Ekobiologi Ikan Belida (Notopterus Notopterus, Pallas 1769) Di Kolong Bendungan Simpur Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung

EKOBIOLOGI IKAN BELIDA (Notopterus notopterus, Pallas 1769)
DI KOLONG-BENDUNGAN SIMPUR KABUPATEN BANGKA
PROVINSI BANGKA BELITUNG

ANDI GUSTOMI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Ekobiologi Ikan Belida
(Notopterus notopterus, Pallas 1769)di Kolong-Bendungan Simpur Kabupaten
Bangka Provinsi Bangka Belitung adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yangditerbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Andi Gustomi
NIM C251110061

RINGKASAN
ANDI GUSTOMI. Ekobiologi Ikan Belida (Notopterus notopterus, Pallas 1769)
di Kolong-Bendungan Simpur Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung.
Dibimbing oleh SULISTIONO dan YONVITNER.
Kolong Simpur yang terletak di Desa Pemali, Kabupaten Bangka
merupakan kolong yang terbentuk dari aktifitas pembendungan. Pembendungan
ini diperuntukkan sebagai sumber air baku bagi aktifitas penambangan disekitar
kolong. Pemanfaatan kolong Bendungan Simpur oleh masyarakat sekitar antara
lain sebagai tempat mencuci, mandi, dan ikan yang ditangkap di kolong
Bendungan Simpur bernilai ekonomis, salah satunya adalah ikan belida
(Notopterus notopterus,Pallas 1769). Aktifitas penangkapan ikan oleh masyarakat
belum memperhatikan aspek kelestarian ikan seperti penggunaan strum sebagai
alat perburuan ikan belida. Hal ini dikhawatirkan akan berpengaruh menangkap
ikan. Beberapa jenispada penurunan populasi ikan tersebut pada masa yang akan
datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi makanan, aspek

pertumbuhan dan aspek reproduksi ikan belida di kolong Bendungan Simpur
Pengambilan ikan dilakukan setiap bulan selama enam bulan dari bulan
Februari sampai Juli 2013. Pangambilan sampel dilakukan pada empat stasiun
pengamatan yang dipilih secara purposive, dengan alat tangkap jaring insang
ukuran 2, 2.5, 3, dan 4 cm. Analisis dilakukan terhadap hubungan panjang dan
berat, faktor kondisi, koefisien pertumbuhan, nisbah kelamin, tingkat kematangan
gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas, diameter telur, dan komposisi
makanan.
Hasil tangkapan ikan belida selama penelitian berjumlah 497, yang terdiri
dari 237 ekor jantan dan 260 ekor betina. Pola pertumbuhan ikan belida jantan dan
betina alometrik negatif (jantan W= 8×104L2,1786dan betina W=2,71×102L1,4968).
Faktor kondisi ikan jantan berkisar antara 0,70-1,28 dan betina 0,76-1,25. Ikan
belida (Notopterus notopterus) termasuk ikan karnivora yang cenderung omnivora
dengan makanan utamanya adalah insekta, selanjutnya zooplankton, crustacea,
tumbuhan air, detritus dan ikan merupakan makanan pelengkap. Model
pertumbuhan ikan belida Jantan Lt = 266 (1-e 0,65(t+0,136)), dan ikan belida betina Lt
= 287 (1-e 0,34(t+0,257)).Nisbah kelamin ikan jantan dan betina di perairan kolong
Bendungan Simpur seimbang. Ikan belida jantan lebih cepat matang gonad
dibandingkan ikan betina. Ukuran pertama kali matang gonad ikan belida jantan
berada pada kisaran panjang 134 mm dan ikan betina 162 mm. Ikan belida

berpotensi memijah setiap bulan pengamatan dengan puncak pemijahan terjadi
pada bulan April di daerah pemijahan Teluk Gorong-gorong. Fekunditas ikan
berkisar 1052-6057 butir telur.Berdasarkan tipe pemijahan ikan belida termasuk
dalam kelompok pemijah bertahap (partial spawning).
Kata kunci: Ekobiologi, kolong-bendungan, Notopterus notopterus, Simpur

SUMMARY
ANDI GUSTOMI. Ecobiology of Featherback (Notopterus notopterus, Pallas
1769) in Simpur Reservoir, Bangka Regency, Bangka Belitung Province.
Supervised by SULISTIONO and YONVITNER.
Simpur Reservoir is in Pemali Village of Bangka Regency. Itis formed by
dam activity. The Dam is built as water source for all of mining activity
surrounded it. Using of the reservoir by society consisted of washing, bathing, and
fishing activity. The kind of fishes which caught in the Reservoir Simpur, those
have economical value. It is like Featherback(Notopterus notopterus, Palas 1769).
Fishing activities have been done by society that it has not applied regulation yet
for fish renewability aspect. Such as; electricity utilization is a instrument which
is used to catch (hunt) fishes. It would caused decreasing of fish population in the
future. The aim of this research is analyses food composition, growth aspect, and
feather back reproduction aspect in Simpur Reservoir.

Sampling of the fishes were done each month for 6 month, that was started
from February to July 2013. Fish sampling activity was done at 4 observated
station chosen based on purposive method. Fishing activity used fish gillnet. The
mesh size were 2, 2.5, 3 and 4 cm. The analysis was done to estimate length and
weight relationship, condition factor, growth coefficient, sex ratio, index maturity
gonad, fecundity, diameter of egg, and food composition.
During the stage, Featherback catching yield was approximately 497 ind,
consisted of 237 male and 260 female. Growth pattern of male and female fishes
were negative allometric (male; W = 8x10 4L2,1786 and female; W=2,71x102L1,4968).
Condition factor of male fish ranged 0,70 – 1,28 and female; 0,76 – 1,25. The fish
was carnivor fish also incuded omnivor fish. The main food of belida fish
(Featherback) is an insecta, zooplankton, crustacea, water plant, detritus and fish.
Those are sekunder food. The growth simulation of male fish Lt = 266 (1-e
0,65(t+0,136)
), and female fish Lt = 287 (1-e 0,34(t+0,257)). Sex ratio of male and female
fish is in Simpur reservoir nearly balance.
The gonadal maturity (development) of male faster than female fish. The
size of first time gonad development is 134 mm for female and 162 mm for male.
Featherback fishes have potentiality to spawn each month. The highest spawn is
on April in the spawning ground at Gorong-gorong Bay. Fish fecundity was

approximated 1052 – 6057 eggs. Based on diameter oocyte was partial spawning.
Keyword: Ecobiology, Reservoir, Notopterus notopterus, Simpur

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

EKOBIOLOGI IKAN BELIDA (Notopterus notopterus, Pallas 1769)
DI KOLONG-BENDUNGAN SIMPUR KABUPATEN BANGKA
PROVINSI BANGKA BELITUNG

ANDI GUSTOMI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:

Dr Ir Etty Riani, MS

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah
Ekobiologi ikan belida (Notopterus notopterus, Pallas 1769) di KolongBendungan Simpur Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Sulistiono, MSc dan
Bapak Dr Yonvitner, SPi., MSi selaku pembimbing yang telah memberikanan

arahan dan masukan dengan baik selama proses penyusunan karya ilmiah ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Andi Gustomi

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
2.

TINJAUAN PUSTAKA
Kolong - Bendungan Simpur
Klasifikasi dan Morfologi Ikan Belida
Habitat dan Kebiasaan Hidup
Kebiasaan Makanan
Populasi Belida
Pertumbuhan
Distribusi Frekuensi Panjang
Hubungan Panjang dan Berat Ikan
Faktor Kondisi
Reproduksi
Perkembangan Gonad dan Pemijahan
Fekunditas dan Diameter Telur
3.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Alat
Bahan
Metode Pengambilan Data
Penentuan Stasiun Pengambilan Contoh

Pengumpulan Data di Lapangan
Pengambilan Contoh Ikan
Pengukuran Parameter Lingkungan
Pengumpulan Data di Laboratorium
Pengamatan Aspek Pertumbuhan
Pengamatan Aspek Makanan
Pengamatan Aspek Reproduksi
Prosedur Analisis Data
Distribusi Frekuensi Panjang
Hubungan Panjang Total dan Berat Ikan

1
1
2
2
4
4
4
5
5

5
6
6
6
7
7
7
7
8
8
8
9
9
9
10
10
10
10
10
10

11
12
12
13

Faktor Kondisi
Pendugaan Parameter Pertumbuhan
Reproduksi
Nisbah Kelamin
Indeks Kematangan Gonad
Ukuran Pertama Kali Matang Gonad

14
14
15
15
15
16

Fekunditas
4.

HASIL
Kondisi Perairan Kolong Bendungan Simpur
Komposisi Tangkapan dan Kelimpahan Relatif Ikan
Distribusi Hasil Tangkapan

16
17
17
17
18

Hubungan Panjang dan Berat Ikan
Faktor Kondisi
Makanan Ikan Belida
Parameter Pertumbuhan
Reproduksi Ikan Belida
Nisbah Kelamin
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dan Ukuran Pertama Kali Matang
Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Fekunditas
Tipe Pemijahan
5.
PEMBAHASAN
Kondisi Perairan Kolong Bendungan Simpur
Komposisi Tangkapan dan Kelimpahan Relatif Ikan
Distribusi Hasil Tangkapan
Makanan Ikan Belida
Pertumbuhan Ikan Belida
Reproduksi Ikan Belida
Konsep Pengelolaan Ikan Belida
6.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

20
20
21
22
24
24
24
25
26
26
27
27
27
28
28
29
30
31
32
32
33

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

33
36
46

DAFTAR TABEL
1. Alat yang digunakan dalam penelitian
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian
3. Pengukuran parameter fisika dan kimia
4. Tingkat kematangan gonad ikan
5. Kisaran nilai parameter fisika dan kimia perairan
6. Komposisi jenis ikan antar stasiun di kolong Bendungan Simpur
7. Persentase kelimpahan relatif ikan setiap bulan pengamtan
8. Jumlah hasil tangkapan, kisaran panjang, dan bobot ikan belida berdasarkan

bulan pengamatan
9. Distribusi hasil tangkapan ikan belida berdasarkan bulan dan stasiun
pengamatan
10 Parameter pertumbuhan ikan belida

9
9
10
12
17
18
18
19
20
22

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Alur kerangka penelitian
Morfologi ikan belida (Notopterus notopterus)
Peta kolong Bendungan Simpur Desa Pemali Kabupaten Bangka
Hubungan panjang dan bobot ikan belida jantan
Faktor kondisi setiap bulan pengmatan
Komposisi makanan ikan belida jantan dan betina
Parameter pertumbuhan ikan belida jantan dan betina
Nisbah kelamin ikan belida setiap bulan pengamatan

10 Persentase tingkat kematangan gonad ikan belida jantan (a) dan betina (b)
11 Grafik puncak pemijahan ikan belida berdasarkan tempat
12 Grafik indeks kematangan gonad ikan belida jantan dan betina
13 Grafik indeks kematangan gonad ikan belida berdasarkan TKG
14 Fekunditas ikan belida berdasarkan panjang dan bobot tubuh
15 Grafik sebaran diameter telur ikan belida TKG III dan IV

3
5
8
21
21
22
23
24
24
25
25
26
26
27

DAFTAR LAMPIRAN
1. Foto lokasi penelitian di kolong Bendungan Simpur
36
2. Dokumentasi penelitian
36
3. Perkembangan struktur morfologis gonad ikan belida betina (a) dan jantan (b)
di kolong-bendungan Simpur.
38
4. Hasil kriteria tingkat kematangan gonad (TKG) ikan belidasecara anatomis 39
5. Ukuran pertama kali matang gonad ikan belida jantan
40
6. Ukuran pertama kali matang gonad ikan belida betina
41
7. Pendugaan hubungan ukuran tinggi kepala terhadap panjang total ikan pertama
kali matang gonad jantan dan betina
42

8. Grafik hubungan TKG dan tinggi kepala
9. Grafik IKG jantan dan betina setiap bulan pengamatan
10.
r kondisi ikan belida berdasarkan waktu selama penelitian

43
43
Fakto
43

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kolong adalah perairan atau badan air yang terbentuk dari lahan bekas
penambangan bahan galian (Wardoyo & Ismail 1998). Kolong diistilahkan juga
sebagai kolam atau danau bekas penambangan. Pertambangan di daratan
berbentuk lubang menyerupai cekungan-cekungan di permukaan tanah yang
kemudian diisi limpasan air permukaan (air hujan dan sungai), sehingga
menyerupai kolam atau danau.Maraknya aktifitas penambangan di Provinsi
Bangka Belitung menjadikan istilah kolong tidak terbatas pada lahan bekas galian
pasir timah saja, melainkan setiap badan perairan yang tergenang dan sedikit
aliran airnya serta menyerupai kolong tambang oleh warga sekitar juga disebut
kolong.
Kolong Simpur yang terletak di Desa Pemali, Kecamatan Pemali,
Kabupaten Bangka merupakan kolong yang terbentuk dari aktifitas
pembendungan. Pembendungan ini diperuntukkan sebagai sumber air baku bagi
aktifitas penambangan disekitar kolong. Luas Kolong Simpur berkisar antara 8-10
ha2, dengan keanekaragaman jenis ikan yang belum banyak diketahui.
Pemanfaatan kolong bendungan Simpur oleh masyarakat sekitar antara lain
sebagai tempat mencuci, mandi, dan menangkap ikan. Beberapa jenis ikan yang
ditangkap di kolong bendungan Simpur bernilai ekonomis salah satunya adalah
ikan Belida (Notopterus notopterus Pallas 1769). Jenis ikan ini dikenal juga
dengan sebutan ikan belido (Sumatra) dan pipih (Kalimantan). Pada beberapa
daerah di Sumatra seperti Palembang ikan belida merupakan salah satu jenis ikan
konsumsi bernilai ekonomis pentingyang digunakan sebagai bahan baku makanan
tradisional seperti pempek. Berdasarkan data produksi tahunan ikan belida di
Pulau Sumatera dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 terjadi peningkatan
volume tangkap yaitu tahun 2008 (632 ton), tahun2009 (761 ton), tahun 2010 (840
ton), dan tahun 2011 (776 ton) (SIDATIK, KKP 2011).
Ikan Belida merupakan jenis yang paling banyak tertangkap di kolong
Bendungan Simpur oleh warga sekitar dengan alat tangkap jaring udang (trammel
net). Penggunaan trammel net cukup memberikan peluang tertangkapnya ikanikan dengan satu ukuran. Penggunaan alat tangkap tersebut(trammel net) diduga
dapat menyebabkan beberapa ikan dewasa yang belum memijah juga akan
tertangkap. Selain itu kebiasaan penggunaan listrik sebagai alat tangkap ikan di
kolong bendungan Simpur, juga dikhawatirkan dapat berakibat penurunan
populasi dimasa mendatang.
Dalam rangka untuk melestarikan keberadaan ikan Belida di kolong
Bendungan Simpur maka perlu dilakukanya pengelolaan terhadap habitat populasi
ikan tersebut. Keberadaan ikan Belida pada ekosistem kolong bendungan
merupakan hal yang menarik dikaji, mengingat habitat alami ikan belida adalah
sungai, danau, dan rawa banjiran (Adjie & Utomo 1994).Sejauh ini data biologi
ikan Belida yang meliputi makanan, reproduksi, dan habitat telah diteliti oleh
Adjie & Utomo (1994) di sungai. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu
dilakukan penelitian terhadap ekobiologi ikan belida pada kolong Bendungan

2

Simpursebagai data dasar dalam rangka pengelolaan ikan belida pada kolong
bendungan Simpur.

Perumusan Masalah
Ikan belida merupakan salah satu ikan konsumsi ekonomis penting yang
dimanfaatkan masyarakat. Meningkatnya volume produksi perikanan tangkap
ikan belida di perairan umum Pulau Sumatera dari tahun ketahun serta maraknya
aktifitas penangkapan yang dilakukan dengan tidak memperhatikan aspek
kelestarian lingkungandikhawatirkanakan menyebabkan menurunya populasi ikan
belida di alam.
Ikan belida merupakan salah satu jenis yang banyak tertangkap di kolong
Bendungan Simpur oleh masyarakat sekitar. Terbentuknya ekosistem kolong
Bendungan Simpur sebagai habitat bagi ikan Belida merupakan sesuatu yang
baru.Pemanfaatan ikan di kolong Bendungan Simpur belum memperhatikan aspek
kelestarian ikan. Hal ini tercermin dari aktifitas penangkapan ikan menggunakan
listrik serta belum adanya aturan mengenai ukuran layak tangkap. Kondisi ini
dikhawatirkan dapat berakibat pada penurunan populasi ikan belida dimasa
mendatang.
Informasi yang lengkap dari aspek biologi (makanan, pertumbuhan, dan
reproduksi) serta ekologi (habitat) ikan belida sangat dibutuhkan sebagai data
dasar dalam rangka pengelolaan sumberdaya ikan belida di kolong Bendungan
Simpur pada masa yang akan datang. Selanjutnya diagram alurkerangka
penelitiandapat dilihat pada Gambar 1.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi makanan, aspek
pertumbuhan dan aspek reproduksi ikan belida di kolong Bendungan
Simpur.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
makanan, pertumbuhan, dan reproduksi ikan Belida(Notopterus notopterusPallas
1769) di kolong Bendungan Simpur, sehingga dapat dijadikan dasar dalam
pengelolaan populasi ikan belida di kolong Bendungan Simpur.

3

INPUT
Masalah

PROSES

Aspek Kajian
Habitat

Belum adanya aturan
penangkapan ikan di
kolong bendungan
Simpur

Penangkapan ikan
tidak ramah
lingkungan

Makanan

OUTPUT

Variabel Kerja

Variabel Analisis

Luaran

Kualitas air

Parameter fisika dan
kimia

Komposisi makanan

Jenis makanan

Kondisi Habitat

Panjang dan berat
total ikan

Potensi reproduksi

Pola pertumbuhan
Pertumbuhan
Faktor kondisi

Pola pemijahan

Diduga akan terjadi
penurunan populasi
ikan belida dimasa
mendatang

Fekunditas

Jumlah telur

Sebaran diameter telur

Diameter telur

Reproduksi
TKG

Morfologi gonad
(anatomi & morfologi)

Ukuran ikan pertama
kali matang gonad
Musimpemijahan

IKG
Berat ikan dan
berat gonad

Gambar 1. Alur Kerangka Penelitian

Pengelolaan
Ikan Belida

4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Kolong - Bendungan Simpur
Kolong Bendungan Simpur terletak di Desa Pemali, Kecamatan Pemali,
Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Kolong bendungan Simpur adalah
perairan atau badan air yang terbentuk dari aktifitas pembendungan yang
diperuntukkan sebagai tempat penampungan air baku yang dipergunakan sebagai
air cucian pasir timah. Kolong Simpur terbentuk pada masa penambangan
kolonial Belanda yang kemudian pada tahun 1958 berganti nama menjadi PN
Tambang Timah Bangka (PT Timah 2013).Pada awalnya kolong Bendungan
Simpur merupakan dataran rendah berair atau dapat dikatakan sebagai rawa, yang
kemudian dalam proses aktifitas penambangan yang dilakukan oleh PN Tambang
Timah Bangka tersebut dibendung sehingga menyerupai kolong bekas
penambangan timah.
Puspita et al. (2005) menjelaskan bendungan adalah suatu konstruksi
bangunan yang melintasi/memotong sungai untukmenghalangi aliran air sehingga
permukaan air naik dan membentuk danaubuatan yang berfungsi sebagai
pengendali dan penyimpan air.
Secara ekologis kolong Bendungan Simpur memiliki manfaat antara lain
sebagai daerah resapan maupun habitat berbagai jenis hewan dan tumbuhan air.
KolongSimpur juga dapat menampung limpasan air permukaan sehingga dapat
mencegah banjir.Secara ekonomimenurut Puspita et al. (2005) kolong di Bangka
Belitung dapat dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan seperti budidaya, maupun
sarana rekreasi air.

Klasifikasi dan Morfologi Ikan Belida
Ikan belida merupakan ikan air tawar yang terdapat di kawasan tropik
Afrika dan Asia Tenggara (Kordi 2012). Klasifikasi ikan belida (Notopterus
notopterus) menurut Weber et al. (1965) adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Osteoglossiformes
Famili
: Notopteridae
Genus
: Notopterus
Spesies
: Notopterus notopterus (Pallas 1769)
Ikan belida memiliki nama daerah belida, belido (Sumatera) dan pipih
(Kalimantan), sedangkan nama internasionalnya adalah featherback. Secara
morfologi ikan belida (Notopterus notopterus) bentuk kepala dekat punggung
hampir lurus, profil punggung cembung dan rahannya tidak memanjang dengan
meningkatnya umur, hanya memanjang kira-kira di bagian belakang batas mata,
sisik pada operkulum jauh lebih besar dibandingkan sisik pada tubuh (Weber et
al. 1965) (Gambar 2). Memiliki sisik preoperkulum 8-10 baris, 99-111 jari-jari
pada sirip dubur, 28-33 pasang duri kecil disepanjang perut(Kottelat et al. 1993).

5

Gambar 2. Morfologi ikan belida (Notopterus notopterus)
Habitat dan Kebiasaan Hidup
Ikan belida adalah ikan air tawar yang hidup disungai, danau, maupun
rawa. Menurut Kordi (2012) habitat belida mempunyai ciri-ciri seperti terdapatdi
topografi relatif landai, banyak lekukan, danau buntu, banyak anak sungai, air
relatif keruh, dan berarus kurang deras. Selain itu belida ditemukan juga di
waduk-waduk dan daerah bekas penambangan pasir di sepanjang sungai. Habitat
yang paling disukai belida adalah perairan yang banyak memiliki pohon kayu
tumbang dan hutan rawa.Ikan belida (Notopterus notopterus) termasuk ikan
demersal dengan kisaran pH 6,0-6,5, suhu 24oC-28oC (Roberts 1992 dalam
fishbase.org) Pada musim hujan, induk betina belida berpindah tempat (migrasi)
dari anak sungai ke rawa untuk kawin.

Kebiasaan Makanan
Ikan belida merupakan ikan karnivora yang memangsa berbagai fauna air,
terutama ikan dan udang. Ikan belida juga dikenal sebagai ikan predator yang juga
bersifat kanibal, yaitu memangsa jenisnya sendiri yang berukuran kecil. Ikan
belida termasuk hewan nokturnal (aktif dimalam hari). Pada siang hari ikan belida
bersembunyi diantara vegetasi dan mulai aktif mencari makan ketika mulai gelap
atau malam hari (Kordi 2012).

Populasi Belida
Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan
menjadi dua yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam umumnya sulit
dikontrol, diantaranya ialah keturunan, sex, umur, parasit, dan penyakit. Faktor
luar yang utama yang mempengaruhi pertumbuhan ialah makanan dan suhu
perairan (Effendi 1997).

6

Berdasarkan data sistem informasi diseminasi data statistik kelautan dan
perikanan kementrian kelautan dan perikanan tahun 2011, terjadi peningkatan
volume tangkap ikan belida di perairan umum Pulau Sumatera. Pada tahun 2008
jumlah volume tangkap (632 ton), tahun 2009 (761 ton), tahun 2010 (840 ton),
dan tahun 2011 (776 ton) (SIDATIK, KKP 2011).

Pertumbuhan
Distribusi Frekuensi Panjang
Distribusi ekologis ikan erat kaitannya dengan faktor lingkungan. Secara
ekologis ikan dapat dikelompokkan dalam beberapa cara, antara lain berdasarkan
toleransi terhadap lingkungan; toleransi yang sempit (steno) atau luas (eury),
seperti stenotermal dan eurytermal (temperatur); berdasarkan lokasi di ekosistem
perairan, terdapat ikan bentik (ikan penghuni dasar perairan), dan ikan pelagis
(ikan yang hidup di permukaan dan kolom air). Menurut Effendi (2003)
penyebaran ikan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti suhu,
kedalaman air, cahaya, oksigen terlarut, dan makanan.
Menurut Sparre & Venema (1999) untuk mengkaji ikan di daerah tropis,
sebaiknya memusatkan kegiatan pada pengukuran panjang tubuh ikan. Analisis
data frekuensi panjang dapat digunakan dengan tujuan untuk menentukan
kelompok ukuran ikan dalam populasi, struktur populasi, ukuran pertama kali
matang gonad, dan lamanya hidup (Senen 2011). Analisi frekuensi panjang akan
mendistribusikan jumlah ikan dalam kelompok panjang. Suatu panjang ikan
berasal dari umur yang cendrung sama membentuk suatu distribusi normal
sehingga umur bisa ditentukan dari distribusi frekuensi panjang melaui analisis
kelompok umur. Hasil identifikasi kelompok umur dapat digunakan untuk
menghitung pertumbuhan dan laju pertumbuhan (Busacker et al. 1990).

Hubungan Panjang dan Berat Ikan
Analisis hubungan panjang dan berat bertujuan untuk mengetahui pola
pertumbuhan ikan dengan menggunakan panjang dan berat. Berat dapat dianggap
suatu fungsi dari panjang. Nilai yang didapat dari perhitungan panjang dan berat
ini adalah untuk menduga berat dari panjang dan sebaliknya. Larger et al. (1977)
juga mengemukakan bahwa hubungan antara panjang dan berat juga
memungkinkan untuk membandingkan individu dalam satu populasi maupun
antar populasi.
Menurut Effendie (1979), jika panjang (L) dan bobot (W) dalam suatu
gambar maka akan didapatkan suatu persamaan W= aLb. Nilai b merupakan
konstanta dan harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan. Nilai b
berfluktuasi antara 2,5 sampai 4, kebanyakan mendekati 3 karena pertumbuhan
mewakili peningkatan dalam tiga dimensi sedangkan pengukuran panjang diambil
dari satu dimensi. Nilai b=3 menggambarkan pertumbuhan isometrik yang akan
mencirikan ikan mempunyai bentuk tubuh yang tidak berubah (Ricker 1975) atau
pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan berat. Effendie (1979)

7

menjelaskan nilai b≠ 3 menggambarkan pertumbuhan allometrik. Nilai b3menunjukkan pertumbuhan berat
lebih cepat dari pertumbuhan panjangnya.

Faktor Kondisi
Faktor kondisi didefinisikan sebagai keadaan atau kemontokkan ikan yang
dinyatakan dalam angka berdasarkan pada data panjang dan berat. Berdasarkan
sudut pandang nutrisi, faktor kondisi merupakan akumulasi lemak dan
perkembangan gonad. Selain itu faktor kondisi juga memberikan informasi kapan
ikan memijah. Faktor kondisi ikan juga dipengaruhi oleh jenis kelamin ikan,
musim atau lokasi penangkapan dan umur (Lagler 1970).

Reproduksi
Perkembangan Gonad dan Pemijahan
Berdasarkan penelitian Utomo & Asyari (1999) dalam Wibowo (2011)
Ikan belida umumnya melakukan pemijahan di hutan rawa. Ikan yang sudah
matang gonad (siap memijah) diketahui waktu pemijahannya terjadi pada bulan
November sampai dengan Januari (Adjie dan Utomo 1994). Secara bertahap
induk yang sudah matang gonad beruaya dari sungai menuju daerah rawa
banjiran, terutama hutan rawa yang banyak ditumbuhi tanaman dengan substrat
keras, seperti pohon-pohon yang sudah mati sebagai tempat menempelkan telur.
Induk yang matang gonad adalah induk yang telah melakukan fase pembentukan
kuning telur (phase vitellogenesis) dan masuk ke fase dorman. Fase pembentukan
kuningtelur dimulai sejak terjadinya penumpukan bahan-bahan kuning telur (yolk)
dalam sel telur dan berakhir setelah sel telur mencapai ukuran tertentu atau
nukleolus tertarik ke tengah nukleus. Setelah fase pembentukan kuning telur
berakhir, sel telur tidak mengalami perubahan bentuk selama beberapa saat, tahap
ini disebut fase istirahat (dorman). Menurut Adjie & Utomo (1994) ikan belida
menempelkan telurnya pada benda-benda yang berada 1.5-2m dibawah
permukaan air, termasuk pada batang kayu baik yang masih hidup maupun yang
sudah mati.

Fekunditas dan Diameter telur
Setiap ikan mempunyai diamater telur dan fekunditas yang beragam
tergantung kepada spesies. Menurut Rahardjo et al. (2011) setiap induk ikan
betina menghasilkan fekunditas yang bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh banyak
faktor antara lain spesies ikan, umur, ukuran ikan,serta kondisi lingkungan
diantaranya ketersediaan makanan, suhu, dan musim. Ikan belida memiliki jumlah
telur 260-6080 butir dengan diameter 0,15-3,76 mm di sungai Batanghari provinsi
Jambi (Adjie & Utomo 1994). 1194-8320 butir telur dengan diamater telur 1.5-3.0
mm di lubuk Lampam provinsi Sumatera Selatan (Adjie & Utomo 1994).

8

3 METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perairan Kolong Simpur, Desa Pemali
Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Pengamatan
dilakukan setiap bulan selama enam bulan dari bulan Februari sampai Juli
2013.Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian,
Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung dan laboratorium Ekobiologi
Sumberdaya Perairan FPIK IPB. Peta kolong Bendungan Simpur dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar 3 Peta kolong Bendungan Simpur Desa Pemali Kabupaten Bangka

Alat
Alat yang digunakan selama penelitian terdiri dari alat pengumpul sampel
dan alat pengumpul data. Selanjutnya alat yang digunakan selama penelitian
disajikant pada Tabel 1.

9

Tabel 1 Alat yang digunakan dalam penelitian
Alat
Alat pengumpul sampel:
1.
Jaring Insang ukuran 2cm, dan 2.5cm, 3
cm dan 4 cm.
2.
Botol BOD
Alat pengumpul data:
1
pH meter
2.
Tiang skala
3.
Secchi disk
4.
Penggaris dengan sensitifitsas 1 mm
5.
Timbangan digital dengan sensitifitas
0,01 gr
6.
Satu set alat bedah
7.
Mikroskop, gelas objek, dan coverglas
8.
9

Gelas ukur, erlenmeyer, spuit suntik,
pipet tetes, tabung reaksi.
GPS (Global position system)

Kegunaan
Menangkap ikan belida
Mengambil air sampel DO
Mengukur pH air
Mengukur kedalaman
Mengukur kecerahan air
Mengukur panjang ikan
Mengukur berat ikan, beratgonad
Membedah sampel ikan
Mengamati organ ikan

Sebagai alat titrasi kualitas air
Penentuan lokasi

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Bahan yang digunakan dalam penelitian
Bahan

Kegunaan

1.
2.

Ikan belida
Formalin 4%

3.

MnSO4, NaOH+KI, H2SO4, Nathiosulfat, amilum

Sampel ikan
Mengawetkan sampel ikan dan
saluran pencernaan ikan.
Bahan titrasi kualitas air

Metode Pengambilan Data
Penentuan Stasiun Pengambilan Contoh
Penentuan stasiun pengambilan contoh dilakukan secara purposive
sampling methode yaitu metode penentuan lokasi pengambilan contoh yang
dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau peneliti pada lokasi
penelitian (Fachrul 2006).
Stasiun 1 : Berada diTeluk Gorong-gorong, daerah ini merupakan kawasan
yang membentuk teluk dengan koordinat 01o 52’ 41,0” LS, 106o
03’ 12,0” BT.
Stasiun 2 : Berada didaerah balai, dekat daerah pemukiman dan ditumbuhi
tanaman air tidak terlalu banyak dengan substrat pasir berlumpur
dengan koordinat 01o 52’ 02,8” LS, 106o 02’ 59,6” BT.
Stasiun 3 : Merupakan daerah Batu Macan, daerah ini berpapasan dengan

10

Stasiun 4

daerah perkebunan, karakteristik perairan ditumbuhi banyak
tanaman air, dan substrat berlumpur dengan koordinat 01o 52’
09,0” LS, 106o 02’51,2” BT.
: Merupakan kawasan dam, dengan karakteristik badan perairan
yang terbuka, ditumbuhi sedikit tanaman air, dan substrat berpasir
dengan koordinat 01o 51’ 51,9” LS, 106o 02’ 59,4” BT.
PengumpulanData di Lapangan

Pengumpulan data dilapangan selama penelitian terdiri dari pengambilan
contoh atau sampel ikan dan parameter lingkungan.
1 Pengambilan contoh ikan
Pengambilan contoh atau sampel ikan dilakukan selama enam bulan di
empat stasiun yang telah ditentukan. Alat tangkap yang digunakan terdiri dari
jaring insang dengan ukuran 2 cm, 2.5 cm, 3 cm, dan 4 cm. Masing-masing jaring
insang memiliki panjang 30 m dan lebar 2 m. Jaring insang dipasang pada pagi
hari dan diangkat pada sore harinya, kemudian dipasang lagi pada sore tersebut
dan diangkat pada pagi esok harinya.
Sampel ikan yang tertangkap di setiap stasiun dikelompokkan berdasarkan
ukuran untuk memudahkan proses pengawetan dan analisis di laboratorium.
Sampel-sampel ikan tersebut di awetkan pada larutan formalin 4% dan
selanjutnya dimasukkan kedalam kantung plastik dan diberi keterangan mengenai
nomor stasiun dan tanggal sampling yang selanjutnya akan dianalisis
dilaboratorium.
2 Pengukuran parameter lingkungan
Parameter lingkungan yang diukur meliputi aspek fisika, dan kimia.
Parameter fisika yang diukur antara lain temperatur, kecerahan, kedalaman,
sedangkan parameter kimia yang diukur antara lain pH, dan oksigen terlarut
(Tabel 3).
Tabel 3Pengukuran parameter fisika dan kimia.
Parameter
Satuan
Alat
Fisika
o
Temperatur
C
termometer
Kecerahan
M
keping secchi
Kedalaman
M
tongkat berskala
Kimia
pH
Unit
pH meter
Oksigen terlarut
ppm
titrasi

Lokasi
In situ
In situ
In situ
In situ
In situ

Pengumpulan Data di Laboratorium
1 Pengamatan aspek pertumbuhan
Dalam pengamatan aspek pertumbuhan data yang dibutuhkan yaitu ukuran
panjang dan berat ikan. Setiap contoh atau sampel ikan diukur panjang total dan

11

berat ikan. Panjang total diukur mulai dari moncong sampai ujung sirip ekor.
Pengukuran dilakukan dengan penggaris dengan ketelitian 0,1 mm, sedangkan
berat ikan ditimbang dengan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram.Selain
itu diukur juga tinggi kepala ikan (mm) sebagai data dalam penentuan ukuran
pertama matang gonad.
2 Pengamatan aspek makanan
Dalam mengamati aspek makanan, untuk mengetahui jenis-jenis makanan
yang dimakan ikanselanjutnya ikan belida dibedah, ambil bagian lambung. Isi
lambung dikerik secara perlahan ke cawan petri yang telah berisi air 5-10ml dan
diaduk. Isi lambung yang sudah homogen diambil satu tetes dan ditaruh dibawah
cover gelas. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan lima lapang
pandang dan tiga ulangan. Identifikasi jenis organisme yang terdapat pada
lambung mengacu kepada buku Edmonson (1953), Needham & Needham (1962),
dan Prescott (1973).

3 Pengamatan Aspek Reproduksi
a) Pengamatan struktur anatomi gonad (TKG)
Sampel ikan yang sudah dibedah lalu diamati perkembangan gonad
berdasarkan bentuk, warna, dan ukuran dari ovarium maupun testes dengan
mengacu kepada Cassie dalam Effendie (1979) yaitu mengelompokkan
kematangan gonad kedalam lima tingkatan yaitu (TKG I, II, III, IV, dan V) (Tabel
4). Gonad tesebut selanjutnya diangkat secara hati-hati dan timbang menggunakan
timbangan digital.
b) Penghitungan jenis kelamin
Setiap sampel ikan dibedah, diamati jenis kelaminnya lalu dicatat jumlah
jenis ikan jantan dan betinanya.
c) Penghitungan jumlah telur
Penghitungan jumlah telur dilakukan dengan cara mengambil sampel telur
pada ikan betina yang memiliki TKG III dan IV pada bagian anterior, tengah, dan
posterior. Sampel telur tersebut dihitung dengan metode gravimetrik.
d) Pengukuran diamater telur
Diamter telur diukur pada ikandengan TKG III dan IV masing-masing 100
butir yang diambil dari ovarium bagian anterior, tengah, dan posterior.
Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop stereo yang dilengkapi dengan
mikrometer okuler.

12

Tabel 4 Tingkat kematangan gonad ikan modifikasi Cassie dalam Effendie
(1979).
TKG
Ovari
I
Ovari kecil memanjang seperti benang,
Warna jernih dan permukaan licin
II
Ukuran ovari lebih besar, warna lebih
gelap kekuningan. Telur belum terlihat
dengan mata
III Ovari berwarna kuning, butir-butir telur
mulai kelihatan dengan mata
IV

V

Ovari makin besar, butir-butir telur
berwarna kuning, mudah dipisahkan
mengisi 1/2 – 2/3 rongga perut
Ovari berkerut, dinding tebal,terdapat
butir telur sisa terutama dekat lubang
pelepasan

Testis
Testis kecil memanjang, warna
jernih
Ukuran testis lebih besar, warna
putih seperti susu, bentuk lebih
jelas dari pada tingkat I
Permukaan testis bagian ventral
tampak berlekuk, warna semakin
putih dan ukuran semakin besar
Seperti
pada
tingkat
III,
berukuran lebih besar, testis
semakin pejal
Testis bagian belakang kempis
dan
dibagian
dekatsaluran
pelepasan
masih
berisi
spermatozoa

Prosedur Analisis Data
Distribusi Frekuensi Panjang
Kelompok ukuran ikan belida diidentifikasi atau dipisahkan dengan
menggunakan metode Battacharya (Sparre & Venema 1999). Sebaran frekuensi
panjang total dan diameter telur dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Sturges (Walpole 1992), yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan nilai maksimum dan minimum dari keseluruhan data
2. Menghitung jumlah kelas ukuran dengan rumus: K=1 + (3,32 log n);
K = Jumlah kelas ukuran; n = jumlah data pengamatan
3. Menghitung rentan data atau wilayah;
Wilayah = data terbesar – data terkecil
4. Menghitung lebar kelas, dengan rumus;
Lebar kelas =
5. Menentukan limit bawah kelas yang pertama dan limit kelas atas kelasnya.
Limit atas kelas diperoleh dengan menambahkan lebar kelas pada limit
bawah kelas.
6. Mendaftarkan semua limit kelas untuk setiap selang kelas
7. Menentukan nilai tengah bagi masing-masing selang dengan merata-rata
limit kelas.
8. Menentukan frekuensi bagi masing-masing kelas
9. Menjumlahkan frekuensi dan memeriksa apakah hasilnya sama dengan
banyaknya total pengamatan.

13

Kebiasaan Makanan
.
Analisis kebiasaan makanan ikan belida yang dikaji yaitu komposisi
makanan. Analisi komposisi makanan dilakukan dengan menggunakan indeks
bagian terbesar Natarajan & Jhingran (1961) dalam (Effendie 1979), yaitu:
IP
Keterangan:

Vi
= Presentase volume satu macam makanan (%)
Oi
= Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan (%)
IP
= Indeks bagian terbesar
Indeks bagian terbesar (Index of Preponderance) makanan dihitung untuk
mengetahui persentase suatu jenis organisme makanan tertentu terhadap semua
organisme makanan yang dimanfaatkan oleh ikan. Jika nilai IP > 40% maka
organisme tersebut sebagai makanan utama, IP antara 4 - 40% maka organisme
tersebut sebagai makanan pelengkap, dan jika nilai IP < 4% maka organisme
tersebut sebagai makanan tambahan (Nikolsky, 1963).
Hubungan Panjang Total dan Berat Ikan
Analisis hubungan panjang beratt ikan menggunakan uji regresi, dengan
rumus persamaan sebagai berikut (Effendie 1979):
W=aLb
Keterangan : W
= Berat tubuh ikan (gram)
L
= Panjang ikan (mm)
a& b = Konstanta
Nilai b yang diperoleh digunakan untuk menduga kedua parameter yang
dianalisis, dengan keteranganantara lain:
1. b=3 menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang sejalan dengan pola
pertumbuhan berat dan pola pertumbuhannya disebut isometrik.
2. b ≠ 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang tidak sejalan dengan
pertumbuhan berat dan pertumbuhannya disebut allometrik. Bila b > 3
artinya pertambahan berat lebih cepat dibandingkan pertumbuhan panjang
(allometrik positif). Bila b < 3 artinya pertambahan panjang lebih cepat
dibandingkan pertumbuhan berat (allometrik negatif).
Untuk lebih menguatkan pengujian dalam menentukan keeratan hubungan
kedua parameter (nilai b), dilakukan uji t dengan rumus sebagai berikut (Walpole
1992):
Thit
Sehingga diperoleh hipotesis:
H0
: b = 3 (isometrik)
H1
: b ≠ 3 (allometrik)
Keterangan : Sb1
= Simpangan baku b1
bo
= Intercept
b1
= Slope
Setelah itu nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel sehingga keputusan
yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

14

t hitung >t tabel, maka tolak H0
t hitung 0,7) menggambarkan hubungan yang erat
antar keduanya, dan nilai menjauhi 1 (r < 0,7) menggambarkan hubungan yang
tidak erat antara keduanya (Walpole 1992).
Faktor Kondisi
Faktor kondisi dihitung dengan menggunakan persamaan Ponderal Indeks,
untuk pertumbuhan isometrik (b=3) faktor kondisi (KTL) dihitung dengan
menggunakan rumus (Effendie 1979):
KTL
sedangkan jika pertumbuhan tersebut bersifat allometrik (b ≠ 3), maka faktor
kondisi dapat dihitung dengan rumus (Effendie 1979) berikut:
Kn
Keterangan : K
W
L
a&b

= Faktor kondisi
= Berat tubuh
= Panjang baku
= Konstanta regresi
Pendugaan Parameter Pertumbuhan

Pendugaan parameter pertumbuhan ikan belida (Notopterus notopterus)
mengikuti model pertumbuhan Von Bertalanffy. Berikut ini adalah persamaan
pertumbuhan Von Bertalanffy (Sparre dan Venema 1999).
Lt = L∞ (1-e[-K(t-to)])
Keterangan :
Lt
= Panjang ikan pada saat umur t (satuan waktu)
L∞
= Panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik)
K
= Koefisien pertumbuhan (per satuan waktu)
t0
= Umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol
Penurunan plot Ford-Walford didasarkan pada persamaan pertumbuhan
von Bertalanffy dengan t0 sama dengan nol, maka persamaannya menjadi sebagai
berikut :
Lt
= L∞ (1-e[-K(t-to)]) .......................................................................... (1)
Lt
= L∞ - L∞ e[-Kt]
L∞ - Lt
= L∞ e[-Kt] ..................................................................................... (2)
setelah Lt+1c disubtitusikan ke dalam persamaan (1) maka diperoleh perbedaan
persamaan baru tersebut dengan persamaan (1) seperti berikut :

15

Ltt+1 – Lt

= L∞ (1-e[-K(t+1)]) - L∞ e [-Kt] )
= - L∞ e[-K(t+1)] + L∞ e [-Kt]
= L∞ e[-Kt] (1-e[-K]) ....................................................................... (3)
persamaan (2) disubstitusikan ke dalam persaman (3) sehingga diperoleh
persaman sebagai berikut :
Lt + 1 – Lt
= L∞ e[-Kt] (1-e[-K])
= L∞ (1-e [-K] – L1 + Lt e[-K]
= L∞ (1-e [-K]) + Lt e[-K] ................................................................ (4)

Persamaan (4) berbentuk persamaan linier dan jika Lt (sumbu x) diplotkan
terhadap Lt+1 (sumbu y) maka garis lurus yang terbentuk akan memiliki
kemiringan (slope) (b) = e[-K]. Lt dan Lt+1 merupakan panjang pada saat t, dan
yang dipisahkan oleh interval waktu yang konstan (Pauly 1984). Nilai L∞ dan K
didapatkan dari hasil perhitungan dengan metode ELEFAN I (Electronic Length
Frequencys Analisis) yang terdapat dalam program FISAT II.
Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol dapat diduga secara
terpisah menggunakan persamaan empiris Pauly (1983) dalam Sparre dan
Venema (1999) berikut.
Log (-t0) = 0.3922 – 0.2752 (Log L∞) – 1.038 (Log K)
Reproduksi
Nisbah Kelamin
Nisbah kelamin diketahui berdasarkan jumlah ikan jantan dan betina yang
tertangkap pada setiap sampling. Nisbah kelamin dihitung berdasarkan rumus
berikut (Effendie 1979):
Keterangan : X
= Nisbah kelamin
J
= Jumlah ikan jantan (ekor)
B
= Jumlah ikan betina (ekor).
untuk menguji apakah perbandingannya sama (1:1) diantara kedua kelamin atau
tidak, maka digunakan uji statistik Chi-kuadrat (χ2) (Steel & Torrie 1980) berikut:

Keterangan :
L∞
= Nilai peubah acak X2 yang sebaran penarikan contohnya mendekati
sebaran Chi-kuadrat
Oi
= Jumlah frekuensi ikan jantan dan betina ke-i yang diamati
ei

= Jumlah frekuensi harapan dari ikan jantan dan betina yaitu frekuensi
ikan jantan ditambah frekuensi ikan betina dibagi dua
Indeks Kematangan Gonad

Indeks kematangan gonad (IKG) diketahui dengan pengukuran bobot ikan
dan berat gonad ikan jantan dan ikan betina menggunakan timbangan digital yang

16

mempunyai ketelitian 0,01 gram. Indeks kematangan gonad diukur dari semua
ikan hasil tangkapan. Indeks kematangan gonad ditentukan dengan rumus sebagai
berikut menurut (Effendie 1979):
IKG =
Keterangan:

IKG
Bg
Bi

= Indeks Kematangan Gonad (%)
= Berat gonad (gram)
= Berat ikan (gram)
Ukuran Pertama Kali Matang Gonad

Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad dengan menggunakan
metode Sperma Karber (Udupa 1986 dalam Mustakim 2008). Kriteria matang
gonad adalah pada TKG III, IV dan V. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
Log M = Xk +

)

Keterangan:
Xk
= Logaritma nilai tengah pada saat ikan matang gonad 100%
Xn
= Selisih logaritma nilai tengah kelas
Xi
= Logaritma nilai tengah kelas
pi
= ri/ni
ri
= Jumlah ikan matang gonad pada kelas ke i
ni
= Jumlah ikan pada kelas ke i
qi
= 1 – pi
Ragam = X2 ∑
Pada selang kepercayaan 95% yaitu = m ± Z α/2 ragam
Fekunditas
Fekunditas total dihitung dengan metode gravimetrik pada ikan yang
mempunyai TKG III dan IV dengan rumus berikut (Effendie 1979):
F=
Keterangan:
F
= Fekunditas total (butir)
Wg
= Bobot sub ovarium
WG = Bobot ovarium
f
= Jumlah telur tercacah

17

4 HASIL
Kondisi Perairan Kolong-Bendungan Simpur
Pengamatan kondisi perairan kolong Bendungan Simpur dilakukan setiap
bulan pengamatan pada empat stasiun pengambilan contoh. Parameter fisika dan
kimia perairan yang diambil meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, pH air dan DO
pada setiap stasiun pengamatan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Kisaran nilai parameter fisika dan kimia perairan.
Stasiun
Parameter
Satuan
I
II
III
IV
pH air
Unit
5,7 - 5,9
5,6 - 6
5,5 - 5,8
5,6 - 6
DO
mg/l 4,74 - 5,92 4,74 - 5,92 4,74 - 6,32 4,74 - 5,53
Suhu air
°C
22 - 24
21 - 23
21 - 23
22 - 23
Kecerahan
cm
43,5 - 67,5 85 - 102,5 155 - 177,5 127,5 - 145
Kedalaman
cm
152 - 165 132 - 145
197 - 210
172 - 185
Keterangan: I = Teluk Gorong-gorong; II = Balai; III = Dam; IV = Batu Macan
Suhu dan pH air di kolong Bendungan Simpur berkisar antara 21-24OC
dan 5,5-6 Unit. Suhu dan pH relatif sama pada seluruh stasiun pengamatan. Tidak
terdapat perbedaan yang besar antar stasiun pengamatan selama penelitian.
Oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,74-6,32 mg/l. Stasiun I dan II
memiliki kisaran oksigen terlaut yang sama yaitu 4,74-5,92 sedangkan stasiun III
(4,74-6,32) dan stasiun IV (4,74-5,53).
Kecerahan perairan berkisar antara 43,5-177,5 cm. Perairan yang paling
keruh berturut-turut hingga yang paling jernih adalah Teluk Gorong-gorong,
Balai, Batu Macan, dan Dam.
Kedalaman perairan pada saat penelitian berkisar antara 132-210 cm. Balai
merupakan stasiun pengamatan yang paling dangkal (132-145 cm), sedangkan
DAM merupakan satasiun pengamatan yang paling dalam (197-210cm).
Komposisi Tangkapan dan Kelimpahan Relatif Ikan
Jumlah ikan yang tertangkap selama penelitian sebanyak 641 ekor, yang
terdiri dari 9 jenis ikan dari 6 famili antara lain Notopterus notopterus, Channa
micropeltes, Channa lucious, Channa striata, Pristolepis grooti, Osphronemus
guramy, Anabas testudineus, Puntius lineatus, dan Puntius binotat (Tabel 6).

18

Tabel 6. Komposisi jenis ikan antar stasiun di kolong Bendungan Simpur
Komposisi Jenis
Nama
Stasiun
No.
Nama Ilmiah
Famili
Lokal
I II III IV
1
Notopterus notopterus Notopteridae
Belida
+ +
+
+
2
Channa micropeltes
Channidae
Toman
+ +
+
+
3
Channa lucius
Channidae
Kioung
+ +
+
+
4
Channa striata
Channidae
Gabus
+ +
+
+
5
Pristolepis grooti
Nandidae
Tepatung
+ +
+
+
6
Osphronemus goramy Osphronemidae Gurami
+ +
7
Anabas testudineus
Anabantidae
Betok
+ +
8
Puntius lineatus
Cyprinidae
Tempuring
- +
9
Puntius binotatus
Cyprinidae
Tanah
- +
Keterangan : (+) = Ditemukannya ikan, (-) = Tidak ditemukannya ikan,
Jenis ikan yang paling melimpah adalah belida (Notopterus notopterus)
dengan kisaran 73,33% - 90,48%. Setiap bulan pengamatan dari bulan Februari
sampai Juli kelimpahan ikan belida berada diatas 70% (Tabel 7).
Tabel 7. Persentase kelimpahan relatif ikan setiap bulan pengamatan
Kelimpahan relatif (%)
No
Jenis Ikan
Bulan
Feb
Maret April
Mei
Juni
1 Notopterus notopterus
75,73 74,76 74,07 90,48 73,33
2 Channa micropeltes
2,91
0,97
0,00
1,19
3,33
3 Channa lucius
0,97
0,97
3,70
1,19
1,67
4 Channa striata
0,97
1,94
1,23
0,00
1,67
5 Pristolepis grooti
17,48 14,56 20,99
7,14 15,83
6 Osphronemus goramy
0,00
4,85
0,00
0,00
0,00
7 Anabas testudineus
0,97
0,00
0,00
0,00
1,67
8 Puntius lineatus
0,97
0,00
0,00
0,00
1,67
9 Puntius binotatus
0,00
1,94
0,00
0,00
0,83

Juli
78,67
2,00
1,33
2,67
11,33
0,00
0,67
2,67
0,67

Distribusi Hasil Tangkapan Ikan Belida
Ikan belida yang tertangkap selama penelitian berjumlah 497 ekor. Terdiri
dari 237 ekor jantan dan 260 ekor betina. Panjang total dan berat tubuh ikan
belida jantan berkisar antara 120-232 mm, dan 22,17-97,17 gram, sedangkan ikan
belida betina berkisar antara 130-249 mm, dan 38,98-120,47 gram (Tabel 8).

19

Tabel 8. Jumlah hasil tangkapan, kisaran panjang, dan bobot ikan belida
berdasarkan bulan pengamatan
Jantan
Betina
Bulan
N
Kisaran L Kisaran W
N
Kisaran L Kisaran W
(ekor)
(mm)
(gr)
(ekor)
(mm)
(gr)
Feb
32
130-223
32,23-97,17
46
130-248 42,34-117,18
Mar
38
133-232
33,71-90,05
39
160-249 53,98-120,47
Apr
30
120-174
27,05-63,95
30
152-227
47,49-89,56
Mei
38
120-191
22,17-71,8
38
155-235
52,89-93,08
Juni
45
120-171
25,21-61,12
43
142-221
39,12-86,28
Juli
54
120-172
22,88-172
64
140-197
38,98-85,56
Jumlah 237
120-232
22,17-97,17 260
130-249 38,98-120,47
Keterangan: N = Jumlah individu (ekor); L = Panjang (mm); W = Berat (gr)
Distribusi ikan belida berdasarkan sebaran ukuran panjang total terbagi
menjadi 8 kelas. Frekuensi ikan jantan paling banyak ditemukan pada selang kelas
154-170 mm yaitu 85 ekor, sedangkan frekuensi ikan betina paling banyak
ditemukan pada selang kelas 171-187 mm yaitu 79 ekor.
Berdasarkan bulan pengamatan (Tabel 9), ikan belida paling banyak
tertangkap pada bulan Juni dan Juli yaitu 88 dan 118ekor, sedangkan yang paling
sedikit ditemukan pada bulan April dan Mei yaitu 60 dan 76 ekor. Berdasarkan
lokasi ikan belida paling banyak ditemukan di stasiun III (145 ekor) dan paling
sedikit di stasiun IV (99 ekor).
Tabel 9. Distribusi hasil tangkapan ikan belida berdasarkan bulan dan stasiun
pengamatan.
Bulan Pengamatan
Stasiun
Februari
Maret
April Mei Juni Juli Jumlah
I
17
25
19
20
27
32
140
II
21
18
14
19
16
25
113
III
26
22
18
20
24
35
145
IV
14
12
9
17
21
26
99
Jumlah
78
77
60
76
88
118
497
Keterangan: I = Teluk Gorong-gorong; II = Balai; III = Dam; IV = Batu Macan

20

Hubungan Panjang dan Berat Ikan
Aspek pertumbuhan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu hubungan
panjang berat dan faktor kondisi. Model persamaan hubungan panjang (L) dengan
berat (W) ikan belida jantan dan betina berturut-turut adalah W=0,0008L2,1786 dan
W=0,0271L1,4968 (Gambar 5).

Ber
at
(gr
)

Jantan

140
120
100
80
60
40
20
0

W = 8 104L2,1786
R² = 0,966

0

50

100

Betina

140
120
100
80
60
40
20
0

150

200

250

W = 2,71 102L1,4968
R² = 0,8999

0

50

100 150 200 250 300

Panjang (mm)
Gambar 5. Hubungan panjang dan bobot ikan belida jantan
Faktor Kondisi
Faktor kondisi ikan belida berdasarkan bulan pengamatan rata-rata
berkisar antara (0,85-1,21) (Lampiran 10). Faktor kondisi ikan jantan berkisar
antara (0,70-1,28), dan ikan betina berkisar antara (0,76-1,25). Nilai rata-rata
faktor kondisi ikan belida jantan tertinggi ditemukan pada bulan April (1,21) dan
terendah pada bulanJuni (0,85), sedangkan nilai rata-rata faktor kondisi ikan
belida betina setiap bulan pengamatan relatif sama yaitu berkisar antara (1,0-1,01)
(Gambar 6).
1.50

F
a
kt
o
r
K
o
n
di
si

1.00
Jantan

0.50
0.00
Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli

1.020
1.010
Betina

1.000
0.990

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli

Bulan
Gambar 6. Faktor kondisi setiap bulan pengamatan

21

Makanan Ikan Belida
Makanan ikan belida dianalisis dari 100 sampel ikan yang diambil secara
acak dengan komposisi 50 jantan dan 50 betina selama masa pengamatan.
Berdasarkan 100 sampel ikan yang diamati, 3 ekor ikan isi lambung dalam
keadaan kosong. Perhitungan indeks bagian terbesar (indekx of preponderance)
dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 13. Secara umum komposisi makanan
berdasarkan hasil identifikasi isi lambung ikan belida di kolong bendungan
Simpur terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok hewani dan nabati. Kelompok
hewani terdiri dari ikan, insekta, crustacea dan zooplankton, sedangkan kelompok
nabati terdiri dari tumbuhan air. Komposisi makanan ikan belida secara umum
disajikan pada Gambar 7.

Jantan
Zooplankton

9%

18%

Crustacea
17%
Detritus
4%
7%

Tumbuhan air
Insekta

45%
Ikan

Betina
8%

10%