik
pertengahan antara inferior rusuk terakhir dengan puncak ileum. Setelah posisi
tersebut didapat, lingkarkan pita secara horizontal mengelilingi perut dan tidak
menekan bagain jaringan tubuh. Pita yang digunakan tidak meregang dan memiliki
ketelitian 0,1 cm.
Rata-rata lingkar perut subjek yaitu 90,76 ± 11,29 cm dengan rentang 68114 cm. Sebanyak 48% subjek mengalami obesitas sentral. Angka tersebut sedikit
lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah subjek yang memiliki lingkar perut
normal sebesar 52% (Tabel 10). Data lingkar perut tersebar normal berdasarkan uji
Kolmogorov-smirnov (p=0.818 atau p>0.05). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa prevalensi obesitas sentral di Kepolisian Resort OKI tergolong tinggi.
Berdasarkan Riskesdas (2013) penderita obesitas sentral di Indonesia terus
meningkat. Saat ini sebanyak 26.6% orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas
sentral. Tingginya prevalensi obesitas sentral juga didapa